Anda di halaman 1dari 23

“PEMERIKSAAN PENUNJANG RADIOLOGI

YANG BERHUBUNGAN DENGAN


JARINGAN PULPA & PERIAPIKAL”
BLOK STOMATOGNATI 2

MAKALAH TOPIK 1

Fasilitator: Sandy Pramadya, drg., Sp,RKG

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (KELAS A):

1. ADINDA KHOIRUM FATMA 201811001


2. ALDILA NUR AZIZAH PUTRI 201811007
3. ALDILA ROSANTI 201811008
4. ALFAN GRINFAN 201811010
5. ALYA MUTHIA 201811014
6. ALLAM SALSABILILLAH 201811012
7. ANISYAH MECHA PUTRI RIDANI 201811021
8. ANNISA SALSABILA 201811023

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)


TAHUN AKADEMIK 2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 4

BAB I .................................................................................................................................... 5

PENDAHULUAN ................................................................................................................. 5

1.1. Latar Belakang ......................................................................................................... 5

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................... 5

1.3. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 5

BAB II ................................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN .................................................................................................................... 6

2.1. Prinsip Interpretasi Lesi Radiolusen dan Lesi Radioopak pada Radiograf ................. 6

2.1.1. Persyaratan Penting Untuk Interpretasi ............................................................. 6

2.1.2. Gambaran Radiograf Lesi Radiolusen dan Radioopak ....................................... 7

2.2. Gambaran Radiograf Pulpitis Reversible, Pulpitis Irreversible dan Necrosis Pulpa 10

2.2.1. Pulpitis Reversible ........................................................................................... 10

2.2.2. Pulpitis Irreversible ........................................................................................ 11

2.2.3. Pulp Necrosis ................................................................................................. 12

2.3. Gambaran Radiograf, Radiodiagnosis dan Diagnosis Banding dari Kelainan


Periapikal ......................................................................................................................... 13

2.3.1. Abses Periapikal ............................................................................................. 13

2.3.2. Granuloma ...................................................................................................... 14

2.3.3. Kista Radikular ............................................................................................... 15

2.3.4. Periapical Sclerosing Osteitis (Condensing Osteitis) ....................................... 16

2.3.5. Hipersementosis.............................................................................................. 17

2.3.6. Osteomielitis ................................................................................................... 19

BAB III................................................................................................................................ 22

KESIMPULAN.................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 23
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Pemeriksaan Penunjang Radiologi yang Berhubungan Dengan Jaringan Pulpa & Periapikal’’
Dalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunannya.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik
dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,
saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca, Amin.
Wassalamualaikumsalam wr.wb.

Jakarta Selatan, 20 September 2020


Penyusun

Kelompok 1

Kelompok 1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pemeriksaan radiografi merupakan pemeriksaan penunjang yang sangat berguna dalam
praktek kedokteran gigi dan merupakan sarana yang dibutuhkan dalam penentuan diagnosa
dan perawatan; khususnya untuk penyakit atau kelainan dalam rongga mulut. Dalam
prakteknya pemeriksaan radiografi dapat dilakukan dengan proyeksi-proyeksi intra oral
ataupun ekstra oral, tergantung kebutuhannya. Ada dua hal penting dalam pemeriksaan
radiografi; pertama adalah teknik pembuatan radiograf gigi tersebut dan kedua yang juga
tidak kalah penting adalah bagiamana menginterpretasikan secara akurat gambaran lesi atau
kelainan yang ada pada radiograf tersebut. Kedua hal tersebut saling terkait dan tidak dapat
dipisahkan. Khusus mengenai interpretasi lesi-lesi di rongga mulut memiliki beberapa
penelitian yang menunjukkan bahwa kesesuaian atau konsistensi dalam membaca radiograf
kedokteran gigi hanya antara 60-70% 3,4. Hal ini disebabkan interpretasi radiografi lesi atau
penyakit di rongga mulut mempunyai variasi dan kompleksitas struktur anatomi yang tinggi
dan berbeda dibandingkan bagian tubuh yang lain.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja prinsip-prisip interpretasi lesi (radiolusen dan radioopak) pada radiograf?
2. Bagaimana gambaran radiograf pulpitis reversible, pulpitis irreversible, dan nekrose
pulpa?
3. Bagaimana gambaran radiograf, radiodiagnosis dan diagnosis banding kelainan
periapikal (radiolusen dan radioopak), antara lain abses periapikal, granuloma
periapikal, kista periapikal, periapical sclerosing osteitis (condensing osteitis),
hipersementosis, dan osteomyelitis?

1.3. Tujuan Penulisan


Agar mahasiswa mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang radiologi yang
berhubungan dengan jaringan pulpa dan periapikal.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Prinsip Interpretasi Lesi Radiolusen dan Lesi Radioopak pada Radiograf
Interpretasi radiograf gigi dapat dipandang sebagai proses untuk membuka atau mencari
semua informasi yang ada dalam radiograf gigi tersebut. Tujuan utama interpretasi radiograf
gigi adalah:1
1) Mengidentifikasi ada atau tidak adanya penyakit,
2) mencari atau memberi informasi mengenai awal dan perluasan penyakit, dan
3) memungkinkan penentuan diagnosis banding.
Untuk mencapai tujuan ini dan memaksimalkan hasil diagnostik, interpretasi harus
dilakukan dalam kondisi tertentu, mengikuti pedoman sistematis yang teratur. Sayangnya,
interpretasi sering kali terbatas pada pandangan sepintas dalam kondisi yang sama sekali tidak
tepat. Dokter sering menjadi korban masalah dan perangkap yang dihasilkan oleh diagnosis
dan penglihatan.2

2.1.1. Persyaratan Penting Untuk Interpretasi


Persyaratan penting dalam menginterpretasikan radiografi gigi dapat diringkas
sebagai berikut: 2
A. Kondisi tampilan yang optimal
B. Memahami sifat dan keterbatasan gambar radiografi hitam, putih dan abu-
abu
C. Pengetahuan tentang tampilan radiografi yang digunakan dalam kedokteran
gigi, jadi penilaian kritis terhadap kualitas gambar individu dapat
dilakukan.
D. Pengetahuan rinci tentang kisaran tampilan radiografi dari struktur anatomi
normal
E. Pengetahuan rinci tentang penampakan radiografi dari kondisi patologis
yang mempengaruhi kepala dan leher
F. Pendekatan sistematis untuk melihat seluruh radiografi dan melihat dan
menjelaskan lesi tertentu
G. Akses ke gambar sebelumnya untuk perbandingan.

Pendekatan sistematis untuk melihat radiografi diperlukan untuk memastikan


bahwa tidak ada informasi relevan yang terlewat. Pendekatan sistematis ini harus
diterapkan pada keseluruhan radiografi dan lesi spesifik. 2
A. Keseluruhan radiograf.
Pendekatan sistematis apa pun akan cukup asalkan logis, teratur, dan
menyeluruh. Sebagai contoh, pendekatan sistematis yang disarankan untuk
interpretasi keseluruhan dari radiografi panoramik. Jenis tampilan radiograf yang
berurutan ini membutuhkan ketelitian dari. Sangat mudah untuk mendapatkan
diagnosa yang tidak tepat jika memperhatikan sesuatu yang tidak biasa atau
abnormal, sehingga melupakan sisa radiograf. 2
B. Lesi spesifik
Deskripsi sistematis lesi harus mencakup: 2
 Lokasi atau posisi anatomis
 Ukuran
 Bentuk
 Garis tepi atau pinggiran
 Radiodensitas relatif dan struktur internal
 Efek pada struktur sekitarnya yang berdekatan
 Waktu saat ini, jika diketahui.
C. Perbandingan dengan gambar sebelumnya
Ketersediaan gambar sebelumnya untuk tujuan perbandingan merupakan
bantuan yang sangat berharga untuk interpretasi radiografi. Keberadaan, luas dan
ciri lesi dapat dibandingkan untuk memastikan kecepatan perkembangan dan
pertumbuhan, atau derajat penyembuhan. Catatan: Harus diperhatikan bahwa
pandangan yang digunakan untuk perbandingan telah diambil dengan teknik
yang sebanding dan memiliki kepadatan yang sebanding. 2

2.1.2. Gambaran Radiograf Lesi Radiolusen dan Radioopak


A. Lesi Radiolusen pada Pathosis Endodontik
Lesi radiolusen memiliki empat karakteristik pembeda berikut, yang membantu
dalam membedakannya dari patosis nonendodontik (Gambar 2.1):2
1. Lamina dura apikal atau radikuler tidak ada, setelah diserap kembali.
2. Bentuk seperti "tetesan minyak yang menggantung" adalah karakteristik
radiolusensi, meskipun ini adalah generalisasi karena lesi ini mungkin
memiliki tampilan yang bervariasi.
3. Radiolusen "tetap" di puncak, terlepas dari angulasi Cone.
4. Penyebab dari nekrosis pulpa biasanya jelas, tetapi tidak selalu.
Gambar 2.1: Karakteristik radiolusensi dari apikal merupakan patosis endodontik. Lamina dura
tidak ada, dan lesi tampak seperti "tetesan minyak yang menggantung". Penyebab nekrosis pulpa
juga terbukti.2 (Whaites, E. Drage, N. Essentials of Dental Radiography and Radiology. 5 th Ed.
Elsevier 2012)
Konsep yang umum adalah bahwa granuloma endodontik dapat dibedakan dari
kista radikuler. Perbedaan yang seharusnya adalah bahwa kista diuraikan secara
radiografik oleh lamina "kortikasi" atau radiopak. Telah dibuktikan bahwa ini
bukan indikator yang dapat diandalkan.2
Diferensiasi utama bukanlah pada radiograf tetapi pada tes pulpa. Jika
radiolusensi yang berkembang dan cukup besar merupakan lesi endodontik, itu
pasti hasil dari pulpa nekrotik (karenanya tidak responsif).2
B. Lesi Radiopak pada Pathosis Endodontik
Lesi radiopak lebih dikenal sebagai osteitis kondensasi. Lesi tersebut memiliki
tampilan buram, difus, dan secara histologis menunjukkan peningkatan pada
tulang trabekuler. Pola radiografik adalah salah satu batas yang menyebar dan
pengaturan konsentris yang kasar di sekitar puncak (Gambar 2.2). Nekrosis pulpa
dan lesi inflamasi radiolusen mungkin ada atau tidak ada. Seringkali, osteitis
kondensasi dan periodontitis apikal hadir bersamaan. Pulpa seringkali vital dan
meradang.2
Gambar 2.2: Mengondensasi osteitis. Ada diffuseness dan pengaturan konsentris dari
peningkatan trabekulasi di sekitar apeks. Pemeriksaan menunjukkan terdapat juga lesi
radiolusen di apeks.2 (Whaites, E. Drage, N. Essentials of Dental Radiography and Radiology.
5th Ed. Elsevier 2012)
C. Lesi Radiolusen pada Pathosis Nonendodontik
Lesi radiolusen sangat bervariasi tetapi jarang terjadi. Bhaskar, seorang ilmuan,
mencantumkan lesi radiolusen pada rahang, di antaranya nonendodontik dan
memiliki berbagai konfigurasi dan lokasi, dan banyak yang diposisikan di atau
dekat apeks dan secara radiografik meniru patosis endodontik. Sekali lagi, tes
pulpa memberikan diferensiasi utama, yaitu lesi nonendodontik berhubungan
dengan gigi yang responsif.2
Dengan gigi yang sebelumnya telah dirawat endodontik, diagnosisnya mungkin
menantang. Dalam kasus ini, praktisi harus memeriksa dengan cermat riwayat
kesehatan pasien dan menilai kemungkinan etiologi endodontik; bentuk, lokasi,
dan riwayat radiolusen; gejala yang tidak biasa terkait, seperti mati rasa pada
bibir; dan tanda-tanda seperti ulserasi, indurasi jaringan lunak, atau kelenjar getah
bening tetap.2

D. Lesi Radioopak pada Pathosis Nonendodontik


Seringkali, kesalahan interpretasi dibuat dalam mengidentifikasi struktur
radiopak yang terletak di regio apikal gigi posterior mandibula. Tidak seperti
osteitis kondensasi, ini tidak patologis dan memiliki batas yang lebih jelas serta
struktur yang homogen. Hal ini tidak terkait dengan patosis pulpa (Gambar 2.3). 2
Gambar 2.3: Enostosis (atau tulang sklerotik) diwakili oleh radiopasitas yang padat, homogen,
dan jelas. Ini bukan patosis dan sering terjadi pada mandibula posterior dekat apeks, meskipun
dapat terjadi di daerah manapun. Daerah radiodense ini akan muncul pada radiografi
sebelumnya.2 (Whaites, E. Drage, N. Essentials of Dental Radiography and Radiology. 5 th Ed.
Elsevier 2012)

2.2. Gambaran Radiograf Pulpitis Reversible, Pulpitis Irreversible dan Necrosis Pulpa
2.2.1. Pulpitis Reversible
Ini adalah tahap pertama di mana pulpa mengalami gejala. Ada respons
hipersensitif tajam terhadap dingin, tetapi nyeri mereda saat rangsangan dihilangkan.
Pasien mungkin menggambarkan gejala nyeri sesaat dan tidak dapat menemukan sumber
nyeri. Tahap ini bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.3
Pulpitis reversible adalah kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang yang
disebabkan oleh rangsangan berbahaya dimana pulpa mampu kembali ke keadaan normal
setelah rangsangan dihilangkan. Ini merupakan indikasi perifer A serat rangsangan delta.
Penentuan reversibilitas merupakan penilaian klinis yang dipengaruhi oleh riwayat pasien
dan evaluasi klinis.
Adapun gejala dari Pulpitis reversible ditandai dengan nyeri yang tajam dan
berlangsung sesaat, sering disebabkan oleh rangsangan dingin. Nyeri tidak terjadi secara
spontan dan tidak berlanjut ketika iritan dihilangkan. Mungkin merupakan hasil awal
karies.
Gambaran radiografi menunjukkan ligamen periodontal dan lamina dura normal,
dengan kata lain jaringan periapikal normal. Kedalaman karies atau restorasi mungkin
terlihat (Gambar2.4).
Gambar2.3: Radiografi menunjukkan restorasi yang mendalam mendekati pulpa pada gigi geraham
rahang bawah.3 (Garg, N. Garg, A. Textbook of Endodontics. 4th Ed. Jaypee Brothers)

2.2.2. Pulpitis Irreversible


Pulpitis Irreversible adalah kondisi peradangan yang persisten dari pulpa,
diantaranya memiliki gejala atau tanpa gejala, yang disebabkan oleh stimulus yang tajam.
Keduanya memiliki tahap akut dan kronis.3
Sebagian besar penyebab dari pulpitis karena adanya keterlibatan bakteri yang
masuk ke pulpa melalui karies. Kimia, termal, dan cedera mekanik pulpa dapat
menyebabkan peradangan pulpa. Pulpitis reversible jika tidak dilakukan perawatan akan
memburuk menjadi pulpitis irreversible.3
Adapun gejalanya yaitu nyeri dengan rangsangan cepat yang disebabkan oleh
perubahan suhu tiba-tiba, makanan manis atau asam. Nyeri tetap ada bahkan setelah
stimulus dihilangkan. Nyeri bisa muncul secara spontan dengan rasa tajam, menusuk,
intermiten atau terus-menerus secara alami. Nyeri dapat memburuk jika membungkuk
atau berbaring karena adanya perubahan tekanan intrapulpal. Pada tahap lanjut,
peningkatan nyeri semakin parah dan berdenyut secara alami jika terstimulus oleh panas.
Nyeri tersebut sangat parah sehingga membuat pasien terjaga di malam hari. Penghilang
rasa sakit bisa dengan mudah dilakukan dengan menggunakan air dingin. 3
Gambaran radiografi menunjukkan kedalaman dan meluasnya karies (Gambar
2.5). Area periapikal menunjukkan tampilan normal tetapi sedikit pelebaran mungkin
terlihat pada pulpitis stadium lanjut.3
Gambar 2.6: Radiografi yang menunjukkan paparan karies pada gigi premolar kedua dan molar pertama.
3
(Garg, N. Garg, A. Textbook of Endodontics. 4th Ed. Jaypee Brothers)

2.2.3. Pulp Necrosis


Nekrosis pulpa adalah kondisi setelah pulpitis yang tidak diobati. Jaringan pulpa
menjadi mati dan jika kondisinya tidak diobati, maka jaringan yang rusak tersebut akan
bocor dari ruang pulpa dan membentuk lesi yang berasal dari endodontik (gambar 2.7).

Gambar 2.7: Kerusakan gigi yang mengakibatkan nekrosis pulpa.3 (Garg, N. Garg, A. Textbook of
Endodontics. 4th Ed. Jaypee Brothers)
Necrosis tersebut mungkin sebagian atau keseluruhan, tergantung meluasnya
keterlibatan jaringan pulpa. Nekrosis pulpa terdiri dari dua jenis:3
1. Nekrosis Koagulasi: Dalam nekrosis koagulasi, protoplasma dari semua sel
menjadi tetap dan dan opak. Sel mass dapat dikenali secara histologis, detail
intraseluler hilang.
2. Nekrosis Liquefaction: Pada nekrosis likuifaksi, seluruh garis sel hilang.
Daerah cair dikelilingi oleh zona padat PMNL (mati atau kering) dan sel
inflamasi yang kronis.
Nekrosis disebabkan oleh cedera atau luka berbahaya yang karena adanya bakteri,
trauma, dan iritasi kimia. Adapun gejalanya yaitu perubahan warna yang merupakan
indikasi pertama dari kematian pulpa. Riwayat penyakit pulpa sebelumnya dan gigi
pasien mungkin saja tidak menimbulkan gejala.3
Gambaran radiografi menunjukkan adanya kavitas besar atau restorasi besar
(Gambar 2.8.) Atau penampilan normal kecuali jika disertai adanya apikal periodontitis
atau kondensasi osteitis.3

Gambar 2.8: Radiografi menunjukkan restorasi besar pada gigi molar dan menghasilkan infeksi pulpa.3
(Garg, N. Garg, A. Textbook of Endodontics. 4th Ed. Jaypee Brothers)

2.3. Gambaran Radiograf, Radiodiagnosis dan Diagnosis Banding dari Kelainan


Periapikal

2.3.1. Abses Periapikal


Merupakan respons peradangan yang berlanjut dari jaringan penyambung
periapeks terhadap iritasi pulpa, yang ditandai adanya parulis atau pembentukan nanah
yang aktif. Gambaran radiografi berupa rarefaksi tulang yang luas.6

Gambar 2.9: Radiografi rarefaksi tulang pada gigi molar .6 (Tarigan, R. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti).
Ed. 2. EGC: Jakarta. 2004)
Abses periapikal, yang biasa disebut dengan quinsy, merupakan infeksi dan
terbentuknya pus pada ruang peritonsil (ruang antara kapsul tonsil palatina dengan otot
konstriktor superior). Abses ini biasanya didahului oleh tonsilitis akut. Mirip seperti
abses gigi, gejala seperti dysphagia, trismus, halitosis, pembesaran kelenjar getah bening
servikal dapat muncul. Gejala yang membedakannya adalah pada quinsy terdapat otalgia,
suara "hot potato sounding", sakit tenggorokan unilateral, kemerahan dan pembengkakan
di area sisi tonsil yang terkena (bukan pada area sekitar gigi) 6

2.3.2. Granuloma
Granuloma gigi adalah suatu pertumbuhan jaringan granulomatus yang
bersambung dengan ligament periodontal disebabkan oleh matinya pulpa dan difusi
bakteri dan toksin bakteri dari saluran akarke dalam jaringan periradikular di sekitarnya
melalui foramen apikal dan lateral. Tampak daerah radiolusen pada daerah periradikular
gigi.7

Gambar 2.10: Daerah radiolusen pada daerah periradikular gigi.7 (Grossman, Louis I. Ilmu Endodontik
dalam Praktek. EGC: Jakarta. 1998)

A. Gambaran Radiografi Granuloma Periapikal


Pada gambaran radiografi, granuloma tampak sebagai gambaran radiolusen,
berbentuk sirkuler atau ovoid yang menutupi ujung akar dan meluas hingga ke
periapikal. Trabekula dari tulang alveolar mungkin kelihatan seperti superimposed
diatas lesi, karena lesi memiliki penampakan keabu-abuan dan tidak gelap. Tepi
dari lesi berbatas jelas, seringnya dikelilingi oleh sclerosis tulang, dan kadang-
kadang ditemukan suatu localized antral mucositis, antral mucositis merupakan
suatu peradangan pada membrane mukosa di sinus maksilaris dan pada radiograf
terlihat sebagai gambaran yang kecil, pembengkakan radioopak didasar sinus
mengelilingi apeks gigi.10
Granuloma periapikal dan kista periapikal memiliki gambaran radiografi
identic, kista periapikal kadang-kadang hanya dapat dibedakan dengan granuloma
dari ukurannya. Granuloma periapikal biasanya berdiameter lebih kecil dari 1 cm,
sedangkan kista periapikal seringnya berdiameter sama atau lebih dari 10 cm dan
terkadang mengisi seluruh rahang. Jika granuloma periapikan kembali terinfeksi,
batasnya akan berubah dan tampak seperti abses. Pada beberapa kasus terdapat
resorpsi akar di bagian apical.10
B. Diagnosa banding granuloma periapikal
Adanya granuloma, yang tanpa gejala, biasanya ditemukan pada pemeriksaan
radiografi rutin. Daerah rarefaksi tampak nyata, dengan tidak adanya kontinuitas
lamina dura. Diagnosis tepat hanya dapat dibuat dengan pemeriksaan mikroskop.
Gigi yang terlibat biasanya tidak peka terhadap perkusi dan tidak ada mobilitas.
Dapat dijumpai fistul. Tes termal negative. Pasien memberikan suatu riwayat
pulpagia yang telah reda.8
Suatu granuloma tidak dapat dibedakan secara pasti dari penyakit
periradikular lain seperti abses periapikal dan kista periapikal kecuali jika
dilakukan pemeriksaan mikroskopis. Dari gambaran radiografi, granuloma
periapikal mirip dengan kista periapikal dan dapat dibedakan dari ukuran lesinya.
Ukuran diameter lesi granuloma periapikal biasanya kurang dari 1 cm sedangkan
ukuran diameter lesi kista periapikal lebih besar dan dapat mencapai 10 cm.
Sedangkan pada abses periapikal biasanya terdapat gambaran pelebaran membran
periodontal, batasan yang difus dan tidak tegas.9

2.3.3. Kista Radikular


Kista adalah suatu kavitas tertutup atau kantung yang bagian dalamnya dilapisi
oleh epithelium dan pusatnya terisi cairan atau bahan semisolid. Biasanya pada
pemeriksaan radiografik, terlihat tidak adanya kontinuitas lamina dura, dengan suatu
daerah refraksi. Daerah radiolusen biasanya bulat dalam garis alami garis bentuknya,
kecuali bila bentuknya mendekati gigi sebelahnya, yang dalam kasus ini dapat mendatar
atau mempunyai bentuk oval. Daerah radiolusen lebih besar daripada suatu granuloma
dan dapat meliputi lebih dari satu gigi.7
Kista radikuler disebut juga kista periapikal. Kista ini merupakan jenis kista yang
paling sering ditemukan. Kista radikuler terbentuk oleh karena iritasi kronis gigi yang
sudah tidak vital. Kista ini tumbuh dari epitel rest of Malassez yang mengalami
proliferasi oleh karena respon terhadap proses radang yang terpicu oleh karena infeksi
bakteri pada pulpa - pulpa yang nekrosis.7
Gambar 2.11: Radiografi kista radikuler.7 (Grossman, Louis I. Ilmu Endodontik dalam Praktek. EGC:
Jakarta. 1998)
A. Diagnosis banding
Kista periapikal, juga dikenal sebagai kista radikular, adalah lesi kistik yang
paling sering berhubungan dengan gigi dan merupakan ploriferasi residu epitel
yang diinduksi oleh proses peradangan dari pulpa yang nekrosis. Peradangan yang
terjadi memicu pembentukan granuloma, dan akhirnya terbentuk kista. Kista
peripapikal pada umumnya asimtomatik namun seiring waktu dapat membesar.
Kista ini muncul sebagai lesi bulat atau berbentuk buah pir, radiolusen, unilocular,
di daerah periapikal, berukuran <1 cm pada pencitraan X-ray dan CT scan.7

2.3.4. Periapical Sclerosing Osteitis (Condensing Osteitis)


Condensing osteitis adalah gambaran radioopak yang terlihat di bawah apeks gigi
yang sudah nonvital dan biasanya memiliki lesi karies yang besar atau tumpatan yang
luas. Condensing osteitis terjadi akibat inflamasi pada pulpa yang bersifat kronis. Pulpa
yang terinflamasi seperti pada pulpitis kronis dapat merangsang respon tulang. Tulang
periapikal akan mengalami proliferasi sehingga menghasilkan gambar radioopak.
Condensing osteitis bervariasi dilihat dari bentuk dan ketebalan dengan lesi yang tidak
terlihat menempel pada akar gigi.4
Gambaran radiografi Periapical Sclerosing osteitis terdapat keradiopakan di
sekeliling akar yang difus. Adapun diagnosis banding yaitu Enostosis karena memiliki
gambaran radiopak yang menyerupai enostosis. 4
Gambar 2.12: Condensing Osteitis Inflamasi diikuti oleh nekrosis pulpa pada molar pertama yang
menyebabkan radiopasitas jaringan periradikuler yang besar.4 (Margono, Gunawan. Radiografi
Intraoral: Tehnik, Prosesing, Interpretasi Radiogram. EGC: Jakarta. 2018

2.3.5. Hipersementosis
A. Gambaran Klinis Hipersementosis
Secara klinis hipesementosis tidak memberikan tanda-tanda atau gejala yang
menunjukan bahwa gigi tersebut telah mengalami hipersementosis, karena tidak
ada perubahan perubahan yang tampak di daerah tersebut tersebut yang
menandakan menandakan kehadirannya. kehadirannya. Pengujian gigi dalam hal
vitalitas, sensitivitas, perkusi atau tes termal tidak memberikan respon terhadap
ada atau tidaknya hipersementosis, Mukosa yang melapisi daerah hipersementosis
terlihat normal tanpa adanya Faktor lain, Ketika gigi dengan hipersementosis
dicabut, akar terlihat lebih besar diameternya dari pada normal dan terdapat apikal
yang membulat.11
B. Gambaran Radiografi Hipersementosis
Hipersementosis akibat anomali gigi terlihat pada radiografi
sebagai pembesaran pembesaran yang membulat membulat yang dikelilingi
dikelilingi oleh membrane periodontal yang berkesinambungan dan tidak
terputus terputus serta lamina dura yang normal, namun hal ini tidak terjadi pada
hipersementosis yang terdapat pada kasus gigi yang terkena nerkrosis pulpa akibar
inflamasi dan hipersementosis yang terdapat pada penyakit paget’s.11

Gambar 2.13: Hipersementosis yang meliputi gigi Premolar atas. 11 (Miloro, M., Ghali, G.E.,
Larsen, P.E., Waite, P.D., Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Surgery, 2nded., BC
Decker Inc, Ontario, 2004:316- 318)

Adapun pada Adapun pada kasus gigi dengan kasus gigi dengan nekrosis
pulpa, hipersementosis di rangsang oleh inflamsi periodontal yang kronis,
pembentukan sementum yang berlebihan ini dihasilkan oleh inflamasi yang
merusak tulang alveolar dan pembentukan ini merupakan reaksi perlindungan dan
perbaikan. Jenis hipersementosis ini dapat dikenali dengan cepat pada radiograf,
karena terdapat suatu kerusakan dari kontinuitas membrane periodontal, lamina
dura dan juga biasanya terdapat destruksi tulang pada bagian periapical.11

Gambar 2.14: Hipersementosis pada gigi dengan nekrosis.11 (Miloro, M., Ghali, G.E.,
Larsen, P.E., Waite, P.D., Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Surgery, 2nded., BC
Decker Inc, Ontario, 2004:316- 318)

C. Diagnosis Banding Hipersementosis


Salah satu gambaran radiografi khas yang dimiliki oleh hipersementosis dan
membedakan dengan lesi radioopak lainnya adalah bentuk gigi menjadi seperti
alat pemukul (drum stick), kontinuitas lamina dura masih dapat terbaca (batas
dengan tulang sekitar tulang sekitar jelas) diagnosis banding hipersementosis yang
memiliki tampilan radioopak periapikal, beserta perbedaannya berdasarkan
gambaran radiologis, yaitu: 11
1. Sklerotis osteitis Gambaran circumscribed radioopak yang terlihat di
bawah apeks gigi atau melebar ke lateral akar dengan ukuran yang
bervariasi dan akar yang sudah nonvital memiliki irregular margin
(poorly defined) dan batas lesi dengan tulang sekitar sulit dibedakan,
kontinuitas lamina dura sulit dideteksi (lesi menyatu dengan tulang)
dengan hipersementosis yang kontinuitas lamina dura masih dapat
terbaca dan batas dengan tulang jelas 11
2. Dense Bone Island
3. DBI terletak pada apeks gigi, kondisi ini bisa saja mirip dengan
hipersementosis . Tidak ada batas radiolusen di garis tepi lesinya , lesi
radioopak berbatas langsung dengan tulang normal di sekitarnya,
berbeda dengan hipersementosis yang masih dapat terlihat batasan tepi
radiolusen. Pada beberapa kasus DBI terletak di periapikal hingga akar
gigi sehingga terjadi resorpsi akar. Gigi yang paling sering terkena adalah
gigi molar pertama mandibular. Dari semua kondisi, gigi masih vital dan
resorpsi tulang akan sembuh sendiri. DBI biasanya statis tapi kadang-
kadang dapat membesar, khususnya ketika terdapat pertumbuhan yang
aktif pada rahang.11

2.3.6. Osteomielitis
A. Gambaran Radiografi Osteomielitis
Karena variasi yang luas dalam bukti radiografi atau gejala klinis terjadi,
diagnosis dini terkadang sulit dilakukan. Proses osteomielitik berasal dari struktur
tulang cancellous, dan kerusakan struktur cancellous terjadi dengan resistensi jauh
lebih sedikit daripada tulang kortikal. Tulang kortikal yang padat, dan proses
destruktif mungkin dapat berlangsung sebelum osteomielitis dapat terungkap
dalam radiografi karena superimposisi dari tulang kortikal yang lebih padat.
Dalam jenis yang lebih agresif atau tidak terkendali, kerusakan mungkin dapat
terjadi dengan cepat dan tulang kortikal mungkin dapat diserang sehingga bukti
radiografi menjadi terlihat pada tanggal awal. Proses destruktif ini tidak memiliki
pola yang pasti. Daerah radiolusen yang terlihat pada radiograf sering
digambarkan memiliki gambaran wormy.11
a) Gambaran Radiografis Osteomielitis Akut
Gambaran panoramik merupakan pemeriksaan pertama pada pasien yang
secara klinis dicurigai memiliki perkembangan osteomielitis rahang.
Dalam prosedur dental, pencabutan gigi pada area molar memilliki
kemungkinan terjadinya perkembangan osteomielitis. Perbandingan dari
panoramik baru dengan yang sebelumnya memberikan pengakuan dan
perbedaan dari infeksi yang baru mulai atau perisitensi dan reaktivasi
dari proses sebelumnya. Radiografi mungkin akan gagal untuk
memperlihatkan adanya perbedaan untuk 4-8 hari. Hingga inflamasi telah
menghasilkan peleburan yang cukup dari tulang trabekula, radiograf
konvensional mungkin akan menghasilkan hasil normal. Resopsi tulang
dari hipearmia dan aktivitas osteoklastik membutuhkan 30-50% reduksi
fokal dari mineral tulang untuk bisa di kenali dalam radiograf, karena itu
tidak biasa untuk film biasa menginterpretasikan seperti normal selama 2
minggu atau kadangkala 3 minggu setelah onset gejala.11
Gambar 2.15: Osteomielitis akut pada kanan mandibula setelah 2 minggu dlakukan
ekstraksi gigi 46. Gambaran panoramic memperlihatkan keabnormalan dengan
tampilan seperti normal pada soket setelah ekstraksi gigi 46. 11 (Miloro, M., Ghali,
G.E., Larsen, P.E., Waite, P.D., Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial
Surgery, 2nded., BC Decker Inc, Ontario, 2004:316- 318)
b) Gambaran Radiografis Osteomielitis Kronis
Gambaran panoramic merupakan pemeriksaan standar yang sama dengan
akut osteomielitis, untuk menilai situasi ossesous dan status dari
pertumbuhan gigi. Osteomielitis kronis yang mempengaruhi mandibula
lebih dapat dikenali dibandingkan apabila osteomielitis kronis yang
mempengaruhi maksila. Osteomielitis kornis pada rahang menunjukan
tanda karakteristik radiografi. Prinsip pencariannya adalah radiopasitas
yang progresif dengan penghapusan dari struktur trabekula tulang
cancellous dan kehilangan tulang antara kortikal-cancellous. Tanda
radiografi secara histologis berhubungan dengan skeloris tulang degan
trabekula kasar selama proliferasi dari osteoblas melingkari tulang
trabekula dan melewati ruang sumsum.11

Gambar 2.16: Gambaran radiografi panoramic dari osteomielitis kronis pada


mandibula. Terlihat massa radiopak dari region 37 hingga ramus mandibular. 11
(Miloro, M., Ghali, G.E., Larsen, P.E., Waite, P.D., Peterson’s Principles of Oral and
Maxillofacial Surgery, 2nded., BC Decker Inc, Ontario, 2004:316- 318)
B. Diagnosa banding osteomielitis
Langkah pertama dalam penatalaksanaan osteomielitis adalah mendiagnosa
kondisi pasien dengan benar. Diagnosis dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis,
pemeriksaan radiografi dan pemeriksaan jaringan. Jaringan yang terkena
osteomielitis harus dikirim ke lab untuk dilakukan pewarnaan gram, kultur
bakteri, tes sensitivitas dan pemeriksaan histopatologis. Operator harus
mencurigai faktor malignansi yang memiliki tampilan klinis yang sama dengan
osteomielitis, dan harus dicantumkan dalam diagnosa banding. Evaluasi dan
kontrol medis pada perawatan pasien dengan immunocompromised sangat
membantu perawatan osteomielitis. Misalnya, mengontrol gula darah pada pasien
diabetes untuk mendapatkan respon yang baik terhadap terapi osteomielitis.
Pengobatan antibiotik empiris harus dilakukan berdasarkan hasil pewarnaan Gram
atau berdasarkan patogen yang mungkin diduga terlibat di daerah maxillofacial.
Kultur definitif dan laporan sensitivitas biasanya memakan waktu beberapa hari
untuk mendapatkan hasilnya, tetapi hal ini sangat membantu dokter bedah untuk
mendapatkan antibiotik yang paling sesuai berdasarkan organisme yang terlibat.11
BAB III

KESIMPULAN

Interpretasi radiograf gigi dapat dipandang sebagai proses untuk membuka atau mencari
semua informasi yang ada dalam radiograf gigi tersebut. Tujuan utama interpretasi radiograf
gigi adalah mengidentifikasi ada atau tidak adanya penyakit, mencari atau memberi informasi
mengenai awal dan perluasan penyakit, dan memungkinkan dibuatkannnya diffrensial
diagnosis. Untuk mencapai tujuan ini interpretasi radiograf gigi harus dilakukan dengan
benar. Pemeriksaan radiografi juga sangat diperlukan untuk menilai hasil suatu perawatan gigi
dan mengevaluasi hasil perawatannya dalam jangka waktu tertentu. Penulisan makalah ini
disusun sedemikian rupa sehingga diharapkan akan lebih mudah dipahami. Kami sangat
mengharapkan saran dan masukan dari makalah yang kami buat jika ada kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Supriyadi. Pedoman Interpretasi Radiograf Lesi-Lesi di Rongga Mulut. 2012; 9(3):134–


139. Diakses di http://jurnal.unej.ac.id/index.php/STOMA/article/download/2134/1737.
Diakses pada 18 September 2020
2. Whaites, E. Drage, N. Essentials of Dental Radiography and Radiology. 5th Ed. Elsevier:
Philadelphia. 2012: 249-254
3. Garg, N. Garg, A. Textbook of Endodontics. 4th Ed. Jaypee Brothers: New Delhi.
2018:26-28
4. Margono, Gunawan. Radiografi Radiografi Intraoral: Tehnik, Prosesing, Interpretasi
Radiogram. EGC: Jakarta. 1998
5. Sumawinata, Narlan. Senarai Istilah Kedokteran Gigi Inggris-Indonesia. EGC: Jakarta.
2004.
6. Tarigan, Rasinta. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). 2ndEd. Jakarta : EGC: Jakarta. 2004
7. Grossman, Louis I. Ilmu Endodontik dalam Praktek. EGC: Jakarta. 1995
8. Omoregie FO, Ojo MA, Saheeb BDO, Odukoy O. Periapical Granuloma Associated with
Extracted Teeth. Nigerian Journal of Clinical Practice; Vol 14: Jul-Sep 2011
9. Purkait SK. Essential of Oral Pathology. 3rd ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers. 2011.
10. John, John R. Essentials of Dental Radiology. At Rajmakal elctric Press, B-35/9, GT
Kamal rod, Dehli-33. Reprint 2008.
11. Miloro, M., Ghali, G.E., Larsen, P.E., Waite, P.D., Peterson’s Principles of Oral and
Maxillofacial Surgery, 2nd Ed., BC Decker Inc, Ontario, 2004: 316- 318

Anda mungkin juga menyukai