MAKALAH TOPIK 1
BAB I .................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ................................................................................................................. 5
BAB II ................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................................... 6
2.1. Prinsip Interpretasi Lesi Radiolusen dan Lesi Radioopak pada Radiograf ................. 6
2.2. Gambaran Radiograf Pulpitis Reversible, Pulpitis Irreversible dan Necrosis Pulpa 10
2.3.5. Hipersementosis.............................................................................................. 17
BAB III................................................................................................................................ 22
KESIMPULAN.................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 23
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Pemeriksaan Penunjang Radiologi yang Berhubungan Dengan Jaringan Pulpa & Periapikal’’
Dalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunannya.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik
dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,
saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca, Amin.
Wassalamualaikumsalam wr.wb.
Kelompok 1
Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1. Prinsip Interpretasi Lesi Radiolusen dan Lesi Radioopak pada Radiograf
Interpretasi radiograf gigi dapat dipandang sebagai proses untuk membuka atau mencari
semua informasi yang ada dalam radiograf gigi tersebut. Tujuan utama interpretasi radiograf
gigi adalah:1
1) Mengidentifikasi ada atau tidak adanya penyakit,
2) mencari atau memberi informasi mengenai awal dan perluasan penyakit, dan
3) memungkinkan penentuan diagnosis banding.
Untuk mencapai tujuan ini dan memaksimalkan hasil diagnostik, interpretasi harus
dilakukan dalam kondisi tertentu, mengikuti pedoman sistematis yang teratur. Sayangnya,
interpretasi sering kali terbatas pada pandangan sepintas dalam kondisi yang sama sekali tidak
tepat. Dokter sering menjadi korban masalah dan perangkap yang dihasilkan oleh diagnosis
dan penglihatan.2
2.2. Gambaran Radiograf Pulpitis Reversible, Pulpitis Irreversible dan Necrosis Pulpa
2.2.1. Pulpitis Reversible
Ini adalah tahap pertama di mana pulpa mengalami gejala. Ada respons
hipersensitif tajam terhadap dingin, tetapi nyeri mereda saat rangsangan dihilangkan.
Pasien mungkin menggambarkan gejala nyeri sesaat dan tidak dapat menemukan sumber
nyeri. Tahap ini bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.3
Pulpitis reversible adalah kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang yang
disebabkan oleh rangsangan berbahaya dimana pulpa mampu kembali ke keadaan normal
setelah rangsangan dihilangkan. Ini merupakan indikasi perifer A serat rangsangan delta.
Penentuan reversibilitas merupakan penilaian klinis yang dipengaruhi oleh riwayat pasien
dan evaluasi klinis.
Adapun gejala dari Pulpitis reversible ditandai dengan nyeri yang tajam dan
berlangsung sesaat, sering disebabkan oleh rangsangan dingin. Nyeri tidak terjadi secara
spontan dan tidak berlanjut ketika iritan dihilangkan. Mungkin merupakan hasil awal
karies.
Gambaran radiografi menunjukkan ligamen periodontal dan lamina dura normal,
dengan kata lain jaringan periapikal normal. Kedalaman karies atau restorasi mungkin
terlihat (Gambar2.4).
Gambar2.3: Radiografi menunjukkan restorasi yang mendalam mendekati pulpa pada gigi geraham
rahang bawah.3 (Garg, N. Garg, A. Textbook of Endodontics. 4th Ed. Jaypee Brothers)
Gambar 2.7: Kerusakan gigi yang mengakibatkan nekrosis pulpa.3 (Garg, N. Garg, A. Textbook of
Endodontics. 4th Ed. Jaypee Brothers)
Necrosis tersebut mungkin sebagian atau keseluruhan, tergantung meluasnya
keterlibatan jaringan pulpa. Nekrosis pulpa terdiri dari dua jenis:3
1. Nekrosis Koagulasi: Dalam nekrosis koagulasi, protoplasma dari semua sel
menjadi tetap dan dan opak. Sel mass dapat dikenali secara histologis, detail
intraseluler hilang.
2. Nekrosis Liquefaction: Pada nekrosis likuifaksi, seluruh garis sel hilang.
Daerah cair dikelilingi oleh zona padat PMNL (mati atau kering) dan sel
inflamasi yang kronis.
Nekrosis disebabkan oleh cedera atau luka berbahaya yang karena adanya bakteri,
trauma, dan iritasi kimia. Adapun gejalanya yaitu perubahan warna yang merupakan
indikasi pertama dari kematian pulpa. Riwayat penyakit pulpa sebelumnya dan gigi
pasien mungkin saja tidak menimbulkan gejala.3
Gambaran radiografi menunjukkan adanya kavitas besar atau restorasi besar
(Gambar 2.8.) Atau penampilan normal kecuali jika disertai adanya apikal periodontitis
atau kondensasi osteitis.3
Gambar 2.8: Radiografi menunjukkan restorasi besar pada gigi molar dan menghasilkan infeksi pulpa.3
(Garg, N. Garg, A. Textbook of Endodontics. 4th Ed. Jaypee Brothers)
Gambar 2.9: Radiografi rarefaksi tulang pada gigi molar .6 (Tarigan, R. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti).
Ed. 2. EGC: Jakarta. 2004)
Abses periapikal, yang biasa disebut dengan quinsy, merupakan infeksi dan
terbentuknya pus pada ruang peritonsil (ruang antara kapsul tonsil palatina dengan otot
konstriktor superior). Abses ini biasanya didahului oleh tonsilitis akut. Mirip seperti
abses gigi, gejala seperti dysphagia, trismus, halitosis, pembesaran kelenjar getah bening
servikal dapat muncul. Gejala yang membedakannya adalah pada quinsy terdapat otalgia,
suara "hot potato sounding", sakit tenggorokan unilateral, kemerahan dan pembengkakan
di area sisi tonsil yang terkena (bukan pada area sekitar gigi) 6
2.3.2. Granuloma
Granuloma gigi adalah suatu pertumbuhan jaringan granulomatus yang
bersambung dengan ligament periodontal disebabkan oleh matinya pulpa dan difusi
bakteri dan toksin bakteri dari saluran akarke dalam jaringan periradikular di sekitarnya
melalui foramen apikal dan lateral. Tampak daerah radiolusen pada daerah periradikular
gigi.7
Gambar 2.10: Daerah radiolusen pada daerah periradikular gigi.7 (Grossman, Louis I. Ilmu Endodontik
dalam Praktek. EGC: Jakarta. 1998)
2.3.5. Hipersementosis
A. Gambaran Klinis Hipersementosis
Secara klinis hipesementosis tidak memberikan tanda-tanda atau gejala yang
menunjukan bahwa gigi tersebut telah mengalami hipersementosis, karena tidak
ada perubahan perubahan yang tampak di daerah tersebut tersebut yang
menandakan menandakan kehadirannya. kehadirannya. Pengujian gigi dalam hal
vitalitas, sensitivitas, perkusi atau tes termal tidak memberikan respon terhadap
ada atau tidaknya hipersementosis, Mukosa yang melapisi daerah hipersementosis
terlihat normal tanpa adanya Faktor lain, Ketika gigi dengan hipersementosis
dicabut, akar terlihat lebih besar diameternya dari pada normal dan terdapat apikal
yang membulat.11
B. Gambaran Radiografi Hipersementosis
Hipersementosis akibat anomali gigi terlihat pada radiografi
sebagai pembesaran pembesaran yang membulat membulat yang dikelilingi
dikelilingi oleh membrane periodontal yang berkesinambungan dan tidak
terputus terputus serta lamina dura yang normal, namun hal ini tidak terjadi pada
hipersementosis yang terdapat pada kasus gigi yang terkena nerkrosis pulpa akibar
inflamasi dan hipersementosis yang terdapat pada penyakit paget’s.11
Gambar 2.13: Hipersementosis yang meliputi gigi Premolar atas. 11 (Miloro, M., Ghali, G.E.,
Larsen, P.E., Waite, P.D., Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Surgery, 2nded., BC
Decker Inc, Ontario, 2004:316- 318)
Adapun pada Adapun pada kasus gigi dengan kasus gigi dengan nekrosis
pulpa, hipersementosis di rangsang oleh inflamsi periodontal yang kronis,
pembentukan sementum yang berlebihan ini dihasilkan oleh inflamasi yang
merusak tulang alveolar dan pembentukan ini merupakan reaksi perlindungan dan
perbaikan. Jenis hipersementosis ini dapat dikenali dengan cepat pada radiograf,
karena terdapat suatu kerusakan dari kontinuitas membrane periodontal, lamina
dura dan juga biasanya terdapat destruksi tulang pada bagian periapical.11
Gambar 2.14: Hipersementosis pada gigi dengan nekrosis.11 (Miloro, M., Ghali, G.E.,
Larsen, P.E., Waite, P.D., Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Surgery, 2nded., BC
Decker Inc, Ontario, 2004:316- 318)
2.3.6. Osteomielitis
A. Gambaran Radiografi Osteomielitis
Karena variasi yang luas dalam bukti radiografi atau gejala klinis terjadi,
diagnosis dini terkadang sulit dilakukan. Proses osteomielitik berasal dari struktur
tulang cancellous, dan kerusakan struktur cancellous terjadi dengan resistensi jauh
lebih sedikit daripada tulang kortikal. Tulang kortikal yang padat, dan proses
destruktif mungkin dapat berlangsung sebelum osteomielitis dapat terungkap
dalam radiografi karena superimposisi dari tulang kortikal yang lebih padat.
Dalam jenis yang lebih agresif atau tidak terkendali, kerusakan mungkin dapat
terjadi dengan cepat dan tulang kortikal mungkin dapat diserang sehingga bukti
radiografi menjadi terlihat pada tanggal awal. Proses destruktif ini tidak memiliki
pola yang pasti. Daerah radiolusen yang terlihat pada radiograf sering
digambarkan memiliki gambaran wormy.11
a) Gambaran Radiografis Osteomielitis Akut
Gambaran panoramik merupakan pemeriksaan pertama pada pasien yang
secara klinis dicurigai memiliki perkembangan osteomielitis rahang.
Dalam prosedur dental, pencabutan gigi pada area molar memilliki
kemungkinan terjadinya perkembangan osteomielitis. Perbandingan dari
panoramik baru dengan yang sebelumnya memberikan pengakuan dan
perbedaan dari infeksi yang baru mulai atau perisitensi dan reaktivasi
dari proses sebelumnya. Radiografi mungkin akan gagal untuk
memperlihatkan adanya perbedaan untuk 4-8 hari. Hingga inflamasi telah
menghasilkan peleburan yang cukup dari tulang trabekula, radiograf
konvensional mungkin akan menghasilkan hasil normal. Resopsi tulang
dari hipearmia dan aktivitas osteoklastik membutuhkan 30-50% reduksi
fokal dari mineral tulang untuk bisa di kenali dalam radiograf, karena itu
tidak biasa untuk film biasa menginterpretasikan seperti normal selama 2
minggu atau kadangkala 3 minggu setelah onset gejala.11
Gambar 2.15: Osteomielitis akut pada kanan mandibula setelah 2 minggu dlakukan
ekstraksi gigi 46. Gambaran panoramic memperlihatkan keabnormalan dengan
tampilan seperti normal pada soket setelah ekstraksi gigi 46. 11 (Miloro, M., Ghali,
G.E., Larsen, P.E., Waite, P.D., Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial
Surgery, 2nded., BC Decker Inc, Ontario, 2004:316- 318)
b) Gambaran Radiografis Osteomielitis Kronis
Gambaran panoramic merupakan pemeriksaan standar yang sama dengan
akut osteomielitis, untuk menilai situasi ossesous dan status dari
pertumbuhan gigi. Osteomielitis kronis yang mempengaruhi mandibula
lebih dapat dikenali dibandingkan apabila osteomielitis kronis yang
mempengaruhi maksila. Osteomielitis kornis pada rahang menunjukan
tanda karakteristik radiografi. Prinsip pencariannya adalah radiopasitas
yang progresif dengan penghapusan dari struktur trabekula tulang
cancellous dan kehilangan tulang antara kortikal-cancellous. Tanda
radiografi secara histologis berhubungan dengan skeloris tulang degan
trabekula kasar selama proliferasi dari osteoblas melingkari tulang
trabekula dan melewati ruang sumsum.11
KESIMPULAN
Interpretasi radiograf gigi dapat dipandang sebagai proses untuk membuka atau mencari
semua informasi yang ada dalam radiograf gigi tersebut. Tujuan utama interpretasi radiograf
gigi adalah mengidentifikasi ada atau tidak adanya penyakit, mencari atau memberi informasi
mengenai awal dan perluasan penyakit, dan memungkinkan dibuatkannnya diffrensial
diagnosis. Untuk mencapai tujuan ini interpretasi radiograf gigi harus dilakukan dengan
benar. Pemeriksaan radiografi juga sangat diperlukan untuk menilai hasil suatu perawatan gigi
dan mengevaluasi hasil perawatannya dalam jangka waktu tertentu. Penulisan makalah ini
disusun sedemikian rupa sehingga diharapkan akan lebih mudah dipahami. Kami sangat
mengharapkan saran dan masukan dari makalah yang kami buat jika ada kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA