PENDAHULUAN
6
Pada Instalasi Radiologi RSU Budi Rahayu Pekalongan pengolahan
gambaran radiografnya menggunakan CR (computed radiography) yang
kasetnya menggunakan IP (Imaging Plate), sehingga setiap pagi hari selalu
dilakukan erase kaset CR. Tujuannya untuk mengetahui kaset, reader,
computer apakah berfungsi dengan baik tanpa terjadinya kesalahan atau eror
pada alat dan menghapus sisa-sisa elektron.
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam
dengan menuangkan dalam laporan kasus Praktek Kerja Lapangan 4 yang
berjudul “Perawatan Erase Imaging Plate Pada Kaset Modalitas
Computed Radiography Di Instalasi Radiologi RSU Budi Rahayu
Pekalongan”.
7
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis utuk dapat mengetahui tentang perawatan imaging plate pada
kaset dan manfaat erase di instalasi radiologi RSU Budi Rahayu
Pekalongan
2. Bagi Pembaca
Dapat memperoleh wawasan dan pengetahuan tentang perawatan
imaging plate pada kaset dan manfaat erase di instalasi radiologi RSU
Budi Rahayu Pekalongan
3. Bagi Akademi
Sebagai masukan bagi penulis laporan kasus dengan topik yang
sama
4. Bagi Rumah Sakit
Memberikan masukan pada rumah sakit atau pihak-pihak tertentu
untuk melakukan perawatan kaset dan pentingnya melakukan erase
imaging plate
8
BAB II
DASAR TEORI
9
b. Struktur Organisasi Radiologi
Struktur organisasi Instalasi Radiologi RSU Budi Rahayu
Pekalongan Terlampir.
c. Kegiatan Manajemen radiologi
a. Rapat koordinir radiologi : rapat dilaksanakan rutin setiap bulan
untuk evaluasi dan koordinasi pelayanan radiologi
b. Evalusi dan penyelesaian protap-protap telah disahkan direktur.
c. Pengendalian mutu
Pengendalian mutu pada Instalasi Radiologi RSU Budi Rahayu
Pekalongan yaitu tentang waktu tunggu hasil radiologi kritis ≤
30 menit..
2.2.2 Jenis pemeriksaan
Adapun pemeriksaan Radiodiagnostik yang dilakukan di Instalasi
Radiologi RSU Budi Rahayu Pekalongan sebagai berikut :
a. Pemeriksaan tanpa kontras
1) Cranium
2) Thorax
3) ABDOMEN
4) Ekstremitas atas dan bawah
5) Pelvis
6) Columna Vertebralis
b. Pemeriksaan dengan kontras
1) OMD
2) Colon In Loop
3) BNO IVP
4) Uretrocistrografi
5) RPG/APG
6) Appendicografi
7) HSG
c. Pemeriksaan Ct-scan
d. Pemeriksaan MRI
10
e. Pemeriksaan USG dan 4D USG
2.3 Citra Radiografi
Citra secara umum merupakan representasi, kemiripan atau imitasi dari
suatu objek atau benda (Gonzalez dkk, 2008). Di dalam ranah radiologi, citra
dikenal sebagai citra radiografi yang merupakan bentuk bayangan sebagai
akibat dari sinar-x melalui tubuh. Sebuah radiograf diharuskan bisa
memberikan informasi yang jelas dalam upaya menegakan sebuah diagnosa.
Ketika radiograf yang dihasilkan mempunyai semua informasi yang
dibutuhkan dalam memastikan sebuah diagnosa, maka radiograf dikatakan
memiliki kualitas gambaran yang tinggi (Rahman, 2009).
Kualitas radiograf merupakan kemampuan radiograf untuk menghasilkan
kejelasan gambaran struktur anatomi yang baik pada sebuah radiograf.
Kualitas radiograf yang tinggi di perlukan untuk menentukan diagnosa yang
tepat oleh seorang dokter spesialis radiologi (Bushong, 2001).
Untuk mengetahui kualitas gambar radiograf yang tinggi, maka sebuah
radiograf harus memenuhi beberapa aspek yang akan dinilai pada sebuah
radiograf yaitu:
2.3.1 Densitas
Densitas radiograf adalah tingkat kehitaman sebuah gambar yang
berasal dari deposit perak metalik pada emulsi film. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap densitas (Cartlon dan Alder,2001):
a. Faktor yang mengontrol, yaitu mAs (miliampersecond). Hubungan
densitas dengan mAs berbanding lurus. Ketika mAs dinaikan maka
eksposi sinar-x akan naik pula, maka densitasnya akan meningkat
pula.
b. Faktor yang berpengaruh, yaitu :
1. kVp (kilovolt potensial) mengontrol energi foton sinar-x yang
diproduksi di anoda. Oleh karena karena itu mengganti kV
akan merubah intensitas dari sinar-x meskipun mAs dan faktor
lainya sama.
11
2. Titik fokus ukuran titik fokus yang besar menyebabkan semakin
banyak terjadi insiden elektron.
3. Anoda heel effec berpengaruh terhadap intensitas sinar-x juga
terhadap densitas diantara sisi anoda dan katoda lebih besar dari
pada sisi anoda.
4. Focus Film Distance (FFD) berpengaruh terhadap intensitas
sinar-x yang sampai ke film dengan persaman kuadrat terbalik.
5. Filtrasi, semua jenis filter berpengaruh terhadap densitas.
Densitas akan menurun apabila filter meningkat.
6. Pembatasan sinar, mengurangi ukuran lapangan penyinaran
sinar-x sehingga mengurani foton yang ada. Hal ini mengurangi
radiasi hambur,oleh karena itu mengurangi densitas pula.
7. Struktur anatomi, hubungan ketebalan objek dan densitas
berbanding terbalik. Semakin tebal objek maka densitasnya
semakin menurun.
8. Grid menyerap radiasi hambur sehingga densitasnya menjadi
rendah.
9. Kombinasi film screen, apabila speed film meningkat maka
densitasnya menurun.
2.3.2 Kontras
Kontras radiografi adalah perbedaan derajat kehitaman pada
struktur anatomi yang membedakan atau variasi densitas pada radiograf
(Bushong,2001). Kontras radiograf merupakan jumlah seluruh kontras
yang diperoleh dari struktur anatomi dan film. Hal ini digambarkan
sebagai kontras subjek dan kontas film (Carlton dan Adler,2001).
a. Kontras Subjek
Kontras subjek merupakan perbedaan intensitas sinar-x yang
telah mengalami atenuasi setelah melewati objek. Hal ini bergantung
pada kilovoltage dan jumlah serta jenis materi yang terkena radiasi.
kV yang tinggi akan menurunkan kontras sedangkan kV yang rendah
akan menaikan kontras. Jumlah materi yang terkena radiasi
12
dipengaruhi oleh nomor atom dan kerapatan materi tersebut (Cartlon
dan Alder,2001).
b. Kontras Film
Kontras film merupakan rentang densitas dimana film mampu
menangkap gambaran tersebut. Kontras film dipengaruhi oleh empat
faktor, yaitu : intensifying screen, densitas film, kurva D log E, dan
procesing (Carlton dan Alder,2001).Faktor-faktor yang
mempengaruhi terhadap kontras :
1. Faktor yang mengontrol, yaitu kVp (kilovolt potential). Apabila
kV meningkat maka kontras akan turun. kV juga mengontrol
jumlah radiasi hambur. Meningkatkan kV akan meningkatkan
jumlah radiasi hambur yang menyebabkan semakin banyak fog,
oleh karena itu kontrasnya akan menurun.
2. Faktor yang mempengaruhi, yaitu :
a) mAs merubah densitas pada film juga kontrasnya.
b) Titik fokus, ukuran titik fokus berpengaruh sedikit pada
densitas yang tidak diinginkan yang juga akan berpengaruh
terhadap kontras.
c) Anoda hell effect berpengaruh terhadap intensitas sinar-x
juga terhadap densitas dan juga kontras.
d) Focus Film Distance (FFD) berpengaruh terhadap intensitas
sinar-x yang sampai ke film dengan persamaan kuadrat
terbalik. Jarak yang lebih besar akan menurunkan densitas
dan menaikan kontras.
e) Filtrasi semakin tebal filter maka akan semakin tinggi
kontras yang dihasilkan.
f) Pembatasan sinar, mengurangi ukuran lapangan penyinaran
sinar-x sehingga mengurangi foton yang ada. Hal ini
mempengaruhi radiasi hambur, oleh karena itu akan
meningkatkan kontras.
13
g) Struktur anatomi, semakin tebal objek maka akan
menghasilkan radiasi hambur yang semakin besar sehingga
akan menurunkan kontrasnya.
h) Grid menyerap radiasi hambur sebelum sampai ke film.
i) Kombinasi film screen, ketika lembah pada kurva D log E
lebih curam maka kontrasnya semakin tinggi.
2.3.3 Detail
Detail adalah kemampuan radiograf menampakan tepi atau batas
dari objek secara tegas. Detail dapat dilihat dengan jelas pada radiograf
yang mempunyai kontras tinggi. Faktor penentu detail adalah ukuran
focal spot, source-to-image receptor distance (FFD), dan object-to-
image receptor distance. Detail dari gambar juga dipengaruhi oleh tipe
intensifying screens dan adanya pergerakan (Bushong,2001)
2.3.4 Ketajaman
Jika kontras didefinisikan sebagai perbedaan densitas, maka
ketajaman memperhatikan bagaimana perubahan densitas pada
perbatasan antara daerah berdekatan. Batas antara dua area yang
muncul bisa sangat tajam, hal ini dikarenakan terdapat perubahan
drastis nilai densitas pada batas tersebut. Dapat diambil kesimpulan
bahwa semakin tinggi nilai kontras, maka semakin tajam gambar yang
dihasilkan (Rahman, 2009).
2.3.5 Spatial Resolution
Spatial resolution adalah kemampuan untuk dapat membedakan
objek yang berukuran kecil dengan densitas yang berbeda pada latar
belakang yang sama yang dipengaruhi oleh faktor eksposi (Rahman,
2009).
2.3.6 Dynamic Range
Computed Radiography memiliki rentang dinamik (dynamic
range) yang lebar. Rentang dinamik yang lebar adalah rasio intensitas
sinar-x terbesar sampai terkecil dapat digambarkan (Williams, 2007).
14
2.3.7 Noise
Noise adalah fluktuasi nilai attenuasi pada jaringan atau materi
yang homogen. Noise akan mempengaruhi kontras, semakin tinggi
noise maka kontras akan menurun (Bushberg, 2003)
15
padac computed radiography, fotonsinar-X akan dikonversi menjadi
caha yatampak oleh scintillator yang kemudian cahaya tampak tersebut
dikonversi menjadi energy listrik oleh photodiode atau charged-coupled
device (CCD). Untuk membaca (readout) pulsa listrik, indirect
conversion juga menggunakan TFT Array (Chotas, dkk 1999).
16
Penggunaan kaset pada radiografi konvensional yang disebut Imaging
plate .
17
menghasilkan angka digital sesuai dengan lokasi matrix gambar
digital yang ditentukan oleh kesesuaian sinar laser dan lokasi IP.
Informasi dari sisa gambar laten dihapus menggunakan cahaya yang
kuat dan IP dimasuk kan kembali dalam kaset untuk digunakan
kembali. Pada langkah 3, citra mengalami pre-processing yaitu citra
yang di hasilkan pada skala asli yang disebut “raw image”. Dengan
respon rentang dinamik yang lebar citra dimani pulasi untuk
menghasilkan karakteristik citra yang optimal padalangkah 4,
Tampilan citra digital dapat dilihat pada langkah 5 yang ditampilkan
pada monitor atau film (Seibert dkk, 2006).
18
meminimalisasi fenomena noise, IP harus segera dihapus setelah
dieksposi (Greene,1992).
b. Perlengkapan Operasional ComputerRadiografi (CR)
1. Imaging plate
Imaging Plate (IP) merupakan lembaran yang dapat
menangkap dan menyimpan sinar-X, terdiri dari lapisan fosfor
dan lapisan pendukung. IP digunakan dengan cara recording
dibaca oleh sinar laser dan dihapus untuk dipakai kembali.
Dalam penggunaannya IP berada di dalam kaset datar dengan
berbagai ukuran dan memiliki beberapa lapisan antara lain yaitu
:
a) Lapisan Pelindung
Lapisan ini berfungsi untuk melindungi IP dari benturan,
kerusakan saat proses handling dan transfer seperti goresan,
kontraksi, pecah akibat temperatur dan kelembaban
(Ballinger, 2003).
b) Lapisan Fosfor
Lapisan yang paling aktif dalam IP. Lapisan fosfor IP
adalah lapisan kristal Europium-doped Barium
Fluorohalide (BaFX;Eu2+) atau Photostimulable Phospor.
Saat menumbuk kristal ini, BaFX;Eu2+ berubah menjadi
bentuk semistabil. Distribusi molekul semistabil ini
membentuk gambar laten (Ballinger, 2003).
c) Lapisan Penyokong
Lapisan penyokong adalah lapisan dasar yang melapisi
lapisan lain yang terbuat dari poliester (Ballinger, 2003).
d) Lapisan Konduktor
Lapisan konduktor berfungsi mengeliminasi masalah-
masalah elektrostatik dan menyerap cahaya untuk
meningkatkan ketajaman (Ballinger, 2003).
e) Lapisan Pelindung Cahaya
19
Lapisan ini berfungsi untuk mencegah cahaya masuk saat
proses penghapusan data dari IP, kebocoran, dan
menurunkan resolusi spasial (Ballinger, 2003).
2. Image Reader
Image reader merupakan alat untuk mengubah gambar laten
pada IP format digital (Ballinger, 2003).
3. Image Console
Image reader sudah dilengkapi dengan monitor yang
berfungsi untuk menampilkan gambar yang sudah di baca oleh
Imagereader disebut dengan image console.
20
Gambar 2.4Image Console (Carter, 2010)
4. Image recorder
Imagerecorder mempunyai fungsi sebagai proses akhir dari
suatu pemeriksaan yaitu media pencetakan hasil gambaran yang
sudah diproses dari awal penangkapan sinar-X oleh imageplate
kemudian di baca oleh image reader dan diolah oleh
21
imageconsole terus dikirim ke imagerecorder untuk dilakukan
proses output dapat berupa media compactdisc sebagai media
penyimpanan.atau dengan printer laser yang berupa laser
imagingfilm.
22
pengodean ulang sinyal yang dihasilkan. Sistem secara otomatis
menghapus imaging plate dengan penyinaran cahaya untuk
menghilangkan beberapa elektron yang masih berada di imaging
plate setelah pembacaan. Kaset harus dihapus sebelum digunakan
jika kita tidak mengetahui terakhir kali penghapusan dilakukan.
(Carter, 2010)
23
untuk menilai kualitas gambar dalam beberapa system dengan
memberikan sinyal dan noise yang dapat diukur. Jika level sinyal
sangat tinggi objek akan terlihat denganjelas, tetapi jika level sinyal
mirip dengan tingkat noise, objek akan sangat sulit untukt erlihat,
karena sebagian akan terhapus oleh noise. Dengan kata lain, sinyal
adalah ratio noise yang meningkat (Gunn 2002).
Noise akan muncul dan merusak citra yang dihasilkan. Noise
pada citra bergantung pada banyak hal, mulai dari sumber cahaya
sampai kepada sensor penerima bayangan. Noise pada citra hasil
radiografi digital sinar-X yang terutama adalah noise kuantum
(Quantum Noise). Noise kuantum muncul sebagai akibat kurangnya
foton yang dihasilkan oleh sumber sinar-X.Noise kuantum ini dapat
dikurangi dengan memperbanyak jumlah foton, dengan kata lain
memperbesar tingkat radiasi sinar-X. Noise kuantum berbanding
terbalik dengan kuadrat tingkat kecerahan (exposure) pada layar
penerima citra. Peningkatan radiasi sinar-X untuk mengurangi noise
harus dilakukan dengan penuh pertimbangan terutama di bidang
medis. Pada aplikasinya di dunia medis, radiografi sinar-X harus
memperhatikan dosis radiasi sinar-X pada pasien. Semakin rendah
dosis radiasi sinar-X yang diberikan kepada pasien akan semakin
baik. Namun kondisi ini akan menyebabkan citra hasil radiografi
memiliki tingkat noise yang tinggi (Sprawls, 1995).
d. KelebihandanKekuranganComputed Radiography
Carter (2010) menjelaskan bahwa computed radiography adalah
salah satu modalitas modern dalam pencitraan medis yang
menggunakan gambar digital. Namun, menurut Papp (2006),
computed radiography memiliki kelebihan dan kekurangan
dibandingkan denganmodalitas pengolahan radiograf terdahulu.
1. Kelebihan Penggunaan Computed Radiography menurut
(Papp,2006)
24
a) Angka pengulangan yang lebih rendah karena kesalahan-
kesalahan faktor teknis
b) Resolusi kontras yang lebih tinggi latitude ekspose yang
lebih luas dibandingkan emulsi film radiografi.
c) Tidak memerlukan kamar gelap atau biaya untuk film (jika
gambar tidak ditampilkan dalam hardcopy)
d) Kualitas gambar dapat ditingkatkan
e) Penyimpanan gambar lebih mudah baik dengan hardcopy
maupun penyimpanan elektronik
2. Kekurangan Computed Radiography menurut (Papp,2006)
a) Biaya yang cukup tinggi untuk Imaging plate, Digitaizer
Computed Radiography, hardware dan software untuk
workstation
b) Resolusi spatial yang rendah
c) Pasien potensial menerima radiasi yang overexposed. CR
dapat mengkompensasi overexposure sehingga radiografer
terkadang menggunakan faktor eksposi yang berlebihan
pada pasien.
d) Adanya artefak pada gambar jika menggunakan grid.
Artefak tersebut akan terlihat jika menggunakan grid yang
mempunyai frekuensi grid kurang dari 60 line/cm .
e) Adanya artefak pada gambar akibat proses penghapusan
imaging plate (IP) yang kurang baik.
25
BAB III
3.1 HASIL
3.1.1 Profil Rumah Sakit Budi Rahayu Pekalongan
3.1.1.1 Tipe Rumah Sakit
26
Berbeda dengan Instalasi lain seperti Instalasi farmasi,
Laboratorium, gizi dan lain-lain, kedudukan Instalasi Radiologi
RSU Budi Rahayu Pekalongan sebagai penunjang dalam pelayanan
medik ddan keperawatan Rumah Sakit.
b. Struktur Organisasi Radiologi
Struktur organisasi Instalasi Radiologi RSU Budi Rahayu
Pekalongan Terlampir.
c. Kegiatan Manajemen radiologi
d. Rapat koordinir radiologi : rapat dilaksanakan rutin setiap bulan
untuk evaluasi dan koordinasi pelayanan radiologi
e. Evalusi dan penyelesaian protap-protap telah disahkan direktur.
f. Pengendalian mutu
Pengendalian mutu pada Instalasi Radiologi RSU Budi Rahayu
Pekalongan yaitu tentang waktu tunggu hasil radiologi kritis ≤ 30
menit..
27
11) Uretrocistrografi
12) RPG/APG
13) Appendicografi
14) HSG
b. Pemeriksaan Ct-scan
c. Pemeriksaan MRI
d. Pemeriksaan USG dan 4D USG
3.1.2.3 Cara erase imaging plate pada kaset di Instalasi RSU Budi
Rahayu Pekalongan
28
Gambar 3.1 Reader CR
29
2. Masukkan kaset di reader sampai bunyi
30
4. Jika sudah selesai dan lampur reader berubah warna hijau
kemudian tekan tombol pengunci kaset pada reader dan kaset
dapat di lepaskan untuk siap digunakan.
3.2 PEMBAHASAN
31
dibersihkan dengan alkohol agar lebih steril dan mencegah penularan
penyakit dari pasien. Apabila digunakan terhadap pasien yang
mengalami penularan, kaset langsung segera dibersihkan
menggunakan alkohol terlebih dahulu sebelum dimasuk kan ke image
reader, setelah itu disimpan di tempat kaset yang berupa sebuah
kardus untuk menjejerkan kaset tersebut. Karena dengan cara
perawatan seperti ini dapat meminimalisir kerusakat alat dan
mencegah penularan penyakit pada pasien ke pasien lain ataupun dari
pasien ke petugas instalasi radiologi. Perawatan IP di RSU Budi
Rahayu sudah sesuai dengan teori.
32
tunggu hingga lampu indikator berubah kembali jadi warna hijau yang
berarti kaset sudah selesai dari proses erase.
33
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang di atas, maka terdapat beberapa point
penting, yaitu antara lain :
4.1.1 Perawatan emaging plate pada kaset dilakukan setiap pagi hari
dengan cara membersihkan bagian luar kaset dengan desinfektan
dan setelahkaset kontak dengan tubuh pasien, serta dilakukan
proses erase pada setiap pagi hari.
4.1.2 Manfaaterase pada imaging plate agar terhindar dari noise.
4.2 SARAN
4.2.1 Penulis menyarankan agar penghapusan atau erase imaging plate
dilakukan pada setiap pergantian sift radiografer untuk memastikan
imaging plate tidak ada gambaran lain selain hasil pemeriksaan.
4.2.1 Sebaiknya di buat SPO tentang erase kaset agar terkendali.
34
DAFTAR PUSTAKA
Buku Saku Akreditasi Radiologi Rumah Sakit Budi Rahayu Pekalongan Tahun
2017
Bushberg J., Seibert J, et all. 2003. The Essential Physic of Medical Imaging.
Philadelphia: USA
Carter, Christi dan Beth Veale.2010 Digital Radiography and PACS. St. Louis:
Mosby
Chotas HG., Dobbins J., danRavin CE. 1999. Principles of Digital Radiography
With Large-Area, Electronically Readable Detectors: A Review of The
Basics. Radiology
35
Gunn, Chris. 2002. Radiographic Imaging A Practical Approach. Churcill:
Livingstone
Lutra ZF., Nickoloff EL., et all. 2003. Comparison of Computed Radiography and
Film’ Screen Combination Using A Contrast-Detail Phantom.
Washington Avenue: New York
Papp, Jeffrey. 2006. Quality Management In The Imaging Science. Mosby: Saint
Louis
Seibert JA., Terese MB, Ted Ciona, et all. 2006. Acceptance Testing and Quality
Control of Photostimulable Storage Phospor Imaging System. AAPM:
USA
36