Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dan
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Salah satu
hal yang berperan penting dalam pencapaian misi dan visi rumah sakit adalah
sistem pengelolaan pelayanan yang bertujuan untuk memberikan jasa kepada
pasien dan masyarakat pada umumnya. Pengelolaan pelayanan kesehatan
adalah hal yang sangat penting bagi suatu struktur kerja yang bergerak
dibidang pelayanan jasa, khususnya bagi suatu rumah sakit. Terdapat
bebragai jenis pelayanan yang di berikan pada rumah sakit salah satunya
pelayanan di bidang radiologi.
Instalasi radiologi adalah salah satu instalasi penunjang medis rumah
sakit terutama dalam pelayanann diagnosis. Tugas dari instalasi radiologi
sangat penting yaitu sebagai penunjang dalam menentukan langkah suatu
tindakan guna membantu menegakan diagnose suatu penyakit. Ini berarti
seluruh komponen di dalam instalasi radiologi memiliki peranan amat besar
demi tercapai nya peningkatan pengelolaan dan pelayanan kesehatan di
rumah sakit umum nya dan radiodiagnostik khususnya. Sebuah instalasi
radiologi yang sekarang dengan berkembanganya jaman sudah banyak yang
memakai CR (computed radiography) sebagai pengolahan gambar radiograf.
Dalam CR (computed radiography) kaset sudah tidak memakai film lagi
tetapi memakai IP (Image Plate). Dengan adanya fasilitas-fasilatas yang
memadai maka diperlukan perawatan alat-alat yang ada, sehingga kondisi
alat-alat tersebut tetap baik. Tujuannya perawatan secara berkala terhadap
peralatan-peralatan yang ada di Instalasi Radiologi agar kondisi peralatan
tersebut tetap baik sehingga apabila ada kerusakan dapat diketahui secara
cepat.

6
Pada Instalasi Radiologi RSU Budi Rahayu Pekalongan pengolahan
gambaran radiografnya menggunakan CR (computed radiography) yang
kasetnya menggunakan IP (Imaging Plate), sehingga setiap pagi hari selalu
dilakukan erase kaset CR. Tujuannya untuk mengetahui kaset, reader,
computer apakah berfungsi dengan baik tanpa terjadinya kesalahan atau eror
pada alat dan menghapus sisa-sisa elektron.
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam
dengan menuangkan dalam laporan kasus Praktek Kerja Lapangan 4 yang
berjudul “Perawatan Erase Imaging Plate Pada Kaset Modalitas
Computed Radiography Di Instalasi Radiologi RSU Budi Rahayu
Pekalongan”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perawatan imaging plate pada kaset di Instalasi Radiologi RSU
Budi Rahayu ?
2. Apa manfaat dari erase imaging plate pada modalitas Computed
Radiography (CR) terhadap gambaran radiograf di Instalasi Radiologi
RSU Budi Rahayu?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui perawatan imaging plate pada kaset di Instalasi
Rdiologi RSU Budi Rahayu Pekalongan
2. Untuk mengetahui apa manfaat dari erase imaging plate pada modalitas
Computed Radiography (CR) terhadap gambaran radiograf di Instalasi
Radiologi RSU Budi Rahayu Pekalongan

7
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis utuk dapat mengetahui tentang perawatan imaging plate pada
kaset dan manfaat erase di instalasi radiologi RSU Budi Rahayu
Pekalongan
2. Bagi Pembaca
Dapat memperoleh wawasan dan pengetahuan tentang perawatan
imaging plate pada kaset dan manfaat erase di instalasi radiologi RSU
Budi Rahayu Pekalongan
3. Bagi Akademi
Sebagai masukan bagi penulis laporan kasus dengan topik yang
sama
4. Bagi Rumah Sakit
Memberikan masukan pada rumah sakit atau pihak-pihak tertentu
untuk melakukan perawatan kaset dan pentingnya melakukan erase
imaging plate

8
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Profil Rumah Sakit Umum Budi Rahayu Pekalongan


1.2.1 Tipe Rumah Sakit
Status RSU Budi Rahayu adalah Rumah Sakit Swasta Yayasan
Santa Bunda Maria Tipe C.
1.2.2 Visi dan Misi
a. Visi
Terwujudnya pelayanan yang penuh kasih, bermutu dan
menghormati martabat manusia sehingga menjadi pilihan
masyarakat Pekalongan dan sekitarnya.
b. Misi
1. Mewujudkan kasih sebagai motivasi dasar dalam memberikan
pelayanan yang bermutu, profesional dan terjangkau berdasarkan
etika kristiani.
2. Menghargai, menyayangi dan membela martabat manusia
seutuhnya sejak pembuahan sampai kepada kematian naturalnya.
3. Menempatkan pasien sebagai sesama yang dilayani dengan
ramah dan ikhlas tanpa membedakan status sosial apapun
4. Membangun kerjasama dengan pihak-pihak terkait.
5. Menumbuhkan rasa memiliki, tata tangggung jawab, saling
menghargai antar anggota pelayanan kesehatan.
2.2 Profil Radiologi
2.2.1 Manejemen Radiologi
a. Kedudukan Instalasi Radiologi RSU Budi Rahayu Pekalongan
sebagai penunjang rumah sakit untuk menegakkan diagnosa.
Berbeda dengan Instalasi lain seperti Instalasi farmasi,
Laboratorium, gizi dan lain-lain, kedudukan Instalasi Radiologi RSU
Budi Rahayu Pekalongan sebagai penunjang dalam pelayanan medik
ddan keperawatan Rumah Sakit.

9
b. Struktur Organisasi Radiologi
Struktur organisasi Instalasi Radiologi RSU Budi Rahayu
Pekalongan Terlampir.
c. Kegiatan Manajemen radiologi
a. Rapat koordinir radiologi : rapat dilaksanakan rutin setiap bulan
untuk evaluasi dan koordinasi pelayanan radiologi
b. Evalusi dan penyelesaian protap-protap telah disahkan direktur.
c. Pengendalian mutu
Pengendalian mutu pada Instalasi Radiologi RSU Budi Rahayu
Pekalongan yaitu tentang waktu tunggu hasil radiologi kritis ≤
30 menit..
2.2.2 Jenis pemeriksaan
Adapun pemeriksaan Radiodiagnostik yang dilakukan di Instalasi
Radiologi RSU Budi Rahayu Pekalongan sebagai berikut :
a. Pemeriksaan tanpa kontras
1) Cranium
2) Thorax
3) ABDOMEN
4) Ekstremitas atas dan bawah
5) Pelvis
6) Columna Vertebralis
b. Pemeriksaan dengan kontras
1) OMD
2) Colon In Loop
3) BNO IVP
4) Uretrocistrografi
5) RPG/APG
6) Appendicografi
7) HSG
c. Pemeriksaan Ct-scan
d. Pemeriksaan MRI

10
e. Pemeriksaan USG dan 4D USG
2.3 Citra Radiografi
Citra secara umum merupakan representasi, kemiripan atau imitasi dari
suatu objek atau benda (Gonzalez dkk, 2008). Di dalam ranah radiologi, citra
dikenal sebagai citra radiografi yang merupakan bentuk bayangan sebagai
akibat dari sinar-x melalui tubuh. Sebuah radiograf diharuskan bisa
memberikan informasi yang jelas dalam upaya menegakan sebuah diagnosa.
Ketika radiograf yang dihasilkan mempunyai semua informasi yang
dibutuhkan dalam memastikan sebuah diagnosa, maka radiograf dikatakan
memiliki kualitas gambaran yang tinggi (Rahman, 2009).
Kualitas radiograf merupakan kemampuan radiograf untuk menghasilkan
kejelasan gambaran struktur anatomi yang baik pada sebuah radiograf.
Kualitas radiograf yang tinggi di perlukan untuk menentukan diagnosa yang
tepat oleh seorang dokter spesialis radiologi (Bushong, 2001).
Untuk mengetahui kualitas gambar radiograf yang tinggi, maka sebuah
radiograf harus memenuhi beberapa aspek yang akan dinilai pada sebuah
radiograf yaitu:
2.3.1 Densitas
Densitas radiograf adalah tingkat kehitaman sebuah gambar yang
berasal dari deposit perak metalik pada emulsi film. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap densitas (Cartlon dan Alder,2001):
a. Faktor yang mengontrol, yaitu mAs (miliampersecond). Hubungan
densitas dengan mAs berbanding lurus. Ketika mAs dinaikan maka
eksposi sinar-x akan naik pula, maka densitasnya akan meningkat
pula.
b. Faktor yang berpengaruh, yaitu :
1. kVp (kilovolt potensial) mengontrol energi foton sinar-x yang
diproduksi di anoda. Oleh karena karena itu mengganti kV
akan merubah intensitas dari sinar-x meskipun mAs dan faktor
lainya sama.

11
2. Titik fokus ukuran titik fokus yang besar menyebabkan semakin
banyak terjadi insiden elektron.
3. Anoda heel effec berpengaruh terhadap intensitas sinar-x juga
terhadap densitas diantara sisi anoda dan katoda lebih besar dari
pada sisi anoda.
4. Focus Film Distance (FFD) berpengaruh terhadap intensitas
sinar-x yang sampai ke film dengan persaman kuadrat terbalik.
5. Filtrasi, semua jenis filter berpengaruh terhadap densitas.
Densitas akan menurun apabila filter meningkat.
6. Pembatasan sinar, mengurangi ukuran lapangan penyinaran
sinar-x sehingga mengurani foton yang ada. Hal ini mengurangi
radiasi hambur,oleh karena itu mengurangi densitas pula.
7. Struktur anatomi, hubungan ketebalan objek dan densitas
berbanding terbalik. Semakin tebal objek maka densitasnya
semakin menurun.
8. Grid menyerap radiasi hambur sehingga densitasnya menjadi
rendah.
9. Kombinasi film screen, apabila speed film meningkat maka
densitasnya menurun.
2.3.2 Kontras
Kontras radiografi adalah perbedaan derajat kehitaman pada
struktur anatomi yang membedakan atau variasi densitas pada radiograf
(Bushong,2001). Kontras radiograf merupakan jumlah seluruh kontras
yang diperoleh dari struktur anatomi dan film. Hal ini digambarkan
sebagai kontras subjek dan kontas film (Carlton dan Adler,2001).
a. Kontras Subjek
Kontras subjek merupakan perbedaan intensitas sinar-x yang
telah mengalami atenuasi setelah melewati objek. Hal ini bergantung
pada kilovoltage dan jumlah serta jenis materi yang terkena radiasi.
kV yang tinggi akan menurunkan kontras sedangkan kV yang rendah
akan menaikan kontras. Jumlah materi yang terkena radiasi

12
dipengaruhi oleh nomor atom dan kerapatan materi tersebut (Cartlon
dan Alder,2001).
b. Kontras Film
Kontras film merupakan rentang densitas dimana film mampu
menangkap gambaran tersebut. Kontras film dipengaruhi oleh empat
faktor, yaitu : intensifying screen, densitas film, kurva D log E, dan
procesing (Carlton dan Alder,2001).Faktor-faktor yang
mempengaruhi terhadap kontras :
1. Faktor yang mengontrol, yaitu kVp (kilovolt potential). Apabila
kV meningkat maka kontras akan turun. kV juga mengontrol
jumlah radiasi hambur. Meningkatkan kV akan meningkatkan
jumlah radiasi hambur yang menyebabkan semakin banyak fog,
oleh karena itu kontrasnya akan menurun.
2. Faktor yang mempengaruhi, yaitu :
a) mAs merubah densitas pada film juga kontrasnya.
b) Titik fokus, ukuran titik fokus berpengaruh sedikit pada
densitas yang tidak diinginkan yang juga akan berpengaruh
terhadap kontras.
c) Anoda hell effect berpengaruh terhadap intensitas sinar-x
juga terhadap densitas dan juga kontras.
d) Focus Film Distance (FFD) berpengaruh terhadap intensitas
sinar-x yang sampai ke film dengan persamaan kuadrat
terbalik. Jarak yang lebih besar akan menurunkan densitas
dan menaikan kontras.
e) Filtrasi semakin tebal filter maka akan semakin tinggi
kontras yang dihasilkan.
f) Pembatasan sinar, mengurangi ukuran lapangan penyinaran
sinar-x sehingga mengurangi foton yang ada. Hal ini
mempengaruhi radiasi hambur, oleh karena itu akan
meningkatkan kontras.

13
g) Struktur anatomi, semakin tebal objek maka akan
menghasilkan radiasi hambur yang semakin besar sehingga
akan menurunkan kontrasnya.
h) Grid menyerap radiasi hambur sebelum sampai ke film.
i) Kombinasi film screen, ketika lembah pada kurva D log E
lebih curam maka kontrasnya semakin tinggi.
2.3.3 Detail
Detail adalah kemampuan radiograf menampakan tepi atau batas
dari objek secara tegas. Detail dapat dilihat dengan jelas pada radiograf
yang mempunyai kontras tinggi. Faktor penentu detail adalah ukuran
focal spot, source-to-image receptor distance (FFD), dan object-to-
image receptor distance. Detail dari gambar juga dipengaruhi oleh tipe
intensifying screens dan adanya pergerakan (Bushong,2001)
2.3.4 Ketajaman
Jika kontras didefinisikan sebagai perbedaan densitas, maka
ketajaman memperhatikan bagaimana perubahan densitas pada
perbatasan antara daerah berdekatan. Batas antara dua area yang
muncul bisa sangat tajam, hal ini dikarenakan terdapat perubahan
drastis nilai densitas pada batas tersebut. Dapat diambil kesimpulan
bahwa semakin tinggi nilai kontras, maka semakin tajam gambar yang
dihasilkan (Rahman, 2009).
2.3.5 Spatial Resolution
Spatial resolution adalah kemampuan untuk dapat membedakan
objek yang berukuran kecil dengan densitas yang berbeda pada latar
belakang yang sama yang dipengaruhi oleh faktor eksposi (Rahman,
2009).
2.3.6 Dynamic Range
Computed Radiography memiliki rentang dinamik (dynamic
range) yang lebar. Rentang dinamik yang lebar adalah rasio intensitas
sinar-x terbesar sampai terkecil dapat digambarkan (Williams, 2007).

14
2.3.7 Noise
Noise adalah fluktuasi nilai attenuasi pada jaringan atau materi
yang homogen. Noise akan mempengaruhi kontras, semakin tinggi
noise maka kontras akan menurun (Bushberg, 2003)

2.4 Modalitas Citra Digital Radiografi


Modalitas paling modern dari prosedur pencitraan medis yaitu
menggunakan gambar digital yang dapat dikirim melalui jaringan komputer
untuk sejumlah lokasi.Definisi dasar dari digital imaging adalah setiap proses
akusisi pencitraan bahwa prosedur gambar elektronik yang dapat dilihat dan
dimanipulasi di komputer (Carter, 2010).
2.4.1 Citra Digital Radiografi
Citra digital merupakan perubahan dari gambar analog menuju
gambar digital, yang diproses secara digital sehingga memungkinkan
untuk dilakukan manipulasi atau pengolahan gambar. Citra digital
radiografi adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan gambar
radiografi dalam bentuk digital yang dapat ditampilkan di layar
monitor. Sistem pencitraan digital terdiri dari Computed Tomography
(CT), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Ultrasonography, dan
Computed Radiography (Ballinger, 2003).
Digital Radiografi dapat dibedakan menjadi dua kelas menurut
detector sinar-x, yaitu detector dengan metode langsung (direct
conversion) dandetektor dengan menggunakan metode tidak langsung
(indirect conversion). Digital Radiography (DR) yang merupakan unit
pengolahan gambar dengan menggunakan detector langsung (direct
conversion ataudirect readout) berupa x-ray photoconductor, sepertix-
ray photoconductor berbahan selenium yang secara langsung merubah
energy foton sinar-X menjadi energil istrik. Berbeda dengan computed
radiography, detector pada digital radiography merubah energy foton
menjadi energy listrik yang kemudian energy listrik tersebut akan
dibaca (readout) olehthin-film transistor (TFT Array). Sedangkan

15
padac computed radiography, fotonsinar-X akan dikonversi menjadi
caha yatampak oleh scintillator yang kemudian cahaya tampak tersebut
dikonversi menjadi energy listrik oleh photodiode atau charged-coupled
device (CCD). Untuk membaca (readout) pulsa listrik, indirect
conversion juga menggunakan TFT Array (Chotas, dkk 1999).

Gambar 2.1 Mekanisme direct conversion pada Digital Radiography


(DR) dibandingkan dengan indirect conversion pada Computed
Radiography
.

2.4.2 Computed Radiography

Sistem Computed Radiography diperkenalkan pada awal tahun 80-


an sebagai perangkat radiograf digital. Computed Radiography (CR)
adalah prosedur pemeriksaan radiografi secara digital dengan
menggunakan Imaging plate sebagian system akuisisi data (Lu, dkk,
2003) .

Computed Radiography disebut juga radiografi tidak


langsung(indirect radiography) yang mengalami konversi tidak
langsung (indirectconversion). Konversi tidak langsung merupakan
sistem yang mengalami dua proses yang saling terlibat dengan
mengubah foton menjadi cahaya (scintilator) (Carlton, 2001).

16
Penggunaan kaset pada radiografi konvensional yang disebut Imaging
plate .

Radiografer memasukan cassette IP yang telah dieksposi kedalam


IP reader. Di dalam IP reader, cassette secara otomatis akan terbuka
dan IP dikeluarkan (Bushberg, 2001). Kemudian IP discan, dihapus,
dan dikembalikan kedalam cassette agar dapat digunakan untuk
pemeriksaan selanjutnya. Gambar yang telah discan kemudian
dimasukan ke dalam computer untuk diproses lalu ditampilkan pada
monitor (Ballinger, 2003)

a. Prinsip Dasar Computed Radiography


Detektor PSP lebih dikenal dengan Imaging plate (IP) yang
ditempatkan dalam cassette seperti sistem film-screen cassette.
Selama exposure, sinar-X ditransmisikan melalui pasien yang
kemudian diserap oleh IP. Energi yang tersimpan dalam bahan IP
menyebabkan elektron-elektron berubah dari level energi dasar
(ground state) menjadi level energi tinggi menjadi “terperangkap”
yang dikenal “F-center”. Kemudian terbentuk gambar laten, dimana
jumlah elektron yang terjebak sebanding dengan jumlah insiden
foton sinar-X pada IP.

Imaging plate yang telah diksposi pada langkah pertama dalam


harus dibaca untuk menghasilkan citra sinar-X. Pada langkah kedua,
kaset dimasukkan dalam reader kemudian IP diekstrak dan di-scan
dengan sinar laser energy rendah. Elektron-elektron yang terjebak
dalam PSP distimulasi oleh sinar laser dan sebagian besar kembali
ke level energy terendah dengan melepaskan PSL energy tinggi
secara bersamaan. Intensitas PSL seban ding dengan jumlah elektron
yang dilepaskan lalu disaring dan ditangka poleh light guide. Photo
multiplier tube (PMT) merubah dan memperkuat PSL menjadi
tegangan output yang sesuai. Kemudian proses digital-
isasimenggunakananalog to digital converter (ADC) yang

17
menghasilkan angka digital sesuai dengan lokasi matrix gambar
digital yang ditentukan oleh kesesuaian sinar laser dan lokasi IP.
Informasi dari sisa gambar laten dihapus menggunakan cahaya yang
kuat dan IP dimasuk kan kembali dalam kaset untuk digunakan
kembali. Pada langkah 3, citra mengalami pre-processing yaitu citra
yang di hasilkan pada skala asli yang disebut “raw image”. Dengan
respon rentang dinamik yang lebar citra dimani pulasi untuk
menghasilkan karakteristik citra yang optimal padalangkah 4,
Tampilan citra digital dapat dilihat pada langkah 5 yang ditampilkan
pada monitor atau film (Seibert dkk, 2006).

Gambar 2.2 Proses erase kaset pada computed radiography.


Sinyal citra laten yang bertahan di PSP setelah proses
pembacaan disebut sinyal residu. Sinyal residu tersebut dihapus
dengan menggunakan sumber cahaya putih berintensitas tinggi atau
chaya poli kromatik. Exposure dengan cahaya tersebut tidak
menaikan elektron (PSP) ketingkat energy trap, tetapi akan kembali
keg round state (Seibert dkk, 2006).
Gambarlaten yang tersimpan dalam imaging plate dapat
disimpan dalam waktu yang cukup lama setelah dieksposi. Emisi
cahaya dari gambaran laten menurun sebanyak 25% setelah 8 jam.
Setelah IP di-scan untuk memperoleh gambar, maka gambar laten
dapat dihapus dengan mengeksposi IP dengan cahaya tampak dalam
jumlah yang besar untuk penggunaan selanjutnya. Untuk

18
meminimalisasi fenomena noise, IP harus segera dihapus setelah
dieksposi (Greene,1992).
b. Perlengkapan Operasional ComputerRadiografi (CR)
1. Imaging plate
Imaging Plate (IP) merupakan lembaran yang dapat
menangkap dan menyimpan sinar-X, terdiri dari lapisan fosfor
dan lapisan pendukung. IP digunakan dengan cara recording
dibaca oleh sinar laser dan dihapus untuk dipakai kembali.
Dalam penggunaannya IP berada di dalam kaset datar dengan
berbagai ukuran dan memiliki beberapa lapisan antara lain yaitu
:
a) Lapisan Pelindung
Lapisan ini berfungsi untuk melindungi IP dari benturan,
kerusakan saat proses handling dan transfer seperti goresan,
kontraksi, pecah akibat temperatur dan kelembaban
(Ballinger, 2003).
b) Lapisan Fosfor
Lapisan yang paling aktif dalam IP. Lapisan fosfor IP
adalah lapisan kristal Europium-doped Barium
Fluorohalide (BaFX;Eu2+) atau Photostimulable Phospor.
Saat menumbuk kristal ini, BaFX;Eu2+ berubah menjadi
bentuk semistabil. Distribusi molekul semistabil ini
membentuk gambar laten (Ballinger, 2003).
c) Lapisan Penyokong
Lapisan penyokong adalah lapisan dasar yang melapisi
lapisan lain yang terbuat dari poliester (Ballinger, 2003).
d) Lapisan Konduktor
Lapisan konduktor berfungsi mengeliminasi masalah-
masalah elektrostatik dan menyerap cahaya untuk
meningkatkan ketajaman (Ballinger, 2003).
e) Lapisan Pelindung Cahaya

19
Lapisan ini berfungsi untuk mencegah cahaya masuk saat
proses penghapusan data dari IP, kebocoran, dan
menurunkan resolusi spasial (Ballinger, 2003).

2. Image Reader
Image reader merupakan alat untuk mengubah gambar laten
pada IP format digital (Ballinger, 2003).

Gambar 2.3Image Reader (Carter,2010)


Gambaran laten yang tersimpan dalam IP dapat disimpan
dalam waktu yang agak lama setelah dieksposi. Namun, emisi
cahaya dari gambaran laten yang dihasilkanakanmenurun
sebanyak 25% setelah 8 jam. IP reader dapat digunakan kembali
dan dapat melalukan pemrosesan kira-kira hingga 115 IP per
jam (Papp, 2006).
Komponen utama pada IP reader meliputi sumber leser
(lasersource), beam spitter, cermin silinder (cylindercalmirror)
,lensa,light collection guide , photomultiplier tube (PMT), dan
light erasure (Seibert dkk , 2006).

3. Image Console
Image reader sudah dilengkapi dengan monitor yang
berfungsi untuk menampilkan gambar yang sudah di baca oleh
Imagereader disebut dengan image console.

20
Gambar 2.4Image Console (Carter, 2010)

Image console berfungsi sebagai media pengolahan data,


berupa komputer khusus untuk medical imaging dengan touch
screen monitor. Image console dilengkapi oleh bebagai macam
menu yang menunjang dalam proses editing dan pengolahan
gambar sesuai dengan anatomi tubuh, seperti kondisi hasil
gambaran organ tubuh, kondisi tulang dan kondisi soft tissue.
Terdapat menu yang sangat diperlukan dalam teknik
radiofotografi yaitu kita bisa mempertinggi atau mengurangi
densitas, ketajaman, kontras dan detail dari suatu gambaran
radiografi yang diperoleh. Banyaknya cahaya yang diterima oleh
Imaging plate adalah hasil dari eksposi radiasi yang diterima.
Cahaya dialihkan kedalam sebuah sinyal yang digunakan untuk
menghitung banyaknya exposure index. Jumlah ini bervariasi
dari satu vendor dengan vendor yang lainnya.Total sinyal tidak
diukur berdasarkan dosis ke pasien, tetapi indikasinya berapa
radiasi yang diserap oleh imaging plate, bukan hanya yang
diterima pasien (Carter, 2010).

4. Image recorder
Imagerecorder mempunyai fungsi sebagai proses akhir dari
suatu pemeriksaan yaitu media pencetakan hasil gambaran yang
sudah diproses dari awal penangkapan sinar-X oleh imageplate
kemudian di baca oleh image reader dan diolah oleh

21
imageconsole terus dikirim ke imagerecorder untuk dilakukan
proses output dapat berupa media compactdisc sebagai media
penyimpanan.atau dengan printer laser yang berupa laser
imagingfilm.

Gambar 2.5Image recorder (Carter, 2010)

5. Personal Computer (PC)


Komputerberasaldaribahasalatinyaitucomputare yang
berartimenghitung. Komputeradalahsistemelektronik yang
dapatmenerima input data, dapatmengolah data,
dapatmenerimainformasi, menggunakansuatuprograng yang
tersimpandidalammemorikomputer, dapatmenyimpan program
danhasilpengolahandanbekerjasecaraotomatisdibawahpengawas
ansuatulangkah-langkahinstruksi-instruksi program yang
tersimpan di memori. (Yulikuspartono, 2004)
c. Pengaruh Perawatan Kaset Computed Radiography Terhadap
Kualitas Radiografi
Imaging plate sangat sensitif terhadap radiasi dan harus dihapus
untuk mencegah penumpukan sinyal. Imaging plate harus di
bersihkan dalam kurun waktu kurang dari satu minggu secara rutin
untuk menghilangkan background radiasi dan hamburan. Reader
computed radiography memiliki mode penghapusan yang
memungkinkan permukaan dari imaging plate di scan tanpa

22
pengodean ulang sinyal yang dihasilkan. Sistem secara otomatis
menghapus imaging plate dengan penyinaran cahaya untuk
menghilangkan beberapa elektron yang masih berada di imaging
plate setelah pembacaan. Kaset harus dihapus sebelum digunakan
jika kita tidak mengetahui terakhir kali penghapusan dilakukan.
(Carter, 2010)

Pada proses loading dan unloading imaging plate (IP), pada CR


reader harus dibersihkan dengan rutin. IP harus dijaga dari kotoran
dan debu agar terhindar dari artefak pada gambaran yang dapat
mengganggu gambaran patologi. Imagingplate (IP) harus diperiksa
dari kerutan atau retakan setiap bulannya. Karena goresan, kerutan
atau retakan dapat menyebabkan artefak pada gambar yang dapat
menimbulkan gambaran seperti patologi, misalnya gambaran fraktur
maupun pnemo thorak (Papp, 2006).
Gambar laten yang tersimpan dalam imaging plate (IP) dapat
disimpan dalam waktu yang agak lama setelah dieksposi. Emisi
cahaya dari gambar laten menurun sebanyak 25% setelah 8 jam.
Setelah imagingplate (IP) di scan untuk memperoleh gambar, maka
gambar laten dapat dihapus dengan menyinari imaging plate (IP)
dengan cahaya tampak dalamjumlah yang besar untuk penggunaan
selanjutnya. Untuk meminimalisasi fenomena noise, imaging plate
(IP) harus segera dihapus setelah dieksposi (Greene, 1992).
Perawatan imaging plate (IP) ini harus dilaukan secara berkala
missal nya setiap minggu sekali. Hal ini dimaksud kan agar
permukaan imaging plate (IP) bias dipantau untuk waktu yang tidak
terlalu lama. Jika perawatan imaging plate (IP) tidak dilakukan
secara rutin, maka kemungkinan permukaan imaging plate sudah
mengalami kerusakan atau goresan (Rahman 2009)
Noise adalah segala sesuatu yang dapat mengurangi sinyal.
Noise, dalam sistem film /screen konvensional, dapat didefinisikan
sebagai graininess gambar. Ada suatu rumus yang dapat digunakan

23
untuk menilai kualitas gambar dalam beberapa system dengan
memberikan sinyal dan noise yang dapat diukur. Jika level sinyal
sangat tinggi objek akan terlihat denganjelas, tetapi jika level sinyal
mirip dengan tingkat noise, objek akan sangat sulit untukt erlihat,
karena sebagian akan terhapus oleh noise. Dengan kata lain, sinyal
adalah ratio noise yang meningkat (Gunn 2002).
Noise akan muncul dan merusak citra yang dihasilkan. Noise
pada citra bergantung pada banyak hal, mulai dari sumber cahaya
sampai kepada sensor penerima bayangan. Noise pada citra hasil
radiografi digital sinar-X yang terutama adalah noise kuantum
(Quantum Noise). Noise kuantum muncul sebagai akibat kurangnya
foton yang dihasilkan oleh sumber sinar-X.Noise kuantum ini dapat
dikurangi dengan memperbanyak jumlah foton, dengan kata lain
memperbesar tingkat radiasi sinar-X. Noise kuantum berbanding
terbalik dengan kuadrat tingkat kecerahan (exposure) pada layar
penerima citra. Peningkatan radiasi sinar-X untuk mengurangi noise
harus dilakukan dengan penuh pertimbangan terutama di bidang
medis. Pada aplikasinya di dunia medis, radiografi sinar-X harus
memperhatikan dosis radiasi sinar-X pada pasien. Semakin rendah
dosis radiasi sinar-X yang diberikan kepada pasien akan semakin
baik. Namun kondisi ini akan menyebabkan citra hasil radiografi
memiliki tingkat noise yang tinggi (Sprawls, 1995).
d. KelebihandanKekuranganComputed Radiography
Carter (2010) menjelaskan bahwa computed radiography adalah
salah satu modalitas modern dalam pencitraan medis yang
menggunakan gambar digital. Namun, menurut Papp (2006),
computed radiography memiliki kelebihan dan kekurangan
dibandingkan denganmodalitas pengolahan radiograf terdahulu.
1. Kelebihan Penggunaan Computed Radiography menurut
(Papp,2006)

24
a) Angka pengulangan yang lebih rendah karena kesalahan-
kesalahan faktor teknis
b) Resolusi kontras yang lebih tinggi latitude ekspose yang
lebih luas dibandingkan emulsi film radiografi.
c) Tidak memerlukan kamar gelap atau biaya untuk film (jika
gambar tidak ditampilkan dalam hardcopy)
d) Kualitas gambar dapat ditingkatkan
e) Penyimpanan gambar lebih mudah baik dengan hardcopy
maupun penyimpanan elektronik
2. Kekurangan Computed Radiography menurut (Papp,2006)
a) Biaya yang cukup tinggi untuk Imaging plate, Digitaizer
Computed Radiography, hardware dan software untuk
workstation
b) Resolusi spatial yang rendah
c) Pasien potensial menerima radiasi yang overexposed. CR
dapat mengkompensasi overexposure sehingga radiografer
terkadang menggunakan faktor eksposi yang berlebihan
pada pasien.
d) Adanya artefak pada gambar jika menggunakan grid.
Artefak tersebut akan terlihat jika menggunakan grid yang
mempunyai frekuensi grid kurang dari 60 line/cm .
e) Adanya artefak pada gambar akibat proses penghapusan
imaging plate (IP) yang kurang baik.

25
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL
3.1.1 Profil Rumah Sakit Budi Rahayu Pekalongan
3.1.1.1 Tipe Rumah Sakit

Status RSU Budi Rahayu adalah Rumah Sakit Swasta


Yayasan Santa Bunda Maria Tipe C.
3.1.1.2 Visi dan Misi
c. Visi
Terwujudnya pelayanan yang penuh kasih, bermutu dan
menghormati martabat manusia sehingga menjadi pilihan
masyarakat Pekalongan dan sekitarnya.
d. Misi
6. Mewujudkan kasih sebagai motivasi dasar dalam
memberikan pelayanan yang bermutu, profesional dan
terjangkau berdasarkan etika kristiani.
7. Menghargai, menyayangi dan membela martabat
manusia seutuhnya sejak pembuahan sampai kepada
kematian naturalnya.
8. Menempatkan pasien sebagai sesama yang dilayani
dengan ramah dan ikhlas tanpa membedakan status sosial
apapun
9. Membangun kerjasama dengan pihak-pihak terkait.
10. Menumbuhkan rasa memiliki, tata tangggung jawab,
saling menghargai antar anggota pelayanan kesehatan.
3.1.2 Profil Radiologi
3.1.2.1 Manejemen Radiologi

a. Kedudukan Instalasi Radiologi RSU Budi Rahayu Pekalongan


sebagai penunjang rumah sakit untuk menegakkan diagnosa.

26
Berbeda dengan Instalasi lain seperti Instalasi farmasi,
Laboratorium, gizi dan lain-lain, kedudukan Instalasi Radiologi
RSU Budi Rahayu Pekalongan sebagai penunjang dalam pelayanan
medik ddan keperawatan Rumah Sakit.
b. Struktur Organisasi Radiologi
Struktur organisasi Instalasi Radiologi RSU Budi Rahayu
Pekalongan Terlampir.
c. Kegiatan Manajemen radiologi
d. Rapat koordinir radiologi : rapat dilaksanakan rutin setiap bulan
untuk evaluasi dan koordinasi pelayanan radiologi
e. Evalusi dan penyelesaian protap-protap telah disahkan direktur.
f. Pengendalian mutu
Pengendalian mutu pada Instalasi Radiologi RSU Budi Rahayu
Pekalongan yaitu tentang waktu tunggu hasil radiologi kritis ≤ 30
menit..

3.1.2.2 Jenis pemeriksaan

Adapun pemeriksaan Radiodiagnostik yang dilakukan di


Instalasi Radiologi RSU Budi Rahayu Pekalongan sebagai berikut
:
a. Pemeriksaan tanpa kontras
1) Cranium
2) Thorax
3) ABDOMEN
4) Ekstremitas atas dan bawah
5) Pelvis
6) Columna Vertebralis
b. Pemeriksaan dengan kontras
8) OMD
9) Colon In Loop
10) BNO IVP

27
11) Uretrocistrografi
12) RPG/APG
13) Appendicografi
14) HSG
b. Pemeriksaan Ct-scan
c. Pemeriksaan MRI
d. Pemeriksaan USG dan 4D USG

3.1.2.3 Cara erase imaging plate pada kaset di Instalasi RSU Budi
Rahayu Pekalongan

Selama melakukan observasi di instalasi radiologi RSU


Budi Rahayu Pekalongan penulis mengamati dan
mewawancarai tentang “Perawatan Kaset Pada Erase Imaging
plate (IP) Modalitas Computed Radiography Di Instalasi
Radiologi RSU Budi Rahayu Pekalongan” bahwa untuk
perawatannya dilakukan setiap pagi hari dengan langkah-
langkah sebagai berikut:

28
Gambar 3.1 Reader CR

1. Tekan tombol biru sehingga indikator lampu reader CR


berubah jadi warna biru

gambar 3.2 Reader CR

29
2. Masukkan kaset di reader sampai bunyi

Gambar 3.3 Reader CR dan kaset

3. Tunggu sampai lampu indikator menjadi warna hijau

gambar 3.4 Reader CR

30
4. Jika sudah selesai dan lampur reader berubah warna hijau
kemudian tekan tombol pengunci kaset pada reader dan kaset
dapat di lepaskan untuk siap digunakan.

3.2 PEMBAHASAN

3.2.1 Perawatan kaset di instalasi Radiologi RSU Budi Rahayu Pekalongan

Menurut Rahman, (2009). Imaging plate harus di bersihkan dalam


kurun waktu kurang dari satu minggu secara rutin untuk
menghilangkan background radiasi dan hamburan radiasi. Pada proses
loading dan unloading imaging plate (IP), pada CR reader harus
dibersihkan dengan rutin. IP harus dijaga dari kotoran dan debu untuk
menghin dariartefak padagam barakhir yang dapat mengganggu
gambaran patologi. Imagingplate (IP) harus diperiksa dari kerutan
atau retakan setiap bulannya. Karenagoresan, kerutan atau retakan
dapat menyebabkan artefak padagambar yang dapat menimbulkan
gambaran seperti patologi, misalnya gambaran fraktur maupun pnemo
thorak.

Sedangkan perawatan kaset di RSU Budi Rahayu Pekalongan yaitu


dengan menyimpan kaset dengan menjejerakan, tidak ditumpuk. Kaset
selalu rutin di bersihkan setiap pagi hari dengan menggunakan alkohol
dan apabila kaset digunakan pada pasien dengan klinis yang dapat
menular seperti hepatitis atau semacamnya petugas segera
membersihkan kaset dengan menggunakan alkohol agar menghindari
penularan penyakit. Hal ini dilakukan sebelum kaset dimasukkan ke
reader CR.

Menurut penulis, perawatan kaset di instalasi radiologi RSU Budi


Rahayu Pekalongan sudah cukup mumpuni yaitu dengan tidak
menumpuk kaset, dengan cara menjejerkan kaset seperti buku dan
tidak saling menumpuk. Pada setiap pagi harinya kaset selalu

31
dibersihkan dengan alkohol agar lebih steril dan mencegah penularan
penyakit dari pasien. Apabila digunakan terhadap pasien yang
mengalami penularan, kaset langsung segera dibersihkan
menggunakan alkohol terlebih dahulu sebelum dimasuk kan ke image
reader, setelah itu disimpan di tempat kaset yang berupa sebuah
kardus untuk menjejerkan kaset tersebut. Karena dengan cara
perawatan seperti ini dapat meminimalisir kerusakat alat dan
mencegah penularan penyakit pada pasien ke pasien lain ataupun dari
pasien ke petugas instalasi radiologi. Perawatan IP di RSU Budi
Rahayu sudah sesuai dengan teori.

3.2.2 Manfaat erase imaging plate pada kaset

Menurut Carter, (2010)Reader computed radiography memiliki


mode penghapusan (erase) yang memungkinkan permukaan dari
imaging plate di scan tanpa pengodean ulang sinyal yang dihasilkan.
Sistem secara otomatis menghapus (erase)imaging plate dengan
penyinaran cahaya untuk menghilangkan beberapa elektron yang
masih berada di imaging plate setelah pembacaan. Kaset harus
dihapus sebelum digunakan jika kita tidak mengetahui terakhir kali
penghapusan dilakukan.

Sedangkan cara melakukan erase imaging plate pada RSU Budi


Rahayu Pekalongan mempunyai dua cara yaitu cara otomatis yang
sesuai dengan teori mode penghapusan (erase) yang memungkinkan
permukaan dari imaging plate di scan tanpa pengodean ulang sinyal
yang dihasilkan. Sistem secara otomatis menghapus (erase) imaging
plate dengan penyinaran cahaya untuk menghilangkan beberapa
elektron yang masih berada di imaging plate setelah pembacaan,
sedangkan cara manual dengan melakukan tekan tombol biru pada alat
imaging reader supaya lampu indikator berwarna biru ini menunjukan
alat siap melakukan erase, masukan kaset ke reader CR sampai bunyi,

32
tunggu hingga lampu indikator berubah kembali jadi warna hijau yang
berarti kaset sudah selesai dari proses erase.

Menurut penulis, manfaat erase pada Instalari Radiologi RSU Budi


Rahayu Pekalongan dengan teori sudah sesuai, hanya saja pada
Instalasi Radiologi RSU Budi Rahayu Pekalongan reader CR bisa
melakukan erase secara manual. Manfaat dari erase itu sendiri yaitu
untuk mengetahui kaset, reader, computer berfungsi dengan baik atau
tidak, sehingga tidak terjadi kesalahan atau eror pada alat dan
tujuannya agar menghilangkan beka-bekas udara agar tidak
menimbulkan noise pada hasil radiograf serta membersihkan kaset
dari sisa-sisa elektron.

33
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang di atas, maka terdapat beberapa point
penting, yaitu antara lain :
4.1.1 Perawatan emaging plate pada kaset dilakukan setiap pagi hari
dengan cara membersihkan bagian luar kaset dengan desinfektan
dan setelahkaset kontak dengan tubuh pasien, serta dilakukan
proses erase pada setiap pagi hari.
4.1.2 Manfaaterase pada imaging plate agar terhindar dari noise.
4.2 SARAN
4.2.1 Penulis menyarankan agar penghapusan atau erase imaging plate
dilakukan pada setiap pergantian sift radiografer untuk memastikan
imaging plate tidak ada gambaran lain selain hasil pemeriksaan.
4.2.1 Sebaiknya di buat SPO tentang erase kaset agar terkendali.

34
DAFTAR PUSTAKA

Ballinger, Philip W. dan Eugene D. Frank. 2003. Merrils’s Atlas of Radiographic


Position and Radiologic Prosedures, Tenth Edition, Volume Three. The
Mosby Company. St Louis: America.

Bapeten, 2002, Pendidikan dan latiahan petugas proteksi Radiasi di bidang


Radiodiagnostik PPR. Kerjasama Bapeten Jakata-Diknes Prof.jawa
Tengah

Buku Saku Akreditasi Radiologi Rumah Sakit Budi Rahayu Pekalongan Tahun
2017

Bushberg J., Seibert J, et all. 2003. The Essential Physic of Medical Imaging.
Philadelphia: USA

Bushong, Steward C. 2001. Radiologic Science For Technologist: Physics,


Biology, And Protection, Seventh Edition. St. Louis, Missouri: The CV
Mosby Company.

Carlton, Richard R. dan Arlene M. Adler. 2001. Principles of Radiographic


Imaging An Art and Science. Delmar: USA

Carter, Christi dan Beth Veale.2010 Digital Radiography and PACS. St. Louis:
Mosby

Chotas HG., Dobbins J., danRavin CE. 1999. Principles of Digital Radiography
With Large-Area, Electronically Readable Detectors: A Review of The
Basics. Radiology

Greene, E. Reginald danJorg Wilhelm Oestmann. 1992. Computed Digital


Radiography in Clinical Practice. New York :Thieme Medical
Publishers.

35
Gunn, Chris. 2002. Radiographic Imaging A Practical Approach. Churcill:
Livingstone

KeputusanMenteriKesehatanRepublik Indonesia Nomor44/Menkes/SK/XII/2009


TentangPedomanKendaliMutu Rumah Sakit

Lutra ZF., Nickoloff EL., et all. 2003. Comparison of Computed Radiography and
Film’ Screen Combination Using A Contrast-Detail Phantom.
Washington Avenue: New York

Papp, Jeffrey. 2006. Quality Management In The Imaging Science. Mosby: Saint
Louis

Rahman, Nova. 2009. Radiofotografi. UniversitasBaiturrahmah: Padang

Seibert JA., Terese MB, Ted Ciona, et all. 2006. Acceptance Testing and Quality
Control of Photostimulable Storage Phospor Imaging System. AAPM:
USA

Sprawls, Perry. 1995. Physical Principles of Medical Imaging, Second Edition.


Medical Physic Publising, Madison: Wisconsin.

Williams, MB, et all. 2007. Digital Radiography Image Quality: Image


Acquisition. Charlottesville, Va: USA

Yulikuspartono. 2004. PengantarLogikadanLogaritma. Andi: Yogyakarta

36

Anda mungkin juga menyukai