Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KELOMPOK

RADIOTERAPI

EKSTERNA DAN INTERNA

Di susun oleh :

Adiesty Apriliya (21002012)


Fariuzi (21002019)
Fatma Helmi (21002001)
Luthfi Farhan Yusuf (21002025)
Melfi Amanda (21002029)
Melani Saskia (21002028)
Putri Melati (21002011)
Putri Salsabila (21002036)
Salwa Innasya Sugesty (21002042)

Dosen Pengampu :

Fiet Patra Yosandha, S.Si, M.Si

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK RADIOLOGI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AWALVROS PEKANBARU
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat-Nya sehingga

kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Radioterapi

Eksterna Dan Interna” Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang

di berikan dalam mata kuliah Radioterapi Dasar Universitas Awalbros.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan

makalah ini, khususnya kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan

petunjuk kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik

pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami

miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi

penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Pekanbaru, 23 Oktober 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 1
D. Manfaat Penulisan..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Radioterapi................................................................................................. 3
B. Pesawat LINAC......................................................................................... 4
C. Tahapan Radioterapi LINAC..................................................................... 4
D. Barkhiterapi............................................................................................... 8
E. Tahapan Brakhiterapi................................................................................ 10
F. Prosedur penyinaran.................................................................................. 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 18
B. Saran.......................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar CT Simulator RSUD Arifin Achmad.............................. 5

Gambar 2.2 Sistem TPS yang digunakan dalam proses planning.................... 6

Gambar 2.3 Hasil Verifikasi portal AP dan Lateral......................................... 7

Gambar 2.4 Lapangan Daerah Penyinaran....................................................... 7

Gambar 2.5 Pesawat Brakhiterapi.................................................................... 5

Gambar 2.6 Aplikator Fletcher dan Ovoid RSUD Arifin Achmad.................. 9

Gambar 2.7 Ruang Aplikasi RSUD Arifin Achmad........................................ 13

Gambar 2.8 Ruang Afterloading RSUD Arifin Achmad.................................. 13

Gambar 2.9 Monitor C-arm RSUD Arifin Achmad......................................... 13

Gambar 3.0 Recobox RSUD Arifin Achmad................................................... 14

Gambar 3.1 Komputer Treatment Planning System RSUD Arifin Achmad.... 14

Gambar 3.2 TCC RSUD Arifin Achma............................................................ 15

Gambar 3.3 TDU RSUD Arifin Achmad......................................................... 15

Gambar 3.4 TCP RSUD Arifin Achmad.......................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Radioterapi atau disebut juga terapi radiasi adalah terapi
menggunakan radiasi yang bersumber dari energy radioaktif. Radioterapi
yaitu jenis pengobatan yan menggunakan atau memanfaatkan sinar pengion
(sinar-x, sinar gamma) dan partikel lain (neutron, proton, dll) untuk
mematikan sel-sel kanker tanpa akibat fatal pada jaringan sehat disekitarnya.
Terapi radiasi ini akan mematikan sel-sel kanker jika mencapai dosis tertentu.
Radioterapi merupakan salah satu terapi atau pengobatan penyakit
kanker/keganasan 60-70 % pasien kanker memerlukan terapi radiasi dalam
salah satu terapinya. Masyakarakat umum banyak yang tidak mengetahui
tentang radiasi, sehingga merasa takut atau khawatir ketika dianjurkan untuk
menjalani terapi radiasi oleh dokter
Tujuan radioterapi adalah untuk pengobatan secara radikal, sebagai
terapi paliatif yaitu untuk mengurangi dan menghilangkan rasa sakit atau
tidak nyaman akibat kanker dan sebagai adjuvant yakni bertujuan untuk
mengurangi resiko kekambuhan dari kanker. Dengan pemberian setiap terapi,
maka akan semakin banyak sels sel kanker yang mati dan tumor akan
mengecil. Sel-sel kanker yang mati akan hancur, di bawa oleh darah dan di
ekresi keluardari tubuh. Sebagian besar sel-sel sehat akan bias pulih kembali
dari pengaruhdari radiasi.
Ada beberapa teknik radioterapi, diantaranya eksternal radiasi dan
Brakhiterapi. Eksternal radiasi disebut sinar luar karena sumber radiasi
diletakkan di luar tubuh atau diluar target yang akan di sinar sehingga ada
jarak antara sumber radiasi, berkisar antara 80 – 100 cm. untuk jenis pesawat
cobalt 60, menggunakan jarak 80 cm. untuk linear accelerator (LINAC)
menggunakan jarak 100 cm. sedangkan Brakhiterapi, sumber radiasi di
letakkan di dalam tumor atau menempel di tumor (kanker).

1
B. Rumusan masalah
1. Apa itu Radioterapi?
2. Apa saja Tahapan Radioterapi LINAC ?
3. Apa saja Tahapan Brakhriterapi ?
4. Bagaimana Prosedur Brakhiterapi ?

C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui apa itu Radioterapi
2. Mengetahui apa saja Tahapan radioterapi LINAC
3. Mengetahui apa saja tahapan Brakhiterapi
4. Bagaimana prosedur Brakhiterapi

D. Manfaat penulisan
1. Memberikan infomasi kepada pembaca tentang radioterapi
2. Memberikan informasi kepada pembaca tentang tahapan – tahapanan
radioterapi LINAC dan Brakhiterapi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Radioterapi
Radioterapi atau yang disebut terapi radiasi adalah pengobatan yang
terutama ditujukan untuk penyakit keganasan dengan menggunakan sinar
pengion. Prinsip dari radioterapi yaitu untuk memberikan dosis radiasi yang
tepat dan terukur pada volume tumor yang ditentukan dan untuk menghindari
atau mengurangi kerusakan jaringan sehat disekitarnya seminimal mungkin.
Dalam pelaksanaannya radioterapi memiliki dua tujuan yaitu kuratif dan
paliatif (Rasjidi, Supriana & Cahyono, 2011).
a. Kuratif
Terapi radiasi ditujukan sebagai terapi utama dan diharapkan
dapat melakukan eradikasi tumor secara komplit. Radioterapi kuratif
diberikan untuk tumor yang radiosensitif dan tumor radiosensitif yang
sukar operasinya atau pasien menolak operasi.
b. Paliatif
Terapi radiasi paliatif adalah bentuk pengobatan pada pasien stadium
lanjut. Tujuan terapi paliatif adalah untuk menjaga kualitas hidup pasien
di sisa hidupnya dengan menghilangkan keluhan dan gejala sehingga
pasien dapat hidup dengan lebih nyaman.
Secara garis besar teknik penyampaian radiasi digolongkan dalam
2 golongan, yaitu :
1) Radiasi Eksterna (Teletherapy)
Radiasi eksterna adalah cara penyampaian radiasi di mana
terdapat jarak antara sumber radiasi dan target radiasi. Dengan
teknik ini ditempatkan suatu pesawat yang memancarkan radiasi
pada organ target. Teknik ini umumnya digunakan pada saat radiasi
pertama kali diberikan.
2) Radiasi Interna (Brachytherapy)
Brakhiterapi adalah pengobatan radiasi dengan mendekatkan
sumber radiasi ke tumor primer. Penempatan sumber radiasi ini

3
umumnya tidak bersifat permanen, dimana bila dosis radiasi yang
direncanakan telah tercapai maka sumber radiasi ini diangkat
kembali (Rasjidi, Supriana & Cahyono, 2011).

B. Pesawat LINAC (Linear Accelerator)


Pesawat Linac merupakan sebuah alat yang menggunakan gelombang
elektromagnetik berfrekuensi tinggi untuk mempercepat partikel bermuatan.
Radiasi elektron dapat digunakan untuk pengobatan kanker yang letaknya
dekat dengan permukaan kulit untuk mengobati tumor dengan kedalaman
tertentu atau foton untuk terapi kanker yang letaknya jauh dengan permukaan
kulit (Khan, 2010). Pesawat Linac merupakan alat pemercepat elektron secara
linier yang menghasilkan energi berkas elektron dan foton. Contoh kanker
yang dapat diobati menggunakan Linac yaitu kanker payudara, nasofaring,
kanker prostat, kanker serviks dan lain sebagainya (Susworo, 2007).

C. Tahapan Radioterapi LINAC


Adapun tahapan - tahapan radioterapi LINAC sebagai berikut
diantaranya :
a. Assessment of Patient
Tahap dimana pasien berkonsultasi dengan onkologi radiasi
mengenai penyakitnya, dengan merujuk pada hasil patologi anatomi,
hasil lab, hasil diagnostik CT-Scan, dan mengenai kebijakan kebijakan
dalam tindak lanjut dari diagnosa tersebut.
b. Decision to Treat
Tahap ketika pasien menyetujui keputusan dilakukannya tindakan
radioterapi. Persetujuan ini adalah langkah awal memasuki masa
pengobatan yang akan dilakukan oleh pasien.
c. Immobilization and positioning
Tahap menyiapkan keperluan pasien sesuai dengan diagnosa,
memposisikan pasien dengan alat bantunya, untuk memberikan

4
kenyamanan kepada pasien dan mengurangi pergerakan yang mungkin
ditimbulkan.
d. Simulation
Tahap penentuan lokasi dan volume organ yang akan diradiasi
dengan di simulator atau CT-Simulator untuk mendapatkan titik referensi
agar fisikawan medis dapat menentukan titik iso center Tahapan

Gambar 2.1 CT Simulator RSUD Arifin Achmad

Proses simulasi adalah prosedur yang dilakukan sebelum


melakukan penyinaran di ruang Linear Accelerator. Proses simulasi
merupakan proses penentuan tiga titik acuan atau titik referensi acuan
dilakukannya proses virtual simulasi di ruang Treatment Planning
System (TPS).
e. Planning
Tahap Contouring target dan jaringan sehat disekitarnya,
penentuan arah sinar sehingga distribusi yang dihasilkan sesuai dengan
kebutuhan pasien serta kalkulasi dosis. Treatment Planning System (TPS)
adalah perencanaan radioterapi untuk menentukan secara akurat, selektif
jenis sinar, energi dan arah sinar. Peralatan ini mempunyai program 3
dimensi yang dihasilkan dari CT-Simulator sehingga akan terbentuk
gambaran target tumor secara tepat pada volume tumor/target yang dituju
dan meminimalkan efek radiasi pada jaringan sehat sekitar tumor.
Program ini memudahkan dokter memberikan dosis radiasi secara tepat
dan akurat karena pengobatan radioterapi yang berhasil tergantung pada

5
penentuan dosis optimal untuk volume tumor dan jaringan normal
disekitarnya.
Berikut tahapan planning yang dilakukan di ruang Treatment
Planning System (TPS) :
1) Penggambaran target dan volume tumor sesuai dengan International
Commission on Radiation Units and Measurements (ICRU) yaitu :
Gross Tumor Volume (GTV), Clinical Target Volume (CTV),
Planning Target Volume (PTV) GTV adalah volume tumor yang
tampak nyata, dapat dilihat secara makroskopi, ditentukan secara
palpasi, diteliti dengan bantuan pencitraan imaging CT-Scan dan
MRI. CTV adalah suatu volume sasaran yang meliputi GTV dan
jaringan sehat, mempunyai 15 potensi penjalaran mikroskopik secara
limfogen. PTV adalah suatu konsep geometrik yang digunakan untuk
perencanaan terapi, spesifikasi dosis, ukuran dan bentuknya
tergantung pada GTV dan CTV serta efek akibat gerakan internal
tubuh dan posisi serta teknik terapi yang digunakan.
2) Penggambaran Organ At Risk Organ At Risk (OAR) atau organ
beresiko adalah jaringan normal kritis yang sensitif terhadap radiasi
yang secara signifikan dapat mempengaruhi perencanaan pengobatan
atau dosis yang diberikan. Dalam perencanaan, dosis pada OAR
tidak boleh melewati batas toleransi yang telah ditetapkan.
3) Penentuan arah sinar, dosis yang diterima oleh target, dosis yang
diterima oleh Organ At Risk dan penentuan luas lapangan
penyinaran yang dilakukan oleh fisikawan medis.

6
Gambar 2.2 Sistem TPS Yang Digunakan Dalam Proses Planning

f. Patient Set Up / Verifikasi


Verifikasi dilakukan untuk memastikan bahwa posisi pasien,
posisi organ dan sudut penyinaran sudah sama dengan saat pasien di CT-
Simulator dan perencanaan simulasi yang dibuat fisikawan medis dan
tidak ada yang berbeda dengan dosis dan sudut penyinaran yang
diberikan optimal dan tidak mengenai organ yang harus dilindungi

Gambar 2.3 Hasil Verifikasi Portal AP dan Lateral

g. Penyinaran
Setelah proses verifikasi selesai pasien akan melakukan penyinaran
dengan posisi masih sama dengan posisi pada saat simulator dan
verifikasi. Setelah itu radioterapis akan mengatur laser beam sesuai
dengan tanda yang sudah diberikan dan pastikan posisi meja pemeriksaan
sesuai agar kolimasi penyinaran sesuai dengan luas lapangan penyinaran
yang telah ditentukan

7
Gambar 2.4 Lapangan Daerah Penyinaran

D. Brakhiterapi
Brakhitherapi adalah bentuk radioterapi dimana sumber radiasi
tertutup ditempatkan didalam atau disebelah area yang membutuhkan
perawatan. Brakhitherapi umumnya digunakan sebagai pengobatan yang
efektif untuk kanker serviks, prostat, payudara, esofagus dan kulit dan juga
dapat digunakan untuk mengobati tumor di banyak bagian tubuh lainnya
(Garbaulet et al, 2002). Kelebihan brakhiterapi adalah tumor akan mendapat
dosis yang besar dengan menjaga jaringan sehat dari dosis yang berlebihan.
Selain itu teknik brakhiterapi bermanfaat untuk tumor yang bersifat hipoksik
atau memiliki daya proliferasi lambat, karena secara kontinyu memberikan
radiasi. Kekurangannya adalah letak tumor harus dapat dijangkau dan tidak
dapat digunakan sebagai terapi tunggal pada tumor dengan risiko adanya
keterlibatan kelenjar getah bening regional. Disamping itu perlu ketrampilan
dan perencanaan terapi yang baik (Rasjidi, 2011).

Gambar 2.5 Pesawat Brakhiterapi

8
1. Jenis-jenis Brakhiterapi
a. Brakhiterapi Manual
Merupakan jenis brakhiterapi dengan radioaktif yang
berbentuk seperti jarum, biji, atau karet yang dimasukkan manual ke
dalam atau menempel pada tumor.
b. Brakhiterapi Remote After Loading
Merupakan jenis yang menggunakan perangkat jarak jauh yang
dikendalikan komputer untuk memasukkan zat radioaktif ke dalam
aplikator yang sedang dipasang didalam tubuh pasien. Adapun
aplikator yang sering digunakan pada penyinaran brakhiterapi kanker
serviks adalah ovoid dan fletcher.

Gambar 2.6 Aplikator Fletcher dan ovoid RSUD Arifin Achmad

2. Jenis-jenis Teknik Brakhiterapi


a. Brakhiterapi 2D Merupakan teknik Brakiterapi dengan
menggunakan Mobile C-Arm sebagai pemandu penentuan target
radiasi dan perencanaan radiasi. Pada 2D kita hanya bisa melihat
hasil gambaran dua dimensi yang diam dan tidak bisa diputar atau
digerakkan juga tidak bisa melihat volume dari gambaran
b. Brakhiterapi 3D Image Guided Brachytherapy (IGBT) atau yang
lebih dikenal dengan Brakiterapi 3D, merupakan teknik Brakiterapi
dengan menggunakan CT Scan atau MRI sebagai pemandu
penentuan target radiasi dan perencanaan radiasi. Model 3D (CT

9
atau MRI) sebagai panduan untuk presisi merencanakan dan
mengirimkan radiasi ke target sambil meminimalkan paparan
jaringan sehat disekitarnya, penilaian evaluasi volume dosis 3D
untuk organ sehat disekitarnya.

E. Tahapan Brakhiterapi
Bersumber dari jurnal radiografer indonesia, ISSN 2620-9950 tahun
2019 tahapan brakhiterapi sebagai berikut :
1. Persiapan Pasien
Pasien dari bangsal sudah mengenakan baju operasi dan terpasang
infus, dibawa ke ruang aplikasi di Instalasi Radioterapi untuk memulai
tindakan pemasangan aplikator. Pasien diminta untuk duduk di meja
khusus brakhiterapi.
2. Anestesi
Sebelum pemasangan aplikator brakhiterapi pasien terlebih
dahulu dilakukan anestesi spinal oleh dokter spesialis anestesi supaya
pasien tidak merasakan sakit. Anestesi dilakukan dengan cara
menyuntikkan obat local (isobarik 12- 15 mg/ 2,5 cc) pada subaracnoid
tulang belakang. Waktu onset pada pasien setelah penyuntikan 5 menit
dipastikan dengan cara tes angkat kaki, tes cubit pinggang dan pundak.
Waktu onset tersebut merupakan waktu yang terhitung saat obat
diberikan hingga obat bereaksi. Obat anestesi ini akan bertahan selama
1,5 hingga 2 jam.
3. Pemasangan Aplikator
Setelah pasien teranestesi, pasien diposisikan litotomi, kaki pasien
dibungkus menggunakan slup kaki, dan dilakukan pemasangan aplikator
intrakaviter lengkap brakhiterapi untuk kanker serviks oleh dokter
spesialis onkologi radiasi dibantu oleh perawat brakhiterapi.
4. Simulasi atau Pengambilan Gambaran Serviks
Setelah aplikator sudah terpasang pada pasien, selanjutnya
dilakukan simulasi dengan tujuan untuk melihat letak aplikator dan untuk

10
acuan dalam penghitungan dosis tumor serta organ sehat disekitarnya.
Radiografer radioterapi menghidupkan alat brakhiterapi, X-ray C-Arm
mobile. Tahap-tahap simulasi adalah sebagai berikut :
a. Pasien diminta tenang, tidak boleh bergerak selama simulasi
berlangsung. Pertengahan sagital tubuh pasien tepat pada garis
tengah meja supaya hasil simulasi benarbenar terukur.
b. Digunakan posisi dari arah antero posterior dan Lateral untuk
melihat aplikator berada tepat.
c. Kemudian dibuat radiograf pelvis proyeksi Antero Posterior (AP)
seperti pada gambar dan Lateral dengan arah sumbu sinar tegak lurus
terhadap IP. Kedua radiograf dibuat magnifikasi yang sama yaitu
jarak antara fokus ke film (FFD) 100 cm.
d. Dalam pembuatan radiograf menggunakan IP ukuran 30x 40 cm
sesuai ukuran scanner computer.
e. Hasil radiograf kemudian dikirim ke ruang Treatment Planning
System (TPS).
5. Treatment Planning System (TPS)
Treatment Planning System (TPS) berfungsi untuk memodelkan
aplikator dan jalannya sumber yang masuk ke aplikator, fisikawan medis
kemudian menghitung dan membuat distribusi dosis sesuai keputusan
dokter, dan membuat optimasi dosis bila diperlukan.
6. Penyinaran Brakhiterapi
Sebelumnya pasien diberi penjelasan tentang jalannya penyinaran
oleh Radioterapist yang bertugas. Untuk pelaksanaan penyinaran
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Hasil perhitungan dosis dari komputer TPS dikirim ke dalam
komputer kontrol pesawat brakhiterapi.
b. Kemudian data dari TPS yang sudah tersimpan dapat dilihat dalam
monitor pesawat brakhiterapi, apabila data sudah benar sesuai dalam
perencanaan pasien siap dilakukan penyinaran dengan data tersebut.

11
c. Transfer tube dipasang pada aplikator sesuai dengan channel yang
sudah ditentukan dan terkunci dengan indexer chanel. Kemudian
pintu ruangan penyinaran ditutup dan dapat dilakukan penyinaran
pada pasien.

F. Prosedur Penyinaran Brakhiterapi Di RSUD Arifin Ahmad


Berikut alur pasien di instalasi Brakhiterapi di RSUD Arifin Achmad :
1. Alur Pasien di Instalasi Brakiterapi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
a. Pasien yang telah menyelesaikan terapi eksterna menggunakan linac
accelerator (LINAC) baik dari Instalasi Radioterapi RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau maupun dari instalasi radioterapi rumah sakit
lain dengan membawa surat rujukan akan dievaluasi oleh dokter
onkologi radiasi di poli onkologi radiasi. Apabila telah dievaluasi
dokter masih menemukan sisa kanker didalam rahim pasien dokter
akan memberikan tambahan penyinaran atau booster pertama di
brakhiterapi. Untuk kasus kanker serviks dokter onkologi radiasi
biasanya memberi tambahan sebesar 4 x 7 Gy.
b. Setelah mendapat persetujuan dokter, pasien atau keluarga pasien
diarahkan ke bagian administrasi untuk dilakukan penjadwalan dan
registrasi brakhiterapi dengan membawa dokumen penunjang seperti
hasil lab (nilai hb tidak boleh dibawah 10), hasil radiologi (CT-Scan,
MRI, dan lain-lain).
c. Setelah mendapatkan jadwal, satu hari sebelum dilakukan
penyinaran brakhiterapi pasien akan masuk Rawat Inap terlebih
dahulu dengan kondisi hb normal (diatas 10), pasien juga disuruh
puasa kurang lebih 12 jam.
d. Pada hari penyinaran pasien datang ke Instalasi Radioterapi untuk
dilakukan pengecekan tanda-tanda vital (TTV) oleh perawat
radioterapi. seperti cek suhu tubuh dan tekanan darah.
e. Selanjutnya pasien diarahkan ke ruang brakhiterapi. Setelah berada
di ruang brakhiterapi, keluarga pasien mengisi informed consent.

12
Kemudian pasien masuk ke ruang aplikasi, pasien akan diberikan
obat anestesi oleh perawat anestesi dan akan dilakukan pemasangan
aplikator oleh dokter onkologi radiasi

Gambar 2.7 Ruang aplikasi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

f. Setelah dilakukan pemasangan aplikator, Perawat radioterapi


memasukkan pasien ke ruang treatment atau ruang afterloading.
Selanjutnya pasien akan dilakukan penyinaran brakhiterapi

Gambar 2.8 Ruang Afterloading RSUD Arifin Achmad Provinsi


Riau

2. Prosedur penyinaran brakiterapi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau


a. RTT menginput data pasien pada monitor C-Arm.

13
Gambar 2.9 Monitor C-Arm RSUD Arifin Achmad

b. Setelah selesai klik pada nama pasien kemudian pilih open study.
c. Kemudian RTT mengatur posisi pasien dengan objek berada di
tengah tube C-Arm untuk mendapatkan gambaran lateral dan PA.
d. Selanjutnya meletakkan recobox pada pertengahan tube C-Arm lalu
menginjak pedal exposure. Pada Modalitas C-Arm, tidak dilakukan
pengaturan faktor eksposi kerena C-Arm menggunakan sistem AEC
(Automatic Exposure Control).

Gambar 3.0 Recobox RSUD Arifin Achmad

e. Setelah mendapat gambaran lateral dan PA dan disetujui oleh


fisikawan medis, kemudian RTT mengirim gambar tersebut ke
komputer TPS.
f. Kemudian fisikawan medis melakukan planning pasien di komputer
TPS.

14
Gambar 3.1 Komputer Treatment Planning System RSUD Arifin
Achmad

g. Jika planning sudah dilakukan dan di approve dokter onkologi


radiasi, maka fisikawan medis mengirim hasil planning ke Treatment
control unit.

Gambar 3.2 TCC RSUD Arifin Ahmad

h. Kemudian RTT memasang transfer tube dari sumber cobalt-60


(saginova) atau TDU ke aplikator Fletcher dan Ovoid.

15
Gambar 3.3 TDU RSUD Arifin Achmad

i. RTT menekan tombol last man leaving button lalu RTT menutup
pintu ruangan treatment.
j. Selanjutnya RTT mengklik start pada menu treatment plans di TCC.
k. Ketika muncul data pasien yang akan disinar, RTT mengklik import.
Kemudian klik proceed. Kemudian akan muncul tampilan yang
memberitahu bahwa tidak ada masalah dan siap untuk dilakukan
penyinaran lalu tekan yes.
l. Setelah itu putar ke kanan kunci berwarna biru yang ada di TCP,
kemudian menekan start.

Gambar 3.4 TCP RSUD Arifin Achmad

m. Pasien mulai mendapatkan penyinaran dan RTT menunggu pasien


sampai selesai di-treatment.
n. Setelah selesai di-treatment, RTT masuk ke ruang afterloading untuk
melepaskan transfer tube dari TDU dan aplikator.
o. Selanjutnya perawat radioterapi akan memindahkan pasien ke ruang
lepas aplikator.
p. Setelah perawat radioterapi melepas aplikator, pasien akan
diobservasi diruang observasi selama lebih kurang 2 jam.
q. Setelah selesai diobservasi dan respon pasien baik (tidak mengalami
perdarahan), perawat radioterapi akan menghubungi perawat rawat
inap untuk dibawa kembali ke ruang rawat inap.

16
17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Radioterapi atau yang disebut terapi radiasi adalah pengobatan yang
terutama ditujukan untuk penyakit keganasan dengan menggunakan sinar
pengion. Prinsip dari radioterapi yaitu untuk memberikan dosis radiasi yang
tepat dan terukur pada volume tumor yang ditentukan dan untuk menghindari
atau mengurangi kerusakan jaringan sehat disekitarnya seminimal mungkin.
Dalam pelaksanaannya radioterapi memiliki dua tujuan yaitu kuratif dan
paliatif.
Pesawat Linac merupakan sebuah alat yang menggunakan gelombang
elektromagnetik berfrekuensi tinggi untuk mempercepat partikel bermuatan.
Radiasi elektron dapat digunakan untuk pengobatan kanker yang letaknya
dekat dengan permukaan kulit untuk mengobati tumor dengan kedalaman
tertentu atau foton untuk terapi kanker yang letaknya jauh dengan permukaan
kulit
Brakhiterapi adalah salah satu jenis pengobatan kaker dengan
memaparkan zat radioaktif di sekitar atau langsung ke dalam tumor yang akan
dihancurkan. Brakhiterapi disebut sebagai terapi internal, karena prosedur ini
berlawanan denga radioterapi eksternal dimana energy radiasi diberikan
melalui bagian tubuh luar.
B. Saran
1. Setelah membaca makalah ini penulis mengharapkan agar pembaca dapat
memahami segala pembahasan yang ada pada makalah ini.
2. Penulis mengharap saran dan kritik dari pembaca karena masih terdapat
kekeurangan dalam penyusunan makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Agustria, Rory. 2017. Penatalaksanaan Radioterapi Kanker Serviks Di Rumah


Sakit Kanker Dharmais. Jurnal. Poltekkes Kemenkes Semarang.
Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI). 2013.
Radioterapi & Onkologi Indonesia: Volume 4 Issue 1.
Susworo, R. 2007. Radioterapi: Dasar-Dasar Radioterapi dan Tata Laksana
Radioterapi penyakit Kanker. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 1-78
Widjaya, Galang Harta. 2017. Teknik Radioterapi Radiasi External Kanker
Serviks Dengan Separasi Lebih Dari 20 Centimeter Pada Pesawat
Teleterapi Cobalt-60 di Unit Radioterapi Instalasi Radiologi RSUP Dr.
Kariadi Semarang. Skripsi. Poltekkes Kemenkes Semarang.
Edianto, Deri.2010.Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Rijnders, A.2009.Sumber Foton untuk Bracytherapy. pp 185-194 di Radioterapi
dan Brachytherapy, Eds. Yves Lemoigne, Alessandra Caner. Ilmu NATO
untuk Perdamaian dan Keamanan Seri B: Fisika dan Biofisika. Springer
Science & Business Media

Susworo R, Henry Kodrat,.2017.Dasar-Dasar Radioterapi Dan Tatalaksana


Radioterapi Penyakit Kanker. Edisi II, Jakart

Anda mungkin juga menyukai