Anda di halaman 1dari 16

PERKEMBANAN MODALITAS

BRAKHITERAPI
Makalah

Disusun sebagai tugas mata kuliah Modalitas dan Pengembangan Radioterapi


Dosen Pengampu: Rasyid, S.Si, MT

Disusun oleh:

1. Hanik Neily Rizqiyah (P1337430216188)


2. Shyana Dewi Aryanti (P1337430216189)
3. Himawan Setyono (P1337430216195)
4. Laili Alfiannizar Majib (P1337430216200)
5. Brian Ilham Pranandya (P1337430216205)
6. Ndaru Garjito (P1337430216206)
7. Azmi Nur Azizah (P1337430216210)
8. Hanif Santoso (P1337430216213)
9. M. Yuda Perwira (P1337430216222)
10. Aloysia Lorena S D (P1337430216220)

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK RADIOLOGI


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam penanganan penyakit keganasan saat ini, disamping hasil terapi, kualitas
hidup penderita merupakan hal yangjuga sangat penting dan perlu mendapat perhatian
khusus. maka perlu sekali adanya modalitas terapi yang dapat memberikan hasil terapi
sebanding dengan tingkat fungsi organ dan yang memberi kenyamanan pada penderita.
Salah satu modalitas yang dapat digunakan pada beberapa keadaan khusus keganasan
yang memberikan tingkat keberhasilan terapi disertai dengan kualitas hidup yang baik
bagi penderita adalah penggunaan brakiterapi.
Brakiterapi adalah salah satu metode pemberian radiasi dengan mendekatkan atau
menusukkan sumber radiasi kedaerah tumor primer. Dengan teknik ini ditempakan suatu
sumber radiasi ke dalam tumor. Penempatan sumber radiasi ini umumnya idak besifat
permanen, dimana bila dosis radiasi yang direncanakan telah tercapai maka sumber
radiasi ini diangkat kembali (Rasjidi, 2011). Sehingga akan memberikan dosis yang
dapat mematikan sel tumor pada daerah target atau tumor primer, dengan dosis serendah
mungkin pada organ penting sekitarnya. dengan ditemukan berbagai sumber radiasi
misalnya iridium penggunaan brakiterapi sangat berkembang.
Teknik brakiterapi dapat diberikan sebagai pengobatan primer dengan brakiterapi
saja sebagai booster setelah radiasi eksterna, intra/perioperasi sebagai radiasi pasca
operasi.Terdapat beragam cara penempatan sumer radiasi secara implantasi seperti pada
kanker lidah, payudara pasca lumpectomy, kanker kandung kemih, prostat. secara
intrakaviter seperti pada kanker leher rahim, kanker naofaring. Secara intraluminal
seperti pada kanker oesofagus, kanker bronkus. baik kombinasi dengan radiasi eksterna
maupun brakiterapi saja, dapat memberikan hasil terapi yang baik dengan penyelamatan
organ dan fungsinya.
Kelebihan brakiterapi adalah tumor akan mendapat dosis yang besar dengan
menjaga jaringan sehat dari dosis yang berlebihan. Selain itu teknik brakiterapi
bermanfaat untuk tumor yang bersifat hipoksik atau memiliki daya proliferasi lambat
karena secara kontinu memberikan radiasi. Sedangakan kekurangannya adalah letak
umor harus dapa dijangkau dan tidak dapat digunakan sebagai terapi tunggal pada tumor
dengan resiko adanya keterlibatan kelenjar getah bening regional. Disamping itu
diperlukan kerampilan khusus dan perencanaan terapi yang baik dan benar-benar presisi.
Kombinasi radiasi eksterna dan brakiterapi dilakukan pula guna memperoleh hasil
yang optimal. Radiasi eksterna bisa didapat dari pesawat cobalt-60 yang kemudian
dikombinasikan mengguakan metode brakiterapi sebagai booster atau tambahan radiasi.
Di waktu lampau pemasangan sumber radioaktif pada tindakan brakiterapi dilakukan
secara manual, sehingga mau tidak mau operator terpapar pada sinar radioaktif. Meode
lain untuk mengurangi paparan radiasi adalah dengan memperhatikan sistem proteksi
yang baik, bisa berupa lempeng timah hitam yang tebal ataupun beton pembatas setinggi
pinggang, yang ditempakan antara sumber radiasi dan operator. Dengan menggunakan
metode ini maka akan diperoleh tingkat kecermatan bekerja serta akurasi yang tinggi dan
memperoleh hasil pengobatan yang sempurna. Untuk inisejak lebih dari tiga dasawarsa
lalu para pakar telah menciptakan metode yang disebut afterloading. Dengan metode ini
banyak sekali keuntungan yang diperoleh. Berbeda dengan metode pemasangan secara
manual, pada sisem aferloading operator melakukan pemasangan aplikator yang terbuat
dari plastik, silikon atau aluminium pada daerah yang akan memperoleh brakiterapi yang
nantinya akan dimuati sumber radiasi. Karena aplikator ini idak bersifa radioaktif maka
operator dapat memasang dengan tenang tanpa perasaan khawatir terpapar sinar
radioakif.
Pemasangan aplikator yang nantinya akan dimuati sumber radiasi menggunakan
pesawat afterloading. Terdapat dua pesawat afterloading, yaitu pesawat afterloading
dengan laju dosis tinggi (high dose rate/HDR), yaitu bila lajunya diatas 12 Gy/jam
(umumnya 100 Gy/jam). Yang termasuk pesawat ini adalah Selectron dengan sumber
radiasi Cobalt-60 (60Co), atau Curietron dengan sumber radiasi Cesium (137Cs).
Selain itu ada pesawat afterloading dengan intensitas radiasi rendah (LDR) secara
manual, yaitu bila laju dosisnya < 2 Gy/jam. Yang termasuk pesawat ini adalah Selectron
dengan sumber radiasi Cesium (137Cs) dan pesawat dengan sumber radiasi Radium
(226Ra).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan modalitas brakhiterapi dalam bidang radioterapi?
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Brakhiterapi


Brakhiterapi adalah salah satu jenis pengobatan kanker dengan memaparkan
zat radioaktif di sekitar atau langsung ke dalam tumor yang akan dihancurkan.
Brakiterapi disebut sebagai radioterapi internal, karena prosedur ini berlawanan
dengan radioterapi eksternal di mana energi radiasi diberikan melalui bagian tubuh
luar. Brakiterapi mulai diterapkan sejak awal tahun 1900. Namun, popularitasnya
semakin menurun karena efek samping yang ditimbulkan akibat paparan zat
radioaktif dalam jangka panjang, terutama pada tim medis yang mengatur mesin
radioterapi. Beruntungnya, teknologi modern telah berkembang pesat, sehingga saat
ini, tim medis dapat meminimalisir kontak langsung dengan mengendalikan mesin
radioterapi dari jarak jauh.
Brakiterapi telah terbukti efektif dalam mengobati berbagai jenis kanker,
termasuk kanker prostat, serviks, uterus, mata, vagina, dan anus. Prosedur
radioterapi internal ini memiliki banyak manfaat bagi pasien, di antaranya:  
1. Mempersingkat waktu pengobatan
Dibandingkan dengan terapi radiasi eksternal, radioterapi internal dapat
diselesaikan dalam waktu kurang dari satu minggu.
2. Terbukti lebih efektif
Para ahli percaya bahwa brakiterapi lebih efektif daripada radioterapi eksternal
karena ketelitiannya dalam memberikan paparan radiasi langsung pada tumor
yang diobati. Artinya, radiasi tidak perlu menembus jaringan-jaringan atau organ
yang menghalangi penyampaian radiasi sehingga efeknya tidak langsung sampai
pada tumor. Selain itu, dengan brakiterapi, radiasi dapat diberikan dalam dosis
tinggi agar waktu pengobatan menjadi lebih singkat.
3. Mengurangi efek samping
Karena ketelitian dan keakuratannya, radioterapi internal lebih aman terhadap
organ yang terjangkit kanker dan tidak terlalu berdampak merusak jaringan yang
ada di sekitarnya. Bagi pasien pengidap kanker prostat, brakiterapi sangat efektif
membunuh sel kanker tanpa harus mengangkat kelenjar prostat.
4. Dapat dilaksanakan bersamaan dengan pengobatan kanker lainnya
Brakhiterapi dapat digabungkan dengan metode pengobatan kanker lainnya,
seperti kemoterapi dan prosedur bedah. Selain itu, brakiterapi dapat dilaksanakan
sebagai perawatan paliatif (penanganan gejala).
Prosedur brakiterapi dimulai dengan perencanaan prosedur pengobatan. Pada
tahap awal, pasien akan berkonsultasi dengan tim onkologi untuk memastikan:
1. Lokasi, jenis, stadium, dan prognosis kanker
2. Kondisi kesehatan pasien secara umum
3. Prosedur pengobatan yang dilaksanakan sebelum atau bersama dengan brakiterapi
4. Dosis, penempatan, dan durasi pengobatan
Semua tahap tersebut dapat ditentukan dengan melaksanakan rangkaian
pemeriksaan, seperti tes pencitraan (MRI, CT, atau PET scan), tes darah, dan
pemeriksaan komprehensif terhadap rekam kanker pasien.
Brakhiterapi dikategorikan berdasarkan 4 faktor yaitu penempatan sumber, durasi
treatment, metode dan dose rate.
1. Tipe brachytheraphy berdasarkan penempatan sumbernya:
a. Intrakaviter
Sumber radiasi dimasukkan kedalam rongga tubuh, misalnya pada kanker
serviks dan nasofaring. Pemakaian terapi intrakaviter paling umum digunakan
pada keganasan ginekologis melibatkan penempatan aplikator intrauterine atau
intravaginal yang secara berkala diisi dengan sumber radioaktif encapsulated
(misalnya 137Cs, 226Ra, atau 192Ir). Terdapat beberapa macam sistem aplikator untuk
terapi kanker serviks yaitu tabung berongga atau tandem dan beberapa bentuk
intravaginal receptacle sebagai tambahan sumber radiasi, yang paling sering
diapakai adalah Fletcher-Suit-Delcos system.

Gambar Penempatan Sumber Radiasi Intrakaviter


b. Implan atau interstisial
Sumber radiasi ditanam dijaringan kanker, seperti penanaman jarum radium atau
iradium pada tumor lidah, kandung kemih, payudara,kulit dan prostat. Sumber
radioaktif dapat diletakkan didalam tumor dengan cara Permanent Implant of
Seed, radioaktif yang dipakai adalah 125I atau 198Au, Temporary Implants of Teflon
192
Catheters, ditempatkan selama pembedahan dan diisi sumber radioaktif Ir, dan
Transperineal Needle Implants, dipakai untuk tumor vagina dan kanker serviks,
berbentuk jarum-jarum tandem dan radioaktif yang dipakai adalah 192Ir.

Gambar 3.2 Penempatan Sumber Radiasi Interstisial

c. Intraperitonel
Sumber radiasi yang dipakai berupa larutan yang mengandung radioisotop
misalnya koloid radioaktif emas,198Au atau 32
P, dimasukkan kedalam rongga
peritonium untuk mengobati metastase kanker pada dinding rongga peritoneum.
Cara ini digunakan ada kanker ovarium epitelial dalam usaha mengatasi pola
penyebaran transperitoneal yang menjadi karakteristik penyakit ini.

Gambar 3.3 Penempatan Sumber Radiasi Intraperitoneal


d. Intraluminal
Sumber radiasi ditempatkan didalam saluran, misalnya pada kanker esofagus dan
bronkus.

Gambar 3.4 Penempatan Sumber Radiasi Intraluminal

e. Intravaskuler
Sumber radiasi ditempatkan didalam pembuluh koroner jantung untuk mengatasi
restenosis koroner yang pernah dilakukan angioplasti. Radioaktif yang dipakai
adalah 192Ir.

Gambar 3.5 Penempatan Sumber Radiasi Intravaskuler


2. Tipe brakhiterapi berdasarkan durasi treatment
a. Temporer
Brakhiterapi ini diberikan dalam waktu yang singkat dan sumber akan diambil
setelah treatment dirasa cukup dengan berbagai pertimbangan.
b. Permanen
Brakhiterapi ini biasa dikenal dengan seed implantation yaitu sumber diletakkan
dalam sebuah tempat kecil (seed/pellet) dan diletakkan pada tumor target secara
permanen dan akan meluruh secara berangsur-angsur.
3. Tipe brakhiterapi berdasarkan metode
a. Manual loading
Metode ini dilakukan dengan cara radioaktif dimasukkan secara langsung oleh
onkologis
b. Remote after loading
Metode ini dilakukan dengan cara radioaktif dimasukkan ke dalam target dengan
cara menekan tombol sehingga petugas tidak perlu berada di dalam ruang
treatment.
4. Tipe brakhiterapi berdasarkan rentang dosis
a. High dose rate: >12 Gy
b. Medium dose rate: 2 – 12 Gy
c. Low dose rate: 0,4 – 2 Gy
d. Very low dose rate: <0,4 Gy
e. Pulsed dose rate

B. Tinjauan Fisika pada Brakhiterapi


1. Sumber Radioaktif pada Brakhiterapi
Beberapa sumber radioaktif yang dapat digunakan dalam treatment brakhiterapi
adalah:
a. Radium
Radium (Ra) adalah salah satu unsur logam alkali tanah yang berasal dari kerak
bumi. Radium berwarna hampir putih bersih, namun akan teroksidasi jika
terkena udara dan berubah menjadi hitam. Radium mempunyai
tingkat radioaktivitas yang tinggi. Isotopnya yang paling stabil, Ra-226,
mempunyai waktu paruh selama 1602 tahun dan kemudian berubah menjadi
gas radon. Produk inti radon adalah gas berat yang meluruh menjadi produk anak
Radium. Dalam proses peluruhan menjadi unsur yang stabil setidaknya terdapat
49 sinar gamma yang diproduksi dengan rentang energi 0,184 hingga 2,45 MeV.
Energi rata-rata sinar gamma yang diproduksi oleh radium di dalam
kesetimbangan dengan produk anak dan diberi filter berupa platinum setebal 0,5
mm adalah 0,83 MeV. Filter tersebut memenuhi syarat untuk menyerap semua
partikel alpha dan sebagian besar partikel beta yang diemisikan oleh radium dan
produk anaknya sehingga hanya tersisa sinar gamma yang dapat digunakan untuk
proses radioterapi.
Sebagian besar, radium tersedia dalam bentuk radium sulfat atau radium klorida
yang dicampur dengan filler lembam dan diisikan ke dalam tabung kecil dengan
panjang 1 cm dan diameternya 1 mm. Tabung kecil tersebut terbuat dari kertas
emas dan dibungkus untuk menghindari kebocoran gas radon. Tabung kecil yang
telah terbungkus kemudian dimasukkan ke dalam sarung platinum lalu disegel.
Sumber radium diproduksi dalam bentuk jarum atau silinder dengan ukuran dan
aktivitas yang bervariasi.
Tiga jenis radium yang digunakan untuk brakhiterapi implant antara lain needles
of uniform linear activity (radium dengan aktivitas linear yang sama di setiap
sisinya), Indian club (radium dengan aktivitas yang lebih tinggi pada salah satu
sisinya) dan Dumbbell (radium dengan aktivitas yang lebih tinggi pada kedua
sisinya). Uniform linear activity needles dapat berupa “full intensity” (0,66
mg/cm) atau “half intensity’ (0,33 mg/cm). Jarum radium tersebut juga dibuat
dalam aktivitas linear 0,5 dan 0,25 mg/cm.
b. Cesium-137
Cesium-137 adalah radioisotop yang mengemisikan sinar gamma yang digunakan
sebagai pengganti sumber radium baik pada brakhiterapi interstisial maupun
intrakaviter. Cesium-137 memiliki waktu paruh sekitar 30 tahun. Cesium-137
tersedia dalam serbuk insolubel atau mikrosfer keramik. Keunggulan cesium-137
jika dibandingkan dengan radium adalah cesium-137 membutuhkan shielding
yang lebih sedikit serta relatif lebih aman ketika berwujud mikrosfer. Sinar
gamma yang diemisikan oleh cesium-137 memiliki energi 0,662 MeV. Partikel
beta dan sinarX karakteristik berenergi rendah diserap oleh bahan stainless-steel,
sehingga yang diemisikan adalah murni sinar gamma.
Energi penetrasi sinar gamma yang dihasilkan oleh cesium hampir sama dengan
sinar gamma yang dihasilkan oleh radium. Meisberger dkk telah melakukan
perbandingan nilai depth dose dan menjelaskan bahwa perbandingan eksposure
pada air dan udara memiliki nilai yang sama antara radium dan cesium dengan
nilai di atas 10 cm.
c. Cobalt-60
Cobalt-60 telah banyak digunakan dalam proses brakhiterapi. Keunggulan dari
cobalt-60 adalah memiliki aktivitas spesifik yang tinggi sehingga dengan ukuran
yang kecil dapat diaplikasikan di berbagai aplikator khusus. Akan tetapi, cobalt-
6o relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan cesium-137. Cobalt-60 juga
memiliki waktu paruh yang singkat yaitu 5,26 tahun sehingga memerlukan proses
replacement yang lebih cepat. Sumber brakhiterapi cobalt-60 biasanya diproduksi
dalam bentuk kawat dan dibungkus dengan platinum, iridium atau stanless steel.
226
Sumber tersebut dapat digunakan sebagai pengganti Ra pada proses
brakhiterapi intrakaviter. Selain itu, cobalt-60 juga tersedia dalam bentuk
Cathetron yang berupa peralatan dalam proses remote-afterloading dan
merupakan brakhiterapi high dose rate yaitu 250-300 cGy/min pada titik A untuk
terapi intrakaviter.
d. Iridium-192
Iridium-192 adalah sumber radioaktif yang diproduksi dalam bentuk kawat tipis
fleksibel yang dapat dipotong sesuai kebutuhan. Selain itu, iridium juga tersedia
dalam bentuk seed dengan panjang 3 mm, diameter 0,5 mm dan terbungkus
dengan pita nylon. Kedua bentuk tersebut dapat digunakan sebagai bahan untuk
brahiterapi remote-afterloading. Iridium-192 memiliki spektrum sinar gamma
yang rumit dengan energi rata-rata 0,38 MeV. Dengan energi yang rendah
tersebut, sumber tersebut hanyamemerlukan shielding yang relatif kecil.
e. Emas
198
Sumber atau “biji” terdiri dari isotop radioaktif emas, Au, digunakan untuk
implan interstitial. Fungsi emas sama seperti radon yang telah digunakan untuk
implan permanen. 196 Au memiliki waktu paruh 2,7 hari dan memancarkan sinar ϒ
monoenergetic dengan energi 0,412 MeV. Energi maksimum sinar β 0,96 Mev
juga dipancarkan tetapi diserap oleh dinding platinum dengan tebal 0,1 mm yang
mengelilingi sumber. Biji emas biasanya 2,5 mm panjang dengan diameter luar
0,8 mm.
Karena energi sinar ϒ yang lebih rendah, masalah proteksi tenaga dengan emas
lebih mudah untuk dikelola dari pada dengan radon. Selain itu, radon terus
menunjukkan aktivitas ϒ tingkat rendah selama bertahun-tahun disebabkan
bremsstrahlung yang timbul dari partikel β energi tinggi dipancarkan oleh sumber
induk yang berumur panjang. Dikarenakan iradiasi cronic ini mungkin
karsinogenik . Untuk itu, biji emas diganti dengan radon selama bertahun-tahun,
sampai 125I dapat diterima lebih luas.
f. Iodine
125
I telah dapat digunakan secara luas untuk implan permanen di radioterapi.
196
Keuntungan dari isotop ini dibandingkan radon dan Au adalah waktu paruh
yang lebih lama (60,2 hari), yang mudah untuk disimpan, dan energi foton
125
rendah, yang membutuhkan lebih sedikit perisai. Namun, dosimetri dari I jauh
lebih kompleks dari pada sumber interstitial konvensional.
125
Tiga model i, dinamai 6701, 6702 dan 6711, telah diproduksi, yang identik
adalah ukuran dan enkapsulasi tetapi beda dalam desain sumber aktif. Model
terdahulu adalah 6701 yang sekarang tidak terpakai. Angka 15,3 menunjukkan
desain sumber yang saat ini digunakan. Enkapsulasi terdiri dari tabung titanium
dengan tebal 0,05 mm dilaspada kedua ujungnya untuk membentuk sebuah
kapsul silinder dengan dimensi 4,5 x 0,8 mm. Sumber model 6702 berisi butiran
resin pertukaran ion, yang disilangkan dengan125I dalam bentuk ion iodida.
Sumber model 6711 berisi kawat perak dengan bahan aktif, perak iodida (AgI),
diserap pada permukaannya.
Pada desain sumber terbaru, dinamakan Model 6711, kawat perak mudah terlihat
pada radiografi dan menunjukkan posisi sumber sebaik orientasi. Sumber model
6702 radiografi kurang terlihat meskipun lasan akhir titanium dapat dilihat ketika
dikelilingi dengan semakin berkurangnya ketebalan jaringan.
125
i meluruh secara eksklusif oleh penangkapan elektron ke keadaan tereksitasi
125
dari Te, yang secara spontan meluruh ke keadaan dasar dengan emisi foton ϒ
35,5 keV. Sinar-X karakteristik pada kisaran 27-35 keV juga diproduksi karena
penangkapan elektron dan proses convension internal.
2. Dosimetri
Perhitungan dosis brakhiterapi intrakaviter terus mengalami perkembangan
dan umumnya diterapkan secara empiris di masing-masing institusi sehingga sulit
untuk dibandingkan. Tidak terdapat suatu cara untuk merumuskan distribusi dosis
inhomogen secara pasti pada sistem intrakaviter. Metode yang paling umum
digunakan adalah dengan menghitung dosis pada suatu titik referensi. Titik referensi
yang umu digunakan adalah titik A (point A).
Titik A adalah titik yang terletak 2 cm ke arah lateral kiri dan kanan dari
sumbu uterus dan 2 cm ke arah cranial dari osteum uteri eksterna pada bidang uterus.
Titik referensi ini pertama dirumuskan oleh Todd dan Meredith (1938) saat
menciptakan sistem brakhiterapi Manchester. Dasar pemikiran dari titik ini adalah
untuk menciptakan suatu titik referensi dosis yang secara anatomis dapat digunakan
pada berbagai pasien dan tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan kecil posisi
aplikator. Titik ini mewakili struktur anatomis kritis pada pertengahan broad
ligament yang merupakan perlintasan antara ureter dan arteri uterina (paracervical
triangle). Selain itu, juga dikenal titik B yaitu titik yang terletak 3 cm lateral dari titik
A. Yang perlu diperhatikan juga dalam dosimetri brakhiterapi kanker cerviks adalah
organ kritis yang berada di sekitarnya harus mendapat dosis di bawah ambang batas.

C. Instrumen pada Brakhiterapi


1. Mesin afterloader
Merupakan suatu mesin yang dilengkapi dengan komputer yang dapat mengendalikan
sumber radioaktif yang berukuran kecil melalui kateter untuk menentukan posisi
sumber dalam waktu tertentu.
2. Aplikator : merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyangga sumber radioaktif
selama treatment. Aplikator biasanya terbuat dari besi atau plastik kateter. Jenis
aplikator yang digunakan tergantung pada jenis target yang akan di treatment.
3. C-arm
Perangkat yang terdapat dalam pesawat C-Arm antara lain :
a. X-Ray tube sebagai tempat terjadi dan terbentuknya sinar X
b. Image Intensifier yang merupakan penangkap dan penguat gambar
c. C-Arm sebagai penggerak tabung dan image intensifier
d. Panel kontrol touch screen untuk pengaturan faktor ekposi
e. Mode manual fluoroscopy
f. Mode manual Radiografi
g. Hand control sebagai pengatur parameter
h. pedal eksposi fluoroscopy dan radiografi
i. Image display dan prosesor
j. Detektor Geiger Muller

D. SOP Brakhiterapi
1. Pesawat C-Arm
a. Menghidupkan pesawat C-Arm Nanjing Perlove
1) Posisikan box handser pada posisi ON
2) Tekan tombol power ON pada pesawat
3) Nyalakan UPS
4) Nyalakan sistem komputer kontrol hingga gambar tampil dalam monitor
b. Mengoperasikan program
1) Nyalakan sistem komputer

2) Setelah windows aktif, klik icon pada desktop


3) Log in program dengan memasukan user dan password lalu klik OK, tunggu
hingga tampil menu program
c. Memasukkan data
1) Klik icon “Patien Data” pada menu
2) Masukan identitas pasien yang meliputi Nomor Rekam Medik, Umur, Jenis
Kelamin, Nama Dokter, dan Tanggal Pemeriksaan pada kolom yang tersedia
3) Klik icon “Save”
d. Mengambil gambar
1) Klin icon “Capture” pada menu
2) Atur posisi alat sesuai objek yang diinginkan
3) Injak pedal X-Ray hingga tampil gambar pada monitor
4) Proses gambar untuk dilakukan TPS
5) Setelah selesai klik “Exit”
e. Mematikan pesawat
1) Tekan tombol Power Off pada pesawat
2) Matikan sistem komputer kontrol dengan shutdown sistem windows
3) Matikan UPS
4) Posisikan box handser pada posisi OFF
2. Pesawat Afterloafing Intracavitary GZP3
Cara Melakukan Treatment Penyinaran
1. Klik program GZP3 pada desktop komputer
2. Masukkan password
3. Klik menu “File” dan pilih “Import Treatment Data” dari TPS
4. Tunggu sampai proses Impor data selesai lalu tekan icon “CLOSE”
5. Klik menu “File” pilih “Open Treatment Data”
6. Lalu pilih ID pasien yang akan dilakukan treatment dan masukkan nomor rekam
medik pasien
7. Setelah data pasien muncul dalam monitor, putar enable/disable switch pada
pesawat ke posisi enable
8. Selanjutnya sistem akan melakukan self test, yang meliputi koneksi antara
computer dan pesawat, RAM komputer, flash memory, baterai, indexer
treatment unit, indikator panel kontrol, real time clock, sound dan alarm,
channel indicator dan pintu interlock
9. Lanjutkan dengan klik pada icon “Treatment”
10. Lalu muncul konfirmasi dari program, pastikan sekali lagi data pasien
11. Jika sudah sesuai klik OK.
12. Setelah selesai treatment matikan komputer.

E. Citra yang Dihasilkan

F. Proses Treatment
1. Klik program GZP3 pada desktop komputer
2. Masukkan password
3. Klik menu “File” dan pilih “Import Treatment Data” dari TPS
4. Tunggu sampai proses Impor data selesai lalu tekan icon “CLOSE”
5. Klik menu “File” pilih “Open Treatment Data”
6. Lalu pilih ID pasien yang akan dilakukan treatment dan masukkan nomor rekam
medik pasien
7. Setelah data pasien muncul dalam monitor, putar enable/disable switch pada pesawat
ke posisi enable
8. Selanjutnya sistem akan melakukan self test, yang meliputi koneksi antara computer
dan pesawat, RAM komputer, flash memory, baterai, indexer treatment unit, indikator
panel kontrol, real time clock, sound dan alarm, channel indicator dan pintu interlock
9. Lanjutkan dengan klik pada icon “Treatment”
10. Lalu muncul konfirmasi dari program, pastikan sekali lagi data pasien
11. Jika sudah sesuai klik OK.
12. Setelah selesai treatment matikan komputer.

G. Proteksi Radiasi
Proteksi radiasi yang dapat diterapkan dalam proses brakhiterapi adalah:
1. Prinsip jarak
a. Menjaga jarak dari kontainer
b. Tidak masuk ruangan jika tidak diperlukans
2. Prinsip waktu
a. Bekerja secepat mungkin di area radiasi
3. Prinsip perisai
a. Operator berada di luar ruang radiasi
b. Menggunakan personal dosimetri
c. Terdapat tanda bahaya radiasi pada pintu ruang brakhiterapi
d. Terdapat alarm untuk keamanan sumber
e. Terdapat lampu merah sebagai indikator radiasi
f. Tembok dan pintu sesuai dengan standar keamanan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Brakhiterapi adalah salah satu jenis pengobatan kanker dengan memaparkan
zat radioaktif di sekitar atau langsung ke dalam tumor yang akan dihancurkan.
Brakiterapi disebut sebagai radioterapi internal, karena prosedur ini berlawanan
dengan radioterapi eksternal di mana energi radiasi diberikan melalui bagian tubuh
luar. Brakiterapi mulai diterapkan sejak awal tahun 1900. Namun, popularitasnya
semakin menurun karena efek samping yang ditimbulkan akibat paparan zat
radioaktif dalam jangka panjang, terutama pada tim medis yang mengatur mesin
radioterapi. Beruntungnya, teknologi modern telah berkembang pesat, sehingga saat
ini, tim medis dapat meminimalisir kontak langsung dengan mengendalikan mesin
radioterapi dari jarak jauh.

Anda mungkin juga menyukai