Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

Untuk mengetahui paparan radiasi pada lingkungan sekitar ruangan instalasi unit
Radiologi.

1.2 Dasar Teori

Radiodiagnostik merupakan salah satu cabang ilmu radiologi yang


menggunakan pencitraan untuk mendiagnosis penyakit dengan memanfaatkan
radiasi pengion. Pemanfaatan radiasi pengion berupa sinar-X selain memberikan
manfaat bagi dunia kedokteran, juga berpotensi memberikan efek merugikan bagi
pekerja, pasien dan masyarakat. Proteksi radiasi merupakan aspek yang sangat
penting dalam pengendalian efek yang merugikan ini. Oleh sebab itu setiap instalasi
radiologi harus memperhatikan proteksi radiasi dan terutama desain untuk ruangan
radiologi.

Radiasi tidak dapat dideteksi secara langsung dengan menggunakan panca


indera, namun dapat dideteksi dengan menggunakan peralatan khusus yang disebut
Detektor Radiasi. Macam-macam detektor, misalnya: film fotografi, tabung Geiger
Muller, pencacah sintilasi, bahan termoluminesensi maupun diode silicon. Dosis
radiasi adalah jumlah radiasi ionisasi atau jumlah energi radiasi yang melewati
objek kemudian radiasi diserap atau diterima oleh materi yang dilaluinya. Perisai
radiasi diperlukan untuk menyerap radiasi sehingga dapat mengurangi intensitas
radiasi yang dipancarkan dan mengurangi penerimaan dosis radiasi oleh tubuh
manusia. Apabila radiasi masuk ke dalam bahan perisai radiasi, maka sebagian dari
radiasi tersebut akan diserap oleh bahan. Semakin besar efektivitas perisai radiasi
suatu ruangan maka perisai radiasi ruangan tersebut semakin baik dalam menyerap
radiasi.

Surveymeter digunakan untuk mengukur intensitas radiasi, dalam bentuk


paparan atau dosis radiasi di lokasi pengukuran secara langsung. Surveymeter lebih
diutamakan untuk mengukur radiasi eksternal seperti sinar gamma, sinar-X dan
neutron, selain itu surveymeter juga dapat mengukur radiasi alfa dan beta.
Dinding ruang radiasi

Dinding ruang radiasi untuk kebutuhan klinis pesawat sinar-X dapat terdiri
dari dinding primer dan dinding sekunder atau pun hanya dinding primer atau
sekunder saja. Dinding primer digunakan untuk penahan radiasi primer atau berkas
guna yang keluar dari tabung sinar-X. Dinding sekunder digunakan untuk penahan
radiasi sekunder yang berasal dari radiasi hambur pasien atau benda lain dan radiasi
bocor dari tabung sinar-X.

Ruang radiasi harus didisain oleh tenaga ahli (qualified expert) untuk
memberi jaminan pemenuhan tingkat proteksi yang dipersyaratkan. Tenaga ahli dan
petugas proteksi radiasi harus dilibatkan selama tahap perencanaan awal termasuk
dalam pemilihan lokasi fasilitas dan jenis konstruksi bangunan. Tenaga ahli harus
memberikan semua informasi yang terkait dengan peralatan yang akan digunakan,
jenis konstruksi bangunan, dan faktor okupansi.

Beragam pertimbangan disain ruang sinar-X diperlukan karena perbedaan


jenis peralatan, variasi energi dan teknik klinis yang digunakan. Misalnya, pesawat
sinar-X untuk radiografi umum yang hanya ditujukan untuk pemeriksaan dada dan
tanpa meja pasien, dan pesawat sinar-X yang untuk 2 (dua) fungsi seperti
fluoroskopi dan radiografi. Perencanaan matang dapat menghasilkan penghematan
yang signifikan, khususnya untuk peralatan yang membutuhkan disain penahan
dengan biaya tinggi, seperti CT Scan dan angiografi. Pertimbangan disain dengan
memperhitungkan kebutuhan perubahan di masa yang akan datang juga dapat
mencegah biaya perubahan yang mahal.

Regulasi nasional terkait disain ruang radiasi pesawat sinar-X :

Sesuai dengan Peraturan Kepala BAPETEN No. 8 Tahun 2011, bangunan


ruang radiasi pesawat sinar-X radiologi diagnostik dan intervensional harus
memenuhi persyaratan berikut:
1. Menggunakan pembatas dosis untuk pekerja radiasi dan anggota
masyarakat
2. Melakukan kajian keselamatan radiasi terkait bangunan ruang radiasi
3. Memperhitungkan beban kerja maksimum, faktor guna/orientasi berkas,
dan faktor hunian daerah sekitar fasilitas
4. Mempertimbangkan perubahan di masa mendatang seperti perubahan
tegangan tabung, beban kerja, faktor okupansi/hunian
5. Disain ukuran ruang harus sesuai dengan :
 Spesifikasi teknis pesawat sinar-X atau
 Rekomendasi internasional atau
 Memenuhi ukuran ruang sebagaimana ada di
Lampiran Perka BAPETEN No. 8 Tahun
2011.
6. Jika ruang didisain memiliki jendela, maka jendela harus di pasang pada
ketinggian minimal 2 meter dari lantai.
7. Dinding ruangan untuk semua jenis pesawat sinar-X dapat terbuat dari:
 bata merah ketebalan 25 cm atau
 beton dengan kerapatan jenis 2,2 g/cm3 dengan
ketebalan 20 cm atau
 bahan lain yang setara dengan 2 mm timah hitam
(Pb), dan
8. Pintu ruangan pesawat sinar-X harus dilapisi dengan timah hitam
dengan ketebalan tertentu.
9. Disain ruang radiasi harus mempertimbangkan posisi dan keberadaan:
 kamar gelap atau alat pengolahan film
 ruang tunggu pasien
 ruang ganti pakaian
 memasang tanda radiasi, poster peringatan bahaya
radiasi dan lampu merah.
BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan :

1. Alat Surveymeter
2. Penggaris
3. Apron

2.2 Tata Laksana :

1. Ukur panjang 30 cm dari batas ruangan yang terdapat pesawat x-ray


dengan area yang akan di ukur. Area yang di ukur, yaitu :
o 30 cm dari pintu
o 30 cm dari kaca
o 30 cm dari dinding
2. Kolimasi pada x-ray tube di buka selebar-lebarnya
3. Gunakan kVp dan mAs paling tinggi
4. Expose pada setiap titik area yang di ukur
5. Catat hasil yang tertera pada surveymeter
BAB III

HASIL PERCOBAAN

3.1 Hasil Praktikum

No Titik area yang di ukur Hasil Surveymeter

1 30 cm dari pintu ruang pemeriksaan 0

2 30 cm dari kaca ruang pemeriksaan 0

3 30 cm dari dinding (ruang samping 0


pemeriksaan)

3.2 Pembahasan

Pengukuran dosis radiasi dilakukan pada tiga titik di sekitar ruangan, yaitu
30 cm dari pintu ruang pemeriksaan, 30 cm dari kaca ruang pemeriksaan, dan 30
cm dari diding (ruang samping pemeriksaan). Pengukuran dosis radiasi dilakukan
dengan menggunakn faktor eksposi yang digunakan untuk pemeriksaan foto
Abdomen, yaitu 90kV dan 12,5 mAs. Hasil pengukuran dosis radiasi digunakan
untuk menentukan efektivitas perisai radiasi. Pada percobaan yang telah dilakukan,
didapatkan hasil bahwa paparan radiasi nya nol. Hal ini menunjukkan bahwa
ruangan radiologi tersebut telah memenuhi kriteria yang semestinya. Perisai radiasi
Ruangan Radiologi tersebut termasuk perisai yang baik, mampu menahan radiasi
saat dilakukan penyinaran.
Daftar Pustaka

Martem, Dira Rizki, dkk. 2015. PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN


RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM)
BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER
UNFORS-XI. Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 4. ISSN 2302-8491
Rudi, dkk. 2012. PENGUKURAN PAPARAN RADIASI PESAWAT SINARX DI
INSTALASI RADIODIAGNOSTIK UNTUK PROTEKSI RADIASI.
Unnes Physics Journal. ISSN NO 22526978
Peraturan Kepala (Perka) BAPETEN No. 8 Tahun 2011 tentang Keselamatan
Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik
dan Intervensional.
NCRP Report No. 151 Tahun 2005
The Design of Diagnostic Medical Facilities where Ionising Radiation is used,
2009.

Anda mungkin juga menyukai