Anda di halaman 1dari 26

RESUME MATERI PROTEKSI RADIASI

RANCANG BANGUN RUANG RADIOLOGI, RADIOTERAPI, DAN


KEDOKTERAN NUKLIR

Dosen Pengampu : Siti Daryati, S.ST, M.SC

Disusun oleh :

Renolia Widyaningrum

P1337430119030

PROGRAM STUDI

D-III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2020
RESUME MATERI RANCANG BANGUN RUANG RADIOLOGI

 Tujuan rancang bangun ruang radiologi adalah untuk menjamin bahwa


pekerja atau masyarakat umum yang berada di sekitar radiologi menerima
paparan radiasi yang lebih kecil dari nilai batas dosis (NBD) yang berlaku.
 Perencanaan sebuah bangunan radiologi yang baru harus direncanakan oleh
team yang terdiri dari tidak hanya arsitek, insiyur, dan pimpinan yang
berwenang tetapi juga beberapa ahli yaitu keselamatan radiasi, radiolog,
dokter dan radiografer kepala yang akan menggunakan bangunan tersebut.
 Beberapa persyaratan fasilitas bangunan radiologi :
1. Lokasi bangunan radiologi sebaiknya dekat dengan kamar bedah dan
pelayanan darurat, mudah dicapai oleh pasien bangsal dan klinik
2. Ruang sinar-x dibangun dengan cukup kuat untuk menahan beban
peralatan yang ada didalamnya dan diperhatikan proteksi yg cukup
terhadap petugas dan orang lain yang berada di sekitar ruang tersebut
3. Mengelompokan dua s/d empat ruang sinar-x disekitar satu KG
4. Ukuran minimum ruang sinar-x adalah panjang 4m, lebar 3m, dan
tinggi 2,8m tidak termasuk ruang petugas dan ruang ganti baju jika
ada jendela tinggi 2m
5. Ukuran ruang pesawat sinar-x dental mempunyai panjang 3m, lebar
2m, dan tinggi 2,8m
6. Tebal dinding 20 cm beton atau 25 cm batu bata merah dengan
kerapatan 2,2 gr/cm3 atau setara dengan 2 mm Pb sehingga aman dr
bahaya radiasi
7. Pintu berdaun ganda untuk memudahkan lalu lintas pasien masuk ke
ruang pemeriksaan
8. Ukuran kamar gelap adalah panjang 3m, lebar 2m dan tinggi 2,8m
dengan sirkulasi udara baik dan tersedia air bersih yang mengalir
setiap saat
9. Diperlukannya fasilitas penunjang yang diperlukan seperti ruang
tunggu, ruang petugas, ruang pembacaan foto, dan ruang administrasi.
 Pembagian daerah aktivitas menurut tingkat radiasi dibagi atas tiga daerah
radiasi yaitu :
1. Daerah radiasi rendah (dosis ekuivalen yang diterima tubuh < 0,1
rem/minggu)
2. Daerah radiasi sedang (dosis ekuivalen yang diterima tubuh > 0,1
rem/minggu tetapi < 5 rem/tahun)
3. Daerah radiasi tinggi (dosis ekuivalen yang diterima tubuh > 5
rem/tahun).
 Penahan radiasi pesawat sinar-x dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Penahan radiasi terhadap sumber (rumah tabung)
 Penahan radiasi terhadap sumber dirancang dan dibuat oleh pabrik
pembuat tabung yang biasanya terbuat dari bahan paduan baja dan
timbal. Bahan ini berfungsi sebagai rumah atau wadah tabung
sinar-x dan harus memenuhi standar uji kebocoran yang ditentukan
oleh BAPETEN.
2. Penahan radiasi struktural yang berupa bangunan (dinding ruang
pesawat sinar-x)
 Penahan radiasi yang berupa bangunan dinding ruang pesawat
sinar-x ditentukan oleh pengguna dengan memperhatikan
ketentuan yang ada.
 Ketentuan yang harus dipenuhi untuk merancang konstruksi rumah
tabung pesawat sinar-x untuk medis dan nonmedis (radiografi
industri) berdasarkan NCRP (National Committee on Radiation
Protection) sebagai berikut :
a. Tipe Diagnostik
Penahan radiasi sumber untuk tabung diagnostik dibuat
untuk mengurangi laju penyinaran pada jarak 1 meter dari
fokus tidak melebihi dari 100 mR/jam apabila dioperasikan
pada arus dan tegangan maksimum.
b. Tipe Terapi
Penahan radiasi sumber untuk tabung terapi dibuat untuk
mengurangi laju penyinaran pada jarak 1 meter dari fokus
tidak melebihi dari 1000 mR/jam dan tidak lebih dari 30.000
mR/jam pada jarak 5 cm dari permukan tabung apabila
tabung tersebut dioperasikan pada arus dan tegangan
maksimum.
 Jika sebuah ruang pemeriksaan dibuat dengan mengubah bangunan yang
sudah ada, perlu penyesuaian dari segi proteksi dinding bangunan misal :
jika dinding yang ada terbuat dari batu bata dan plester setebal 13 cm maka
dengan tambahan Pb 1 mm yang diperkuat dengan triplek dianggap cukup
setara dengan Pb tebal 2 mm demikian juga pada pintunya yang ditambah
dengan lempengan Pb 1 – 1,5 mm.
 Contoh tanda radiasi
1. Lampu merah sebagai tanda radiasi harus dipasang di atas pintu, yang
dapat menyala pada saat pesawat Sinar-X digunakan.
2. Tanda peringatan radiasi juga hendaknya dibuat dalam ukuran yang
sesuai, seperti gambar berikut :
a. ”menjauhlah – berbahaya”. Tanda peringatan radiasi
tersebut dibuat dalam dua warna yang kontras sehingga
dapat terlihat dengan jelas dari jarak 1 m, dilengkapi dengan
tulisan ” AWAS SINAR-X”.

b. Wanita yang sedang hamil diminta untuk memberitahukan


petugas.

 Contoh ruang pemeriksaan sinar x


RESUME MATERI RANCANG BANGUN

RUANG RADIOTERAPI

 Persyaratan
1. Kecuali pintu semua shielding menggunakan beton
2. Jenis pesawat radioaktif yang dipasang
3. Beban kerja per hari, minggu
4. Fungsi ruangan
 Contoh desain ruang terapi radiasi

 Ketentuan perhitungan ketebalan dinding penahan structural


Untuk menghitung ketebalan dinding penahan struktural dari ruangan
(dinding dan pintu), faktorfaktor yang mempengaruhi harus diketahui
terlebih dahulu. Faktor-faktor tersebut meliputi :
1. Kemampuan tabung, yaitu tegangan dan arus operasi maksimum.
Ketebalan dinding ruangan diperhitungkan agar dapat menahan
radiasi dengan energi yang paling kuat (yaitu pada tegangan operasi
maksimum) dan intensitas yang paling besar (yaitu pada arus operasi
maksimum).
2. Jarak sumber radiasi terhadap titik pengamatan. Radiasi bocor yang
keluar dari tabung pesawat sinar-X merupakan salah satu faktor yang
perlu diperhatikan dalam desain penahan karena intensitas paparan
sangat bergantung dari jarak, untuk itu jarak pesawat sinar-X dari
dinding harus diketahui agar dapat dilakukan perhitungan ketebalan
dinding penahan.
3. Jarak sumber radiasi terhadap bidang penghambur. Apabila radiasi
mengenai suatu materi, maka besarnya radiasi yang dihamburkan
tergantung dari jarak sumber ke bidang penghambur.
4. Daerah terkontrol atau daerah tidak terkontrol.
Daerah terkontrol adalah daerah yang penghuninya hanya personil
yang pekerjaannya terkena radiasi, sedangkan daerah tidak terkontrol
adalah daerah yang penghuninya bisa siapa saja. Klasifikasi daerah ini
menentukan laju paparan radiasi desain mingguan (weekly design
exposure rate, P), dimana :
a. 0,1 R/minggu untuk daerah pengawasan (R=100
mR/minggu)
b. 0,01 R/minggu untuk daerah bukan pengawasan (R=10
mR/minggu)
5. Faktor guna (use factor, U).
Faktor guna adalah merupakan faktor yang ditentukan oleh prosentase
suatu dinding terkena berkas radiasi selama pemanfaatan pesawat
sinar-X. Besarnya nilai U adalah
a. U = 1 apabila dalam perencanaan pemanfaatannya pesawat
sinar-X diarahkan terus menerus ke suatu dinding (tidak
berubah arah berkas utamanya)
b. U = ¼ apabila arahnya direncanakan berubah secara periodik
untuk semua dinding atau tidak ada informasi mengenai arah.
c. Apabila tidak ada informasi, maka faktor guna untuk dinding
nilainya ¼ dan untuk lantai nilainya 1.
6. Faktor penghunian (occupancy factor, T).
Faktor penghunian ditentukan oleh seberapa sering seseorang berada
di balik dinding ruang pesawat sinar X. Penentuan besarnya nilai T
berdasarkan informasi atau pengamatan langsung dari keberadaan
orang dibalik dinding dan besarnya adalah
a. T = 1 jika terdapat seseorang yang terus menerus berada di
balik dinding
b. T = ¼ jika keberadaan seseorang tidak terus menerus, tetapi
relatif sering
c. T = 1/16 jika keberadaan seseorang hanya sesekali berada di
balik dinding
d. Apabila diketahui bahwa yang berada di balik dinding tersebut
adalah pekerja radiasi, maka nilai T dianggap 1, tidak
tergantung tingkat keberadaannya.
7. Beban kerja mingguan (weekly workload, W).
Beban kerja menyatakan tingkat pemakaian pesawat sinar X dalam 1
minggu dan biasanya dinyatakan dalam mA menit/minggu. Nilai W
ditentukan berdasarkan informasi sebagai berikut :
a. Waktu pengoperasian pesawat sinar -X dalam 1 minggu
(menit/minggu)
b. Arus tabung pada saat pesawat sinar-X dioperasikan (mA).
 Dalam perhitungan perancangan penahan, dibedakan menjadi dua kategori
yaitu :
1. Penahan primer
 Penahan primer memberikan perlindungan terhadap sinar guna
yaitu berkas sinar yang langsung berasal dari ‘focal spot’.
2. Penahan sekunder
 Penahan sekunder memberikan perlindungan terhadap radiasi
bocor dan radiasi hambur.
 Hasil perhitungan ketebalan penahan radiasi biasanya dinyatakan dalam cm
beton. Walaupun begitu, bahan lain seperti dinding bata berplaster atau
lembaran timbal (Pb), dapat digunakan asalkan mempunyai faktor atenuasi
yang sama dengan nilai atenuasi beton.
 Untuk tujuan perancangan ruang pengoperasian pesawat sinar X,
dikategorikan dinding yang terdiri atas 2 jenis :
1. Dinding primer
 Dinding primer yaitu dinding ruang yang berhadapan langsung
dengan berkas sinar guna (”useful beam”).
 Ketebalan dinding primer (K) dapat ditentukan dengan cara
menghitung faktor atenuasi atau Rontgen per mili Ampere-menit
selama satu minggu pada jarak satu meter, dan mencari korelasi
harga K tersebut terhadap tebal dinding sesuai tegangan pesawat
sinar X yang digunakan.

2. Dinding sekunder
 Dinding sekunder berfungsi sebagai penahan radiasi bocor yang
berasal dari rumah tabung pesawat sinar X dan radiasi hambur
yang berasal dari bidang penghambur.
 Tebal dinding penahan radiasi hambur ditentukan dengan cara
yang sama seperti pada penentuan tebal dinding primer dengan
rumus K (untuk tegangan kurang dari 500 kV)

 Tebal dinding radiasi sekunder ditentukan berdasarkan tebal


dinding penahan radiasi hambur (Xh) dan tebal dinding penahan
radiasi bocor (Xb) dengan mengikuti aturan sebagai berikut :
a. Jika Xh – Xb < 1 TVL, maka tebal dinding sekunder diambil
harga yang terbesar Antara Xh dan Xb kemudian
ditambahkan factor keselamatan sebesar 1 HVL
b. Jika Xh – Xb > 1 TVL, maka tebal dinding sekunder cukup
diambil dengan harga terbesar Antara Xh dan Xb.
 Prinsip dasar proteksi radiasi (waktu, jarak, dan perisai) harus menjadi
pedoman dalam bekerja dengan sumber radiasi eksterna.
 Pemeriksaan parameter dan sistem keselamatan peralatan radioterapi harus
dilakukan secara reguler sesuai pedoman (standar) tiap alat.
 Tahapan pengujian operasional dilakukan untuk mengetahui kinerja alat
apakah setiap parameter sesuai dan sistem bekerja dengan baik.
 Aspek Proteksi Radiasi
1. Pesawat telegamma harus diperiksa apakah sumber bocor dengan cara
test usap (wipe test) yang frekuensinya paling tidak sekali dalam
setahun.
2. Uji kebocoran (leakage test) dilakukan pada saat sumber pada posisi
BEAM OFF, petugas mengenakan sarung tangan kemudian
permukaan bagian dalam kolimator (sedekat mungkin dengan sumber)
diusap dengan menggunakan kertas kering (khusus) yang diberi
alkohol.
3. Jika hasil cacahan menunjukkan angka bacaan diatas radiasi latar
(background) atau jika aktivitas lebih besar dari 5 nCi/cm2 maka
sumber mungkin bocor, sehingga perlu diambil tindakan pengamanan
sesuai prosedur.
4. Salah satu contoh untuk teleterapi gamma, beberapa parameter yang
harus diperiksa antara lain :
a. Alat pengatur posisi, seperti sinar laser atau lampu pengatur
posisi
b. Alat ukur jarak sumber ke kulit (Source to skin distance/SSD)
c. Bacaan atau indikator setting pesawat seperti, sudut gantry dan
luas lapangan
d. Penjajaran pembatas berkas
e. Sistem interlock dan tanda peringatan radiasi
 Sistem Proteksi Alat
Unit harus dilengkapi dengan safety features dan emergency ”stuck source”.
1. Safety feature
Sumber akan tetap/kembali pada keadaan OFF jika :
 Listrik padam
 Pintu interlock terbuka
 Source head bergerak selama fixed mode
 Tekanan udara pada interlock rendah
2. Emergency “stuck source”
Apabila sumber gagal masuk ke dalam wadah atau macet maka
operator harus melakukan tindakan berikut :
 menekan tombol emergency
 cara manual : memutar roda pada stand searah jarum jam atau
mendorong sumber masuk ke dalam dengan alat khusus ”T-
Bar” (tindakan tergantung model).
RESUME MATERI RANCANG BANGUN RUANG

KEDOKTERAN NUKLIR

 Tujuan merancang
1. Keamanan  Patient Safety
 Radiasi (Kontaminasi, Paparan)
 Mencegah kontaminasi yang meluas
 Mengikuti standart yang ada (IAEA, dll)
2. Kenyamanan
 Alur Pasien (private, publik)
 Alur Karyawan (dokter, staff, Limbah)
3. Efisien
 Optimalisasi Modalitas Imajing
 Klasifikasi
 Bahaya radiasi rendah :
1. Ruang penerimaan pasien
2. Administrasi/resepsionis
3. Ruang Staff
4. Pemeriksaan laboratorium (in vitro)
 Bahaya radiasi sedang :
1. Ruang Tunggu Pasien yang telah diberi radiofarmaka
2. Kamar kecil untuk pasien
3. Ruang penyimpanan Radionuklida
 Bahaya radiasi tinggi :
1. Ruang pemberian Radiofarmaka
2. Ruang Pengambilan gambar
3. Ruang isolasi pasien
4. Ruang persiapan Radiofarmaka
5. Ruang penyimpanan limbah sementara
 Persyaratan :
1. Lokasi harus terletak pada suatu tempat yang mudah dicapai oleh
bagian yang lain
2. Lantai dan dinding dari gedung harus cukup kuat untuk menahan
beban berat dari penahan radiasi
3. Penyediaan listrik cukup untuk pengoperasian instrumentasi peralatan
KN
4. Ventilasi ruangan dirancang cukup untuk sirkulasi udara
 Denah umum suatu bagian yg digunakan untuk pekerjaan dgn sumber
terbuka terdiri dari 4 kelompok :
1. Laboratorium dan ruangan yg tidak sering dikunjungi pasien,
termasuk ruang penyimpanan, penyiapan dan pembagian zat
radioaktif
2. Ruangan yg sering dikunjungi pasien, termasuk ruangan utk
pengobatan dgn zat radioaktif dan utk pengukuran thd pasien
3. Kantor
4. Tempat penyimpanan sampah radioaktif
 Ruang penyiapan dan pembagian zat radioaktif untuk diagnostik mempunyai
:
1. Ukuran luas 8 m2 dengan lantai dan lapangan kedap air sampai
dinding-dindingnya setinggi 10cm dari lantai
2. Bak pencuci/wastafel
3. Ada meja untuk menyiapkan radiofarmaka yg mudah didekontaminasi
dan mampu menahan beban 300 kg/m2
4. Tempat sampah radioaktif
5. Perisai radiasi
6. Dosimeter stabilisator
7. Generator radionuklida
 Bangunan dan ruang yang sering dikunjungi pasien mempunyai ukuran 25
m2 yang merupakan gabungan beberapa pekerjaan yaitu :
1. Sekurang-kurangnya sebuah kamar yg berpenahan radiasi tebal dgn
satu tempat tidur utk penggunaan aktivitas sampai 450 mCi Co-60
2. Dua atau tiga kamar berpenahan radiasi dgn satu kamar tidur utk
penggunaan aktivitas sampai 150 mCi Co-60
3. Beberapa kamar yang berpenahan radiasi masing-masing dengan 2
tempat tidur untuk penggunaan I-131 dengan aktivitas sampai 5 mCi
tiap tempat tidur
 Kantor yang merupakan ruang pendukung dalam bangunan kedokteran
nuklir terdiri dari :
1. Ruang administrasi
2. Ruang dokter
3. Ruang Fisikawan Medis
4. Ruang Radiografer
5. Ruang Tunggu
 Penyimpanan limbah radioaktif menggunakan ruang dibawah tanah
menggunakan suatu kontainer.
 Contoh sketsa ruang isolasi :
 Kontaminasi
 Pencemaran radiasi yang tidak perlu, atau tidak menjadi tujuannya.
 Pasien bukan terkontaminasi
 Bahan habis pakai bukan terkontaminasi melainkan menjadi limbah
radioaktif.
 Selain hal tersebut, peralatan, area, pakaian bahan lainnya bila terkena
radiasi yang tidak perlu disebut terkontaminasi
 Sumber Kontaminasi
1. Kebocoran
2. Tercecernya zat radioaktif sewaktu dipindahkan
3. Tumpahnya zat radioaktif ketika bekerja
4. Bocornya wadah sumber radioaktif
5. Penyebaran kontaminan
 Pemantauan Kontaminasi
1. Pemantauan daerah radiasi dengan kontinu
 Dengan continuous air monitor dan gamma alarm
2. Pemantauan area kerja
 Dengan surveymeter dan smear test
3. Pemantauan Kontaminasi Personal
 Personal dosimeter, hand and foot monitor, surveymeter personal
4. Dosimetri internal
 In vivo bioassay dan in vitro bioassay
 Pengendalian Kontaminasi
1. Pengendalian ke hot area
2. Pengendalian rancangan ruangan
 Ventilasi, glove boxes, hoods, pembungkusan barang
terkontaminasi
 Rancangan alat yang efisien dan mengurangi tersebarnya radioaktif
3. Pengendalian pakaian personal  Gunakan jas lab, respirator, sarung
tangan
4. Dekontaminasi  Lakukan dekontaminasi peralatan sebelum bekerja
5. Metode preventif
 Perbaiki kebocoran dulu, briefing sebelum bekerja, ganti
perlengkapan kerja yang terkontaminasi, tutup dengan plastic
perlengkapan selama bekerja, ikuti prosedur kerja, minimalkan
perpindahan zat radioaktif
 Daerah Kontaminasi
1. Daerah Kontaminasi Rendah
 Dengan pemancar alpha < 0,37 Bq/cm2
 Dengan pemancar beta < 3,7 Bq/cm2
2. Daerah Kontaminasi Sedang
 0,37 Bq/cm2 < pemancar alpha < 3,7 Bq/cm2
 3,7 Bq/cm2 < pemancar beta < 37 Bq/cm2
3. Daerah Kontaminasi Tinggi
 Pemancar alpha 3,7 Bq/cm2
 Pemancar beta 37 Bq/cm2
 Dekontaminasi KIT beserta tujuannya
1. Warning tape (label) = Menandai daerah terkontaminasi
2. Tas plastik (kecil/besar) = Pelindung sepatu, wadah bahan
basah, material terkontaminasi
3. Sarung tangan sekali pakai = Melindungi tangan
4. Penjepit & tang = Penanganan material
5. Spons / busa = Menghisap
6. Kertas hisap = Mengeringkan
7. Radiac wash/sabun = Sabun pembersih
8. Gunting = Memotong kertas, dll
9. Whatman No:1 filter paper = Cek setelah dekontaminasi
10.Chux (kertas/plastik) = Menutup area dekontaminasi
11.GM Survey meter / kontamat = Monitoring
 Prosedur Dekontaminasi
1. Gunakan sarung plastik atau karet (boot) sebelum masuk daerah
kontaminasi
2. Gunakan busa/kertas untuk menyerap cairan kontaminasi
3. Gunakan surveymeter/kontamat untuk memonitor besar radiasi yg
dipaparkan
4. Yang tidak berkepentingan dan tidak terkontaminasi dilarang masuk
5. Pakaian, material yang terkontaminasi dikumpulkan dalam tas plastik,
orang mandi dengan shower sebelum meninggalkan area
6. Monitor orang yang terkontaminasi setelah mandi, ulang jika perlu.
Air hangat – dingin disarankan, jangan menggunakan air panas,
penyerapan radioaktif dalam aliran darah
7. Partikel radioaktif lebih mudah dibersihkan dari permukaan keras tapi
terkumpul, daripada permukaan berpori
8. Sikat / sapu tidak direkomendasikan karena bisa menyebarkan
kontaminan
9. Kumpulkan semua material terkontaminasi sebagai limbah radioaktif
10.Petugas memantau diri sendiri, kuku jari merupakan problem terbesar
11.Buat laporan administrasi
 Limbah Radioaktif
 Definisi : zat radioaktif & bahan serta peralatan yg terkena zat
radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi
nuklir yg tidak dapat digunakan lagi.
 UU No. 10/1997 tentang ketenaganukliran : Pengelolaan limbah
radioaktif dilaksanakan untuk mencegah timbulnya bahaya radiasi
terhadap pekerja, anggota masyarakat & lingkungan hidup
 Teknik Pengelolaan Limbah Radioaktif
1. Penampungan
 limbah radioaktif yang berasal dari pekerjaan kedokteran nuklir
sebelum diolah harus ditampung dulu, dengan tujuan agar
pemindahan limbah tersebut tidak menimbulkan kontaminasi
terhadap lingkungan kerja.
2. Pengolahan
a. Pengenceran & disperse  ditambahkan air yg tidak
terkontaminasi, efektif untuk limbah cair beraktivitas rendah
b. Penundaan & Peluruhan  untuk limbah yg T1/2nya pendek,
butuh tempat penampungan, efektif untuk limbah cair & padat
yg aktivitas dan T1/2nya pendek
3. Pembuangan
 Limbah radioaktif tingkat tinggi yg sudah dimampatkan dibuang
dengan cara menanamkannya dalam tanah dengan kedalaman
tertentu (penyimpanan lestari)
 Limbah tingkat rendah dari kedokteran nuklir dibuang dengan
perlakuan yang sama dengan sampah Rumah Sakit setelah masa
peluruhan berakhir & laju dosis sama dengan cacah latar
 Contoh penyimpanan radionuklida

 Contoh menyimpan sumber


 Contoh Ruang Pemberian Radiofarmaka

 Contoh Pemeriksaan pasien


 Contoh alat mengambil radionuklida
 Contoh Perisai
 Contoh Instrumen Monitoring

Anda mungkin juga menyukai