Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KESELAMATAN KERJA DI RUANG RADIOLOGI

Di susun oleh :
Nama : Geralda Djama Pulu Pina
Nim : 191313005

JURUSAN TEKNOLOGI ELEKTROMEDIS


POLOKTEKNIK MEKATRONIKA SANATADHARMA
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehing
ga dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Keselamatan Kerja Diruang Radiolog
i” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah adalah untuk memenuhi tugas dari dosen pada bid
ang studi Teknik Elektro Medis mata kuliah Radiologi Dasar.
Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembacadan juga penul
is.
Saya mengucap terimakasih kepada pihak terkait yang telah membagi sebagian pengetahuan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah iniSaya menyadari, makalah yang saya tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat say
a butuhkan untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................................3
1.3 TUJUAN.....................................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
A. KESELAMATAN RUANG KERJA RADIOLOGI..................................................................5
B. ALAT RADIOLOGI.................................................................................................................6
C. KESELAMATAN KERJA OPERATOR......................................................................................7
D.KESELAMATAN PASIEN...........................................................................................................8
E. LIMBAH RADIOLOGI............................................................................................................8
BAB III..................................................................................................................................................10
PENUTUPAN........................................................................................................................................10
A. Kesimpulan..............................................................................................................................10
B. Saran........................................................................................................................................10
BAB IV..................................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................11

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan kerja harus diterapkan dalam dunia kerja oleh semua
orang yang berada di tempat kerja baik pekerja maupun pemberi kerja.
Radiasi yang digunakan di Radiologi bermanfaat untuk membantu menegakkan
diagnosa, juga dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja radiasi dan masyarakat umum
yang berada disekitar sumber radiasi tersebut. Besarnya bahaya radiasi ini ditentukan
oleh besarnya radiasi, jarak dari sumber radiasi, dan ada tidaknya pelindung radiasi.
Potensi bahaya dan risiko ditempat kerja merupakan akibat dari sistem kerja ataupun
proses kerja, penggunaan mesin, alat serta bahan yang bersumber dari keterbatasan
pekerjaannya sendiri, perilaku hidup yang kurang sehat dan perilaku kerja yang
kurang aman atau safety.
Pelaksaan K3 (keselamatan kesehatan kerja) merupakan hal yang diwajibkan oleh
peraturan perundangan, pemenuhan hak asasi manusia, serta pertimbangan ekonomi.
Pada UUD No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 64 disebutkan bahwa
kesehatan kerja ditunjukkan untuk melindungi perkerja agar hidup sehat dan terbebas
dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.
Dalam UUD No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 86-87 dinyatakan
bahwa keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus diselenggarakan pada semua
tempat kerja, khususnya tempat kerja yang memiliki risiko bahaya pada kesehatan,
mudah terjangkit penyakit.
Salah satu daerah berisiko yang terdapat di Rumah Sakit adalah instalasi radiologi.
Instalasi radiologi merupakan sarana penunjang medis yang menggunakan teknologi
pencintraan atau imejing ( imaging technologies) untuk mendiagnosa atau pengobatan
penyakit. Radiologi merupakan cabang dari ilmu kedokteran yang berkaitan dengan
penggunaan sinar-x yang selanjutnya disebut radiografer.
Radiografer mempunyai tugas dan tanggung jawab, yaitu melakukan pemeriksaan
pasien secara radiografi,melakukan teknik penyinaran radiasi pada radioterapi. Tugas
dan tanggung jawab tersebut membuat seorang radiografer harus mendapatkan
perlindungan terkait keselamatan kerja.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Beberapa aspek permasalahan keselamatan kerja yang dirumuskan seperti berikut:
1. Jelaskan tentang keselamatan ruang kerja radiologi ?
2. Jelaskan tentang keselamatan alat radiologi ?
3. Jelaskan tentang keselamatan operator ?
4. Jelaskan tentang keselamatan pasien ?
5. Jelaskan tentang keselamatan limbah radiologi ?

1.3 TUJUAN
Dari latar belakang dan rumusan masalah yang di bahas, maka tujuan dari
pembahasan ini adalah :
1. Untuk mengetahui keselamatan ruang kerja radiologi.
2. Untuk mengetahui keselamatan alat radiologi.
3. Untuk mengetahui keselamatan operator.
4. Untuk mengetahui keselamatan pasien.
5. Untuk mengetahui keselamatan limbah radiologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KESELAMATAN RUANG KERJA RADIOLOGI
Radiasi yang digunakan di Radiologi bermanfaat untuk membantu menegakkan di
agnosa, juga dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja radiasi dan masyarakat umum yang
berada disekitar sumber radiasi tersebut. Besarnya bahaya radiasi ini ditentukan oleh besa
rnya radiasi, jarak dari sumber radiasi, dan ada tidaknya pelindung radiasi.
 Upaya untuk melindungi pekerja radiasi serta masyarakat umum dari ancaman bah
aya radiasi dapat dilakukan dengan cara :
a. Mendesain ruangan radiasi sedemikian rupa sehingga paparan radiasi
tidak melebihi batas-batas yang dianggap aman.
b. Melengkapi setiap ruangan radiasi dengan perlengkapan proteksi
radiasi yang tepat dalam jumlah yang cukup.
c. Melengkapi setiap pekerja radiasi dan pekerja lainnya yang karena
bidang pekerjaannya harus berada di sekitar medan radiasi dengan alat
monitor radiasi.
d. Memakai pesawat radiasi yang memenuhi persyaratan keamanan
radiasi.
e. Membuat dan melaksankan prosedur bekerja dengan radiasi yang
baik dan aman.

 Desain dan paparan di ruang radiasi


1. Tebal dinding
Tebal dinding suatu ruang radiasi sinar-x sedemikian rupa sehingga
penyerapan radiasi dari timbal setebal 2mm.
 Tebal dinding yang terbuat dari beton dengan rapat jenis 2,35
gr/cc adalah 15 cm.
 Tebal dinding yang terbuat dari bata dengan plester adalah 25
cm.
2. Ukuran ruang radiasi
 Ukurran minimal ruang radiasi sinar-x adalah Panjang 4
meter,lebar 3 meter,tinggi 2,8 meter.
 Ukuran tidak termasuk ruang operator dan kamar ganti pasien.
3. Pintu dan jendela
 Di depan pintu ruangan radiasi harus ada lampu merah yang
menyala ketika meja kontrol pesawat dihidupkan.
 Pintu serta lobang-lobang yang ada di dinding (misal lobang
stop kontak, dll) harus diberi penahan-penahan radiasi yang
setara dengan 2 mm timbal.

 Tujuannya yaitu :
1. Untuk membedakan ruangan yang mempunyai paparan bahaya radiasi
dengan ruangan yang tidak mempunyai paparan bahaya radiasi.
2. Sebagai indikator peringatan bagi orang lain selain petugas medis untuk
tidak memasuki ruangan karena ada bahaya radiasi di dalam ruangan
tersebut.
3. Sebagai indikator bahwa di dalam ruangan tersebut ada pesawat rontgen
sedang aktif.
4. Diharapkan ruangan pemeriksaan rontgen selalu tertutup rapat untuk
mencegah bahaya paparan radiasi terhadap orang lain di sekitar ruangan
pemeriksaan rontgen.
 Jendela di ruangan radiasi letaknya minimal 2 meter dari lantai
luar. Bila ada jendela yang letaknya kurang dari 2 meter harus
diberi penahan radiasi yang setara dengan 2 mm timbal dan jendela
tersebut harus ditutup ketika penyinaran sedang berlangsung.
 Jendela pengamat di ruang operator harus diberi kaca penahan
radiasi minimal setara dengan 2 mm timbal.

B. ALAT RADIOLOGI

Alat radiologi adalah serangkain teknologi yang berfungsi untuk memeriksa atau
mengobati suatu penyakit, bagian dalam tubuh.
Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan dengan menggunakan teknologi pencitraan
untuk mendiagnosis dan mengobati suatu penyakit. Pemeriksaan radiologi berguna untuk
membantu dokter melihat kondisi bagian dalam tubuh.
a. jenis pemeriksaan radiologi,di antarannya:

 Radiografi atau rontgen: sinar-X untuk menggambarkan tulang, dada, dan


perut.
 CT SCAN: Singkatan dari “computed tomography”, menggunakan mesin
sinar-X berbentuk donat di sekitar pasien untuk menghasilkan citra
berdasarkan perhitungan komputer.
 MRI: Singkatan dari “magnetic resonance imaging”, memanfaatkan medan
magnet dan gelombang radio serta pemrosesan komputer untuk
menghasilkan citra.
 Ultrasonografi: biasanya dipakai untuk pemeriksaan kehamilan,
menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar bergerak yang
bisa dilihat di monitor.
 Mammogram: menggunakan sinar-X untuk memeriksa jaringan payudara.
 Fluoroskopi: menggunakan sinar-X yang menghasilkan gambar tubuh yang
bergerak secara real-time dalam pelaksanaan prosedur medis, seperti stent
untuk pembuluh yang menyempit atau kateterisasi serta pencitraan saluran
pencernaan.
 Pencitraan nuklir: penggunaan zat radioaktif untuk menghasilkan citra.

b. Kondisi medis yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan radiologi


 Rontgen/sinar-X : Pneumonia, kanker paru, sesak napas.
 Pemeriksaan CT Scan : Patah tulang yang kompleks, perdarahan internal,
infeksi, tumor.
 Pemeriksaan USG (ultrasonografi) : Masalah jantung, infeksi, tumor.
 Pemeriksaan MRI : Masalah otak dan saraf tulang belakang, ligamen sobek,
tumor.
 Pencitraan nuklir : Kanker, masalah jantung, otak, atau saraf.

C. KESELAMATAN KERJA OPERATOR


 Perlengkapan Proteksi Radiasi
a. Pakaian Proteksi Radiasi (APRON)
Setiap ruangan radiasi disediakan pakaian proteksi radiasi dalam jumlah
yang cukup dan ketebalan yang setara dengan 0,35 mm timbal.
b. Alat monitor Radiasi
 Film badge dipakai pada pakaian kerja pada daerah yang
diperkirakan paling banyak menerima radiasi atau pada daerah
yang dianggap mewakili penerimaan dosis seluruh tubuh seperti
dada bagian depan atau panggul bagian depan.
 Setiap pekerja radiasi dan/atau pekerja lainnya yang karena bidang
pekerjaannya harus berada di sekitar medan radiasi diharuskan
memakai film badge setiap memulai pekerjaannya setiap hari.
c. Sarung tangan timbal
Setiap ruangan fluoroskopi konvensional harus disediakan sarung tangan
timbal.
d. Survey meter
Di unit radiologi harus disediakan alat survey meter yang dapat digunakan
untuk mengukur paparan radiasi di ruangan serta mengukur kebocoran alat
radiasi.
e. Pemeriksaan Kesehatan
Setiap pekerja radiasi harus menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala
sedikitnya sekali dalam setahun.

D.KESELAMATAN PASIEN
 Keselamatan dan keamanan pasien (patient safety) merupakan sebuah prioritas
strategik, Dalam menetapkan capaian-capaian peningkatan yang terukur
untuk medication safety sebagai target utamanya. Keselamatan pasien harus
menjadi ruh dalam setiap pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tuntutan
akan keselamatan pasien harus direspons secara proaktif oleh semua pihak dan
harus menjadi sebuah gerakan yang didasari pertimbangan moralitas dan etik.
Patient safety harus jadi suatu gerakan menyeluruh dari semua pihak yang
terkait dengan pelayanan kesehatan. Ini membutuhkan keterlibatan semua
pihak, yaitu manajemen dan tenaga kesehatan. Keduanya harus menyadari
pentingnya patient safety. Kalau hanya satu pihak akan sia-sia saja.
 Radiasi yang digunakan di Radiologi di samping bermanfaat untuk membantu
menegakkan diagnosa, juga dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja radiasi
dan masyarakat umum atau pasien yang berada disekitar sumber radiasi
tersebut. Besarnya bahaya radiasi ini ditentukan oleh besarnya radiasi, jarak
dari sumber radiasi, dan ada tidaknya pelindung radiasi, dalam Radiologi
dapat membantu mencegah kesalahan medis dan membantu meningkatkan
keselamatan pasien. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan
(OSHE) manajemen di rumah sakit merupakan upaya dalam mewujudkan
keamanan, kenyamanan dan kebersihan lingkungan kerja, melindungi dan
meningkatkan kesehatan.

E. LIMBAH RADIOLOGI
Limbah radioaktif adalah jenis limbah yang mengandung atau
terkontaminasi radionuklida pada konsentrasi atau aktivitas yang melebihi batas yang
diizinkan (Clearance level) yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir.
Definisi tersebut digunakan di dalam peraturan perundang-undangan. Pengertian
limbah radioaktif yang lain mendefinisikan sebagai zat radioaktif yang sudah tidak
dapat digunakan lagi, dan/atau bahan serta peralatan yang terkena zat radioaktif atau
menjadi radioaktif dan sudah tidak dapat difungsikan/dimanfaatkan. Bahan atau
peralatan tersebut terkena atau menjadi radioaktif kemungkinan karena pengoperasian
instalasi nuklir atau instalasi yang memanfaatkan radiasi pengion.

 Sumber-Sumber Radioaktif
Limbah radioaktif umumnya berasal dari setiap pemanfaatan tenaga nuklir,
baik pemanfaatan untuk pembangkitan daya listrik menggunakan reaktor
nuklir, maupun pemanfaatan radiasi untuk keperluan penelitian, industri dan
rumah sakit.
 Jenis-jenis radioaktif
 Dari segi besarnya aktivitas dibagi dalam limbah aktivitas tinggi,
aktivitas sedang dan aktivitas rendah.
 Dari umurnya di bagi menjadi limbah umur paruh panjang, dan limbah
umur paruh pendek.
 .Dari bentuk fisiknya dibagi menjadi limbah padat, cair dan gas.
 Pengolaan Limbah radioaktif
Pengolahan limbah radioaktif dilakukan sesuai dengan bentuk limbahnya :
a. Pada limbah radioaktif berbentuk padat, dilakukan upaya berupa
kompaksi atau pemadatan, insenerasi atau pembakaran dan imobilisasi.
Pada proses kompaksi, limbah awal yang diterima dari penghasil limbah
ditampung dalam drum. Selanjutnya, ditekan atau dipadatkan dengan
compactor berkekuatan 600 kiloNewton sehingga beberapa drum bisa
menjadi satu drum. Kemudian, dilakukan imobilisasi dengan
menggunakan bahan pengikat seperti semen dan bitumen. Imobilisasi
berguna untuk mencegah pergerakan radionuklida dalam limbah ke
lingkungan. Limbah yang diimobilisasi adalah konsentrat evaporasi, abu
insenerator, limbah padat hasil pengkompaksian.
b. Pengolahan limbah cair dilakukan dengan cara antara lain evaporasi dan
penukar ion. Pengolahan limbah radioaktif berbentuk gas dilakukan
dengan cara pengkondisian (kondisioning) di mana gas akan melewati
alat penyaring untuk menangkap zat-zat radioaktif agar tidak keluar ke
atmosfer.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Keselamatan dan Kesehatan kerja harus diterapkan dalam dunia kerja oleh
semua orang yang berada di tempat kerja baik pekerja maupun pemberi kerja.
Radiasi yang digunakan di Radiologi bermanfaat untuk membantu menegakkan
diagnosa, juga dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja radiasi dan masyarakat
umum yang berada disekitar sumber radiasi tersebut. Besarnya bahaya radiasi ini
ditentukan oleh besarnya radiasi, jarak dari sumber radiasi, dan ada tidaknya
pelindung radiasi.
Pelaksaan K3 (keselamatan kesehatan kerja) merupakan hal yang
diwajibkan oleh peraturan perundangan, pemenuhan hak asasi manusia, serta
pertimbangan ekonomi.
Pada UUD No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 64 disebutkan bahwa
kesehatan kerja ditunjukkan untuk melindungi perkerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan.
Dalam hal tersebut terdapat beberapa potensi bahaya diantaranya, bahaya
pertama yaitu terkena cairan fixer dan developer. Proses pencucian film rontgen
yang dilakukan di lab radiologi menghasilkan limbah B3 cair yang mengandung
perak. Limbah cair pencucian film rontgen mengandung senyawa perak nitrat dan
perak bromida yang dapat menimbulkan keracunan seperti timbulnya warna biru
keabu-abuan pada mata, sekat rongga hidung, tenggorakan dan kulit, iritasi pada
kulit,borok dan gangguan pencernaan yang disebabkan oleh pemaparan yang
berlebihan (over exposure) terhadap senyawa logam perak.

B. Saran
i. Saran bagi petugas intalasi diruang radiologi
1. Menggunakan alat perlindungan diri pada saat bekerja secara
kontinyu dan konsisten.
2. Menambah kesadaran dan menanamkan bahwa bekerja safety
Dimulai dari sekarang.
ii. Bagi manajemen rumah sakit
1. Melakukan pencatatan dan pelaporan kejadian dan kecelakaan kerja
setiap bulannya.
2. Menegakan peraturan APD,memberikan sanksi bagi yang tidak
menggunakan APD serta memberikan reward bagi yang patuh pada
penggunaan APD.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. https://id.wikipedia.org/wiki/Radiologi
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Limbah_radioaktif
3. https://djokosoeprijanto.blogspot.com/2013/04/keselamatan-kerja-di-ruang-
radiologi.html
4. https://galihendradita.wordpress.com/2017/04/26/panduan-pelayanan-radiologi/

Anda mungkin juga menyukai