PENDAHULUAN
A. latar belakang
Penggunaan teknologi nuklir semakin meningkat di berbagai bidang,
antara lain; bidang industri, kedokteran, pertanian dan penelitian, maka perlu
dilakukan usaha yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) bagi pekerja radiasi, masyarakat dan lingkungannya. Selain keuntungan
yang diperoleh, teknologi nuklir menimbulkan radiasi yang mengandung
potensi bahaya bagi manusia dan lingkungan, apabila dalam pelaksanaannya
tidak mengikuti prosedur K3 radiasi yang telah ditentukan. Ada 2 (dua)
macam pemonitoran untuk dapat memberikan perlindungan kepada manusia
dari paparan radiasi yaitu pemonitoran paparan radiasi terhadap tempat kerja
dan pemonitoran paparan radiasi terhadap personil yang bekerja camber
(1992). dengan mengacu pada keterangan di atas kami bertujuan mengangkat
proteksi radiasi terhadap pekerja sebagai judul makalah kami untuk
mendalami lebih lanjut mengenai proteksi radiasi terhadap pekerja.
B. Rumusan masalah
Minimnya pengetahuan mengenai proteksi radiasi terhadap pekerja di
lingkungan mahasiswa teknik kardiovaskular.
C. Tujuan
menjelaskan mengenai proteksi radiasi terhadap pekerja kepada mahasiswa
teknik kardiovaskular
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian proteksi radiasi
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa proteksi radiasi adalah ilmu yang
mempelajari tentang teknik yang digunakan oleh manusia untuk melindungi dirinya,
orang disekitarnya maupun keturunannya dari paparan radiasi.
Dari segi ilmiah dan teknik, ruang lingkup proteksi radiasi terutama meliputi :
a. Pengukuran fisika berbagai jenis radiasi dan zat radioaktif
2
b. Menentukan hubungan antara tingkat kerusakan biologi dengan dosis
radiasi yang diterima organ/ jaringan
c. Penelaahan transportasi radionuklida di lingkungan, dan
d. Melakukan desain terhadap perlengkapan kerja, proses dan sebagainya
untuk mengupayakan keselamatan radiasi baik di tempat kerja maupun
lingkungan.
Falsafah proteksi radiasi disebut juga dengan tujuan proteksi radiasi. Tujuan dari
proteksi radiasi adalah sebagai berikut :
3
ketiga memerlukan pemonitoran dan pengawasan secara terus menerus baik
pekerja radiasi maupun lingkungannya dengan menggunakan alat pemonitoran
perorangan, pemonitoran lingkungan dan surveimeter.
Para penguasa instalasi nuklir sesuai dengan segala keturunan yang
berlaku wajib menyusun program proteksi radiasi sejak proses perencanaan,
tahap pembangunan instalasi, dan pada tahap operasi. Program proteksi radiasi
ini dimaksudkan untuk menekan serendah mungkin kemungkinan terjadinya
kecelakaan radiasi. Dalam penyusunan program ini diperlukan adanya prinsip
penerapan prinsip keselamatan radiasi dalam pengoperasian suatu ignstalasi
nuklir sesuai dengan rekomendasikan oleh Komisi Internasional untuk
Perlindungan Radiologi (ICRP).
4
C. Efek radiasi
Dilihat dari interaksi biologi tadi di atas, maka secara biologis efek radiasi
dapat dibedakan atas :
1. Berdasarkan jenis sel yang terkena paparan radiasi
Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Sel genetic
adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel
somatic adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh.
Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas :
o Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati
pada individu dalam waktu singkat setelah individu tersebut terpapar
radiasi, seperti epilasi (rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit),
luka bakar dan penurunan jumlah sel darah. Kerusakan tersebut terlihat
dalam waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi.
o Efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu
yang lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan
kanker.
5
terjadi sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan
terjadinya perubahan pada sel. Radiasi serendah apapun selalu terdapat
kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik
pada tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula
tidak membunuh sel tetapi mengubah sel, sel yang mengalami modifikasi
atau sel yang berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem
pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini.
Semua akibat proses modifikasi atau transformasi sel ini disebut efek
stokastik yang terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis
ambang dan baru akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin
besar dosis paparan, semakin besar peluang terjadinya efek stokastik,
sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis yang
diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka
sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya
sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel
somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama,
ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya,
akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker.
Maka dari itu dapat disimpulkan ciri-ciri efek stokastik adalah:
6
akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang terkena
radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada
seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang
diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul
beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek
deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari
dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis
lebih rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek
deterministik dengan demikian adalah nol. Sedangkan di atas dosis
ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.
1. Mempunyai dosis ambang
2. Umumnya timbul beberapa saat setelah radiasi
3. Adanya penyembuhan spontan (tergantung keparahan)
4. Tingkat keparahan tergantung terhadap dosis radiasi
5. Efek ini meliputi : luka bakar, sterilitas / kemandulan, katarak (efek
somatik)
7
a. Asas Jastifikasi atau Pembenaran
Asas ini menghendaki agar dosis radiasi yang diterima oleh seseorang
dalam menjalankan suatu kegiatan tidak boleh melebihi batas yang telah
ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Dengan menggunakan program
proteksi radiasi yang disusun secara baik, maka semua kegiatan yang
mengandung resiko paparan radiasi cukup tinggi dapat ditangani sedemikian
rupa sehingga nilai batas dosis yang ditetapkan tidak akan terlampaui.
c. Asas Optimisasi
Asas ini menghendaki agar paparan radiasi yang berasal dari suatu
kegiatan harus ditekan serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor
ekonomi dan sosial. Asas ini juga dikenal dengan sebutan ALARA (As Low
As Reasonably Achieveble). Dalam kaitannya dengan penyusunan program
proteksi radiasi,
asas optimisasi mengandung pengertian bahwa setiap komponen dalam
program telah dipertimbangkan secara seksama, termasuk besarnya biaya
yang dapat dijangkau.Suatu program proteksi dikatakan memenuhi asas
optimisasi apabila semua komponen dalam program tersebut disusun dan
direncanakan sebaik mungkin dengan memperhitungkan biaya yang dapat
dipertanggung jawabkan secara ekonomi.
8
Asas optimisasi sangat ditekankan oleh ICRP dan setiap kegiatan yang
memerlukan tindakan proteksi, terlebih dulu harus dilakukan analisis
optimisasi proteksi. Karena tujuan dari optimisasi adalah untuk mendapatkan
hasil optimum yang meliputi kombinasi penerimaan dosis yang rendah, baik
individu maupun kolektif, minimnya dari resiko pemaparan yang tidak
dikehendaki, dan biaya yang murah.
(merupakan Konsep ALARA – As Low As Reasonably Achieveble)
9
keselamatan radiasi yang meliputi kajian prosedur keselamatan kerja, peralatan
radiasi dan fasilitas dan perencanaan program proteksi radiasi untuk pemantauan
dosis personal dan pemantauan tempat kerja. Pengendalian secara fisik pada
prinsipnya adalah membuat penghalang fisik yang dikombinasi dengan teknik
keselamatan, yang meliputi, penggunaan sistem interlock, yang melarang atau
mencegah untuk masuk daerah radiasi yang berbahaya, membuat penahan
campuran pada desain bangunan dengan peralatan keselamatan radiasi,
penggunaan remote control, untuk mengurangi penanganan sumber radiasi secara
langsung serta memberi jarak terhadap operator dan penggunaan pengatur waktu
(timer) dalam mengendalikan waktu paparan (Maryanto, 2006).
Secara umum mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomer 33 tahun 2007 tentang
penerapan proteksi radiasi di Instalasi yang mengoperasikan alat/ sumber radiasi,
maka pemegang izin mengoperasikan alat/suber
radiasi tersebut harus membuat catatan/ dokumen sebagai berikut : 1. Hasil
pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi, sebelum bekerja (pre-employment),
selama masa bekerja (during employment) dan sesudah bekerja (post-
employment) sebagai pekerja radiasi. 2. Dosis radiasi personil tiap pekerja
radiasi dari hasil monitoring alat 3. Pelatihan berjenjang/pembekalan khusus
sebagai pekerja radiasi yang berfungsi sebagai pengawas proteksi radiasi (PPR).
4. Laju dosis di daerah kerja, yang dapat digunakan sebagai petunjuk awal jika
telah terjadi keadaan tidak normal.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proteksi radiasi terhadap pekerja merupakan pengawasan radiasi
terhadap pekerja yang dapat dilakukan dengan pengendalian administratif dan
pengendalian fisik serta terdapat ambang dosis terhadap pekerja.
B. Saran
Diharapkan kepada pembaca untuk menjadikan makalah ini sebagai
pembelajaran serta dapat meningkat kan dan melengkapi makalah ini dengan
lebih baik lagi.
11
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Toto, Elizabeth, Hendarto. 2008. Studi Penerimaan Dosis Eksterna Pada Pekerja
Radiasi di Kawasan Batan Yogyakarta. Yogyakarta : STTN BATAN
12