Anda di halaman 1dari 36

RADIOSENSITIVITAS

Oleh :
Intan Andriani, S.SI
Pengertian
Radiosensitivitas adalah tingkat sensitivitas terhadap
paparan radiasi yang berhubungan dengan kematian,
khususnya kematian reproduktif sel.
Klasifikasi Efek Radiasi
Bila dilihat dari jenis sel , maka efek radiasi dapat
dibedakan :

Efek genetik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh


keturunan dari individu yang terkena paparan
radiasi,sehingga disebut pula sebagai efek pewarisan.

Efek somatik adalah efek radiasi dirasakan oleh


individu yang terpapar radiasi
Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan
proteksi radiasi), efek radiasi dibedakan atas:

Efek Deterministik(non-stokastik) adalah efek yang


kualitas keparahannya bervariasi menurut dosis dan
hanya timbul bila dosis ambang dilampaui. Efek ini
terjadi karena adanya proses kematian sel akibat
paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang
terkena radiasi.
Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi
pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik
timbul bila dosis yang diterima di atas dosis ambang
(threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat
setelah terpapar radiasi.
Tingkat keparahan efek deterministik
akan meningkat bila dosis yang
diterima lebih besar dari dosis ambang
yang bervariasi bergantung pada jenis
efek. Pada dosis lebih rendah dan
mendekati dosis ambang,
kemungkinan terjadinya efek
deterministik dengan demikian adalah
nol. Sedangkan di atas dosis ambang,
peluang terjadinya efek ini menjadi
100%.
Efek Stokastik adalah efek yang penyebab timbulnya
merupakan fungsi dosis radiasi dan diperkirakan tidak
mengenal dosis ambang. Efek ini terjadi sebagai akibat
paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan
terjadinya perubahan pada sel. Radiasi serendah apapun
selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan
perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat
molekul maupun sel.
Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel
tetapi mengubah sel,  sel yang mengalami modifikasi atau
sel yang berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari
sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk
menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses
modifikasi atau transformasi sel ini disebut efek stokastik
yang terjadi secara acak.
Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru
akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin
besar dosis paparan, semakin besar peluang terjadinya
efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak
ditentukan oleh jumlah dosis yang diterima. Bila sel yang
mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat
sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada
turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan.
Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut
dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan
pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya,
akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas
atau kanker.
Hubungan Antara Efek Deterministik dan
Efek Stokastik
Perkiraan Resiko Kanker dan Efek
Pewarisan pada Populasi Terpapar Radiasi :
Radiosensitivitas pada Sel
Radiosensitivitas pada sel adalah ukuran dari tingkat
respon sel terhadap radiasi, dengan respon yang besar
menunjukkan sensitivitas tinggi.
Radiosensitivity ditandai oleh perkiraan dosis rata-rata
per sel atau dengan respon terhadap dosis radiasi.
Jenis sel yang berbeda dalam satu individu memiliki
radiosensitivity yang berbeda, dan juga radiosensitivity
sel dari individu yang berbeda juga berbeda.
Radiosensitivitas suatu sel bergantung
pada :
1. Faktor fisik

2. Faktor Kimia

3. Faktor biologi sel


Faktor Fisik, meliputi :
LET radiasi (Linear Energy Transfer)
LET mendefinisikan tingkat pengurangan energi linear rata-
rata (average linear rate of energy loss) dari sebuah partikel
bermuatan akibat suatu medium. Ini merupakan salah satu
konsep dasar pada fisika radiasi, dosimetri dan radiasi biologi –
yang menyatakan bahwa energi yang ditembakkan oleh suatu
partikel bermuatan akan mengalami pengurangan (atenuasi)
ketika dilewatkan suatu medium dengan ketebalan tertentu.

Dosis radiasi
Laju dosis

Distribusi waktu paparan radiasi (tunggal dan


fraksinasi)
Senyawa kimia dapat memodifikasi tingkat
radiosensitivitas sel yang dibedakan atas dua
kelompok utama yaitu radioprotektor dan
radiosensitizer.
Faktor Biologi Sel
Kemampuan sel dalam melakukan proses repair
terhadap kerusakan pada DNA
Posisi sel dalam siklus sel
Usia sel
Pola penggantian populasi sel dalam jaringan/organ
Radiosensitivitas dari Studi Epidemiologi
Sumber informasi utama mengenai resiko kesehatan
dari paparan radiasi adalah studi epidemiologi dari
populasi manusia yang terpapar. Yang paling menarik
adalah studi mengenai korban selamat dari bom atom
jepang, namun studi mengenai populasi pekerja medis
dan mereka yang terkena akibat medis juga menarik
untuk dipelajari.
Efek kesehatan yang paling umum ditemui setelah
terpapar dosis rendah adalah kanker dan efek pada gen
keturunan. Efek tersebut biasa disebut efek stokastic,
yang tingkat keparahannya tergantung pada dosis
paparannya. Ada pula beberapa bukti mengenai
penyakit non-kanker sebagai akibat dari paparan dosis
rendah, diantaranya ada lah penyakit peredaran darah
dan katarak (AGIR, 2010; Ainsbury et al, 2009), namun
resiko ini tidak begitu dipertimbangkan dalam
memperkirakan resiko dari paparan dosis rendah.
Interaksi radiasi dengan jaringan
Beberapa jaringan memiliki kecenderungan
mengalami apoptosis dikarenakan populasi sel mereka
memiliki radiosensitivity yang tinggi, misalnya
kelenjar ludah dan beberapa limfosit.
Beberapa jaringan lain lebih radioresisten dan toleran
terhadap radiasi karena struktur sel mereka, misalnya,
jika sebagian kecil paru-paru hancur karena dosis
tinggi radiasi, fungsi paru-paru dapat dipertahankan
oleh jaringan sehat yang tersisa, tetapi jika bagian
kecil dari sumsum tulang belakang rusak, maka dapat
menyebabkan kelumpuhan.
Istilah intrinsik radiosensitivity kadang digunakan
untuk merujuk pada radiosensitivity individual dan
ditentukan secara genetis.
Radiosensitivitas jaringan, organ atau seluruh tubuh
dapat digambarkan oleh kurva dosis-respon untuk
menentukan kerugian pada populasi individu.
Kerugian jaringan atau organ dapat berupa disfungsi
ataupun kematian setelah tubuh teradiasi. Kecuraman
kurva menunjukkan tingkat heterogenitas dalam
respon individu, kurva yang datar menunjukkan
heterogenitas yang lebih besar. Kurva inj adalah hasil
dari variasi dosis serap, volume iradiasi, perbedaan
genetic radiosensitivity dan faktor-faktor lain.
Radiosensitivitas Secara Klinis
Radiosensitivitas secara klinis diartikan sebagai
radiosensitivitas individu yang diukur sebagai tingkat
toksisitas setelah melakukan radioterapi. Toksisitas
radioterapi disebut sebagai akut (dalam enam bulan
setalah mulai radioterapi) atau akhir (setelah enam
bulan setalah mulai radioterapi).
Radiasi Penyebab Kanker
Koefisien resiko untuk kanker biasanya dinyatakan
sebagai excess relative risk (ERR) atau kelebihan resiko
mutlak yang dialami seumur hidup sebagai akibat dari
diterimanya dosis efektif radiasi. Nilai koefisien resiko
ini bertujuan untuk menentukan jenis kelamin dan
usia rata-rata diseluruh dunia untuk perlindungan
radiologis internasional. Dan juga mengumpulkan
faktor-faktor yang menimbulkan variasi kepekaan
terhadap radiasi yang menyebabkan kanker.
Faktor Kerentanan
Ras, jenis kelamin, usia dan waktu pemaparan. Faktor-
faktor tertentu dapat meningkatkan kerentanan
individu terhadap radiasi yang menyebabkan kanker,
sebagai contoh peningkatan resiko kanker paru-paru
akibat radiasi antara perokok dibandingkan non-
perokok. Rokok tembakau dan ion radiasi berinteraksi
sedemikian rupa sehingga resiko kanker paru-paru
lebih besar dari resiko yang ditimbulkan tembakau
atau radiasi secara terpisah.
Faktor Yang Mepengaruhi Toksisitas Radioterapi
Jenis Kelamin
Usia
Berat Badan Ideal dan Diet
Merokok dan Konsumsi Alkohol
Penyakit Sistematik
Tindakan Operasi, Kemoterapi, dan Endoktron
Infeksi
Faktor Genetik
To Be Continued….
Upaya untuk memprediksi resiko pasien kanker
mengalami toksisitas setelah melakukan radioterapi
Clonogenics (kemampuan sel dalam bertahan hidup),
Cytogenics (analisa kromosom rutin), kerusakan DNA
dan tes apoptosis (tes mengenai kerusakan DNA).
Genetika sebagai prediktor toksisitas radioterapi.
masalah statistik untuk studi hubungan genetik.
Mencari alel risiko langka dan jarang.
Pengembangan tes untuk memprediksi toksisitas
radiotherapy.
Gangguan akibat cacat penggabungan
non homolog akhir
 SCID - ligase 4 syndrome: gangguan ini ditandai dengan
hipersensitivitas parah radiasi pengion seperti yang ditunjukkan koloni
assay dan kerusakan kromosom.

 SCID - Artemis: gangguan ini telah terbukti memiliki mutasi gen


artemis.

 SCID – DNA PKcs: Pada pasien SCID, dibawah umur 6 bulan, dengan
hampir tidak ada sel B- dam T-, dengan cacat di V(D)J rekombinasi dan
membutuhkan transplantasi sumsum tulang, terbukti memiliki
rasiosensitivitas dengan kelangsungan hidup antara normal dan LIG4
(mirip dengan defisiensi artemis).

 severe combined immune deficiency (SCID)


Cernunnos: Gangguan ini terjadi karena mutasi pada
gen cernunnos, yang mengakibatkan gangguan V(D)J
rekombinasi dan proses ligasi dna akhir.
Gangguan akibat perbaikan rekombinasi
homolog
Fanconi Anemia (FA) dan fenotip klinis FA: anemia
falconi terjadi akibat dari mutasi bersifat bilalel dalam
salah satu gen yang tumbuh dengan cepat

RAD51 paralogues: RAD51 adalah rekombinasi yang


terlibat dalam perbaikan rekombinasi homolog
Sindroma radiasi akut
Sindroma radiasi akut (SRA) adalah sekumpulan
sindrom klinik yang terjadi dalam waktu beberapa
detik sampai 3 hari setelah paparan radiasi pengion
akut pada seluruh tubuh dengan dosis relatif tinggi (≥
1 Gy).

Perkembangan SRA meliputi fase inisial , fase laten,


fase manifestasi kerusakan sistemik tubuh, dan fase
pemulihan atau kematian
Fase manifestasi kerusakan sistemik tubuh dikenal
sebagai sindroma radiasi akut yang digolongkan dalam
3 tingkat keparahan meliputi :
Jika dapat bertahan terhadap manifestasi kerusakan
SRA, kebanyakan pasien mengalami proses
penyembuhan, yang mungkin sempurna atau tidak.
Efek tertunda SRA meliputi katarak, fibrosis lokal dan
atropi pada kulit dan jaringan lain yang rusak.
Sindroma sistem pembentukan darah (hematopoietic
syndrome). Dosis ambang sindroma ini adalah 1 Gy yang
berupa penurunan jumlah sel darah setelah 2 – 4 minggu.
Dosis sekitar 2 Gy sudah dapat menyebabkan terjadinya
kematian dalam waktu 2 – 8 minggu.

Sindroma sistem pencernaan (gastrointestinal syndrome).


Dosis ambang sindroma sekitar 5 Gy dalam waktu 3 – 5 hari
dan dosis ambang kematian sekitar 10 Gy dalam waktu 3
hari sampai 2 minggu.

Sindroma sistem syaraf pusat (central nervous system


syndrome). Dosis ambang sindroma ini adalah 20 Gy yang
timbul dalam waktu kurang dari 3 jam.
Fakta dari studi epidemic radiasi membuktikan bahwa
paparan radiasi dapat meningkatkan
kebolehjadiannya kanker

Hubungan antara dosis radiasi dengan kemungkinan


timbulnya efek stokastik dapat diekspresikan sebagai
faktor resiko, yaitu probabilitas terjadinya sebuah efek
stokastik persievert radiasi.

Dengan demikian kemungkinan, Kebolehjadian suatu


efek stokastik = Dosis (Sv) x Faktor resiko (Sv-1)
GANBATTE !!!

Anda mungkin juga menyukai