Anda di halaman 1dari 41

Prinsip Dasar Proteksi Radiasi dan Nilai Batas Dosis

Dalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan ada ketentuan yang harus dipatuhi untuk mencegah
penerimaan dosis yang tidak seharus terhadap seseorang. Ada tiga prinsip proteksi radiasi, yaitu
1)

Justifikasi
Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus didasarkan pada azas manfaat. Suatu kegiatan
yang mencakup paparan atau potensi paparan hanya disetujui jika kegiatan itu akan menghasilkan keuntungan
yang lebih besar bagi individu atau masyarakat dibandingkan kerugian atau bahaya yang timbul terhadap

2)

kesehatan.
Limitasi
Dosis ekuivalen yang diterima pekerja radiasi atau masyarakat tidak boleh melampaui NBD yang telah
ditetapkan. Batas dosis bagi pekerja radiasi dimaksudkan untuk mencegah munculnya efek deterministik dan

3)

mengurangi peluang terjadinya efek stokastik


Optimasi
Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya ( As Low As Reasonably Achieveable ALARA ),
mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus direncanakan dan
sumber radiasi harus dirancang dan dioperasikan untuk jaminan agar paparan radiasi yang terjadi dapat ditekan
serendah rendahnya.

Nilai Batas Dosis


Pembatasan dosis baru dikenal pada tahun 1928 yaitu sejak dibentuknya organisasi internasional untuk
proteksi radiasi ( International commission on Radiological Protection IRCP ). Menurut rekomendasi IRCP,
pekerja radiasi yang di tempat kerjanya terkena radiasi tidak boleh menerima dosis radiasi lebih dari 50 mSv
pertahun dan rata-rata pertahun selama lima tahun tidak boleh lebih dari 20 mSv. Nilai maksimum ini disebut
Nilai Batas Dosis ( NBD ).
NBD berdasarkan rekomendasi ICRP No. 60 Tahun 1990
1)

Nilai Batas Dosis Untuk Pekerja Radiasi


Penyinaran akibat kerja dari tiap pekerja harus diawasi, sehingga nilai batas seperti berikut ini tidak dilampaui:

a) Dosis efektif sebesar 20 mSv tiap tahunnya, dirata-ratakan selama 5 tahun berturut-turut
b) Dosis efektif sebesar 50 mSv untuk satu tahun.
c) Dosis ekivalen pada lensa sebesar 150 mSv dalam satu tahun,dan
d) Dosis ekivalen pada ekstremitas (tangan dan kaki) atau kulit sebesar 500 mSv dalam satu tahun (nilai batas
dosis ekivalen pada kulit dirata-ratakan untuk luas 1 cm2 dari daerah kulit yang memperoleh penyinaran
tertinggi).

Untuk siswa dan magang yang berusia antara 16 sampai 18 tahun yang mengikuti latihan untuk pekerjaannya
yang menggunakan penyinaran radiasi, dan untuk siswa yang berusia antara 16 sampai 18 tahun yang
menggunakan sumber radiasi dalam studinya, penyinaran radiasi harus diawasi sehingga nilai batas berikut
tidak dilampaui:
a)

dosis efektif sebesar 6 mSv dalam satu tahun,

b)

dosis ekivalen pada lensa mata sebesar 50 mSv dalam satu tahun,

c)

dosis ekivalen pada ekstremitas atau kulit sebesar 150 mSv dalam satu tahun.

2)
a)

Nilai Batas Dosis Untuk Penyinaran Masyarakat


Dosis efektif sebesar 1 mSv dalam satu tahun

b)

Dalam keadaan khusus, dosis efektif sampai dengan 5 mSv dalam satu tahun dengan syarat bahwa dosis ratarata selama lima tahun berturut-turut tidak lebih dari 1 mSv dalam satu tahun.

c)

Dosis ekivalen pada lensa mata sebesar 15 mSv dalam satu tahun, dan

d)

Dosis ekivalen pada kulit sebesar mSv dalam satu tahun.

3)
a)

Pembatasan dosis bagi penggembira dan pengunjung pasien


Untuk orang dewasa tidak boleh lebih besar daripada 5 mSv selama masa pemeriksaan diagnosa dan terapi dari
seorang pasien.

b)

Untuk anak-anak yang mengunjungi pasien yang menelan zat radioaktif (kedokteran nuklir), tidak boleh lebih
besar dari 1 mSv.
Nilai Batas Dosis seperti yang tertera diatas tadi adalah:

(1) Merupakan jumlah dari dosis radiasi eksterna dan interna, atau salah satu dari keduanya, yaitu dosis radiasi
eksterna saja atau dosis radiasi interna saja;
(2) Tidak termasuk penyinaran medik;

(3) Tidak termasuk penyinaran radiasi alam.

Di Indonesia besarnya NBD diatur dalam buku Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi, dengan Surat
Keputusan Dirjen Batan No. PN 03/160/DJ/89 diperkuat dengan Surat Keputusan Kepala Bapeten No. 08 tahun
2013 tentang Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-x dan Intervensional, NBD yang
ditetapkan yaitu:
1)
a.
b.
c.
d.
2)
a.
b.

Nilai Batas Dosis untuk Pekerja Radiasi


Dosis efektif sebesar 20 mSv pertahun rata-rata selama 5 (lima) tahun berturut-turut.
Dosis efektif sebesar 50 mSv dalam1 tahun tertentu.
Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 150 mSv dalam 1 tahun.
Dosis ekivalen untuk tangan dan kaki, atau kulit sebesar 500 mSv dalam 1 tahun.
Nilai Batas Dosis untuk anggota masyarakat
Dosis efektif sebesar 1 mSv dalam 1 tahun.
Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 15 mSv dalam 1 tahun.

c.

Dosis ekivalen untuk kulit sebesar 50 mSv dalam 1 tahun.

Pengenalan Radiasi

Pendahuluan
Bagi masyarakat awam, kata radiasi selalu dihubungkan dengan bom atom, kecelakaan Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir (PLTN), limbah radioaktif, serta penyebab timbulnya penyakit kanker. Mereka juga cenderung
merasa cemas dan takut terhadap radiasi, tetapi tidak ingin memahami radiasi secara obyektif. Jika mereka
ditanya tentang darimana mereka mendapat informasi tentang radiasi, sebagian besar akan menjawab bahwa
mereka memperoleh informasi tersebut dari surat kabar, televisi, atau majalah. Media massa tersebut pada
umumnya jarang berusaha untuk mendidik para pembaca atau pemirsanya dengan mengungkapkan fakta;
sebagian besar hanya mengungkapkan informasi tentang bahaya radiasi atau informasi lain yang bersifat
sensasi. Bagi media massa seringkali berlaku ungkapan bahwa berita baik bukanlah berita; berita buruk barulah
berita. Karena itu, pendapat sebagian besar masyarakat tentang radiasi didasarkan pada bahaya radiasi yang
berasal dari ledakan bom atom yang terjadi di Nagasaki dan Hiroshima, atau kecelakaan nuklir di PLTN
Chernobyl. Seringkali mereka tidak dapat membedakan antara bahaya radiasi akibat kecelakaan tersebut dengan
radiasi yang mereka peroleh dalam kegiatan sehari-hari, misalnya radiasi yang berasal dari pemeriksaan
kesehatan atau radiasi yang berasal dari lingkungan.
Tulisan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai radiasi dan
pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu diharapkan juga dapat
membantu dalam mengambil keputusan bila dihadapkan pada pilihan memperoleh
paparan radiasi pada tubuh untuk keperluan medis, misalnya "di-roentgen" pada dada atau gigi.
Perlu kita sadari bahwa tidak ada satupun aktivitas manusia yang benar-benar aman. Pemanfaatan
radiasi juga mengandung risiko, seperti halnya aktivitas sehari-hari manusia, misalnya mengendarai
mobil, naik tangga atau bahkan mandi. Tidak seorangpun di dunia ini yang tidak pernah terkena radiasi.
Karena itu, amat penting bagi kita untuk mendapatkan informasi tentang radiasi dan efeknya pada manusia.
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang benar dan sesuai dengan fakta tentang radiasi, dan
terutama ditujukan bagi mereka yang pengetahuan tentang radiasinya mungkin hanya terbatas pada gambaran
awan berbentuk cendawan dan reruntuhan di Hiroshima.

1. Radiasi dan Dunia yang Kita Huni


Apa yang dimaksud dengan radiasi?

Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang. Pengertian
tentang radiasi dan gelombang dapat dijelaskan pada kejadian berikut.
Apa yang Anda lakukan jika Anda melihat kolam air tenang yang pada permukaannya mengapung beberapa
helai daun? Secara spontan mungkin Anda akan melempar kerikil ke kolam tersebut. Dapat Anda lihat bahwa
pada lokasi jatuhnya kerikil akan muncul riak, yang kemudian akan menyebar dalam bentuk lingkaran. Riakriak tersebut adalah gelombang dan memperlihatkan pergerakan energi yang diberikan oleh kerikil, dan energi
tersebut menyebar dari lokasi jatuhnya kerikil ke segala arah. Ketika riak mencapai daun, daun tersebut akan
terangkat naik ke puncak gelombang.

Berdasarkan kejadian tersebut dapat dilihat bahwa untuk mengangkat sesuatu diperlukan energi. Karena itu,
terangkatnya daun memperlihatkan bahwa gelombang mempunyai energi, dan energi tersebut telah bergerak
dari lokasi jatuhnya kerikil ke lokasi terangkatnya daun. Hal yang sama juga berlaku untuk berbagai jenis
gelombang dan radiasi lain.

Salah satu karakteristik dari semua radiasi adalah radiasi mempunyai panjang gelombang, yaitu jarak dari suatu
puncak gelombang ke puncak gelombang berikutnya.

Radiasi terdiri dari beberapa jenis, dan setiap jenis radiasi tersebut memiliki panjang gelombang masingmasing.
Ditinjau dari massanya, radiasi dapat dibagi menjadi radiasi
elektromagnetik dan radiasi partikel. Radiasi elektromagnetik
adalah radiasi yang tidak memiliki massa. Radiasi ini terdiri
dari gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya
tampak, sinar-X, sinar gamma dan sinar kosmik. Radiasi
partikel adalah radiasi berupa partikel yang memiliki massa,
misalnya partikel beta, alfa dan neutron.
Jika ditinjau dari "muatan listrik"nya, radiasi dapat dibagi
menjadi radiasi pengion dan radiasi non-pengion. Radiasi
pengion adalah radiasi yang apabila menumbuk atau
menabrak sesuatu, akan muncul partikel bermuatan listrik
yang disebut ion. Peristiwa terjadinya ion ini disebut ionisasi.
Ion ini kemudian akan menimbulkan efek atau pengaruh pada
bahan, termasuk benda hidup. Radiasi pengion disebut juga
radiasi atom atau radiasi nuklir. Termasuk ke dalam radiasi
pengion adalah sinar-X, sinar gamma, sinar kosmik, serta
partikel beta, alfa dan neutron. Partikel beta, alfa dan neutron
dapat menimbulkan ionisasi secara langsung. Meskipun tidak
memiliki massa dan muatan listrik, sinar-X, sinar gamma dan
sinar kosmik juga termasuk ke dalam radiasi pengion karena dapat menimbulkan ionisasi secara tidak langsung.
Radiasi non-pengion adalah radiasi yang tidak dapat menimbulkan ionisasi. Termasuk ke dalam radiasi nonpengion adalah gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak dan ultraviolet.

Tulisan ini hanya akan membicarakan radiasi pengion, khususnya sinar-X dan sinar gamma. Kedua jenis radiasi
ini mempunyai potensi bahaya yang lebih besar dibandingkan dengan jenis radiasi lainnya. Pengaruh sinar
kosmik hampir dapat diabaikan karena sebelum mencapai tubuh manusia, radiasi ini telah berinteraksi terlebih
dahulu dengan atmosfir bumi. Radiasi beta hanya dapat menembus kertas tipis, dan tidak dapat menembus
tubuh manusia, sehingga pengaruhnya dapat diabaikan. Demikian pula dengan radiasi alfa, yang hanya dapat
menembus beberapa milimeter udara. Sedang radiasi neutron pada umumnya hanya terdapat di reaktor nuklir.

Bagaimana terjadinya radiasi?


Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang. Jika suatu inti
tidak stabil, maka inti mempunyai kelebihan energi. Inti itu tidak dapat bertahan, suatu saat inti akan
melepaskan kelebihan energi tersebut dan mungkin melepaskan satu atau dua atau lebih partikel atau
gelombang sekaligus.
Setiap inti yang tidak stabil akan mengeluarkan energi atau partikel radiasi yang berbeda. Pada sebagian besar
kasus, inti melepaskan energi elektromagnetik yang disebut radiasi gamma, yang dalam banyak hal mirip
dengan sinar-X. Radiasi gamma bergerak lurus dan mampu menembus sebagian besar bahan yang dilaluinya.
Dalam banyak kasus, inti juga melepaskan radiasi beta. Radiasi beta lebih mudah untuk dihentikan. Seng atap
atau kaca jendela dapat menghentikan radiasi beta. Bahkan pakaian yang kita pakai dapat melindungi dari
radiasi beta. Unsur-unsur tertentu, terutama yang berat seperti uranium, radium dan plutonium, melepaskan
radiasi alfa. Radiasi alfa dapat dihalangi seluruhnya dengan selembar kertas. Radiasi alfa tidak dapat menembus
kulit kita. Radiasi alfa sangat berbahaya hanya jika bahan-bahan yang melepaskan radiasi alfa masuk kedalam
tubuh kita.
Sinar-X merupakan jenis radiasi yang paling banyak ditemukan dalam kegiatan sehari-hari. Semua sinar-X di
bumi ini dibuat oleh manusia dengan menggunakan peralatan listrik tegangan tinggi. Alat pembangkit sinar-X
dapat dinyalakan dan dimatikan. Jika tegangan tinggi dimatikan, maka tidak akan ada lagi radiasi. Sinar-X dapat
menembus bahan, misalnya jaringan tubuh, air, kayu atau besi, karena sinar-X mempunyai panjang gelombang
yang sangat pendek. Sinar-X hanya dapat ditahan secara efektif oleh bahan yang mempunyai kerapatan tinggi,
misalnya timah hitam (Pb) atau beton tebal.
Radiasi gamma mempunyai sifat yang serupa dengan sinar-X, namun radiasi gamma berasal dari inti atom.
Karena berasal dari inti atom, radiasi gamma akan memancar secara terus-menerus, dan tidak dapat dinyalakan
atau dimatikan seperti halnya sinar-X. Radiasi gamma yang terdapat di alam terutama berasal dari bahan-bahan
radioaktif alamiah, seperti radium atau kalium radioaktif. Beberapa inti atom yang dapat memancarkan radiasi
gamma juga dapat dibuat oleh manusia.
Beberapa unsur, misalnya besi atau oksigen, dapat memiliki beberapa inti atom yang hampir sama, disebut
isotop. Jika suatu isotop dapat memancarkan radiasi, maka disebut radioisotop. Radioisotop seringkali disebut
juga sebagai radionuklida. Perbedaan antara isotop yang satu dengan isotop lainnya biasanya dinyatakan
dengan angka. Sebagai contoh, kalium-39 dan kalium-40 merupakan isotop-isotop dari unsur kalium.
Pemancaran radiasi dari suatu bahan radioaktif tidak dapat dimatikan atau dimusnahkan. Pemancaran radiasi
hanya akan berkurang secara alamiah. Akibat memancarkan radiasi, suatu bahan radioaktif akan melemah
aktivitasnya (kekuatannya), disebut peluruhan.
Selain itu, jika suatu bahan radioaktif memancarkan radiasi, bahan radioaktif tersebut dapat berubah menjadi
bahan lain. Bahan lain ini dapat bersifat tidak stabil (masih dapat memancarkan radiasi lagi), dan dapat pula
bersifat stabil (tidak memancarkan radiasi lagi).

Setiap radioisotop akan berkurang atau melemah separo dari aktivitas awalnya dalam jangka waktu tertentu,
yang bervariasi dari beberapa detik hingga milyaran tahun, bergantung pada jenis radioisotopnya. Jangka waktu
tertentu tersebut disebut umur-paro. Sebagai contoh, umur-paro radium adalah 1.622 tahun; artinya, aktivitas
radium akan berkurang setengahnya dalam 1.622 tahun, setengah aktivitas sisanya akan berkurang lagi dalam
waktu 1.622 tahun berikutnya, dan seterusnya.

Darimana radiasi berasal?


Tanpa kita sadari, sebenarnya kita hidup dalam
lingkungan yang penuh dengan radiasi. Radiasi telah
menjadi bagian dari lingkungan kita semenjak dunia ini
diciptakan, bukan hanya sejak ditemukan tenaga nuklir
setengah abad yang lalu. Terdapat lebih dari 60
radionuklida yang berdasarkan asalnya dibagi atas 2
kategori:
1. Radionuklida alamiah: radionuklida yang
terbentuk secara alami, terbagi menjadi dua
yaitu:
2.
- Primordial: radionuklida ini telah ada sejak
bumi
diciptakan.
- Kosmogenik: radionuklida ini terbentuk
sebagai akibat dari interaksi sinar kosmik.

3. Radionuklida buatan manusia: radionuklida


yang terbentuk karena dibuat oleh manusia.
Radionuklida terdapat di udara, air, tanah, bahkan di
tubuh kita sendiri. Setiap hari kita terkena radiasi, baik
dari udara yang kita hirup, dari makanan yang kita
konsumsi maupun dari air yang kita minum. Tidak ada
satupun tempat di bumi ini yang bebas dari radiasi.

Primordial
Radionuklida primordial telah ada sejak alam semesta
terbentuk. Pada umumnya, radionuklida ini mempunyai
umur-paro yang panjang. Tabel berikut memperlihatkan
beberapa radionuklida primordial.
Tabel Radionuklida Primordial
Nuklida Lambang Umurparo

Keterangan

Uranium
235

235

7,04x108 0,72% dari uranium


tahun
alam

Uranium
238

238

4,47x109 99,2745%
dari
tahun
uranium alam; pada
batuan terdapat 0,5 4,7
ppm
uranium
alam

Thorium
232

232

Th

1,41x1010 Pada batuan terdapat


tahun
1,6 - 20 ppm.

Radium
226

226

Ra

1,60x103 Terdapat
tahun
kapur

Radon
222

222

Rn

3,82 hari Gas mulia

Kalium
40

40

di

batu

1,28x109 Terdapat di tanah


tahun

Kosmogenik
Sumber radiasi kosmik berasal dari luar sistem tata
surya kita, dan dapat berupa berbagai macam radiasi.
Radiasi kosmik ini berinteraksi dengan atmosfir bumi
dan membentuk nuklida radioaktif yang sebagian besar
mempunyai umur-paro pendek, walaupun ada juga yang
mempunyai umur-paro panjang. Tabel berikut
memperlihatkan beberapa radionuklida kosmogenik.
Tabel Radionuklida Kosmogenik
Nuklida Lambang Umur- Sumber
paro

Karbon
14

14

Tritium
3

Berilium 7Be
7

5.730
tahun

Interaksi

12,3
tahun

Interaksi 6Li(n,a)3H

53,28
hari

Interaksi sinar kosmik


dengan unsur N dan O

14

N(n,p)14C

Buatan Manusia
Manusia telah menggunakan bahan radioaktif selama
lebih dari 100 tahun. Tabel berikut memperlihatkan
beberapa radionuklida buatan manusia.
Tabel Radionuklida Buatan Manusia
Nuklida

Lambang Umurparo

Tritium 3

Iodium 131

131

8,04 hari Produk fisi yang


dihasilkan dari ujicoba senjata nuklir,
reaktor nuklir. 131I
sering
digunakan
untuk
mengobati
penyakit
yang
berkaitan dengan
kelenjar thyroid.

Iodium 129

129

1,57x107 Produk fisi yang


tahun
dihasilkan dari ujicoba senjata nuklir
dan reaktor nuklir.

Cesium 137

137

Cs

30,17
tahun

Produk fisi yang


dihasilkan dari ujicoba senjata nuklir
dan reaktor nuklir.

Stronsium
90

90

28,78
tahun

Produk fisi yang


dihasilkan dari ujicoba senjata nuklir
dan reaktor nuklir.

Technesium
99m

99m

Technesium
99

99

Plutonium
239

239

12,3
tahun

Sr

Tc

Tc
Pu

Sumber
Dihasilkan dari ujicoba senjata nuklir,
reaktor nuklir, dan
fasilitas olah-ulang
bahan bakar nuklir.

6,03 jam Produk peluruhan


99
dari
Mo,
digunakan
dalam
diagnosis
kedokteran.
2,11x105 Produk
99m
tahun
Tc.

peluruhan

2,41x104 Dihasilkan
akibat
238
tahun
U
ditembaki

neutron.

Beberapa Fakta Menarik dari


Radioaktivitas Alamiah
Tubuh Manusia
Tubuh manusia terdiri atas bahan kimia, beberapa
diantaranya merupakan radionuklida yang berasal dari
makanan dan air yang kita konsumsi tiap hari. Tabel
berikut memperlihatkan perkiraan jumlah radionuklida
yang terdapat pada tubuh manusia dengan berat 70 kg.
Tabel Radioaktivitas Alamiah yang Terdapat
Pada Tubuh Manusia
Nuklida

Massa Nuklida

Asupan Seharihari

Uranium

90 g

1.9 g

Thorium

30 g

3 g

Kalium 40

17 mg

0,39 mg

Radium

31 pg

2,3 pg

Karbon 14

95 g

1,8 g

Tritium

0,06 pg

0,003 pg

Polonium

0,2 pg

0,6 g

Bahan Bangunan
Bahan bangunan pada rumah yang kita tempati juga
mengandung bahan-bahan radioaktif. Tabel berikut
memperlihatkan beberapa bahan bangunan dan
konsentrasi uranium, thorium dan kalium yang
terkandung di dalam bahan bangunan tersebut.
Tabel Konsentrasi Uranium,
Kalium dalam Bahan Bangunan

Thorium

Uranium
(ppm)

Thorium
(ppm)

Kalium
(ppm)

4,7

Batu
pasir 0,45
(sandstone)

1,7

1,4

Semen

3,4

5,1

0,8

Batako
kapur
(limestone

2,3

2,1

0,3

Granit

dan

concrete)
Batako
semen
(sandstone
concrete)

0,8

2,1

1,3

Papan Partisi 1,0


(dry
wallboard)

0,3

Gypsum

13,7

16,1

0,02

Kayu

11,3

10,8

2,3

Batu
bata 8,2
tanah
liat
(clay brick)

Catatan:
Beberapa satuan yang biasa dipakai adalah: ppm part per million, g - gram, kg - kilogram (1000
gram), mg - miligram (10-3 gram), g - mikrogram
(10-6 gram), pg - pikogram (10-12 gram).

Reaktor Nuklir Alam di Oklo


Pada tahun 1972, di Oklo (salah satu daerah di negara
Gabon, Afrika Barat) telah ditemukan reaktor nuklir
alam yang beroperasi sekitar 1,7 milyar tahun lalu.
Reaktor tersebut ditemukan oleh para ahli geologi
Perancis ketika mereka meneliti sampel di tambang
uranium Oklo. Pada umumnya, U-235 yang merupakan
nuklida bahan bakar reaktor nuklir memiliki kelimpahan
sekitar 0,7202%. Para ahli geologi Perancis tersebut
menemukan bahwa kelimpahan U-235 di Oklo
mencapai 0,7171%. Meskipun perbedaannya sangat
kecil, namun para ahli tersebut tertarik untuk meneliti
lebih lanjut. Mereka terkejut ketika menemukan sampel
yang memiliki kelimpahan hanya 0,44%. Perbedaan ini
hanya dapat dijelaskan jika U-235 tersebut telah dipakai
sebagai bahan bakar dalam reaktor nuklir.
Dalam penelitian lebih lanjut telah ditemukan beberapa
produk fisi dalam jumlah melimpah di 6 lokasi sekitar.
Produk fisi merupakan bahan-bahan radioaktif akibat
reaksi pembelahan U-235 yang terjadi di reaktor nuklir.
Di lokasi tesebut juga telah ditemukan bahan radioaktif
neodymium, yang kelimpahannya hampir sama dengan
yang ditemukan di reaktor nuklir masa kini. Hal
tersebut membuktikan bahwa alam telah dapat membuat
reaktor nuklir pada 1,7 milyar tahun lalu, sesuatu hal
yang baru dapat dilakukan oleh manusia pada abad 20.

Daerah Radiasi Alam Tinggi


Beberapa daerah di bumi mempunyai radiasi alam yang
lebih tinggi dari rata-rata di permukaan bumi, misalnya
di India dan Brazil. Pada daerah tertentu di negara
tersebut, permukaan tanah tertutupi oleh suatu bahan
yang berwarna hitam yang disebut pasir monasit, yang
merupakan turunan dari deposit uranium. Pasir monasit
tersebut melingkupi daerah yang relatif luas dengan
populasi penduduk yang cukup besar. Tingkat radiasi
pada tinggi setengah meter dari permukaan tanah bisa
lebih dari 20 kali dari radiasi alam daerah lain.
Penelitian pada populasi tersebut, termasuk penduduk
yang tinggal pada daerah

tersebut selama beberapa generasi, tidak menemukan


suatu kelainan, kecenderungan kanker atau penyakit
akibat radiasi lainnya.
Suatu hal menarik dari kenyataan ini adalah bahwa pasir
yang mengandung radioaktif tersebut diyakini
mempunyai khasiat menyembuhkan penyakit. Sebagian
orang bersedia membayar untuk berbaring di tanah yang
mempunyai tingkat radiasi relatif tinggi atau berendam
dalam air yang mengandung unsur radioaktif selama
berhari-hari untuk menyembuhkan penyakitnya. Akan
tetapi tidak ada catatan mengenai adanya orang yang
sakit, maupun yang sembuh dari sakit setelah
melakukan hal tersebut.

Bagaimana kita mengetahui adanya radiasi?


Radiasi tidak dapat dilihat, didengar, dicium, dirasakan atau diraba. Indera manusia tidak dapat mendeteksi
radiasi sehingga seseorang tidak dapat mengetahui kapan ia dalam bahaya atau tidak. Radiasi hanya dapat
diketahui dengan menggunakan alat, yang disebut monitor radiasi. Monitor radiasi terdiri dari detektor radiasi
dan rangkaian elektronik penunjang. Pada umumnya, monitor radiasi dilengkapi dengan alarm yang akan

mengeluarkan bunyi jika ditemukan radiasi. Bunyi alarm semakin keras apabila tingkat radiasi yang ditemukan
semakin tinggi. Monitor radiasi umumnya digunakan hanya untuk mengetahui ada atau tidaknya radiasi.
Monitor radiasi yang digunakan untuk mengukur jumlah radiasi atau dosis yang diterima oleh seseorang disebut
dosimeter perorangan dan monitor radiasi yang digunakan untuk mengukur kecepatan radiasi atau laju dosis
di suatu area dikenal dengan survaimeter. Alat-alat tersebut dapat disamakan dengan indikator jarak dan
speedometer pada mobil. Indikator jarak menunjukkan berapa km atau mil yang telah dijalani oleh mobil,
seperti halnya dosimeter perorangan menunjukkan berapa dosis radiasi yang telah diterima oleh seseorang.
Speedometer menunjukkan pada kita beberapa km atau mil kecepatan mobil perjam, seperti survaimeter
menunjukkan berapa laju dosis radiasi.
Salah satu cara untuk mengukur dosis radiasi pada dosimeter perorangan adalah berdasarkan pada tingkat
kehitaman film jika terkena radiasi. Dengan memproses film dan mengukur tingkat kehitamannya, dosis radiasi
yang diterima oleh seseorang dapat diperkirakan.
Cara lain untuk mengukur dosis adalah berdasarkan pada jumlah cahaya yang dihasilkan pada bahan tertentu
akibat oleh radiasi setelah dilakukan proses pemanasan. Dosimeter perorangan ini disebut TLD (Thermo
Luminescence Dosimeter). TLD lebih peka dan akurat daripada dosimeter film dan dapat digunakan kembali
setelah dilakukan proses pembacaan dosis.
Berbeda dengan dosimeter perorangan yang memberikan informasi dosis radiasi yang telah diterima,
survaimeter memberikan informasi laju dosis radiasi pada suatu area pada suatu saat. Hasil perkalian antara laju
dosis yang ditunjukkan survaimeter dan lama waktu selama berada di area merupakan perkiraan jumlah radiasi
atau dosis yang diterima bila berada di suatu area selama waktu tersebut. Dengan survaimeter ini seseorang
dapat menjaga diri agar tidak terkena radiasi yang melebihi batas yang diizinkan.

Bagaimana kita mengetahui adanya radiasi?


Radiasi tidak dapat dilihat, didengar, dicium, dirasakan atau diraba. Indera manusia tidak dapat mendeteksi
radiasi sehingga seseorang tidak dapat mengetahui kapan ia dalam bahaya atau tidak. Radiasi hanya dapat
diketahui dengan menggunakan alat, yang disebut monitor radiasi. Monitor radiasi terdiri dari detektor radiasi
dan rangkaian elektronik penunjang. Pada umumnya, monitor radiasi dilengkapi dengan alarm yang akan
mengeluarkan bunyi jika ditemukan radiasi. Bunyi alarm semakin keras apabila tingkat radiasi yang ditemukan
semakin tinggi. Monitor radiasi umumnya digunakan haya untuk mengetahui ada atau tidaknya radiasi.
Monitor radiasi yang digunakan untuk mengukur jumlah radiasi atau dosis yang diterima oleh seseorang disebut
dosimeter perorangan dan monitor radiasi yang digunakan untuk mengukur kecepatan radiasi atau laju dosis
di suatu area dikenal dengan survaimeter. Alat-alat tersebut dapat disamakan dengan indikator jarak dan
speedometer pada mobil. Indikator jarak menunjukkan berapa km atau mil yang telah dijalani oleh mobil,
seperti halnya dosimeter perorangan menunjukkan berapa dosis radiasi yang telah diterima oleh seseorang.
Speedometer menunjukkan pada kita beberapa km atau mil kecepatan mobil perjam, seperti survaimeter
menunjukkan berapa laju dosis radiasi.

Salah satu cara untuk mengukur dosis radiasi pada dosimeter perorangan adalah berdasarkan pada tingkat
kehitaman film jika terkena radiasi. Dengan memproses film dan mengukur tingkat kehitamannya, dosis radiasi
yang diterima oleh seseorang dapat diperkirakan.
Cara lain untuk mengukur dosis adalah berdasarkan pada jumlah cahaya yang dihasilkan pada bahan tertentu
akibat oleh radiasi setelah dilakukan proses pemanasan. Dosimeter perorangan ini disebut TLD (Thermo
Luminescence Dosimeter). TLD lebih peka dan akurat daripada dosimeter film dan dapat digunakan kembali
setelah dilakukan proses pembacaan dosis.
Berbeda dengan dosimeter perorangan yang memberikan informasi dosis radiasi yang telah diterima,
survaimeter memberikan informasi laju dosis radiasi pada suatu area pada suatu saat. Hasil perkalian antara laju
dosis yang ditunjukkan survaimeter dan lama waktu selama berada di area merupakan perkiraan jumlah radiasi
atau dosis yang diterima bila berada di suatu area selama waktu tersebut. Dengan survaimeter ini seseorang
dapat menjaga diri agar tidak terkena radiasi yang melebihi batas yang diizinkan.

Bagaimana kita mengetahui adanya radiasi?


Radiasi tidak dapat dilihat, didengar, dicium, dirasakan atau diraba. Indera manusia tidak dapat mendeteksi
radiasi sehingga seseorang tidak dapat mengetahui kapan ia dalam bahaya atau tidak. Radiasi hanya dapat
diketahui dengan menggunakan alat, yang disebut monitor radiasi. Monitor radiasi terdiri dari detektor radiasi
dan rangkaian elektronik penunjang. Pada umumnya, monitor radiasi dilengkapi dengan alarm yang akan
mengeluarkan bunyi jika ditemukan radiasi. Bunyi alarm semakin keras apabila tingkat radiasi yang ditemukan
semakin tinggi. Monitor radiasi umumnya digunakan hanya untuk mengetahui ada atau tidaknya radiasi.
Monitor radiasi yang digunakan untuk mengukur jumlah radiasi atau dosis yang diterima oleh seseorang disebut
dosimeter perorangan dan monitor radiasi yang digunakan untuk mengukur kecepatan radiasi atau laju dosis
di suatu area dikenal dengan survaimeter. Alat-alat tersebut dapat disamakan dengan indikator jarak dan
speedometer pada mobil. Indikator jarak menunjukkan berapa km atau mil yang telah dijalani oleh mobil,
seperti halnya dosimeter perorangan menunjukkan berapa dosis radiasi yang telah diterima oleh seseorang.
Speedometer menunjukkan pada kita beberapa km atau mil kecepatan mobil perjam, seperti survaimeter
menunjukkan berapa laju dosis radiasi.
Salah satu cara untuk mengukur dosis radiasi pada dosimeter perorangan adalah berdasarkan pada tingkat
kehitaman film jika terkena radiasi. Dengan memproses film dan mengukur tingkat kehitamannya, dosis radiasi
yang diterima oleh seseorang dapat diperkirakan.
Cara lain untuk mengukur dosis adalah berdasarkan pada jumlah cahaya yang dihasilkan pada bahan tertentu
akibat oleh radiasi setelah dilakukan proses pemanasan. Dosimeter perorangan ini disebut TLD (Thermo
Luminescence Dosimeter). TLD lebih peka dan akurat daripada dosimeter film dan dapat digunakan kembali
setelah dilakukan proses pembacaan dosis.
Berbeda dengan dosimeter perorangan yang memberikan informasi dosis radiasi yang telah diterima,
survaimeter memberikan informasi laju dosis radiasi pada suatu area pada suatu saat. Hasil perkalian antara laju
dosis yang ditunjukkan survaimeter dan lama waktu selama berada di area merupakan perkiraan jumlah radiasi

atau dosis yang diterima bila berada di suatu area selama waktu tersebut. Dengan survaimeter ini seseorang
dapat menjaga diri agar tidak terkena radiasi yang melebihi batas yang diizinkan.

Bagaimana kita mengetahui adanya radiasi?


Radiasi tidak dapat dilihat, didengar, dicium, dirasakan atau diraba. Indera manusia tidak dapat mendeteksi
radiasi sehingga seseorang tidak dapat mengetahui kapan ia dalam bahaya atau tidak. Radiasi hanya dapat
diketahui dengan menggunakan alat, yang disebut monitor radiasi. Monitor radiasi terdiri dari detektor radiasi
dan rangkaian elektronik penunjang. Pada umumnya, monitor radiasi dilengkapi dengan alarm yang akan
mengeluarkan bunyi jika ditemukan radiasi. Bunyi alarm semakin keras apabila tingkat radiasi yang ditemukan
semakin tinggi. Monitor radiasi umumnya digunakan hanya untuk mengetahui ada atau tidaknya radiasi.
Monitor radiasi yang digunakan untuk mengukur jumlah radiasi atau dosis yang diterima oleh seseorang disebut
dosimeter perorangan dan monitor radiasi yang digunakan untuk mengukur kecepatan radiasi atau laju dosis
di suatu area dikenal dengan survaimeter. Alat-alat tersebut dapat disamakan dengan indikator jarak dan
speedometer pada mobil. Indikator jarak menunjukkan berapa km atau mil yang telah dijalani oleh mobil,
seperti halnya dosimeter perorangan menunjukkan berapa dosis radiasi yang telah diterima oleh seseorang.
Speedometer menunjukkan pada kita beberapa km atau mil kecepatan mobil perjam, seperti survaimeter
menunjukkan berapa laju dosis radiasi.
Salah satu cara untuk mengukur dosis radiasi pada dosimeter perorangan adalah berdasarkan pada tingkat
kehitaman film jika terkena radiasi. Dengan memproses film dan mengukur tingkat kehitamannya, dosis radiasi
yang diterima oleh seseorang dapat diperkirakan.
Cara lain untuk mengukur dosis adalah berdasarkan pada jumlah cahaya yang dihasilkan pada bahan tertentu
akibat oleh radiasi setelah dilakukan proses pemanasan. Dosimeter perorangan ini disebut TLD (Thermo
Luminescence Dosimeter). TLD lebih peka dan akurat daripada dosimeter film dan dapat digunakan kembali
setelah dilakukan proses pembacaan dosis.
Berbeda dengan dosimeter perorangan yang memberikan informasi dosis radiasi yang telah diterima,
survaimeter memberikan informasi laju dosis radiasi pada suatu area pada suatu saat. Hasil perkalian antara laju
dosis yang ditunjukkan survaimeter dan lama waktu selama berada di area merupakan perkiraan jumlah radiasi
atau dosis yang diterima bila berada di suatu area selama waktu tersebut. Dengan survaimeter ini seseorang
dapat menjaga diri agar tidak terkena radiasi yang melebihi batas yang diizinkan.

Apakah radiasi aman?

Perlu kita sadari, bahwa tidak ada satupun aktivitas manusia yang benar-benar aman dan bebas dari risiko.
Bahkan, ketika duduk santai di kursi sekalipun, kita menghadapi risiko terjungkal dari kursi. Dalam setiap
tindakan yang kita lakukan selalu ada risiko, betapapun kecilnya risiko tersebut. Kadangkala, tanpa disadari,
kita mengabaikan risiko tersebut. Sebagai contoh, ketika hendak menyeberang jalan sewaktu lalulintas tidak
padat, kita hanya menunggu adanya jeda antar kendaraan untuk menyeberang. Dalam hal ini, tanpa sadar kita
mengabaikan risiko tertabrak oleh kendaraan.
Setiap tindakan yang kita ambil mungkin relatif lebih aman, atau sebaliknya, relatif lebih berbahaya dari
tindakan alternatif lainnya. Sebagai contoh, untuk mendeteksi suatu penyakit apakah kanker atau bukan, kita
dapat menggunakan sinar-X. Penggunaan sinar-X itu sendiri mengandung risiko, namun jika kanker dibiarkan
tak terdeteksi, hal tersebut dapat berakibat fatal. Dalam hal ini, risiko penggunaan sinar-X untuk mendeteksi
kanker jauh lebih kecil daripada risiko membiarkan kanker tak terdeteksi. Hal ini seringkali disebut sebagai
pertimbangan manfaat-risiko.
Karena itu, kita tidak dapat mengatakan bahwa radiasi aman, atau sebaliknya, radiasi berbahaya. Yang bisa kita
lakukan adalah mengambil risiko yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Tidak ada salahnya kita menggunakan radiasi, jika manfaat yang akan kita dapat jauh lebih besar daripada
risikonya.

Apakah radiasi bermanfaat?


Radiasi pengion banyak menjanjikan manfaat bagi umat manusia, walaupun demikian kita harus waspada
terhadap risikonya. Sebagai contoh, matahari memancarkan segala jenis radiasi, termasuk radiasi inframerah
(panas), radiasi cahaya tampak dan radiasi ultraviolet. Radiasi-radiasi tersebut merupakan bagian dari
kehidupan sehari-hari, dan kita tidak dapat hidup tanpa radiasi-radiasi tersebut. Namun, kita juga harus
menyadari bahwa setiap radiasi alamiah dapat berakibat buruk. Terlalu banyak inframerah dapat menyebabkan
benda terbakar. Terlalu banyak cahaya tampak dapat menyebabkan kebutaan, dan terlalu banyak ultraviolet
dapat mengakibatkan kanker kulit atau kulit terbakar.
Masyarakat awam sering mendengar atau mengalami
pemeriksaan kesehatan menggunakan sinar-X. Sinar-X
digunakan
dalam
bidang
kedokteran
untuk
menggambarkan rangka tubuh manusia dan struktur tubuh
bagian dalam, mendeteksi benda-benda asing dalam tubuh,
tulang patah, serta beberapa penyakit, misalnya
tuberkolosis (TBC) dan pembengkakan jantung.
Namun, bila tidak digunakan secara hati-hati, sinar-X dapat
meningkatkan risiko kanker dan bahkan dapat mengakibatkan kematian pasien. Akan tetapi, sifat-sifat radiasi
pengion dan cara untuk meminimalkan jumlah dosis yang diterima dari penyinaran radiasi sinar-X telah
dipahami. Karena itu, tak ada lagi alasan untuk takut terhadap penyinaran sinar-X, sepanjang digunakan secara
tepat. Kita dapat meminimalkan pemakaian yang tidak tepat melalui pendidikan, pelatihan dan penegakan
hukum atau aturan dan ketentuan yang berlaku. Semua radiasi pengion dapat digunakan secara luas untuk
keperluan yang bermanfaat dengan tingkat keamanan yang tinggi.

2. Dosis dan Efek Radiasi


Satuan dan Dosis Radiasi
Kita tidak dapat mendeteksi radiasi secara langsung dengan menggunakan panca indera; namun kita dapat
mendeteksinya dengan menggunakan peralatan khusus, yang disebut Detektor Radiasi, misalnya film
fotografi, tabung Geiger-Mller, pencacah sintilasi, bahan termoluminesensi maupun dioda silikon. Hasil
pengukuran detektor radiasi tersebut dapat kita interpretasikan sebagai energi radiasi yang terserap di seluruh
tubuh manusia atau di organ tertentu, misalnya hati.

Banyaknya energi radiasi pengion yang terserap per satuan massa bahan, misalnya jaringan
tubuh manusia, disebut Dosis Terserap yang dinyatakan dalam satuan gray, dengan simbol
Gy. Untuk nilai yang lebih kecil, biasa digunakan miligray, mGy, yang sama dengan
seperseribu gray. Istilah gray diambil dari nama fisikawan Inggris, Harold Gray.

Besar dosis terserap yang sama untuk jenis radiasi yang berbeda belum tentu mengakibatkan efek biologis yang
sama, karena setiap jenis radiasi pengion memiliki keunikan masing-masing dalam berinteraksi dengan jaringan
tubuh manusia. Sebagai contoh, dosis terserap 1 Gy yang berasal dari radiasi alfa lebih berbahaya dibandingkan
dengan dosis terserap 1 Gy yang berasal dari radiasi beta.
Karena adanya perbedaan tersebut, kita memerlukan besaran dosis lain yang tidak
bergantung pada jenis radiasi. Besaran itu disebut Dosis Ekivalen dan memiliki satuan
sievert, dengan simbol Sv. Untuk nilai yang lebih kecil, biasa digunakan milisievert, mSv,
yang sama dengan seperseribu sievert. Istilah sievert diambil dari nama fisikawan Swedia,
Rolf Sievert.

Dosis ekivalen adalah dosis terserap dikalikan dengan Faktor Bobot-Radiasi. Nilai faktor bobot-radiasi ini
berlainan untuk setiap jenis radiasi, bergantung pada kemampuan radiasi tersebut untuk merusak jaringan tubuh
manusia. Faktor bobot-radiasi untuk elektron (radiasi beta), foton (gamma dan sinar-X) bernilai 1 (satu), sedang
untuk radiasi alfa bernilai 20. Ini berarti radiasi alfa bisa mengakibatkan kerusakan pada jaringan tubuh 20 kali
lebih parah dibandingkan dengan radiasi beta, gamma atau sinar-X. Dengan adanya dosis ekivalen ini, maka
kita dapat menyatakan bahwa dosis ekivalen 1 Sv yang berasal dari radiasi alfa akan mengakibatkan kerusakan
yang sama dengan dosis ekivalen 1 Sv yang berasal dari
radiasi beta.

Selain bergantung pada jenis radiasi, setiap organ atau


jaringan tubuh juga mempunyai kepekaan masingmasing terhadap radiasi. Kerusakan akibat radiasi yang
diterima oleh suatu organ, misalnya hati, juga berbeda
dengan organ lain, misalnya paru-paru. Karena itu,
setiap organ juga mempunyai Faktor Bobot-Organ.

Untuk memudahkan, biasanya kita hanya memperhatikan berapa dosis radiasi yang mengenai seluruh tubuh.
Besaran dosis radiasi ini disebut Dosis Efektif. Dosis efektif menyatakan penjumlahan dari dosis ekivalen yang
diterima oleh setiap organ utama tubuh dikalikan dengan faktor bobot-organnya.

Perhitungan dosis efektif

Anggaplah seseorang menerima dosis ekivalen 100 mSv pada paru-paru, 70 mSv pada hati dan
300 mSv pada tulang. Dosis efektif = (100x0,12) + (70x0,05) + (300x0,01) = 18,5 mSv. Risiko
akibat menerima radiasi pada beberapa organ tubuh tersebut akan sama dengan risiko jika ia
menerima dosis ekivalen 18,5 mSv secara merata pada seluruh tubuhnya.

Biasanya, dosis efektif seringkali disebut secara singkat sebagai Dosis atau Dosis Radiasi saja. Dalam satuan
lama, sebelum tahun 1970, dosis radiasi dinyatakan dalam rem, dengan 1 Sv sama dengan 100 rem.

Asal Dosis Radiasi dan Persentasenya

Dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dapat berasal


dari alam (secara alamiah) maupun dari radiasi buatan
manusia (misalnya pemakaian sinar-X dalam bidang
kedokteran). Dalam laporan yang dipublikasikan pada
tahun 2000, UNSCEAR (United Nations Scientific
Committee on the Effects of Atomic Radiation)
menyatakan bahwa secara rata-rata seseorang akan
menerima dosis 2,8 mSv (280 mrem) per tahun. Sekitar
85% dari total dosis yang diterima seseorang berasal
dari alam. Sekitar 43% dari total dosis yang diterima
seseorang berasal dari radionuklida radon yang terdapat
di dalam rumah.

Radiasi Kosmik
Radiasi kosmik merupakan radiasi yang berasal dari angkasa luar, umumnya terdiri atas partikel proton. Proton
merupakan partikel bermuatan, sehingga jumlah proton yang memasuki atmosfir bumi dipengaruhi oleh medan
magnet bumi. Karena itu, dosis radiasi yang berasal dari radiasi kosmik bergantung pada garis lintang; semakin
jauh dari khatulistiwa, semakin besar dosisnya.
Ketika memasuki atmosfir bumi, radiasi kosmik berinteraksi dengan
atom/unsur penyusun atmosfir. Semakin mendekati bumi, jumlah radiasi
kosmik akan semakin berkurang karena diserap oleh bahan penyusun
atmosfir, sehingga dosisnya juga akan semakin berkurang. Pada
permukaan bumi, secara rata-rata, dosisnya sekitar 0,4 mSv (40 mrem) per
tahun.
Beberapa kota di bumi, misalnya kota Lhasa di Himalaya, Tibet, berada di
lokasi yang cukup tinggi sehingga penduduknya akan mendapat dosis
yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang berada di
permukaan bumi. Secara umum, intensitas radiasi kosmik bertambah dua
kali lipat untuk setiap ketinggian 2 km.
Selain itu, mereka yang sering bepergian dengan pesawat terbang juga
akan mendapat dosis radiasi yang lebih tinggi. Penerbangan pada
ketinggian 13 km, ketinggian yang umum untuk penerbangan komersial,
memberikan tambahan dosis 0,005 mSv (0,5 mrem) per jam penerbangan
untuk setiap penumpang.

Kerak bumi (terestrial)


Semua bahan yang terdapat dalam kerak bumi mengandung radionuklida, khususnya uranium (U), thorium (Th)
dan kalium (K). Uranium tersebar di bebatuan dan tanah dalam konsentrasi yang sangat kecil. U-238
merupakan induk dari beberapa deret peluruhan radionuklida. Setiap radionuklida akan meluruh menjadi
radionuklida lain hingga akhirnya tercapai nuklida stabil Pb-206. Salah satu radionuklida yang berada dalam
deret peluruhan uranium ini adalah radon-222 (Rn-222) yang dapat berinteraksi dengan udara. Thorium juga

tersebar di tanah, dan Th-232 merupakan radionuklida induk dari deret peluruhan lain. Konsentrasi kalium lebih
banyak dibandingkan dengan uranium dan thorium.
Semua radionuklida tersebut memancarkan radiasi gamma. Karena itu, setiap saat kita mendapat radiasi gamma,
baik sewaktu kita berada di dalam maupun di luar rumah. Dosis yang diterima akan bervariasi sesuai dengan
struktur geologi daerah tempat tinggalnya dan dengan bahan bangunan yang dipakai. Secara rata-rata, kita
menerima dosis 0,5 mSv (50 mrem) per tahun dari radiasi gamma alamiah yang berasal dari bebatuan dan
tanah.
Kita mungkin berpikir bahwa dengan masuk ke dalam rumah, kita akan terhindar dari radiasi terestrial.
Kenyataannya, kontribusi radiasi terestrial ini 20% terdapat di luar rumah, 80% berasal dari bahan bangunan.

Internal
Beberapa radionuklida yang berasal dari deret uranium dan thorium, misalnya Pb-210 dan Po-210, terdapat di
udara, makanan dan air. Karena itu, kita juga mendapat radiasi secara internal (dari dalam tubuh). Selain itu, di
dalam tubuh juga terdapat radionuklida K-40 dan produk peluruhan radon. Interaksi radiasi kosmik dengan
atmosfir juga akan menghasilkan beberapa radionuklida, misalnya C-14, yang akan menambah radiasi internal.
Dosis efektif rata-rata dari radiasi internal ini sekitar 0,3 mSv (30 mrem) per tahun. Sekitar separuh dari dosis
ini berasal dari K-40.

Radon
Radiasi yang berasal dari gas radon (Rn-222) merupakan sumber utama radiasi yang kita terima sehari-hari. Hal
ini terjadi karena Rn-222 dapat bergabung dengan udara yang kita hirup. Kemudian, gas radon yang
memancarkan radiasi alfa ini dapat mengiradiasi
paru-paru sehingga akan meningkatkan risiko
terkena kanker.
Jika gas radon keluar dari tanah, gas radon akan
terdispersi (tersebar) ke udara. Karena itu,
konsentrasi radon di lingkungan udara terbuka akan
kecil. Namun, jika gas radon memasuki ruangan
tertutup, khususnya melalui lantai rumah,
konsentrasinya akan meningkat.
Dosis efektif rata-rata dari gas radon ini sekitar 1,2
mSv (120 mrem) per tahun. Karena dosis total ratarata (baik berasal dari radiasi alamiah maupun
buatan) sekitar 2,8 mSv (280 mrem) per tahun,
maka kontribusi dari radon ini sekitar 43% dari
dosis total yang kita terima. Karena itu, kita harus
mewaspadai dosis radiasi yang berasal dari gas
radon ini. Untuk mengurangi radiasi yang berasal dari gas radon, ruangan gedung harus memiliki ventilasi yang
cukup agar gas radon dapat didispersikan oleh udara.

Kedokteran
Dalam bidang kedokteran, radiasi pengion digunakan untuk diagnosis dan pengobatan (terapi). Pemakaian
sinar-X untuk memeriksa pasien disebut radiologi diagnostik, jika radiasi digunakan untuk mengobati pasien,
prosedurnya disebut radioterapi, sedang pemakaian obat-obatan yang mengandung bahan radioaktif, baik untuk

keperluan diagnosis maupun terapi, disebut kedokteran nuklir. Dosis efektif rata-rata yang berasal dari bidang
kedokteran ini sekitar 0,4 mSv (40 mrem) per tahun.

Atmosfir (uji-coba bom nuklir)


Jika bom nuklir diuji-coba di atas tanah, ledakan bom tersebut akan
menghamburkan berbagai radionuklida, misalnya H-3 dan Pu-241, ke atmosfir.
Dari atmosfir, radionuklida tersebut kemudian secara perlahan-lahan turun ke
tanah. Sekitar 500 uji-coba bom nuklir dilaksanakan sebelum adanya
pembatasan uji-coba
bom nuklir pada tahun 1963.
Radionuklida utama yang
radiasi pada uji-coba bom
Sr-90
dan
Cs-137.
dapat masuk ke dalam tubuh
minuman.
Selain
itu,
dapat
juga
terdapat
di
sehingga akan menambah
terima.

menjadi
bahaya
nuklir ini adalah C-14,
Radionuklida tersebut
melalui makanan dan
radionuklida tersebut
permukaan
tanah
radiasi
yang
kita

Dosis efektif rata-rata akibat


radionuklida hasil ujicoba bom nuklir ini sekitar
0,005 mSv (0,5 mrem)
per tahun. Jumlah ini jauh lebih
kecil
dibandingkan
dengan dosis sekitar 0,1 mSv (10 mrem) pada tahun 1963 ketika uji-coba peledakan bom nuklir mencapai
puncaknya.

Kecelakaan PLTN Chernobyl


Pada tanggal 26 April 1986 terjadi kecelakaan di PLTN Chernobyl, Ukraina. Kecelakaan itu mengakibatkan
tersebarnya sejumlah bahan radioaktif ke lingkungan selama 10 hari. Sekitar 31 orang meninggal dunia,
termasuk 28 orang petugas pemadam kebakaran. Para petugas pemadam kebakaran tersebut mendapat dosis
radiasi tinggi, antara 3 Sv (300 rem) hingga 16 Sv (1600 rem), yang berasal dari bahan radioaktif yang
mengendap di tanah. Selain itu, mereka juga mengalami kontaminasi pada kulit yang mengakibatkan eritema
akut. Sebanyak 209 orang juga mendapat perawatan di rumah sakit, 106 orang di antaranya didiagnosa
menderita sakit akibat radiasi yang cukup parah. Kendati demikian, semuanya dapat disembuhkan dan diizinkan
pulang setelah menjalani perawatan beberapa minggu atau bulan di rumah sakit.

Radionuklida utama yang menjadi bahaya pada kecelakaan ini


adalah I-131, Cs-134 dan Cs-137. Dosis yang diterima berasal
dari radiasi eksterna radionuklida yang terdapat di permukaan
tanah, dari terhirupnya I-131 sehingga meningkatkan dosis
radiasi pada thyroid, dan dari radiasi internal radionuklida yang
terdapat pada bahan makanan.
Ketika UNSCEAR menerbitkan laporan pada tahun 2000, pada
laporan itu masih disebutkan bahwa kecelakaan PLTN
Chernobyl ini mengakibatkan dosis efektif rata-rata sekitar
0,002 mSv (0,2 mrem) per tahun.

PLTN
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan salah satu
sumber daya energi listrik dunia. Pada setiap tahap daur bahan
bakar nuklir, termasuk penambangan, fabrikasi, operasi reaktor
serta olah-ulang bahan bakar, sejumlah kecil radionuklida
dilepaskan ke lingkungan dalam bentuk cair, gas atau padat.
Dosis efektif rata-rata yang berasal dari energi nuklir ini sekitar 0,0002 mSv (0,02 mrem) per tahun.

Lain-lain
Selain mendapat dosis radiasi yang berasal dari latar belakang seperti disebutkan di atas, kita juga mendapat
tambahan dosis radiasi, misalnya bila kita di"roentgen". Tabel berikut memperlihatkan beberapa sumber
paparan yang dapat menambah dosis radiasi.

Efek Radiasi Terhadap Manusia

Jika radiasi mengenai tubuh manusia, ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi: berinteraksi dengan tubuh
manusia, atau hanya melewati saja. Jika berinteraksi, radiasi dapat mengionisasi atau dapat pula mengeksitasi
atom. Setiap terjadi proses ionisasi atau eksitasi, radiasi akan kehilangan sebagian energinya. Energi radiasi
yang hilang akan menyebabkan peningkatan temperatur (panas) pada bahan (atom) yang berinteraksi dengan
radiasi tersebut. Dengan kata lain, semua energi radiasi yang terserap di jaringan biologis akan muncul sebagai
panas melalui peningkatan vibrasi (getaran) atom dan struktur molekul. Ini merupakan awal dari perubahan
kimiawi yang kemudian dapat mengakibatkan efek biologis yang merugikan.
Satuan dasar dari jaringan biologis adalah sel. Sel mempunyai inti sel yang merupakan pusat pengontrol sel. Sel
terdiri dari 80% air dan 20% senyawa biologis kompleks. Jika radiasi pengion menembus jaringan, maka dapat
mengakibatkan terjadinya ionisasi dan menghasilkan radikal bebas, misalnya radikal bebas hidroksil (OH), yang
terdiri dari atom oksigen dan atom hidrogen. Secara kimia, radikal bebas sangat reaktif dan dapat mengubah
molekul-molekul penting dalam sel.

DNA (deoxyribonucleic acid) merupakan salah satu molekul yang terdapat di inti sel, berperan untuk
mengontrol struktur dan fungsi sel serta menggandakan
dirinya sendiri.
Setidaknya ada dua cara bagaimana radiasi dapat
mengakibatkan kerusakan pada sel. Pertama, radiasi
dapat mengionisasi langsung molekul DNA sehingga
terjadi perubahan kimiawi pada DNA. Kedua,
perubahan kimiawi pada DNA terjadi secara tidak
langsung, yaitu jika DNA berinteraksi dengan radikal
bebas hidroksil. Terjadinya perubahan kimiawi pada
DNA tersebut, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat menyebabkan efek biologis yang
merugikan, misalnya timbulnya kanker maupun
kelainan genetik.
Pada dosis rendah, misalnya dosis radiasi latar belakang
yang kita terima sehari-hari, sel dapat memulihkan
dirinya sendiri dengan sangat cepat. Pada dosis lebih tinggi (hingga 1 Sv), ada kemungkinan sel tidak dapat
memulihkan dirinya sendiri, sehingga sel akan mengalami kerusakan permanen atau mati. Sel yang mati relatif
tidak berbahaya karena akan diganti dengan sel baru. Sel yang mengalami kerusakan permanen dapat
menghasilkan sel yang abnormal ketika sel yang rusak tersebut membelah diri. Sel yang abnormal inilah yang
akan meningkatkan risiko tejadinya kanker pada manusia akibat radiasi.
Efek radiasi terhadap tubuh manusia bergantung pada seberapa banyak dosis yang diberikan, dan bergantung
pula pada lajunya; apakah diberikan secara akut (dalam jangka waktu seketika) atau secara gradual (sedikit
demi sedikit).
Sebagai contoh, radiasi gamma dengan dosis 2 Sv (200 rem) yang diberikan pada seluruh tubuh dalam waktu 30
menit akan menyebabkan pusing dan muntah-muntah pada beberapa persen manusia yang terkena dosis
tersebut, dan kemungkinan satu persen akan meninggal dalam waktu satu atau dua bulan kemudian. Untuk dosis
yang sama tetapi diberikan dalam rentang waktu satu bulan atau lebih, efek sindroma radiasi akut tersebut tidak
terjadi.

Contoh lain, dosis radiasi akut sebesar 3,5 4 Sv (350 400 rem) yang diberikan seluruh tubuh akan
menyebabkan kematian sekitar 50% dari mereka yang mendapat radiasi dalam waktu 30 hari kemudian.
Sebaliknya, dosis yang sama yang diberikan secara merata dalam waktu satu tahun tidak menimbulkan akibat
yang sama.
Selain bergantung pada jumlah dan laju dosis, setiap organ tubuh mempunyai kepekaan yang berlainan terhadap
radiasi, sehingga efek yang ditimbulkan radiasi juga akan berbeda.
Sebagai contoh, dosis terserap 5 Gy atau lebih yang diberikan secara sekaligus pada seluruh tubuh dan tidak
langsung mendapat perawatan medis, akan dapat mengakibatkan kematian karena terjadinya kerusakan sumsum
tulang belakang serta saluran pernapasan dan pencernaan. Jika segera dilakukan perawatan medis, jiwa
seseorang yang mendapat dosis terserap 5 Gy tersebut mungkin dapat diselamatkan. Namun, jika dosis
terserapnya mencapai 50 Gy, jiwanya tidak mungkin diselamatkan lagi, walaupun ia segera mendapatkan
perawatan medis.
Jika dosis terserap 5 Gy tersebut diberikan secara sekaligus ke organ tertentu saja (tidak ke seluruh tubuh),
kemungkinan besar tidak akan berakibat fatal. Sebagai contoh, dosis terserap 5 Gy yang diberikan sekaligus ke
kulit akan menyebabkan eritema. Contoh lain, dosis yang sama jika diberikan ke organ reproduksi akan
menyebabkan mandul.
Efek radiasi yang langsung terlihat ini disebut Efek Deterministik. Efek ini hanya muncul jika dosis radiasinya
melebihi suatu batas tertentu, disebut Dosis Ambang.
Efek deterministik bisa juga terjadi dalam jangka waktu yang agak lama setelah terkena radiasi, dan umumnya
tidak berakibat fatal. Sebagai contoh, katarak dan kerusakan kulit dapat terjadi dalam waktu beberapa minggu
setelah terkena dosis radiasi 5 Sv atau lebih.
Jika dosisnya rendah, atau diberikan dalam jangka waktu yang lama (tidak sekaligus), kemungkinan besar selsel tubuh akan memperbaiki dirinya sendiri sehingga tubuh tidak menampakkan tanda-tanda bekas terkena
radiasi. Namun demikian, bisa saja sel-sel tubuh sebenarnya mengalami kerusakan, dan akibat kerusakan
tersebut baru muncul dalam jangka waktu yang sangat lama (mungkin berpuluh-puluh tahun kemudian), dikenal
juga sebagai periode laten. Efek radiasi yang tidak langsung terlihat ini disebut Efek Stokastik.
Efek stokastik ini tidak dapat dipastikan akan terjadi, namun probabilitas terjadinya akan semakin besar apabila
dosisnya juga bertambah besar dan dosisnya diberikan dalam jangka waktu seketika. Efek stokastik ini mengacu
pada penundaan antara saat pemaparan radiasi dan saat penampakan efek yang terjadi akibat pemaparan
tersebut. Kecuali untuk leukimia yang dapat berkembang dalam waktu 2 tahun, efek pemaparan radiasi tidak
memperlihatkan efek apapun dalam waktu 20 tahun atau lebih.
Salah satu penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah kanker. Penyebab sebenarnya dari penyakit kanker
tetap tidak diketahui. Selain dapat disebabkan oleh radiasi pengion, kanker dapat pula disebabkan oleh zat-zat
lain, disebut zat karsinogen, misalnya asap rokok, asbes dan ultraviolet. Dalam kurun waktu sebelum periode
laten berakhir, korban dapat meninggal karena penyebab lain. Karena lamanya periode laten ini, seseorang yang
masih hidup bertahun-tahun setelah menerima paparan radiasi ada kemungkinan menerima tambahan zat-zat
karsinogen dalam kurun waktu tersebut. Oleh karena itu, jika suatu saat timbul kanker, maka kanker tersebut
dapat disebabkan oleh zat-zat karsinogen, bukan hanya disebabkan oleh radiasi.

Filosofi Proteksi Radiasi


Mengingat radiasi dapat membahayakan kesehatan, maka pemakaian radiasi perlu diawasi, baik melalui
peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pemanfaatan radiasi dan bahan-bahan radioaktif, maupun adanya
badan pengawas yang bertanggungjawab agar peraturan-peraturan tersebut diikuti. Di Indonesia, badan
pengawas tersebut adalah Bapeten (Badan Pengawas Tenaga Nuklir).
Filosofi proteksi radiasi yang dipakai sekarang ditetapkan oleh Komisi Internasional untuk Proteksi Radiasi
(International Commission on Radiological Protection, ICRP) dalam suatu pernyataan yang mengatur
pembatasan dosis radiasi, yang intinya sebagai berikut:
a. Suatu kegiatan tidak akan dilakukan kecuali mempunyai keuntungan yang positif dibandingkan dengan
risiko, yang dikenal sebagai azas justifikasi,
b. Paparan radiasi diusahakan pada tingkat serendah mungkin yang bisa dicapai (as low as reasonably
achievable, ALARA) dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial, yang dikenal sebagai azas
optimasi,
c. Dosis perorangan tidak boleh melampaui batas yang direkomendasikan oleh ICRP untuk suatu
lingkungan tertentu, yang dikenal sebagai azas limitasi.
Konsep untuk mencapai suatu tingkat serendah mungkin merupakan hal mendasar yang perlu dikendalikan,
tidak hanya untuk radiasi tetapi juga untuk semua hal yang membahayakan lingkungan. Mengingat bahwa tidak
mungkin menghilangkan paparan radiasi secara keseluruhan, maka paparan radiasi diusahakan pada tingkat
yang optimal sesuai dengan kebutuhan dan manfaat dari sisi kemanusiaan.
Menurut Bapeten, nilai batas dosis dalam satu tahun untuk pekerja radiasi adalah 50 mSv (5 rem), sedang untuk
masyarakat umum adalah 5 mSv (500 mrem). Menurut laporan penelitian UNSCEAR, secara rata-rata setiap
orang menerima dosis 2,8 mSv (280 mrem) per tahun, berarti seseorang hanya akan menerima sekitar setengah
dari nilai batas dosis untuk masyarakat umum.
Ada dua catatan yang berkaitan dengan nilai batas dosis ini. Pertama, adanya anggapan bahwa nilai batas ini
menyatakan garis yang tegas antara aman dan tidak aman. Hal ini tidak seluruhnya benar. Nilai batas ini hanya
menyatakan batas dosis radiasi yang dapat diterima oleh pekerja atau

3. Pemanfaatan Radiasi Nuklir dan Radioisotop Dalam Kehidupan


Manusia
Beberapa bahan yang ada di alam, seperti uranium, apabila direaksikan dengan neutron, akan mengalami reaksi
pembelahan dan menghasilkan energi yang dapat digunakan untuk memanaskan air hingga menjadi uap.
Selanjutnya uap tersebut dapat digunakan untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik. Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir komersial yang pertama adalah Reaktor Magnox, yang dibangun pada tahun 1950-an di Inggris.
Sedangkan penggunaan radioisotop secara sengaja untuk suatu tujuan tertentu dilakukan oleh George du Hevesy
pada tahun 1911. Pada saat itu, ia masih berstatus seorang pelajar yang sedang meneliti bahan radioaktif alam.
Karena berasal dari luar kota dan dari keluarga yang sederhana ia tinggal di suatu asrama yang sekaligus
menyajikan makanan pokok sehari-hari. Pada suatu ketika, ia curiga bahwa makanan yang disajikan dicampur
dengan makanan sisa dari hari sebelumnya, tetapi ia tidak bisa membuktikan kecurigaannya itu. Untuk itu ia
menaruh sejumlah kecil bahan radioaktif kedalam makanan yang sengaja tidak dihabiskannya. Keesokan
harinya ketika makanan yang jenisnya sama disajikan, ia melakukan pemeriksaan makanan tersebut dengan
menggunakan peralatan deteksi radiasi yang sederhana, dan ternyata ia mendeteksi adanya radioisotop dalam
makanan yang dicurigainya. Mulai saat itulah ia mengembangkan penggunaan bahan radioaktif sebagai suatu
perunut (tracer) untuk berbagai macam keperluan.
Bidang Energi: Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Perbedaan antara Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir dan Pembangkit Listrik Berbahan Bakar Fosil

Semua pembangkit tenaga listrik, termasuk PLTN, mempunyai prinsip kerja yang relatif sama. Bahan bakar
(baik yang berupa batu bara, gas ataupun uranium) digunakan untuk memanaskan air yang akan menjadi uap.
Uap memutar turbin dan selanjutnya turbin memutar suatu generator yang akan menghasilkan listrik.
Perbedaan yang mencolok adalah bahwa PLTN tidak membakar bahan bakar fosil, tetapi menggunakan bahan
bakar dapat belah (bahan fisil). Di dalam reaktor, bahan fisil tersebut direaksikan dengan neutron sehingga
terjadi reaksi berantai yang menghasilkan panas. Panas yang dihasilkan digunakan untuk menghasilkan uap air
bertekanan tinggi, kemudian uap tersebut digunakan untuk menggerakkan turbin. Dengan digunakannya bahan
fisil, berarti tidak menghasilkan CO2, hujan asam, ataupun gas beracun lainnya seperti jika menggunakan bahan
bakar fosil.
Seberapa amankah PLTN?

Dibandingkan pembangkit listrik lainnya, PLTN mempunyai faktor keselamatan yang lebih tinggi. Hal ini
ditunjukkan oleh studi banding kecelakaan yang pernah terjadi di semua pembangkit listrik. Secara statistik,
kecelakaan pada PLTN mempunyai persentase yang jauh lebih rendah dibandingkan yang terjadi pada
pembangkit listrik lain. Hal tersebut disebabkan karena dalam desain PLTN, salah satu filosofi yang harus
dipunyai adalah adanya pertahanan berlapis (defence in-depth). Dengan kata lain, dalam PLTN terdapat
banyak pertahanan berlapis untuk menjamin keselamatan manusia dan lingkungan. Jika suatu sistem operasi
mengalami kegagalan, maka masih ada sistem cadangan yang akan menggantikannya. Pada umumnya, sistem
cadangan berupa suatu sistem otomatis pasif. Disamping itu, setiap komponen yang digunakan dalam instalasi
PLTN telah didesain agar aman pada saat mengalami kegagalan, sehingga walaupun komponen tersebut
mengalami kegagalan, maka kegagalan tersebut tidak akan mengakibatkan bahaya bagi manusia dan
lingkungannya.
Dari sisi sumber daya manusia, personil yang mengoperasikan PLTN harus memenuhi persyaratan yang sangat
ketat, dan wajib mempunyai sertifikat sebagai operator reaktor yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Tenaga
Nuklir (BAPETEN). Untuk mendapatkan sertifikat tersebut, mereka harus mengikuti dan lulus ujian pelatihan.
Sertifikat tersebut berlaku untuk jangka waktu tertentu dan setelah lewat masa berlakunya maka akan dilakukan
pengujian kembali.
Peranan PLTN dalam Kelistrikan Dunia

Pada Nopember 2005, di seluruh dunia terdapat 441 buah pembangkit listrik tenaga nuklir yang beroperasi di 31
negara, menghasilkan tenaga listrik sebesar lebih dari 363 trilyun watt. Reaktor yang dalam tahap pembangunan
sebanyak 30 buah dan 24 negara (termasuk 6 negara yang belum pernah mengoperasikan reaktor nuklir)
merencanakan untuk membangun 104 reaktor nuklir baru. Saat ini energi listrik yang dihasilkan PLTN
menyumbang 16% dari seluruh kelistrikan dunia, yang secara kuantitatif jumlahnya lebih besar dari listrik yang
dihasilkan di seluruh dunia pada tahun 1960.

Negara-negara di Eropa merupakan negara yang paling tinggi persentase ketergantungannya pada energi nuklir.
Perancis, Lithuania dan Slovakia merupakan tiga negara yang memiliki ketergantungan listrik pada energi
nuklir yang tinggi, yaitu masing-masing sebesar 78%, 72% dan 55%.

Di masa mendatang, pemakaian energi nuklir akan berkembang lebih maju lagi, tidak hanya sekedar untuk
pembangkit listrik saja, tetapi juga untuk keperluan energi selain kelistrikan, seperti produksi hidrogen,
desalinasi air laut, dan pemanas ruangan.

masyarakat, sejauh pengetahuan yang ada hingga saat ini. Yang lebih penting dari pemakaian nilai batas ini
adalah diterapkannya prinsip ALARA pada setiap pemanfaatan radiasi. Kedua, adanya perbedaan nilai batas
dosis untuk pekerja radiasi dan masyarakat umum. Nilai batas ini berbeda karena pekerja radiasi dianggap dapat
menerima risiko yang lebih besar (dengan kata lain, menerima keuntungan yang lebih besar) daripada
masyarakat umum, antara lain karena pekerja radiasi mendapat pengawasan dosis radiasi dan kesehatan secara
berkala.

Bidang Non Energi: Pemanfaatan Radiasi Untuk Kesejahteraan


Manusia
Bidang Pertanian
Efisiensi Pemupukan
Pupuk harganya relatif mahal dan apabila digunakan secara berlebihan akan merusak lingkungan, sedangkan
apabila kurang dari jumlah seharusnya hasilnya tidak efektif. Untuk itu perlu diteliti jumlah pupuk yang diserap
oleh tanaman dan berapa yang dibuang ke lingkungan. Penelitian ini dilakukan dengan cara memberi label
pupuk yang digunakan dengan suatu isotop, seperti nitrogen-15 atau phosphor-32. Pupuk tersebut kemudian
diberikan pada tanaman dan setelah periode waktu dilakukan pendeteksian radiasi pada tanaman tersebut.
Penelitian Tanaman Varietas Baru
Seperti diketahui, radiasi pengion mempunyai kemampuan untuk merubah sel keturunan suatu mahluk hidup,
termasuk tanaman. Dengan berdasar pada prinsip tersebut, maka para peneliti dapat menghasilkan jenis
tanaman yang berbeda dari tanaman yang telah ada sebelumnya dan sampai saat ini telah dihasilkan 1800 jenis
tanaman baru.
Varietas baru tanaman padi, gandum, bawang, pisang, cabe dan biji-bijian yang dihasilkan melalui teknik
radioisotop mempunyai ketahanan yang lebih tinggi terhadap hama dan lebih mampu beradaptasi terhadap
perubahan iklim yang ekstrim.
Pengendalian Hama Serangga
Di seluruh dunia, hilangnya hasil panen akibat serangan hama serangga kurang lebih 25-35%. Untuk
memberantas hama serangga sejak lama para petani menggunakan insektisida kimia. Akhir-akhir ini insektisida
kimia dirasakan menurun keefektifannya, karena munculnya serangga yang kebal terhadap insekstisida. Selain
itu insektisida juga mulai dikurangi penggunaannya karena insektisida meninggalkan residu yang beracun pada
tanaman. Salah satu metode yang mulai banyak digunakan untuk menggantikan insektisida dalam
mengendalikan hama adalah teknik serangga mandul.

Teknik serangga mandul dilakukan dengan mengiradiasi serangga menggunakan radiasi gamma untuk
memandulkannya. Serangga jantan mandul tersebut kemudian dilepas dalam jumlah besar pada daerah yang
diserang hama. Apabila mereka kawin dengan serangga betina, maka tidak akan dihasilkan keturunan. Dengan
melepaskan serangga jantan mandul secara berulang, populasi hama serangga akan turun secara menyolok.
Teknik ini telah digunakan secara intensif di banyak negara penghasil pertanian seperti Amerika Selatan,
Mexico, Jamaika dan Libya.
Pengawetan Makanan
Kerusakan makanan hasil panen dalam penyimpanan akibat serangga, pertunasan dini atau busuk, dapat
mencapai 25-30%. Kerugian ini terutama diderita oleh negara-negara yang mempunyai cuaca yang panas dan
lembab. Pengawetan makanan banyak digunakan dengan tujuan untuk menunda pertunasan pada umbi-umbian,
membunuh serangga pada biji-bijian, pengawetan hasil laut dan hasil peternakan, serta rempah-rempah.
Pada teknik pengawetan dengan menggunakan radiasi, makanan dipapari dengan radiasi gamma berintensitas
tinggi yang dapat membunuh organisme berbahaya, tetapi tanpa mempengaruhi nilai nutrisi makanan tersebut
dan tidak meninggalkan residu serta tidak membuat makanan menjadi radioaktif. Teknik iradiasi juga dapat
digunakan untuk sterilisasi kemasan. Di banyak negara kemasan karton untuk susu disterilkan dengan iradiasi.

Dosis Iradiasi Makanan dan Tujuannya

DOSIS

TUJUAN

PRODUK

Dosis rendah (s.d. 1 kGy)

Menghambat pertunasan

Kentang, bawang, jahe, rempahrempah

Membunuh
parasit

serangga

Penundaan
kematangan/pembusukan
Dosis menengah (1-10 kGy)

Memperpanjang
penyimpanan

dan Makanan kering, buah segar,


padi-padian
Buah segar, sayuran
masa Ikan, strawberry, jamur

Menunda
pembusukan, Hasil laut dan hasil ternak
membunuh serangga berbahaya
High dose (10-50 Gy)

Sterilisasi

Hasil peternakan, hasil


makanan siap masak

Dekontaminasi

Rempah-rempah

laut,

Bidang Kedokteran
Di bidang kedokteran, radioisotop banyak digunakan sebagai alat diagnosis dan alat terapi berbagai macam
penyakit.
Diagnosa

Radioisotop merupakan bagian yang sangat penting pada proses diagnosis suatu penyakit. Dengan bantuan
peralatan pembentuk citra (imaging devices), dapat dilakukan penelitian proses biologis yang terjadi dalam
tubuh manusia. Dalam penggunaannya untuk diagnosis, suatu dosis kecil radioisotop yang dicampurkan dalam
larutan yang larut dalam cairan tubuh dimasukkan ke dalam tubuh, kemudian aktivitasnya dalam tubuh dapat
dipelajari menggunakan gambar 2 dimensi atau 3 dimensi yang disebut tomografi. Salah satu radioisotop yang
sering digunakan adalah technisium-99m, yang dapat digunakan untuk mempelajari metabolisme jantung, hati,
paru-paru, ginjal, sirkulasi darah dan struktur tulang. Tujuan lain dari penggunaan di bidang diagnosis adalah
untuk analisis biokimia yang disebut radio-immunoassay. Teknik ini dapat digunakan untuk mengukur
konsentrasi hormon, enzim, obat-obatan dan substansi lain dalam darah.
Terapi
Penggunaan radioisotop di bidang pengobatan yang paling banyak adalah untuk pengobatan kanker, karena sel
kanker sangat sensitif terhadap radiasi. Sumber radiasi yang digunakan dapat berupa sumber eksternal, berupa
sumber gamma seperti Co-60, atau sumber internal, yaitu berupa sumber gamma atau beta yang kecil seperti
Iodine-131 yang biasa digunakan untuk penyembuhan kanker kelenjar tiroid.
Sterilisasi Peralatan Kedokteran
Dewasa ini banyak peralatan kedokteran yang disterilkan menggunakan radiasi gamma dari Co-60. Metode
sterilisasi ini lebih ekonomis dan lebih efektif dibandingkan sterilisasi menggunakan uap panas, karena proses
yang digunakan merupakan proses dingin, sehingga dapat digunakan untuk benda-benda yang sensitif terhadap
panas seperti bubuk, obat salep, dan larutan kimia.
Keuntungan lain dari sterilisasi dengan menggunakan radiasi adalah proses sterilisasi dapat dilakukan setelah
benda tersebut dikemas dan masa penyimpanan benda tersebut tidak terbatas sepanjang kemasannya tidak
rusak.

Industri dan Lingkungan


Bidang Hidrologi
Dalam bidang hidrologi, sumber radiasi yang umum digunakan adalah sumber radiasi gamma. Teknik hidrologi
yang menggunakan radioisotop mampu secara akurat melacak dan mengukur ketersediaan air dari suatu sumber
air di bawah tanah. Teknik tersebut memungkinkan untuk melakukan analisis, pengelolaan dan pelestarian
sumber air yang ada dan pencarian sumber air baru. Teknik ini dapat memberikan informasi mengenai asal, usia
dan distribusi, hubungan antara air tanah, air permukaan dan sistem pengisiannya.
Pemanfaatan lainnya adalah sebagai perunut untuk mencari kebocoran pada bendungan dan saluran irigasi,
mempelajari pergerakan air dan lumpur pada daerah pelabuhan dan bendungan, laju alir, serta laju
pengendapan. Selain radiasi gamma, radiasi neutron banyak juga digunakan untuk mengukur kelembaban
permukaan tanah.
Detektor Asap
Detektor yang menggunakan radioaktif biasanya menggunakan ameresium-241 yang merupakan pemancar alfa.
Pada saat tidak ada asap maka partikel alfa akan mengionisasi udara dan menyebabkan terjadinya aliran ion
antara 2 elektroda. Jika asap di dalam ruangan masuk ke dalam detektor, maka asap tersebut dapat menyerap
radiasi alfa sehingga akan menghentikan arus yang selanjutnya akan menghidupkan alarm.
Perunut Lingkungan

Radioisotop dapat digunakan sebagai perunut untuk menganalisis pencemar, baik pencemar udara maupun air.
Teknik ini dapat digunakan untuk menganalisis kontaminasi sulfur dioksida di atmosfir yang dihasilkan dari gas
buang hasil pembakaran bahan bakar fosil, endapan lumpur laut dari limbah industri dan tumpahan minyak.
Perunut Industri
Kemampuan untuk mengukur radioaktvitas dalam jumlah yang sangat kecil telah memungkinkan pemakaian
radioisotop sebagai perunut dengan menambahkan sejumlah kecil radioisotop pada bahan yang digunakan
dalam berbagai proses. Teknik ini memungkinkan untuk mempelajari pencampuran dan laju alir dari berbagai
macam bahan, termasuk cairan, bubuk dan gas. Teknik perunut juga dapat digunakan untuk mendeteksi tempat
terjadinya kebocoran.
Suatu perunut yang dimasukkan ke oli pelumas dapat digunakan untuk menentukan laju keausan dari suatu
mesin. Teknik perunut juga dapat digunakan di berbagai fasilitas untuk mengukur kinerja peralatan dan
meningkatkan efisiensinya.
Alat Pengukur dan Kendali
Peralatan pengukur yang berisi sumber radioaktif secara luas telah digunakan dalam industri yang memerlukan
pengaturan permukaan gas, cairan atau padatan secara akurat. Alat pengukur ini sangat bermanfaat dalam situasi
dimana panas dan tekanan yang ekstrim atau kondisi lingkungan yang korosif mempersulit pelaksanaan
pengukuran.
Pengukur ketebalan yang menggunakan radioisotop digunakan untuk mengukur ketebalan secara kontinu pada
bahan, seperti kertas, plastik, logam, dan gelas, yang dalam proses pengukuran tersebut tidak diperlukan kontak
antara alat pengukur dan bahan yang diukur.
Alat pengukur densitas yang menggunakan radioaktif digunakan pada saat kendali otomatis dari cairan, bubuk
atau padatan sangat diperlukan, misalnya dalam pembuatan sabun detergen dan rokok.
Penggunaan radioisotop pada alat pengukur mempunyai beberapa kelebihan yaitu pengukuran dapat dilakukan
tanpa kontak fisik antara alat pengukur dan bahan yang akan diukur, perawatan yang dibutuhkan relatif mudah,
serta lebih ekonomis dibandingkan metode lainnya.
Radiografi
Radioisotop yang memancarkan radiasi gamma dan pesawat sinar-X dapat digunakan untuk melihat bagian
dalam dari hasil fabrikasi, seperti hasil pengelasan atau hasil pengecoran, untuk melihat apakah produk tersebut
mempunyai cacat atau tidak, dan memeriksa isi dari suatu kemasan/bungkusan tertutup, misalnya pemeriksaan
bagasi di pelabuhan. Pada teknik ini suatu sumber radiasi diletakkan pada jarak tertentu dari bahan yang akan
diperiksa dan film radiografi atau layar pendar (fluoresens) diletakkan pada sisi yang berlawanan dari sumber
radiasi. Dari perbedaan tingkat kehitaman pada film radiografi atau layar pendar, dapat dipelajari struktur atau
cacat yang ada pada benda yang diperiksa.
Penentuan Umur Suatu Benda
Teknik penentuan umur suatu benda yang menggunakan radioisotop disebut Carbon Dating. Prinsip kerja teknik
ini adalah membandingkan konsentrasi unsur karbon yang tidak stabil pada suatu benda dengan benda lainnya.
Teknik ini banyak digunakan oleh para ahli geologi, antropologi dan arkeologi untuk menentukan umur benda
yang mereka temukan.

Daftar Acuan
1. The University of Michigan Health Physics Web Site: What You Need to Know About
Radiation
2. Radiation, People and the Environment, IAEA, Austria, 2004
3. National Atomic Museum Website: The Decision to Drop
4. Stoller-esser Website: About Radiation
5. Pbskids.org Website: X-Ray
6. The UC Berkeley Space Sciences Laboratory Website: Astronomy 10: Lecture 8: Light
7. Universe-Review Website: Electromagnetic Spectrum
8. The Franklin Institute Online Website: Monitoring the Heart
9. Chernobyl-international WebSite: What are the main sequence of events?
10.World Nuclear Association Website: Nuclear Power in the World Today
11.Website Ensiklopedi Teknologi Nuklir BATAN

Anda mungkin juga menyukai