Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas,
partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Ada beberapa
sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya adalah televisi, lampu
penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer, dan lain-lain. Setiap
aktivitas yang kita lakukan atau suatu alat yang kita gunakan membutuhkan energy. Energy
yang ditimbulkan dari sebuah alat mengandung unsur-unsur radiasi.

Selain benda-benda tersebut ada sumber-sumber radiasi yang bersifat unsur alamiah
dan benda di udara, di dalam air atau berada di dalam lapisan bumi. Beberapa di antaranya
adalah Uranium dan Thorium di dalam lapisan bumi; Karbon dan Radon di udara serta
Tritium dan deuterium yang ada di dalam air. Bagi masyarakat awam, kata radiasi selalu
dihubungkan dengan bom atom, kecelakaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN),
limbah radioaktif, serta penyebab timbulnya penyakit kanker. Seringkali mereka tidak dapat
membedakan antara bahaya radiasi akibat kecelakaan tersebut dengan radiasi yang mereka
peroleh dalam kegiatan sehari-hari, misalnya radiasi yang berasal dari pemeriksaan kesehatan
atau radiasi yang berasal dari lingkungan.

Perlu kita sadari bahwa tidak ada satupun aktivitas manusia yang benar-benar aman.
Pemanfaatan radiasi juga mengandung risiko, seperti halnya aktivitas sehari-hari manusia,
misalnya mengendarai mobil, naik tangga atau bahkan mandi. Tidak seorangpun di dunia ini
yang tidak pernah terkena radiasi. Karena itu, amat penting bagi kita untuk mendapatkan
informasi tentang radiasi dan efeknya pada manusia. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan
informasi yang benar dan sesuai dengan fakta tentang radiasi.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan radiasi ?
2. Apa saja jenis-jenis radiasi yang ada dalam kehidupan ?
3. Bagaimana dosis radiasi dan sumber paparan radiasi ?
4. Apa saja yang termasuk dalam sumber radiasi ?

1
5. Bagaimana dampak radiasi terhadap manusia ?
6. Bagaimana cara perlindungan terhadap radiasi ?
7. Bagaimana pengaruh radiasi handphone terhadap kesehatan ?

1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari radiasi.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis radiasi apa saja yang ada dalam kehidupan.
3. Untuk mengetahui bagaimana dosis radiasi dan sumber paparan radiasi.
4. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam sumber radiasi.
5. Untuk mengetahui dampak radiasi terhadap manusia
6. Untuk mengetahui cara perlindungan terhadap radiasi
7. Untuk mengetahui pengaruh radiasi handphone terhadap kesehatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.PENGERTIAN RADIASI

Dalam fisika, radiasi mendeskripsikan setiap proses di mana energi bergerak melalui
media atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain. Orang awam sering
menghubungkan kata radiasi ionisasi (misalnya, sebagaimana terjadi pada senjata nuklir,
reaktor nuklir, dan zat radioaktif), tetapi juga dapat merujuk kepada radiasielektromagnetik
(yaitu, gelombang radio, cahaya inframerah, cahaya tampak, sinar ultraviolet, dan X-ray),
radiasi akustik, atau untuk proses lain yang lebih jelas. Apa yang membuat radiasi adalah
bahwa energi memancarkan (yaitu, bergerak ke luar dalam garis lurus ke segala arah) dari
suatu sumber. geometri ini secara alami mengarah pada sistem pengukuran dan unit fisik
yang sama berlaku untuk semua jenis radiasi. Setiap aktivitas yang kita lakukan atau suatu
alat yang kita gunakan membutuhkan energy. Energy yang ditimbulkan dari sebuah alat
mengandung unsur-unsur radiasi. Beberapa radiasi dapat berbahaya.

2.2.JENIS-JENIS RADIASI

 Berdasarkan massanya
1. Radiasi Korpuskuler (corpuscular radiation)
Radiasi korpuskuler adalah pancaran atom-atom atau partikel sub atom yang
mempunyai kemampuan memindahkan energi geraknya atau energi kenetiknya ke bahan-
bahan yang ditumbuknya. Radiasi korpuskuler (radiasi partikel) adalah radiasi yang memiliki
massa, di antaranya partikel alfa, beta dan netron. Partikel alfa dan beta ini dihasilkan dari
peluruhan zat radioaktif yang terurai menjadi satu atau beberapa partikel lain.
2. Radiasi Elektromagnetik (electromagnetics radiation)
Radiasi elektromagnetik adalah pancaran gelombang yang punya medan listrik dan
magnet yang dapat menyebabkan perubahan struktur dalam atom dari bahan yang dilaluinya.
Jadi radiasi elektromagnetik adalah radiasi yang tidak memiliki massa, terdiri dari gelombang
radio, gelombang mikro, inframerah, gelombang tampak, sinar-X, sinar gamma dan sinar
kosmik.

3
 Berdasarkan muatannya
1. Radiasi Pengion
Radiasi pengion merupakan radiasi yang dapat mengionkan suatu zat atau materi yang
dilalui oleh radiasi tersebut sehingga sangat berbahaya sekali jika sering terkena dari radiasi
ini khususnya didaerah PLTN dan Laboratorium yang menggunakan radiasi. Contoh dari
radiasi pengion adalah sinar-X, sinar gamma, dan lain sebagainya.
2. Radiasi Non-Pengion
Radiasi non-pengion merupakan kebalikan dari radiasi pengion, jenis radiasi ini tidak
dapat mengionkan suatu zat atau materi. Walaupun radiasi ini tidak terlalu berbahaya
bagimanusia namun jika dalam jangka panjang terkena paparan radiasi ini tentu akan
menimbulkan efek bagi kesehatan. Contoh dari radiasi non pengion adalah sinar matahari,
gelombang radio, gelombang mikro dan lain sebagainya.

2.3. DOSIS RADIASI DAN SUMBER PAPARAN RADIASI

2.3.1. DOSIS RADIASI

Pembatasan dosis baru dikenal pada tahun 1928 yaitu sejak dibentuknya organisasi
internasional untuk proteksi radiasi ( International commissionon Radiological Protection –
IRCP ). Menurut rekomendasi IRCP, pekerja radiasi yang di tempat kerjanya terkena radiasi
tidak boleh menerima dosis radiasi lebih dari 50 mSvpertahun dan rata-rata pertahun selama
lima tahun tidak boleh lebih dari 20 mSv. Nilai maksimum ini disebut Nilai Batas Dosis (
NBD).

ICRP mendefinisikan dosis maksimum yang diizinkan diterima seseorang sebagai


dosis yang diterima dalam jangka waktu tertentu atau dosis yang berasal dari penyinaran
intensif seketika yang menurut tingkat pengetahuan sekarang ini memberikan kemungkinan
yang dapat diabaikan tentang terjadinya cacat somatik gawat atau cacat genetik.

Nilai batas dosis (NBD) ditetapkan berdasarkan rekomendasi ICRP No. 60 Tahun
1990. Di Indonesia besarnya NBD diatur dalam buku Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi,
dengan Surat Keputusan Dirjen Batan No. PN 03/160/DJ/89 diperkuat dengan Surat
Keputusan Kepala Bapeten No. 08 tahun 2013 tentang Keselamatan Radiasi Dalam
Penggunaan Pesawat Sinar-x dan Intervensional, NBD yang ditetapkan yaitu:

4
1. Nilai Batas Dosis Untuk Pekerja Radiasi
Penyinaran akibat kerja dari tiap pekerja harus diawasi, sehingga nilai batas seperti
berikut ini tidak dilampaui:
a. Dosis efektif sebesar 20 mSv tiap tahunnya, dirata-ratakan selama 5 tahun berturut-
turut
b. Dosis efektif sebesar 50 mSv untuk satu tahun.
c. Dosis ekivalen pada lensa sebesar 150 mSv dalam satu tahun,dan
d. Dosis ekivalen pada ekstremitas (tangan dan kaki) atau kulit sebesar 500 mSv dalam
satu tahun (nilai batas dosis ekivalen pada kulit dirata-ratakan untuk luas 1 cm2 dari
daerah kulit yang memperoleh penyinaran tertinggi).

Untuk siswa dan magang yang berusia antara 16 sampai 18 tahun yang mengikuti
latihan untuk pekerjaannya yang menggunakan penyinaran radiasi, dan untuk siswa yang
berusia antara 16 sampai 18 tahun yang menggunakan sumber radiasi dalam studinya,
penyinaran radiasi harus diawasi sehingga nilai batas berikut tidak dilampaui:
a. Dosis efektif sebesar 6 mSv dalam satu tahun,
b. Dosis ekivalen pada lensa mata sebesar 50 mSv dalam satu tahun,
c. Dosis ekivalen pada ekstremitas atau kulit sebesar 150 mSv dalam satu tahun.

2. Nilai Batas Dosis Untuk Penyinaran Masyarakat


a. Dosis efektif sebesar 1 mSv dalam satu tahun
b. Dalam keadaan khusus, dosis efektif sampai dengan 5 mSv dalam satu tahun dengan
syarat bahwa dosis rata-rata selama lima tahun berturut-turut tidak lebih dari 1 mSv
dalam satu tahun.
c. Dosis ekivalen pada lensa mata sebesar 15 mSv dalam satu tahun, dan
d. Dosis ekivalen pada kulit sebesar mSv dalam satu tahun.

3. Pembatasan dosis bagi penggembira dan pengunjung pasien


a. Untuk orang dewasa tidak boleh lebih besar daripada 5 mSv selama masa
pemeriksaan diagnosa dan terapi dari seorang pasien.
b. Untuk anak-anak yang mengunjungi pasien yang menelan zat radioaktif (kedokteran
nuklir), tidak boleh lebih besar dari 1 mSv.

Nilai Batas Dosis seperti yang tertera diatas tadi adalah:

5
1. Merupakan jumlah dari dosis radiasi eksterna dan interna, atau salah satu dari keduanya,
yaitu dosis radiasi eksterna saja atau dosis radiasi interna saja;
2. Tidak termasuk penyinaran medik;
3. Tidak termasuk penyinaran radiasi alam.

2.3.2. SUMBER PAPARAN RADIASI

1. Paparan Radiasi Eksterna

Radiasi dari sumber yang terletak di luar tubuh dapat memberikan penyinaran radiasi
secara lokal/parsial atau seluruh tubuh. Pada paparan eksterna ini sinar alfa dan sinar beta
energy rendah (< 65 kev) tidak cukup kuat untuk menembus lapisan kulit sehingga tidak
berbahaya. Sinar beta (> 65 kev), neutron, sinar X dan gamma dapat menembus lapisan kulit
dan dapat meradiasi jaringan dan organ dalam tubuh.

Pada interaksi radiasi neutron dengan materi biologi akan dihasilkan proton, gamma
sehingga transfer energi ke jaringan menjadi bervariasi. Neutron cepat akan mengadakan
tumbukan elastik terutama dengan atom H. Neutron lambat dan thermal akan mengalami
absorpsi oleh atom H dengan reaksi (n,γ) dan oleh atom N dengan reaksi (n,p). Dengan
demikian neutron mempunyai daya rusak lebih besar dari gamma. Beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingkat keparahan kerusakan akibat paparan eksterna, antara lain
adalah jenis radiasi, dosis serap, distribusi penyinaran pada tubuh, distribusi waktu
penyinaran (dosis tunggal atau terbagi/fraksinasi) dan usia.

 Pemantauan perorangan akibat paparan eksterna


Pemantauan terhadap paparan eksterna dilakukan dengan menggunakan dosimeter
fisik dan biologi. Diketahui bahwa dosimeter fisik seperti TLD, film badge, dosimeter saku,
dan lainnya, meskipun sensitif, tetapi kurang otentik karena tidak selalu mencerminkan dosis
radiasi sesungguhnya yang diterima seorang pekerja radiasi.
Kekurangan ini dapat dipenuhi oleh dosimeter biologi sebagai cara untuk
memprediksi dosis yang diterima tubuh berdasarkan pada perubahan yang terjadi pada
sample biologi, seperti sel darah limfosit. Penggunaan tehnik analisis dosis radiasi melalui
pengamatan frekuensi aberasi kromosom yang terbentuk pada sel limfosit darah memerlukan
waktu yang cukup lama (sekitar 3-4 minggu).Sekitar 3-5 ml sampel darah 9 perifer diambil
untuk dikultur dalam media pertumbuhan dan distimulasi untuk melakukan

6
pembelahan/mitosis sehingga kromosomdapat terlihat.Sel limfosit yang berada pada tahap
metaphase diberi pewarnaan untuk dapat diamati di bawah mikroskop.
Pengamatan dilakukan terhadap jumlah aberasi kromosom bentuk disentrik pada
sekitar 500-1000 sel limfosit. Dosis radiasi sebesar 0,2 Gy sudah menimbulkan aberasi
kromosompada sel limfosit. Frekuensi terjadinya kelainan pada kromosom bergantung antara
lain pada besar dosis, energi dan jenis radiasi yang diterima. Penentuan dosis radiasi pengion
yang diterima seseorang dapat ditentukan dengan menggunakan kurva standar aberasi
kromosom sebagai fungsi frekuensi disentrik per sel limfosit.Karena kromosom disentrik
bersifat tidak stabil, maka pemeriksaan dilakukan dalamwaktu tidak lebih dari 30 hari setelah
paparan radiasi.

2. Paparan Radiasi Interna

Manusia berisiko kapan saja terhadap paparan radiasi interna melalui mekanime
kontaminasi radionuklida yang ada di lingkungan.Kontaminasi pada manusia dapat terjadi
secara eksterna atausecara interna dengan bahaya dan efek yang ditimbulkan beraneka ragam.
Kontaminasi eksterna terjadi apabila radionuklida menempel pada bagian luar tubuh,
sedangkan kontaminasiinterna terjadi apabila bahan radionuklida masuk ke dalam tubuh
melalui jalur pernapasan (inhalasi), penelanan (ingesi)atau penyerapan melalui kulit terbuka
maupun kulit yang utuh (untuk H3). Dengan demikian individu yang terkontaminasi eksterna
dapat pula terkontaminasi interna.

Pada paparan interna, radiasi yang palingberbahaya adalah radiasi dengan tingkat
ionisasi tingi pada jaringan tubuh. Ion isasi spesifik(jumlah ion per cm lintasan di udara)
partikel alfa (4 – 7 Mev) sekitar 20.000 – 60.000, sedangkan partikel beta dengan energi 0 –
7Mevhanya sekitar 100 – 400 dan sinar X/γtidak lebih dari 500 pasangan ion per cm. Dengan
demikian pada paparan radiasi interna, partikel alfa adalah yang paling lebih berbahaya.
Semua zat radioaktif yang masuk ke dalamtubuh disebut sebagai pemancar interna.
Radioaktif tersebut secara kontinu meradiasi jaringan tubuh sampai diekskresikan terutama
melalui feses dan urin atau menjadi isotop stabil melalui proses peluruhan.

Radionuklida akan dimetabolisme dan terakumulasi pada organ target dalam tubuh
sesuai dengan sifat kimia dan sifat fisikanya. Seperti yodium terakumulasi dalam kelenjar
tiroid, stronsiumdan radium dalam tulang, plutoniumpada paru, dan cesiumpada jaringan
lunak.Kontaminasi interna dapat terjadi secara akut maupun kronis, langsung maupun tidak
langsung yaitu melalui beberapa perantara pada jalur masuk. Tahapan berlangsungnya

7
kontaminasi interna adalah masuk tubuh melalui jalan masuk, penyerapan ke dalamdarah atau
cairan getah bening, distribusi ke seluruh tubuh dan akumulasi pada organ sasaran,
pengeluaran melalui urin,feses atau keringat.

a. Pola Distribusi Dalam Tubuh


Distribusi radionuklida dalamtubuh antara lain bergantung pada jalur masuk ke
dalamtubuh. Bahan radioaktif dapat masuk saluran pencernaan melalui penelanan atau
melalui inhalasi, yaitu berpindah dari saluran pernapasan ke kerongkongan melalui
mekanisme siliari bronkhus.Tempat absorbsi utama dalam saluran pencernaan adalah usus
halus. Radionuklida yang sudah masuk tubuh selanjutnya akan berdifusi ke dalam cairan
ekstraseluler. Setelah mengalami proses yang kompleks, radionuklida akan terdistribusi ke
seluruh bagian tubuh yang sebagian akan mengendapdalam satu atau lebih organ atau
jaringan target dan sebagian akan dikeluarkan secara alamiah dari tubuh melalui urin, feses
dan keringat.
Radionuklida yang masuk ke saluran pernapasan berupa gas, cairan atau partikel
aerosol.Bahan larut denganukuran partikel < 5 μm, dapat di translokasi ke darah kemudian ke
organ target.Bahan tak larut dengan ukuran partikel kecil, terdeposisi pada parenkhim paru.
Bahan tak larut dengan ukuran partikel besar, deposisi terjadi pada bronkhus yang akan 12
dilepaskan secara alamiah. Gerakan siliari memindahkan partikel ke kerongkongan dan
kemudian tertelan ke saluran pencernaan.Contohradionuklida yang bersifat mudah larut dan
masuk melalui inhalasi adalah 131I, 90Sr dan 137Cs, sedangkan radionuklida yang bersifat
tidak larut misalnya 239Pu.
Sumsumtulang dan selaput dalam serta luar tulang merupakan bagian tulang yang
peka terhadap paparan radiasi interna.Efek stokastik berupa kanker pada sel epitel selaput
tulang. Kasus ini banyak terjadi pada pekerjadi pabrik jam yang menggunakan radiumsulfat
sebagai bahan untuk membuat angka pada jam menjadi bersinar atau berpendar.Radiumyang
masuk tubuh secara ingesi, sekitar 80%akan dikeluarkan segera melalui feses dan sisanya
masuk ke dalamaliran darah untuk dibawa ke seluruh tubuh. Sedangkan radiumyang
terinhalasi akan tetap di dalam organ paru untuk beberapa bulan dan secara bertahap masuk
ke pembuluh darah dan dibawa ke seluruh tubuh yang akhirnyaakan terdeposit dalamtulang
dan gigi. Jumlah yang menetap dalamtulang akan menurun bersama dengan bertambahnya
waktu, umumnya di bawah 10 % dalambeberapa bulan pertama dan hanya 1%
dalambeberapa tahun kemudian. Pelepasan dari tulang sangat lambat sehingga dapat
dikatakan radiumakan menetap selamanya dalamtulang.

8
b. Biomarker Pajanan Radiasi Interna
Sebagian besar biomarker kerusakan jaringan mempunyai kegunaan yang terbatas
untuk materi radioaktif yang terdeposisi dalamtubuh karena distribusi dosis radiasi yang tidak
homogen dan jaringan/organ target radionuklida tidak mudah disampel sehingga perlu
dikarakteristik dengan cairan biologis yang ada untuk keperluan evaluasi. Ini khususnya
terjadi untuk radionukklida pemancar alfa yang lintasannya dalam jaringan hanya beberapa
puluh micrometer.
c. Pengukuran Kontaminasi Eksterna Dan Interna
Individu yang bekerja dengan sumber radiasi terbuka berpotensi
mengalamikontaminasi eksterna dan juga interna pada tubuh. Kontaminasi eksterna terjadi
ketika bahan radioaktif menempel pada permukaan tubuh,umumnya kulit. Keadaan ini
berpotensi menjadi kontaminasi interna bila kontaminasi terjadi pada kulit yang terluka yang
memungkinkan radionuklida masuk kedalamtubuh.Pemantauan personal kontaminasi interna
dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.Pemantauansecara langsung pada seluruh
tubuh dilakukan dengan WBC, ataupun pada organ tertentu seperti kelenjar tiroid dengan in
vivo thyroid counting, pada paru dan lainnya dengan peralatan yang sesuai.Sedangkan
pemantauan tidak langsung dilakukan dengan pengukuran bioassay melaluianalisa ekskresi
harian sampel biologi seperti15 urin dan feses.
Pengukuran dengan cara ini membutuhkan sampel yang cukup banyak yang
dikumpulkan selama 24 jam untuk urin dan sekitar 3 - 4 hari untuk feses. Selain itu pada
kasus tertentu dapat digunakan sampel darah, udara ekshalasi, apusan pada rongga hidung,
rambut, gigi atau lainnya. Pemilihan sampel bioassay tidak hanya bergantung pada jalur
utama ekskresi kontaminan, tetapi juga pada faktor lain seperti kemudahan pengambilan
sampel, analisis dan interpretasi data yang diperoleh. Setelah radionuklida masuk ke
dalamdarah dan sistem sirkulasi, pengeluarannya dari tubuh umumnyamelalui urin.Ekskresi
urin bergantung pada pengalihan radionuklida ke darah dan fungsi ginjal.Sample urin selain
mudah diperoleh dan dianalisa, juga memberikan informasi bentuk kimia kontaminan yang
segera ditransfer ke dalam darah.
Masukan radionuklida dalam bentuk yang tidak larut sering hanya bergantung pada
analisis sample feses. Aktivitas pada feses merupakan bagian kontaminan yang tidak diserap
dari bahan zat yang berasal dari nasofaring atau sistem trakeo bronkhial, ditambah bahan
yang dicerna, dan bahan yang dibuang dari tubuh melalui empedeu dan sistempencernaan.
Nisbah ekskresi urin terhadap feses dengan demikian berkaitan dengan cara paparan dan

9
kelarutan suatu bahan. Setelahinhalasi,fraksi yang tidak larut dan bertahan di paru lebih
terlihat pada pembuangan feses dibandingkan pada ekskresi urin. Aktivitas yang sangat
rendah pada urin tidak mengesam pingkan adanya pengendapan diparu. Sejumlah besar fraksi
dari masukan radionuklida yang tidak diserap dan akan dikeluarkan melalui feses dalam
waktu beberapa hari pertama, bahkan ketika masukan awal secara inhalasi.
d. Dekontaminasi Radionuklida Dari Tubuh
Prosedur utama dalam penanganan kontaminasi adalah dekontaminasi radionuklida
yang merupakan metode pelepasan dan/atau pengeluaran radionuklida dari tubuh sebanyak
mungkin dengan cepat untuk 16 memperkecil efek biologi yang akan timbul. Dekontaminasi
dilakukanbaik pada kontaminasi eksterna maupun kontaminasi interna.Dekontaminasi
eksterna pada kulit harus dilakukan secara tepat dan tidak kasar untuk meminimalkan
penyerapan dan membuat pencacahan radionuklida pada kasus kontaminasi interna menjadi
lebih akurat.Pembersihan bahan radioaktif pada permukaan kulit dilakukan dengan pencucian
hanya bagian yang terkontaminasi.
Bila terjadi kontaminasi interna, bahan radioaktif, perkiraan dosis, determinasi
toksisitas, dan metodetindakan sangat bergantung pada berbagai faktor, seperti identitas
radionuklida dan karakteristik fisik dan kimianya.Hal pentingyang harus dilakukan dalam
pemilihan teknik dekontaminasi dan obat yang sesuai terhadap kontaminan.Pertimbangan
teknik dekontaminasi meliputi mereduksi penyerapan isotop ke dalam saluran pencernaan,
memblok pengambilan oleh organ target, pengenceran, merubah sifat kima material dan
menggunakan teknik khelat. Metoda dekontaminasi interna ini dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Pembersihan saluran pencernaan

Pencucian perut memperpendek waktu tinggal dalam saluran pencernaan,sehingga


menurunkan penyerapan dan paparan radiasi pada dinding usus dan jaringan
terdekat.Pengosongan lambung dapat dilakukan dengan nasogastric tubebilajumlah materi
radioaktif relatif besar atau dengan obatmuntah.

2. Senyawa Pemblok (Blocking Agent)

Senyawa yang mudah diserap ini membuat jenuh materi radioaktif sehingga
menurunkan jumlah radionuklida yang diserap.Sebagai contoh, masuknya radioiodin dimana
keseimbangan antara 131I dengan cairan tubuh tercapai dalam30 menit dan hampir 30%
masuk ke dalamtiroid. Pemberian iodin stabil yang berupa tablet KI dapat menurunkan 17

10
penyerapan sekitar 90% dan 50% oleh tiroid jika masing-masing diberikan < 2 jamdan < 3
jam setelah masukan.

3. Teknik Pengenceran

Pengencerkan radionuklida dilakukan dengan pemberian sejumlah besar isotop


stabilnya yang dapat lebih cepat dan lebih mudah diserap tubuh. Sebagai contoh, pengenceran
tritium dengan air 3-10L/hari selama satu minggu dapat menurunkan waktu paro efektif
tritium dalam tubuh lebih dari 50%. Teknik pengenceran dapat pula sebagai terapi
penggantian, dimana unsur non radioaktif dengan nomor atom berbeda digunakan untuk
bersaing dengan radionuklida itu.Seperti penggunaan kalsium atau phospat untuk bersaing
dengan radiostronsium, dan iodine stabil dengan radiotechnisium.

4. Senyawa Pembentuk Chelat (Chelating Agent)

Senyawa ini digunakansecara rutin dalam tindakan medis terhadap logam berat
beracun dan bahan radioaktif.Senyawa kompleks yang terbentuk dikeluarkan melalui urin,
dengan demikian ginjal menjadi organ target yang menerima paparan radiasi dengan dosis
cukup tinggi.Senyawa pembentuk chelat tidak dapat digunakan untuk uranium karena ginjal
adalah organ target uraniumyang dapat mengakibatkan keracunan.

5. Pembersihan Paru

Teknik ini bertujuan untuk menghilangkan bahan tidak larut dari paru dan
menurunkan dosis radiasi pada paru sampai 25-50%.Materi radioaktif yang larut dapat
tinggal dalamparu untuk waktu yang lama sehingga meningkatkan paparan
radiasi.Pembersihan paru hanya dilakukan jika ukuran partikel dan distribusi partikel bahan
yang terhisap telah diketahui.

2.4. SUMBER RADIASI

Sumber radiasi dapat dibedakan berdasarkan asalnya yaitu sumber radiasi alam yang
sudah ada di alam ini sejak terbentuknya, dan sumber radiasi buatan yang sengaja dibuat oleh
manusia. Radiasi yang dipancarkan oleh sumber radiasi alam disebut radiasi latar belakang
(radiasi latar). Pada bab ini akan dibahas beberapa macam sumber radiasi alam dan prinsip
kerja secara umum dari beberapa sumber radiasi buatan.

A. Sumber Radiasi Alam

11
Setiap hari manusia terkena radiasi dari alam dan radiasi dari alam ini merupakan
bagian terbesar yang diterima oleh manusia yang tidak bekerja di tempat yang menggunakan
radioaktif atau yang tidak menerima radiasi berkaitan dengan kedokteran atau kesehatan.
Radiasi latar belakang yang diterima oleh seseorang dapat berasal dari tiga sumber utama,
berikut:

1. Sumber Radiasi Kosmik

Radiasi kosmik berasal dari angkasa luar, sebagian berasal dari ruang antar bintang
dan matahari. Radiasi kosmik ini terdiri dari partikel dan sinar yang berenergi tinggi (1017
eV) dan berinteraksi dengan inti atom stabil di atmosfir membentuk inti radioaktif seperti C-
14, Be-7, Na-22 dan H-3. Radionuklida yang terjadi karena interaksi dengan radiasi kosmik
ini disebut radionuklida cosmogenik. Atmosfir bumi dapat mengurangi radiasi kosmik yang
diterima oleh manusia. Tingkat radiasi dari sumber kosmik ini bergantung kepada 40
ketinggian, yaitu radiasi yang diterima akan semakin besar apabila posisinya semakin tinggi.
Tinggi radiasi yang diterima seseorang juga bergantung pada garis lintangnya di bumi, karena
radiasi kosmik ini dipengaruhi oleh medan magnet bumi. Karena medan magnet bumi di
daerah kutub lebih kuat, maka radiasi yang diterima di kutub lebih kecil daripada di daerah
katulistiwa.

2. Sumber Radiasi Terestrial

Radiasi terestrial secara natural dipancarkan oleh radionuklida didalam kerak bumi,
dan radiasi ini dipancarkan oleh radionulida yang disebut primordial dengan waktu paro
berorde milyar (109 ) tahun. Radionuklida ini ada sejak terbentuknya bumi. Radionuklida
yang ada dalam kerak bumi terutama adalah deret Uranium, yaitu peluruhan berantai mulai
dari U-238 sampai dengan Pb-206 stabil; deret Aktinium, yaitu mulai dari U- 235 sampai
dengan Pb-207; dan deret Thorium, mulai dari Th-232 sampai dengan Pb-208. Dalam setiap
proses peluruhan berantai di atas dipancarkan berbagai jenis energi (α, β dan γ) dengan
berbagai tingkatan energi. Radiasi terestrial terbesar yang diterima manusia berasal dari
Radon (Ra- 222) dan Thoron (Ra-220) karena dua radionuklida ini berbentuk gas sehingga
bisa menyebar ke mana-mana. Tingkat radiasi yang diterima seseorang dari radiasi terestrial
ini berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain bergantung kepada konsentrasi sumber
radiasi di dalam kerak bumi. Ada beberapa tempat di bumi ini yang memiliki tingkat radiasi
di atas rata-rata seperti Pocos de Caldas dan Guarapari (Brazil), Kerala dan Tamil Nadu
(India) dan Ramsar (Iran).

12
3. Sumber Radiasi di dalam Tubuh

Sumber radiasi alam lain adalah radionuklida yang ada di dalam tubuh manusia.
Sumber radiasi ini berada di dalam tubuh manusia sejak dilahirkan atau masuk ke dalam
tubuh manusia melalui makanan, minuman, pernafasan, atau luka. Radiasi internal ini
terutama diterima dari radionuklida C-14, H-3, K-40, Radon. Selain itu masih ada sumber
lain seperti Pb-210 dan Po-210 yang banyak berasal dari ikan dan kerang-kerangan. Buah-
buahan biasanya mengandung unsur K-40.

B. Radiasi Buatan

Radiasi buatan adalah radiasi yang dibuat oleh manusia yang mulai ada sejak tahun
1895, manakala ahli fisika Jerman yang bernama Wilhelm Conraad Rontgen berhasil
membuat pesawat sinar-X. Sumber radiasi buatan meliputi: reaktror nuklir, akselerator,
irradiator, pesawat rontgen, radioisotop atau isotop radioaktif. Dalam bidang kedokteran,
radiasi buatan digunakan sebagai alat pemeriksaan (diagnosis) maupun penyembuhan
(terapi). Salah satu alat diagnosis yang paling banyak dikenal adalah pesawat rontgen
(Wardhana, 2008). Radiaktivitas buatan dipancarkan oleh radioisotop yang sengaja dibuat
manusia, dan berbagai jenis radionuklida yang dibuat sesuaai dengan penggunannya yaitu:

a) Radioaktivitas yang berhubungan dengan pembangkit listrik tenaga nuklir.


Energi yang dihasilkan oleh peluruhan dapat digunakan sebagai pembangkit tenaga
listrik tenaga nuklir. Dalam instalasi pembangkit listrik tenaga nuklir, faktor keselamatan
radiasi menjadi prioritas utama, dan dengan berkembangnya teknologi pembangkit
tenaga nuklir.
b) Radioaktivitas akibat percobaan tenaga nuklir
Radioaktivitas yang diakibatkan percobaan senjata nuklir disebut fall out. Tingkat
radioaktivitas dari fall out yang paling tinggi terjadi pada tahun 1963 karena pada tahun
1962 Amerika Serikat dan Uni Soviet mengkahiri percobaan senjata nuklir di udara.
Kemudian setelah ini jumlahnya terus menurun.
c) Radioaktivitas dalam kedokteran
Radioaktivitas yang berasal dari radioisotop dalam bidang kedokteran digunakan
misalnya untuk mendiagnosis, terapi, dan sterilisasi alat kedokteran.
d) Radioaktivitas dalam rekayasa teknologi
Penggunaan radiasi dalam bidang pengukuran, analisis struktur materi, pengembangan
bahan-bahan baru, dan sebagai sumber energi.

13
e) Radioaktivitas dalam bidang pertanian
Penggunaanya dalam bidang bioteknologi, pembasmian serangga atau bahan pangan,
dan teknologi pelestarian lingkungan.

1. Pesawat Rontgen/Pesawat Sinar-X

Pesawat Rontgen atau pesawat sinar-X adalah piranti yang menghasilkan radiasi
sinar-X yang intensitasnya bisa diatur sesuai kebutuhan. Sinar-X merupakan pancaran
gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya dan sinar
ultraviolet tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek. Sinar-x bersifat heterogen,
panjang gelombangnya bervariasi dan tidak terlihat (Rasad, 2006).
Dosis radiasi yang terima dari rontgen merupakan dosis tunggal (sekaligus terbesar
diterima dari dosis buatan manusia). Dalam sekali penyinaran sinar-X ke dada, seseorang
dapat menerima dosis radiasi total sejumlah 35-95 hari jumlah radiasi yang diterima dari
alam. Penyinaran sinar-X untuk pemeriksaan gigi memberikan dosis total sejumlah kira-kira
3 hari jumlah radiasi yang diterima dari alam. Penyinaran radiasi untuk penyembuhan kanker
nilai dosisnya kira-kira ribuan kali dari yang diterima dari alam.
Panjang gelombang sinar-X pada umumnya lebih kecil dari 10-6 cm, sedangkan
panjang gelombang radiasi Gamma lebih kecil lagi, sehingga pada umumnya radiasi Gamma
mempunyai energi yang lebih dibandingkan dengan energi sinar-X. Alat ini sudah lama
dikenal orang terutama dipakai di rumah sakitrumah sakit.

 Proses terjadinya sinar-X.


Proses terjadinya sinar-X Urutan proses terjadinya sinar-X adalah sebagai berikut:
1. Katoda (filamen)dipanaskan (lebih dari 200000C) sampai menyala dengan mengalirkan
listrik yang berasal dari tranformator tegangan tinggi.
2. Akibat panas, elektron-elektron dari katoda (filamen) terlepas
3. Sewaktu dihubungkan dengan tranformator teganggan tinggi, elektronelektron akan
dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan ke alat pemusat.
4. Filamen dibuat relatif negatif terhadap sasaran (target) dengan memilih potensial tinggi.
5. Awan-awan elektron mendadak dihentikan pada sasaran (target) sehingga terbentuk panas
(>99%) dan sinar-X.
6. Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar-X dari tabung sehingga sinar-X
yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela.

14
7. Panas yang tinggi pada sasaran (target) akibat benturan elektron ditiadakan oleh radiator
pendingin (Rasad, 2006).

2.5. DAMPAK RADIASI TERHADAP MANUSIA

Dilihat dari interaksi biologi maka secara biologis dampak radiasi dapat dibedakan
atas beberapa efek, yaitu:

1. Berdasarkan jenis sel yang terkena paparan radiasi


Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetik dan sel somatik. Sel genetik adalah
sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel somatik adalah sel-sel
lainnya yang ada dalam tubuh. Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas:
a. Efek Genetik (non-somatik) atau efek pewarisan adalah efek yang dirasakan oleh
keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi.
b. Efek Somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi.
Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi
sehingga dapat dibedakan atas:
1) Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu
dalam waktu singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi
(rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah
sel darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan pasca
iradiasi.
2) Efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu yang lama
(bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan kanker.
2. Berdasarkan dosis radiasi
Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi
dibedakan atas efek stokastik dan efek deterministik (non-stokastik).
a. Efek Stokastik
Efek Stokastik adalah efek yang penyebab timbulnya merupakan fungsi dosis radiasi
dan diperkirakan tidak mengenal dosis ambang. Efek ini terjadi sebagai akibat paparan
radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sel. Radiasi serendah
apapun selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada sistem
biologik, baik pada tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula
tidak membunuh sel tetapi mengubah sel, sel yang mengalami modifikasi atau sel yang
berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha

15
untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses modifikasi atau transformasi
sel ini disebut efek stokastik yang terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada
dosis ambang dan baru akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis
paparan, semakin besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat
keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami
perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan
kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah
sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah
dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan
berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker.
Adapun ciri-ciri efek stokastik, yaitu:
1. Tidak mengenal dosis ambang.
2. Timbul setelah melalui masa tenang yang lama.
3. Keparahannya tidak bergantung pada dosis radiasi.
4. Tidak ada penyembuhan spontan.
Efek ini meliputi : kanker, leukemia (efek somatik), dan penyakit keturunan (efek
genetik).

b. Efek Deterministik (non-stokastik)


Efek Deterministik (non-stokastik) adalah efek yang kualitas keparahannya bervariasi
menurut dosis dan hanya timbul bila dosis ambang dilampaui. Efek ini terjadi karena
adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang
terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada seluruh
tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas dosis
ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi.
Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih
besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih
rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan
demikian adalah nol. Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini
menjadi 100%.
Adapun ciri-ciri efek non-stokastik, yaitu:
1) Mempunyai dosis ambang.
2) Umumnya timbul beberapa saat setelah radiasi.
3) Adanya penyembuhan spontan (tergantung keparahan).

16
4) Tingkat keparahan tergantung terhadap dosis radiasi.
Efek ini meliputi : luka bakar, sterilitas / kemandulan, katarak (efek somatik)

2.6. PERLINDUNGAN TERHADAP RADIASI

Proteksi radiasi adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk melakukan
perlindungan terhadap radiasi, mengingat radiasi dapat membahayakan kesehatan.
Perlindungan dari radiasi dapat dilakukan dengan pengawasan, baik melalui peraturan yang
berkaitan dengan radiasi dan bahan-bahan radioaktif maupun dengan dibentuknya badan
pengawas yang bertanggung jawab. Di Indonesia badan tersebut adalah Badan Pengawas
Tenaga Nuklir (Bapeten) dan di tingkat Internasional adalah International Commission on
Radiological Protection (ICRP). Badan-badan ini mengatur pembatasan dosis radiasi dengan
3 azas yaitu: azas justifikasi, azas optimasi, dan azas limitasi.

1. Azas Justifikasi

Azas justifikasi adalah suatu kegiatan tidak akan dilakukan kecuali mempunyai
keuntungan yang lebih dibandingkan dengan risikonya. Pengaruh prinsip ini adalah
pemilihan secara tepat pasien seperti apa yang memerlukan pemeriksaannya. Contohnya
untuk pemeriksaan penunjang karies dan periodontitis lokal cukup dilakukan radiografi
perapikal, sedangkan untuk pemeriksaan TMJ awal maupun penyakit periodontal yang
sifatnya generalized dapat menggunakan radiografi panoramik.

2. Azas Optimasi

Azas optimasi adalah paparan radiasi diusahakan pada tingkat serendah mungkin yang
bisa dicapai dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Optimasi meliputi
pemilihan alat, pemilihan teknik, pengoperasian alat, pemrosesan dan pembacaan gambaran
radiografi. Contoh penerapan prinsip optimasi adalah dengan mengatur jarak cone beam ke
kulit, semakin jauh jaraknya maka dosis yang diterima dapat semakin berkurang (30-45%).
Penerapan prinsip optimasi juga dapat dilakukan dengan pemakaian apron timbal (Pb) yang
dilengkapi thyroid collar, karena kelenjar thyroid adalah struktur yang bersifat radiosensitif.

3. Azas Limitasi

17
Azas litimasi adalah dosis perorangan tidak boleh melebihi batas yang
direkomendasikan oleh ICRP. Rekomendasi ini menyatakan bahwa dinding harus memiliki
kepadatan atau ketebalan cukup agar mampu melindungi individu non pekerja dari paparan
radiasi (misalnya, masyarakat yang bekerja atau tinggal dekat dengan fasilitas radiografi).
Batas paparan tidak lebih besar dari 100 mGy per minggu.
Proteksi radiasi dibagi dalam dua golongan yaitu proteksi terhadap pegawai dan
proteksi terhadap masyarakat umum. Proteksi radiasi terhadap pegawai lebih mudah karena
pada saat penyinaran berada di luar ruangan, hanya pada voltase rendah berada di dalam
ruangan, tetapi harus memakai lead apron dan berdiri di belakang arah sinar. Bekerja di
daerah radiasi harus punya sistem proteksi yang memadai karena manusia tidak mempunyai
sensor biologis terhadap radiasi dan diperlukan disiplin yang tinggi. Instrumen proteksi
radiasi berfungsi memantau daerah radiasi, mengukur laju dosis radiasi serta jumlah dosis
yang diterima oleh pekerja dan memberikan tanda peringatan dini (warning system) bila
terjadi ketidaknormalan.
Pada pesawat modern telah dilengkapi dengan protektor radiasi sehingga pegawai
dapat terlindungi, akan tetapi pengukuran radiasi di sekitar ruangan harus tetap dilakukan
agar dosis rate di tempat tersebut dapat diketahui dan semua pegawai harus memakai
filmbadge untuk mengetahui jumlah dosis yang diterima. Untuk pemakaian jarum atau tabung
radium tidak boleh dipegang dengan tangan, tetapi harus menggunakan peralatan khusus.
Proteksi terhadap masyarakat umum contohnya pada penderita untuk tujuan diagnostik
maupun terapi, suatu dosis tertentu harus diberikan akan tetapi jaringan sehat yang berada
disekitarnya harus dilindungi sebaik-baiknya. Misalnya penyakit di sekitar orbita mata, maka
mata harus dilindungi dengan pelindung mata yang terbuat dari timah hitam (lead eye shield)
untuk mengindari kerusakan pada mata atau terjadinya katarak akibat radiasi.
Berbagai cara dilakukan untuk melindungi seseorang terhadap efek negatif radiasi
diantaranya:
1. Pembatasan Dosis
Pekerja radiasi tidak boleh berumur kurang dari 18 tahun dan wanita menyusui tidak
diijinkan bekerja di daerah yang berkontaminasi tinggi. Misalkan, Nilai Batas Dosis (NBD)
untuk penyinaran seluruh tubuh adalah 5000 mrem per tahun. NBD untuk masyarakat umum
(seluruh tubuh) adalah 500 mrem dalam setahun.
2. Pembagian Daerah Kerja
Daerah kerja dibedakan menjadi:

18
a. Daerah pengawasan, yaitu daerah yang memungkinkan seseorang menerima dosis
radiasi kurang dari 1500 mrem dalam satu tahun dan bebas kontaminasi.
b. Daerah pengendalian,yaitu daerah yang memungkinkan seseorang menerima dosis
radiasi 1500 mrem atau lebih dalam setahun.
3. Klasifikasi Pekerja Radiasi
Untuk pembatasan penyinaran dan monitoring, maka pekerja radiasi di golongkan
menjadi dua, yaitu: kategori A, untuk mereka yang dapat menerima dosis sama dengan atau
lebih dari 1500 mrem per tahun, dan kategori B, yaitu mereka yang mungkin menerima dosis
lebih kecil dari 1500 mrem per tahun.
4. Pemeriksaan dan Pengujian Perlengakapan
Pemeriksaan dan pengujian perlengakapan proteksi radiasi dan alat ukur radiasi.
5. Pengendalian Bahaya Radiasi
1) Pembatasan waktu kerja→ (bekerja sesingkat mungkin: Dosis = laju dosis x waktu)
sedapat mungkin diupayakan untuk tidak terlalu lama berada didekat sumber radiasi
untuk mencegah terjadinya paparan radiasi yang besar, untuk itu pekerja radiasi
diberlakukan pengaturan waktu bekerja didaerah radiasi.
2) Pengendalian jarak kerja→ (bekerja sejauh mungkin, laju dosis x jarak2 = konstan)
dari sumber radiasi, untuk mencegah terjadi paparan tersebut maka harus menjaga
jarak yang jauh dari tingkat yang aman dari sumber radiasi. Penggunaan penahan
radiasi (sehelai kertas untuk radiasi alfa, alumunium atau plexiglass untuk radiasi
beta, dan timbal untuk radiasi gamma dan sinar X).
3) Tempatkan sumber radiasi secara benar, misalnya: ruang isolasi
4) Lindungi petugas operator dengan APD

2.7. PENGARUH RADIASI HANDPHONE TERHADAP KESEHATAN MANUSIA

Sebagian orang mengalami apa yang disebut sebagai electrical hypersensitivity, yang
merupakan gejala hipersensitif akibat pengaruh radiasi medan elektromagnetik, ditandai
dengan sekumpulan gejala neurologis dan kepekaan (sensitivitas) terhadap medan
elektromagnetik.

Dalam penelitian Anies (2004), sebagian besar penduduk yang mengalami electrical
sensitivity, berupa kombinasi gangguan yang terdiri atas tiga gejala, yang dikenal sebagai
“Trias Anies”, yaitu: sakit kepala (headache), pening (dizzines), dan keletihan menahun
(chronic fatigue syndrome). Kalau terlalu lama ditempelkan pada telinga, berikut antenanya

19
yang menyentuh kepala, handphone bisa membuat orang mengalami nyeri kepala dan
pening, karena pembuluh darah di lehernya menyempit sampai meningkatkan tekanan darah.
Dalam penelitian di Jerman, ditemukan bahwa pemaparan selama 35 menit meningkatkan
tekanan darah sampai 5 – 10 mmHg, kalau handphone terus-menerus dipakai mengobrol dan
menempel pada telinga.

1. Vertigo
Vertigo adalah gejala yang dialami oleh individu yang merasa sekelilingnya
berputar. Ada yang menyebutnya sebagai “halusinasi gerakan” atau “ilusi bergerak”.
Individu yang bersangkutan merasakan adanya sensasi berputar-putar yang disertai
dengan rasa mual, muntah, telinga berdenging, sakit kepala, dan kelelahan. Kondisi yang
terkadang menimbulkan vertigo diantaranya pengerasan pembuluh darah
(arteriosclerosis), gangguan pada pembuluh otak, kafein, nikotin, dan alkohol. Namun,
menurut teori terbaru entang melatonin, melatonin yang rendah dapat menimbulkan
gejala ini. Salah satu penghambat produksi hormon melatonin adalah radiasi
elektromagnetik, termasuk berasal dari ponsel.
2. Keletihan Menahun (Chronic Fatigue Syndrome)
Tanda awal gangguan ini berupa keletihan yang kuat, terjadi secara tiba-tiba dan
selalu berulang. Pada umumnya penderita mula-mula menderita bronkhitis, pilik,
hepatitis, atau stres emosional. Namun, sebagian orang yang hipersensitif terhadap
radiasi ektromagnetik akan mengalaminya. Radiasi medan elektromagnetik akan
menimbulkan penurunan produksi hormon melatonin.
3. Insomnia
Insomnia adalah persepsi tentang kurangnya kualitas dan kuantitas tidur, dengan
akibat yang terkait pada siang hari. Keluhan yang dikemukakan, yaitu sulit memulai
tidur, sering terbangun dari tidur, sulit tidur lagi setelah terbangun malam hari, dan cepat
bangun di pagi hari. Sesuai definisinya, gejala tersebut berhubungan dengan gangguan di
siang hari, misalnya keletihan, konsentrasi maupun memori terganggu, dan sebagainya.
Namun, hormon melatonin yang turun, antara lain karena rangsangan sinar yang terang
serta radiasi elektromagnetik ponsel, juga dapat menimbulkan gangguan ini.
Diagnosis lain tentang penyebab insomnia mencakup gangguan neuropsikiatri
seperti depresi, ansietas, demensia, juga penyalahgunaan obat, maupun gangguan irama
sirkadian. Salah satu penyebab gangguan irama sirkadian yang menyebabkan orang
sukar tidur adalah radiasi elektromagnetik. Irama sirkadian yang terganggu menyebabkan

20
terganggunya irama bangun dan tidurnya seseorang. Jika hal tersebut terjadi, maka orang
yang bersangkutan akan mengantuk dan tidur siang hari, sedangkan di malam hari ia
justru akan terbangun dan sulit untuk tidur.
4. Leukimia
Leukemia dapat menyerang pria dan wanita, tetapi angka kejadian leukemia pada
umumnya menyerang lebih banyak pria daripada wanita. Faktor keturunan dan
lingkungan berperan dalam terjadinya leukemia. Faktor-faktor lingkungan berupa kontak
dengan radiasi. Radiasi di sini terutama berupa radiasi pegion, meskipun untuk kondisi
tertentu juga berasal dari radiasi nonpegion.
5. Merusak Janin
Radiasi handphone dapat memengaruhi lapisan pelindung yang mengelilingi
neuron otak pada janin. Selain itu, anak yang terlahir dari ibu hamil yang terekspos
handphone sebelum melahirkan mungkin dapat mengalami gangguan perilaku seperti
sulit bergaul, hiperaktif, dan menjadi anak yang tidak peka. Untuk berjaga-jaga,
dianjurkan untuk menggunakan hands-free ketika menerima telepon dan jangan
meletakkannya pada perut.
6. Gangguan Seksual
Menelepon menggunakan hands-free mungkin bisa berdampak pada kesuburan
pria. Pria yang menggunakan hands-free saat menelepon cenderung menaruh handphone
pada saku celana atau menyelipkannya pada ikat pinggang. Karena letaknya yang
berdekatan dengan organ intim, kemungkinan radiasi yang dikeluarkan handphone dapat
memengaruhi sperma. Sperma yang terekspos radiasi mungkin dapat mengalami
kerusakan, kemampuan bergerak lebih rendah, daya tahan hidup sperma sebentar, dan
stres oksidatif.
7. Alzheimer
Menggunakan ponsel berjam jam setiap hari berpotensi terapapar radiasi
langsung yang masuk lewat rongga telinga dan menyebar kejaringan otak paling dalam
yang dapat menyebabkan seseorang menjadi sering lupa, Linglung, Kebingunagn dan
daya ingat menjadi berkurang. Jika kondisi ini terus menerus terjadi maka akan terserang
penyakit alzheimer.

21
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

1. Radiasi dideskripsikan sebagai setiap proses di mana energi bergerak melalui media atau
melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain. Radiasi terbuat dari energi yang
dipancarkan dari suatu sumber.

2. Radiasi terdiri dari 3 jenis. Pertama, berdasarkan massanya terdapat radiasi korpuskuler
dan elektromagnetik. Kedua, berdasarkan muatannya yaitu radiasi pengion dan non-pengion.
Ketiga yaitu radiasi berdasarkan struktur atomnya terdiri dari radiasi alpha, radiasi beta,
radiasi gamma, radiasi elektron orbital, radiasi isomerik, radiasi internal, dan radiasi neutron.

3. Pembatasan dosis ditetapkan oleh organisasi internasional untuk proteksi radiasi


( International commission on RadiologicalProtection – IRCP ) yang kemudian dikenal
dengan nilai batas dosis (NBD). Untuk di Indonesia, NBD NBD diatur dalam buku
Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi, dengan Surat Keputusan Dirjen Batan No. PN
03/160/DJ/89 diperkuat dengan Surat Keputusan Kepala Bapeten No. 08 tahun 2013. Nilai
batas dosis sudah diatur bagi pekerja radiasi, penyinaran masyarakat, dan penggembira dan
pengunjung pasien. Sementara, paparan sumber radiasi bisa berasal dari paparan radiasi
eksterna dan interna.

4. Radiasi berasal dari dua sumber yaitu sumber alami dan sumber buatan. Sumber alami
radiasi yaitu sumber radiasi kosmik, terestrial, dan sumber radiasi dalam tubuh. Sedanglam
sumber buatannya yaitu pesawat sinar-x.

5. Penggunaan radiasi dalam kehidupan tentu membawa dampak untuk manusia. Dampak
atau efek yang dihasilkan bisa dilihat berdasarkan jenis sel yang terpapar radiasi dan
berdasarkan dosis radiasi.

6. Perlindungan radiasi dapat dilakukan dengan pengawasan, baik melalui peraturan yang
berkaitan dengan radiasi dan bahan-bahan radioaktif maupun dengan dibentuknya badan
pengawas yang bertanggung jawab seperti ICRP dan BAPETEN. Melalui badan-badan
tersebut, maka pembatasan dosis radiasi didasarkan pada azas justifikasi, azas optimasi, dan

22
azas limitasi. Berbagai cara pun bisa dilakukan untuk perlindungan terhadap radiasi,
diantaranya pembatasan dosis, pembagian daerah kerja, klasifikasi pekerja radiasi,
pemeriksaan dan pengujian perlengkapan, serta pengendalian bahaya radiasi.

7. Salah satu benda yang memiliki radiasi ialah handphone (hp). Jika penggunaan handphone
berlebihan, maka bisa menimbulkan bahaya radiasi untuk kesehatan manusia atau
penggunanya. Beberapa penyakit atau dampak yang ditimbulkan ialah vertigo, keletihan,
insomnia, leukimia, kerusakan janin, gangguan seksual, bahlan alzheimer.

3.2. SARAN

Pemanfaatan radiasi sudah sangat umum untuk pemenuhan kebutuhan hidup di masa
ini. Segala pekerjaan dan kebutuhan yang berhubungan dan membutuhkan radiasi penting
untuk memperhatkan nilai batas dosis yang telah ditetapkan. Masing-masing jenis radiasi
akan menimbulkan dampak negatif terutama yang akan menyerang kesehatan manusia. Maka
dari itu perlunya perlindungan diri serta keamaan penggunan radiasi yang tepat agar tidak
langsung mendapatkan dampak negatif dari radiasi yang digunakan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Alo Dokter. Dampak Radiasi Handphone Pada Kesehatan.


http://www.alodokter.com/dampak- radiasi-handphone-pada-kesehatan (diakses pada April
2017)
Annugrah, Henny. 2016. 20 Bahaya Radiasi Hp Yang Sangat Mematikan.
http://halosehat.com/tips-kesehatan/kesehatan-tubuh/bahaya-radiasi-hp (diakses pada
April 2017)

Badunggawa, Sandi, dan Merta. Bahaya Radiasi dan Cara Proteksinya; Kesehatan
Lingkungan. Politeknik Kesehatan Denpasar
BATAN. 2000. “Materi Diklat Petugas Proteksi Radiasi Bidang Radiodiagnostik”. Jakarta
Enny. 2013. Efek Samping Penggunaan Ponsel. Gema Teknologi. Volume 17, No.4.
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&
uact=8&ved=0ahUKEwitvPXFkqjTAhWDUrwKHUT2C7EQFgg_MAM&url=http%
3A%2F%2Fejournal.undip.ac.id%2Findex.php%2Fgema_teknologi%2Farticle%2Fdo
wnload%2F8938%2F7259&usg=AFQjCNExLHfS_X3p1ufI4jtdAjKgPVwvzQ&sig2
=cicE-Nktk5WpXxIE9MXKBg (Diakses pada April 2017)

Hanifa, Titis Sofi. 2014. Radiasi Lingkungan. Banjarbaru


https://www.academia.edu/20014003/radiasi_lingkungan (diakses pada tanggal 19
April 2017)

Iman, Azzam Zukhrofani. 2015. Radiasi: Menguntungkan atau Merugikan.


https://myzamm.wordpress.com/tag/jenis-jenis-radiasi/ (dikunjungi 20 April 2017)

P, Badunggawa; Sandi IN; Merta IW.Bahaya Radiasi Dan Cara Proteksinya.


http://ojs.unud.ac.id/index.php/medicina/article/viewFile/9869/7399 (dikunjungi 20
April 2017)

Pengendalian Bahaya Radiasi Elektromagnetik Ditempat Kerja; Higiene Industri. Universitas


Esa Unggul
Radiograf. 2010. Radiasi Serta Efek yang Ditimbulkan pada Manusia
(http://catatanradiograf.blogspot.co.id/2010/01/radiasi-serta-efek-yang-
ditimbulkan.html) dikutip pada 20 April 2017

24
Woroprobosari, Niluh Ringga. 2016. Efek Stokastik Radiasi Sinar-X Dental pada Ibu Hamil
dan Janin, Jurnal Odonto Dental (7): 63-64
http://ansn.bapeten.go.id/files/ins_Paparan_Radiasi_Eksterna_dan_Interna.pdf (di askes pada
tanggal 20 April 2017)
http://ansn.bapeten.go.id/files/ins_Dasar_Fisika_Radiasi.pdf (diakes pada tanggal 19
April 2017)

http://erepo.unud.ac.id/16590/3/0992162013-3-BAB_II.pdf (diakses pada tanggal 19


April 2017)

http://ranselradiologirory.blogspot.co.id/2014/07/prinsip-dasar-proteksi-radiasi-dan.html
https://www.slideshare.net/HuryCanz/makalah-tentang-radiasi(diakses 19 April 2017)

Limbah B3 (Makalah: Nofy)


Posted on March 31, 2016

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun, baik secara langsung dapat mencemarkan dan merusak
lingkungan hidup, dan membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu perlu adanya
pengambilan langkah – langkah yang tepat untuk menanggulanginya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas maka masalah dalam
makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Limbah B3?


2. Peraturan apa saja yang terkait dengan pengelolaan Limbah B3?
3. Apa saja klasifikasi dan contoh dari Limbah B3?
4. Apa yang menyebabkan Limbah B3?

25
5. Apa saja dampak dari Limbah B3?
6. Bagaimana menanggulangi Limbah B3?

1.3 Tujuan

Dalam makalah ini, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui definisi Limbah B3


2. Mampu mengidentifikasi Limbah B3
3. Mengetahui sebab-sebab Limbah B3
4. Mengetahui dampak dari Limbah B3
5. Mengetahui cara menanggulangi Limbah B3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Limbah B3

Pengertian limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa


(limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta
konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa
suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau
beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan
lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.

Menurut Undang Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup yang dimaksud dengan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
adalah zat, energi, dan komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan

26
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan,
merusak lingkungan hidup, dan dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.

Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau
jumlahnya mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan
lingkungan, apapun jenis sisa bahannya.

Peraturan Terkait Pengelolaan Limbah B3 :

Undang – Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup : Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan
pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan (Pasal 59 ayat 1);

PP No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3 : Pelaku pengelola limbah


B3 (penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan/atau penimbun
limbah B3) wajib melakukan pengelolaan limbah B3 sesuai ketentuan yang
berlaku ( Pasal 9 s/d Pasal 26 );

PP No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3 : Setiap badan usaha yang
melakukan kegiatan pengelolaan limbah B3 wajib memiliki izin dan atau
rekomendasi pengelolaan LB3 ( Pasal 40 ayat 1 );

Undang – Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup : Setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah B3 tanpa
izin, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 3
tahun dan denda paling sedikit satu milyar rupiah dan paling banyak tiga milyar
rupiah ( Pasal 102 );

Undang – Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup: Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 dan tidak
melakukan pengelolaan limbah B3, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
1 tahun dan paling lama 3 tahun dan denda paling sedikit satu milyar rupiah dan
paling banyak tiga milyar rupiah ( Pasal 103 )

2.2 Identifikasi Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) berdasarkan jenis,


sumber dan karakteristiknya

Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan
beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa
proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus.

27
Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih
karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun,
menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan
toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3

Jenis limbah B3 menurut jenisnya meliputi :

 Limbah B3 Jenis Padatan


 Limbah B3 Jenis Cairan
 Limbah B3 Jenis Gas

Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi :

 Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;


 Limbah B3 dari sumber spesifik;

Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buangan
produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

Karakteristik limbah B3

 Limbah mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan tekanan standar
(25 °C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan/atau fisika
dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat
dapat merusak lingkungan sekitarnya.
 Limbah mudah terbakar adalah limbah-limbah yang mempunyai salah satu
sifat-sifat sebagai berikut :

1. Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24%
volume dan/atau pada titik nyala tidak lebih dari60 °c (140 OF) akan
menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala
lain pada tekanan udara 760 mmHg.
2. Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan
standar (25 C, 760 mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui
gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan
apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus.

 Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar .


 Merupakan limbah pengoksidasi.
 Limbah yang menyebabkan infeksi.

28
Bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang
terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi
kuman penyakit yang dapat menular .Limbah ini berbahaya karena mengandung
kuman penyakit seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan pada pekerja,
pembersih jalan, dan masyarakat di sekitar lokasi pembuangan limbah

 Limbah beracun

Adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi manusia atau
lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila
masuk ke dalam tubuh melalui pemafasan, kulit atau mulut. Penentuan sifat racun
untuk identifikasi limbah ini dapat menggunakan baku mu tu konsentrasi TCLP
(Toxicity Characteristic Leaching Procedure) pencemar organik dan anorganik
dalam limbah. Apabila limbah mengandung salah satu pencemar yang terdapat,
dengan konsentrasi sama atau lebih besar dari nilai dalam Lampiran II tersebut,
maka limbah tersebut merupakan limbah B3. Bila nilai ambang batas zat pencemar
tidak terdapat pada Lampiran II tersebut maka dilakukan uji toksikologi

 Limbah bersifat korosif adalah limbah yang mempunyai salah satu sifat
sebagai berikut :

1. Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.


2. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan
laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55
°C.
3. Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan
sama atau lebih besar dari 12.5 untuk yang bersifat basa.

 Limbah yang bersifat reaktif adalah limbah-limbah yang mempunyai salah


satu sifat-sifat sebagai berikut :

1. Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan
perubahan tanpa peledakan.
2. Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air
3. Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan
ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan.Merupakan limbah
Sianida, Sulfida atau Amoniak yang pada kondisi pH antara 2 dan 12,5
dapat menghasi1kan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.
4. Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan
standar (25 C, 760 mmHg).
5. Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima
oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.

29
Cntoh dari limbah b3 beserta dampaknya :

Obat nyamuk
dapat merusak hati dan ginjal serta mengiritasi kulit

aerosol
merusak lapisan ozon

batterai kering
mengandung logam berat yang dapat merusak otak dan sistem saraf

oli
kerusakan ginjal,saraf dan penyakit kanker

pemutih
mengandung klorin yang uapnya sangat memedihkan mata,kulit,hidung dan
tenggorokan

semir sepatu
dapat menyebabkan kanker yang diserap dari kulit

pembersih kaca
mengandung amonia yang uapnya dapat mengiritasi mata dan paru”

kamper
mengandung paradiklorobenza yang dapat menyebabkan mengiritasi hidung
dan paru”

pengharum ruangan

mengandung formalderhida menimbulkan iritasi mata, kulit dan sistem


pernapasan

Kegiatan Pengelolaan limbah B3

Kegiatan Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang


mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan dan
pengolahan serta penimbunan hasil pengolahan tersebut.

30
Pengolahan limbah B3 harus memenuhi persyaratan:

 Lokasi pengolahan

Pengolahan B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah atau di luar


lokasi penghasil limbah. Syarat lokasi pengolahan di dalam area penghasil harus:

 Daerah bebas banjir;


 Jarak dengan jalan utama/tol minimum 150 m atau 50 m untuk jalan
lainnya;
 jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas umum minimum
300 m;
 jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk minimum 300 m;
 Dan jarak dengan wilayah terlindungi (spt: cagar alam,hutan lindung)
minimum 300 m.
 Fasilitas pengolahan

Fasilitas pengolahan harus menerapkan sistem operasi, meliputi:

 sistem kemanan fasilitas;


 sistem pencegahan terhadap kebakaran;
 sistem pencegahan terhadap kebakaran;
 sistem penanggulangan keadaan darurat;
 sistem pengujian peralatan;
 dan pelatihan karyawan.

Keseluruhan sistem tersebut harus terintegrasi dan menjadi bagian yang tak
terpisahkan dalam pengolahan limbah B3 mengingat jenis limbah yang ditangani
adalah limbah yang dalam volume kecil pun berdampak besar terhadap
lingkungan.

Penanganan limbah B3 sebelum diolah

Setiap limbah B3 harus diidentifikasi dan dilakukan uji analisis kandungan guna
menetapkan prosedur yang tepat dalam pengolahan limbah tersebut. Setelah uji
analisis kandungan dilaksanakan, barulah dapat ditentukan metode yang tepat guna
pengolahan limbah tersebut sesuai dengan karakteristik dan kandungan limbah.

Pengolahan limbah B3

Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan kandungan


limbah. Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses
sbb:

31
1. Proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi, pengendapan,
stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.
2. proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan
penyisihan komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi,
dialisa, osmosis balik, dll.
3. proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun
dan kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran,
dan daya racun sebelum limbah dibuang ke tempat penimbunan akhir
4. proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah
menggunakan alat khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus
mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin
dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa pembakaran tidak
boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr

Tidak keseluruhan proses harus dilakukan terhadap satu jenis limbah B3, tetapi
proses dipilih berdasarkan cara terbaik melakukan pengolahan sesuai dengan jenis
dan materi limbah.

Hasil pengolahan limbah B3

Memiliki tempat khusus pembuangan akhir limbah B3 yang telah diolah dan
dilakukan pemantauan di area tempat pembuangan akhir tersebut dengan jangka
waktu 30 tahun setelah tempat pembuangan akhir habis masa pakainya atau
ditutup.

Perlu diketahui bahwa keseluruhan proses pengelolaan, termasuk penghasil limbah


B3, harus melaporkan aktivitasnya ke KLH dengan periode triwulan (setiap 3
bulan sekali).

Dalam rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan,


pemanfaatan, pengangkutan dan pengolahan serta penimbunan hasil pengolahan
tersebut terkait beberapa pihak yang masing-masing merupakan mata rantai dalam
pengelolaan limbah B3, yaitu :

 Reduksi limbah B3 : Suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi


jumlah dan mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3, sebelum
dihasilkan dari suatu kegiata.
 Penyimpanan limbah B3 : kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan
oleh penghasil dan/atau pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah
dan/atau penimbun limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara
 Pengumpulan limbah B3 : kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari
penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum
diserahkan kepada pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah
B3.

32
 Pengangkutan limbah B3 : kegiatan pemindahan limbah B3 dari penghasil
dan/atau dari pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/ atau dari pengolah ke
pengumpul dan/atau ke pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau ke
penimbun limbah B3
 Pemanfaatan limbah B3 : kegiatan perolehan kembali (recovery) dan/atau
penggunaan kembali (reuse) dan/atau daur ulang (recycle) yang bertujuan
untuk mengubah limbah B3 menjadi suatu produk yang dapat digunakan
dan harus juga aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia
 Pengolahan limbah B3 : proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi
limbah B3 untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau
sifat racun
 Penimbunan limbah B3 : kegiatan menempatkan limbah B3 pada suatu
fasilitas penimbunan dengan maksud tidak membahayakan kesehatan
manusia dan lingkungan hidup

Dengan pengolahan limbah sebagaimana tersebut di atas. maka mata rantai siklus
perjalanan limbah B3 sejak dihasilkan oleh penghasil limbah B3 sampai
penimbunan akhir oleh pengolah limbah B3 dapat diawasi. Setiap mata rantai perlu
diatur, sedangkan perjalanan limbah B3 dikendalikan dengan system manifest
berupa dokumen limbah B3. Dengan system manifest dapat diketahui berapa
jumlah B3 yang dihasilkan dan berapa yang telah dimasukkan ke dalam proses
pengolahan dan penimbunan tahap akhir yang telah memiliki persyaratan
lingkungan

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengelolaan lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama berbagai pihak baik pemerintah,
pelaku industry, dan masyarakat luas. Hal ini menjadi lebih penting lagi mengingat Indonesia
sebagai negara yang perkembangan industrinya cukup tinggi. Sebagaimana lazimnya negara yang
masih berstatus semi industry, target yang lebih diutamakan adalah peningkatan pertumbuhan
output, sementara perhatian terhadap eksternalitas negative dari pertumbuhan industry tersebut
sangat kurang.

Para pelaku industry kadang mengesampingkan pengelolaan lingkungan yang menghasilkan berbagai
jenis-jenis limbah dan sampah. Limbah bagi lingkungan hidup sangatlah tidak baik bagi masyarakat
umum, terlebih dapat menurunkan kualitas kehidupan terutama pada lingkungan sekitar. Limbah

33
padat yang dihasilkan oleh industry-industri sangat merugikan bagi lingkungan umum jika limbah
padat hasil dari industry tersebut tidak diolah dengan baik untuk menjadikannya bermanfaat
khususnya limbah yang berupa bahan berbahaya dan beracun (B3)

B. RUMUSAN MASALAH

- Apakah definisi dari limbah B3?

- Apa saja dampak limbah B3 terhadap lingkungan dan makhluk hidup?

- Bagaimana cara mengolah limbah B3?

C. TUJUAN

- Mengetahui definisi limbah B3

- Mengetahui dampak limbah B3 terhadap lingkungan dan makhluk hidup

- Mengetahui cara mengolah limbah B3

BAB II

PEMBAHASAN

A. LIMBAH B3

1. Pengertian Limbah

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestic
(rumah tangga atau lebih dikenal sebagai sampah) atau juga dapat dihasilkan oleh alam yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak
memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah terdiri dari bahan kimia organic dan
anorganik.

2. Pengertian Limbah B3

Menurut BAPEDAL (1995) limbah B3 ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi
yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability,
reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

Menurut PP 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah, limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/
atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/ atau beracun yang karena sifat dan/ atau
konsentrasinya dan/ atau jumlahnya, baik secara langsung dapat mencemarkan dan/ atau merusak
lingkungan hidup, dan/ atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup

34
manusia serta makhluk hidup lainnya.

Sehingga dari definisi di atas, suatu limbah dapat digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung
bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung
dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia. Yang
termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak
digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang
memerlukan penanganan dan pengolahan khusus.

3. Klasifikasi Limbah B3

a. Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal dan
banyak mengandung biomassa senyawa organic yang stabil dan mudah menguap.

b. Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi.

c. Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan lumpur aktif
sehingga banyak mengandung padatan organic berupa lumpur dari hasil proses tersebut.

d. Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested aerobic
maupun anaerobic dimana padatan/ lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan banyak mengandung
bahan organic.

4. Karakteristik Limbah B3

Limbah B3 dikarakteristikan berdasarkan beberapa parameter, yaitu total solids residue (TSR),
kandungan fixed residue (FR), kandungan volatile solids (VR), kadar air (sludge moisture content),
volume padatan, serta karakter atau sifat B3 (toksisitas, sifat korosif, sifat mudah terbakar, sifat
mudah meledak, beracun, serta sifat kimia dan kandungan senyawa kimia).

Adapun karakteristik limbah B3, yaitu:

a. Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan
suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.

b. Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api, percikan api, gesekan
atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah menyala akan terus
terbakar hebat dalam waktu lama.

c. Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima
oksigen atau limbah organic peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.

d. Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia dan
lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam tubuh melalui

35
pernapasan, kulit, atau mulut.

e. Limbah penyebab infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit atau limbah yang
mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan tubuh
manusia yang terkena infeksi.

f. Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau
mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang bersifat asam
dan lebih besar dari 12,5 untuk bersifat basa.

B. DAMPAK LIMBAH B3

1. Dampak Limbah B3 Terhadap Pencemaran Lingkungan dan Kehidupan Manusia.

Kegiatan masyarakat dalam rumah tangga dapat menimbulkan sisa atau limbah yang mengandung
bahan berbahaya dan beracun (B3) bagi manusia, makhluk hidup lain, lingkungan secara
keseluruhan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan tersebut dapat berasal dari bahan
kimia pembersih di rumah tangga, pelumas kendaraan, obat nyamuk, semprotan nyamuk, sisa obat-
obatan, pewarna rambut, bahan campuran pembuat makanan, makanan kadaluarsa, racun serangga
atau pestisida, pupuk kimia, bola lampu, pecahan kaca, limbah elektronik, serta limbah lainnya
yang biasa digunakan keluarga.

Limbah B3 masuk ke lingkungan melalui media air, tanah, udara, dan hewan/ biota yang
mempengaruhi secara kontinyu dan tidak kontinyu, bertahap dan seketika, teratur dan tidak
teratur. Limbah B3 meracuni makhluk hidup melalui rantai makanan sehingga menyebabkan
organism (tumbuhan, hewan, dan manusia) terpapar oleh zat-zat beracun.

2. Dampak Limbah B3 Terhadap Kesehatan Manusia

Dengan karakteristik yang dimilikinya, B3 mempengaruhi kesehatan manusia dengan mencelakakan


manusia secara langsung (akibat ledakan, kebakaran, reaktif, dan korosif) dan maupun tidak
langsung (toksik akut dan kronis) bagi manusia.

Zat toksik yang dihasilkan oleh limbah B3 masuk ke tubuh manusia melalui:

a. Oral yaitu melalui mulut dan kemudian saluran pencernaan, sulit mencapai peredaran darah

b. Inhalasi yaitu melalui saluran pernapasan, bersifat cepat memasuki peredaran darah

c. Dermal yaitu melalui kulit sehingga mudah masuk ke dalam peredaran darah

d. Peritonial yaitu melalui suntikan, langsung memasuki peredaran darah.

Ada 4 proses yang dialami bahan beracun di dalam organisme, yaitu absorbsi, distribusi,

36
metabolisme dan sekresi. Untuk mengetahui efek negatif bahan toksikan tersebut di dalam tubuh,
perlu diketahui perihal zat toksik dan sistem biologis manusia serta interaksi antara keduanya. Zat
toksik akan dibawa oleh darah dan didistribusikan ke seluruh tubuh dan kemudian mengganggu
organ tubuh antara lain:

Keracunan neurotaksik, zat toksik akan dibawa menuju otak, atau zat toksik akan ditimbun dan
diproses pada jaringan lemak, otot, tulang, syaraf, liver, pankreas, usus dan kemudian setelah
melalui proses- sisanya akan disekresikan ke luar tubuh.

3. Pengaruh Limbah B3 Terhadap Makhluk Hidup

Pengaruh limbah B3 terhadap mahluk hidup, khususnya manusia terdiri atas 2 kategori yaitu:

a. Efek akut dapat menimbulkan akibat berupa kerusakan susunan syaraf, kerusakan sistem
pencernaan, kerusakan sistem kardio vasculer, kerusakan sistem pernafasan, kerusakan pada kulit,
dan kematian.

b. Efek kronis dapat menimbulkan efek karsinogenik (pendorong terjadinya kanker), efek mutagenik
(pendorong mutasi sel tubuh), efek teratogenik (pendorong terjadinya cacat bawaan), dan
kerusakan sistem reproduksi.

Bagian organ tubuh yang terkena pengaruh adalah:

a. Ginjal (umumnya disebabkan zat toksik Cadmium

b. Tulang (umumnya disebabkan zat toksik Benzene

c. Otak (umumnya disebabkan zat toksik Methyl Mercury

d. Liver (umumnya disebabkan zat toksik Carbon – Tetrachlorida)

e. Paru-paru (umumnya disebabkan zat toksik Paraquat)

f. Mata (umumnya disebabkan zat toksik Khloroquin).

Selain itu, dikenal juga efek yang mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi.

Adapun dampak limbah B3, menurut senyawa kimiawi adalah sebagai berikut:

a. Kadmium (Cd)

Sebagian Cd yang diabsorbsi tubuh akan mengumpul di dalam ginjal, hati dan sebagian dibuang
keluar melalui saluran pencernaan. Keracunan Cd dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah.
Akibatnya, tekanan darah menjadi tinggi yang kemudian dapat menyebabkan terjadinya gagal

37
jantung dan ginjal.

b. Timbal, Timah Hitam (Pb)

Timbal terdapat di air, tanah, tanaman, hewan dan udara. Zat ini terbentuk akibat aktifitas
manusia seperti pembakaran batu bara, sampah, penyemprotan pestisida, asap pabrik dan akibat
pembakaran bensin di kendaraan. Timbal dan senyawanya mempengaruhi sistem pusat syaraf
dengan ciri-ciri keracunan, yaitu pusing, anemia, lemah dan yang paling berbahaya adalah
pengaruhnya terhadap sel darah merah. Timbal dapat mengubah ukuran dan bentuk sel darah
merah.

c. Merkuri (Hg)

Gejala keracunan merkuri ditandai dengan sakit kepala, sukar menelan, penglihatan menjadi kabur
dan daya pendengaran menurun. Selain itu orang yang keracunan merkuri merasa tebal di bagian
kaki dan tangannya, mulut tersumbat oleh logam, gusi membengkak dan diare. Kematian dapat
terjadi pada kondisi tubuh yang makin
melemah. Wanita yang hamil akan melahirkan bayi yang cacat.

Dengan konsentrasi dari kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negative terhadap
lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penangan terhadap limbah.
Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik
limbah.

C. CARA MENGOLAH LIMBAH B3

Tujuan pengelolaan limbah B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau
kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas
lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali.

Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/ usaha yang berhubungan dengan B3, baik penghasil,
pengumpul, pengangkut, pemanaat, pengelola dan penimbun B3, harus memperhatikan aspek
lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula. Dan apabila terjadi
pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal
agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi semula.

1. Pengelolaan Limbah B3

Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan kandungan limbah. Perlakuan
limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sbb:

a. proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi, pengendapan, stabilisasi, adsorpsi,
penukaran ion dan pirolisa.

38
b. proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan penyisihan komponen-
komponen spesifik dengan metode kristalisasi, dialisa, osmosis balik, dll.

c. proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun dan kandungan
limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran, dan daya racun sebelum limbah dibuang
ke tempat penimbunan akhir

d. proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah menggunakan alat khusus
insinerator dengan efisiensi pembakaran harus mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu
materi limbah B3 ingin dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa pembakaran tidak
boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr

2. Metode Pembuangan Limbah B3

a. Sumur dalam atau sumur injeksi (deep well injection)

Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah dengan
memompakan limbah tersebut melalui pipa ke lapisan batuan yang dalam, di bawah lapisan-lapisan
air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori, limbah B3 ini akan terperangkap di lapisan
itu sehingga tidak akan mencemari tanah maupun air.

Gambar Sumur Injection

Pembuangan limbah ke sumur dalam merupakan suatu usaha membuang limbah B3 ke dalam
formasi geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi yang memiliki kemampuan mengikat
limbah, sama halnya formasi tersebut memiliki kemampuan menyimpan cadangan minyak dan gas
bumi. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pemilihan tempat ialah strktur dan kestabilan
geologi serta hidrogeologi wilayah setempat.

b. Kolam penyimpanan atau Surface Impoundments

Limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang diperuntukkan khusus bagi limbah B3.

39
Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah perembesan limbah. Ketika air
limbah menguap, senyawa B3 akan terkonsentrasi dan mengendap di dasar. Kelemahan metode ini
adalah memakan lahan karena limbah akan semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan
kebocoran lapisan pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga
mencemari udara.

c. Landfill untuk limbah B3 atau Secure Landfills

Limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus dengan pengamanan tingkat tinggi. Pada
metode pembuangan secure landfill, limbah B3 dimasukkan kedalam drum atau tong-tong,
kemudian dikubur dalam landfill yang didesain khusus untuk mencegah pencemaran limbah B3.
Landfill harus dilengkapi peralatan monitoring yang lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3
dan harus selalu dipantau. Metode ini jika diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan
limbah B3 yang efektif. Metode secure landfill merupakan metode yang memiliki biaya operasi
tinggi, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka panjang
karena limbah akan semakin menumpuk.

BAB II

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

- Limbah B3 adalah bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung
maupun tidak langsung dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan
kesehatan manusia.

- Dampak limbah B3, yaitu dapat mempengaruhi kesehatan manusia dengan mencelakakan manusia
secara langsung (akibat ledakan, kebakaran, reaktif, dan korosif) dan maupun tidak langsung (toksik
akut dan kronis) bagi manusia. Selain itu limbah B3 meracuni makhluk hidup melalui rantai
makanan sehingga menyebabkan organism (tumbuhan, hewan, dan manusia) terpapar oleh zat-zat
beracun.

- Pengolahan limbah B3 dapat menggunakan proses kimia, fisika, stabilisas/solidifikasi, dan


insinerasi dengan menggunakan metode Sumur dalam atau sumur injeksi (deep well injection),
Kolam penyimpanan atau Surface Impoundments, Landfill untuk limbah B3 atau Secure Landfills

40

Anda mungkin juga menyukai