Anda di halaman 1dari 52

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan

gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan

perawatan. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu seseorang, dengan

bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat

keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi

kesehatan pribadinya dan orang lain, dalam halini lingkungan sangat berperan

penting dalam masalah kesehatan karena lingkugan yang kotor dapat

menimbulkan berbagai macam penyakit seperti diare, kolera, dan tifus

(laporan PBL I, 2017).

Istilah sampah pasti sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Jika

mendengar istilah sampah, pasti yang terlintas dalam benak kita adalah

setumpuk limbah yang menimbulkan aroma busuk yang sangat menyengat.

Sampah diartikan sebagai material sisa yang tidak diinginkan setelah

berakhirnya suatu proses yang cenderung merusak lingkungan di sekitarnya.

Dalam proses alam, sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya

produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam itu

berlangsung (Laporan Permaslahan sampah, 2013)..

Sampah dapat membawa dampak yang buruk pada kondisi kesehatan

manusia. Bila sampah dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa ada
2

pengelolaan yang baik, maka akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan

yang serius. Tumpukan sampah yang dibiarkan begitu saja akan

mendatangkan serangga (lalat, kecoa, kutu, dan lai-lain) yang membawa

kuman penyakit. Akan tetapi manusia tidak menyadari bahwa setiap hari pasti

manusia menghasilkan sampah, baik sampah organik maupun sampah

anorganik, oleh sebab itu masalah pengolahan sampah sangat penting untuk

di terapkan(Laporan Permaslahan sampah, 2013)

Kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) merupakan proses

belajar mahasiswa pada tahap analisis situasi dan prioritas masalah dan

mahasiswa mengenal serta memiliki pengalaman belajar di masyarakat,

memotret kesehatan masyarakat dan mengidentifikasi masalah-masalah

kesehatan masyarakat dari aspek lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan,

dan kependudukan maupun hal-hal yang berkaitan dengan manajemen

organisasi pada unit pelayanan kesehatan masyarakat yaitu Pusat Kesehatan

Masyarakat (Puskesmas). Dengan adanya kegiatan PBL III (Pengalaman

Belajar Lapangan III) bertujuan untuk memperoleh kemampuan dan

keterampilan dalam menyelesaikan suatu masalah kesehatan di masyarakat

Kelurahan Latuppa Kecamatan Mungkajang dalam peningkatan derajat

kesehatan masyarakat yang diprioritaskan pada PBL II (Pengalaman Belajar

Lapangan II).

Berdasarkan masalah di atas di berikan intervensi preventif, promotif

atau program yang akan kami laksanakan di kelurahan latuppa yaitu pelatihan
3

daur ulang sampah anorganik,pelatihan dan pembuatan kompos, pembuatan

dan pemasangan papan informasi, dan sosialisasi di SD.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan survey lokasi yang telah dilakukan di Kelurahan Latuppa

Kecamatan Mungkajang Kota Palopo terdapat satu prioritas masalah yaitu

sampah. Bagaimana sebelum dan sesudah di berikan intervensi atau program

dengan melihat tingkat pengetahuan, keterampilan, keyakinan diri, dan

kesadaran masyarakat tentang kebersihan lingkungan dengan melakukan

program berupa pelatihan daur ulang sampah anorganik, pelatihan dan

pembuatan kompos, pembuatan dan pemasangan papan informasi, dan

sosialisasi di SD.

C. Tujuan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) III

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan kegiatan intervensi pemecahan

masalah sampah di Kelurahan Latuppa Kecamatan Mungkajang Kota

Palopo.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa dapat melaksanakan intervensi dan mengevaluasi kegiatan

pelatihan daur ulang sampah anorganik bersama masyarakat.

b. Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi dan mengevaluasi

kegiatan pelatihan dan pembuatan kompos.


4

c. Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi dan mengevaluasi

kegiatan pembuatan dan pemasangan papan informasi.

d. Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi dan mengevaluasi

kegiatan sosialisasi di SD.

D. Manfaat Pengalaman Belajar Lapangan (PBL)

1. Manfaat Ilmiah

Kegiatan PBL (Pengalaman Belajar Lapangan) ini diharapkan dapat

menambah dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, keyakinan diri,

dan kesadaran masyarakat tentang kebersihkan lingkungan, serta

memperkaya ilmu pengetahuan dibidang kesehatan khususnya dibidang

kesehatan masyarakat dan menjadi referensi kepustakaan.

2. Manfaat Praktis

Kegiatan PBL (Pengalaman Belajar Lapangan) ini diharapkan dapat

menjadi bahan informasi bagi Dinas Kesehatan Kota Palopo khususnya di

Kelurahan Latuppa Kecamatan Mungkajang Kota Palopo.

3. Manfaat Bagi Mahasiswa

a. Kegiatan PBL ( Pengalaman Belajar Lapangan) ini diharapkan dapat

menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa melalui observasi

yang langsung dilakukan di lapangan serat dapat mengaplikasikan ilmu

yang telah didapatkan selama dibangku perkuliahan.

b. Dengan melakukan kegiatan survey langsung ke masyarakat,

mahasiswa mampu melatih keterampilan, serta pengetahuan pada saat


5

pelaksanaan praktek lapangan, dan mampu bersosialisasi serta

berinteraksi dengan masyarakat yang ada di Kelurahan Latuppa

Kecamatan Mungkajang Kota Palopo.

c. Dengan adanya kegiatan PBL (Pengalaman Belajar Lapangan) dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak terutama diri pribadi sendiri.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Sampah

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia/proses alam yang

berbentuk padat (UU No.18 tahun 2008). Sampah adalah sesuatu yang tidak

digunakan ,tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang

berasal dari kegiatan manusia dan terjadi dengan sendirinya (American Public

Work Associstion 1970).

Berdasarksn wujud atau bentuknya dikenal tiga macam sampah atau

limbah yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah gas. Contoh limbah cair

yaitu air cucian, air sabun, dan minyak goreng sisa. Contoh limbah padat

yaitu bungkus snack, ban bekas, dan botol air minum. Sedangkan contoh

limbah gas yaitu karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), HCl, NO2,

dan SO2. ( Tobing, I.S.L. Dampak Sampah Terhadap Kesehatan Lingkungan

dan Manusia,Jakarta.2005)

Menurut Gelbert dkk (1996) ada tiga dampak sampah terhadap manusia

dan lingkungan yaitu:

a. Dampak terhadap kesehatan

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan

sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi

beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat

dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit.


7

b. Dampak terhadap lingkungan

Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai

akan mencemari air. Penguraian sampah yang dibuang kedalam air

akan mengasilkan asam organik dan gas cair organik, seperti metana.

c. Dampak terhadap keadaan sosialdan ekonomi

Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya

tingkat kesehatan masyarakat.

B. Pemberdayaan Masyarakat

1. Musyawarah Masyarakat Kelurahan

MMK adalah pertemuan perwakilan warga kelurahan untuk

membahas hasil survei Mawas Diri (SMD) dan merencanakan

Penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari hasil SMD

(wihartnolo, 2007).

Tujuan dilakukannya MML adalah agar masyarakat bersepakat untuk

menanggulangi masalah kesehatan melalui pelaksanaan desa siaga dan

poskesdes serta masyarakat dapat menyusun rencana kerja untuk

menanggulangi masalah kesehatan, melaksanakan desa siaga dan

poskesdes.

Musyawarah masyarakat kelurahan termasuk kedalam tahapan

pengorganisasian masyarakat, dimana pengorganisasian masyarakat

terdiri aras 3 aspek penting yaitu:


8

a. Proses

b. Masyarakat

c. Memfungsikan masyarakat

Tahapan pengorganisasian masyarakat menurut Sasongko,

Adi:1978 menyebutkan langkah-langkah dalam pengorganisasian

masyarakat sebagai berikut:

a. Persiapan sosialisasi terdiri dari pengenalan masyarakat, pengenalan

masalah,penyadaran masyarakat.

b. Pelaksanaan

c. Evaluasi

d. Perluasan

MML termasuk dalam golongan penyadaran masyarakat, dimana

tujuannya adalah menyadarkan masyarakat agar mereka:

a. Menyadari masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang

mereka hadapi.

b. Secara sadar mereka ingin berpartisipasi dalama kegiatan

penanggulangan

maslah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi

d. Mereka tahu cara memenuhi kebutuhan-kebutuhan akan upaya

pelayanan kesehatan dan keperawatan sesuai dengan potensi dan

sumber daya yang ada pada mereka.


9

2. Daur Ulang Sampah Plastik

Daur ulang sampah plastik merupakan proses menjadikan bahan bekas

sampah plastik menjadi bahan baru yang dapat digunakan kembali.

Sampah plastik merupakan sampah yang dapat di daur ulang menjadi

barang-barang yang berguna bahkan menjadi barang yang bernilai bila

dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki kreatifitas tinggi, contoh

sampah plastik itu seperti bungkus makanan ringan, bungkus detergen,

botol air mineral, dan lain-lain. (Trim Sutidja, Daur Ulang Sampah, (Bumi

Aksara, 2001))

Daur ulang adalah salah satu strategi pengolahan sampah padat yangf

terdiri atas kegiatan pemisahan, pengumpulan, pemrosesan,

pendistribusian, dan pembuatan produk atau material bekas pakai dan

komponen utama dalam manajemen sampah modern. Dengan proses daur

ulang, sampah dapat menjadi sesuatu yang berguna sehingga bermanfaat

untuk mengurangi penggunaan bahan baku yang baru. Manfaat lain adalah

menghemat energi, mengurangi polusi, mengurangi kerusakan lahan. (Arif

Zulkifli, Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan, (Jakarta: Salemba Teknika, 2014)

Daur ulang merupakan bagian ketiga dalam proses hierarki sampah

3R (reuse, reduce, and recycle) dan dapat dilakukan pada sampah kaca,

plastik, kertas, logam, tekstil maupun barang elektronik.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar penyuluhan kesehatan

dapat mencapai sasaran yaitu:


10

a. Tingkat pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap

informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa

semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah sesorang

menerima informasi yang didapatinya.

b. Kepercayaan masyarakat

Masyarakat lebih memerhatikan informasi yang disampaikan oleh

orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada

kepercayaan masyarakat dengan komunikan.

c. Ketersediaan waktu di masyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas

masyarakat unuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam

melaksanakan kegiatan daur ulang sampah plastik.

2. Pembuatan Pupuk Kompos

Pengertian pupuk kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak

lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat

dipercepatsecara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba

dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau

anaerobik. Sedangkan proses pengomposan adalah proses dimana

bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh

mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber

energi. (Anoimous 2006.” Composting “. www.ppc.health.nsw.gov.au)


11

Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami

tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses meliputi

membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup,

pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Proses

pembuatan kompos tergantung pada kerja mikroorganisme yang

memerlukan sumber karbon untuk mendapatkan energi. (Outerbridge,

1991 dalam anon, 2001)

Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa

aspek:

a. Aspek ekonomi:

1). Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah

2). Mengurangi volume/ukuran limbah

3). Memiliki nilai jual yang lebih tinggi daripada bahan asalnya

b. Aspek lingkungan:

1). Mengurangi produksi udara karena pembakaran limbah

2). Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan

c. Aspek bagi tanah/tanaman:

1). Meningkatkan kesuburan tanah

2). Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah

3). Meningkatkan kapasitas serat air tanah

4). Meningkatkan aktivitas mikroba tanah

5). Meningkatkan kualitas hasil panen

6). Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman


12

7). Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman

8). Meningkatkan retensi /ketersediaan hara didalam tanah

3. Pemasangan Papan Informasi

Pemasangan papan informasi dilaksanakan didaerah wisata air

terjun Kelurahan Latuppa. Tujuan dari pemasangan papan informasi

adalah untuk memberikan pengetahuan pada wisatawan yang

berkunjung akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dengan

tidak membuang sampah sembarangan. Ruang lingkup pariwisata

sehat objek dan daya tarik wisata haruslah berkesan, menarik dan

wisatawan mendapatkan kenangan indah. Adapun prasarana dasar

harus tersedia sarana air bersih yang kualitasnya baik. Air penting

untuk menjaga kebersihan lingkungan, bagi pengunjung untuk mandi,

wc dan lainnya. (Depkes.RI(1999). Program Pariwisata Sehat,

Jakarta.)

4. Sosialisasi

Pengertian sosialisasi menurut para ahli Makionis (1997) menyebut

sosialisasi sebagai pengamatan sosial sepanjang hidup yang

memungkinkan seseorang mengembangkan potensi kemanusiaannya

dan mempelajari pola-pola kebudayaan.

Ritcher JR (1987:139) berpendapat bahwa sosialisasi adalah proses

seseorang memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

diperlakukannya agar dapat berfungsi sebagai orang dewasa dan

sekaligus sebagai pemeran aktif dalam suatu kedudukan atau peranan


13

tertentu dimasyarakat.(Farida Hanum, Diktat Mata Kuliah:

Sosiantropologi Pendidikan, Yogyakarta: Universitas Negri

Yogyakarta, 2006)

Sosialisasi sebagai proses belajar seseorang individu merupakan

salah satu factor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan

proses kehidupan masyarakat, baik dengan keluarga, teman sebaya,

sekolah maupun media massa. Unsur-unsur yang dipelajari dalam

sosialisasi adalah nilai-nilai, norma-norma, ide-ide atau gagasan, pola-

pola tingkah laku dan adat istiadat serta keseluruhannya itu

diwujudkan dalam kepribadiannya. Keseluruhannya itu merupakan

segala aspek dari proses kehidupan manusia yang berhubungan erat

dengan sosialisasi menyangkut keberhasilan ataupun kegagalan

sosialisasi. (Kartini Kartono, Patologi Sosial Jilid I, Jakarta: Raja

Grafindo Persada 2007)

Hal-hal yang disosialisasikan dalam proses sosialisasi adalah

pengetahuan nilai dan norma serta keterampilan hidup pada akhirnya

nilai dan norma sosialisasi itu diinternalisasikan oleh orang yang

terlibat dalam proses sosialisasi.

Sosialisasi mempunyai tujuan diantaranya:

a. Menumbuhkan disiplin

b. Menanamkan aspirasi atau cita-cita

c. Mengajarkan peran-peran sosial dan

sikap-sikap penunjangnya
14

d. Mengajarkan keterampilan sebagai persiapan dasar untuk

berpatisipasi dalam kehidupan orang dewasa

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan

sosialisasi diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Kesiapan atau kematangan pribadi seseorang

b. Lingkungan atau sarana sosialisasi

5. Khalayak sasaran

Sasaran kami dalam kegiatan ini adalah beberapa masyarakat

Kelurahan Latuppa yang menjadi perwakilan dari masing-masing RW

sebagai percontohan. Dimana Kelurahan Latuppa ini terbagi atas 4

RW.
15

BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Tempat dan Waktu


1. Lokasi Kegiatan
Lokasi pelaksanaan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL III)
dilaksanakan di Kelurahan Latuppa, Kecamatan Mungkajang, Kota
Palopo, Sulawesi Selatan.
Gambar peta kelurahan Latuppa Kecamatan Mungkajang Kota palopo

2. Letak Geografis
Letak geografis pada Kelurahan Latuppa, Kecamatan Mungkajang,
Kota Palopo berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kambo
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Peta
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Murante
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bastem Kabupaten Luwu
Luas Wilayah ± 20,11 ha/km²
3. Kependudukan
a. Jumlah penduduk Kelurahan Latuppa adalah 1324 jiwa, yang terdiri
dari 680 jiwa laki-laki dan 644 jiwa perempuan
16

b. Jumlah RW/RT : 4 RW dengan 11 RT


c. Jumlah KK (Kepala Keluarga) : 424 KK
4. Morfologi wilayah
Morfologi wilayah di Kelurahan Latuppa Kecamatan Mungkajang
Kota Palopo dilihat dari bentang alam yang merupakan daerah lereng
pegunungan yang terdiri dari jalan raya dan sungai.

5. Pelaksanaan Kegiatan
Pengalaman belajar lapangan (PBL) III di laksanakan pada tanggal 23
Juli s/d 4 Agustus 2018 oleh Mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat STIKES Mega Buana Palopo.

B. Jenis dan Metode Pelaksanaan PBL


1. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang dilakukan yaitu pengalaman belajar lapangan
(PBL) III yang merupakan rangkaian dari proses pembelajaran materi
dalam perkuliahan sebagai tahapan untuk menganalisis masalah kesehatan
dan penentuan alternatif pemecahan masalah kesehatan yang ada di
masyarakat, khususnya di kelurahan Latuppa, Kecamatan Mungkajang.
2. Metode Pelaksanan PBL
a. Pelatihan Daur Ulang Sampah
Pelatihan daur ulang sampah ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan, keyakinan diri masyarakat di kel. Latuppa tentang
pengolahan sampah anorganik, dengan metode pretes dan postes
menggunakan koesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan
masyarakat tentang pengolahan sampah.
b. Pelatihan Pembuatan Kompos
Pelatihan pembuatan kompos diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan, keterampilan masyarakat di kelurahan latuppa tentang
manfaat dan pembuatan kompos, dengan metode pretes dan postes
17

menggunakan koesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan


masyarakat tentang pengolahan sampah.
c. Pembuatan dan Pemasangan Papan Informasi tentang Kebersihan
Lingkungan
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesedaran
masyarakat di kelurahan latuppa tentang kebersihan lingkungan agar
tidak ada lagi masyarakat dan wisatawan yang membuang sampah
sembarangan.
d. Sosialisasi tentang Sampah di SD
Diharapkan anak-anak di kelurahan latuppa dapat menyadari
tentang keberhasilan lingkungan dan mampu membedakan sampah
organik dan an organik.

C. Populasi dan sampel


1. Populasi
Populasi yang ada dikelurahan yang dilakukan pendataan yakni
sekitar 1324 jiwa terdiri dari 424 KK (kartu keluarga), dengan jumlah pria
sebanyak 680 jiwa dan wanita sebanyak 644 jiwa.

2. Sampel
Dengan jumlah KK sebanyak 424 dari 4 RW dan 11 RT di Kelurahan
Latuppa Kecamatan Mungkajang Kotea Palopo, jumlah sampel yang
digunakan adalah 10 KK, dengan metode pengambilan sampel secara
acak.

D. Instrument
1. Alat Dan Bahan
a. Laptop
b. Printer
c. Ballpoint dan kertas catatan
18

d. Kertas amplop
e. Buku panduan
f. Koesioner (lembar observasi)
2. Prosedur Pelaksanaan
a. Survey Awal
1) Analisis situasi di Kelurahan Latuppa
2) Pemilihan alat pengumpulan data
3) Penentuan sampel
b. Pelaksanaan (obserasi)
1) FGD (focus group discussion)
2) Pretest dan Postest
19
20
21
22
23
24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kegiatan

1. Pelatihan dan Pengolahan Sampah Anorganik dan Sampah Organik

Tabel 4.1
Distribusi Responden tentang pengetahuan, sikap, dan keterampilan
dalam pelatihan dan pengolahan sampah organik dan anorganik
Kelurahan Latuppa Kecamatan Mungkajang
Tahun 2018

No Variabel Pretest Posttest


N % N %
1 Tahukah Anda apa
itu sampah?
Ya 15 100 15 100
Tidak 0 0 0 0
2 Tahukah Anda
bahaya apa yang
ditimbulkan dari
sampah?
Ya 6 40 13 86,7
Tidak 9 60 2 13,3
3 Tahukah Anda cara
pembuangan
sampah yang benar?
Ya 13 86,7 14 93,3
Tidak 2 13,3 1 6,7
4 Tahukah Anda
bahaya apa yang
ditimbulkan dari
sampah?
Ya 6 40 13 86,7
Tidak 9 60 2 13,3
5 Apakah Anda tahu
cara mengolah
sampah?
Ya 3 20 12 80
Tidak 12 80 3 20
Sumber: Data Primer, 2018
25

Tabel 4.1
Distribusi Responden tentang pengetahuan, sikap, dan keterampilan
dalam pelatihan dan pengolahan sampah organik dan anorganik
Kelurahan Latuppa Kecamatan Mungkajang
Tahun 2018

No Variabel Pretest Posttest


N % N %
6 Tahukah Anda
manfaat dari
pengolahan
sampah?
Ya 7 46,7 13 86,7
Tidak 8 53,3 2 13,3
7 Dapatkah Anda
membedakan
sampah organik dan
anorganik?
Ya 2 13,3 13 86,7
Tidak 13 86,7 2 13,3
8 Setujukah Anda
bahwa sampah
dapat dimanfaatkan
kembali?
Ya 3 20 13 86,7
Tidak 12 80 2 13,3
9 Setujukah Anda
Untuk tidak
membuang sampah
sembarangan?
Ya 7 46,7 13 86,7
Tidak 8 53,3 2 13,3
10 Setujukah Anda
untuk melakukan
pengolahan
sampah?
Ya 6 40 14 93,3
Tidak 9 60 1 6,7
Sumber: Data Primer, 2018
26

Berdasarkan data tabel, terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan

keterampilan pada Responden tentang pelatihan dan pengolahan sampah

organik dan anorganik di Kelurahan Latuppa Kecamatan Mungkajang.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelatihan dan pengolahan

sampah organik dan anorganik dapat meningkatkan pengetahuan, sikap

dan keterampilan masyarakat dengan didukung adanya penelitian dari

Agnes Fitria W. tentang efektivitas pelatihan dan pengolahan sampah

organik dan anorganik.

Peningkatan pengetahuan yang tentang bahaya sampah meningkat

dari 40 % menjadi 86,7 %. Peningkatan pengetahuan pembuangan sampah

yang benar meningkat dari 86,7 % menjadi 93,3 %. Peningkatan

pengetahuan bahaya yang ditimbulkan oleh sampah meningkat dari 40 %

menjadi 86,7 %. Peningkatan keterampilan pengolahan sampah

meningkat dari 20 % menjadi 80 %. Peningkatan pengetahuan manfaat

pengolahan sampah meningkat dari 46,7 % menjadi 86,7 %. Peningkatan

pengetahuan membedakan sampah organik dan anorganik meningkat dari

13,3 % menjadi 86,7 %.

Peningkatan sikap pemanfaatan sampah meningkat dari 20 %

menjadi 86,7 %. Peningkatan sikap untuk tidak membuang sampah

sembarangan meningkat 46,7 % menjadi 86,7 %. Peningkatan sikap

pengolahan sampah meningkat dari 40 % menjadi 93,3.


27

Tabel 4.2
Perbandingan rerata dan hasil uji Responden pada pretest dan posttest
tentang pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam pelatihan dan
pengolahan sampah organik dan anorganik
Kelurahan Latuppa Kecamatan Mungkajang
Tahun 2018

Mean P
Pengetahuan Pretest 2.00
Posttest 5.38
Sikap Pretest 1.17
0.015
Posttest 3.00
Keterampilan Pretest 1.50
Posttest 3.15

Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa mean dari nilai pretest

peningkatan pengetahuan adalah 2.00 dan pada posttest adalah 5.38.

Sedangkan mean dari niali pretest peningkatan sikap adalah 1.17 dan pada

posttest adalah 3.00. Mean dari nilai pretest peningkatan keterampilan

adalah 1.50 dan pada posttest adalah 3.15. Berdasarkan hasil analisis

menggunakan uji statistik Wilcoxon diperoleh nilai p adalah 0.015 lebih

kecil dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa program kegiatan intervensi

yaitu pelatihan pengolahan sampah anorganik dan sampah organik dapat

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan masyarakat di

Kelurahan Latuppa.

2. Pemasangan Papan Informasi

Dari hasil kegiatan intervensi yang kami lakukan bersama dengan

masyarakat setempat dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan

pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat dalam meningkatkan

kebersihan lingkungan kawasan wisata. tingginya tingkat partisipasi dari


28

Tokoh-tokoh masyarakat dan Tokoh Pemuda dalam melaksanakan

pemasangan papan informasi dalam menjaga kebersihan lingkungan.

3. Sosialisasi

Dari hasil kegiatan intervensi yang kami lakukan di Sekolah Dasar

dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan pengetahuan siswa-siswi

Sekolah Dasar tentang pemilahan sampah organik dan anorganik serta

dampak atau bahaya yang ditimbulkan oleh pembuangan sampah

sembarangan. Dimana adanya pemberian materi terkait pemilahan

sampah organik dan anorganik serta dampak atau bahaya yang

ditimbulkan oleh pembuangan sampah sembarangan, kemudian kami

mengadakan games yang bertujuan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan siswa-siswi Sekolah Dasar di Kelurahan Latuppa.

B. Pembahasan

Dari hasil kegiatan program-program yang telah dilaksanakan pada

pengalaman belajar lapangan, kami dapat menarik kesimpulan diantaranya :

1. Pelatihan pengolahan sampah anorganik

Pelatihan pengolahan sampah anorganik dilaksanakan di Kelurahan

Latuppa di RW 1 pada hari kamis, tanggal 26 Juli 2018 pukul 15:00

WITA, daur ulang sampah dengan munggunakan kemasan air gelas

plastik, koran, dan botol bekas. yang akan menghasilkan lampion, tempat

tanaman hias, tempat buah, vas bunga serta kerajinan tangan lainnya yang

dapat dimanfaatkan kembali serta bernilai ekonomis.


29

Pengolahan sampah anorganik bertujuan untuk menciptakan

lingkungan yang bersih dan sehat, dapat dijual kembali sehingga dapat

memperoleh penghasilan, untuk mengurangi dampak dari kerusakan alam

dan lahan, mengurangi pencemaran lingkungan, untuk mengurangi

sampah khususnya sampah anorganik, menghemat menggunakan bahan

baku yang baru karena bisa memakai bahan dari hasil daur ulang.

Sebelum di lakukan kegiatan intervensi pelatihan daur ulang sampah

anorganik. masyarakat di daerah latuppa belum memanfaatkan sampahnya

dengan baik dan masih membuang sampah sembarangan. Sesudah di

lakukan pelatihan daur ulang sampah anorganik. masyarakat dapat

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan diri tentang

pengolahan sampah sehingga masyarakat mampu memanfaatkan sampah

dengan baik.

Kegiatan ini kami angap efektif karena pencapaian sasaran sesuai

dengan apa yang diharapkan. serta antusias masyarakat dalam mengikuti

pelatihan pengolahan sampah anorganik sangat besar.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji statistik Wilcoxon

diperoleh nilai p adalah 0.015 lebih kecil dari 0.05. Hal ini menunjukkan

bahwa program kegiatan intervensi yaitu pelatihan pengolahan sampah

anorganik dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan

masyarakat di Kelurahan Latuppa.


30

2. Pelatihan pembuatan kompos dari sampah organik

Pelatihan pembuatan kompos dari sampah organik dilakukan di RW 1/

RT 2 hari jumat, tanggal 27 Juli 2018, pukul 03.00 WITA, pengomposan

dengan menggunakan bahan organik yakni sisa makanan, kotoran hewan,

daun-daun, dam EM 4, kemudian dicampur dalam wadah tertutup dan

didiamkan selama 2 minggu.

Pengomposan dilakukan dengan tujuan untuk menyediakan pupuk

organik yang murah dan ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan

sendiri dan sekitarnya, dan mengurangi sampah organik.

Sebelum di lakukan kegiatan intervensi pelatihan dan pembuatan

pupuk kompos dengan sampah organik. masyarakat di daerah latuppa

belum memanfaatkan sampahnya dengan baik dan masih membuang

sampah sembarangan. Sesudah di lakukan pelatihan dan pembuatan pupuk

kompos dengan sampah organik. masyarakat dapat meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan tentang pengolahan dan pembuatan

kompos dengan sampah organik sehingga masyarakat mampu

memanfaatkan sampah dengan benar.

Kegiatan ini kami anggap efektif karena pencapaian sasaran sesuai

dengan apa yang diharapkan. serta antusias masyarakat dalam mengikuti

pelatihan pembuatan pupuk kompos sangat baik.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji statistik Wilcoxon

diperoleh nilai p adalah 0.015 lebih kecil dari 0.05. Hal ini menunjukkan

bahwa program kegiatan intervensi yaitu pelatihan pengolahan sampah


31

organik dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan

masyarakat di Kelurahan Latuppa.

3. Pemasangan papan informasi

Pemasangan papan informasi dilakukan di tempat wisata air terjun

Latuppa RW 3 hari sabtu, tanggal 28 Juli 2018, pukul 13.00 WITA,

dengan menggunakan papan bekas sebagai media untuk membuat papan

informasi.

Pemasangan papan informasi dilaksanakan dengan tujuan untuk

mengimbau masyarakat setempat serta para wisata agar tetap menjaga

kebersihan lingkungan kawasan wisata.

Sebelum di lakukan intervensi pemasangan papan informasi di

kawasan wisata air terjun latuppa. masyarakat atau wisatawan yang datang

tidak mementingkan akan kebersihan lingkungan dan membuang sampah

di sembarangan tempat serta kurangnya partisipasi masyarakat untuk

menjaga kebersihan lingkungan. Sesudah pembuatan dan pemasangan

papan informasi. masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan,

keterampilan pembuatan/pemasangan papan informasi tentang sampah dan

kebersihan lingkungan sehingga masyarakat dan wisatawan yang

berkunjung ke tempat wisata tersebut sadar akan pentingnya menjaga dan

melestarikan kebersihan lingkungan serta meningkatkan partisipasi para

tokoh pemuda dan tokoh masyarakat dalam pembuatan dan pemasangan

papan informasi.
32

Kegiatan ini kami anggap efektif karena pencapaian sasaran sesuai

dengan apa yang diharapkan yaitu 1 titik lokasi pemasangan yaitu di

tempat wisata Air terjun Latuppa dapat terlaksana dengan baik dibantu

oleh tokoh-tokoh pemuda serta masyarakat sekitar.

4. Sosialisasi tentang sampah

Program kegiatan intevensi non fisik yang kami lakukan di PBL III ini

adalah sosialisasi tentang jenis-jenis sampah serta dampak yang

ditimbulkan oleh sampah yang dilaksanakan pada hari selasa 31 juli 2018

di SDN 59 Siguntu dan SDN 36 Latuppa. Intervensi non fisik yaitu

sosialisasi menggunakan metode ceramah, hiburan serta games dgn alat

bantu LCD dan sound sistem.

Tujuan kami mengadakan penyuluhan mengenai sampah memberikan

gambaran dan pengetahuan masyarakat tentang dampak yang ditimbulkan

oleh sampah, cara membedakan jenis sampah, serta menumbuhkan sikap

cinta lingkungan kepada generasi muda.

Sebelum melakukan sosialisasi di SD Latuppa dan SD Siguntu di

kelurahan latuppa tentang sampah dan perbedaan sampah organik dan

anorganik. siswa SD di kelurahan latuppa belum bisa membedakan antara

sampah organik dan sampah anorganik serta pengetahuan dan kesadaran

siswa-siswi SD masih rendah. Sesudah di lakukan Sosialisasi di 2 SD

kelurahan Latuppa. siswa-siswi sudah dapat membedakan antara sampah

anorganik dan organik serta meningkatkan kesadaran tentang pentingnya


33

menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah pada

tempatnya.

Kegiatan ini kami anggap efektif karena pencapaian sasaran sesuai

dengan apa yang diharapkan yaitu 2 titik lokasi yaitu di SDN 36 Latuppa

dan SDN 59 Siguntu. serta antusias para siswa-siswi untuk mengikuti

kegiatan sosialisasi tentang sampah.

C. Evaluasi

1. Pelatihan pengolahan sampah anorganik

a. Input

1) Menyiapkan tenaga pelatih pengolahan sampah anorganik dari

Mahasiswa

2) Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk mengolah sampah

anorganik yang tidak digunakan lagi.

3) Menyiapkan tempat untuk melaksanakan pelatihan pengolahan

sampah anorganik.

4) Menyiapkan dana sebesar Rp.50.000

b. Proses

Pelatihan pengolahan sampah anorganik dilaksanakan di Kelurahan

Latuppa di RW 1 pada hari kamis, tanggal 26 Juli 2018 pukul 15:00

WITA, daur ulang sampah dengan munggunakan kemasan air gelas

plastik, koran, dan botol bekas. yang akan menghasilkan lampion,

tempat tanaman hias, tempat buah, vas bunga serta kerajinan tangan
34

lainnya yang dapat dimanfaatkan kembali serta bernilai ekonomis.

Pelatihan ini dilakukan satu kali dengan cara mengumpulkan

masyarakat disatu tempat yang telah disepakati. sebelum dan sesudah

kegiatan pelatihan kami memberikan pretest dan posttest kepada

masyarakat. Pelaksanaan intervensi pelatihan dan pengolah sampah

anorganik terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan secara

efektif dan efisien karena biaya yang telah ditargetkan sebesar

Rp.50.000, namun capaian biayanya hanya Rp. 25.000 jadi pelaksanaan

program ini terlaksana 100 %

c. Output

Setelah kami melakukan persiapan dan pelaksanaan PoA kemudian

kami melakukan evaluasi atau peninjauan ke masyarakat di Kelurahan

Latuppa yang telah diberikan pelatihan. Hal ini betujuan untuk melihat

peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap serta keterampilan

masyarakat dalam mengolah sampah anorganik. Berdasarkan evaluasi

yang dilakukan ternyata terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan

keterampilan masyarakat mengenai pengolahan sampah anorganik

menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis.

2. Pelatihan pembuatan kompos dari sampah organik

a. Input

1) Menyiapkan tenaga pelatih pengolahan sampah organik dari

Mahasiswa
35

2) Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk mengolah

sampah organik yang tidak digunakan lagi.

3) Menyiapkan tempat untuk melaksanakan pelatihan pengolahan

sampah organik.

4) Menyiapkan biaya sebesar Rp. 100.000

b. Proses

Pelatihan pembuatan kompos dari sampah organik dilakukan di

RW 1/ RT 2 hari jumat, tanggal 27 Juli 2018, pukul 03.00 WITA,

pengomposan dengan menggunakan bahan organik yakni sisa

makanan, kotoran hewan, daun-daun, dam EM 4, kemudian dicampur

dalam wadah tertutup dan didiamkan selama 2 minggu. Pelatihan ini

dilakukan satu kali dengan cara mengumpulkan masyarakat disatu

tempat yang telah disepakati. sebelum dan sesudah kegiatan pelatihan

kami memberikan pretest dan posttest kepada masyarakat.

d. Output

Setelah kami melakukan persiapan dan pelaksanaan PoA kemudian

kami melakukan evaluasi atau peninjauan ke masyarakat di Kelurahan

Latuppa yang telah diberikan pelatihan. Hal ini betujuan untuk melihat

peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap serta keterampilan

masyarakat dalam mengolah sampah organik. Berdasarkan evaluasi

yang dilakukan ternyata terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan

keterampilan masyarakat mengenai pengolahan sampah organik

menjadi kompos. Pelaksanaan intervensi pelatihan dan pengolah


36

sampah organik terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan

secara efektif dan efisien karena biaya yang telah ditargetkan sebesar

Rp.100.000, namun capaian biayanya hanya Rp. 90.000 jadi

pelaksanaan program ini terlaksana 100 %

3. Pemasangan papan informasi

a. Input

1) Menyiapkan tenaga untuk membuat dan memasang papan

informasi dari Masyarakat dan Mahasiswa

2) Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk membuat papan

informasi.

3) Menyiapkan tempat untuk melaksanakan dan memasang papan

informasi.

4) Menyiapkan biaya sebesar Rp. 200.000

b. Proses

Pemasangan papan informasi dilakukan di tempat wisata air terjun

Latuppa RW 3 hari sabtu, tanggal 28 Juli 2018, pukul 13.00 WITA,

dengan menggunakan papan bekas sebagai media untuk membuat

papan informasi. Pemasangan papan informasi ini dilakukan satu kali

dengan cara mengumpulkan masyarakat disatu tempat yang telah

disepakati. sebelum dan sesudah kegiatan pemasangan papan

informasi kami memberikan pretest dan posttest kepada masyarakat.


37

c. Output

Setelah kami melakukan persiapan dan pelaksanaan PoA kemudian

kami melakukan evaluasi atau peninjauan ke tempat wisata

di Kelurahan Latuppa yang telah diberikan papan informasi. Hal ini

betujuan untuk melihat peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap

serta keterampilan masyarakat dalam melestarikan lingkungan..

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan ternyata terjadi peningkatan

pengetahua, sikap dan keterampilan masyarakat mengenai pelestarian

lingkungan kawasan wisata. Pelaksanaan intervensi pemasangan papan

informasi di kawasan wisata air terjun terlaksana sesuai dengan yang

telah direncanakan secara efektif dan efisien karena biaya yang telah

ditargetkan sebesar Rp.200.000, namun capaian biayanya hanya Rp.

150.000 jadi pelaksanaan program ini terlaksana 100 %

5. Sosialisasi tentang sampah

a. Input

1) Menyiapkan tenaga pemateri sosialisasi dari mahasiswa.

2) Menyiapkan materi sosialisasi penyuluhan mengenai jenis-jenis

sampah dan bahaya sampah.

3) Menyiapkan tempat sosialisasi dan perlengkapan/ peralatan yang

diperlukan dalam sosialisasi.

4) Menyiapkan biaya sebesar Rp.25.000


38

b. Proses

Sosialisasi sampah tentang jenis-jenis sampah serta dampak yang

ditimbulkan oleh sampah yang dilaksanakan pada hari selasa 31 juli

2018 di SDN 59 Siguntu dan SDN 36 Latuppa. Intervensi non fisik

yaitu sosialisasi menggunakan metode ceramah, hiburan serta games

dgn alat bantu LCD dan sound sistem.

c. Output

Setelah kami melakukan persiapan dan pelaksanaan

dan PoA kemudian kami melakukan evaluasi atau peninjauan ke

sekolah dasar di Kelurahan Latuppa yang telah diberikan

pengetahuan tentang jenis-jenis sampah dan bahaya yang

ditimbulkan oleh sampah. Hal ini betujuan untuk melihat

peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap siswa/siswi sekolah

dasar dalam menjaga kebersihan lingkungan. Berdasarkan evaluasi

yang dilakukan ternyata terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap

mengenai jenis-jenis sampah dan dampak yang ditimbulkan oleh

sampah. Pelaksanaan intervensi sosialisasi terlaksana sesuai

dengan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien karena

biaya yang telah ditargetkan sebesar Rp.52.000, namun capaian

biayanya hanya Rp. 24.000 jadi pelaksanaan program ini terlaksana

100 %
39

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penentuan prioritas masalah, maka kami melakukan

intervensi sebagai berikut:

1. Pelatihan pengolahan sampah anorganik dilaksanakan di Kelurahan

Latuppa untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, dapat

dijual kembali sehingga dapat memperoleh penghasilan, untuk

mengurangi dampak dari kerusakan alam dan lahan, mengurangi

pencemaran lingkungan, untuk mengurangi sampah khususnya sampah

anorganik, menghemat menggunakan bahan baku yang baru karena bisa

memakai bahan dari hasil daur ulang. Berdasarkan hasil analisis

menggunakan uji statistik Wilcoxon diperoleh nilai p adalah 0.015 lebih

kecil dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa program kegiatan intervensi

yaitu pelatihan pengolahan sampah organik dapat meningkatkan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan masyarakat di Kelurahan Latuppa.

2. Pelatihan pembuatan kompos dari sampah organik dilakukan dengan

tujuan untuk menyediakan pupuk organik yang murah dan ramah

lingkungan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan sekitarnya, dan

mengurangi sampah organik. Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji

statistik Wilcoxon diperoleh nilai p adalah 0.015 lebih kecil dari 0.05.

Hal ini menunjukkan bahwa program kegiatan intervensi yaitu pelatihan


40

pengolahan sampah organik dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan masyarakat di Kelurahan Latuppa.

3. Pemasangan papan informasi dilakukan di tempat wisata air terjun

Latuppa dilaksanakan dengan tujuan untuk mengimbau masyarakat

setempat serta para wisata agar tetap menjaga kebersihan lingkungan

kawasan wisata.

4. Program kegiatan intevensi non fisik yang kami lakukan di PBL III ini

adalah sosialisasi tentang jenis-jenis sampah serta dampak yang

ditimbulkan oleh sampah yang dilaksanakan dengan tujuan agar

memberikan gambaran dan pengetahuan masyarakat tentang dampak

yang ditimbulkan oleh sampah, cara membedakan jenis sampah, serta

menumbuhkan sikap cinta lingkungan kepada generasi muda.

B. Saran

1. Pada Pemerintah

a. Perlu perhatian dari pemerintah dalam pelatihan pengolahan sampah

dan pemanfaatan kembali barang-barang bekas.

b. Perlu diadakan mobil/motor pengangkut sampah yang beroperasional

di wiklayah kelurahan latuppa khususnya daerah pariwisata seperti

latuppa.
41

2. Kepada Masyarakat

a. Pada masyarakat yang ada di kelurahan Latuppa agar kiranya sadar

akan pentingnya kebersihan lingkungan yang dapat menjadi sarana

timbulnya berbagai penyakit.

b. Diharapkan keterlibatan masyarakat turut membantu menjaga dan

melestarikan lingkungan guna untuk meningkatkan kualitas kesehatan

khususnya di bidang lingkungan sebagai penunjang sarana kesehatan

lingkungan.
42

DAFTAR PUSTAKA

2018.Buku Pedoman Praktek Belajar Lapangan. Program Studi Kesehatan

Masyarakat Stikes Mega Buana Palopo.

2018.Data Kelurahan Latuppa Kecamatan Mungkajang.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Penerbit

Rineka Cipta. Jakarta.

Chasanah, Risdiani. 2010. Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Pencernaan.

Jakarta : Sunda Kelapa Pustaka.

Irwanto. 2006. Focused Group Discussion (FGD) : Sebuah Pengantar Praktis.

Jakarta : Yayasan OborIndonesia

Suharto, Edi. 2005, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung :

Refika Aditama.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta.

Puji, P. Faridah. 2007. Sukses Berwawancara. Yogyakarta : PT. Citra Aji Parama
43

BERITA ACARA PERTEMUAN

Pada hari Rabu, tanggal 25 Juli 2018


a. Telah diselenggaraka Diskusi Kelompok Terarah (Fokus Group
Discussion) dalam rangka membahas intervensi pemecahan masalah
tentang Sampah. Dari pukul 09:00 WITA sampai dengan pukul 11:00
WITA. Pada :
Tempat : Kantor Kelurahan Latuppa
Jumlah peserta seharusnya : 25 orang
Hadir : 19 orang

b. Catatan selama pertemuan berlangsung


FGD berjalan dengan tertib dan lancar. Selain itu masyarakat
Kelurahan Latuppa memiliki partisipasi yang sangat besar dalam
pemecahan masalah sampah.

Demikian berita acara ini dibuat dengan sesungguhnya.

Palopo, 25 Juli 2018


Mengetahui
Kepala Kelurahan Ketua

ZAINAL. SE ISWAR
NIP.19650804 200701 1 025 M.15.02.012
44

Lampiran

Identitas Responden
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
1. Tahukah anda apa itu sampah?
a. ya
b. tidak
2. Tahukah anda jenis-jenis sampah?
a. ya
b. tidak
3. tahukah anda cara pembuangan sampah yang benar?
a. ya
b. tidak
4. tahukah anda bahaya apa yang ditimbulkan dari sampah?
a. ya
b. tidak
5. apakah anda tahu cara mengolah sampah?
a. ya
b. tidak
6. tahukah anda manfaat dari pengolahan sampah?
a. ya
b. tidak
7. dapatkah anda membedakan sampah organik dan anorganik?
a. ya
b. tidak
8. setujukah anda bahwa sampah dapat dimanfaatkan kembali?
a. ya
b. tidak
9. setujukah anda untuk tidak membuang sampah sembarangan?
a. ya
b. tidak
10. setujukah anda untuk melakukan pengolahan sampah?
a. ya
b. tidak
45

Gambar 5.1
ANALISIS SITUASI
DI KELURAHAN LATUPPA

Analisis situasi di Kelurahaan Latuppa untuk menetukan prioritas masalah yang

mempengaruhi kesehatan lingkungan di Kelurahan Latuppa


46

Gambar 5.2

RAPAT AGENDA DI KELURAHAN LATUPPA

Rapat untuk membahas intervensi pemecahan masalah kesehatan lingkungan

yang ada di kelurahan latuppa, dengan hasil kesepakatan bersama kami

memilih pelatihan daur ulang sampah, pelatihan pembuatan kompos,

pemasangan papan informasi dan sosialisasi ke SD menjadi intervensi

pemecahan masalah yang mempenaruhi kesehatan llingkungan di Kelurahan

Latuppa
47

Gambar 5.3

FGD (Focus Group Discussion)

Diskusi Kelompok Terarah atau FGD (Focus Group Discussion)

untuk menentukan alternatif pemecahan masalah sampah yang ada di Kelurahan

Latuppa yang dihadiri oleh pak Lurah beserta jajaranya, pak Indra Amanah AN

SKM.,MPH, Pak RW, Pak RT, ketua LPMK Latuppa, beserta tokoh-tokoh

masyrakat dan para kader.


48

Gambar 5.4

PELATIHAN DAUR ULANG SAMPAH

Pelatihan daur ulang sampah anorganik bersama dengan ibu-ibu di Kelurahan


Latuppa Kecamatan Muangkajang Kota Palopo
49

Gambar 5.5

PELATIHAN PEMBUATAN PUPUK KOMPOS

Peltihan pembuatan pupuk kompos bersama dengan ibu-ibu di kelurahan Latuppa

kecamatan Mungkajng Kota Palopo


50

Gambar 5.6

PEMASANGAN PAPAN INFORMASI TENTANG KEBERSIHAN

LINGKUNGAN

Pemasangan dan pembuatan papan informasi tentang kebersihan lingkungan

bersama dengan pemuda-pemuda dan bapak-bapak di Kelurahan Latuppa

Kecamatan Mungkajang kota Palopo


51

Gambar 5.7

SOSIALISASI TENTANG PERBEDAAN SAMPAH ORGANIK DAN

ANORGANIK

Sosisalisasi tentang perbedaan sampah organik dan sampah anorgani di SDN 59

Siguntu dan SDN 36 Latuppa dengan peserta siswa/siswi kelas 4, 5, dan 6.


52

Anda mungkin juga menyukai