Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam mengisi aktivitas keseharian, alat indera memiliki peranan
yang sangat penting.Karena melalui alat inderalah kita dapat merasakan
semua hal yang terjadi pada fisik kita. Sebagai contoh berkat indera kulit,
kita merasakan kepanasan saat di luar ruang atau udara sejuk didalam
kantor. Yang lainnya seperti hidung yang mencium bau, telinga yang
mendengar suara, dan mata yang melihat obyek di sekitar kita.Apa yang
dicium oleh hidung, apa yang didengar oleh telinga, apa yang dilihat oleh
mata, itulah yang disebut dengan stimulus. Jika dilihat dari sisi konsumen,
pengolahan informasi pada diri konsumen terjadi ketika salah satu
pancaindera konsumen menerima input dalam bentuk stimulus (Soekidjo,
Notoatmodjo. 2014).
Stimulus bisa berbentuk produk, nama merek, kemasan, iklan,
nama produsen. Produsen harus memahami bagaimana konsumen
mengolah informasi. Pengetahuan ini penting bagi produsen agar ia bisa
merancang proses komunikasi yang efektif bagi konsumen. Terdapat lima
tahap pengolahan informasi. Tahap pertama adalah pemaparan, yaitu
kegiatan yang dilakukan oleh para pemasar untuk menyampaikan stimulus
kepada konsumen. Konsumen yang merasakan stimulus yang datang ke
salah satu panca inderanya disebut sebagai sensasi. Setiap konsumen akan
memiliki tingkat sensasi yang berbeda-beda. Sensasi dipengaruhi oleh
ambang absolut dan perbedaan ambang. Titik dimana seorang konsumen
merasakan perbedaan “ada” dan “tidak ada” dari suatu stimulus disebut
ambang absolut stimulus. Sedangkan batas perbedaan terkecil yang dapat
dirasakan antara dua stimulus yang mirip disebut perbedaan ambang.
Hukum Weber menyatakan bahwa semakin besar intensitas dari stimulus
awal maka semakin besar jumlah perubahan stimulus yang dibutuhkan

1
agar stimulus kedua dapat dirasakan perbedaannya dengan stimulus awal.
(Soekidjo, Notoatmodjo. 2014).

A. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang terurai dalam makalah ini, maka
kami selaku penulis merumuskan isi dari makalah ini, yaitu:
1. Apa pengertian pengolahan informasi konsumen?
2. Bagaimana proses pengolahan informasi konsumen?
3. Bagaimana konsep presepsi konsumen?
4. Bagaimana stimulus pemasaran presepsi kesehatan?
5. Resiko apa saja yang dipresepsi konsumen?
6. Bagaimana cara mengatasi resiko?

B. Tujuan
Kami selaku penulis membuat makalah ini dengan maksud untuk:
1. Untuk mengetahui pengertian pengolahan informasi konsumen.
2. Untuk mengetahui proses pengolahan informasi konsumen.
3. Untuk mengetahui konsep presepsi konsumen.
4. Untuk mengetahui stimulus pemasaran presepsi kesehatan.
5. Untuk mengetahui resiko yang dipresepsi konsumen.
6. Untuk mengetahui cara mengatasi resiko.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengolahan Informasi konsumen


Dalam mengisi aktivitas keseharian, alat indra mempunyai peranan
yang sangat penting karena melalui alat indera lah kita dapat merasakan
semua hal yang terjadi pada fisik kita. Sebagai contoh berkat indera kulit,
kita merasakan kepanasaan saat di luar ruangan dan sejuk saat di kantor,
yang lainnya seperti hidung yang mencium bau, telinga yang mendengar
suara, dan mata yang melihat objek di sekitar kita. Apa yang dicium oleh
hidung, apa yang didengar oleh telinga, apa yang dilihat oleh mata, itulah
yang disebut stimulus (Sumarwan, U. 2003).
Pengolahan informasi pada diri konsumen terjadi ketika salah satu
panca indera menerima input berupa stimulus. Stimulus dapat berbentuk
produk, nama merk, iklan, nama produsen. Iklan berbagai produk yang
ditayangkan ditelevisi dan radio adalah stimulus yang dirancang khusus
oleh produsen agar menarik perhatian konsumen, sehingga konsumen mau
melihat dan mendengarkan iklan tersebut. Produsen mengharapkan
konsumen menyukai iklan produknya, kemudian menyukai produknya dan
membelinya. Produsen harus memahami bagaimana konsumen mengolah
informasi. Pengetahuan ini penting bagi produsen agar dapat merancang
proses komunikasi yang efektif bagi konsumen (Sumarwan, U. 2003).
Pengolahan informasi adalah serangkaian kegiatan dimana
rangsangan yang dirasakan, diubah menjadi informasi, dan disimpan.
Suatu model pemrosesan persepsi yang memiliki 4 langkah utama yaitu,
keterbukaan (exposure), perhatian, interpretasi dan memori (Sumarwan, U.
2003).

3
B. Proses Pengolahan Informasi
Menurut (Engel, Blackwell, dan Miniard. (1995) mengutip
pendapat William McGuire yang menyatakan bahwa ada lima tahap
pengolahan informasi, yaitu :
1. Pemaparan
Tahap pertama dari proses pengolahan informasi adalah
pemaparan. Pemaparan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh para
pemasar untuk menyampaikan stimulus kepada konsumen. Konsumen
yang merasakan stimulus yang datang ke salah satu pancaindranya
berarti konsumen merasakan sensasi.
a. Sensasi
Sensasi adalah respon langsung dan cepat dari pancaindra terhadap
stimulus yang datang (apakah berupa iklan, kemasan, maupun
merek).Sensasi yang dirasakan konsumen dipengaruhi oleh ambang
absolut (The Absolute Threshold) dan perbedaan ambang
(Differential Threshold).
b. Ambang absolut (the absolute threshold)
Ambang Absolut adalah jumlah minimum intensitas atau energi
stimulus yang diperlukan oleh seorang konsumen agar ia
merasakan sensasi. Titik dimana seorang konsumen merasakan
perbedaan “ada” dan “tidak ada” dari suatu stimulus, itulah yang
disebut ambang absolut stimulus bagi konsumen tersebut.
c. Ambang berbeda (the differential threshold)
Ambang berbeda merupakan batas perbedaan terkecil yang dapat
dirasakan antara 2 stimulus yang mirip (Schiffman dan Kanuk,
2010). Konsep ambang berbeda ini dikenal juga dgn nama The Just
Noticeable Difference Threshhold (JND), yang didefinisikan oleh
Mowen dan Minor, (1998) sebagai “the minimum amount of
difference in the intensity of a stimulus that can be detected 50% of
the time” (jumlah minimum perbedaan intensitas stimulus yang
dapat dideteksi 50% dari waktunya). Definisi lain dikemukakan

4
oleh Blackwell, Engel, & Miniard (1995), yaitu “the smallest
change in stimulus intensity that will be noticed” (perubahan
terkecil dalam intensitas stimulus yangakan diperhatikan).

2. Perhatian
Perhatian adalah tahap kedua dari proses pengolahan informasi.
Pada tahap pertama, produsen memaparkan stimulus kepada
konsumen. Tidak semua stimulus yang dipaparkan dan diterima
konsumen akan memperoleh perhatian dan berlanjut dengan
pengolahan stimulus tersebut. Keterbatasan sumber daya kognitif
konsumen untuk mengolah semua informasi yang diterimanya
merupakan penyebabnya. Konsumen menyeleksi stimulus atau
informasi mana yangakan diperhatikannya dan akan diproses lebih
lanjut, yang dikenal dengan Perceptual Selection. Produsen tentu
menginginkan bahwa stimulus yang dipaparkan tersebut diperhatikan
oleh konsumen.Produsen harus berupaya merebut perhatian konsumen
agar konsumen membaca, melihat, dan mendengarkan hal
yangdikomunikasikan oleh para pemasarnya. Faktor utama yang
memengaruhi perceptual selectionatau perhatian konsumen terhadap
stimulus yangakan diperhatikannya adalah:
a. Faktor Pribadi
Faktor pribadi adalah karakteristik konsumen yg muncul dari
dalam diri konsumen.Faktor ini ada di luar kontrol
pemasar.Contohnya adalah motivasi dan kebutuhan konsumen.
Konsumen yang merasa lapar tentu akan sangat cepat
memperhatikan segala stimulus yang berkaitan dgn makanan,
misalnya aroma makanan dan restoran yang dijumpainya.
b. Faktor Stimulus
Faktor ini bisa dikontrol & dimanipulasi oleh pemasar &
pengiklan dgn tujuan utamanya utk menarik perhatian

5
konsumen. Faktor-faktor yg harus diperhatikan pemasar dalam
memberi stimulus kepada konsumen antara lain:
a) Ukuran, tinggi rendahnya perhatian konsumen terhadap
produk dapat ditentukan oleh ukuran suatu iklan.
Semakin besar ukuran iklan yg dipasang, khususnya di
media cetak, semakin besar kemungkinan konsumen
utk menyimak dan memperhatikan produk tersebut.
Semakin besar ukuran stimulus, semakin menarik
perhatian konsumen.
b) Warna, penggunaan warna-warni yang serasi dari suatu
stimulus dapat mendorong konsumen utk lebih
memperhatikan produk yang ditawarkan dibandingkan
penggunaan warna yang terlalu kasat mata. Warna-
warni dari suatu stimulus akan menarik perhatian lebih
besar dibandingkan dengan stimulus yang hitam putih
atau warna yang tidak tepat.
c) Intensitas, iklan yang ditampilkan dgn durasi waktu
yang cukup lama di media elektronik, penggunaan suara
yang keras, dan intensitas penayangan yang tinggi dapat
membuat suatu produk senantiasa diingat konsumen.
Hal ini dikarenakan perbedaan penyajian iklan yang
mengundang pengamatan lebih dari pihak konsumen.
Stimulus sering kali timbul karena suara yang lebih
keras, durasi iklan lebih lama dan frekuensi lebih
sering.
d) Kontras, stimulus dgn panduan warna yg kontras antara
produk dan latar belakangnya dapat terlihat lebih hidup
&akan menarik perhatian konsumen.
e) Posisi, dalam penempatan suatu iklan di media cetak
dapat mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat perhatian
konsumen. Iklan yang berada pada sampul sebuah

6
majalah, pada kolom dengan topik utama, maupun
bagian halaman yang menjadi perhatian konsumen akan
lebih menarik dibandingkan jika berada pada kolom
atau halaman di bagian dalam. Posisi iklan yang terletak
di antara kolom berita di dalam suatu majalah atau surat
kabar dapat menarik perhatian konsumen jika konsep
yg dibuat maksimalis, misalnya dalam hal ukuran,
warna dan penggunaan gambar. Konsumen juga
memperhatikan stimulus yang letaknya strategis dari
faktor lokasi.
f) Petunjuk, digunakan untuk memperlihatkan suatu iklan
dapat menajdi stimulus yang baik untuk menarik
perhatian konsumen. Penggunaan tanda panah sangat
umum digunakan untuk mengkomunikasikan tujuan yg
ingin disampaikan oleh pemasar. Mata konsumen sering
kali lebih tertuju kepada stimulus yang diarahkan oleh
suatu petunjuk.
g) Kebauran, rasa keingintahuan konsumen akan suatu
produk dapat ditimbulkan pula dengan teknik novelty
sebagai bentuk kreativitas pemasar dalam menampilkan
iklan. Pemunculan yang dibuat berseri/bersambung
ataupun pemunculan yang dibuat dalam jarak halaman
yang berbeda akan menyita perhatian konsumen yang
ingin mengetahui konsep yang sebetulnya ingin
disampaikan oleh pemasar. Dengan keingintahuan
tersebut, secara tidak langsung pemasar telah berhasil
menanamkan image produknya di benak konsumen.
h) Isolasi, adalah teknik meletakkan stimulus pada suatu
ruang di mana ruang yg digunakan oleh stimulus hanya
sedikit sekali dan terdapat sisa ruangan besar yang tidak
terpakai. Beberapa pemasar ada yang menggunakan

7
konsep isolasi atau sering disebut “white space” dalam
mengiklankan produknya, yaitu penggunaan ruang yang
lebih kecil untuk produk sedangkan sisa ruangan
dibiarkan tidak terpakai. Tujuannya adalah utuk
menarik perhatian konsumen agar lebih fokus terhadap
produk yang ditawarkan.
i) Stimulus yang disengaja (“learned” attention-inducing
stimuli), membuat konsumen bereaksi dengan cepat.
Stimulus seperti ini misalnya membuka pintu waktu bel
berbungi dan mengangkat telepon ketika berdering.
Iklan yang memberikan stimulus yang dapat menarik
perhatian kita, seperti bunyi bel. Pemberi pesan yang
menarik dengan menggunakan tokoh masyarakat,
selebritis atau eksekutif juga dapat menarik konsumen.
3. Pemahaman
Pemahaman, adalah tahap ketiga dari proses pengolahan informasi,
merupakan usaha konsumen utuk mengartikan atau
menginterpretasikan stimulus. Pada tahap ini, konsumen melakukan
“perceptual organization”.Stimulus yang diterima konsumen berjumlah
puluhan bahkan ratusan. Stimulus tersebut tidak diperlakukan sebagai
hal yang terpisah satu sama lainnya. Konsumen cenderung melakukan
pengelompokan stimulus sehingga memandangnya sebagai satu
kesatuan (perceptual organization atau stimulus organization).Prinsip
ini dikembangkan oleh disiplin Gestalt psychology yang menguraikan
bagaimana seseorang mengorganisasikan dan mengintegrasikan
stimulus untuk memperoleh makna yang menyeluruh. Ada 3 prinsip
perceptual organization, yaitu :
a. Gambar dan Latar Belakang (Figure and Ground)
Objek atau stimulus yg ditempatkan dalam suatu latar belakang
(ground) disebut gambar (figure). Konsumen cenderung
memisahkan mana objek yang harus diperhatikan dan mana latar

8
belakangnya.Gambar ini merupakan stimulus bagi individu yg
melihatnya.Kecenderungan pada diri setiap individu adalah tidak
melihat gambar yang tidak menarik perhatiannya.Mereka
cenderung untuk memisahkan gambar yang kurang menarik bagi
mereka dan hanya memperhatikan gambar yang menarik bagi
mereka saja. Gambar yg mereka lihat ini akan mereka persepsikan
dgn latar belakang yg terdapat di belakang gambar tersebut. Teori
ini sering dipakai oleh media periklanan yang memasang iklan
mereka dalam bentuk gambar, seperti media cetak dan media
elektronik.
b. Pengelompokan (Grouping)
Konsumen biasanya mengelompokkan stimulus sehingga
membentuk satu kesatuan arti. Konsumen akan lebih mudah
mengingat informasi dalam bentuk kelompok atau berkaitan dgn
sesuatu hal dibandingkan informasi tersebut terpisah-pisah. Jika
kita bertanya kepada seseorang utk menyebutkan nomor teleponnya
maka ia mungkin akan menyebut 08 648 489 atau 0864 84 89.
c. Closure
Objek yang sukar dipahami oleh konsumen akan terus diamati oleh
konsumen walaupun ada bagian dari objek yang hilang atau tidak
lengkap. Inilah prinsip closure. Apabila objek ada yang tidak
lengkap dalam iklan, konsumen akan berusaha melengkapi bagian
yang hilang tersebut.

4. Penerimaan
Penerimaan adalah tahap keempat dari pengolahan
informasi.Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa tahap
pemaparan, perhatian, dan pemahaman merupakan persepsi
konsumen.Setelah konsumen melihat stimulus, memperhatikan, dan
memahami stimulus tersebut maka sampailah kepada suatu kesimpulan
mengenai stimulus atau objek tersebut.Inilah yang disebut sebagai

9
persepsi konsumen terhadap objek tersebut atau citra produk. Persepsi
konsumen merupakan output dari penerimaan konsumen terhadap
stimulus. Di dalam konteks pemasaran, persepsi konsumen bisa berupa
persepsi produk, persepsi merek, persepsi pelayanan, persepsi harga,
persepsi kualitas produk, persepsi toko, atau persepsi terhadap
produsen.

5. Retensi
Tahap kelima dari proses pengolahan informasi adalah retensi
merupakan proses memindahkan informasi ke memori jangka panjang
(long-term memory). Informasi yang disimpan adalah interpretasi
konsumen terhadap stimulus yang diterimanya. Selanjutnya apa yang
tersimpan di dalam memori konsumen akan memengaruhi persepsinya
terhadap stimulus yang baru (exposure, attention, dan comprehension).
Mowen dan Minor (1998) membahas topik retensi dalam Bab
Memory& Cognitive Learning. Mereka mengemukakan bahwa memori
memengaruhi proses perhatian dengan mengarahkan sistem sensori
sehingga konsumen dapat berkonsentrasi secara selektif kepada
stimulus tertentu. Stimulus tersebut akan memicu harapan dan asosiasi
antarstimulus lainnya dalam memori sehingga mempengaruhi harapan
konsumen.
Memori terdiri atas tiga sistem penyimpanan :
a. Memori sensori : tempat penyimpanan informasi sementara dan
penyimpanannya berlangsung sangat singkat ( kurang dari satu
detik ).
b. Memori jangka pendek : tempat penyimpan informasi untuk
waktu yang terbatas dan memiliki kapasitas terbatas, lamanya
waktu penyimpanan adalah kurang dari 30 detik.
c. Memori jangka panjang : tempat menyimpan informasi dalam
jangka waktu yang lama, memiliki kapasitas yang tidak terbatas
dan menyimpan semua pengetahuan konsumen secara permanen.

10
Rehersal adalah kegiatan mental konsumen untuk mengingat-ingat
informasi yang diterimanya dan menghubungkan dengan informasi
lainnya yang sudah tersimpan di memorinya.
Encoding adalah proses untuk menyeleksi sebuah kata atau gambar
untuk menyatakan suatu persepsi terhadap sebuah objek.
Contoh : penggunaan simbol atau logo untuk melambangkan merek
produknya agar mudah diingat konsumen.

C. Konsep Persepsi konsemen


Schifmann dan kanuk (2000) menyebutkan bahwa presepsi adalah
cara orang memandang dunia in. Dari definisi yang umum ini dapat dilihat
bahwa peresepsi seseorang akan berbeda dari yang lain. Cara memandang
dunia suda pasti dipengaruhi oleh dari dalam maupun luar orang itu.
Solomon (1999) mendefinisikan persepsi sebagai proses dimana
sensasi yang diterima oleh seseorang dipilih dan dipilah, kemudian diatur
dan akhirnya diinterpretasikan.
Ada bebrapa factor yang mempegaruhi pembentukan persepsi
seseorang, yaitu:
1. Factor internal
a. Pengalaman
b. Kebutuhan saat itu
c. Nilai-nilai yang dianutnya
d. Ekspektasi/pengharapannya
2. Factor eksternal
a. Tampilan produk
b. Sifat-sifat stimulus
c. Situasi lingkungan
Persepsi, menurut Rakhmat Jalaludin (1998: 51), adalah
pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

11
Menurut Ruch (1967: 300), persepsi adalah suatu proses tentang
petunjuk-petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang
relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang
terstuktur dan bermakna pada situasi-situasi tertentu. Senada dengan hal
tersebut Atkinson dan Hilgard (1991: 201), mengemukakan bahwa
persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan
pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan Donely (1994: 53)
menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap
lingkungan oleh seorang individu.
Menurut Mowen dan Minor, tahap pemaparan, perhatian &
pemahaman disebut persepsi. Persepsi ini bersama keterlibatan konsumen
(level of consumer involvement) dan memori akan memengaruhi
pengolahan informasi. Selanjutnya ia mendefinisikan persepsi sebagai
“Perception is the process through which individuals are exposed to
information, attend to that information, and comprehend it” (persepsi
adalah proses melalui mana individu yang terkena informasi, hadir utk
informasi itu dan memahaminya).
Schiffman dan Kanuk (2010) mendefinisikan persepsi sebagai
“Perception is defined as the process by which an individual selects,
organizes, and interprets stimuli into a meaningful and coherent picture of
the world” (persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seorang individu
memilih, mengatur dan menafsirkan rangsangan menjadi sebuah gambar
yang bermakna dan koheren dgn dunia). Bagaimana seorang konsumen
melihat realitas di luar dirinya atau dunia sekelilingnya, itulah yang
disebut dgn persepsi seorang konsumen.
Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan
pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi
terjadi kapan saja stimulus menggerakan indera. Dalam hal ini persepsi
diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian
obyektif dengan bantuan indera (Chaplin, 1989: 358), sebagai cara
pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus.

12
D. Stimulus Pemasaran Presepsi Kesehatan
Menurut (Ristiyani Prasetijo 2004) faktor-faktor yang
mempengaruhi komunikasi pemasaran terhadap stimulus :
a. Penglihatan
Pemasaran sangat mengandalkan fungsi penglihatan
konsumen dalam hamper seluruh kiat pemasarannya. Berbagai
bentuk periklanan yang digunakan, kemasan produk, rancangan
took, front office hotel, sangat memperhatikan efek warna,
sinar, benruk, gaya, tata ltak, ukuran, dan sebagainya. Semua
itu memberikan rangsangan penglihatan konsumen atau
prospek.
b. Bau / Aroma
Bau tertentu dapat mempengaruhi emosi seseorang,
mengingatkan pada pengalaman di masa lampau dan
mengurangi stres. Ini yang disebut sebagai “aroma therapy”
yang dewasa ini sangat digemari orang.
c. Bunyi / Suara
Dalam komunikasi pemasaran untuk mempengaruhi
konsumen, terutama terhadap suasana hati, music memegang
peranan yang penting. Pengiklananpun mencari orang dengan
suara yang sesuai untuk mengkomunikasikan pesannya.
Kecepatan bicara pun ditentukan dalam tempo terbaik supaya
bias diterima konsumen atau prospek dengan baik.
d. Raba
Kunsumen meraba perabotan atau kain (bahan pakaian) dan
mengasosiasikan hasil rabaan itu dengan kualitas produk.

e. Rasa
Rasa terutama penting untuk produk-produk makanan dan
obat-obatan. Selera konsumen dalam hal rasa pun berbeda.

13
Sejalan dengan upaya pembedaan yang dilakukan produsen
makanan, selera daerah maupun Negara menjadi objek yang
menarik.

E. Resiko yang Dipersepsi Konsumen


Risiko selalu mengikuti setiap pengambilan keputusan; demikian
juga keputusan beli. Ada atau tidaknya risiko itu seringkali tidak begitu
obyektif, hanya saja orang. Risiko yang dipersepsi adalah risiko yang
mempengaruhi perilaku konsumen risiko yang dipersepsi konsumen
mencakup:
a. Function risk atau performance risk, yaitu risiko bila produk
tidak dapat memberikan kinerja seperti yang diharapkan.
b. Physical risk, yaitu risiko pada diri sendiri atau orang lain yang
mungkin akan diakibatkan oleh produk.
c. Financial risk, yaitu risiko bila produk tidak sesuai dengan
harganya.
d. Social risk, yaitu risiko yang ditimbulkan bila ternyata produk
yang dipilih malah menimbulkan penghinaan dan
menyebabkan perasaan malu.
e. Psychological risk, yaitu risiko bila produk malah melukai ego
konsumen.
f. Time risk, yaitu risiko bila waktu yang dihabiskan untuk
mendapatkan produk akan sia-sia karena kinerja produk tidak
seperti yang diharapkan.
Risiko legal, yaitu risiko terjadinya tuntutan hukum oleh pihak ketiga.

Persepsi tentang risiko ini tergantung pada banyak faktor.Pertama,


persepsi tentang risiko bias tegantung pada kategori produk. Kategori
produk tentang risiko Kedua, persepsi tentang risiko tergantung pada
situasi waktu belanja. Ketiga, persepsi tentang risiko tergantung pada
kebudayaan (Ristiyani Prasetijo. 2004).

14
F. Cara Mengatasi Risiko Presepsi Konsumen
Pengaruh dari risiko-risiko yang dipersepsi oleh konsumen itu tidak
boleh diabaikan pemasa. Risiko tersebut akan semakin besar pada produk-
produk yang harganya mahal, mudah dilihat orang lain, atau sangat
menentukan status seseorang. Persepsi tentang resiko hanya bisa diperkecil
namun tidak dapat dihilangkan. Konsumen yang mempersepsi risiko lebih
besar cenderung (demi kemudahan) mengelak dari produk yang
ditawarkan. Bila motifasi untuk mendapatkan produk cukup besar, untuk
menghilangkan ketegangan (disharmoni) yang dialami mereka akan
berusaha meyakinkan diri bahwa risiko itu tidak sedemikian besarnya
dengan perilaku-perilaku berikut ini (Ristiyani Prasetijo. 2004):
a. Konsumen mencari informasi
Informasi - informasi yang didapat akan digunakan untuk
mempertimbangkan penentuan alternatif-alternatif dan akhirnya
dalam mengambil keputusan beli.
b. Brand loyalty
Konsumen memilih produk berdasarkan pengalaman penggunaan
atau konsumsi produk di waktu-waktu yang lalu, yang pernah
memberikan kepuasan.
c. Konsumen memilih berdasarkan brand-image atau citra
produk/merek
Konsumen membeli model yang paling mahal. Konsumen
mempersepsi adanya korelasi positif antara harga dan kualitas.
Konsumen mencari jaminan, mencoba sebelum membeli, dan
sebaliknya, perilaku ini banyak digunakan oleh pemasar, terutama
untuk produk-produk yang dipersepsi mengandung risiko cukup
tinggi.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengolahan informasi adalah serangkaian kegiatan dimana rangsangan
yang dirasakan, diubah menjadi informasi, dan disimpan.
2. Menurut (Engel, Blackwell, dan Miniard. (1995) mengutip pendapat
William Mc Guire yang menyatakan bahwa ada lima tahap pengolahan
informasi, yaitu pemaparan, perhatian, pemahaman, penerimaan,
retensi.
3. Solomon (1999) mendefinisikan persepsi sebagai proses dimana
sensasi yang diterima oleh seseorang dipilih dan dipilah, kemudian
diatur dan akhirnya diinterpretasikan
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pemasaran terhadap
stimulus yaitu penglihatan, bau/aroma, bunyi/Suara, raba, rasa.
5. Risiko yang mempengaruhi perilaku konsumen risiko yang dipersepsi
konsumen mencakup, function risk atau performance risk, physical
risk, financial risk, Social risk.
6. Cara mengatasi risiko presepsi konsumen yaitu konsumen mencari
informasi, brand loyalty, Konsumen memilih berdasarkan brand-
image atau citra produk/merek

B. Saran
Persepsi dapat membantu konsumen dalam melakukan keputusan
pembelian terhadap suatu produk. Dimana seorang konsumen akan
meninjau lebih lanjut mengenai pandangan mereka akan suatu produk
yang dikiranya pantas atau tidaknya untuk dibeli. Oleh karena itu, suatu
instansi atau perusahaan disarankan untuk lebih kreatif dalam menciptakan
suatu produk, sehingga konsumen akan merasa yakin dan akan terdorong
untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh
instansi atau perusahaan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Prasetijo, Ristiyani. 2004. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Andi Offset

Soekidjo, Notoatmodjo. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Tambajong, J. (1995). Pengantar Psikologi Konsumen. Cetakan pertama. Jakarta:


Kawan pustaka.

Sumarwan, U. (2003). Perilaku Konsumen: Theory & Application in Marketing.


Remaja Redaskarya- Bandung.

17

Anda mungkin juga menyukai