Anda di halaman 1dari 2

 Diskusi 7 ( ekonomi manajerial )

National procurement
National procurement adalah jaminan dari pemerintah untuk membeli produk-produk domestik.
Dengan jaminan tersebut, pemerintah bisa mengarahkan suatu produk untuk diproduksi secara
domestik, meskipun produk tersebut akan lebih murah apabila diimpor. Instrumen ini bisa
memberikan proteksi kepada produsen pada tahap awal seperti pada kasus infant industry. Dampak
awal dari instrumen tersebut adalah naiknya harga jual produk karena proses produksinya belum
mencapai kapasitas optimal. Atau, harga bisa rendah, apabila regulator bersedia memberikan subsidi
pada produk tersebut.

Alasan pemerintah melakukan National procurement:


Mengurangi Pengangguran
Semakin banyak produk lokal yang kita gunakan (demand), artinya akan meningkatkan sisi supply, di
mana pasti dibutuhkan banyak tenaga kerja untuk memenuhi permintaan pasar agar ketersediaan
produk terpenuhi. Hal ini tentu berdampak pada dibutuhkan tenaga kerja yang terkait dengan produk
tersebut; mulai dari sisi produksi, pemasaran bahkan mungkin jaminan purna jual. Pada akhirnya,
angka pengangguran pun akan turun, karena kebutuhan tenaga kerja di Indonesia selalu tersedia.

Mengurangi Potensi Sumber Daya Alam Mentah Diekspor


Permintaan yang tinggi atas sebuah produk industri, pada akhirnya mengurangi kemungkinan untuk
larinya bahan-bahan lokal yang menjadi komponen utama produk tersebut dijual secara mentah ke
luar negeri. Karena nilai ekonomis barang tentunya akan semakin tinggi jika bahan-bahan mentah
tersebut bisa diolah di Indonesia.

Memperkuat rupiah
Dengan membeli produk lokal perputaran uang yang kita gunakan untuk membeli produk tersebut
akan tetap berada di negeri ini. Artinya, ini akan menjadikan rupiah kita kuat dan perekonomian
negara ini pun berjalan secara kuat.

Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia


Kesadaran membeli, menggunakan dan memiliki produk lokal pada akhirnya menjadikan masyarakat,
yang bekerja dibalik munculnya produk-produk lokal tersebut terjamin ekonominya. Dengan
terjaminnya ekonomi mereka, pada akhirnya kesejahteraan mereka pun terjamin, karena nilai
ekonomi produk lokal secara perlahan dan pasti akan naik. Dan kenaikan ini tentu berdampak pada
kenaikan pendapatan mereka. Sehingga dapat memperkuat perekonomian Indonesia.

2. Non Tarief Barries / Penghalang nontarif adalah cara untuk membatasi perdagangan
menggunakan hambatan perdagangan dalam bentuk selain tarif .

a. Subsidi ekspor (export subsidy)


Subsidi ekspor (export subsidy) adalah pemberian subsidi oleh regulator kepada produsen yang
melakukan ekspor. Subsidi ekspor memberikan insentif kepada produsen untuk memproduksi produk
tradable (produk yang bisa diperdagangkan secara internasional).
Subsidi ekspor merupakan kebijakan pemerintah yang ingin mendorong ekspor barang dan
mengurangi penjualan barang di pasar domestik dengan menggunakan pembayaran langsung,
pinjaman berbunga rendah, keringanan pajak untuk pengekspor, atau iklan di negara lain yang
didanai oleh pemerintah.

b. Export Credit Subsidy


Subsidi kredit ekspor adalah pinjaman/kredit kepada pembeli (pengimpor) untuk mengimpor suatu
barang. Pemberi kredit biasanya institusi pemerintah, yaitu bank ekspor-impor (bank Exim) suatu
negara. Subsidi kredit ekspor ini pada prinsipnya adalah memberikan insentif kepada pembeli
internasional (dalam bentuk harga “murah”) untuk membeli produk Ekspor suatu negara yang kurang
atau tidak laku. Instrumen ini muncul biasanya karena suatu negara memaksakan untuk
memproduksi barang yang negara tersebut tidak mempunyai keunggulan komparatif di produk
tersebut.

c. Import Quota
Kuota impor adalah batasan jumlah impor barang. Batasan impor ini membatasi jumlah batasan
persediaan produk di pasar domestik.
Kuota impor merupakan kebijakan yang memberikan batasan akan jumlah barang impor yang akan
masuk dalam negeri dengan tujuan untuk melindungi industri dalam negeri. Dengan demikian
kebijakan kuota merupakan kebijakan untuk melakukan proteksi yang sifatnya nontariff.

d. Voluntary Export Restraints


Voluntary export restraints (VER) adalah kuota yang “dipasang” sendiri secara suka rela (voluntarily)
oleh negara pengekspor, bukan pengimpor.
VER merupakan pembatasan perdagangan atas jumlah barang yang diizinkan oleh negara
pengekspor untuk diekspor ke negara lain. Batas ini diberlakukan sendiri oleh negara pengekspor.
VER sering dibuat karena negara-negara pengekspor lebih memilih untuk menerapkan batasan
mereka sendiri daripada risiko mempertahankan persyaratan yang lebih buruk dari tarif atau kuota.

Referensi :
Sunaryo T. BMP Ekonomi Manajerial EKMA4312
https://www.kompasiana.com/agustanto.imam52/5a36068bdd0fa8758428f534/perkuat-
perekonomian-indonesia-gunakan-produk-lokal?

Anda mungkin juga menyukai