PENDAULUAN
A. Latar Belakang
Kota sebagai salah satu pusat ekonomi dan bisnis pada suatu wilayah tentunya
mempunyai daya tarik terhadap berbagai kepentingan di dalamnya. Hal itu memberikan
daya tarik terhadap para pendatang untuk melakukan kegiatan ekonomi dan bisnis di
wilayah tersebut.
Perkembangan wilayah kota yang dinamis membawa berbagai macam dampak
bagi pola kehidupan masyarakat kota itu sendiri. Perkembangan pusat kota yang
merupakan sentra dari kegiatan ekonomi menjadi daya tarik bagi masyarakat yang
dapat membawa pengaruh bagi tingginya arus tenaga kerja baik dari dalam kota itu
sendiri maupun dari luar wilayah Kota, sehingga menyebabkan pula tingginya arus
urbanisasi. Dampak lain dari tingginya arus urbanisasi kota adalah dalam hal
permukiman kota. Tingginya jumlah penduduk di pusat kota mengharuskan
terpenuhinya kebutuhan akan permukiman yang layak huni, khususnya untuk
menampung kaum urbanis yang pekerjaannya terkonsentrasi pada sektor perdagangan
dan jasa di kawasan komersial yang ada di pusat kota. Ketersediaan sarana dan
prasarana yang lengkap di pusat kota ini menimbulkan daya tarik bagi masyarakat
untuk bermukim di kawasan tersebut. Masyarakat membutuhkan tempat hunian lebih
banyak berada di sekitar kawasan komersial kota, hal ini dimungkinkan juga karena
mereka mendekati pusat perdagangan untuk membuka usaha dengan memanfaatkan
keramaian. Selain itu alasan lain bagi masyarakat tertarik untuk bertempat tinggal di
sekitar kawasan pusat kota karena lebih memudahkan jangkauan tempat kerja bagi
mereka yang bekerja di pusat kota, serta memenuhi kebutuhan tempat tinggal
masyarakat yang banyak bekerja di kawasan CBD kota. Banyaknya pendatang di
wilayah tersebut memerlukan lahan untuk dijadikan permukiman.Ketersediaan lahan
yang ada tidak sesuai dengan jumlah orang yang datang menimbulkan banyaknya
permukiman kumuh.
Kurang siapnya kota dengan sistem perencanaan dan pengelolaan kota yang
tepat, dalam mengantisipasi pertambahan penduduk dengan berbagai motif dan
keragaman nampaknya menjadi penyebab utama yang memicu timbulnya permasalahan
permukiman. Pemenuhan akan kebutuhan prasarana dan sarana permukiman baik dari
segi perumahan maupun lingkungan permukiman yang terjangkau dan layak huni
belum sepenuhnya dapat disediakan oleh masyarakat sendiri maupun pemerintah.
Akibatnya, daya dukung prasarana dan sarana lingkungan permukiman yang ada mulai
menurun dan pada akhirnya akan memberikan kontribusi terjadinya permukiman
kumuh.
Keberadaan Wilayah permukiman kumuh ini antara lain di wilayah pesisir
Kecamatan Wara Timur Kota Palopo. Kota Palopo merupakan salah satu daerah yang
berkembang di Provinsi Sulawesi Selatan. Kecamatan Wara Timur ini terdapat di
bagian pesisir wilayah Kota Palopo. Kawasan Kecamatan Wara Timur merupakan salah
satu kawasan yang memiliki kawasan strategis di Kota Palopo. Keberadaan kawasan ini
sebagai gerbang utama untuk akses laut karena memliki Pelabuan Tanjung Ringgit,
yang berfungsi sebagai tempat berlabuhnya kapal penumpang baik kapal barang dari
berbagai daerah.
Kecamatan Wara Timur dikategorikan sebagai wilayah permukiman kumuh,
karena kondisi rumah-rumah di kelurahan ini belum sepenuhnya terlayani dengan
fasilitas pelayanan dasar seperti sanitasi yang kurang baik, memiliki sumber air bersih
yang masih minim, sistem pengelolaan sampah yang kurang baik, sehingga banyak
sampah yang berserakan di pinggir saluran drainase. Selain itu, Kecamatan Wara Timur
memiliki jaringan listrik yang kurang teratur dan masih banyak permasalahan.
Banyaknya permasalahan yang ada di Kecamatan Wara Timur ini menimbulkan
kondisi Kecematan tersebut memprihatinkan seperti pada kondisi ekonomi yang kurang
baik, kondisi kesehatan masih kurang baik, kondisi pendidikan masih sangat minim dan
juga kondisi sosial yang masih kurang baik. Jika ditinjau dari kondisi ekonomi
masyarakat di Wilayah Kecamatan Wara Timur, pendapatan masyarakatnya mayoritas
berpenghasilan dari nelayan.
Kondisi kesehatan masyarakat di Kecamatan Wara Timur ini masih kurang
baik, rumah – rumah yang ada di Kecamatan Wara Timur tidak teratur, jalan yang tidak
memadai pada jalan-jalan kecil, adapun saluran drainase yang tidak begitu banyak
namun saluran tersebut tidak terawat dengan baik, banyak penumpukan sampah di
setiap saluran drainase. Saluran darinase ini di jadikan masyarakat sebagai tempat
pembuangan sampah sehingga kondisi lingkungan di Wilayah Kecamatan Wara Timur
menimbulkan bau yang tidak sedap. Kondisi lingkungan yang seperti ini akan
berpotensi menimbulkan beragam macam penyakit sehingga dapat mempengaruhi
kesehatan masyarakat yang ada di wilayah Kecamatan Wara Timur. Kondisi
pendidikan di wilayah Kecamatan Wara Timur dapat dikatakan masih di bawah rata-
rata karena jika di dilihat dari segi ekonomi mereka masih terbilang kurang mampu
dalam biaya pendidikan anak mereka. Selain itu, kesadaran masyarakat Kecamatan
Wara Timur terhadap pendidikan yang masih kurang. Sedangkan pada kondisi sosial
kelurahan Pontap dapat dikatakan kondisi sosialnya masih kurang baik karena banyak
masyarakat luar dari Kecamatan Wara Timur mengatakan daerah tersebut cukup rawan
keamananya, tidak hanya itu premanisme di wilayah tersebut cukup banyak.
Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman , permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena
ketidak teraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas
bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Dengan demikian
kawasan kumuh mengindikasikan kawasan yang padat, tidak terawat, kotor, tidak
teratur, dan berkekurangan(Prayitno,2014). Sedangkan Lembaga Cities Alliance Action
Plan mendefinisikan bahwa kawasan kumuh merupakan bagian kota yang terabaikan
sehingga mengakibatkan perumahan dan kondisi kehidupan masyarakatnya berada
dalam status miskin. Kawasan permukiman kumuh dapat terletak di tengah kota dengan
kepadatan yang tinggi atau terbangun secara spontan di daerah pinggiran kota.
Penelitian ini dilakukan karena Kota Palopo memiliki beberapa masalah, salah
satu masalah yang menonjol yaitu adanya permukiman kumuh di Kota Palopo. Dengan
adanya permukiman kumuh ini dapat menganggu perkembangan di kota itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana profil kependudukan Kelurahan Pontap?
2. Bagaimana tentang jenis zat pencemar daerah wilayah Kelurahan Pontap?
3. Bagaimana sumber air bersih di daeha Kelurahan Pontap?
4. Bagaimana tentang kepemilikan jamban?
5. Bagaimana sistem pengolahan sampah?
6. Apakah terdapat taman mini setiap rumah tangga?
7. Bagaimana masalah kesehatan yang terdapat di kelurahan Pontap?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui profil kependudukan Kelurahan Pontap!
2. Untuk mengetahui jenis zat pencemar daerah wilayah elurahan Pontap!
3. Untuk mengetahui sumber air bersih di Kelurahan Pontap!
4. Untuk mengetahui kepemilkan jamban warga Kelurahan Pontap!
5. Untuk mengetahui sistem pengolahan sampah di Kelurahan Pontap!
6. Untuk mengetahui keberadaan taman mini di setiap rumah tangga pada Kelurahan
Pontap!
7. Untuk mengetahui masalah kesehatan yang terdapat di Kelurahan Pontap!
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Profil Kependudukan Kelurahan Pontap
Pontap adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Wara Timur, Kota Palopo,
Provinsi Sulawesi Selatan. Luas wilayah Kelurahan Pontap yakni 12,5 hektar per segi,
dengan jarak dari ibu kota kecamatan 1,50 kilo meter. Kondisi topografi Kelurahan
Pontap berada di pesisir dengan status kelurahan swasembada. Di kelurahan ini, sarana
pendidikan tidak semuanya ada. Hanya ada beberapa saja. Seperti :
Sarana ibadah sendiri kelurahan ini mempunyai dua buah mesjid, satu
mushollah, gereja. Sementara itu untuk fasilitas olahrag di Kelurahan pontap terdapat
satu buah lapangan sepak bola, satu lapangan futsal dan satu lapangan takrow.
Karena kelurahan Pontap terletak di kawasan pesisir maka terdapat dua industri
rumput laut. Salah satu yang terkenal di Kelurahan Pontap adalah keberadaan
pelabuhan Tanjung Ringgit, Kota Palopo. Selain berfungsi sebagai pelabuhan juga
warga kerap berkunjung kesini dikala senja dan pagi hari untuk menikmati
pemandangan laut.
Pencemaran udara terjadi apabila mengandung satu macam atau lebih bahan
pencemar diperoleh dari hasil proses kimiawi seperti gas-gas CO, CO₂, SO₂,
SO₃. Gas dengan konsentrasi tinggi atau kondisi fisik seperti suhu yang sangat
tinggi bagi ukuran manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Adanya gas-gas dan
pertikulat-pertikulat tersebut, baik yang diperoleh secara alami dari gunung
berapi, pelapukan tumbuh-tumbuhan, ledakan gunugn berapi dan kebakaran
hutan maupun yang diperoleh dari kegiatn-kegiatan manusia ini akan
mengganggu siklus yang ada di udara dan dengan sendirinya akan mengganggu
sistem keseimbangan dinamik di udara, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran udara. WHO menetapkan empat tingkatan pencemaran sebagai
berikut :
a. Pencemaran tingkat pertama : pencemaran yang tidak menimbulkan
kerugian bagi manusia.
b. Pencemaran tingkat kedua : Pencemaran yang mulai menimbulkan kerugian
bagi manusia seperti terjadinya iritasi pada indra kita.
c. Pencemaran tingkat ketiga : Pencemaran yang sudah dapat berekasi pada
faal tubuh dan dapat menyebabkan terjadinya penyakit yang kronis.
d. Pencemaran tingkat keempat : pencemaran yang telah menimbulkan sakit
akut dan kematian bagi manusia mupun hewan dan tumbuh-tumbuhan.
a. Kegiatan Manusia
1. Transportasi
2. Industri
3. Pembangkit listrik
4. Pembakaran
5. Gas buang pabrik (CFC0
b. Sumber alami
1. Gunugn berapi
2. Rawa-rawa
3. Kebakaran hutan
c. Sumber-sumber lain
1. Transportasi amonia
2. Kebocoran tangki klor
3. Gas metana dari TPA sampah
4. Uap pelarut organik
2. Pencemran Air
Defenisi pencemaran air mengacu pada definis lingkungan hidup yang
ditetapkan dalam UU tentang Lingkungan Hidup yaitu UU No. 23/1997. Dalam PP
No 20/1990 tentang pengendalian pencemaran air. Pencemaran air didefinisikan
sebagai sebagai :
“Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi
dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya” (pasal 1, angka 2).
Pencemaran air ditandai dengan adanya perubahan atau tanda yang dapat
diamati dan digolongkan menjadi :
(b) Warna
Bau kebanyakan disebabkan oleh bahan organik dalam air dan bisa
meningkatkan bakteriologi, pengotoran oleh industri
Seperti bau, warna, jumlah zat padat (TDS), kekeruhan, rasa dan suhu
Idealnya air bersiih tidak mengandung patohen dan harus bebas dari
bakteri yang menunjukkan indikasi pangotoran air.
c.4 Syarat Radioaktif
D. Jamban
Prilaku membuang tinja pada sungai, saluran drainase dan pantai, minuman
yang belum dimasak, kebiasaan makan yang tidak memenuhi higienis dan gizi akan
mempermudah terjadinya penularan penyakit. Salah satu pendorong timbulnya penyakit
seperti menyebarnya penyakit diare, disentri, cacingan dan lain-lain pada suatu
kawasan lingkungan perumahan adalah karena kebiasaan masyarakat yang tidak
membuang kotoran di jamban. Jamban adalah suatu banguan yang digunakan untuk
membuang tinja/kotoran manusia/najis. Jamban sering juga disebut kakus atau WC.
Penggunaan jamban keluarga sebaiknya memenuhi syarat-syarat tidak
mencemari sumber air minum, tidak berbau dan tinja tidak dapat dijangkau serangga
ataupun tikus, air seni dan air pengelontor tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah
dibersihkan dan dilengkapi dinding dan atap pelindung.
E. Pengolahan Sampah
Pengolahan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, daur ulang,
atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah
yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya
terhadap kesehatan, lingkungan, atau estetika. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk
memulihkan sumber daya alam (resources recovery). Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat
padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metode dan keterampilan khusus untuk masing-masing
jenis zat.
Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara
berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan dan antara
daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya
dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya
ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.
Metode pengelolaan sampah berbeda-beda tergantung banyak hal, di antaranya
tipe zat sampah, lahan yang digunakan untuk mengolah, dan ketersediaan lahan.
1. Tujuan
a. Mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis
(pemanfaatan sampah), atau
b. Mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi
lingkungan hidup.
2. Metode Pembuangan
a. Penimbunan darat
b. Daur ulang
c. Pengolahan biologis
Pengkomposan.
d. Pemulihan energi
F. Taman
Taman adalah sebuah areal yang berisikan komponen material keras dan lunak
yang saling mendukung satu sama lainnya yang sengaja direncanakan dan dibuat oleh
manusia dalam kegunaanya sebagai tempat penyegar dalam dan luar ruangan. Taman
dapat dibagi dalam taman alami dan taman buatan. Taman yang sering dijumpai adalah
taman rumah tinggal, taman lingkungan, taman bermain, taman rekreasi, taman botani.
1. Fungsi Taman
a. Fungsi Hidroorologi dan Ekologi
b. Fungsi Kesehatan
c. Tempat berolah raga dan nilai – nilai edukatif
d. Fungsi Estetika/Keindahan
e. Fungsi Rekreasi
G. Masalah Kesehatan
Di daerah-daerah kumuh perkotaan, sanitasi yang tidak memadai, praktek
kebersihan yang buruk, kepadatan penduduk yang berlebihan, serta air yang
terkontaminasi secara sekaligus dapat menciptakan kondisi yang tidak sehat. Penyakit-
penyakit terkait dengan ini meliputi disentri, kolera dan penyakit diare lainnya, tipus,
hepatitis, leptospirosis, malaria, demam berdarah, kudis, penyakit pernapasan kronis
dan infeksi parasit usus. Selain itu, keluarga miskin yang kurang berpendidikan
cenderung melakukan praktek-praktek kebersihan yang buruk, yang berkontribusi
terhadap penyebaran penyakit dan peningkatan resiko kematian anak.
1. Penyakit Akibat Sanitasi Buruk
Berdasarkan Agen Penyakit
a. Bakteri
a) Kolera adalah penyakit diare akut yang disebabkan oleh infeksi usus karena
bakteri vibrio cholera.
b) Demam Tifoid (Typhoid Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella Typhi, ditandai dengan demam insidius yang
berlangsung lama dan kambuhan.
c) Diare adalah suatu kondisi kesehatan yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur,
cacing dan protozoa. Bakteri penyebab diare yang sering menyerang adalah
bakteri Entero Pathogenic Escherichia Coli (EPEC).
d) Disenteri adalah diare berdarah yang disebabkan oleh shigella.
b. Virus
a) Hepatitis A adalah penyakit yang ditandai dengan demam, malaise,
anoreksia, nausea, dan gangguan abdominal serta diikuti munculnya ikterik
beberapa hari. Penyakit ini disebabkan oleh virus Hepatitis A kelompok
Hepatovirus famili picornaviridae.
b) Hepatitis E adalah penyakit yang secara gejala klinis mirip Hepatitis A,
yang disebabkan oleh virus Hepatitis E famili Caliciviridae.
c) Gastroenteritis adalah penyakit yang ditandai dengan demam,muntah dan
berak cair, disebabkan oleh Rotavirus dan sering menyerang anak – anak.
c. Parasit
c.1 Cacing
2) Protozoa
Giardiasis adalah infeksi protozoa pada usus halus bagian atas, yang
disebabkan oleh Giardia intestinalis.
3) Jenis lain
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Sumantri, Arif. 2015. Kesehatan Lingkungan. Kencana Prenada Media Group : Jakarta