Anda di halaman 1dari 14

Nama Dosen : Indara Amanah AN, SKM., MPH.

Matakuliah : Ilmu Sosial Budaya dan Prilaku

Persepsi Sehat dan Sakit


Tentang Penyakit Pes

OLEH :

Kelompok VIII

Priska Handayani M.15.02.022

Rahma. M M.15.02.024

Ririn M.15.02.027

Rosalia M.15.02.029

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )


MEGA BUANA PALOPO
TAHUN AJARAN 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
Rahmat serta KaruniaNya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang ALHAMDULLILAH tepat pada waktunya yang berjudul
“Persepsi Sehat dan Sakit tentang Penyakit Pes “
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang segala sesuatu mengenai penyakit Pes. Jika dilihat dari berbagai aspek,
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusun makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai usaha kita. Amin

Palopo, 01 Januari 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .........................................................................................

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ......................................................................................... 1


B. Rumusan masalah.................................................................................... 3
C. Tujuan ..................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Penyakit Pes .............................................................................. 4


B. Gejala dan tanda terkena penyakit pes .................................................... 5
C. Penularan penyakit pes ............................................................................ 6
D. Cara pengobatan penyakit pes ................................................................. 7
E. Cara pencegahan Penyakit pes ................................................................ 7
F. Cara memberantas penyakit pes .............................................................. 8
G. Presepsi sehat dan sakit tentang penyakit pes ......................................... 8

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................................... 10
B. Saran ...................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dahulu ada sebuah penyakit yang menyebabkan angka kematian yang
tinggi. Penyakit ini dijulukan The Black Death. Penyakit ini menyebabkan
wabah yang besar di kalangan masyarakat. Wabah plague diyakini telah
bermula di Mesir dan Etiopia pada tahun 540 bergerak ke Sungai Nil dan
menumpang kapal-kapal menuju ke Konstantinopel sepanjang rute
perdagangan. Wabah ini diperkirakan telah membunuh 300.000 orang di
Konstantinopel dalam waktu setahun pada tahun 544.
Kemudian pada tahun 1347 penyakit ini kembali melanda populasi
Eropa (Konstantinopel Turki, kepulauan Italia, Prancis, Yunani, Spanyol,
Yugoslavia, Albania, Austria, Jerman, Inggris, Irlandia, Norwegia, Swedia,
Polandia, Bosnia-Herzegovina dan Kroasia) selama kira-kira 300 tahun, dari
tahun 1348 sampai akhir abad ke-17. Selama kurun waktu itu, wabah ini
membunuh 75 juta orang, kira-kira 1/3 populasi pada waktu itu. Seluruh
komunitas tersapu bersih, di tahun 1386 di kota Smolensk, Rusia, hanya lima
orang yang tidak terserang penyakit ini dan di London, peluang bertahan
hidup hanya satu dalam sepuluh.
Wabah plague disebabkan oleh bakteri yang disebut Yersinia pestis.
Bakteri ini dibawa oleh kutu, sedangkan kutu hidup pada tikus. Kutu
menyebarkan penyakit ketika mengisap darah tikus atau manusia. Plague
merupakan penyakit yang disebabkan oleh enterobakteriaYersinia pestis
(dinamai dari bakteriolog Perancis A.J.E. Yersin). Penyakit plague dibawa
oleh hewan pengerat (terutama tikus). Wabah penyakit ini banyak terjadi
dalam sejarah, dan telah menimbulkan korban jiwa yang besar. Wabah pes
masih dapat ditemui di beberapa belahan dunia hingga kini. Tetapi bakteri

1
wabah pes belum terbasmi tuntas. Di Bolivia dan Brazil, misalnya, terdapat
lebih dari 100 laporan kasus pes per sejuta penduduk.
Wabah pes dikenal dengan black death karena menyebabkan tiga jenis
wabah, yaitu bubonik, pneumonik dan septikemik. Ketiganya menyerang
system limfe tubuh, menyebabkan pembesaran kelenjar, panas tinggi, sakit
kepala, muntah dan nyeri pada persendian. Wabah pneumonik juga
menyebabkan batuk lendir berdarah, wabah septikemik menyebabkan warna
kulit berubah menjadi merah lembayung. Dalam semua kasus, kematian
datang dengan cepat dan tingkat kematian bervariasi dari 30-75% bagi
bubonik, 90-95% bagi pneumonik dan 100% bagi septikemik. Akan tetapi,
dengan pengobatan yang tepat, penyakit pes dapat disembuhkan, karena
berhasil diobati dengan sukses menggunakan antibiotika.
Penyakit pes pertama kali masuk Indonesia pada tahun 1910 melalui
Tanjung Perak, Surabaya, kemudian tahun 1916 melalui pelabuhan Tanjung
Mas, Semarang, tahun 1923 melalui pelabuhan Cirebon dan pada tahun 1927
melalui pelabuhan Tegal. Korban manusia meninggal karena pes dari 1910-
1960 tercatat 245.375 orang, kematian tertinggi terjadi pada tahun 1934, yaitu
23.275 orang.
Penyakit pes merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk
dalam UU nomor 4 tahun 1984 tentang penyakit menular/ wabah, Peraturan
Menteri Kesehatan RI nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang jenis
penyakit tertentu yang dapat menimbulkan wabah, tata cara penyampaian
laporannya dan tata cara seperlunya tentang pedoman penyelidikan
epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa serta International
Classification of Disease ( ICD ).Di Indonesia telah diupayakan
penanggulangan penyakit per melalui beberapa kegiatan yang mendukung,
seperti surveilans trapping, surveilans human, pengamnilan dan pengiriman
spesies, pengadaan obat-obatan dan Disponsible syringe, dan pengadaan metal
life trap.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apakah defenisi dari penyakit Pes?
2. Bagaimana gejala dan tanda terkena penyakit pes?
3. Bagaimana penularan penyakit pes?
4. Bagaimana cara pengobatan penyakit pes?
5. Bagaimana cara pencegahan Penyakit pes?
6. Bagaimana pemberantasan penyakit pes?
7. Presepsi sehat dan sakit tentang penyakit pes?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi dari penyakit pes!
2. Untuk mengetahui gejala dan tanda terkena penyakit pes!
3. Untuk mengetahui penularan penyakit pes!
4. Untuk mengetahui cara pengobatan penyakit pes!
5. Untuk mengetahui cara pencegahan terhadap penyakit pes!
6. Untuk mengetahui cara memberantas penyakit pes!
7. Untuk mengetahui presepsi sehat dan sakit tentang penyakit pes!

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pes
Pes (Palgue) merupakan penyakit disebabkan oleh bakteri Yersinia Pestis
(Pasteurella Pestis). Y pestis adalah basil Gram-Negatif, tidak bergerak, dan
tidak membentuk spora. Hewan reservoirnya adalah rodensia (Hewan pengerat)
antara lain tikus, kelinci. Sedangkan vektor penular penyakitnya adalah pinjal
(kutu). (Widoyono, 2005)
Penyakit zoonis spesifik yang melibatkan binatang pengerat dan pinjal
yang hidup padanya yang menyebarkan infeksi pada binatang dan manusia
Ada tiga jenis pes berdasarkan pada bagian mana dari tubuh yang terlibat,
yaitu
1. Bubonic plague yang menimbulkan gejala pembesaran kelenjar getah
bening. Pes jenis ini adalah yang paling umum ditemui. Disebabkan oleh
gigitan hewan pengerat atau kutu. Pada kasus yang jarang terjadi dapat
disebabkan juga oleh kontak langsung dengan benda yang telah disentuh
oleh seorang penderita pes. Dinamakan sesuai area yang dijangkitinya, yaitu
buboes (kelenjar getah bening yang bengkak).
2. Pneumonic plague disebabkan oleh infeksi bakteri yang telah menyebar
hingga paru-paru. Tipe ini paling jarang namun paling mematikan.
ditularkan melalui udara dari batuk atau bersin penderita kepada orang lain
yang menghirup udara tersebut sehingga menjadikannya sebagai jenis
wabah pes yang bisa ditularkan antar sesama manusia.
3. Septicemic plague dimana bakteri berkembangbiak dalam darah penderita.
terjadi ketika bakteri masuk ke aliran darah secara langsung, kemudian
berkembang biak di dalam darah. Bubonic plague dan pneumonic plague

4
juga dapat berkembang menjadi septicemic plague jika tidak segera
ditangani.

B. Gejala dan Tanda


Terdapat demam tanpa sebab yang jelas dan demam bisa tinggi,
menggigil, lemah, nyeri otot, mual, sakit tenggorokan dan sakit kepala.
Terdapat bubo (cairan) pada ingunial (selangkang), leher dan ketiak. Gejala
penyakit dapat didominasi oleh sesak nafas dan batuk. Setelah manusia kontak
langsung dan terinfeksi tikus pembawa penyakit pes, maka akan nampak gejala
sakit setelah 2-6 hari sesuai masa inkubasi bakteri untuk berkembangbiak
dalam tubuh manusia. Penyakit pes jenis baru mempunyai masa inkubasi yang
lebih cepat sekitar 2-4 hari saja. Gejala-gejala yang membedakan ketiga pes di
atas, antara lain:
1. Bubonic plague
Gejala bubonic plague muncul satu minggu setelah pasien digigit oleh
kutu yang terinfeksi. Gejala berupa pembengkakan atau rasa sakit pada
kelenjar getah bening (buboes), pusing, nyeri otot, demam, gemetar, dan
lemas. Pembengkakan ini biasanya muncul di leher, ketiak, pangkal paha,
dan dan di sekitar area gigitan atau cakaran hewan. Bengkak dapat
berukuran sebesar telur ayam dan nyeri serta hangat ketika disentuh.
2. Pneumonic plague

Gejala berupa batuk mengeluarkan dahak/air liur/nanah dari paru-


paru, sakit dada, sesak napas, dan lemas. Wabah yang berkembang dengan
sangat cepat ini dapat menyebabkan gagal napas dan syok bagi penderitanya
hanya dalam periode dua hari masa infeksi sehingga harus sesegera
mungkin ditangani.

3. Septicemic plague

5
Gejala berupa demam, lemas, gemetar, mual, muntah, sakit di area
perut, diare, syok, hingga terjadi pendarahan yang keluar dari mulut,
hidung, anus, atau di balik kulit. Gejala lainnya adalah warna kulit yang
menghitam akibat kematian jaringan atau gangrene. Waspadai
kemungkinan pes atau sampar terutama setelah mengunjungi area yang
memiliki kasus ini dan merasakan gejala yang disebutkan di atas. Segera
temui dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dari gejala yang
dialami, dan selalu kenakan masker untuk mencegah penyebaran penyakit
ini.
C. Penularan Pes
Kuman pes, yaitu bakteri Y. pestisakan berkembang biak di dalam tubuh
pinjal sehingga akan menyumbat tenggorokan pinjal. Jika pinjal akan
menghisap darah maka pinjal harus terlebih dahulu muntah untuk
mengeluarkan Y. pestisyang menyumbat tenggorokan pinjal. Muntahan pinjal
akan masuk kedalam luka bekas gigitan dan terjadi infeksi.

Penyakit ini menyebar dengan mudah di area yang padat, memiliki sistem
sanitasi buruk, serta area yang memiliki populasi hewan pengerat yang cukup
tinggi, khususnya tikus. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis
ini dapat menular ke manusia, dan dapat terjadi melalui berbagai cara. Salah
satunya melalui perantara kutu yang sebelumnya menggigit hewan pengerat
yang terinfeksi, seperti tikus, anjing padang rumput, tupai, bajing, atau kelinci.
Selain itu, penyakit ini juga dapat menyebar dari kotoran ke mulut (fecal-oral
transmission), melalui droplet batuk atau bersin, dan akibat kontak secara
langsung dengan pemilik wabah, baik manusia atau hewan. Pes pada manusia
juga dapat berasal dari cakaran kucing atau anjing piaraan yang telah terinfeksi,
termasuk melalui luka yang terkena darah hewan yang terinfeksi. Hewan
piaraan juga dapat terinfeksi wabah ini akibat memakan tikus yang sudah
terinfeksi wabah pes.

6
Risiko seseorang terkena pes akan lebih besar apabila orang tersebut
berada atau pernah mengunjungi area-area yang memiliki kasus wabah pes.
Seorang dokter hewan dan asistennya, serta orang-orang yang sering
beraktivitas di luar ruangan, memiliki risiko terkena pes yang cukup besar.

D. Pengobatan
Cara pengobatan yang dilakukan dengan menggunakan antibiotik.
Penggunaan antibiotik diberikan pada orang-orang yang hidup di sekitar
penderita pes.
Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan antibiotik seperti berikut:
1. Steptomisin 3 g/hari selama 1 minggu, kemudian dosis diubah menjadi 2
g/hari selama 5 hari.
2. Setelah panas menghilang, penderita dapat diberika tetrasiklin atau
kloromfenikol 4-8 g/hari selama 2 hari, kemudian dosis diturunkan menjadi
2 g/hari selama 5 hari.

Selain antibiotik, biasanya pasien septicemic plague dan pneumonic


plague membutuhkan cairan infus, oksigen, dan terkadang juga membutuhkan
alat bantu pernapasan. Kemungkinan isolasi bisa diterapkan pada pasien yang
mengidap pneumonic plague untuk mencegah penyebaran terjadi. Tenaga
medis, perawat, dan siapa saja yang berhubungan dengan penderita pneumonic
plague dapat dimonitor kesehatannya, serta diberikan antibiotik sebagai
tindakan pencegahan.

E. Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya penularan penyakit pes maka kita
memerlukan pelindung termasuk sarung tangan, masker, dan lain-lain perlu
digunakan saat akan melakukan kontak fisik dengan penderita. Kucing perlu
dihindarkan dari memakan tikus dan berinteraksi dengan tikus dalam bentuk
apa pun. Penyakit pes dapat dicegah jika populasi tikus dan pinjal di lingkungan

7
tempat tinggal dibatasi, serta melakukan vaksinasi saat harus berkunjung ke
daerah epidemi.
Upaya mencegah yang dapat dilakukan adalah :
1. Menempatkan kandang ternak diluar rumah
2. Mengkonstruksi rumah.
3. Membuat ventilasi (Genting kaca)
4. Melapisi lantai dengan semen
5. Melapor ke puskesmas bila ditemukan banyak tikus yang mati
6. Mengatur ketinggian tempat tidu setidaknya >20 cm dari lantai.
F. Program Pemberantasan
Adapun beberapa program pemberantasannya, yaitu :
1. Pengamatan terhadap manusia, hewan pengerat dan pinjal.
2. Pengobatan terhadap penderita
3. Pemberantasan vektor melalui penilaian sasaran setiap 10 tahun sekali.
4. Perbaikan lingkungan.
G. Persepsi Sehat dan Sakit tentang Penyakit Pes
a. Epidemiolog
Penyakit pes pertama kali masuk Indonesia pada tahun 1910 melalui
Tanjung Perak, Surabaya, kemudian tahun 1916 melalui pelabuhan Tanjung
Mas, Semarang, tahun 1923 melalui pelabuhan Cirebon dan pada tahun 1927
melalui pelabuhan Tegal. Korban manusia meninggal karena pes dari 1910-
1960 tercatat 245.375 orang, kematian tertinggi terjadi pada tahun 1934,
yaitu 23.275 orang.
Sampai pada tahun 1960 telah tercatat kematian sebanyak 245.375
orang. Tahun 1968-1969 masih terjadi wabah di kabupaten Boyolali, Jawa
tengah dengan kematian sebanyak 42 orang dan berulang pada tahun 1970
dengan 2 kematian. Penyakit ini di Indonesia masih dalam pemantauan.

8
b. Antropologi
Pes kerap diakaitkan dangan hal-hal mistis minimnya informasi pada
masyarakat sehingga menuding dukun dan praktisi mistis sebagai penyebab
utama munculnya penyakit Pes tersebut.

c. Sosiologi
Masyarakat semarang dilarang melakukan kegiatan yang bisa menarik
atau mengumpulkan banyak orang karena hal itu di anggap oleh pemerintah
dapat memudahkan penularan penyakit Pes, selain itu pemerintah juga
melakukan tindakan penutupan akses jalan dan pemeriksaan untuk
mengetahui apakah oarang-oarang yang akan keluar atau masuk kesemarang
membawa parasit atau kutu tikus yang mampu menyebarkan penyakit pes.

d. Pandangan Masyarakat
Contohnya masyarakat Solorowo, Hasil penelitian menunjukkan
bahwa masyarakat dusun solorowo masih teradisionl. Penduduk sangat akrab
terhadap lingkunagn alam dan sekitarnya sehingga adanya hubungan antara
masyarakat dengan kondisi lingkungan alam sekitarnya dimana masyarakat
sangat mensakralkan tempat-tempat tertentu yang di anggap mempunyai
nilai kesejahteraan serta niali budaya . Sehingga yang menyangkut roden,
pinjal dan habitatnya juga masih dipandang tradisional yang kerap kali di
kaitkan dengan kejadian mistis dan di tinjau pulah oleh pengetahuan dan
presepsi penduduk yang salah terhadap penyaki pes. Maka penyakit pes
sewaktu-waktu akan tetap menjadi wabah di dusun solorowo.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pes (Palgue) merupakan penyakit disebabkan oleh bakteri Yersinia
Pestis (Pasteurella Pestis). Y pestis adalah basil Gram-Negatif, tidak bergerak,
dan tidak membentuk spora. Hewan reservoirnya adalah rodensia (Hewan
pengerat) antara lain tikus, kelinci. Sedangkan vektor penular penyakitnya
adalah pinjal (kutu). Adapun beberapa macam penyakit pes diantaranya adalah
Bubonic plague, Pneumonic plague dan Septicemic plague. Kuman pes, yaitu
bakteri Y. pestisakan berkembang biak di dalam tubuh pinjal sehingga akan
menyumbat tenggorokan pinjal. Jika pinjal akan menghisap darah maka pinjal
harus terlebih dahulu muntah untuk mengeluarkan Y. pestisyang menyumbat
tenggorokan pinjal. Muntahan pinjal akan masuk kedalam luka bekas gigitan
dan terjadi infeksi. Cara pengobatan yang dilakukan dengan menggunakan
antibiotik.
B. Saran
Adapun saran yang dirumuskan berdasarkan makalah ini yaitu,
diharapkan pembaca mampu mengidentifikasi penyakit pes setelah membaca
makalah ini, diharapkan makalah ini dapat membantu dan bermanfaat kepada
pembaca, diharakan literatur tentang pes lebih diperbanyak agar sumber bacaan
lebih banyak dan semakin menambah wawasan pembaca dan diharapkan
makalh ini dapat menjadi pustaka untuk keperluan yang semestinya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Mahendrasari, Dyah. 2015. Resistensi Pinjal Tikus (Xenopsylla Cheopis)


Terhadap Insektisida Dalam Penanggulangan penyakit Pes. Vol.7
No.1 : 6141.27-37. Link
:ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/spirakel/article/download/6141/4
714

Widoyono. 2005. Penyakit Tropis (Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan


Pemberantasannya). Erlangga : Jakarta

Dani, Cecep. 2011. Vektor Penyakit Tropis. Gusyen Publishing :


Yogyakarta.

http://www.alodokter.com/pes

11

Anda mungkin juga menyukai