Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

A. Terapi tradisional
Pengobatan tradisional merupakan pengobatan dengan cara maupun obat
yang mengacu pada pengalaman, keterampilan turun-temurun atau pelatihan
yang diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat tetap
tidak mampu menggeser arti pengobatan tradisional. Tidak jarang masyarakat
memilih pengobatan tradisional yang dianggap memiliki efek samping
lebih kecil, juga keterkaitan dengan kepercayaan yang dimiliki
masyarakat. Sistem pengobatan tradisional bukan hanya sebagai fenomena
medis dan ekonomi namun memiliki makna yang lebih luas yaitu sebagai
fenomena sosial budaya.
Sistem pengobatan tradisional/pengobatan asli adalah pranata sosial yang
harus dipelajari dengan cara yang sama seperti mempelajari pranata sosial
umumnya. Praktik pengobatan asli adalah rasional jika dilihat dari sudut
kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat.
Sistem pengobatan tradisional merupakan fenomena sosial budaya. Di
negara-negara seperti Cina, India, Vietnam dan Jepang, pengobatan tradisional
telah diakui dan dijadikan lembaga resmi secara nasional oleh pemerintah
negara tersebut. Sebagian besar bentuk institusi dan pendidikan profesi telah
disesuaikan dengan pengobatan asli. Bahkan World Heath Organization
(Organisasi Kesehatan Dunia) tidak menutup mata akan pentingnya
pengobatan tradisional bagi penduduk dunia umumnya.
Dasar kebijaksanaan dari Program Pengobatan Tradisional (the Traditional
Medicine Programme) yang diadopsi oleh The World Health Assembly and
the Regional Committes, menunjukkan perhatian pada kenyataan: 1) secara
umum penduduk dunia percaya pada pengobatan tradisional untuk perawatan
kesehatan yang pertama, 2) tenaga kerja diwakili oleh ahli pengobatan

4
tradisional adalah sumber yang potensial dari penyampaian perawatan
kesehatan.
B. Macam-macam terapi tradisional di Kalimantan
1. Batatamba
a. Pengertian
Pengertian dari kata tatamba, batatamba, batatambaan,
mananambai dan tatambaan tersebut sebagaimana Kamus Bahasa
Banjar Indonesia yang disusun Guru Besar Bahasa Indonesia Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin Prof Abdul Djebar Hapip. Namun dalam konotasi
masyarakat berpaham tradisional, batatamba itu tak ada sentuhan-
sentuhan ilmu kedokteran atau tenaga medis dan paramedis, tetapi
lebih banyak secara tradisi.
Dalam bahasa Banjar Kalsel, batatamba itu berasal dari kata
"tatamba" yang artinya obat. Kemudian ditambah awal ba menjadi
batatamba yang pengertiannya ialah berobat/pengobatan. Kata-kata
lain berasal dari tatamba tersebut yaitu batatambaan artinya melakukan
pengobatan, mananambai = mengobati, dan tatambaan = obat-obatan.
b. Proses pengobatan
Pada umumnya, batatamba itu sebuah proses pengobatan
tradisional bagi masyarakat Banjar Kalsel dan komunitas masyarakat
terasing (Suku Dayak) yang merupakan penduduk asli Pulau
Kalimantan yang relatif makan waktu, tergantung jenis atau tingkat
keparahan penyakitnya.
Proses pengobatan dalam batatamba itu, baik cara mengobati
(mananambai) maupun obat-obatan (tatamba) pada umumnya
tradisional atau yang sudah mentradisi turun temurun berabad-abad
lamanya dan hingga kini masih ada.
c. Metode pengobatan
Tatamba Dengan melihat jenis penyakit serta asal muasal penyakit
tersebut sehingga cara pengobatan atau batatamba-nya pun setidaknya

5
terbagi dua pendekatan/metoda. Pendekatan pertama batatamba secara
medis atau obat-obatan tradisional yang dalam ilmu pengobatan
modern mungkin apa yang disebut herbal, serta diurut (dipijat).
Sebagai contoh patah tulang, baik karena jatuh ataupun kecelakaan
lalu lintas dan faktor lain, kalau pengobatan secara medis bisa
dipotong (diamputasi) dan dibalut dengan semen untuk penyembuhan.
Tetapi secara tradisional cukup dengan diurut-urut oleh ahlinya bisa
kembali baik. Untuk penyembuhan patah tulang secara tradisional
masih banyak terdapat di "Bumi Perjuangan Pangeran Antasari"
Kalsel, seperti Kabupaten Banjar dan Banua Anam provinsi tersebut.
Contoh lain dengan cara diurut-urut dan meminum air kelapa yang
dibakar, batu ginjal akan keluar asalkan belum besar atau besarnya
masih seperti pasir. Pengobatan ini antara lain terdapat di Kabupaten
Hulu Sungai Utara (HSU), Kalsel. Sedangkan batatamba atau
penyembuhan secara non medis (menggunakan ilmu-ilmu magis/alam
gaib) pada umumnya terhadap seseorang yang terkena gangguan jiwa
karena ulah orang lain.
Sedangkan batatamba atau penyembuhan secara non medis
(menggunakan ilmu-ilmu magis/alam gaib) pada umumnya terhadap
seseorang yang terkena gangguan jiwa karena ulah orang lain.
Misalnya menyembuhkan perempuan yang "datang bulan" (haid) terus
menerus karena ulah orang lain. Tenaga ahli tersebut ada pada
komunitas masyarakat terasing di Loksado Kabupaten Hulu Sungai
Selatan (HSS), Kalsel tahun 1990-an.
Masih banyak tatamba yang menggunakan alam gaib untuk
penyembuhan terhadap mereka yang terkena magis hitam, yang
terkadang cara tersebut di luar daya tangkap pikiran manusia/irasional.
d. Cara batatamba
Batatamba merupakan proses pengobatan secara tradisional dalam
kehidupan masyarakat di Kalimantan Selatan. Dalam pengobatan ini

6
ada 3 cara yang dapat dilakukan yaitu secara agamis, tradisional dan
perpaduan antara agamis dan tradisional.
1) Sebelum memulai pengobatan, petatamba terlebih dahulu membaca
mantera sambil memanggil para roh.
2) Setelah itu dibungkus dengan tikar pandan, kemudian kain panjang
dan terakhir adalah kain putih.
3) Setelah beberapa lama si petatamba akan keluar dari bungkusannya
dan jiwanya telah dimasuki roh pengobat.
4) Selesai pengobatan, roh dipulangkan dan si petatamba kembali
normal.
2. Mantra Belian
a. Sejarah Mantra Belian
Di salah satu wilayah di Kalimantan Timur, yaitu di Kutai Barat
dan Hulu Mahakam terdapat sebuah ritual pengobatan tradisional oleh
Suku Dayak yang dinamakan “Mantra Belian”. Mantra belian
merupakan prosesi pengobatan yang mengedepankan unsur tradisional.
Orang yang berperan dalam pengobatan tradisional ini disebut dengan
‘pemelian”. Untuk sampai ke wilayah Hulu Mahakam, perjalanan yang
harus ditempuh yaitu dengan mengarungi sungai Mahakam.
Pengobatan Mantra Belian pada suku Dayak merupakan
pengobatan tradisional yang menyimpan kearifan lokal dan unsur
magis yang tersirat dalam ritual tersebut. Dengan demikian adanya
pandangan sakit dan pengobatan tradisioanl masyarakat dayak tidak
lepas dari kondisi lingkungan masyarakat setempat yang jauh dari
pusat kota dan pengobatan medis modern sehingga dalam menangani
sakit masyarakat lebih mengarah pada kepercayaan yang mereka
yakini dan unsur-unsur tradisonal dalam kehidupan masyarakat dayak
itu sendiri.
b. Manfaat
Ritual pengobatan matra belian dilakukan untuk mengobati orang
yang sakit dan  pada dasarnya hampir sama dengan pengobatan

7
tradisional lainnya di tempat lain, yaitu bahwa konsep sakit selain
disebabkan karena ketidakseimbangan unsur dalam tubuh, juga
disebabkan karena adanya gangguan dari makhluk halus.
c. Tujuan pengobatan
Tujuan dari pengobatan mantra balian ini yaitu untuk mengusir roh
halus tersebut dan mengembalikan orang yang sakit pada keadaan
yang sehat seperti semula. Dalam pengobatan tradisional mantra
belian, tidak hanya dilakukan oleh keluarga dari orang sakit, tetapi
dalam hal ini juga melibatkan masyarakat yang berperan dalam
penyembuhan orang yang sakit tersebut.
d. Perlengkapan pengobatan
Dalam ritual pengobatan mantra belian ini terdapat tangga sebagai
bagian dari alat-alat ritual yang memiliki makna sebagai tempat
turunnya arwah. Selain itu juga terdapat sesaji untuk pengobatan yang 
macam-macam benda atau perlengkapannya ditentukan oleh keluhan
dan sakit dari pasien.
Pengobatan tradisional belian dilakukan tarian yang diiringi
dengan musik tradisional, di mana lokasi yang menjadi ritual
berlangsung yaitu berada di tempat keluarga yang sakit. Dalam
rangkaian ritual mantra belian ini juga terdapat kerbau kepang yang
digunakan sebagai hewan kurban, dengan cara dibawa ke suatu tanah
lapang kemudian masyarakat berkumpul dan kerbau tersebut disayat
hingga tewas. Dalam ritual belian sentiu pada suku dayak terdapat
berbagai perlengkapan ritual diantaranya yaitu :
1) Patung toga, yang memiliki makna untuk mencegah roh jahat
2) Minyak, untuk mengobati keluhan
3) Musik tari, gendang, gong, memiliki makna sebagai alat untuk
memanggil arwah
4) Balai, sebagai tempat untuk meletakkan sesaji dan sebagai tangga
bagi arwah untuk turun

8
5) Gelanggang, merupakan pagar yang memiliki makna untuk
mencegah masuknya arwah atau roh jahat.
6) Konsep sehat menurut masyarakat dayak
a) Konsep sehat
`Konsep sehat menurut masyarakat dayak yaitu ketika keadaan
tubuh seimbang dan seseorang dapat melakukan aktivitas
sehari-hari serta dapat melaksanakan perannya di masyarakat.
Selain itu sehat juga diartikan tidak adanya gangguan pada
tubuh yang dipengaruhi oleh unsur personalistik, seperti roh
jahat dan makhluk halus lainnya.
b) Konsep sakit
Konsep sakit menurut masyarakat dayak yaitu ketika
seseorang mengalami gangguan fungsi tubuh yang dikarenakan
ketidakseimbangan unsur-unsur dalam tubuh dan oleh
personalistik. Dalam film tersebut diceritakan bahwa salah satu
anggota masyarakat sedang mengalami sakit dan masyarakat
setempat menganggap sakit tersebut disebabkan karena
hilangnya roh dari raga seseorang yang berada disuatu tempat
tetapi tidak dapat kembali, sehingga roh tersebut harus dicari
dan dibawa kepada pemiliknya. Dalam hal ini gejala yang
dialami oleh pasien atau orang yang sakit tidak bisa
menggerakkan badan.
Dengan demikian konsep sakit menurut masyarakat dayak
lebih mengarah pada hal yang bersifat personalistik, dan untuk
menyembuhkannya maka harus dilakukan ritual mantra belian
untuk memanggil roh tersebut agar kembali pada pemiliknya.
Sementara jika dipandang dari sudut pandang medis modern
gejala tersebut mengarah pada penyakit stroke.
c) Etiologi sakit menurut masyarakat dayak
Asal mula datangnya penyakit menurut masyarakat dayak
yaitu berasal dari hal yang bersifat personalistik, misalnya

9
makhluk halus atau roh-roh jahat yang menggangu seseorang
dan menyebabkan menjadi sakit. Selain itu adanya suatu
penyakit juga disebabkan oleh perbuatan yang membuat dewa
atau leluhur mereka marah sehingga memberikan sakit kepada
orang tersebut.
d) Perawatan kesehatan menurut masyarakat dayak
Perawatan kesehatan masyarakat dayak ketika sakit yaitu
dengan melakukan ritual mantra belian sebagai penyembuhan.
Dalam ritual mantra belian tidak hanya dilakukan oleh pihak
keluarga yang sakit, tetapi juga dari peran serta masyarakat,
sehingga dengan demikian terdapat ikatan sosial yang
berfungsi sebagai perekat nilai kebersamaan dalam masyarakat.
e. Proses pengobatan
Pengobatan dilakukan sedikitnya selama tiga malam berturut-turut
tergantung pada berat ringannya penyakit. Jika penyakit yang dialami
oleh seseorang dianggap berat, maka pengobatan dapat mencapai 40
malam. Dalam pengobatan mantra belian ini penuh dengan suasana
mistis, karena setelah arwah turun, kemudian dilanjutkan dengan tarian
yang diiringi dengan musik khas suku dayak. Setelah itu kemudian
pembelian pergi ke tengah hutan untuk memanggil arwah untuk
merasuki dirinya, kemudian kembali pada pasien yang sakit untuk
menyembuhkan dengan cara menyedot tubuh pasien, yang kemudian
akan keluar batu kecil, sebagai pertanda keluarnya penyakit dari tubuh
pasien.
3. Sintak Pedorak
Pengobatan Sintak Pedorak adalah sebuah pengobatan tradisional
yang ada di Suku Dayak ketungau Sesaek Kabupaten Sekadau kalimantan
Barat. Pengobatan ini merupakan salah satu pengobatan dikalangan anak-
anak untuk mengatasi berbagai penyakit yang menyerang anak.
Pengobatan Sintak Pedorak adalah sebuah pengobatan tradisional
yang ada di Suku Dayak ketungau Sesaek Kabupaten Sekadau kalimantan

10
Barat. Pengobatan ini merupakan salah satu pengobatan dikalangan anak-
anak untuk mengatasi berbagai penyakit yang menyerang anak.
Pengobatan Sintak Pedorak masih digunakan sebagian kalangan
masyarakat yang ada dikabupaten Sekadau khususnya bagian pedesaan.
Hal itu dikarenakan lokasi dan jarak tempuh menuju Kabupaten yang
lumayan jauh membuat mereka menggunakan pengetahuan tradisional
mereka untuk mengobati anak yang sedang sakit. Dalam temuan data
lapangan juga menunjukan pengobatan ini erat hubunganya dengan mitos
yang berkembang dimasyarakat sehingga penyakit anak seringkali
dikaitkan dengan hal-hal berbau supranatural
4. Badewah
a. Sejarah Ritual Badewah
Suku Dayak di Kalimantan Tengah telah mengenal sistem
pengobatan tradisional yang diwariskan secara turun-temurun dan
disebut “obat kampung” dan praktisi medisnya disebut dengan
tabit/lasang. Hingga kini, walaupun ilmu dan teknologi kedokteran
sudah mengalami kemajuan pesat, eksistensi obat kampung sebagai
sumber alternatif masih tetap berfungsi dalam masyarakat suku Dayak.
Kepercayaan suku Dayak terhadap pengobatan tradisional masih
kuat, sekalipun pelayanan kesehatan modern telah merata di kalangan
masyarakat. Jenis-jenis penyakit tertentu disebabkan oleh faktor medis
dan nonmedis (supranatural) dan penyakit yang tak kunjung sembuh.
Bagi masyarakat Dayak, yang tinggal di desa atau kota, kepercayaan
terhadap gangguan kesehatan yang disebabkan oleh gabungan faktor
naturalistik dan personalistik hingga kini masih menjadi faktor
motivasi yang signifikan terhadap penggunaan pengobatan tradisional
sebagai alternatif pertama di samping pengobatan medis.
Tak dapat dipungkiri bahwa, secara umum pandangan masyarakat
Indonesia terhadap penyakit disebabkan karena faktor personalistik
(makhluk halus) dan faktor naturalistik (fisikal). Penyakit yang
disebabkan oleh faktor personalistik akan berbeda pengobatannya

11
dengan yang disebabkan faktor naturalistik. Jika yang pertama diobati
dengan kekuatan gaib (mantra, doa, atau gabungan mantra dan
ramuan), maka yang kedua pengobatannya menggunakan ramuan dari
bahan-bahan tumbuhan dan hewan atau gabungan keduanya. Salah
satu pengobatan tradisional yang dijadikan alternatif bagi suku Dayak
adalah badewah, ritual khas Suku Bakumpai yang merupakan sub suku
Dayak Ngaju.
b. Pengertian
Sangiang bandar/badewa, yaitu ritual yang dilakukan dengan
meminta bantuan seorang sangiang. Pengobatan sangiang
bandar/badewa cukup menarik untuk dikaji karena beberapa
masyarakat Muslim juga memilih pengobatan tersebut sebagai
alternative.
Sangiang adalah roh-roh leluhur (manusia ilahi) selaku utusan
Tuhan yang dapat diundang kehadirannya oleh seorang basir/tabit
(pendeta adat/dukun) dengan menggunakan mantra-mantra dalam
bahasa Sangiang/bahasa Sangen (bahasa Dayak kuno) pada suatu
upacara agama Kaharingan yang dilakukan suku-suku Dayak di
Kalimantan. Pengobatan sangiang sampai saat ini dianggap sebagai
pengobatan tradisional pada masyarakat Dayak Ngaju untuk
menyembuhkan berbagai macam penyakit yang bersifat naturalistik
atapun personalistik (pengaruh roh).
Sebagai upaya mempertahankan suatu budaya, masyarakat dan
pemerintah memiliki tanggung jawab besar untuk memperkenalkan
budaya lokal yang terkait dengan sistem kesehatan yang dikenal
dengan pengobatan tradisional.
c. Macam-macam
Pengobatan ritual ini ada beberapa macam, yaitu:

12
1) Ritual Sangiang Bandar/ Badewah yang merupakan pengobatan
berbagai macam penyakit dengan bantuan roh leluhur (Sahur

Bandar) dengan Sangiang sebagai mediator.

2) Adat Babore, upacara penyembuhan dari keluarga yang mengalami


sakit (adat babore juga dikenal dengan rangkaian mengambil

sumangat/semangat)

3) Adat Babuis, upacara adat menyembuhkan orang dari penyakit


yang dilakukan di tempat di mana seseorang tersebut mendapatkan
penyakitnya.
4) Adat Balian, proses pelaksanaan adat setelah tiga hari tiga malam
ada yang dinamakan basaru sumangat (ambil semangat).
d. Perlengkapan
Perlengkapan dan persyaratan untuk kegiatan ritual badewah yang
terdapat dalam kegiatan bawayang dan batuping manyanggar,
meliputi:

1) Piduduk Panggung terdiri dari: 7 kg beras, 7 kg gula putih, 7 butir


kelapa, 7 biji gula merah, pisau dan tombak.
2) Piduduk Uringin terdiri dari: 7 kg beras, 7 karakup/ganggam
beras, 7 kajumput beras, 2 lembar kain bahalai, 4 macam kain
untuk bendera (kuning, hijau, merah dan biru), tempat baki untuk
duit tabur.
3) Catatan Piduduk terdiri dari: 1 piduduk mamalas wayang, 1
piduduk mamalas panggung basar, 1 piduduk mamalas panggung
kacil, 1 piduduk mamalas dadalang, 1 piduduk mamalas gumalan,
1 piduduk mamalas batara kala ada beliung, 1 piduduk mamalas
urang ampun gawi.
4) Sesajen, merupakan syarat ritual yang berupa bahan-bahan yang
sudah dimasak, terdiri dari: wadai kakulih; madu kasirat; wadai

13
wajik, wadai gandang ramas, wadai gagatas, bubur bakatul 7
gelas + sarikaya, tumpi angin, dodol, wadai telapak batis,
cingkaruk batu + telur + pisang, cingkaruk batutuk + pisang, tapai
pulut (hak tuping), nasi bima+ 7 telur bakambang mayan, nasi
halarat, nasi kiparat, nasi salamat, punjung tumpang, punjung
ampat, lamang 7 + 1 lamang tongkat + ayam, ketupat 7 biji, lapat
dan cucur, kopi pahit -kopi manis dan air putih, 6 ekor ayam
kampung-ayam merah-ayam putih-ayam tulak dan ayam kuning.
e. Upaya memperkenalkan badewah
Upaya memperkenalkan ritual badewah dilakukan melalui berbagai
tahap sejak dari awal masa kanak-kanak sampai pada tingkat yang
paling tinggi dalam usia dewasa. Hal itu dilakukan dalam dua tataran,
yaitu :
1) Tingkat komunitas, memperkenalkan ritual badewah sebagai suatu
sarana pengetahuan tentang kesehatan dan pengobatan tradisional;
2) Tingkat individual, memperkenalkan ritual badewah sebagai proses
suatu masyarakat dalam membentuk pandangan-pandangan tentang
kesehatan dan pola pengobatan mereka. Dalam konsep ini, Mead
memandang individu sebagai aktor yang aktif, sehingga proses
pengenalan budaya merupakan proses yang beraspek ganda.
Pengenalan pengobatan tradisional secara alamiah maupun
terprogram, baik yang dilakukan pihak keluarga, masyarakat ataupun
pemerintah, membawa kepada proses membudaya nilai badewah
dalam kehidupan setiap individu sehingga tertanam dalam
kehidupannya.
Pada dasarnya pengenalan ritual badewah selain dilakukan secara
individual oleh masyarakat didukung juga oleh penguasa. Seperti yang
dilakukan oleh Bupati Barito Utara, yang melakukan peningkatan
budaya di Barito Utara melalui berbagai cara, seperti mengadakan
ritual badewah. Usaha pembudayaan ritual badewah didukung dengan
memperkenalkannya sehingga tersebar secara luas di kalangan

14
masyarakat. Upaya menumbuhsuburkan ritual badewah dilakukan juga
oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan serta instansi pemerintahan
yang lainnya.
f. Faktor mengancam eksistensi tradisi
Adanya faktor yang mengancam eksistensi tradisi di Muara Teweh
menjadi salah satu faktor yang mendorong pemerintah untuk menjaga
kelestarian budaya. Karenanya, pemerintah mendukung penuh upaya
pembudayaan ritual badewah di tengah masyarakat. Pembudayaan
yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat dalam waktu
yang lama menyebabkan ritual badewah masih melekat di kalangan
masyarakat Muara Teweh, walaupun mereka mengalami pergeseran
budaya.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem pengobatan tradisional/pengobatan asli adalah pranata
sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti mempelajari
pranata sosial umumnya. Praktik pengobatan asli adalah rasional jika
dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat.
Terapi tradisional merupakan pengobatan dengan cara maupun
obat yang mengacu pada pengalaman, keterampilan turun-temurun atau
pelatihan yang diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam
masyarakat.
Terapi tradisional di Kalimantan salah satunya batatamba, yaitu
berobat/pengobatan. Proses pengobatan dalam batatamba itu, baik cara
mengobati (mananambai) maupun obat-obatan (tatamba) pada umumnya
tradisional atau yang sudah mentradisi turun temurun berabad-abad
lamanya dan hingga kini masih ada. Mantra belian merupakan prosesi
pengobatan yang mengedepankan unsur tradisional. Orang yang berperan
dalam pengobatan tradisional ini disebut dengan ‘pemelian”. Pengobatan
Sintak Pedorak adalah sebuah pengobatan tradisional yang ada di Suku
Dayak ketungau Sesaek Kabupaten Sekadau kalimantan Barat. Pengobatan
ini merupakan salah satu pengobatan dikalangan anak-anak untuk
mengatasi berbagai penyakit yang menyerang anak. Pengobatan sangiang
bandar/badewa cukup menarik untuk dikaji karena beberapa masyarakat
Muslim juga memilih pengobatan tersebut sebagai alternative.
Terapi tradisional atau terapi alternative ini dapat anda lakukan jika
ingin melakukan pengobatan secara non medis dan tradisional. Budaya ini
akan lebih baik jika terus dikembangkan, dan tak lupa mengambil yang
baik nya saja.

16

Anda mungkin juga menyukai