Anda di halaman 1dari 19

BIOTEKNOLOGI

BIOTEKNOLOGI LINGKUNGAN
Makalah disusun untuk memenuhi mata kuliah Bioteknologi yang
dibina oleh
Dr. Sonja V.T. Lumowa, M. Kes

Disusun Oleh : Kelompok 5

Nurhilal Windi Anggraini Mega Oktavianti Sisilia Lambe


(1805015010) (1805015042) (1705015046) (1705015058)

Noviarti Dwi Ela Septiani Mariani


Pradini (1705015063) (1705015075)
(1705015060)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
November 2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rizki baik berupa ilmu maupun kesehatan serta berkat dan rahmat
hidayah-Nya, penulisan tugas makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas mengenai Bioteknologi Lingkungan.
Penyusunan makalah ini bertujuan sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah
Bioteknologi.
Kami mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya penulisan makalah
ini, dengan harapan semoga dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Akhir kata
kami mengucapkan terima kasih.

Samarinda, 21 Oktober 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI .....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................5
C. Tujuan ....................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bioteknologi Lingkungan ......................................................6
B. Komponen yang Terlibat dalam Bioteknologi Lingkungan .....................7
C. Contoh Penerapan Bioteknologi Lingkungan ..........................................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................17

DAFTAR RUJUKAN

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman modern seperti saat ini hampir semua orang sudah mengenal
dan memakai produk hasil olahan bioteknologi. Baik hasil olahan dari
bioteknologi konvensional maupun modern. Namun walaupun semua orang
sudah menikmati hasil dari bioteknologi hanya segelintir orang saja yang
mengetahui secara pasti apa sebenarnya bioteknologi.
Sebenarnya sebelum abad ke 15 manusia telah menggunakan
bioteknologi. Namun mereka belum mengetahui apa yang terjadi pada produk
yang mereka olah. Misalnya saja pada pembuatan anggur. Orang-orang pada
saat itu sudah dapat mengolah anggur. Tetapi mereka tidak mengetahui proses
apa yang terjadi sehingga bisa terbentuk anggur. Manusia pada saat itu hanya
mengikuti resep yang diajarkan oleh orang tua mereka.
Dengan ditemukannya mikroskop oleh Antony Van Leeuwenhoek, maka
penelitian tentang bioteknologi pun mulai berkembang. Para peneliti tertarik
untuk mengetahui proses apa yang terjadi sehingga bisa terbentuk anggur.
Dengan adanya mikroskop maka dapat dilihat bahwa dalam proses pengolahan
anggur tesebut digunakan sel khamir. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan maka ditemukanlah mikroskop-mikroskop yang lebih canggih.
Hal ini tentunya sangat mempermudah para peneliti untuk meneliti lebih lanjut
tentang biteknologi, dan menemukan inovasi-inovasi baru dalam bidang
bioteknologi. Karena pada dasarnya bioteknologi bukanlah ilmu yang berdiri
sendiri, melainkan didukung oleh ilmu-ilmu lain seperti genetika, biokimia,
mikrobiologi dan masih banyak ilmu-ilmu lainnya. Sehingga ilmu-illmu ini
ikut serta dalam mendukung kemajuan dari bioteknologi. Misalnya saja dengan
ditemukannya struktur dari DNA, maka dalam pengolahan anggur tidak perlu
lagi mengunakan sel khamir untuk membuat anggur, cukup hanya dengan

4
menggunakan material genetik dari khamir tersebut maka dapat dihasilkan
anggur. Sehingga sel dari khamir ini tidak ikut termakan oleh manusia.
Secara umum bioteknologi dibagi menjadi dua yakni bioteknologi
konvensional dan bioteknologi modern. Bioteknologi konvensional merupakan
bioteknologi sederhana yang menggunakan mahluk hidup secara langsung
tanpa didasari prinsip ilmiah, melainkan berdasarkan keterampilan yang
diwariskan secara turun temurun. Sedangkan bioteknologi modern adalah
bioteknologi yang menggunakan mahluk hidup secara langsung atau
komponennya, berdasarkan prinsip ilmiah hasil pengkajian berbagai ilmu yang
mendalam.
Menurut aplikasinya dalam berbagai bidang, maka bioteknologi dapat
dibagi menjadi bioteknologi merah, bioteknologi putih atau abu-abu,
bioteknologi hijau, bioteknologi biru, dan bioteknologi lingkungan.
Bioteknologi merah merupakan aplikasi bioteknologi dibidang medis.
Bioteknologi putih atau abu-abu merupakan aplikasi bioteknologi di bidang
industri seperti pengembangan dan produksi senyawa baru serta pembuatan
sumber energi terbarukan. Bioteknologi hijau adalah aplikasi bioteknologi di
bidang pertanian dan peternakan. Bioteknologi biru merupakan aplikasi
bioteknologi di bidang kelautan yang mengendalikan proses-proses yang
terjadi di lingkungan akuatik. Sedangkan bioteknologi lingkungan merupakan
aplikasi bioteknologi di bidang lingkungan. Namun dalam makalah ini penulis
hanya akan membahas tentang bagaimana aplikasi bioteknologi dibidang
lingkungan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bioteknologi lingkungan?
2. Apa saja komponen yang terlibat dalam bioteknologi lingkungan?
3. Apa saja contoh penerapan bioteknologi lingkungan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian bioteknologi lingkungan.
2. Untuk mengetahui komponen yang terlibat dalam bioteknologi lingkungan.
3. Untuk mengetahui contoh penerapan bioteknologi lingkungan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bioteknologi Lingkungan


Bioteknologi lingkungan adalah perpaduan berbagai bidang ilmu yang
memanfaatkan potensi biokimia dari suatu mikroorganisme, tanaman atau
bagian-bagiannya untuk konservasi dan perbaikan suatu lingkungan yang
tercemar (tanah, air, dan udara). Dengan teknologi ini kita juga
mengembangkan, dan mengatur sistem biologi untuk menghasilkan teknologi
proses dan produksi yang ramah lingkungan serta melakukan perlindungan
sumber daya alam secara lestari (Tajuddin, 2001: 32).
Pada pengatasan permasalahan lingkungan hidup, bioteknologi
lingkungan memanfaatkan mikroba serta jasad biologi yang lebih besar dalam
kegiatan pengolahan limbah (purifikasi/pemurnian kembali) pada khususnya
serta untuk memperbaiki kualitas lingkungan pada umumnya. Pemanfaatan
jasad biologi ini sangat diharapkan, karena dianggap lebih alami dan tidak
membahayakan dibandingkan dengan menggunakan bahan-bahan pemurni
lain. Dalam kegiatan praktis di lapangan, istilah bioteknologi lingkungan
mash kalah populer dibandingkan dengan istilah bioremediation, biologycal
process), atau technical microbiology, atau beberapa istilah lain. yang
sebenarnya seringkali merupakan tahap pemanfaatan jasad biologi dalam
rangkaian pengolahan limbah atau mengolah limbah (Rahardjanto, 2011:
167).
Menurut Nugroho (2018, 317-318) bioteknologi lingkungan
menawarkan berbagai cara untuk membuat proses industri menjadi lebih
efisien dan bebas polusi antara lain:
1. Bioteknologi bisa menggantikan penggunaan bahan kimia sintetik.
Sebagai contoh, dengan bioteknologi bisa membuat plastic dari bahan
yang bersifat biodegradable yang dihasilkan oleh tanaman, yeast atau
mikroba.

6
2. Proses Bioleaching bisa dimanfaatkan untuk menggantikan proses kimia
dalam daur ulang kertas. Penggunaan detergen fosfat juga bisa digantikan
dengan detergen enzim.
3. Mempelajari mikroba yang mampu hidup di lingkungan yang ekstrim
dan memanfaatkan kemampuannya tersebut untuk keperluan industri.
4. Kebanyakan pengolahan limbah secara tradisional menggunakan
kombinasi perlakuan kimia, fisika dan mikroba. Saat ini dengan
bioteknologi modern dimungkinkan untuk optimasi pengolahaan limbah.
5. Proses pengolahan limbah dapat menghasilkan produk yang bernilai.
Misalnya dengan limbah sampah dapat dibuat menjadi pupuk hanya
dalam beberapa hari.

B. Komponen yang Terlibat Dalam Bioteknologi Lingkungan


Mikroorganisme yang terdiri dari organisme hidup yang berukuran
sangat mikroskopis. Dunia mikroorgnaisme terdiri dari lima kelompok
organisme yakni : bakteri, protozoa, virus, algae dan jamur mikroskopis
(Pelczar dan Chan, 2007).
Salah satu mikroorgansime ini adalah bakteri yang banyak dikenal baik
karena berakibat negatif pada manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan juga
berpengaruh positil; yakni dapat digunakan untuk kesejahteraan umat
manusia, khususnya dalam pembahasan ini adalah bermanfaat untuk
keselamatan lingkungan. Lingkungan yang dimaksudkan disini adalah tanah,
air dan udara (Pelezar dan Chan, 2005).
Perkembangan teknologi khususnya bioteknologi melalui rekayasa
genetik dapat memanfaatkan mikroorganisme khususnya bakteri dari yang
tidak berguna, menjadi berguna dalam menyelamatkan lingkungan. Bakteri
dapat digunakan sebagai agens biodegradasi (menguraikan senyawa yang
berbahaya menjadi tidak berbahaya bagi lingkungan) (Anonimus, 2008c),
bioremediasi (proses menggunakan mikroorganisme, bakteri, jamur, tanaman
hijau atau enzimnya untuk mengembalikan kondisi lingkungan alami yang
dirubah oleh kontaminan ke kondisi aslinya) (Anonimus, 2008a).

7
Keanekaragaman bakteri dan jalur metabolismenya menyebabkan bakteri
memiliki peranan yang besar bagi lingkungan sebagai contoh, bakteri saprofit
menguraikan tumbuhan atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran
organisme. Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa
organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang
lebih sederhana. Contoh bakteri saprofit antara lain proteus dan Clostridium.
Tidak hanya berperan sebagai pengurai senyawa organik. Beberapa kelompok
bakteri saprofit juga merupakan patogen oportunis.
1. Bakteri yang digunakan untuk mengurangi polutan
Mikroorganisrne yang telah direkayasa dapat digunakan untuk
menggantikan suatu proses produksi sehingga hanya menghasilkan
polutan sedikit mungkin. Beberapa contoh adalah produksi enzim,
vitamin, karbohidrat dan lipida yang menggunakan mikroorganisme akan
menghasilkan limbah produksi lebih sedikit jika dibandingkan dengan
produksi enzim, vitamin, karbohidrat dan lipida yang menggunakan
tumbuhan. Penggunaan Bacillus thuringiensis sebagai bioinsektisida dan
penggunaan Bacillus subtilissebagai bio-fosfor (Budiyanto, 2004).
Bakteri juga bermanfaat sebagai bioremediasi. Bioremediasi adalah
proses yang menggunakan mikroorganisme seperti bakteri, jamur,
tanaman hijau atau enzimnya untuk mengembalikan lingkungm alami
yang berubah akibat kontaminan ke kondisi asalnya. Bioremediasi
dikerjakan untuk kontaminan tanah yang spesifik, yakni degradasi
hidrokarbon diklorinasi oleh bakteri. Contoh banyak pendekatan umum
dalam hal membersihkan tumpahan minyak dengan penambahan pupuk
nitrat atau sulfat ke fasilitas dekomposisi dari minyak mentah dengan
bakteri indo/eksogenous (Anonimus, 2008d).
Secara alami kejadian bioremediasi dan fitoremediasi telah
digunakan berabad-abad lamanya. Contoh desalinasi lahan pertanian
dengan fitoekstraksi merupakan tradisi yang lama. Teknologi bioremediasi
menggunakan mikroba dilaporkan oleh George M. Robinson. Mereka
bekerja di daerah petrolium untuk Santa Maria, California selama 1960.

8
Teknologi bioremediasi secara umum dapat diklasifikasikan menjadi in
situatau ex situ. Bioremediasi in situ termasuk perlakuan material
kontaminan di tempat. Sebaliknya ex situtermasuk berpindah
materialkontaminan ke tempat yang lain yang diperlakukan. Contoh
bioremidiasi adalah bioventing, biofarming, bioreactorf composting
bioaugmentalion, dan rhizofiltralion.
2. Bakteri sebagai organisme pembersih (biocliner)
Bakteri yang direkayasa dapat digunakan sebagai organisme
pembersih (biocliner) jenis polutan (limbah) yang dimungkinkan
menghasilkan bahan yang lebih bernilai ekonomi. Penguraian limbah
dilakukan secara bersama-sama oleh bakteri aerob dan anaerob. Bakteri
penguari (dekomposer) memerlukan oksigen, nitrogen dan fosfor untuk
melakukan kegiatannya. Bahan ini diambil dari lingkungan dan bahan
mentah yang mengandung unsur tersebut dalam berbagai bentuk
persenyawaan seperti amonium, nitrat, dan pospat (Bidiyanto. 2004).
3. Penggunaan Bakteri untuk Mengatasi Limbah Minyak Bumi
Bakteri juga telah dimanfaatkan untuk mengatasi limbah minyak
bumi di daerah kilang minyak (terutama kilang minyak lepas pantail atau
pada kecelakaan kapal pengangkut minyak bumi. Golongan Pseudomonas,
seperti Pseudomonasputidamampu mengkonsumsi hidrokarbonyang
merupakan bagian utama dan minyak bumi dan bensin. Gen yang
mengkode enzim pengurai hidrokarbon terdapat pada plasmid rekombinan
dikultur dalam jerami dan dikeringkan. Jerami berongga yang telah berisi
kultur bakteri kering dapat disimpan dan digunakan jika diperlukan. Pada
saat jerami ditaburkan di atas tumpahan minyak, mula-mula jerami akan
menyerap minyak itu menjadi senyawa yang tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan polusi. Bakteri ini juga digunakan untuk membersihkan
limbah minyak di pabrik pengolahan daging (Budiyanto, 2004).
Biodegradasi minyak oleh bakteri perombak petrolium, sebagai
contoh peranan bakteri dalam memperbaiki lingkungan. Dalam kondisi
tertentu organisme hidup (utamanya bakteri, ragi, kapang dan jamur

9
berfilamen) dapat merubah atau memetabolisme berbagai senyawa yang
ada dalam minyak, proses secara kolektif ini disebut dengan blodegradasi
minyak. Biodegradasi mempengaruhi tumpahan minyak dan rembesan
permukaan. Telah dicatat lebih dari 30 tahun yang lalu. Akumulasi minyak
dangkal (suhu 80 oC) (Anonimus, 2008e).
Beberapa bakteri yang memiliki peran bagi bioteknologi lingkungan
antara lain dari genus Pseudomonas, Flavobacterium, Arthrobacter dan
Azotobacter.
1. Genus Pseudomonas
Pseudomonas sp. Merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang
mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon. Keberhasilan
penggunaan bakteri Pseudomonas dalam upaya bioremediasi lingkungan
akibat pencemaran hidrokarbon membutuhkan pemahaman tentang
mekanisme interaksi antara bakteri Pseudomonas sp. Dengan senyawa
hidrokarbon
2. Genus Flavobacterium
Bakteri dalam kelompok ini tumbuh pada kondisi aerobik maupun
anaerobik. Pada kondisi aerobik, bakteri ini mengoksidasi asam amino,
sedangkan jika tidak terdapat oksigen, metabolisme menjadi bersifat
fermentatif, dan energi diproduksi dengan cara memecah gula menjadi
asam organik.
3. Genus Arthrobacter
Spesies Arthrobacter telah sangat berguna dalam bioremediasi tanah
yang terkontaminasi dengan pestisida dan herbisida. Hal ini dimungkinkan
karena genom mereka beradaptasi, yang dapat menangani stres kondisi dan
lingkungan.
Arthrobacter adalah bakteri dasar tanah, tetapi telah ditemukan untuk
melakukan beberapa fungsi penting untuk menghilangkan racun bumi
dengan berbagai bahan kimia jahat. Baru-baru ini, telah ditemukan bahwa
beberapa spesies dari Arthrobacter dapat mengurangi Kromium heksa

10
valen yang dapat menyebabkan iritrasi yang parah pada manusia dan
mereka juga dikenal berfungsi untuk menurunkan pada pertanian.
4. Genus Azotobacter
Azotobacteradalah spesies rizobacter yang telah dikenal sebagai
agen biologis pemfiksasi nitrogen yang mengkonversi dinitrogen ke
amonium melalui reduksi elektron dan protonisasi gas dinitrogen. Unsur
hara yang membatasi produktivitas tanaman adalah nitrogen sehingga
pupuk nitrogen selalu ditambahkan sebagai input dalam produksi tanaman.
Untuk menghindar penurunan kesehatan tanaman akibat adanya input
bahan kimia diperlukan input biologis berupa rizobakteri

C. Contoh Penerapan Bioteknologi Lingkungan


1. Bioremediasi
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme yang telah
dipilih untuk ditumbuhkan pada polutan tertentu sebagai upaya untuk
menurunkan kadar polutan tersebut. Pada saat proses bioremediasi
berlangsung, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme
memodifikasi struktur polutan beracun menjadi tidak kompleks sehingga
menjadi metabolit yang tidak beracun dan berbahaya (Priadie, 2012: 39).
Bioremediasi merupakan proses yang memanfaatkan makhluk hidup
terutama mikroorganisme. Mikroorganisme yang umumnya digunakan
sebagai agen bioremediasi adalah bakteri, jamur, atau tanaman.
Mikroorganisme yang digunakan dapat berupa mikroorganisme
indegenus yang berasal dari daerah yang terkontaminasi yang kemudian
dikembangkan sebagai biostimulasi atau bioaugmentasi. Bioremediasi
menjadi efektif jika mikroorganisme kontak secara enzimatis pada
polutan dan merubahnya menjadi bahan yang tidak berbahaya. Efektifitas
bioremediasi tercapai jika kondisi lingkungan mendukung pertumbuhan
dan efektivitas mikroba. Bioremediasi memiliki keterbatasan antara tidak
bisa mendegradasi senyawa organik terkrorinasi dan hidrokarbon
aromatic dalam jumlah tinggi. Namun, pemanfaatan bioremediasin ini

11
lebih murah daripada menggunakan penanganan secara fisik dan kimia
(Nugroho, 2018: 324).
Menurut Hidayat (2017, 23) dan Wardani (2017, 119) jenis-jenis
bioremediasi dibagi menjadi dua yaitu:
a. Bioremediasi yang melibatkan mikroba. Teknologi bioremediasi
dalam menstimulasi pertumbuhan mikroba dilakukan dengan tiga
cara yaitu :
1) Biostimulasi
Biostimulasi adalah penambahan zat gizi dan nutrisi yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme (misalnya nutrient dan
oksigen) atau mensttimulasi kondisi lingkungan sedemikian
rupa (misalnya pemberian aerasi) agar mikroorganisme tumbuh
dan beraktivitas lebih baik.
Peningkatan laju penguraian dengan cara penambahan
stimulasi untuk
memodifikasi lingkungan dan meminimalisasi faktor pembatas
disebut dengan bioremediasi biostimulasi. Stimulasi harus
mampu mengaktifkan mikroba lokal (indigenous) sebagai agen
pengurai. Bioremediasi ini biasanya diaplikasi di zona vedosa
tanah, air tanah, dan sedimen.
2) Bioaugmentasi
Bioaugmentasi merupakan penambahan atau introduksi satu
jenis atau lebih mikroorganisme baik yang alami maupun yang
sudah mengalami rekayasa genetika. Mikroorganisme yang
dapat membantu membersihkan kontaminan tertentu kemudian
ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar.
3) Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi intrinsic terjadi secara alami dan natural
(tanpa campur tangan manusia) dalam air atau tanah yang
tercemar polutan. Teknik bioremediasi ini dikendalikan dengan
cara memantau proses penguraian untuk memastikan bahwa

12
proses bioremediasi masih berlangsung. Bioremediasi intrinsik
biasanya dilakukan pada lokasi di mana laju penguraian terjadi
lebih besar daripada laju perpindahan kontaminan ke tempat
lain. Proses yang terjadi secara alami ini tidak hanya terbatas
pada proses bioremediasi (reaksi biologis) tetapi juga pada
proses lain, meliputi pengenceran, dispersi, penyerapan,
penguapan, reaksi kimia seperti oksidasi, reduksi, dan
stabilisasi. Sebelum aplikasi bioremediasi intrinsik dilakukan,
penilaian secara menyeluruh terhadap proses tadi perlu dan
wajib dilakukan sebagai dasar pengembangan model atau disain.
Penerapannya harus dilakukan secara hati-hati, baik monitoring
maupun pengendalian sehingga konsentrasi kontaminan benar-
benar berada pada batas ambang yang aman bagi manusia dan
lingkungan
b. Bioremediasi berdasarkan lokasi
1) Bioremediasi In-situ
Bioremediasi In-Situ yaitu proses pengelolaan limbah di
lokasi limbah itu berada dengan mengandalkan kemampuan
mikroorganisme yang telah ada di lingkungan tercemar untuk
mendegradasinya.
2) Bioremediasi Ex-situ
Bioremediasi Ex-situ yiatu biremediasi yang dilakukan
dengan me-
ngambil limbah di suatu lokasi lalu di treatment di tempat lain,
setelah itu baru dikembalikan ke tempat asal. Kemudian diberi
perlakuan khusus dengan memakai mikroba.
2. Fitoremediasi
Fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan
polutan dari tanah atau perairan yang terkontaminasi. Akhir-akhir ini
teknik reklamasi dengan fitoremediasi mengalami perkembangan pesat
karena terbukti lebih murah dibandingkan metode lainnya, misalnya

13
penambahan lapisan permukaan tanah. Fitoremediator tersebut dapat
berupa herba, semak bahkan pohon. Semua tumbuhan mampu menyerap
logam dalam jumlah yang bervariasi, tetapi beberapa tumbuhan mampu
mengakumulasi unsur logam tertentu dalam konsentrasi yang cukup
tinggi (Juhaeti, 2005: 31).
Tanaman yang digunakan untuk proses fitoremediasi mempunyai
bentuk yang beraneka ragam, baik yang berwujud seperti alang-alang
maupun membentuk jalinan berupa rumput. Tanaman hiperakumulator
merupakan tanaman yang dapat hidup pada keadaan dimana konsentrasi
logam berat yang tinggi, tanaman ini juga dapat menyerap logam dalam
tanah. Sehingga dengan tanaman hiperakumulator, konsentrasi logam
berat dalam tanah akan berkurang (Ratnawati, 2018: 63).
Menurut Wardani (2017, 118) Proses fitoremediasi meliputi
fitoakumulasi, rhizofiltrasi, fitostabilisasi, rizodegradasi, fitodegradasi,
dan fitovolatisasi:
a. Fitoekstraksi atau Fitoakumulasi yaitu proses remediasi dimana
tumbuhan menarik zat kontaminan dan berakumulasi di sekitar akar
tumbuhan atau di daun.
b. Rhizo-filtrasi yaitu proses remediasi dengan mengedapkan zat-zat
kontaminan pada akar (menempel pada akar).
c. Fitostabilisasi yaitu penempelan zat kontaminan pada akar yang
tidak terserap ke dalam batang tumbuhan. Dimana zat tersebut
menempel secara stabil pada akar.
d. Rhizodegradasi atau Fitostimulasi yaitu penguraian zat-zat
kontamina dengan aktivitas mikroba yang berada di sekitar akar
tumbuhan.
e. Fitodegradasi atau Fitotransformasi yaitu proses yang dilakukan
tumbuhan untuk mengutaikan zat kontaminan yang mempunyai
rantai molekul yang kompleks menjadi bahan yang tidak berbahaya
dengan susunan molekul yang lebih sederhana yang dapat berguna
bagi pertumbuhan tanaman itu sendiri. Proses ini dapat berlangsung

14
pada daun, batang, akar atau di luar di sekitar perakaran dengan
bantuan enzim berupa bahan kimia yang mempercepat proses
degradasi.
f. Fitovolatilisasi yaitu merupakan proses penarikan dan transpirasi zat
kontaminan oleh tumbuhan dalam bentuk yang telah menjadi larutan
terurai (bahan yang tidak bebahaya bagi lingkungan) dimana
kemudian diuapkan ke atmosfer.
3. Biogas
Biogas merupakan sumber energi alternatif yang diperoleh melalui
dekomposisi bahan organik oleh bakteri secara anaerob sehingga bersifat
terbarukan (renewable). Teknologi biogas merupakan teknologi konversi
energi yang mudah diaplikasikan, ramah lingkungan dan bahan bakunya
mudah didapat. Salah satu keunggulan biogas adalah bahwa bahan baku
(substrat) untuk menghasilkan biogas sangat beragam meliputi berbagai
limbah pertanian secara luas (termasuk peternakan, perikanan,
kehutanan) (Haryanto, 2019: 48).
Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH4) dan
karbondioksida (CO2), dan beberapa kandungan gas yang jumlahnya
kecil diantaranya hidrogen (H2), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3)
serta nitrogen (N) yang kandungannya sangat kecil. Energi yang
terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4).
Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan
energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan
metana (CH4) semakin kecil nilai kalor (Mujahidah, 2013: 27).
Pada prinsipnya, pembuatan Biogas dengan teknologi biodigester
sangat sederhana, hanya dengan memasukkan substrat (kotoran ternak)
ke dalam tabung digester yang anaerob. Dalam waktu tertentu gas akan
terbentuk yang selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber energi,
misalnya untuk kompor gas atau listrik. Penggunaan biodigester dapat
membantu pengembangan sistem pertanian dengan mendaur ulang
kotoran ternak untuk memproduksi Biogas dan diperoleh hasil samping

15
(by-product) berupa pupuk organik.Selain itu, dengan pemanfaatan
biodigester dapat mengurangi emisi gas metan (CH4) yang dihasilkan
pada dekomposisi bahan organik yang diproduksi dari sektor pertanian
dan peternakan, karena kotoran sapi tidak dibiarkan terdekomposisi
secara terbuka melainkan difermentasi menjadi biogas (Sulistiyanto,
2016: 151).

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah kami sajikan dapat disimpulkan bahwa;
1. Bioteknologi lingkungan adalah perpaduan berbagai bidang ilmu yang
memanfaatkan potensi biokimia dari suatu mikroorganisme, tanaman atau
bagian-bagiannya untuk konservasi dan perbaikan suatu lingkungan yang
tercemar (tanah, air, dan udara). Dengan teknologi ini kita juga
mengembangkan, dan mengatur sistem biologi untuk menghasilkan
teknologi proses dan produksi yang ramah lingkungan serta melakukan
perlindungan sumber daya alam secara lestari
2. Komponen yang terkandung dalam bioteknologi lingkungan adalah bakteri,
protozoa, virus, alga dan jamur mikropis
3. Contoh penerapan bioteknologi lingkungan antara lain yaitu; Bioremediasi,
Fitoremediasi, dan Biogas

17
DAFTAR RUJUKAN

Haryanto, Agus, dkk. 2019. Pengaruh Komposisi Subtrat dari Campuran Kotoran
Sapi dan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) terhadap Produktivitas
Biogas pada Digester Semi Kontinu. Jurnal Rekayasa Proses. Vol. 13 (1):
44-56. https://jurnal.ugm.ac.id/jrekpros/article/download/41125/24692.
Diakses pada 18 Oktober 2020.

Hidayat, Asep. dkk. 2017. Telaah Mendalam Tentang: Bioremediasi. Bogor: IPB
Press.

Juhaeti, Titi, dkk. 2005. Inventarisasi Tumbuhan Potensial Untuk Fitoremediasi


Lahan dan Air Terdegradasi Penambangan Emas. Jurnal Biodiversitas.
Vol. 6 (1): 31-33. https://core.ac.uk/download/pdf/25975031.pdf. Diakses
pada 18 Oktober 2020.

Irianto, Ketut. 2016. Pemanfaatan Bakteri Untuk Keselamatan Lingkungan.


Fakultas Pertanian: Universitas Warmadewa

Mujahidah, dkk. 2013. Kajian Teknologi Produksi Biogas Dari Sampah Basah
Rumah Tangga. Jurnal MIPA. Vol. 2 (1): 25-34.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.
php/ejurnalfmipa/article/download/1579/1051. Diakses pada 18 Oktober
2020.

Nugroho, Endik Deni, dkk. 2018. Pengantar Bioteknologi (Teori dan Aplikasi).
Yogyakarta: Deepublish.

Priadie, Bambang, dkk. 2012. Teknik Bioremediasi Sebagai Alternatif Dalam


Upaya Pengendalian Pencemaran Air. Jurnal Ilmu Lingkungan. Vol. 10

18
(1): 38-48. https://media.neliti.com/media/publications/137076-ID-
none.pdf. Diakses pada 18 Oktober 2020.

Rahardjanto, Abdulkadir. 2011. Peranan Bioteknologi Dalam Restorasi


Lingkungan. Jurnal Lingkungan. Vol. 14 (1): 165-177.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/salam/article /viewFile/1610/1718.
Diakses pada 18 Oktober 2020.

Ratnawati, Rhenny, dkk. 2018. Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Timbal


(Pb) menggunakan Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata) dan
Jengger Ayam (Celosia plumosa). Jurnal Teknik Lingkungan. Vol. 3 (2):
62-69.
http://jurnalsaintek.uinsby.ac.id/index.php/alard/article/download/333/24
1/. Diakses pada 18 Oktober 2020.

Sulistiyanto. Y. dkk. 2016. Pemanfaatan Kotoran Sapi Sebagai Sumber Biogas


Rumah Tangga di Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah.
Jurnal Udayana Mengabdi. Vol. 15 (2): 150-158.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jum/article/down load/22583/14841.
Diakses Pada 18 Oktober 2020.

Tajuddin, Teuku. 2001. Modul Pengantar Bioteknologi. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Wardani, Agustin Krisna, dkk. 2017. Pengantar Bioteknologi. Malang: UB Press.

19

Anda mungkin juga menyukai