BIOTEKNOLOGI LINGKUNGAN
Disusun Oleh:
Kelompok 4
CIREBON
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga
baiknya.
lingkungan.
Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu,
selesai tepat pada waktunya. Semoga dibalas oleh Allah SWT dengan ganjaran yang
berlimpah.
Meski penulis telah menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak menutup
kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan
saran yang konstruktif dari pembaca sekalian.Akhir kata, saya berharap makalah ini
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... I
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman modern seperti saat ini hampir semua orang sudah mengenal dan memakai
produk hasil olahan bioteknologi. Baik hasil olahan dari bioteknologi konvensional maupun
modern. Namun walaupun semua orang sudah menikmati hasil dari bioteknologi hanya
segelintir orang saja yang mengetahui secara pasti apa sebenarnya bioteknologi.
mereka belum mengetahui apa yang terjadi pada produk yang mereka olah. Misalnya saja
pada pembuatan anggur. Orang-orang pada saat itu sudah dapat mengolah anggur. Tetapi
mereka tidak mengetahui proses apa yang terjadi sehingga bisa terbentuk anggur. Manusia
pada saat itu hanya mengikuti resep yang diajarkan oleh orang tua mereka.
tentang bioteknologi pun mulai berkembang. Para peneliti tertarik untuk mengetahui proses
apa yang terjadi sehingga bisa terbentuk anggur. Dengan adanya mikroskop maka dapat
dilihat bahwa dalam proses pengolahan anggur tesebut digunakan sel khamir. Seiring dengan
canggih. Hal ini tentunya sangat mempermudah para peneliti untuk meneliti lebih lanjut
tentang biteknologi, dan menemukan inovasi-inovasi baru dalam bidang bioteknologi. Karena
pada dasarnya bioteknologi bukanlah ilmu yang berdiri sendiri, melainkan didukung oleh
ilmu-ilmu lain seperti genetika, biokimia, mikrobiologi dan masih banyak ilmu-ilmu lainnya.
Sehingga ilmu-illmu ini ikut serta dalam mendukung kemajuan dari bioteknologi. Misalnya
saja dengan ditemukannya struktur dari DNA, maka dalam pengolahan anggur tidak perlu
lagi mengunakan sel khamir untuk membuat anggur, cukup hanya dengan menggunakan
material genetik dari khamir tersebut maka dapat dihasilkan anggur. Sehingga sel dari khamir
Secara umum bioteknologi dibagi menjadi dua yakni bioteknologi konvensional dan
menggunakan mahluk hidup secara langsung tanpa didasari prinsip ilmiah, melainkan
modern adalah bioteknologi yang menggunakan mahluk hidup secara langsung atau
komponennya, berdasarkan prinsip ilmiah hasil pengkajian berbagai ilmu yang mendalam.
Menurut aplikasinya dalam berbagai bidang, maka bioteknologi dapat dibagi menjadi
bioteknologi merah, bioteknologi putih atau abu-abu, bioteknologi hijau, bioteknologi biru,
medis. Bioteknologi putih atau abu-abu merupakan aplikasi bioteknologi di bidang industri
seperti pengembangan dan produksi senyawa baru serta pembuatan sumber energi
ini penulis hanya akan membahas tentang bagaimana aplikasi bioteknologi dibidang
lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka penulis merumuskan beberapa masalah, yaitu
sebagai berikut:
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1. Dapat memberikan pengetahuan tentang produk bioteknologi dalam bidang lingkungan dan
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bioteknologi
keseluruhan maupun bagian dari organisme tersebut untuk menghasilkan barang dan jasa
yang bermanfaat bagi manusia. Namun definisi bioteknologi secara klasik atau konvesional
adalah teknologi yang memanfaatkan agen hayati untuk menghasilkan barang dan jasa dalam
skala kecil untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan dilihat dari secara modern,
bioteknologi adalah pemanfaatan agen hayati atau bagian-bagian yang telah direkayasa secara
bioteknologi juga memanfaatkan sel-sel tumbuhan dan hewan untuk mendapatkan jenis baru
diberbagai bidang salah satunya adalah bidang lingkungan. Oleh karena itu muncullah
bioteknologi dalam bidang lingkungan dapat merestorasi lingkungan yang tercemar serta
permasalahan lingkungan yang lain dikarenakan penggunaan mikroorganisme ini dinilai lebih
alami dan tidak menimbulkan dampak yang berbahaya dibandingkan menggunakan bahan
sangat luas dalam kegiatan penelitian maupun penerapan hasil penelitian tersebut di
bioteknologi lingkungan menjadi hal yang relatif baru (rejuvenile), sehingga semua orang
tertarik dan mencoba menerapkan kajian ini dalam beberapa permasalahan yang dihadapi
dan ekosistem. Disamping itu bioteknologi juga dapat mencegah kerusakan dan merestorasi
mendekomposisi senyawa toksik dalam air, udara, tanah, buangan padat dan buangan
industri. Bioteknologi modern memberikan hasil yang lebih baik dan murah dalam
khususnya terhadap lingkungan. Namun itu hanya anggapan orang yang belum mengenal
seluk beluk bioteknologi itu sendiri. Dewasa ini bioteknologi telah berkembang khususnya
Sebagai gambaran umum tentang keadaan lingkungan saat ini dapat dilihat dinegara kita
sendiri yakni Indonesia. Indonesia adalah eksportir batubara terbesar kedua di dunia (setelah
merupakan negara penghasil timah peringkat ke-2, tembaga peringkat ke-3, nikel peringkat
total iklim dan tanah akibat seluruh lapisan tanah di atas deposit bahan tambang disingkirkan.
Selain itu, untuk memperoleh atau melepaskan biji tambang dari batu-batuan atau pasir
seperti dalam pertambangan emas, para penambang pada umumnya menggunakan bahan-
bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari tanah, air atau sungai dan lingkungan.
Selain masalah pertambangan saat ini banyak muncul industri-industri kecil laundry.
Akan tetapi pertumbuhan industri laundry ini memiliki efek samping yang kurang baik, sebab
industri-industri kecil tersebut sebagian besar langsung membuang limbahnya ke selokan atau
badan air tanpa pengolahan terlebih dulu. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan
karena dalam limbah tersebut mengandung phospat yang tinggi. Menurut Hera (dalam
Hardyanti, 2007) Phospat ini berasal dari Sodium Tripolyphosphate (STPP) yang merupakan
salah satu bahan yang kadarnya besar dalam detergen. Dalam detergen, STPP ini berfungsi
sebagai builder yang merupakan unsur penting kedua setelah surfaktan karena
kemampuannya menonaktifkan mineral kesadahan dalam air sehingga detergen dapat bekerja
secara optimal (SDA, 2003). STPP ini akan terhidrolisa menjadi PO4 dan P2O7 yang
selanjutnya akan terhidrolisa juga menjadi PO4. Badan air dengan PO4 yang berlebih akan
terbentuk dari ilmu bioteknologi ini sangat diharapkan bisa memperbaiki dan menjaga
A. Bioremidiasi
yang telah dipilih untuk ditumbuhkan pada polutan tertentu sebagai upaya untuk menurunkan
kadar polutan tersebut. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa bioremediasi adalah
proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur,
bakteri).
Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan
yang kurang beracun atau tidak beracun. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang
kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada banyak kasus,
strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya
potensi untuk menjadi salah satu teknologi lingkungan yang bersih, alami, dan paling murah
bioremediasi adalah salah satu teknologi untuk mengatasi masalah lingkungan dengan
Penerapan Bioremidiasi
Seperti yang telah dijelaskan pada halaman sebelumnya bahwa bioremidiasi ini
mempunyai payung hukum yang mengatur standar baku kegiatan bioremediasi dalam
bentuk pencemaran lainnya (logam berat dan pestisida) melalui Kementerian Lingkungan
Hidup, Kep Men LH No.128 tahun 2003, tentang tatacara dan persyaratan teknis dan
pengelolaan limbah minyak bumi dan tanah terkontaminasi oleh minyak bumi secara biologis
ini, bioremediasi telah berkembang pada pengolahan air limbah yang mengandung senyawa-
senyawa kimia yang sulit untuk didegradasi dan biasanya dihubungkan dengan kegiatan
organik terhalogenasi seperti pestisida dan herbisida, maupun nutrisi dalam air seperti
Pengolahan air tercemar secara biologi pada prinsipnya adalah meniru proses alami self
Peranan mikroorganisme pada proses self purification ini pada prinsipnya ada dua yaitu:
Mikroorganisme ini keberadaannya menempel pada suatu permukaan misalnya pada batuan
ataupun tanaman air. Selanjutnya diaplikasikan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) misalnya dengan sistemtrickling filter. Selama pengolahan aerobik air limbah
domestik, genus bakteri yang sering ditemukan berupa gram-negatif berbentuk batang
Alcaligenes dan Flavobacterium. Filamentous bakteri seperti genera Beggiatoa, Thiotrix dan
Mikroorganisme ini keberadaannya dalam bentuk suspensi di dalam air yang tercemar.
Selanjutnya diaplikasikan pada IPAL dengan sistem lumpur aktif konvensional menggunakan
bak aerasi maupun sistem SBR (Sequence Batch Reactor). Berbeda dengan mikroorganisme
yang menempel, sistem pertumbuhan mikroorganisme yang tersuspensi terdiri dari agregat
mikroorganisme yang pada umumnya tumbuh sebagai flocs dalam kontak dengan air limbah
pada waktu pengolahan. Agregat atau flocs, yang terdiri dari berbagai spesies mikroba,
berperan dalam penurunan polutan. Umumnya spesies mikroba ini terdiri dari bakteri,
protozoa dan metazoa. Pada sistem kolam stabilisasi, organisme phototrophic, yang
yang baik dengan mengabaikan masukan energi. Pengembangan penerapan kedua proses
tersebut dalam teknologi pengolahan air limbah dapat digabungkan berupa hybrid reactor.
meliputi: isolasi bakteri, pengujian bakteri dalam mengdegradasi zat pencemar, identifikasi,
dan perbanyakan bakteri. Bagi pengggunaan bakteri indigenous, seperti yang dipersyaratkan
oleh Kep Men LH No.128 (2003), tahap isolasi bakteri merupakan langkah awal yang harus
diperhatikan.
Isolasi bakteri yang baik dan benar dapat menentukan bakteri yang cocok dalam proses
remediasi air limbah yang diinginkan. Oleh karena itu prinsip pemilihan bakteri hasil isolasi
dapat memberikan kinerja penurunan kadar polutan yang optimal. Karena secara alami
jumlah bakteri yang diinginkan terdapat dalam jumlah sedikit, malah lebih banyak bakteri
yang tidak diinginkan, maka diperlukan proses isolasi untuk memperbanyak bakteri yang
dimaksud. Tujuan mengisolasi bakteri adalah untuk mendapatkan bakteri yang diinginkan
dengan cara mengambil sampel mikroba dari lingkungan yang ingin diteliti. Dari sampel
selektif, tergantung tujuan yang ingin dicapai (Tortora, 2010 dalam Bambang Priyadie 2012).
kultur media. Beberapa bakteri dapat tumbuh dengan baik pada hampir semua media kultur;
lainnya memerlukan media kultur khusus yang pada akhirnya akan ada suatu pertumbuhan
yang disebut inokulum. Untuk tujuan tersebut diperlukan media yang diperkaya (enrichment
culture) untuk memperbanyak bakteri yang dimaksud. Pada medium yang diperkaya,
termasuk juga media selektif, biasanya menyediakan nutrisi dan kondisi lingkungan yang
diinkubasi selama beberapa hari, kemudian sejumlah kecil inokulum dipindahkan ke lain
media dengan komposisi media yang sama. Setelah serangkaian transfer tersebut,
mikroorganisme yang masih hidup akan terdiri dari bakteri yang mampu melakukan
metabolisme bahan organik. Setelah populasi bakteri bertambah dilakukan isolasi pada
medium agar yang diinkubasi selama 3 hari. Dari hasil inkubasi tersebut diperoleh koloni-
koloni bakteri untuk selanjutnya akan diambil koloni yang dominan untuk diamati dan dibuat
sub kultur murninya untuk digunakan dalam penurunan zat pencemar. Identifikasi dapat
dilakukan dengan beberapa cara termasuk : pengamatan morfologi sel, pewarnaan gram, dan
uji biokimia. Selain berdasarkan morfologi, bakteri juga dibedakan menjadi 3 bentuk
meliputi: bentuk bulat (kokus), bentuk batang (basil), dan bentuk spiral.
Perbanyakan bakteri
Setelah didapatkan isolat yang diinginkan, uji degradasi, dan identifikasi bakteri,
selanjutnya adalah membuat perbanyakan bakteri untuk uji skala lapangan. Perbanyakan
bakteri atau pengembangan inokulum ini merupakan proses untuk memproduksi inokulum.
Medium pengembangan inokulum harus cukup serupa dengan medium produksi. Hal ini
dimaksudkan untuk meminimalkan periode adaptasi dengan mereduksi fase lag. Perbanyakan
bakteri atau pengembangan inokulum ini merupakan proses untuk memproduksi inokulum
perbanyakan kultur tahap I, perbanyakan kultur tahap II, dan pembuatan kultur produksi.
Untuk lebih jelasnya tentang bagaimana pemanfaatan bioremidiasi dalam mengatasi
masalah lingkungan ini, maka penulis akan mengambil contoh bagaimana pemanfaatan
Kemampuan bakteri Pseudomonas sp. IA7D dalam mendegradasi hidrokarbon dan dalam
hidrokarbon.
Bahan utama minyak bumi adalah hidrokarbon alifatik dan aromatik. Selain itu, minyak
bumi juga mengandung senyawa nitrogen antara 0-0,5%, belerang 0-6%, dan oksigen 0-
3,5%. Terdapat sedikitnya empat seri hidrokarbon yang terkandung di dalam minyak bumi,
yaitu seri n-paraffin (n-alkana) yang terdiri atas metana (CH4) sampai aspal yang memiliki
atom karbon (C) lebih dari 25 pada rantainya, seri iso-paraffin (isoalkana) yang terdapat
hanya sedikit dalam minyak bumi, seri neptena (sikloalkana) yang merupakan komponen
kedua terbanyak setelah n-alkana, dan seri aromatik (benzenoid). Sedangkan bakteri
pseudomonas yang umum digunakan dalam biioremidiasi ini antara lain: Pseudomonas
Salah satu faktor yang sering membatasi kemampuan bakteri Pseudomonas dalam
mendegradasi senyawa hidrokarbon adalah sifat kelarutannya yang rendah, sehingga sulit
mencapai sel bakteri. Oleh karena itu, untungnya, bakteri Pseudomonas dapat memproduksi
1. Surfaktan dengan berat molekul rendah (seperti glikolipid, soforolipid, trehalosalipid, asam
lemak dan fosfolipid) yang terdiri dari molekul hidrofobik dan hidrofilik. Kelompok ini
bersifat aktif permukaan, ditandai dengan adanya penurunan tegangan permukaan medium
cair.
2. Polimer dengan berat molekul besar, yang dikenal dengan bioemulsifier polisakarida
amfifatik. Dalam medium cair, bioemulsifier ini mempengaruhi pembentukan emulsi serta
dan hidrofilik, yang mampu mengikat molekul hidrokarbon tidak larut air dan mampu
meningkatkan ketersediaan substrat yang tidak larut melalui beberapa mekanisme. Dengan
adanya biosurfaktan, substrat yang berupa cairan akan teremulsi dibentuk menjadi misel-
misel, dan menyebarkannya ke permukaan sel bakteri. Substrat yang padat dipecah oleh
Pelepasan biosurfaktan ini tergantung dari substrat hidrokarbon yang ada. Ada substrat
(misal seperti pada pelumas) yang menyebabkan biosurfaktan hanya melekat pada permukaan
membran sel, namun tidak diekskresikan ke dalam medium. Namun, ada beberapa substrat
medium. Hal ini terjadi karena heksadekan menyebabkan sel bakteri lebih bersifat hidrofobik.
Oleh karena itu, senyawa hidrokarbon pada komponen permukaan sel yang hidrofobik itu
dapat menyebabkan sel tersebut kehilangan integritas struktural selnya sehingga melepaskan
biosurfaktan untuk membran sel itu sendiri dan juga melepaskannya ke dalam medium.
Terdapat tiga cara transpor hidrokarbon ke dalam sel bakteri secara umum yaitu :
1. Interaksi sel dengan hidrokarbon yang terlarut dalam fase air. Pada kasus ini, umumnya
rata-rata kelarutan hidrokarbon oleh proses fisika sangat rendah sehingga tidak dapat
mendukung.
2. Kontak langsung (perlekatan) sel dengan permukaan tetesan hidrokarbon yang lebih besar
daripada sel mikroba. Pada kasus yang kedua ini, perlekatan dapat terjadi karena sel bakteri
bersifat hidrofobik. Sel mikroba melekat pada permukaan tetesan hidrokarbon yang lebih
besar daripada sel dan pengambilan substrat dilakukan dengan difusi atau transpor aktif.
Perlekatan ini terjadi karena adanya biosurfaktan pada membrane sel bakteri Pseudomonas.
3. Interaksi sel dengan tetesan hidrokarbon yang telah teremulsi atau tersolubilisasi oleh
bakteri. Pada kasus ini sel mikroba berinteraksi dengan partikel hidrokarbon yang lebih kecil
daripada sel. Hidrokarbon dapat teremulsi dan tersolubilisasi dengan adanya biosurfaktan
B. Fitoremidiasi
dengan fitoremidiasi. Apabila dilihat dari susunan katanya fitoremidiasi berasal dari kata
Phyto asal kata Yunani/ greek “phyton” yang berarti tumbuhan/tanaman (plant), dan
Remediation yang berasal dari kata latin yakni remediare (to remedy) yaitu memperbaiki/
merupakan suatu sistem dimana tanaman tertentu yang bekerja sama dengan mikroorganisme
dalam media (tanah, koral dan air) dapat mengubah zat kontaminan (pencemar/pollutan)
menjadi kurang atau tidak berbahaya bahkan menjadi bahan yang berguna secara ekonomi.
Pemahaman lain mengenai fitoremidiasi adalah upaya penggunaan tanaman dan bagian-
lapangan) pada tanah atau daerah yang terkontaminasi limbah. Secara singkatnya dapat
adalah terutama yang berhubungan dengan batasan konsentrasi kontaminan yang dapat
ditolerir oleh tanaman, masalah kebocoran kontaminan yang sangat larut dalam air dan
(http://pkrlt.ugm.ac.id/files/2006%20.html)
Penerapan Fitoremidiasi
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa fitoremidiasi merupakan suatu upaya
yang dapat mendegradasi polutan. Tumbuhan yang digunakan antara lain enceng gondok
telah dilakukan tanaman enceng gondok memiliki kemampuan untuk mengolah limbah, baik
itu berupa logam berat, zat organik maupun anorganik. Selain itu Sheffield (1997)
melaporkan bahwa tanaman ini mampu menurunkan konsentrasi ammonia sebesar 81%
dalam waktu 10 hari. Tumbuh-tumbuhan lain yang digunakan juga yaitu, Solanum nigrum,
Anturium Merah/ Kuning, Alamanda Kuning/ Ungu, Akar Wangi, Bambu Air, Cana Presiden
Merah/Kuning/ Putih, Dahlia, Dracenia Merah/ Hijau, Heleconia Kuning/ Merah, Jaka,
Keladi Loreng/Sente/ Hitam, Kenyeri Merah/ Putih, Lotus Kuning/ Merah, Onje Merah,
Pacing Merah/ Mutih, Padi-padian, Papirus, Pisang Mas, Ponaderia, Sempol Merah/Putih,
Proses dalam sistem ini berlangsung secara alami dengan 6 tahap proses secara serial
yang dilakukan tumbuhan terhadap zat kontaminan/ pencemar yang berada disekitarnya.
media sehingga berakumulasi disekitar akar tumbuhan. Proses ini disebut juga
Hyperacumulation
2) Rhizofiltration (rhizo= akar) adalah proses adsorpsi atau pengedapan zat kontaminan oleh
akar untuk menempel pada akar. Percobaan untuk proses ini dilakukan dengan menanan
bunga matahari pada kolam mengandung radio aktif untuk suatu test di Chernobyl, Ukraina.
3) Phytostabilization yaitu penempelan zat-zat contaminan tertentu pada akar yang tidak
mungkin terserap kedalam batang tumbuhan. Zat-zat tersebut menempel erat (stabil ) pada
akar sehingga tidak akan terbawa oleh aliran air dalam media.
bioremidiation degradation, yaitu penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas microba yang
menguraikan zat kontaminan yang mempunyai rantai molekul yang kompleks menjadi bahan
yang tidak berbahaya dengan dengan susunan molekul yang lebih sederhan yang dapat
berguna bagi pertumbuhan tumbuhan itu sendiri. Proses ini dapat berlangsung pada daun ,
batang, akar atau diluar sekitar akar dengan bantuan enzym yang dikeluarkan oleh tumbuhan
itu sendiri. Beberapa tumbuhan mengeluarkan enzym berupa bahan kimia yang mempercepat
dalam bentuk yang telah larutan terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya lagi untuk
selanjutnya di uapkan ke admosfir. Beberapa tumbuhan dapat menguapkan air 200 sampai
1) Menghilangkan logam berat yang mencemari tanah dan air tanah, seperti yang dilakukan di
New Zealand, lokasi : Opotiki, Bay of Plenty. Membersihkan tanah yang tercemar cadmium
2) Membersihkan tanah dan air tanah yang mengandung bahan peledak (TNT, RDX dan
amunisi militer) di Tennese, USA, dengan menggunakan metode wetland yaitu kolam yang
diberi media koral yang ditanami tumbuhan air dan kemudian dialirkan air yang tercemar
3) Pengolahan limbah domestik dengan konsep fitoremediasi dengan metoda Wet land, seperti
yang diterapkan dibeberapa tempat di Bali dengan sebutan wastewater garden (WWG) atau
terkenal dengan Taman Bali seperti yang terlihat di Kantor Camat Kuta, Sunrise School, dan
Kantor Gubernur Bali. Wetland ini berupa kolam dari pasangan batu kemudian diisi media
koral setinggi 80 cm yang ditanami tumbuhan air (Hydrophyte) selanjutnya dialirkan air
limbah (grey water dan effluen dari sptictank). Air harus dijaga berada pada ketinggian 70 cm
atau 10 cm dibawah permukaan koral agar terhindar dari bau dan lalat/ serangga lainnya.
Untuk menghindari kloging (mampet) pada lapisan koral maka air limbah sebelum masuk
unit wet land ini harus dilewatkan unit pengendap partikel discret. Berdasarkan hasil test
1. Mengolah limbah
minyak, selulosa, plastik, dan minyak. Berbagai spesies mikroorganisme tersebut bisa
mencerna minyak dan selulosa sudah berhasil diperoleh. Selama itu, juga pernah adanya
penelitian terhadap campuran mikroorganisme yang bisa mencerna sampah dengan cara yang
lebih efektif.
sungai. Proses pengolahan limbah dengan metode biologi adalah metode yang memanfaatkan
mikroorganisme sebagai katalis untuk menguraikan material yang terkandung di dalam air
limbah. Mikroorganisme yang digunakan umumnya bakteri aerob. Proses pengolahan air
limbah yaitu:
Pengumpulan
Pemilahan
Pengaliran limbah
Pengendapan
Proses aerob
Kucuran air
Proses anaerob
paten. Mikroorganisme tersebut bisa dimanfaatkan dalam dunia industri untuk mengolah
terdapat kandungan lemak bisa memanfaatkan mikroorganisme yang dapat mencerna lemak
Cacing tanah bisa mengurangi pencemaran oleh sampah organik. Hal ini karena cacing
tanah mencerna sisa-sisa bahan organik yang terdapat di dalam tanah, seperti ranting, sisa
dedaunan, dan sampah organik lainnya. Kotoran cacing tanah mengandung banyak nitrogen
sehinga bisa menyuburkan tanah.Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak
Di Indonesia, cacing tanah telah banyak diternakkan. Sentra peternakan cacing terbesar
Tanah:
Menyuburkan tanah
2. Biogas
Biogas adalah gas metana yang bisa menghasilkan energi yang tidak menimbulkan polusi.
Biogas dibuat dengan cara pemanfaatan kotoran ternak, sehingga bisa mengurangi
pencemaran oleh kotoran ternak, dan sisa-sisa biogas bisa dimanfaatkan sebagai
pupuk. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh
mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen biogas antara lain
sebagai berikut : ± 60 % CH4 (metana), ± 38 % CO2 (karbon dioksida) dan ± 2 % N2, O2,
a) Pembuatan Biogas
Biogas dibuat dengan memanfaatkan kotoran ternak, karena itu dapat mengurangi
pencemaran oleh kotoran ternak, dan sisa-sisa biogas dapat dimanfaatkan untuk pupuk.
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik
(tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas
metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut
biogas.
Bakteri fermentative
Bakteri asetogenik
Bakteri metana
bioremediasi, bioleaching yaitu pelepasan logam dari mineral atau sedimen, memproduksi
pupuk hayati yang mudah didegradasi oleh lingkungan serta mengurangi limbah plastik
dengan memproduksi bioplastik yang berasal dari gula, lemak, protein dan serat tanaman
industri hingga 92,7% selama 30 hari (Santosa et al., 2008). Penggunaan bioplastik akan
mengurangi permasalahan lingkungan yang mana sampah plastik saat ini menjadi
permasalahan di seluruh dunia. Bioplastik adalah plastik yang dapat digunakan seperti
layaknya plastik pada umumnya namun ketika dibuang ke tanah akan mudah didekomposisi
oleh mikroorganisme tanah dan akan menghasilkan senyawa asalnya yaitu air dan karbon
mengekstraksi emas, pyrate, tembaga dan besi. Penicillium chrysogenum dapat dimanfaatkan
untuk mengekstraksi logam nikel dan menghasilkan 12,87% sedangkan Aspergillus niger
menghasilkan 11,83% (Kurniawan et al., 2018). Penelitian lain melaporkan bahwa bakteri
mixotrop dapat mengekstraksi nikel sebesar 34,3% menggunakan substrat organik air lindi
dengan penambahan belerang 20% setelah proses berlangsung selama 28 hari (Mubarok et
al., 2016).
memanfaatkan mikroba serta jasad biologi yang lebih besar dalam kegiatan pengolahan
lingkungan pada umumnya. Pemanfaatan jasad biologi ini sangat diharapkan, karena
dianggap lebih alami dan tidak membahayakan dibandingkan dengan menggunakan bahan-
limbah pada awalnya ditemukan melalui pengamatan ekologi yang didukung oleh ilmu dasar
lainnya di bidang biologi, misalnya botani, biokimia, taksonomi, dll. Temuan dari survey ini
kemudian dibuat kultur dan diuji efektifitasnya untuk kemudian dijadikan sediaan jika
Dalam pengolahan limbah, jasad biologi pada awalnya bukan hal yang
menarik bagi orang teknik, karena memang bukan bidangnya. Namun ternyata mereka sangat
membutuhkan mikroba tersebut dalam kegiatan pengolahan limbah, terutama dalam kegitan
bidang lingkunga
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
bagian dari organisme tersebut untuk mengahasilkan barang dan jasa yang bermanfaat bagi
manusia.
fitoremidiasi.
http://pkrlt.ugm.ac.id/files/2006%20.html
Tambang Batubara.
http://goblog06.blogspot.com/2010/05/pemanfaatan-bakteri-pereduksi-sulfat02.html.
Gondok (Eichhornia Crassipes), (Studi Kasus pada Limbah Cair Industri Kecil Laundry).
Jurnal presipitasi.