Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Sehat adalah hal penting yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Menurut
UU Nomor 36 Tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Menurut
WH0 (1947), definisi kesehatan secara luas tidak hanya meliputi aspek medis, tetapi
juga aspek mental dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari
penyakit, cacat, dan kelemahan (Maulana, 2009). Upaya yang dilakukan untuk
merealisasikan hal ini ditempuh melalui pembinaan profesional dalam bidang
promotif dan preventif yang mengarah pada  pemahaman permasalahan-
permasalahan kesehatan masyarakat, untuk selanjutnya dapat melakukan
pengembangan program intervensi menuju perubahan paradigma dan perilaku
masyarakat yang sehat.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana sebagai sebuah
institusi yang menyelenggarakan pendidikan di bidang kesehatan masyarakat
memiliki tanggung jawab penuh untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan
kepada mahasiswa-mahasiswi mengenai tugas dan ruang lingkup kerjanya. Dalam
upaya pengembangan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa FKM undana maka
di dalam kurikulum dikembangkan suatu program Pengalaman Belajar Lapangan.
Bentuk konkrit dari paradigma di atas adalah dengan melakukan praktek
belajar lapangan kedua (PBL II) yang dilakukan oleh mahasiswa FKM UNDANA
Kupang sebagai tindak lanjut dari PBL I yang merupakan suatu proses belajar untuk
melaksanakan kegiatan yang bersangkutan dengan rencana pemecahan masalah
kesehatan yang menjadi prioritas bagi masyarakat. Adapun kemampuan
profesionalisme mahasiswa kesehatan masyarakat yang harus dimiliki dalam
pelaksanaan PBL II tersebut, di antaranya mampu menetapkan rencana kegiatan
intervensi baik fisik maupun non fisik dalam pemecahan masalah kesehatan yang
ada di masyarakat, bertindak sebagai manajer masyarakat yang dapat berfungsi
sebagai pelaksana, pendidik, penyuluh dan peneliti, melakukan pendekatan
masyarakat, dan bekerja dalam multidisipliner. Prinsip yang fundamental dalam
kegitan PBL II ini ialah terfokus pada pengorganisasian masyarakat serta koordinasi
dengan pemerintah kelurahan atau pun pihak-pihak terkait lainnya.
Pengorganisasian masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan kesehatan
masyarakat pada hakekatnya adalah menghimpun potensi masyarakat atau sumber
daya masyarakat itu sendiri. Pengorganisasian itu dapat dilakukan dalam bentuk
pemberdayaan, penghimpunan, pengembangan potensi serta sumber-sumber daya
masyarakat yang pada hakekatnya menumbuhkan, membina dan mengembangkan
partisipasi masyarakat di bidang pembangunan kesehatan. Bentuk partisipasi
tersebut dapat berupa swadaya atau swasembada dalam bantuan material, dana, dan
moril di berbagai sektor kesehatan.
Berdasarkan hasil kegiatan PBL I di RT 06, 07, 28, 35 dan 60/RW 03
Kelurahan Liliba, Kecamatan Oebobo, melalui kegiatan pengumpulan data yang
telah dilakukan dan pelaksanaan minilokakarya bersama warga, maka masyarakat
RW 03 bersama kelompok berhasil menyepakati beberapa masalah yakni kurangnya
ketersediaan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang memenuhi syarat,
kurangnya kesadaran warga terkait Pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) dalam tatanan rumah tangga beserta pengetahuan masyarakat tentang
Abate. Dari masalah-masalah tersebut kelompok bersama masyarakat menyepakati
alternatif pemecahan masalah yaitu pembuatan Saluran Pembuangan Air Limbah
(SPAL) percontohan, Penyuluhan Kesehatan tentang Pentingnya Pelaksanaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), beserta pembagian Abate.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu konsep pemecahan masalah sesuai dengan prioritas
masalah yang telah ditetapkan melalui minilokakarya;
b. Mahasiswa mampu melaksanakan program pilihan dalam bentuk
intervensi fisik dan non fisik.
c. Mahasiswa dapat mengaktifkan peran serta masyarakat dalam kegiatan
tertentu yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat.
d. Mahasiswa dapat menentukan atau membuat indikator evaluasi program
untuk PBL berikutnya.
1.2.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kegiatan PBL II adalah mahasiswa mampu :
a. Meningkatkan kepemilikan SPAL yang memenuhi syarat kesehatan
pada masyarakat.
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku hidup
bersih dan sehat melalui penyuluhan kesehatan.
c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Abate melalui
pembgian Abate.
1.2.3. Manfaat PBL II
a. Agar mahasiswa dapat melaksanakan program pilihan dalam bentuk
intervensi fisik dan non-fisik.
b. Agar mahasiswa dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dalam bidang
pengembangan dan pengorganisasian masyarakat.
c. Agar mahasiswa dapat membuat pemecahan masalah dan membuat
indikator evaluasi program untuk PBL berikutnya.
d. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku hidup
bersih dan sehat melalui penyuluhan kesehatan.
BAB II

ANALISIS SITUASI UMUM KELURAHAN LILIBA DAN


ANALISIS SITUASI KHUSUS RW 03
BAB III

METODOLOGI

2.1. Lokasi PBL II


Pengalaman Belajar Lapangan II (PBL II) tahun 2016 dilaksanakan di
wilayah Kecamatan Oebobo, Kelurahan Liliba. Secara khusus kelompok kami
mendapat lokasi PBL II di wilayah RW 03 yang terdiri dari RT 06, 07, 28, 35 dan
RT 60.
2.2. Waktu PBL II

Waktu pelaksanaan PBL II dimulai pada tanggal 1 Oktober sampai


tanggal 18 November 2016. Pelaksanaannya pada hari Kamis, Jumat, dan Sabtu.

2.3. Sumber Data


Sumber data yang digunakan dalam penyusunan laporan ini terdiri dari
data primer dan data sekunder. Data primer ini diperoleh dari proses wawancara
secara langsung dengan masyarakat RW 03 (RT 06, 07, 28, 35 dan RT 60)
Kelurahn Liliba dengan menggunakan panduan kuesioner pada waktu PBL 1.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari Kantor Kelurahan Liliba, Puskesmas
Oepoi dan Puskesmas Pembantu (PUSTU) Liliba.
2.4. Metode Perencanaan Program Intervensi di Masyarakat
2.4.1. Realisasi Pemecahan Masalah
Berdasarkan prioritas masalah yang akan di intervensi, maka terdapat
beberapa jenis intervensi yang telah dilakukan pada PBL II ini. Terdiri dari
intervensi utama dan intervensi tambahan. Intervensi utama terdiri dari
intervensi fisik yang berupa pembuatan SPAL percontohan dan nonfisik yang
berupa penyuluhan PHBS, sedangkan intervensi tambahan meliputi kegiatan
pembagian Abate kepada masyarakat RW 03 kelurahan Liliba.
1. Intervensi Utama yaitu intervensi fisik yang berupa pembuatan SPAL
percontohan yang memenuhi syarat kesehatan dimana material yang
digunakan berasal dari swadaya kelompok serta dikerjakan atas partisipasi
masyarakat setempat dengan tuntunan dari kelompok 3 PBL II selaku
pembawa program dan intervensi non fisik yang berupa penyuluhan tentang
PHBS dalam tatanan rumah tangga beserta keterkaitannya terhadap kejadian
penyakit demam berdarah.
2. Intervensi Tambahan yaitu intervensi fisik yang berupa pembagian Abate
kepada masyarakat RW 03 dengan tujuan meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang Abate dan penggunaanya.
2.4.2. Sasaran
Yang menjadi sasaran utama dalam kegiatan ini adalah seluruh
masyarakat di RW 03 Kelurahan Liliba Kecamatan Oebobo, Kota Kupang.
2.4.3. Metode Intervensi Masalah
Metode intervensi yaitu berupa intervensi fisik dan non fisik. Dalam
intervensi fisik, dalam hal ini pembuatan SPAL percontohan dilaksanakan secara
bersama-sama dengan masyarakat setempat, dengan memanfaatkan segala
potensi yang dimiliki oleh masyarakat di RW 03 ini, sehingga baik sarana
maupun prasarana dari pelaksanaan kegiatan ini merupakan sepenuhnya hasil
swadaya kelompok bersama masyarakat setempat. Sedangkan metode yang
digunakan dalam intervensi non fisik yaitu metode ceramah dalam
melaksanakan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
2.4.4. Alasan Kelompok memilih Kegiatan Intervensi Tersesebut, yaitu :
a. Pembuatan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) percontohan
Berdasarkan data sekunder yang kami dapat pada PBL 1, jumlah
SPAL secara keseluruhan di RW 03 hanya......., selain menjadi tempat
bersarangnya nyamuk yang menularkan penyakit, kurangnya ketersediaan
SPAL dapat menganggu pemandangan, menyebabkan bau busuk serta
berpotenssi mencemari Sumber air bersih (sumur, sungai,danau).
b. Penyuluhan Kesehatan dan pembagian Abate
Mengacu pada data sekunder PBL 1 yang kelompok dapatkan ada RW 03,
kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelaksanaan PHBS dalam
tatanan rumah tangga masih sangat kurang. Selain itu terdapat warga yang
terkena Demam Berdarah Dengue sehingga melatarbelakangi kelompok
untuk melakukan penyuluhan tentang pelaksanaan PHBS dalam tatanan
rumah tangga dan keterkaitannya dengan kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) beserta pembagian Abate.
BAB IV
HASIL KEGIATAN PBL II

4.1. Pelaksanaan Kegiatan Intervensi


A. Intervensi Fisik (Pembuatan SPAL Percontohan)
1) Tujuan
Tersedianya Saluran Pembuangan Air Limbah percontohan agar masyarakat
mampu untuk mengaplikasikan ke rumah mereka sendiri.
Tujuan dari Keberadaan SPAL yaitu :
- Air limbah domestik Tidak mengganggu pemandangan
- Berkurangnya sarang nyamuk yang menularkan penyakit
- Mengurangi bau busuk yang ditimbulkan oleh air limbah
- Mencegah pencemaran sumber air bersih (sumur, sungai, danau)
2) Sasaran
Seluruh masyarakat RW 03 terkhusunya masyarakat RT 06 dan 35
3) Waktu dan tempat pelaksanaan
Kegiatan ini diadakan pada :
Hari/Tanggal : Sabtu/12-November-2016
Waktu : 14.45-selesai (1 Hari)
Tempat : Rumah bapak Daniel (RT 06) dan ibu (RT 35 )
4) Perlengkapan yang digunakan
Perlengkapan yang digunakan meliputi alat dan bahan yang dibutuhkan untuk
membuat SPAL adalah drum, koral, kayu, ijuk, pipa pralon, batu (kerikil,
karang), Linggis, sekop, gergaji.
5) Proses pelaksanaan
 Drum dilubangi garis tengah 1 cm, jarak antara lubang 10 cm.
Pembuatan lubang di luar dapur dengan ukuran panjang, lebar dan
dalam masing-masing 110cm, bisa juga tidak dilubangi sesuai
kebutuhan.
 Di dasar lubang diberi koral/ijuk setebal 20 cm, batu setebal 20 cm
dan drum dimasukkan kedalam lubang tersebut.
 Sela-sela drum diselingi koral/ijuk
 Hubungkan pipa pralon dengan ukuran sesuai kebutuhan dari tempat
air limbah mengalir menuju ke drum yang telah diletakkan kedalam
lubang.
 Drum boleh ditutup dngan seng, kayu/bambu.
6) Biaya

B. Intervensi Non Fisik dan intervensi tambahan


1. Tujuan
a. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelaksanaan
PHBS dalam tatanan rumah tangga.
b. Meningkatkan pengetahuan masyaraakat tentang penyakit Demam
berdarah Dengue (DBD) beserta cara pencegahan dan
penanggulangan.
c. Meningkatkan pengetahua masyarakat tentang Abate.
2. Sasaran
Sasaran dari penyuluhan kesehatan ini adalah seluruh populasi yang ada di
RW 03 yakni berjumlah 218 KK. Namun mengingat keterbatasan dan
kemampuan kelompok maka digunakan pengambilan sampel dengan
metode cluster. Sampel yang didapat sebesar 49 KK dengan rincian RT 06
sebanyak 7 KK, RT 07 sebanyak 7 KK, RT 28 sebanyak 7 KK, RT 35
sebanyak 14 KK, dan RT 60 sebanyak 14 KK.
3. Waktu dan tempat pelaksanaan
Hari/Tanggal : Kamis/17-November-2016
Waktu : 11.30-selesai
Tempat : RW 03 Kelurahan Liliba.
4. Metode penyuluhan
Metode penyuluhan yang digunakan adalah Ceramah
5. Media penyuluhan
Media penyuluhan yang digunakan adalah media cetak berupa rubric
tentang Demam Berdarah Dengue (DBD) beserta cara pencegahan dan
penanggulangannya.
6. Perlengkapan yang digunakan
Perlengkapan/alat bantu yang digunakan adalah alat bantu lihat berupa
gambar Nyamuk Aedes Aegepty sp dan beberapa bungkus Abate.
7. Proses pelaksanaan
Penyuluhan diawali dengan Pemberian Pretest kepada KK terpilih tentang
Pengetahuan, sikap dan perilaku tentang pelaksanaan PHBS dalam tatanan
rumah tangga dan kaitannya dengan penyakit Demam Berdarah Dengue,
kemudian kelompok memberikan sedikit penyuluhan lalu diberikan
postest dengan soal yang sama kepada KK terpilih. diakhir penyuluhan
KK terpilih yang menjadi responden diberikan Abate. Dengan pelaksana
kegiatan yaitu seluruh peserta PBL II dan penanggung jawabnya Ketua
RW 03 Kelurahan Liliba. Indikator keberhasilan dari kegiatan ini adalah
meningkatnya pengetahuan PHBS menjadi 75 %. Untuk mengetahui
berhasil tidaknya kegiatan tersebut, maka sebelum di berikan penyuluhan
terlebih dahulu diberikan pre test untuk dibandingkan dengan post test
pada evaluasi nanti
8. Biaya

No Biaya JUMLAH
1 Fotocopy Rp 100.000
2 Print Rp 50. 000
3 Abate Rp
TOTAL

4.2. Hasil Kegiatan Intervensi


4.2.1. Intervensi Fisik (Pembuatan SPAL Percontohan)
Hasil dari kegiatan intervensi fisik yaitu pembuatan Saluran Pembuangan
Air Limbah (SPAL) percontohan sebanyak 2 (dua) unit karena alasan terbatasnya
biaya dan tenaga. Pembuatan SPAL percontohan ini dilakukan dengan membuat
saluran air kotor dan bak peresapan yang bertempat di rumah dua orang warga
RW II, kelurahan Liliba, Adapun pemilihan lokasi pelaksanaan intervensi fisik
ini, merupakan hasil dari keputusan bersama kelompok, Ketua RW 03 dan Dosen
Pembimbing Lapangan pada saat konsultasi yang dilakukan sebelum pelaksanaan
kegiatan yang akan diintervensi pada tanggal 12 November 2016. Dengan salah
satu pertimbangan bahwa kedua RT terpilih yaitu RT 35 dan 06 merupakan
lokasi yang menurut data primer yang diperoleh pada PBL 1 ketersediaan SPAL
yang memenuhi syarat masih sangat kurang.
Biaya pembuatan SPAL percontohan ini diminimalisir oleh kelompok
dalam pemilihan material yang mudah dijangkau masyarakat seperti penggatian
penggunaan semen, batako/batu bata dengan penggunaan drum bekas,
penggunaan koral diganti dengan penggunaan batu kali/kerikil. Sehingga
minimnya pembuatan SPAL yang minim ini tidak memberatkan masyarakat yang
sekiranya akan mengikuti model SPAL ini.

4.2.2. Intervensi non Fisik dan intervensi Tambahan


Penyuluhan kesehatan dan pembagian Abate dilakukan dari rumah ke
rumah (door to door) oleh kelompok. Sasaran dari penyuluhan kesehatan ini
adalah seluruh populasi yang ada di RW 03 yakni berjumlah 218 KK. Namun
mengingat keterbatasan dan kemampuan kelompok maka digunakan pengambilan
sampel dengan metode cluster. Sampel yang didapat sebesar 49 KK dengan
rincian RT 06 sebanyak 7 KK, RT 07 sebanyak 7 KK, RT 28 sebanyak 7 KK, RT
35 sebanyak 14 KK, dan RT 60 sebanyak 14 KK. Penyuluhan diawali dengan
Pemberian Pretest kepada KK terpilih tentang Pengetahuan, sikap dan perilaku
tentang pelaksanaan PHBS dalam tatanan rumah tangga dan kaitannya dengan
penyakit Demam Berdarah Dengue, kemudian kelompok memberikan sedikit
penyuluhan lalu diberikan postest dengan soal yang sama kepada KK terpilih.
diakhir penyuluhan KK terpilih yang menjadi responden diberikan Abate.

4.3. Indikator Keberhasilan


4.3.1. Pembuatan SPAL Percontohan
Indikator keberhasilan program ini adalah bertambahnya kepemilikan
model SPAL jenis ini menjadi 75 % di RT 35 dan RT 06/RW 03.
4.3.2. Penyuluhan Kesehatan dan Pembagian Abate
Indikator keberhasilan dari kegiatan ini adalah meningkatnya
pengetahuan PHBS menjadi 75 %. Untuk mengetahui berhasil tidaknya kegiatan
tersebut, maka sebelum di berikan penyuluhan terlebih dahulu diberikan pre test
untuk dibandingkan dengan post test pada evaluasi nanti.

4.4. Hamabatan dan Kemudahan yang ditemui


4.4.1. Pembuatan SPAL Percontohan
a) Hambatan
Dalam kegiatan intervensi, kami mengalami hambatan yaitu tidak semua
masyarakat dapat berpartisipasi dalam kegiatan ini oleh karena kesibukannya
masing-masing sehingga yang hadir pada kegiatan intervensi di RT 35 dan 06
sebanyak – orang. Selain itu, seluruh biaya ditanggung oleh anggota
kelompok karena anggapan dari masyarakat adalah kegiatan intervensi
tersebut merupakan kegiatan mahasiswa/kelompok sehingga mereka tidak
mau memberikan bantuan berupa biaya maupun material.
b) Kemudahan
Dalam kegiatan intervensi, kami mendapat sambutan baik dari Ketua RW 03
beserta masing-masing ketua RT karena telah mengijinkan kami untuk
menggunakan lokasi sekitar rumahnya untuk melaksanakan kegiatan
intervensi tersebut dan juga telah bersedia untuk mengundang masyarakat
untuk hadir pada kegiatan intervensi tersebut. Selain itu, jarak antara RT 35
dan 06 cukup berdekatan sehingga memudahkan kelompok untuk melakukan
pembuatan 2 unit SPAL dengan terbatasnya anggota kelompok.
4.4.2. Penyuluhan Kesehatan dan Pembagian Abate
a) Hambatan
Dalam kegiatan intervensi ini, kami mengalami hambatan yaitu sulit
menemukan responden yang sudah ditentukan sebab penyuluhan door to door
ini dilakukan bertepatan dengan hari kerja.
b) Kemudahan
Karena menggunakan sampel maka elompok dipermudah untuk menyelesaikan
penyuluhan kesehatan door to door tersebut.
BAB V
PENUTUP

5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan intervensi yang telah dilakukan,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Intervensi Utama yaitu intervensi fisik yang berupa pembuatan SPAL
percontohan yang memenuhi syarat kesehatan dimana material yang digunakan
berasal dari swadaya kelompok 3 PBL II serta dikerjakan atas partisipasi
masyarakat setempat dengan tuntunan dari para peserta PBL II selaku pembawa
program yang berlangsung pada 12 November 2016, dan intervensi non fisik
yang berupa penyuluhan tentang PHBS dalam tatanan rumah tangga beserta
keterkaitannya dengan kejadian Penyakit DBD.
2. Intervensi Tambahan yaitu intervensi non fisik yang berupa Pembagian Abate
pada masyarakat RW 03 Kelurahan Liliba yang dilakukan bersamaan dengan
penyluhan kesehatan door to door.
3. Metode intervensi yang digunakan berupa intervensi fisik dan non fisik.
Dalam intervensi fisik, dalam hal ini pembuatan SPAL percontohan
dilaksanakan secara bersama-sama dengan masyarakat setempat, dengan
memanfaatkan segala potensi yang dimiliki oleh masyarakat. Sedangkan
metode yang digunakan dalam intervensi non fisik yaitu metode ceramah dalam
melaksanakan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

5.2. Saran
1. Diharapkan masyarakat agar merealisasikan kegiatan yang telah dilakukan ,
berupa pembuatan SPAL Percontohan sederhana seperti yang telah
dicontohkan pada kegiatan intervensi di rumah masing-masing.
2. Diharapkan kepada pengelola PBL II agar senantiasa mengontrol kegiatan
peserta PBL II.

Anda mungkin juga menyukai