Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI RT 02 RW 01 KELURAHAN LOROK PAKJO KECAMATAN ILIR BARAT I


KOTA PALEMBANG PROVINSI SUMATERA SELATAN
TAHUN 2017

DISUSUN OLEH :
1. Chandra Jefrianja 7. Putri Sri Utami
2. Adela Sari 8. Radha Insyiraa Alif
3. Dhania Djulian 9. Nur Asri Wulandari
4. Dina Oktarina 10. Diana Angriana
5. Siti Rahma 11. Sandra Wulandra Putri
6. Purwita Sari

PEMBIMBING INSTITUSI :
H. Budi Santoso, M.Kep., Sp.Kom

PEMBIMBING KLINIK :
Evilia, S. Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI D.IV KEPERWATAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Komunitas sebagai suatu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah nyata
dan berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta terikat oleh rasa identitas suatu
komunitas. (Wahit Iqbal Mubarak & Nurul Chayatin, 2013). Sedangkan ANA (2009)
mendefinisikan keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan
praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara
kesehatan penduduk. (Wahit Iqbal Mubarak & Nurul Chayatin, 2013).
Dari dua definisi diatas menjelaskan bahwa dalam suatu masyarakat ataupun komunitas
perlu adanya peningkatan kesadaran dari komunitas tentang kesehatan sehingga adanya
keperawatan komunitas membantu proses tersebut dan dapat mencegah pengendalian wabah
penyakit terutama penyakit menular.
Dalam pelaksanaannya, keperawatan kesehatan masyarakat diupayakan dekat dengan
masyarakat, sehingga strategi pelayanan kesehatan yang utama merupakan pendekatan yang
juga menjadi acuan pelayanan kesehatan yang akan diberikan. Artinya, upaya pelayanan atau
asuhan yang diberikan tersebut merupakan upaya yang esensial atau sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, dan secara universal upaya tersebut mudah dijangkau. Dengan demikian, di dalam
keperawatan komunitas penggunaan teknologi tepat guna sangat ditekankan. Wujud aplikasi
kegiatan nyatanya adalah seorang perawat komunitas mampu melakukan rangsangan atau
memotivasi masyarakat di wilayah binaannya dengan memilih alat edukatif sederhana yang
tersedia di wilayah tersebut terkhusus dibidang kesehatan.
Masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat seperti Hipertensi saat ini menjadi momok
bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk Indonesia. Hal ini karena secara statistik jumlah
penderita yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam hal
ini salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan
aktifitas yang tidak sehat, merokok, minum kopi serta gaya hidup sedetarian adalah beberapa
hal yang disinyalir sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi ini. Penyakit ini dapat
menjadi akibat dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai penyebab berbagai penyakit
non infeksi. Hal ini berarti juga menjadi indikator bergesernya dari penyakit infeksi menuju
penyakit non infeksi, yang terlihat dari urutan penyebab kematian di Indoensia. Untuk lebih
mengenal serta mengetahui penyakit ini, maka kami akan membahas tentang hipertensi.
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140
mmHg atau peningkatan tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg
(Anindya,2009).
Negara Indonesia yang sedang membangun di segala bidang perlu memperhatikan
pendidikan kesehatan masyarakat untuk mencegah timbulnya penyakit seperti hipertensi,
kardiovaskuler, penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi bangsa dapat lebih
dimanfaatkan untuk proses pembangunan. Golongan umur 45 tahun ke atas memerlukan
tindakan atau program pencegahan yang terarah. Hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan
pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu check-up
kesehatan atau saat periksa ke dokter.
Seperti pada masyarakat RT 02 RW 01 Kelurahan Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Kota
Palembang Provinsi Sumatera Selatan yang sebagian besar masyarakatnya mengidap penyakit
hipertensi. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai proses asuhan
keperawatan komunitas dengan masalah hipertensi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Bagaimana proses pemberian asuhan keperawatan komunitas?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1.3.1 Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan konsep dan teori keperawatan komunitas yang telah
diperoleh pada tahap akademik secara nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan
Komunitas secara komrehensif di RT 02 RW 01 Kelurahan Lorok Pakjo Kecamatan
Ilir Barat I Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui proses asuhan keperawatan kesehatan komunitas secara teori.
2. Mengetahui teori keperawatan yang sesuai digunakan dalam keperawatan
komunitas.
3. Melakukan pengumpulan data hasil pengkajian pada masyarakat di RT 02 RW 01
Kelurahan Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang.
4. Melakukan anilasa data hasil pengkajian pada masyarakat di RT 02 RW 01
Kelurahan Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang.
5. Menentukan diagnosa keperawatan hasil pengkajian pada masyarakat di RT 02
RW 01 Kelurahan Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang.
6. Menginformasikan hasil analisa data hasil pengkajian di RT 02 RW 01 Kelurahan
Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang.
7. Memberikan gambaran masalah kesehatan yang ada di RT 02 RW 01 Kelurahan
Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang.
8. Menginformasikan tentang prioritas masalah yang ada di RT 02 RW 01 Kelurahan
Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang.
9. Menginformasikan perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas di RT 02 RW
01 Kelurahan Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang.
10. Menginformasikan pelaksanaan Asuhan Keperawatan Komunitas di RT 02 RW 01
Kelurahan Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang.
11. Memberikan informasi kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan selama praktik
keperawatan komunitas di RT 02 RW 01 Kelurahan Lorok Pakjo Kecamatan Ilir
Barat I Kota Palembang.
12. Memenuhi salah satu laporan akhir mata ajar Keperawatan Komunitas.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


1.4.1 Masyarakat
Diharapkan dapat membantu masyarakat guna mengerti gambaran status
kesehatannya dan menyadari permasalahan kesehatan yang ada serta mau
menyelesaikan permasalahan tersebut.
1.4.2 Mahasiswa
Menimba pengalaman belajar mahasiswa untuk peka dalam mengenali masalah
kesehatan dalam masyarakat serta menentukan langkah penyelesaiannya dengan
mengaplikasikan ilmu yang didapatkan pada masyarakat khusus tentang kesehatan.
1.4.3 Puskesmas
Diharapkan dapat memberikan sumbangan/masukan berupa informasi tentang
kondisi kesehatan masyarakat yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas guna
membantu program kesehatan pada masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 PENDEKATAN PENGORGANISASIAN MASYARAKAT


Dalam Asuhan Keperawatan ini mengunakan Pendekatan Pengorganisasian Masyarakat.
1.1.1 Tujuan pengorganisasian Komunitas
Diharapkan mampu berproses dalam mengidentifikasikan kebutuhannya,
mengembangkan keyakinan untuk memenuhi kebutuhan dengan menggunakan potensi dan
sumber daya yang ada di dalam komunitas dan di luar komunitas.
1.1.2 Langkah-langkah pengorganisasian Masyarakat :
1) Pengenalan komunitas
a. Pendekatan Jalur Formal. Dilakukan terhadap instansi birokrasi yang bertanggung
jawab pada wilayah komunitas dengan cara :
Pengajuan proposal dan perijinan
Penjelasan tujuan dan program hasil : surat ijin/persetujuan.
b. Pendekatan Jalur Informal. Dilakukan setelah adanya izin/ persetujuan dari
institusi dengan melakukan pendekatan kepada :
Tokoh-tokoh masyarakat
Ketua RW, RT
Kader kesehatan
Dengan menjelaskan tujuan, program kegiatan, meminta dukungan dan
partisipasi serta kontrak kerjasama.
2) Pengenalan Masalah
Tujuanya untuk mengetahui masalah kesehatan secara menyeluruh yang benar-
benar menjadi kebutuhan komunitas saai ini. Tahap pengenalan masalah :
a. Membuat instrumen pengkajian data
Diawali dengan survey awal pada komunitas yang menjadi sasaran, meliputi :
Survey wilayah
Survey populasi
Survey masalah utama dan faktor penyebab
Survey kebijakan program dan frasilitas layanan kesehatan.
Survey potensi-potensi, sumber pendukung di komunitas.
b. Membuat instrument pengumpulan data.
Tabulasi Data:
Membuat table tabulasi data
Menghitung frekuensi distribusi
Membuat table, diagram, grafik frekuensi distribusi
c. Analisa Data
Analisa Deskriptif : Membuat gambaran suatu keadaan dari obyek yang
diteliti.
Analisa Korelasi : Menganalisa tingkat hubungan pngaruh dari dua atau
lebih subvariabel yang diteliti dengan menggunkan perhitungan
statistic.
d. Perumusan Masalah
Adalah merumuskan diagnosa keperawatan pada komunitas yang dikaji
dengan berdasarkan hasil analisa data. Mengunakan klarifikasi masalah
OMAHA. Formulasi :
Problem
Etiologi
Data yang menyokong.
3) Penyadaran komunitas
Tujuan :
a. Mengenalkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi oleh komunitas.
b. Mengikutsertakan komunitas dalam pemecahan masalah.
c. Menumbuhkan kesadaran komunitas untuk terlibat aktif menjadi tenaga potensial
dalam kegiatan pemecahan masalah.
Kegiatan :
Mengadakan musyawarah komunitas dengan metode lokakarya mini, dengan langkah
a. Penyajian data hasil survey
b. Diskusi kelompok :
Perumusan masalah dan faktor penyebab.
Menyusun rencana pemecahan masalah (bentuk masalah, waktu, tempat,
penanggung jawab dan biaya).
Pembentukan kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) dari anggota
komunitas yang merupakan calon kader kesehatan yang bertanggung
jawabterhadap kegiatan yang direncanakan.
c. Penyajian hasil diskusi kelompok.
d. Tangapan-tanggapan dari tokoh formal, informal, puskesmas.
Pelaksanaan :
Adalah tahap pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah direncanankan dengan
melihat aktifitas kelompok kerja yang telah terbentuk melalui kerja sama dengan
aparat desa/kelurahan, puskesmas/dinkes yang meliputi kegiatan :
a. Pelatihan Kader.
b. Penyuluhan kesehatan.
c. Pelayanan kesehatan langsung.
d. Home care.
e. Rujukan
Evaluasi :
Hal-hal yang harus dievaluasi :
a. Perkembangan masalah kesehatan yang ditemukan.
b. Pencapaian tujuan perawatan (terutama tujuan jangka pendek).
c. Efektifitas dan efisiensi tindakan/kegiatan yang telah dilakukan.
d. Rencana tindak lanjut.

Tujuan akhir perawat komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait dengan lima
tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan,
merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan
kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan
pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses
keperawatan.

1.2 KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS


Komunitas adalah sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu, memiliki nilai-
nilai keyakinan dan minat yang relative sama, serta berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan ( Mubarak dan Cayatin 2009 : 2 ). Berikut juga dijelaskan menurut WHO tahun 2010
mendefinisikan komunitas sebagai suatu kelompok social yang ditentukan oleh batas
bataswilayah, nilai nilai keyakinan dan minat yang sama serta ada rasa saling mengenal dan
interaksi antara anggota masyarakat yang satu dan yang lainnya.
Keperawatan komunitas adalah suatu sintesis dari praktik keperawatan dan preaktik
kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan
penduduk (American Nurses Association, 1973 ). Menurut WHO 2012 Keperawatan
Komunitas mencakup perawatan kesehatan keluarga juga kesehatan kesejahteraan masyarakat
luas, membantu masyarakat mengidentifikasi masalah kesehatannya sendiri, serta
memecahkan masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka
sebelum mereka meminta batuan kepada orang lain.
Asuhan keperawatan komunitas adalah lapangan perawatan khusus yang merupakan
gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai
bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan,
penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan
bahaya yang lebih bersar yang ditujukan kepada individu, keluarga yang mempunyai masalah
dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan ( WHO, 2011).
Keperawatan kesehatan komunitas mendefinisikan keperawatan kesehatan komunitas
sebagai tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dari populasi dengan
mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan keperawatan dan kcsehatan
masyarakat (American Nursing Assosiasion, 2013).
Definisi keperawatan kesehatan komunitas, yaitu sintesis dari ilmu kesehatan masyarakat
dan teori keperawatan profesional yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan pada
keseluruhan komunitas.menurut American Public Health Association (2004).
Keperawatan kesehatan komunitas adalah suatu upaya pelaksanan keperawatan yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan
mengikutsertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan
yang lebih tinggi dari individu, keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 1986).
Keperawatan kesehatan masyarakat (perkesmas) adalah suatu bidang dalam keperawatan
kesehatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta aktif masyarakat yang mengutamakan pelayanan promotif dan preventif
secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara
menyeluruh dan terpadu. Pelayanan tersebut ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat sebagai suatu kesatuan yang utuh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan
fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga dapat mandiri dalam upaya kesehatannya
(Depkes, 2009).
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan (Logan dan Dawkin, 2011).
Keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat
secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan yang utuh, melalui proses
keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mandiri
dalam upaya kesehatan (Ruth B. Freeman, 1961)
1.3 PENGEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT
Pengembangan kesehatan adalah sebagai pendekatan dalam pengorganisasian masyarakat
yang mengkombinasikan konsep, tujuan, dan proses kesehatan masyarakat dan kepentingan
masyarakat yaitu perawat spesialis komunitas mengidentifikasikan kebutuhan masyarakat,
mengembangkan, mendekatkan dan mengevaluasi tujuan-tujuan pembangunan kesehatan
melalui kemitraan dengan profesi terkait ( Niees dan MC, Ewary, 2010). Perawat spesialis
komunitas tidak bisa terlepas dari individu, keluarga dan kelompok.Dalam upaya peningkatan
perlindungan dan pemulihan masyarakat. Tujuan model pengembangan kesehatan masyarakat
adalah agar individu dan kelompok masyarakat:
1. Berperan aktif dalam proses keperawatan
2. Perubahan perilaku
3. Kemandirian masyarakat.
Perawat spesialis komunitas perlu membangun dukungan kolaborasi dan koalisi
sebagai suatu mekanisme peningkatan peran aktif masyarakat dalam perencanaan,
pengawasan, dan evaluasi dan implementasi.

1.4 MODEL KEMITRAAN KEPERWATAN KOMUNITAS DALAM PENGEMBANGAN


KESEHATAN MSYARAKAT
Focus kegiatan promosi kesehatan adalah konsep pemberdayaan dan kemitraan. Konsep
pemberdayaan yaitu proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi
dengan masyarakat sedangkan kemitraan adalah kerjasama dua pihak atau lebih. Kemitraan
yang dijalani memiliki prinsip bekerjasama dengan masyarakat, bukan bekerja untuk
masyarakat.Perawat spesialis komunitas perlu membina kemitraan dengan pihak terkait seperti
profesi kesehatan lain seperti puskesmas, donatur, organisasi masyarakat, tokoh masyarakat
dan lain-lain.

1.5 IDEOLOGI ENTERENEURIALISME DALAM KEMITRAAN KEPERAWATAN


KOMUNITAS.
Perwat spesialis komunitas dalam membina kemitraan dimasyarakat perlu memiliki
ideologi kewirausahaan sebab tindakan dan kebijakan yang diambil selalu berkaitan dengan
perubahan kehidupan masyarakat baik social, ekonomi, dan politik (William, korsehing, allen,
2004). Ideology kewirausahaan memiliki dua karakter:
1. Prinsip ekonomi, perawat komunitas berupaya membela dan memperjuangkan hak-hak
keadilan masyarakat dalam system pelayanan kesehatan (advocator).
2. Prinsip penentuan nasib sendiri, perawat melaksanakan peraktek legal (mandiri/ kelompok)
sesuai dengan PERMENKES No. 1239.2001.
1.6 ANALISA PEMANFAATAN MODEL KEMITRAAN KOMUNITAS
Berdasarkan penjelasan model kemitraan keperawatan komunitas dalam pengembangan
kesehatan komunitas, maka perlu dianalisis dari beberapa aspek yaitu:
1. Keperawatan spesialis komunitas
a. Dapat dikembangkan model praktek keperawatan komunitas yang trintegrasi antara
praktik keperawatn dengan basis riset ilmiah.
b. Mengenalkan model praktek keperawatan komunitas.
c. Menigkatkan proses berfikir kritis dan pengorganisasian pengembangan kesehatan
masyarakat.
d. Meningkatkan jejaring dan kemitraan dengan masyarakat dan sector terkait .
e. Meningkatkan legalitas praktek keperawatn spesialis komunitas.
f. Mendorong praktik keperawatan komunitas yang professional.
2. System pendidikan keperawatan komunitas
a. System pendidikan keperawatan spesialis komunitas yang professional dan aplikatif.
b. Meningkatkan kepercayaan diri perawat pada umumnya dan perawat spesialis
komunitas pada khususnya.
c. Menunjukan peran baru perawat spesialis komunitas.
d. Sejak awal mahasiswa komunitas dikanalkan dengan kegiatan intervensi keperawatan
pada pengembangan kesehatan masyarakat, yaitu: kolaborasi, kemitraan, dan
pengembangan jaringan kerja.
e. Meningkatkan kesiapan mahasiswa pendidikan keperawatan spesialis komunitas dalam
praktik keperawatan komunitas.
f. Merumuskan bentuk pembelajaran keperawatan komunitas yang inovatif.
3. Regulasi
a. Mendorong para pengambil kebijakan dan elemen-elemen yang terkait lainnya untuk
memberikan perhatian dan dukungan pada model praktik keperawatan komunitas.
b. Mendorong pemerintah mengeluarkan regulasi yang dapat memberikan jaminan pada
penyelenggaran praktik keperawatan komunitas yang profesional.
c. Mendorong terbentuknya system monitoring dan evaluasi yang efisien dan efektif.
4. System pelayanan kesehatan
a. Memperkenalkan dan meningkatkan system praktik keperawatan komunitas sebagai
subsistem kesehatan nasional.
b. Meningkatkan jaringan kerja pelayanan kerja yang berbasis rumah sakit dan
masyarakat.
c. Meningkatkan jaringan kerja pelayanan keperawatan komunitas dengan elemen-
elemen dalam masyarakat.
d. Mengarahkan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada paradigma
sehat atau mengutamakan upaya prevemtif dan promotif.
e. Mempercepat pencapaian Indonesia sehat 2010 melalui kabupaten/ kota sehat,
kecamatan sehat dan desa sehat.
f. Menuruinkan angka pelayanan dirumah sakit.
g. Membentuk model praktik keperawatan komunitas bagi daerah-daerah lain di
Indonesia.
h. Meningkattkan system informasi masyarakat berbasis pelayanan keperawatan.
i. Meningkatkan jaringan kerja dengan profesi keperwatan yang lainnya
5. Masyarakat
a. Meningkatkan aksebilitas masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan.
b. Meningkatkan pelayanan pasca kesakitan (pasca hospitalisasi pada masyarakat).
c. Meningkatkan peran serta aktif individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat
dalam pengembangan keehatan masyarakat.
d. Meningkatkan kapsistas, partisipasi, dan kepemimpinan anggota masyarakat dalam
pengembangan kesehatan masyarakat.
e. Meningkatkan kolaborasi, kemitraan dan jaringan kerja antar elemn masyarakat dalam
pengembangan kesehatan masyarakat.
f. Meningkatkan pengetahuan, kepercayaan dan.nilai-nilai masyarakat dalam hidup
berprilaku sehat.
g. Meningkatkan perilaku hidup bersihdan sehat masyarakat terutama upaya kesehatan
mandiri yang bersifat preventif dan promotif.
h. Menurunkan insiden penyakit menular berbasis masyarakat dan lingkungan

1.7 IMPLIKASI MODEL DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN KEPERAWATAN


KOMUNITAS DAN PROMOSI KESEHATAN
1.7.1 Implikasi model pada pengembangan kebijakan keperawatan komunitas
a. Dorong penyusunan undang-undang tentang profesi perawat.
b. Disusun kode etik dan standar kompetensi perawat spesialis komunitas Indonesia.
c. Disusun standar pelayanan praktek keperawatan komunitas.
d. Disusun system keperawatan komunitas termasuk system pendidikan
berkelanjutan.
e. Dibentuk kolegia perawat spesialis komunitas untuk meningkatkan standar mutu
pelayanan.
f. Dibentuk suasana praktik keperawatan komunitas yang berbasis pada penelitian
ilmiah.
g. Menyusun integrasi antara system pendidikan perawat spesialis komunitas dengan
praktik perawat spesialis komunitas
1.7.2 Implikasi Model Pada Promosi Kesehatan
a. Meningkatkan peran dan fungsi perawat spesialis komunitas sebagai coordinator,
kolaborator, penghubung, advokad, penemu kasus, pemimpin, pemberi pelayanan
perawatan, role model, pengelola kasus, referral resource, peneliti, community care
agendan change agen.
b. Memberikn pelayanan keperawatan berupa ASKEP/ kesehatan individu, keluarga,
kelompok, masyarakat, dalam upya meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan serta pembinaan peran serta masyrakat
dalam rangka kemandirian dibidang keperawatan/ kesehatan.
c. Meningkatkan kolaborasi, kemitraan dan jaringan kerja perawat spesialis komunitas
dengan masyarakat maupun elemen masyarakat terkait lainnya.
d. Meningkatkan upaya preventif dan promotif disbanding upaya kuratif dan
rehabilitative.
e. Meningkatkan 3 upaya prefentif.

1.8 KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA


1.8.1 DEFINISI KELUARGA
Duvall dan Logan ( 2009 ). Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional,
serta sosial dari tiap anggota keluarga. Bailon dan Maglaya ( 2012 ). Keluarga adalah
dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan
darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain,
mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
budaya. Departemen Kesehatan RI ( 2009 ). Keluarga merupakan unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan
atau adopsi.
2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik.
4) Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
1.8.2 STRUKTUR KELUARGA
1. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
2. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
4. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga,
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
1.8.3 CIRI-CIRI STRUKTUR KELUARGA
1. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
2. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsinya masing-masing.
1.8.4 CIRI-CIRI KELUARGA INDONESIA
1. Suami sebagai pengambil keputusan
2. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
3. Berbentuk monogram
4. Bertanggung jawab
5. Pengambil keputusan
6. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
7. Ikatan kekeluargaan sangat erat
8. Mempunyai semangat gotong-royong
1.8.5 MACAM-MACAM STRUKTUR / TIPE / BENTUK KELUARGA
1. TRADISIONAL :
a. The nuclear family (keluarga inti) : Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak.
b. The dyad family : Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah.
c. Keluarga usila : Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri.
d. The childless family : Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar
karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
e. The extended family (keluarga luas/besar) : Keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai
: paman, tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll).
f. The single-parent family (keluarga duda/janda) : Keluarga yang terdiri dari
satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui
proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
g. Commuter family : Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota
bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end).
h. Multigenerational family : Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i. Kin-network family : Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah
atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll).
j. Blended family : Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
k. The single adult living alone / single-adult family : Keluarga yang terdiri dari
orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi),
seperti : perceraian atau ditinggal mati.
2. NON-TRADISIONAL :
a. The unmarried teenage mother : Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama
ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The stepparent family : Keluarga dengan orangtua tiri.
c. Commune family : Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui
aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama.
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family : Keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
e. Gay and lesbian families : Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners).
f. Cohabitating couple : Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
g. Group-marriage family : Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
h. Group network family : Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai,
hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan
anaknya.
i. Foster family : Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j. Homeless family : Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k. Gang : Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

1.9 PERANAN KELUARGA


Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan, yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1. Peranan ayah : Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Peranan ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarganya.
3. Peranan anak : Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
1.10 FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi biologis :
a. Meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga.
2. Fungsi Psikologis :
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian di antara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi sosialisasi :
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4. Fungsi ekonomi :
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan
datang (pendidikan, jaminan hari tua)
5. Fungsi pendidikan :
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi
peranannya sebagai orang dewasa
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

1.11 PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA


Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang
ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan
sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran/penyalur. Alasan Keluarga sebagai
Unit Pelayanan :
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat.
2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau
memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya.
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu
angota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga lainnya.
4. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga
tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para
anggotanya.
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan
masyarakat.
1.11.1 Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga
1. Tujuan Umum :
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga
mereka, sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.
2. Tujuan khusus :
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah
kesehatan dasar dalam keluarga.
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat
dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya.
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan
anggota keluarganya.
e. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya
1.11.2 Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling
memelihara. Freeman (2010) :
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usaianya yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas
kesehatan yang ada.
1.11.3 Peran Perawat KeluargaPendidik
1. Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri.
b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
2. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur
program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang
tindih dan pengulangan.
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik
maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan
langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang
sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan
yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung
kepada anggota keluarga yang sakit.
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian
tentang kesehatan keluarga.
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah
kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka hubungan
perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan
dapat dipercaya.
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit
atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga
yang optimal.
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan
derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik,
maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem
rujukan, dana sehat, dll).
8. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi
ledakan atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik
lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta lingkungan
yang sehat.
1.11.4 Prinsip-prinsip Perawatan Keluarga :
1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan
2. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai tujuan utama
3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan
kesehatan keluarga
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat melibatkan peran
serta keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif dengan tidak
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif
6. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber daya
keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga
7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan
8. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga
adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan
9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah
penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan dasar/perawatan di rumah
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
1.12 DEFINISI KASUS
Studi kasus adalah salah satu metode penelitian . Dalam riset yang menggunakan
metode ini, dilakukan pemeriksaan longitudinal yang mendalam terhadap suatu keadaan
atau kejadian yang disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara yang sistematis
dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi, dan pelaporan
hasilnya. Sebagai hasilnya, akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang mengapa
sesuatu terjadi dan dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya. Studi kasus dapat digunakan
untuk menghasilkan dan menguji hipotesis.
Pendapat lain menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu strategi riset,
penelaahan empiris yang menyelidiki suatu gejala dalam latar kehidupan nyata. Strategi ini
dapat menyertakan bukti kuatitatif yang bersandar pada berbagai sumber dan
perkembangan sebelumnya dari proposisi teoretis. Studi kasus dapat menggunakan bukti
baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian dengan subjek tunggal
memberikan kerangka kerja statistik untuk membuat inferensi dari data studi kasus
kuantitatif.
Seperti halnya pada tujuan penelitian lain pada umumnya, pada dasarnya peneliti yang
menggunakan metode penelitian studi kasus bertujuan untuk memahami objek yang
ditelitinya. Meskipun demikian, berbeda dengan penelitian yang lain, penelitian studi kasus
bertujuan secara khusus menjelaskan dan memahami objek yang ditelitinya secara khusus
sebagai suatu kasus. Berkaitan dengan hal tersebut bahwa tujuan penggunaan penelitian
studi kasus adalah tidak sekadar untuk menjelaskan seperti apa objek yang diteliti, tetapi
untuk menjelaskan bagaimana keberadaan dan mengapa kasus tersebut dapat terjadi.
Dengan kata lain, penelitian studi kasus bukan sekadar menjawab pertanyaan penelitian
tentang apa (what) objek yang diteliti, tetapi lebih menyeluruh dan komprehensif lagi
adalah tentang bagaimana (how) dan mengapa (why) objek tersebut terjadi dan
terbentuk sebagai dan dapat dipandang sebagai suatu kasus.
Sementara itu, strategi atau metode penelitian lain cenderung menjawab pertanyaan
siapa (who), apa (what), dimana (where), berapa (how many) dan seberapa besar (how
much).
BAB III
PROFIL PUSKESMAS KAMPUS

A. Gambaran Umum
1. Sejarah
Puskesmas Kampus berdiri sejak tahun 1978 dengan nama Puskesmas Kampus, dimana
bangunannya berada diatas tanah hibah dari Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan dengan luas
tanah 1560 m2 dengan wilayah kerja Kecamatan Ilir Barat I. Pada waktu pertama berdiri
Puskesmas Kampus memberikan pelayanan/pengobatan umum, pengobatan gigi dan KIA.
Puskesmas Kampus terletak di Jalan Golf Blok G-5 Rt. 31 Kampus Palembang.
Masyarakat yang ingin berobat dapat menjangkaunya dengan berjalan kaki maupun menggunakan
kendaraan bermotor.Puskesmas Kampus tidak dilewati kendaraan umum.
Adapun Pimpinan Puskesmas Kampus yang pernah bertugas di Puskesmas Kampus sebagai
berikut :
1. dr. Ratna
2. dr. Eddy Sarkati
3. dr. Jin Tetahilo
4. dr. Habibah
5. dr. Susilawati
6. dr. Desty Aryani 1998 Agustus 2002
7. dr. Indrayati Agustus 2002 Januari 2003
8. dr. Salilul Hulwan.M Januari 2003 Mei 2009
9. dr.Yulifa Mei 2009 Mei 2010
10. dr. Cindy Tiaranita Mei 2010 Oktober 2011
11. dr. Yuliarni, M.Kes Oktober 2011 Sekarang

Secara fisik Puskesmas Kampus mengalami perbaikan total pada tahun 2015, sehingga
tampak seperti penampilan saat ini. Dengan penampilan yang menarik dan SDM yang memadai
Puskesmas Kampus akan memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

Dalam rangka implementasi Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK
BLUD), maka Puskesmas Kampus perlu disesuaikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Maka
struktur organisasi Puskesmas Kampus dikembangkan dari organisasi yang saat ini ada. Perubahan
paling mendasar dilakukan untuk membenahi aspek pengelolaan keuangan, pengawasan,
monitoring dan evaluasi. Sedangkan bagian lain hanya akan berubah secara minor atau tidak
dilakukan perubahan sama sekali. Penguatan dalam akuntabilitas dan transparansi organisasi
menjadi tujuan utama dalam pembenahan organisasi.
Berdasarkan Peraturan Walikota Palembang Nomor 3 tahun 2013 tanggal 15 Januari 2013,
tantang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pusat Kesehatan Masyarakat),
struktur organisasi Puskesmas Kampus Palembang adalah sebagai berikut:
a. Unsur Pimpinan, yaitu Kepala Puskesmas
b. Unsur Pembantu Pimpinan yaitu Sub Bagian Tata Usaha
c. Unsur Pelaksana, yaitu Koordinator Program
d. Kelompok Jabatan Fungsional

Puskesmas Kampus baru ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum Daerah


(BLUD)Penuh pada tahun 2014, dan belum dibentuk Dewan Pengawas. Dewan Pengawas bisa
dibentuk jika omzet penerimaan Puskesmas Kampus telah mencapai 15 Milyar atau nilai aset telah
mencapai 75 Milyar.

Puskesmas Kampus mendapatkan sertifikat iso 9001: 2008 dari NQA pada tahun 2016.

2. Keadaan Umum
2.1. Letak dan Batas Wilayah kerja Puskesmas Kampus
Terletak di Kecamatan Ilir barat I Kelurahan Lorok Pakjo dengan luas wilayah 227
Ha.
Batas wilayah kerja Puskesmas Kampus ;
Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan demang Lebar Daun
Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Bukit Lama
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Demang Lebar daun
Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan 26 Ilir DI

Wilayah kerja Puskesmas Kampus meliputi 1 kelurahan yaitu Kelurahan Lorok Pakjo
dengan luas wilayah kerjanya 227 Ha.Terbagi lagi menjadi 15 RW dan 62 RT. Pada Tahun
2016 jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Kampus 30.652 jiwa.

2.2. Pustu (Puskesmas Pembantu)


Puskesmas Kampus memiliki 2 pustu (Puskesmas Pembantu) yaitu :
a. Pustu Puncak Sekuning
b. Pustu Sei sahang
Pustu Puncak sekuning terletak di jalan puncak sekuning berdiri pada tahun 1983 dengan
luas tanah 247m2, sedangkan pustu sei sahang terletak di jalan sei sahang No. 3497 berdiri
pada tahun 1991 dengan luas tanah + 100 m2. Masing-masing pustu di pimpinan oleh seorang
bidan.
Pustu adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan
membantu memperluas jangkauan puskesmas dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi
pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia.
Pustu Puncak sekuning dan pustu sei sahang letaknya juga kurang strategis karena tidak
bisa dilalui oleh kendaraan umum. Pustu puncak sekuning terletak di pinggir jalan yang dapat
dilalui oleh motor dan mobil pribadi, sedangkan pustu sei sahang terletak di pemukiman
penduduk.

2.3. Griya Sehat Puskesmas Kampus

Pada tahun 2014 Puskesmas Kampus memperoleh kesempatan untuk mengembangkan


Pelayanan Pengobatan Tradisional.Pelayanan Pengobatan Tradisional berdampak positif
dengan meningkatnya jumlah kunjungan, sehingga Puskesmas Kampus dituntut untuk
memiliki sarana dan prasarana yang mendukung pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Tahun 2014 Puskesmas Kampus mendapatkan bantuan APBD berupa Gedung Griya Sehat
dan prasarana kesehatan Tradisional.

Griya Sehat Puskesmas Kampus merupakan program unggulan yang ada di Puskesmas
Kampus. Adapun program kegiatan yang ada di griya sehat yaitu bina pelayanan kesehatan
tradisional, pembentukan model pelayanan kesehatan tradisional integrasi, dan pemberdayaan
masyarakat melalui kegiatan kemitraan.

2.4. Administrasi
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas kampus menggunakan sistem
komputerisasi setiap ruangan bertanggung jawab memasukkan data laporan masing-masing
program dan cara pengiriman laporan setiap bulan melalui 2 cara yaitu :
1. Pengiriman Laporan melalui email ke dinas kesehatan
2. Pengiriman laporan melalui hasil print ke dinas kesehatan
Adapun email Puskesmas Kampus : Puskesmaskampus@yahoo.co.id
Puskesmas Kampus juga memiliki website yang berguna untuk memilihat profil
puskesmas kampus dan kegiatan dalam maupun luar gedung puskesmas. Adapun website
Puskesmas Kampus : Website: Puskesmaskampus.com
2.5. Jumlah Sarana dan Prasarana
Tabel.1
Data Jenis Sarana dan Prasarana Puskesmas Kampus Tahun 2016
No Jenis Sarana/Prasarana Jumlah Kondisi
Rusak Rusak Rusak
Ringan Sedang Berat
I Sarana Kesehatan
a. Puskesmas Pembantu 2
b. Poskeskel 1
c. Griya sehat PKM Kampus 1
d. Puskesmas keliling 1
e. Sepeda motor 2
f. Mobil Ambulan 0

II Sarana Penunjang
a. Komputer 13
b. Mesin Tik -
c. Telepon 1
d. PDAM 1
e. Listrik (5500 watt) 1

2.6. Keadaan Kependudukan


Pada tahun 2016, jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kampus adalah 30.652
jiwa , terdiri dari 15.491 jiwa laki-laki dan 15. 161 jiwa Perempuan.
Tabel. 2.
Data Penduduk Puskesmas Kampus Tahun 2016
NO URAIAN LOROK PAKJO
1. Luas Wilayah (KM) 227 Ha

2. Penduduk 30.652
Laki-laki 15.491
Perempuan 15.161

3. KK 6121
RT 62
RW 15
Rumah 5681

4. Data Penduduk Sasaran


a. Bayi 0 11 bulan 601
b. Balita 12 59 bulan 2225
c. Bumil 680
d. Bulin 680
e. Bufas 650
f. WUS 8282
g. PUS 4638
h. Lansia 6985
i. Remaja 5278

5. Penddk berdasarkan Pekerjaan


a. PNS 4397
b. ABRI 1987
c. Swasta 1871
d. BUMN 1126
e. Tani -
f. Dagang 879
g. Pensiunan 1089
h. Warakawuri 590
i. Jasa (Buruh) 8317
j. Pelajar 691
k. Mahasiswa 8138
l. Wiraswasta 1567
m. Lain

6. Penddk berdasarkan agama


a. Islam 27940
b. Kristen Protestan 618
c. Kristen Katholik 396
c. Budha 1676
d. Hindu 22

7. Fasilitas Kesehatan
a. Rumah sakit 3
b. Rumah bersalin 1
c. Balai Pengobatan 2
d. Dokter umum praktek 4
e. Bidan Praktek 8
f. Apotik 5
g. Optik 9
h. Puskesmas Pembantu 2
i. Toko Obat 1
j. Pengobatan tradisional 5
k. Dokter gigi Praktek 3

8. Fasilitas Pendidikan
a. Pra Sekolah 888
b. SD/MI 2528
c. SMP/MT 1308
d. SMU/MA 2908
e. Pesantren -
f. Jumlah murid seluruh 7778

9. UKGMD
a. Posyandu 17
b. Posyandu aktif 17
c. Jumlah kader 88
d. Dukun bayi -
10. KESLING
a. Jumlah rumah 5681
b. Sumber air bersih 5681
* Sumur pompa tangan 0
* PDAM 5681
* Sumur gali 9
* Jamban keluarga 5681
* SPAL -
* TPS 0

c. Tempat-tempat umum
* Masjid 15
* Musholla 7
* Salon 5
* Pasar 0
*Kelenteng 7
*Pesantren 1

d. Tempat industri
* Pengelolahan tempe/tahu -
* Kerupuk 15
* Roti -
* Lain-lain 0

e. Tempat-tempat makan
* Restoran 29
* Warung nasi 9
* Warung kopi 0
2.7. Pendidikan
Di wilayah kerja Puskesmas Kampus, terdapat 37 sarana pendidikan yang terdiri dari
TK/PAUD, SD/MI, SMP , SMA/SMK dan perguruan tinggi di wilayah kerja Puskesmas
Kampus. Sebagian besar sarana pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Kampus adalah milik
swasta. Jumlah sekolah SD ada 8 sekolah yang terdiri dari 5 sekolah SD milik swasta dan 3
sekolah SD milik pemerintah, jumlah sekolah SMP ada 4 sekolah yang terdiri dari 1 sekolah
SMP milik Pemerintah dan 3 sekolah SMP milik swasta, sedangakan jumlah sekolah SMA
ada 7 sekolah yang terdiri dari 2 sekolah SMA milik Pemerintah dan 5 sekolah SMA milik
swasta. Perguruan tinggi ada 2 sekolah yang semuanya milik swasta dan sekolah akademi ada
1 sekolah yang di miliki oleh swasta.
Jumlah siswa-siswi di sekolah binaan Puskesmas kampus Tahun 2016 :
1. TK/ PAUD berjumlah 888 orang
2. SD/MI berjumlah 2528 Orang
3. SMP/Mts berjumlah 1308 Orang
4. SLTA/MA berjumlah 3054 Orang

Tabel. 3
Siswa TK dan PAUD di wilayah kerja Puskesmas Kampus tahun 2016
No Nama Sekolah Jumlah Siswa
L P
1 TK Alfalah 28 24
2 TK Buble Kid 13 6
3 TK Pembina 114 123
4 TK kuncup Dian 43 50
5 TK Al-azhar 56 62
6 TK Fajar Insani 7 9
7 TK Kinder Placed 45 53
8 TK YKAI 8 6
9 TK Quraniah 18 13
10 PAUD Pelangi 8 12
11 PAUD Melati 16 23
12 PAUD Cerdas 4 4
13 PAUD Al Rasyid 2 5
14 PAUD ASUHAN BUNDA 18 13
15 PAUD Kurnia 18 21
16 PAUD Hijratul Muslimin 12 9
Jumlah 410 433
Tabel. 4
Jumlah siswa SD Kelas I di wilayah kerja Puskesmas Kampus Tahun 2016

No Nama Sekolah Jumlah Siswa


L P
1 SD Advent 6 7
2 SD Quraniah 32 30
3 SDN 21 43 52
4 SDN 22 30 25
5 SDN 23 67 61
6 SD Amalul Khoir 29 33
7 SD Bina Autis 10 13
Jumlah 217 221

Tabel. 5
Jumlah siswa SMP di wilayah kerja Puskesmas Kampus tahun 2016

No Nama Sekolah Jumlah Siswa


L P
1 SMP 45 402 392
2 SMP Arinda 57 56
3 MTS Amalul 192 107
4 SMP Kartini 50 7
Jumlah 701 562
Tabel. 6
Jumlah siswa SMA di wilayah kerja Puskesmas Kampus tahun 2016

No Nama Sekolah Jumlah Siswa


L P
1 SMA N 2 548 634
2 SMKN 5 508 977
3 SMK Arinda 105 117
4 SMA Arinda 141 97
5 Madrasah aliyah Amalul Khoir 59 68
6 SMK Kartini 128 9
7 SMA Kartini 99 44
Jumlah 1588 1946

2.8. Sosial Ekonomi


Pembiayaan kesehatan di Indonesia secara garis besar berasal dari pemerintah, swasta
(masyarakat) dan bantuan luar negeri. Di sektor pemerintah pembiayaan kesehatan digunakan
untuk pembangunan dan pengadaan fisik dan non fisik.
Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatannya Puskesmas Kampus mendapatkan
pembiayaan dari berbagai sumber pembiayaan.Sumber pembiayaan kesehatan yang terbesar di
Puskesmas Kampus pada tahun 2015 bersumber dari dana Kapitasi BPJS yang merupakan
klaim terhadap pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang menggunakan BPJS. Pemanfaatan
klaim dana BPJS, Jamsoskes dan Umum berdasarkan Keputusan Walikota Palembang Nomor
333.a Tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pola Pengelolaan keuangan Badan Layanan
Umum Daerah Pada Pusat Kesehatan masyarakat. Berdasarkan Perwako Kota Palembang Dana
klaim untuk BPJS dimanfaatkan untuk Biaya Layanan sebesar 100 % dari nilai kapitasi yang
terdiri dari 60% untuk jasa layananan dan 15 % untuk biaya pengadaan obat, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai. Untuk biaya operasional pelayanan kesehatan lainnya sebesar
23% digunakan untuk belanja barang & jasa dan belanja modal dan Biaya Pembinaan sebesar
2 %. Untuk Klaim Jamsoskes dan Umum terdiri dari 60% untuk jasa layananan dan 15 % untuk
biaya pengadaan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Untuk biaya operasional
pelayanan kesehatan lainnya sebesar 23% digunakan untuk belanja barang & jasa dan belanja
modal dan Biaya Pembinaan sebesar 2 % dana tetap di rekening dan dikelola masing-masing
Pusat kesehatan Masyarakat yang dalam perencanaan serta pelaksanaannya di fasilitasi dan
dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan Kota Palembang.
2.9. Sosial Budaya

Penduduk yang mempunyai pendidikan SMA ke atas setiap tahun semakin meningkat
seiring dengan bertambahnya jumlah institusi pendidikan baik negeri maupun swasta.
Penduduk yang tergolong tingkat ekonomi menengah keatas memberikan gambaran yang
cenderung meningkat. Hal ini ditopang oleh kegiatan perdagangan, perindustrian serta
perkebunan. Preferensi terhadap tempat pelayanan kesehatan menunjukan kecenderungan
kearah pemilihan tempat pelayanan yang menyediakan tenaga medis.

2.10. Politik

Dengan adanya pemekaran wilayah Kota Palembang melalui Peraturan Pemerintah No.23
Tahun 1998 tanggal 6 Desember 1998 dan pemekaran Kecamatan dalam kota Palembang
melalui Peraturan Daerah No.23 tahun 2000 tanggal 5 Desember 2000, maka perkembangan
pemukiman penduduk, sarana umum, dan sarana sosial akan terjadi dimana-mana.
Perkembangan tersebut tentunya akan juga menambah luas jangkauan pelayanan kesehatan.

Aspek legal dan regulasi antara lain adalah Peraturan Pemerintah di bidang kesehatan
maupun diluar bidang tersebut yang mempunyai pengaruh terhadap organisasi Puskesmas
Kampus. Peraturan-peraturan tersebut akan berpengaruh terhadap Puskesmas Kampus. dalam
mengembangkan segala kebijakan termasuk pemasaran.

2.11. Kesehatan dan Teknologi


Sarana kesehatan yang tersedia di wilayah Kelurahan Lorok Pakjo dirasa cukup memadai.
Dalam proyeksi meningkatnya jumlah penduduk kelurahan Lorok Pakjo dan sekitarnya akan
berbanding setara dengan peningkatan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Puskesmas sering kali dikaitkan dengan bisnis yang mengikuti teknologi, terutama
teknologi kedokteran, sehingga mudah dimengerti adanya teknologi baru yang lebih baik akan
membuat manajemen mempertimbangkan menggunakannya untuk kepentingan pelanggan
Puskesmas Kampus.

2.12. Perilaku
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat tatanan rumah tangga di kelurahan lorok pakjo sudah
mencapai 84 %, sedangkan Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) tatanan institusi TTU baru
tercapai 25 % dikarenakan masih banyak karyawan di institusi perkantoran yang merokok.

2.13. Lingkungan
Jumlah rumah 5681 dengan sumber air bersih telah menggunakan PDAM dan mempunyai
jamban keluarga.
B. Program Esensial dan Pengembangan Puskesmas
1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Puskesmas
Untuk mencapai visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas Kampus yakni Mewujudkan
kelurahan Lorok pakjo sehat yang optimal dengan bertumpu pada pelayanan prima dan
pemberdayaan masyarakat. Puskesmas Kampus memberikan pelayanan kepada masyarakat
Kecamatan Ilir barat I Kelurahan Lorok Pakjo dan masyarakat diperbatasan sekitarnya.
1.1. Pelayanan Kesehatan Wajib
a. Upaya Promosi Kesehatan
Meliputi penyebarluasan informasi kepada masyarakat wilayah binaanPuskesmas
Kampus.
Kegiatan tersebut adalah
1) Penyuluhan langsung
2) Penyebaran leafletleaflet
3) Pemasangan spanduk
4) Skreening siswa SD, SMP, dan SMU (17 Sekolah)

b. Upaya Kesehatan Lingkungan


1) Pengawasan kesehatan TTU,TPM/ Rumah tanggga
2) Pengawasan dan pembinaan rumah yang memenuhi standar kesehatan
3) Konseling kesehatan lingkungan
4) Pengawasan & pembinaan SAB (Sarana Air bersih), jamban, TPS (tempat
pembuangan sampah)
5) Pengawasan & pembinaan DAMIU (Depot air minum isi ulang)

c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana


1) KIA
a) Kunjungan Bumil, Nifas, Neonatal yang beresiko
b) Pelayanan KIA di Posyandu
c) Deteksi Intelegensia di Posyandu
d) Kegiatan kelas ibu hamil
e) BIAS (Bulan Imunisasi anak sekolah)
f) DDTK / Pemantauan perkembangan intelegensia
2) KB
a) Pelayanan KB bagi ibu Nifas

d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat


1) Pemantauan Pertumbuhan ke TK/ PAUD
2) Distribusi Vit. A
3) Kunjungan pendamping gizi buruk, kurang dan bumil KEK
4) Pemantauan pertumbuhan balita (operasi timbang)
5) Konfirmasi Gizi Buruk
6) Sweeping Vit. A
7) Pemantauan Garam Yodium di Rt & sekolah
8) Sosialisasi pemberian Fe pada remaja putri

e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular


1) Kegiatan Imunisasi
2) Pelacakan kasus Tb dan kunjungan rumah kasus pneumonia

2. Pelayanan Kesehatan Pengembangan


Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas Kampus dapat pula bersifat upaya inovasi, yakni
upaya lain diluar upaya Puskesmas Kampus tersebut diatas yang sesuai dengan kebutuhan.
Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovatif ini adalah dalam rangka mempercepat
tercapainya visi Puskesmas Kampus.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh Puskesmas Kampus bersama
Dinas Kesehatan Kota. Upaya kesehatan telah terlaksana secara optimal dalam arti target
cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan
pengembangan pilihan Puskesmas Kampus ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota. Dalam
keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan Puskesmas Kampus dapat pula ditetapkan
sebagai penugasan oleh Dinas Kesehatan Kota.
Apabila Puskesmas Kampus belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan
padahal telah menjadikan kebutuhan masyarakat, maka Dinas Kesehatan Kota
bertanggungjawab dan wajib menyelenggarakannya. Untuk Dinas Kesehatan Kota perlu
dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya.
Upaya kesehatan pengembangan adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan
kesehatan yang ditemukan dimasyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas
Kampus, upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas
Kampus yang telah ada yaitu:
a. Upaya Kesehatan Sekolah/ UKGS
1) Pembinaan Kesehatan Gigi (UKGMD) di Posyandu
2) Pembinaan dan sikat gigi massal di TK/ PAUD
3) Skrining siswa SD, SMP dan SMA
4) Pemeriksaan berkala SD, SMP dan SMA
5) Pembinaan Kader Kesehatan di Sekolah (dokter kecil)
6) Pembinaan guru UKS/UKGS
7) Pembinaan kader UKGMD

b. Upaya Kesehatan Olahraga


1) Senam Kebugaran jasmani
2) Senam prolanis
3) Senam bumil

c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat


Perawatan kesehatan masyarakat merupakan pelayanan penunjang baik upaya
kesehatan pengembangan. Apabila perawatan kesehatan masyarakat menjadi
permasalahan spesifik didaerah tersebut maka dapat dijadikan sebagai salah satu upaya
kesehatan pengembangan.Kegiatan yang dilakukan, antara lain:
1) Perkesmas terhadap Bumil, Nifas, Neonatal yang beresiko
2) Perkesmas terhadap Lansia Risti
3) Perkesmas terhadap balita gizi kurang

d. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut


1) Pelayanan pengobatan di dalam gedung
2) Pembinaan kesehatan gigi di Posyandu
3) Pembinaan kesehatan gigi di Sekolah
e. Upaya Kesehatan Jiwa
1) Orientasi gangguan kejiwaan pada siswa bagi guru BK

f. Upaya Kesehatan Mata


1) Pelacakan Kasus Katarak
g. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
1) Pembinaan Kesehatan Lansia di Posyandu
2) Pemantauan Lansia Risti

h. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional


1. Sosialisasi pemanfaatan pengobatan tradisional

C. Kegiatan Unggulan Puskesmas Kampus


Program Kegiatan Griya Sehat
Pembinaan Penyehat Kesehatan Tradisional
Pendataan Batra dan TOGA di wilayah kerja
Sosialisasi Pemanfaatan Kesehatan tradisional
Model Pelayanan Kesehatan Tradisional Integratif.
Pelayanan Kesehatan Tradisional Integratif (Griya Sehat Puskesmas Kampus)
Pelatihan Akupreser bagi Dokter dan Paramedis
Pelatihan Baby Spa bagi perawat
Pelatihan Akupuntur bagi perawat
Pemberdayaan Masyarakat Melalui kegiatan Kemitraan
Bekerja sama dengan Kader dan PKK untuk pengadaan minuman Herbal di Griya
Sehat Puskesmas Kampus (Membuat MOU)
Bekerja sama dengan Kader dan PKK untuk pengolahan Taman Pembibitan
Tanaman Obat.
Bekerjasama dengan Kelompok Tani Kelurahan Lorok Pakjo dalam hal pengadaan
pupuk untuk pengelolaan dan pengembangan tempat pembibitan tanaman obat.
Mensosialisasikan hidup sehat dengan minum herbal di Puskesmas Kampus
Mensosialisasikan manfaat Herbal (bumbu dapur) dalam pengobatan bagi
kelompok resiko penyakit degeneratif seperti DM, Hipertensi, Hiperkolesterolemia
(Kelas Hipertensi dan DM).
Tabel 13.
Karakteristik Umur Pasien Griya Sehat Puskesmas Kampus Tahun 2013 2016

Kunjungan Kunjungan Kunjungan Kunjungan


Kelompok Umur
Thn. 2013 Thn. 2014 Thn. 2015 Thn. 2016

0-5 tahun 5 44 87 237


5-18 tahun 2 37 123 175
19- 45 tahun 26 271 519 605
45-60 tahun 23 172 346 413
> 60 tahun 4 34 173 232
Jumlah 60 558 1248 1662
Sumber: Data Kunjungan Griya Sehat Puskesmas Kampus Tahun 2016

Kunjungan Pelayanan Kesehatan Tradisional (Griya Sehat Puskesmas Kampus) pada tahun
2015 terjadi peningkatan yang sangat tinggi dibandingkan tahun 2014. Hal ini disebabkan karena
masyarakat sudah dapat merasakan manfaat pengobatan tradisional yang diberikan di Puskesmas
Kampus.
Tabel 14.
Jenis Pelayanan di Griya Sehat Puskesmas Kampus Tahun 2015

Jumlah Kunjungan
Jenis Pelayanan
Tahun 2015
Massage 287
Ramuan Herbal 264
Akupresur 160
Bekam 107
Konseling 105
Perawatan Wajah 32
Akupuntur 24
Pijat Bayi 23
Sauna 11
Refleksi Kaki 2
Sumber: Data Kunjungan Griya Sehat Puskesmas Kampus Tahun 2015

Tabel 15.
Jenis Pelayanan di Griya Sehat Puskesmas Kampus Tahun 2016

Jumlah Kunjungan
Jenis Pelayanan
Tahun 2016
Ramuan Herbal 716
Terapi manual 577
Konseling 182
Akupresur 109
Facial 24
Bekam 22
Sauna 9
Akupuntur 8
Lulur 5
EFT 4
Sumber: Data Kunjungan Griya Sehat Puskesmas Kampus Tahun 2016

D. Data 10 Penyakit Terbanyak di Tingkat Puskesmas 1 Tahun Terakhir


Sepuluh Kunjungan Terbesar di Poli Anak Puskesmas Kampus Tahun 2016

NO NAMA PENYAKIT JUMLAH


1. ISPA 850
2. Febris 636
3. Pneumonia 211
4. Diare 128
5. Faringitis 75
6. Impetigo 68
7. DKA 60
8. InfeksiKulit 49
9. Varicella 34
10. Stomatitis 22
Sumber: KunjunganPasien di PoliAnakPuskesmasKampusTahun 2016
Tabel 12.
Sepuluh Kunjungan Terbesar di Poli Umum Puskesmas Kampus Tahun 2016

NO NAMA PENYAKIT JUMLAH


1. ISPA 2203
2. Gangguan jaringan lunak 1146
3. Hypertensi 1119
4. Gastritis 969
5. DM 636
6. Infeksikulit 387
7. Tonsilitis 346
8. Cephalgia 238
9. Diare 207
10. TB 184
Sumber: KunjunganPasien di PoliumumPuskesmasKampusTahun 2016

Dari data 10 kunjungan terbesar penyakit yang ada di Puskesmas Kampus, ISPA masih
menduduki peringkat satu. Penyakit kronis seperti hipertensi dan Diabetes Melitus yang
membutuhkan pengobatan seumur hidup juga telah masuk dalam 10 besar penyakit terbanyak di
Puskesmas Kampus. Hal ini menjadi perhatian utama, karena cost untuk pengobatan penyakit
kronis ini sangat besar. Karena itu upaya promotif dan preventif sangatlah penting untuk
mengendalikan peningkatan kasus penyakit kronis ini. Disisi lain hal ini juga menjadi peluang bagi
terlaksananya program pengobatan tradisional dimana pemanfaatan tanaman obat dan tindakan
akupreser dapat disosialisasikan lebih intensif lagi sehingga masyarakat akan menjadi mandiri
dalam upaya perawatan kesehatan dirinya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Tahap Persiapan
Tahap persiapan diawali dengan pertemuan pertama dengan ketua RT 02 RW 01 Kelurahan
Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang. Melalui pertemuan ini diperoleh profil
demografi RT 02 RW 01 Kelurahan Lorok Pakjo. Berdasarkan karakteristik sosial masyarakat
yang ada, terdapat perkumpulan jamaah tahlil dan posyandu yang berjalan dengan baik dan
rutin. Dalam rangka mengenal dan membina hubungan saling percaya antara mahasiswa dengan
warga RT 02 RW 01 Kelurahan Lorok Pakjo, kelompok melakukan pendekatan terhadap tokoh
masyarakat dan kader posyandu daerah setempat karena fokus askep mengarah pada perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) dan masalah kesehatan.

B. Tahap Pelaksanaan
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian dilakukan penyusunan angket (kuesioner) yang akan diisi
oleh masyarakat. Penyusunan angket dilakukan melalui supervisi dan koordinasi dengan
pembimbing Keperawatan Komunitas. Melalui angket tersebut diharapkan akan diperoleh
informasi tentang masalah masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Setelah angket
direvisi kemudian dilakukan penyebaran 36 buah angket secara langsung kepada
masyarakat yang menjadi sampel untuk mewakili keseluruhan masyarakat RT 02 RW 01
Kelurahan Lorok Pakjo. Penyebaran angket berlangsung selama satu hari pada tanggal 15
Juli 2017. Pengisian angket dilakukan dengan metode wawancara. Setelah angket
terkumpul dilakukan tabulasi data melalui proses komputerisasi kemudian data disajikan
dalam bentuk diagram untuk selanjutnya dianalisa.
Hasil Survey Mawas Diri oleh Mahasiswa Prodi D.IV Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Palembang
Di RW 01 RT 02 Kelurahan Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang 2017

1. Batas wilayah RT 08
Batas wilayah sebelah barat : Politeknik Negeri Sriwijaya
Batas wilayah sebelah utara : DAM
Batas wilayah sebelah selatan : SD Negeri 21 Palembang
Batas wilayah sebelah timur :
2. Jumlah KK yaitu 36
3. Jumlah penduduk 135 orang.

A. DATA UMUM
Distribusi tabulasi Data Umum sebagai berikut :
Table 1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia di RT O2 Kelurahan Lorok Pakjo Kecamatan Ilir
Barat I Tahun 2017

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid bayi (1hari-1tahun) 1 ,7 ,7 ,7

balita (1-5 tahun) 8 5,9 5,9 6,7

usia sekolah (6-12 tahun) 12 8,9 8,9 15,6

remaja (13-21 tahun) 17 12,6 12,6 28,1

dewasa (22-55 tahun) 89 65,9 65,9 94,1

lansia (>55 tahun) 8 5,9 5,9 100,0

Total 135 100,0 100,0

Sumber : Mahasiswa Prodi D.IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang

Dari data diatas di dapatkan jumlah bayi 1 orang (0,7%), balita 8 orang (5,9%), usia sekolah 12
orang (8,9%), remaja 17 orang (12,6%), dewasa 89 orang (65,9%), dan lansia ada 8 orang (5,9%).
Table 2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Terakhir di RT O2 Kelurahan Lorok
Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Tahun 2017

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak sekolah 8 5,9 5,9 5,9

SD 43 31,9 31,9 37,8

SMP 28 20,7 20,7 58,5

SMA 45 33,3 33,3 91,9

Perguruan Tinggi 11 8,1 8,1 100,0

Total 135 100,0 100,0

Sumber : Mahasiswa Prodi D.IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang

Dari data diatas didapatkan penduduk tidak sekolah 8 orang (5,9%), SD 43 orang (31,9%),
SMP 28 orang (20,7%), SMA 45 orang (33,3%), perguruan tinggi 11 orang (8,1%). Disimpulkan
bahwa tingkat pendidikan penduduk RT 02 masih rendah dikategorikan. Hal ini dapat menjadi
salah satu data penunjang jika di wilayah tersebut terjadi suatu masalah, karena tingkat
pengetahuannya yang masih tergolong rendah sehingga dapat berpengaruh pada pola perilaku
sehari-hari dalam berpikir, dan bertindak.

Table 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di RT O2 Kelurahan Lorok


Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Tahun 2017

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 70 51,9 51,9 51,9

perempuan 65 48,1 48,1 100,0

Total 135 100,0 100,0

Sumber : Mahasiswa Prodi D.IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang

Dari data diatas didapatkan jumlah penduduk di RT 02 dengan jenis kelamin laki-laki
berjumlah 70 orang (51,9%), dan berjenis kelamin perempuan berjumlah 65 orang (48,1%).
Table 4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di RT O2 Kelurahan Lorok Pakjo
Kecamatan Ilir Barat I Tahun 2017

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid PNS 2 1,5 1,5 1,5

wiraswasta 35 25,9 25,9 27,4

buruh 49 36,3 36,3 63,7

pelajar 29 21,5 21,5 85,2

tidak bekerja 20 14,8 14,8 100,0

Total 135 100,0 100,0

Sumber : Mahasiswa Prodi D.IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang

Dari tabel diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa pekerjaan dominan warga RT
08 Kel. 19 Ilir adalah sebagai Buruh dengan data sebanyak 49 orang (36,3%). Hal ini dapat
dikaitkkan dengan penghasilan perbulan yang diperoleh warga.

Table 5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Penghasilan Per Bulan di RT O2 Kelurahan Lorok Pakjo
Kecamatan Ilir Barat I Tahun 2017

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < Rp 1.800.000 5 13,9 13,9 13,9

Rp 1.800.000 - Rp 2.000.000 21 58,3 58,3 72,2

> Rp 2.000.000 10 27,8 27,8 100,0

Total 36 100,0 100,0

Sumber : Mahasiswa Prodi D.IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang


Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hampir keselurahan penghasilan perbulan warga
RT 08 yaitu diantara rentang Rp. 1.800.000,- s.d. 2.000.000 sebanyak 21 KK (58,3%). Hal ini
dapat dikaitkan dengan tingkat kesejahteraan kebutuhan warga yang cukup baik karena jika
mereka mengalamai masalah kesehatan ataupun masalah kebutuhan dasar dapat terpenuhi dan
mereka pergi ke fasilitas kesehatan.
B. DATA LINGKUNGAN

Table 6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tempat Pembuangan Air Limbah di RT O2


Kelurahan Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Tahun 2017

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid terbuka mengalir 28 77,8 77,8 77,8

tertutup mengalir 8 22,2 22,2 100,0

Total 36 100,0 100,0

Sumber : Mahasiswa Prodi D.IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang


Dari data diatas didapatkan bahwa ada 28 KK yang memiliki tempat pembuangan air
limbah yang terbuka mengalir dan ada 8 KK yang memiliki tempat pembuangan air limbah yang
tertutup mengalir.

Table 7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pembuangan Sampah Rumah Tangga di RT O2 Kelurahan


Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Tahun 2017

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid dibakar 5 13,9 13,9 13,9

dikumpulkan kemudian
29 80,6 80,6 94,4
diangkut petugas kebersihan

dibuang sembarangan 2 5,6 5,6 100,0

Total 36 100,0 100,0

Sumber : Mahasiswa Prodi D.IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang


Dari data diatas didapatkan bahwa ada 5 KK (13,9%) yang mengelolah sampah rumah
tangga dengan dibakar, 29 KK (80,6%) dikumpulkan kemudian diangkut petugas kebersihan, 2
KK (5,6%) dibuang sembarangan.
Table 8. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kondisi Ventilasi Rumah di RT O2 Kelurahan
Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Tahun 2017

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 22 61,1 61,1 61,1

cukup 10 27,8 27,8 88,9

kurang baik 4 11,1 11,1 100,0

Total 36 100,0 100,0

Sumber : Mahasiswa Prodi D.IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang


Dari data diatas didapatkan ada 22 rumah (61,1%) memiliki ventilasi yang baik, 10 rumah
(27,8%) cukup, dan 4 rumah (11,1%) kurang baik.

Table 8. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pembersihan Penampungan Air Limbah di RT


O2 Kelurahan Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Tahun 2017

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 x seminggu 2 5,6 5,6 5,6

1 x sebulan 14 38,9 38,9 44,4

jika tersumbat 20 55,6 55,6 100,0

Total 36 100,0 100,0

Sumber : Mahasiswa Prodi D.IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang


Dari data diatas didapatkan 2 KK (5,6%) yang membersihkan penampungan air limbah
sebanyak 1 x seminggu, 14 KK (38,9%) 1 x sebulan, dan 20 KK (55,6%) jika tersumbat.
Table 9. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Rumah di RT O2 Kelurahan Lorok Pakjo
Kecamatan Ilir Barat I Tahun 2017

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid permanen 22 61,1 61,1 61,1

semi permanen 14 38,9 38,9 100,0

Total 36 100,0 100,0

Sumber : Mahasiswa Prodi D.IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang


Dari data diatas didapatkan ada 22 rumah (61,1%) permanen, dan 14 rumah (38,9%) semi
permanen.

Table 10. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Sumber Air di RT O2 Kelurahan


Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Tahun 2017

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sumur gali 3 8,3 8,3 8,3

PDAM 33 91,7 91,7 100,0

Total 36 100,0 100,0

Sumber : Mahasiswa Prodi D.IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang


Dari data diatas didapatkan 3 KK (8,3%) yang sumber air minum dari sumur gali dan 33
KK (91,7%) dari PDAM.

Table 11. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kualitas Sumber Air di RT O2 Kelurahan Lorok Pakjo
Kecamatan Ilir Barat I Tahun 2017

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak berbau. berwarna dan


36 100,0 100,0 100,0
berasa

Sumber : Mahasiswa Prodi D.IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang


Kualitas sumber air dari 36 KK (100%) baik yaitu tak berbau, tak berwarna, dan tak berasa.
Table 12. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pembuangan Tinja di RT O2
Kelurahan Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Tahun 2017

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid WC 36 100,0 100,0 100,0

Sumber : Mahasiswa Prodi D.IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang


Dari data diatas didapatkan 36 KK (100%) menggunakan WC untuk pembuangan tinja.

Table 13. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tempat Penampungan Air di RT O2


Kelurahan Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Tahun 2017

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tertutup 36 100,0 100,0 100,0

Sumber : Mahasiswa Prodi D.IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang


Dari data diatas didapatkan 36 KK (100%) tempat penampungan air nya tertutup.

Table 14. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pemanfaatan Sampah Kaleng di RT O2


Kelurahan Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Tahun 2017

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ditimbun 2 5,6 5,6 5,6

dimanfaatkan 10 27,8 27,8 33,3

dibuang 22 61,1 61,1 94,4

dibiarkan saja 2 5,6 5,6 100,0

Total 36 100,0 100,0

Sumber : Mahasiswa Prodi D.IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang


Dari data diatas didapatkan bahwa ada 2 KK (5,6%) yang menimbun sampah kaleng, 10
KK (27,8%) dimanfaatkan, 22 KK (61,1%) dibuang, dan 2 KK (5,6%) dibiarkan saja.
Table 15. Distribusi Penduduk Berdasarkan Cahaya Matahari Masuk Rumah di
RT O2 Kelurahan Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Tahun 2017

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 28 77,8 77,8 77,8

tidak 8 22,2 22,2 100,0

Total 36 100,0 100,0

Sumber : Mahasiswa Prodi D.IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang


Berdasarkan data di atas terlihat bahwa dari 36 keluarga terdapat 28 rumah (77,8%)
keluarga yang tidak memiliki ventilasi yang baik sehingga ada cahaya matahari, dan 8 KK (22,2%)
tidak masuk nya cahaya

C. DATA KESEHATAN
Table 16. Distribusi Penduduk Berdasarkan Cara Keluarga Membawa Anggota Keluarga
Yang Sakit di RT O2 Kelurahan Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Tahun 2017

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Dokter/RS 4 11,1 11,1 11,1

Bidan 5 13,9 13,9 25,0

Puskesmas 23 63,9 63,9 88,9

Dukun 4 11,1 11,1 100,0

Total 36 100,0 100,0

Sumber : Mahasiswa Prodi D.IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang


Dari data diatas didapatkan bahwa ada 4 KK (11,1%) membawa anggota keluarga yang
sakit ke Dokter/klinik, 5 KK (13,9%) ke bidan, 23 KK (63,9%) ke puskesmas, 4 KK (11,1%) ke
dukun dll.
Table 17. Distribusi Penduduk Berdasarkan Lansia Dengan Masalah Kesehatan di RT
O2 Kelurahan Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Tahun 2017

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Hipertensi 3 37,5 37,5 37,5

DM 2 25,0 25,0 62,5

Rematik 2 25,0 25,0 87,5

Asam Urat 1 12,5 12,5 100,0

Total 8 100,0 100,0

Sumber : Mahasiswa Prodi D.IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang


Dari dat diatas didapatkan lansia dengan masalah kesehatan hipertensi ada 3 orang
(37,5%), DM 2 orang (25%), Rematik (25%), dan asam urat 1 orang (12,5%).

Table 18. Distribusi Penduduk Berdasarkan Dewasa Dengan Masalah Kesehatan di RT


O2 Kelurahan Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Tahun 2017

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Hipertensi 38 42,7 42,7 42,7

DM 20 22,5 22,5 65,2

Gastritis 13 14,6 14,6 79,8

Mioma Uteri 1 1,1 1,1 80,9

Kista 1 1,1 1,1 82,0

Asma 6 6,7 6,7 88,8

TBC BTA (-) 10 11,2 11,2 100,0

Total 89 100,0 100,0

Sumber : Mahasiswa Prodi D.IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang


Dari data diatas didapatkan dewasa dengan masalah kesehatan Hipertensi ada 38 orang
(42,7%), DM 20 orang (22,5%), Gastritis 13 orang (14,6%), Mioma Uteri 1 orang (1,1%), Kista 1
orang (1,1%), Asma 6 orang (6,7%), TBC BTA(-) 10 orang (11,2%).
Table 19. Distribusi Penduduk Berdasarkan Balita Dengan Masalah Kesehatan di
RT O2 Kelurahan Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Tahun 2017

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Diare 2 50,0 50,0 50,0

ISPA 2 50,0 50,0 100,0

Total 4 100,0 100,0

Sumber : Mahasiswa Prodi D.IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang


Dari data diatas didapatkan balita dengan masalah kesehatan Diare 2 orang (50%), ISPA 2
orang (50%).

Table 20. Distribusi Penduduk Berdasarkan Imunisasi Pada Balita di RT O2 Kelurahan


Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Tahun 2017

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Lengkap 6 75,0 75,0 75,0

Tidak Lengkap 2 25,0 25,0 100,0

Total 8 100,0 100,0

Sumber : Mahasiswa Prodi D.IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang


Dari data diatas didapatkan balita dengan imunisasi lengkap 6 orang (75%), tidak lengkap
2 orang (25%).
D. ANALISA DATA
DATA MASALAH
I. Data masalah 1. Risiko terjadinya
1. Warga semuanya menggunakan sumber air dari PDAM penyakit DBD
sebanyak 33 keluaraga (91,7%) berhubungan dengan
2. Pembuangan tinja di WC yaitu 36 keluarga (100%) lingkungan yang tidak
3. Pendidikan warga tergolong kurang baik diketahui dari adekuat dan perilaku
data terdapat lulusan SD sebanyak 43 orang (31,9%) tidak adekuat.
4. Dominan pekerjaan warga adalah sebagai Buruh yaitu
sebanyak 49 orang (36,3%)
5. Pembersihan pembuangan limbah yaitu dibersihkan bila
tersumbat 20 keluarga (55,6%)
6. Pemanfaatan sampah kaleng yang dibiarkan saja 2 KK
(5,6%)

II. Data masalah 2. Kurang pengetahuan


1. Pendidikan warga tergolong kurang baik terutama berhubungan dengan
pengetahuan tentang kesehatan, diketahui dari data pengetahuan yang
didapatkan lulusan SD sebanyak 43 orang (31,9%). rendah dan kurangnya
2. Masalah kesehatan Hipertensi yang dominan. Pada dewasa rasa keingintahuan
38 orang (42,7%) dan pada lansia 3 orang (37,5%). terhadap kesehatan
PRIORITAS MASALAH (STANHOPE & LANCASTER)

N KRITERIA BOBOT MASALAH BOBOT RASIONAL MAKNA


o KRITER MASALA MASALAH
IA H (C X M)
(1- 10) (1-10)
1. Kesadaran Risiko terjadinya
masyarakat DBD
terhadap Kurang pengetahuan
masalah tentang masalah
kesehatan terutama
penyakit Hipertensi
2. Motivasi Risiko terjadinya
komunitas DBD
untuk Kurang pengetahuan
mengatasi tentang masalah
masalah kesehatan terutama
penyakit Hipertensi
3. Kemampuan Risiko terjadinya
perawat untuk DBD
mengatasi Kurang pengetahuan
masalah tentang masalah
kesehatan terutama
penyakit Hipertensi
4. Fasilitas yang Risiko terjadinya
tersedia untuk DBD
mengatasi Kurang pengetahuan
tentang masalah
kesehatan terutama
penyakit Hipertensi
5. Beratnya Risiko terjadinya
akibat jika DBD
masih tetap Kurang pengetahuan
tentang masalah
kesehatan terutama
penyakit Hipertensi
6. Cepatnya Risiko terjadinya
masalah DBD
teratasi Kurang pengetahuan
tentang masalah
kesehatan terutama
penyakit Hipertensi
PENAPISAN PRIORITAS MASALAH

NO MASALAH SKOR
1. Resiko Terjadinya penyakit DBD akibat lingkungan yang tidak
adekuat dan perilaku yang tidak adekuat.

2. Kurang pengetahuan tentang masalah kesehatan dikarenakan


rendahnya tingkat pendidikan dan kepedulian masyarakat
BAB V
PEMBAHASAN

A. KEKUATAN
Sebagian besar masyarakat RT 02 RW 01 Kelurahan Lorok Pakjo Kecamatan Ilir
Barat I Kota Palembang adalah masyarakat yang mempunyai rasa kekeluargaan masih
kuat. Apabila ada permasalahan dalam masyarakat, mereka mempunyai antusiasme yang
tinggi dalam menyeleseikan permsalahannya. Warga masyarakat juga sangat terbuka untuk
menerima informasi-informasi baru yang berhubungan dengan kesehatan seperti penyakit
degeneratif (Hipetensi, diabetes militus), asam urat, gastritis, jantung, dan ispa. Hal inilah
yang sangat membantu dalam proses asuhan keperawatan komunitas di RT 02.
Dalam melakukan proses keperawatan komunitas di RT 02 RW 01 Kelurahan
Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang, antusiasme dan peran aktif
masyarakat dalam membatu pelaksanaan program-program yang telah direncanakan sangat
membantu dalam tercapainya tujuan-tujuan yang kami harapkan dalam setiap pelaksanaan
program, seperti program MMD. Rasa kekeluargaan dan gotong royong mereka sangat
membatu terutama dalam penyebaran informasi-informasi yang kami berikan melalui
penyuluhan, sosialisasi, diskusi, serta musyawarah bersama, begitupula dukungan dari
ketua RT, kader-kader kesehatan, serta tokoh-tokoh masyarakat yang sangat besar dalam
memberikan masukan-masukan serta saran yang membangun, sehingga menjadi sumber
utama kekuatan kami untuk dapat mengimplementasikan program-program yang telah
direncanakan dengan baik dan yang kami harapkan dapat membatu menambah
pengetahuan masyarakat RT 02 untuk berubah menjadi lebih baik dan sehat.

B. KELEMAHAN
Warga masyarakat di RT 02 RW 01 Kelurahan Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat
I Kota Palembang memiliki pekerjaan sebagaian besar buruh yang mengakibatkan
mobilitas tinggi di masyarakat sehingga terdapat kesulitan dalam menentukan waktu
pertemuan yang tepat sebagai sarana dalam proses keperawatan komunitas. Apalagi dalam
bulan suci Ramadhan yang sebagian besar banyak masyarakat yang menghabiskan waktu
siangnya untuk beristirahat tidur. Dan tingkat pendidikan yang masih tergolong rendah
menyebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat terutama di bidang kesehatan. Hal ini
merupakan salah satu penyebab kurang maksimalnya pelaksanaan beberapa program yang
kami laksanakan.
C. KEGIATAN
Berdasarkan masalah yang didapat saat pengkajian di RT 02 Kelurahan Lorok
pakjo Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang pada tanggal 15-19 Juni 2017, maka dari itu
akan diadakan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) dengan melakukan Penyuluhan
Kesehatan tentang DBD dan Hipertensi sekaligus dilakukan pemeriksaan kesehatan dan
konsultasi kesehatan di RT 02 RW 01 Kelurahan Lorok pakjo Kecamatan Ilir Barat I Kota
Palembang. Kegiatan tersebut akan diselenggarakan pada :
Hari/tanggal : Kamis, 22 Juni 2017
Waktu : Pukul 09.00 WIB s.d. selesai
Tempat : Langgar Riadhul Jannah
SATUAN ACARA PENYULUHAN
HIPERTENSI

Topik : Pentingnya Pengetahuan Tentang Hipertensi


Pokok Bahasan : Hipertensi
Sasaran : Masyarakat RT 02 RW 01 Kel. Lorok Pakjo Kec. Ilir Barat I
Tempat : Langgar Riadhul Jannah
Hari / Tanggal : Kamis, 22 Juni 2017
Waktu : Pukul 09.00 WIB s.d. selesai
Pelaksana : Mahasiswa Prodi D.IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mendapatkan penyuluhan, sasaran mampu memahami dan
mengaplikasikan materi penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mendapatkan penyuluhan masyarakat mampu:
1. Memahami pengertian hipertensi.
2. Mengenali tanda dan gejala hipertensi.
3. Memahami faktor penyebab hipertensi.
4. Mengetahui komplikasi dari hipertensi.
5. Mengetahui cara pengobatan hipertensi.
6. Mengetahui cara pencegahan terhadap hipertensi.

C. Sasaran
Masyarakat RT 02 RW 01 Kel. Lorok Pakjo Kec. Ilir Barat I Kota Palembang.

D. Materi
(Terlampir)

E. Media
Leaflet dan peraga langsung

F. Metode
Ceramah, dan Tanya jawab
G. Kegiatan penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Masyarakat


1. 3 menit Pembukaan : - Menjawab salam
- Mengucapkan salam - Mendengarkan
- Menjelaskan nama dan akademi - Mendengarkan
-Menjelaskan topik dan tujuan pendidikan - Menjawab
kesehatan
- Menanyakan kesiapan keluarga
2. 10 menit Pelaksanaan : - Mendengarkan
- Bertanya
1. Penyampaian materi
- Pengertian hipertensi
- Tanda dan gejala hipertensi
- Penyebab hipertensi
- Pengobatan hipertensi
- Pencegahan hipertensi
- Makanan yang dihindari
- Makanan yang dianjurkan
- Pengobatan tradisional untuk hipertensi

Memberikan kesempatan keluarga untuk


bertanya mengenai materi yang disampaikan
3. 5menit Evaluasi: - Menjawab
- Menanyakan kembali hal-hal yang sudah - Meredemonstarasi
dijelaskan mengenai Hipertensi
- Memberikan kesempatan keluarga
meredemontrasikan pembuatan obat
tradisional
4. 2 menit Penutup Mendengarkan
- Menutup pertemuan dengan menyimpulkan Menjawab salam
materi yang telah dibahas
- Memberikan salam penutup

H. Kriteria Hasil:
1. Kehadiran keluarga 80%
Keluarga dapat menyebutkan kembali: Memahami pengertian hipertensi.
Mengenali tanda dan gejala hipertensi.
Memahami faktor penyebab hipertensi.
Mengetahui komplikasi dari hipertensi.
Mengetahui cara pengobatan hipertensi.
Mengetahui cara pencegahan terhadap hipertensi.
2. Salah satu keluarga dapat melakukan redemonstrasi tentang cara tradisional menangani
hipertensi.
3. Masyarakat yang hadir mampu mengajukan pertanyaan.
4. Semua masyarakat dapat mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir penyuluhan

I. Referensi
Anonim. ____. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). www.medicastore.com. Diakses: 6
Maret 2012
Astawan, Made, Prof. dr. Ir. Ms. ___ . Cegah Hipertensi dengan Pola Makan.
www.depkes.co.id. Diakses: 6 Maret 2012
Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani W. I, Setiowulan W, Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ke-3 jilid 1, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakrta,
1999

Lampiran Materi penyuluhan Hipertensi


A. Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada
tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia, sehingga setiap
diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik usia. Namun, secara umum seseorang dianggap
mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi daripada 160mmHg sistolik atau
90mmHg diastolik. (Elizabeth J.Corwin,2000)
B. Penyebab
Penyebab hipertensi terdiri dari factor genetic (keturunan), bertambahnya usia dan
lingkungan. Paling sedikit ada 3 faktor lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi, yakni
makan garam (natrium) berlebihan, stress psikis, dan obesitas.
Penyebab hipertensi antara lain adalah :
Stres,
Usia,
Merokok,
Obesitas (kegemukan),
Alkohol,
Faktor keturunan,
Faktor lingkungan (gaduh/bising)

C. Jenis-jenis hipertensi
Jenis-jenis hipertensi adalah:
1. Hipertensi ringan: Jika tekanan darah sistolik antara 140 159 mmHg dan atau tekanan
diastolik antara 90 95 mmHg
2. Hipertensi sedang: Jika tekanan darah sistolik antara 160 179 mmHg dan atau tekanan
diastolik antara 100 109 mmHg
3. Hipertensi berat: Jika tekanan darah sistolik antara 180 209 mmHg dan atau tekanan
diastolik antara 110 120 mmHg
D. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang biasanya terjadi :
Pusing
Rasa berat di tengkuk
Mudah marah
Telinga berdenging
Sukar tidur
Sesak nafas
Mudah lelah
Mata berkunang-kunang
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
a. sakit kepala
b. kelelahan
c. mual
d. muntah
e. sesak nafas
f. gelisah
g. pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung
dan ginjal.

E. Komplikasi
Komplikasi hipertensi antara lain:
a. Penyakit jantung (gagal jantung)
b. Penyakit ginjal (gagal ginjal)
c. Penyakit otak (stroke)

F. Pengobatan
Pengobatan hipertensi untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut:
a) Pengobatan farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-obatan atas ijin dokter
b) Pengobatan non farmakologis yaitu dengan
1. Mengurangi asupan garam dan lemak
2. Mengurangi atau menghilangkan kebiasaan minum alkohol
3. Berhenti merokok bagi yang merokok
4. Menurunkan berta badan bagi yang kegemukan
5. Olah raga teratur seperti joging, jalan cepat, bersepeda, berenang
6. Menghindari ketegangan
7. Istirahat cukup
8. Hidup tenang
c) Pencegahan agar tidak terjadi komplikasi dari hipertensi
1. Kontrol teratur
2. Minum obat teratur
3. Diit rendah garam dan lemak

G. Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi antara lain:


1. Sayur-sayuran hijau kecuali daun singkong, daun melinjo dan melinjonya
2. Buah-buahan keculi buah durian
3. Ikan laut tidak asin terutama ikan laut air dalam seperti kakap dan tuna
4. Telur boleh dikonsumsi maksimal 2 butir dalam 1 minggu dan diutamakan putih
telurnya saja
5. Daging ayam (kecuali kulit, jerohan dan otak karena banyak mengandung lemak)

H. Makanan yang perlu dihindari


1. Makanan yang di awetkan seperti makanan kaleng, mie instant, minuman kaleng
2. Daging merah segar seperti hati ayam, sosis sapi, daging kambing
3. Makanan berlemak dan bersantan tinggi serta makanan yang terlalu asin

I. Pengobatan tradisional
Pengobatan tradisional yang dapat dibuat dirumah antara lain dengan mengkonsumsi secara
teratur jus:
1. Buah mentimun
2. Buah belimbing
3. Daun seledri

Sedangkan cara membuat obat tradisional seperti jus mentimun adalah


1. kg buah mentimun dicuci bersih
2. Dikupas kulitnya kemudian diparut
3. Saring airnya menggunakan penyaring/kain bersih
4. Diminum setiap hari 1 kg untuk 2 kali minum pagi dan sore hari
MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMD)
RT 02 RW 01 KEL. LOROK PAKJO KEC. ILIR BARAT I KOTA PALEMBANG
Kamis, 22 Juni 2017

A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil survey yang dimulai pada tanggal 15 Juni 2017, didapatkan
beberapa masalah kesehatan di RT 02 RW 01 Kel. Lorok Pakjo Kec. Ilir Barat I Kota
Palembang.. Untuk mendapatkan data yang lebih valid diperlukan format pengkajian
komunitas yang disusun dalam bentuk kuesioner, format wawancara dan observasi yang
merupakan alat bantu dalam mengkaji ancaman kesehatan masyarakat di RT 02 RW 01
Kel. Lorok Pakjo Kec. Ilir Barat I Kota Palembang. Sebagai tindak lanjut dari format
pengkajian keperawatan komunitas tersebut telah dilakukan pengumpulan data di
masyarakat kemudian di analisa.
Dari hasil analisa tersebut akan dipersentasikan hasil pengkajian data-data yang
bermasalah pada masyarakat untuk dicarikan solusinya. Adapun tujuan dari persentase ini
adalah untuk menentukan bersama-sama masyarakat rencana tindakan yang akan
dilaksanakan oleh masyarakat sendiri bersama Mahasiswa yang disesuaikan dengan
sumber daya dan kemampuan masyarakat RT 02 RW 01 Kel. Lorok Pakjo Kec. Ilir Barat
I Kota Palembang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti Musyawarah Masyarakat RT 02 RW 01 Kel. Lorok Pakjo Kec.
Ilir Barat I Kota Palembang., diharapkan Masyarakat dan Mahasiswa mengetahui
masalah kesehatan yang ada di RT 02 RW 01 Kel. Lorok Pakjo Kec. Ilir Barat I Kota
Palembang dan menentukan tindak lanjut untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti Musyawarah Masyarakat Desa diharapkan Masyarakat dan
Mahasiswa mampu :
a. Mempersentasikan hasil pengkajian masalah kesehatan yang ada pada masyarakat
RT 02 Puncak Sekuning Palembang.
b. Menetapkan masalah kesehatan di RT 02 Puncak Sekuning Palembang.
c. Menyusun prioritas masalah kesehatan yang ditemukan di RT 02 Puncak Sekuning
Palembang.
d. Menyusun rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mengatasi
masalah kesehatan di RT 02 Puncak Sekuning Palembang.
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik / Judul Kegiatan
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) RT 02 RW 01 Kel. Lorok Pakjo Kec. Ilir
Barat I Kota Palembang.
2. Sasaran/ target
a. Masyarakat
b. Ketua RW
c. Ketua RT
d. Tokoh Masyarakat
e. Tokoh Agama
f. Kader Kesehatan
3. Metode
a. Presentasi
b. Ceramah
c. Diskusi
4. Media dan Alat
a. Mikrophone
b. LCD / Proyektor
c. Laptop
5. Susunan Kepanitiaan
Ketua : Chandra Jefrianja
Sekretaris : Adela Sari
Bendahara : Dhania Djulian
Moderator : Emmy Puji Astuti
Notulen : Dina Oktarina
Observer : Putri Sri Utami
Siti Rahma
Fasilitator : Radha Insyiraa Alief
Sandra Wulandra Putri
Dokumentasi : Purwita Sari
Diana Angriana
Komsumsi : Nur Asri Wulandari
6. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Kamis, 22 Juni 2017
Pukul : 09.00 WIB s.d. selesai
Tempat : Langgar Riadhul Jannah
7. Setting Tempat

D. Susunan Acara
No. Acara Metode Waktu

1. Pembukaan Ceramah 2 menit

2. Sambutan dari Kepala Puskesmas Ceramah 5 menit


Kampus kota Palembang/
Mewakili

3. Sambutan Ketua RT Sekaligus Ceramah 15 menit


membuka secara resmi MMD RT
02 RW 01 Kel. Lorok Pakjo Kec.
Ilir Barat I Kota Palembang.

4. Musyawarah Masyarakat Desa:

Penyajian Data Kesehatan Ceramah 90 menit

Diskusi bersama Diskusi 60 menit

Penyusunan Perencanaan kegiatan


bersama masyarakat

Penyuluhan Kesehatan

5. Doa 5 menit

6. Penutup menit
E. Uraian Tugas
1. Persiapan
Penanggung Jawab :
a. Kepala Puskesmas Kampus Kota Palembang
b. Ketua RW dan ketua RT 02 RW 01 Kel. Lorok Pakjo Kec. Ilir Barat I Kota
Palembang.
Pembawa acara/ moderator :
a. Memperkenalkan peelaksanaan kegiatan
b. Membuat kontrak waktu
c. Menjelaskan tujuan pertemuan
d. Menjelaskan tujuan musyawarah kepada moderator
e. Menutup acara
f. Memimpin jalannya musyawarah
g. Mengarahkan jalannya musyawarah
Ketua :
Menyajikan hasil pendataan
Notulen :
Mencatat hasil pelaksanaan dari hasil musyawarah
Observer :
a. Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
b. Membuat laporan hasil pelaksanaan musyawarah
Fasilitator :
a. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya musyawarah
b. Memfasilitasi peserta untuk berpartisipasi aktif selama pertemuan
Dokumentasi :
Mendokumentasikan kegiatan musyawarah
F. Kriteria Hasil
1. Struktur
a. 80 % dari undangan dapat menghadiri pertemuan
b. Tempat dan alat tersedia sesuai rencana
c. Mahasiswa dapat berperan sesuai dengan tugasnya
d. Pre planning telah disetujui oleh dosen pembimbing
e. Melakukan koordinasi dengan Ketua RT 02 RW 01 Kel. Lorok Pakjo Kec. Ilir
Barat I Kota Palembang.
f. Melakukan koordinasi puskesmas
2. Proses
a. Pelaksanaan Kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
b. Para undangan yang hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
c. Peserta berperan aktif selama jalannya diskusi
3. Hasil
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada RT 02 RW 01 Kel. Lorok Pakjo Kec.
Ilir Barat I Kota Palembang.
b. Menyusun prioritas masalah kesehatan yang ditemukan di RT 02 Puncak Sekuning,
Palembang
c. Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan di RT 02 Puncak Sekuning,
Palembang.
LAPORAN HASIL MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMD)
RT 02 RW 01 KEL. LOROK PAKJO KEC. ILIR BARAT I KOTA PALEMBANG
Kamis, 22 Juni 2017

Acara : Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) Masyarakat RT 02 RW 01 Kel. Lorok


Pakjo Kec. Ilir Barat I Kota Palembang
Hari/Tanggal : Kamis, 22 Juni 2017
Waktu : 09.00 s.d. selesai
Tempat : Langgar Riadhul Jannah
1. Tahap Persiapan
a. Penyebaran undangan kepada Ketua RT, Tokoh Masyarakat, Masyarakat RT 02 RW 01
Kel. Lorok Pakjo Kec. Ilir Barat I Kota Palembang.
b. Tempat dan peralatan pada tanggal 21 Juni 2017
c. Pegarahan dari Pembimbing Akademik sebelum Musyawarah Masarakat Desa (MMD)

2. Tahap Pelakasanaan
a. Acara dimulai pukul 09.00 WIB
b. Jumlah mahasiswa yang hadir 12 orang dan para undangan 31 orang
c. Seluruh mahasiswa aktif dalam kegiatan, fasilitator telah memfasilitasi masyarakat,
notulen telah mencatat saran-saran dan pertanyaan dari masyarakat, moderator telah
mengarahkan diskusi musyawarah dengan baik, pembawa acara telah membawa acara
sesuai dengan susunan acara, presenter telah menyajikan hasil tabulasi data dengan baik
dan observer telah mengamati jalanya acara Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
dengan baik.
d. Selama pelaksanaan acara, suasana tenang dan undangan antusias dengan presentasi
e. Para undangan yang hadir dapat megikuti dengan aktif dan memberikan saran dan
pendapat serta pertanyaan
f. Acara berlangsung selama 3 jam (pembukaan 20 menit, penyajian hasil 35 menit, diskusi
110 menit, penutupan 15 menit)
No. Acara Metode Waktu
1. Pembukaan Ceramah 2 menit
2. Sambutan dari Kepala Puskesmas Ceramah 5 menit
Kampus kota Palembang
3. Sepatah kata sekaligus membuka Ceramah 15 menit
secara resmi MMD RT 02 Puncak
Sekuning
4. Musyawarah Masyarakat Desa:
Penyajian Data Kesehatan Ceramah 90 menit
Diskusi bersama Diskusi 60 menit
Penyusunan Perencanaan kegiatan
bersama masyarakat
Penyuluhan Kesehatan

5. Doa 5 menit

6. Penutup menit

3. Tahap Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Undangan yang hadir sebanyak 31 orang dari 36 undangan yang disebar
2) Mahasiswa yang hadir tepat pada waktunya dan berperan sesuai dengan tugasnya
3) Tempat dan alat tersedia sesuai dengan perencanaan
4) Adanya koordinasi dengan Puskesmas, Ketua RT dan Masyarakat
b. Evaluasi Proses
1) Pelaksanaan kegiatan terlambat 30 menit dari waktu yang ditentukan
2) 75 % yang hadir mengikuti seluruh proses kegiatan
3) 50 % yang hadir memberi respon dan mengajukan pertanyaan selama jalannya
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
c. Evaluasi Hasil
1) Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di RT 02 RW 01
Kel. Lorok Pakjo Kec. Ilir Barat I Kota Palembang.
2) Rencana kegiatan yang telah ditentukan akan dilaksanakan setelah Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD).
DOKUMENTASI
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Praktik klinik keperawatan komunitas yang dilaksanakan mahasiswa Program Studi DIV
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang merupakan suatu program studi untuk
mengaplikasikan konsep-konsep perawatan kesehatan masyarakat dengan menggunakan
proses keperawatan masyarakat sebagai suatu pendekatan ilmiah.
Terdapat 3 kegiatan yang dilakukan dalam praktik klinik keperawatan komunitas, yaitu
praktik klinik keperawatan komunitas itu sendiri, praktik klinik keperawatan keluarga dan
praktik klinik di Puskesmas.
Pelaksanaan ketiga praktik klinik tersebut tidak meninggalkan konsep proses keperawatan
yaitu pengkajian, perencanaan, intervensi dan evaluasi kegiatan yang terstruktur yang pada
akhirnya setiap kegiatan yang dilakukan dapat diterapkan untuk menunjang setiap kesehatan
masyarakat.
Secara garis besar keberhasilan praktik klinik keperawtaan komunitas yang dilakukan oleh
mahasiswa mempunyai tingkat keberhasilan 90%, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya
pengetahuan warga tentang kebutuhan kesehatannya, antusiasme warga untuk meningkatkan
status kesehatannya dan memandang penting kesehatan untuk kelangsungan hidupnya.

B. Saran
Demi kesuksesan dan keberlangsungan praktik klinik keperawatan komunitas dan
perkembangan keprawatan sendiri maka disarankan:
1. Untuk optimalisasi persiapan mahasiswa, maka diharapkan adanya pembinaan dan
bimbingan yang intensif pra terjun ke lapangan dengan konsep bimbingan yang telah
terstruktur rapi dan baku, baik dari segi mekanisme bimbingan maupun konsep-konsep
keperawatan komunitas sendiri.
2. Untuk memperlebar jangkauan kerjasama dengan berbagai instansi sehingga
mempermudah mahasiswa dalam pelaksanaan praktik klinik keperawatan komunitas,
maka diharapkan adanya kerjasama antara Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan DIV
Keperawatan dengan pihak-pihak terkait dengan model kontrak kerja/waktu tentang
keberadaan praktik klinik keperawatan komunitas di wilayah kerja puskesmas yang telah
ditentukan.
3. Diharapkan mahasiswa lebih meningkatkan kemampuan dan menambah bekal tentang
konsep keperawatan komunitas, sehingga terdapat optimalisasi kinerja dala melaksanakan
praktik klinik keperawatan komunitas.
4. Mahasiswa diharapkan mempunyai konsep yang lebih tentang pengorganisasian
masyarakat dengan berbagai alternatif pendekatan, sehingga akan lebih mempermudah
pelaksanaan praktik klinik di masyarakat.
5. Sebagai penunjang program kegiatan Puskesmas, diharapkan adanya kerjasama dan
bimbingan secara intensif dari Puskesmas untuk mahasiswa maupun Kelompok Kerja
Kesehatan yang ada di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai