Anda di halaman 1dari 22

TUGAS PATOLOGI ANATOMI

MYOMA UTERI

DISUSUN OLEH

NAMA : MAFTUHATI
NIM : PO.71.20.4.14.021

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
PRODI DIV KEPERAWATAN
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB I......................................................................................................................iii
PENDAHULUAN..................................................................................................iii
A. Latar Belakang.............................................................................................iii
B. Rumusan Masalah........................................................................................iii
C. Tujuan..........................................................................................................iv
BAB II......................................................................................................................5
LANDASAN TEORI...............................................................................................5
A. Pengertian Mioma Uteri..................................................................................5
B. Etiologi............................................................................................................6
C. Simtomatologi................................................................................................8
D. Klasifikasi.......................................................................................................8
E. Gambaran Klinik...........................................................................................11
F. Komplikasi.....................................................................................................14
G. Pemeriksaan penunjang................................................................................15
Penanganan........................................................................................................15
BAB III..................................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................19
Kesimpulan........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................20

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kasus mioma uteri sering terjadi di masyarakat. Penelitian Ran Oket-
al (2007) di Pusan Saint Benedict Hospital Korea menemukan 17% kasus
mioma uteri dari 4784 kasus-kasus bedah ginekologi yang diteliti. Di
Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39%-11,70% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat (Joedosaputro, 2005). Menurut penelitian yang
dilakukan Karel Tangkudung (1977) di Surabaya angka kejadian miomauteri
adalah sebesar 10,30%, sebelumnya di tahun 1974 di Surabaya penelitian yang
dilakukan oleh Susilo Raharjo angka kejadian mioma uteri sebesar 11,87%
dari semua penderita ginekologi yang dirawat (Yuad,2005).
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukanlebih
banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelummenarche.
Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di
Indonesia, mioma uteri ditemukan 2,39%-11,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat (Saifuddin, 1999).
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga
kebanyakan penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya.
Diperkirakan hanya 20%-50% yang menimbulkan gejala klinik,
terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan, infertilitas, abortus berulang,
dannyeri akibat penekanan massa tumor. Sampai saat ini penyebab pasti
miomauteri belum dapat diketahui secara pasti, namun dari hasil penelitian
diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan mioma uteri distimulasioleh
hormon esterogen dan siklus hormonal (Djuwantono, 2004).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari mioma uteri?
2. Apa etiologi dari mioma uretri?
3. Apa simtomalogi dari mioma uteri?
4. Bagaimana klafikasi dari mioma uteri?
5. Apa gambaran klinik dari mioma uteri?

ii
6. Apa komplikasi untuk mioma uteri?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari mioma uteri?
8. Apa penanganan dari mioma uteri?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dari mioma uteri?
2. Untuk mengetahui etiologi dari mioma uretri?
3. Untuk mengetahui simtomalogi dari mioma uteri?
4. Untuk mengetahui klafikasi dari mioma uteri?
5. Untuk mengetahui gambaran klinik dari mioma uteri?
6. Untuk mengetahui komplikasi untuk mioma uteri?
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari mioma uteri?
8. Untuk mengetahui penanganan dari mioma uteri?

iii
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Mioma Uteri

Mioma Uteri adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos,
sedangkan untuk otot-otot rahim disebut dengan mioma uteri. (Achadiat,
Chrisdiono M., 2004)
Mioma uteri adalah tumor yang paling umum pada traktus genitalis (Derek
Llewellyn- Jones, 1994).
Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya
(www. Infomedika. htm, 2004).
Mioma uteri terbatas tegas, tidak berkapsul, dan berasal dari otot polos
jaringan fibrosus, sehingga mioma uteri dapat berkonsisten padat jika jaringan
ikatnya dominan dan berkonsentrasi lunak jika otot rahim yang dominan.
Mioma uteri biasa juga disebut leiomioma uteri, fibroma uteri,
fibroleiomioma, mioma fibroid atau mioma simpel. Mioma terdiri atas
serabut- serabut otot polos yang diselingi dengan jaringan ikat dan dikelilingi
kapsul yang tipis. Tumor ini dapat berasal dari setiap bagian duktus muller,
tetapi paling sering terjadi pada miomatreium. Disini beberapa tumor dapat
timbul secara serentak. Ukuran tumor dapat bervariasi dari sebesar kacang
polong sampai sebasar bola kaki. Degenarasi ganas mioma uteri, ditandai
dengan terjadinya perlunakan serta warna yang keabu- abuan, terutama jika
mioma tumbuh dengan cepat atau ditemukan pada pot menopause. Adanya
bagian nekrotik, lunak dan perdarahan pada potongan mioma perlu diwaspadai
adanya proses ganas. Bila berasal dari miometrium, maka dinding uterus
menebal, sehingga terjadi pembesaran uterus.
Mioma uteri terjadi kira kira 5% wanita selama masa reproduksi. Tumor ini
tumbuh dengan lambat dan mungkin baru dideteksi secara klinis pada
kehidupan dekade ke- 4. pada dekade ke 4 ini insidennya mencapai kira
kira 20%. Mioma sering terjadi pada wanita nulipara atau wanita yang hanya
mempunyai satu orang anak.

1
Bentuk mikroskopis sering sulit dibedakan dengan mioma uteri yang
hiperselluler. Mioma uteri merupakan tumor jinak yang paling sering
ditemukan satu dari empat wanita selama masa reproduksi yang aktif.
Kejadian mioma uteri sukar ditetapkan karena tidak semua mioma uteri
memberikan keluhan dan memerlukan tindakan operasi. Mioma uteri tidak
memberikan tanda dan gejala klinik yang bermakna namun lebih sering pada
dekade ke- 4 serta pada wanita kulit hitam dan sekitar 5 10 % merupakan
submukosa.
Diet dan lemak tubuh juga berpengaruh terhadap resiko terjadinya mioma.
Marshall (1998), Sato (1998) dan Chiaffarino menemukan bahwa resiko
mioma meningkat seiring bertambahnya indeks massa tubuh dan konsumsi
daging dan ham. Sebagian besar mioma uteri ditemukan pada masa
reproduksi, karena diduga berhubungan dengan aktivitas estrogen. Dengan
demikian mioma uteri tidak dijumpai sebelum menarke dan akan mengalami
regresi setelah menopause, atau bahkan bertambah besar maka kemungkinan
besar mioma uteri tersebut telah mengalami degenerasi ganas menjadi
sarkoma uteri. Bila ditemukan pembesaran abdomen sebelum menarke, hal itu
pasti bukan mioma uteri tetapi kemungkinan besar kista ovarium dan resiko
untuk mengalami keganasan sangat besar.

B. Etiologi

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan
sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel
neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom,
khususnya pada kromosom lengan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen,
progesteron dan human growth hormone.
1. Estrogen.
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan
tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri
akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya

2
hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti
endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%),
adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%).Mioma uteri
banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan
sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah
estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang
pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen
yang lebih banyak daripada miometrium normal.
2. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3. Hormon pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon
yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat
pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari
leiomioma selama kehamilan mingkin merupakan hasil dari aksi sinergistik
antara HPL dan Estrogen.

Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga


kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :

1. Umur :
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan
sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling
sering memberikan gejala klinis antara 35 45 tahun.
2. Paritas :
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang relatif infertil,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan
mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas,
atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik :

3
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian
mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada
wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.

4. Fungsi ovarium :
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke,
berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.
Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi
hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh
estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti
peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal
dan insulin-like growth factor yang distimulasi oleh estrogen. Anderson
dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh
estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal dan
mungkin penting pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih
kurang meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang
bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada
itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan
setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.

C. Simtomatologi

Gejala tergantung pada besar dan posisi mioma. Kebanyakan mioma kecil
dan beberapa yang besar tidak menimbulkan gejala dan hanya terdeteksi pada
pemeriksaan rutin. Jika mioma terletak subendometrium, mungkin disertai
minoragia. Jika perdarahan yang hebat menetap, pasien mungkin mengalami
anemia. Ketika uterus berkontraksi, dapat timbul nyeri kram. Mioma
subendometrium yang bertangkai dapat menyebabkan perdarahan persisten
dari uterus.
Dimanapun posisinya didalam uterus, mioma besar dapat menyebabkan
gejala penekanan pada panggul, disuria dan sering kencing serta konstipasi

4
atau nyeri punggung jika uterus yang membesar menekan rectum. Mioma
servic dapat menyebabkan nyeri panggul dan kesulitan melakukan hubungan
seksual. Mioma fibrosa dapat tidak menunjukan gejala/ menyebabkan
perdarahan vagina abnormal. Gejala lain akibat tekanan pada organ organ
sekitarnya mencakup nyeri, sakit kepala, konstipasi dan masalah masalah
perkemihan. Menorrhagi dan metroragi terjadi karena fibroid (dapat merusak
lapisan uterus).

D. Pathway

Mioma uteri

Pre operasi
Post operasi

Peningkatan Perlawanan pd Puasa


masa neoplasma praoperasi Luka
pembedahan

Pembesaran Pertahanan tubuh Membran


uterus tidak adekuat mukosa kering

perdarahan
Penyempitan Risiko infeksi
anorexia
saraf simpatis
Kerusakan Kurang
jaringan s. saraf pengetahuan
Intoleransi dampak operasi
nyeri aktivitas
nyeri
Kerusakan
sensorik &
Risiko Kekurangan kemumpuhan
volume cairan saraf

Retensi
urin

5
E. Klasifikasi

Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.
1. Lokasi
Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan
infeksi. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan
traktus urinarius. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan
seringkali tanpa gejala.

2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi
menjadi tiga jenis yaitu :
Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan
saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus
melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam
ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma
yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa.
Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya
menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke
omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga
mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas

6
dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis
parasitik.
Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila
masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan
menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan
berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang
berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah
perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma
subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam
otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan
otot rahim dominan).
Mioma Uteri Submukosa
Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak.
Mioma bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada
keadaan ini mudah terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini memperluas
permukaan ruangan rahim.
Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih
penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri
subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi
sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada
jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan
perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga
sebagai terapinya dilakukan histerektomi.

Degenerasi hialin (merupakan perubahan degeneratif yang paling


umum ditemukan):
Jaringan ikat bertambah
Berwarna putih dan keras
Disebut mioma durum
Degenerasi kistik:

7
Bagian tengah dengan degenerasi hialin mencair
Menjadi poket kistik
Degenerasi membatu (calcareous degeneration) :
Terdapat timbunan kalsium pada mioma uteri.
Padat dan keras
Berwarna putih
Red degeneration (carneous degeneration) :
Terjadi paling sering pada masa kehamilan.
Estrogen merangsang tumbuh kembang mioma.
Aliran darah tidak seimbang (edema sekitar tungkai dan tekanan
hamil).
Terjadi kekurangan darah menimbulkan nekrosis, pembentukan
trombus, bendungan darah dalam mioma, warna merah
(hemosiderosis/hemofusin).
Proses ini biasanya disertai nyeri, tetapi dapat hilang sendiri.
Komplikasi lain yang jarang ditemukan meliputi: kelahiran preterm,
ruptur tumor dengan perdarahan peritoneal, shock dan bahkan
mencetuskan DIC.
Degenerasi Mukoid :
Daerah hyaline digantikan oleh bahan gelatinosa yang lembut.
Biasanya terjadi pada tumor yang besar, dengan aliran arterial yang
terganggu.
Degenerasi Lemak:
Lemak ditemukan di dalam serat otot polos.
Degenerasi sarkomatous (transformasi maligna)
Terjadi pada kurang dari 1% mioma. Kontroversi yang ada saat ini
adalah apakah hal ini mewakili sebuah perubahan degeneratif ataukah
sebuah neoplasma spontan. Leiomyosarkoma merupakan sebuah tumor
ganas yang jarang terdiri dari sel-sel yang mempunyai diferensiasi otot
polos.

8
F. Gambaran Klinik

Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara


kebetulan pada pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak
mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang
mengandung satu tumor dalam uterus. Faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi :
1. Besarnya mioma uteri.
2. Lokalisasi mioma uteri.
3. Perubahan-perubahan pada mioma uteri.
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % 50% dari pasien yang
terkena. Adapun gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri:
Perdarahan abnormal, merupakan gejala klinik yang sering
ditemukan (30%). Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa:
menoragi, metroragi, dan hipermenorrhea. Perdarahan dapat
menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini dapat
dijelaskan oleh karena bertambahnya area permukaaan dari
endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim,
distorsi dan kongesti dari pembuluh darah di sekitarnya dan ulserasi
dari lapisan endometrium.
Penekanan rahim yang membesar :
o Terasa berat di abdomen bagian bawah.
o Gejala traktus urinarius: urine frequency, retensi urine, obstruksi
ureter dan hidronefrosis.
o Gejala intestinal: konstipasi dan obstruksi intestinal.
o Terasa nyeri karena tertekannya saraf.
Nyeri, dapat disebabkan oleh :
o Penekanan saraf.
o Torsi bertangkai.
o Submukosa mioma terlahir.
o Infeksi pada mioma.
Infertilitas, akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang
berlokasi di cornu. Perdarahan kontinyu pada pasien dengan mioma

9
submukosa dapat menghalangi implantasi. Terdapat peningkatan
insiden aborsi dan kelahiran prematur pada pasien dengan mioma
intramural dan submukosa.
Kongesti vena, disebabkan oleh kompresi tumor yang
menyebabkan edema ekstremitas bawah, hemorrhoid, nyeri dan
dyspareunia.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling
mempengaruhi :
Kehamilan dapat mengalami keguguran.
Persalinan prematuritas.
Gangguan proses persalinan.
Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infentiritas.
Pada kala III dapat terjadi gangguan pelepasan plasenta dan
perdarahan.
Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah kelahiran.
Pengaruh kehamilan dan persalinan pada mioma uteri :
Cepat bertambah besar, mungkin karena pengaruh hormon estrogen
yang meningkat dalam kehamilan.
Degenerasi merah dan degenerasi karnosa : tumor menjadi lebih
lunak, berubah bentuk, dan berwarna merah. Bisa terjadi gangguan
sirkulasi sehingga terjadi perdarahan.
Mioma subserosum yang bertangkai oleh desakan uterus yang
membesar atau setelah bayi lahir, terjadi torsi (terpelintir) pada
tangkainya, torsi menyebabkan gangguan sirkulasi dan nekrosis pada
tumor. Wanita hamil merasakan nyeri yang hebat pada perut (abdoment
akut).
Kehamilan dapat mengalami keguguran.
Persalinan prematuritas.
Gangguan proses persalinan.
Tertutupnya saluran indung telur sehingga menimbulkan infertilitas.

10
Pada kala III dapat terjadi gangguan pelepasan plasenta dan
perdarahan.
Mioma yang lokasinya dibelakang dapat terdesak kedalam kavum
douglasi dan terjadi inkarserasi.
Pengaruh mioma pada kehamilan dan persalinan :
Subfertil (agak mandul) sampai fertil (mandul) dan kadang- kadang
hanya punya anak satu. Terutama pada mioma uteri sub mucosum.
Sering terjadi abortus. Akibat adanya distorsi rongga uterus.
Terjadi kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang
besar dan letak sub serus.
Distosia tumor yang menghalangi jalan lahir, terutama pada mioma
yang letaknya diservix.
Inersia uteri terutama pada kala I dan kala II.
Atonia uteri terutama paska persalinan ; perdarahan banyak, terutama
pada mioma yang letaknya didalam dinding rahim.
Kelainan letak plasenta.
Plasenta sukar lepas (retensio plasenta), terutama pada mioma yang
sub mukus dengan intra mural.

Penanganan berdasarkan pada kemungkinan adanya keganasan,


kemungkinan torsi dan abdomen akut dan kemungkinan menimbulkan
komplikasi obstetrik, maka :

Tumor ovarium dalam kehamilan yang lebih besar dari telur angsa
harus dikeluarkan.
Waktu yang tepat untuk operasi adalah kehamilan 16 20 minggu.
Operasi yang dilakukan pada umur kahamilan dibawah 20 minggu
harus diberikan substitusi progesteron :
- Beberapa hari sebelum operasi.
- Beberapa hari setelah operasi, sebab ditakutkan korpus luteum
terangkat bersama tumor yang dapat menyebabkan abortus.

11
Operasi darurat apabila terjadi torsi dan aboment akut.

Bila tumor agak besar dan lokasinya agak bawah akan menghalangi
persalinan, penanganan yang dilakukan :
- Coba reposisi, kalau perlu dalam narkosa.
- Bila tidak bisa persalinan diselesaikan dengan sectio cesarea
dan jangan lupa, tumor sekaligus diangkat.
G. Komplikasi

1) Perdarahan sampai terjadi anemia.


2) Torsi tangkai mioma dari :
a) Mioma uteri subserosa.
b) Mioma uteri submukosa.
3) Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
4) Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.
Pengaruh mioma terhadap kehamilan.
Infertilitas.
Abortus.
Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
Inersia uteri.
Gangguan jalan persalinan.
Perdarahan post partum.
Retensi plasenta.
Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.
Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.

H. Pemeriksaan penunjang
a. USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometriium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga
dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua
pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik
USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak

12
dapat membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya
membutuhkan diagnosa jaringan.
b. Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola
gemanya pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga
bergabung dengan uterus; lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk
tak teratur.
c. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga
pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
d. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
e. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
f. Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi
hati, ureum, kreatinin darah.
g. Tes kehamilan.
I. Penanganan

Penanganan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu penanganan


secara konservatif dan penanganan secara operatif.
1. Penanganan konservatif sebagai berikut :
- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
- Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.
- Pemberian zat besi.
- Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-
3 menstruasi setiap minggu sebanyak tiga kali. Obat ini
mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini
menekan sekresi gonadotropin dan menciptakan keadaan
hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada periode
postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor
diobservasi dalam 12 minggu. Terapi agonis GnRH ini dapat pula
diberikan sebelum pembedahan, karena memberikan beberapa
keuntungan: mengurangi hilangnya darah selama pembedahan, dan
dapat mengurangi kebutuhan akan transfusi darah. Namun obat ini

13
menimbulkan kahilangan masa tulang meningkat dan osteoporosis
pada wanita tersebut.

2. Penanganan operatif, bila :


- Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
- Pertumbuhan tumor cepat.
- Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
- Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
- Hipermenorea pada mioma submukosa.
- Penekanan pada organ sekitarnya.
Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa :
a) Enukleasi Mioma
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak
atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini
tampaknya aman, efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik.
Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan terjadinya
karsinoma endometrium atau sarkoma uterus , juga dihindari pada
masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan
tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila
miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat
berdekatan dengan endometrium, kehamilan berikutnya harus
dilahirkan dengan seksio sesarea.
Kriteria preoperasi menurut American College of Obstetricians
Gynecologists (ACOG) adalah sebagai berikut :
- Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
- Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
- Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan
kehamilan dan keguguran yang berulang.

b) Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada
penderita yang memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang

14
sudah bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah sebagai
berikut:
Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang dapat
teraba dari luar dan dikeluhkan olah pasien.
1. Perdarahan uterus berlebihan :
a. Perdarahan yang banyak bergumpal-gumpal atau berulang-ulang
selama lebih dari 8 hari.
b. Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
2. Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi :
a. Nyeri hebat dan akut.
b. Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang
kronis.
c. Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulang dan
tidak disebabkan infeksi saluran kemih.
c). Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Apabila wanita sudah dilakukan miomektomi kemungkinan
dapat hamil sekitar 30 50%. Dan perlu disadari oleh penderita
bahwa setelah dilakukan miomektomi harus dilanjutkan histerektomi.
Lama perawatan :
- 1 hari pasca diagnosa keperawatan.
- 7 hari pasca histerektomi/ miomektomi.
Masa pemulihan :
- 2 minggu pasca diagnosa perawatan.
- 6 minggu pasca histerektomi/ miomektomi.

d) Penanganan Radioterapi
- Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient).
- Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
- Bukan jenis submukosa.

15
- Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
- Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan
menopause.
- Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan.

BAB III

16
PENUTUP

A. Kesimpulan

Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan


ikatnya (www. Infomedika. htm, 2004).
Mioma uteri terbatas tegas, tidak berkapsul, dan berasal dari otot
polos jaringan fibrosus, sehingga mioma uteri dapat berkonsisten padat
jika jaringan ikatnya dominan dan berkonsentrasi lunak jika otot rahim
yang dominan. Mioma uteri biasa juga disebut leiomioma uteri, fibroma
uteri, fibroleiomioma, mioma fibroid atau mioma simpel. Mioma terdiri
atas serabut- serabut otot polos yang diselingi dengan jaringan ikat dan
dikelilingi kapsul yang tipis. Tumor ini dapat berasal dari setiap bagian
duktus muller, tetapi paling sering terjadi pada miomatreium. Disini
beberapa tumor dapat timbul secara serentak. Ukuran tumor dapat
bervariasi dari sebesar kacang polong sampai sebasar bola kaki.
Degenarasi ganas mioma uteri, ditandai dengan terjadinya perlunakan
serta warna yang keabu- abuan, terutama jika mioma tumbuh dengan cepat
atau ditemukan pada pot menopause. Adanya bagian nekrotik, lunak dan
perdarahan pada potongan mioma perlu diwaspadai adanya proses ganas.
Bila berasal dari miometrium, maka dinding uterus menebal, sehingga
terjadi pembesaran uterus.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. EGC

17
http: //www. InfoMedika.com/ mioma uteri. Htm

Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 1991. Standar


pelayanan medik obstetri dan ginekologi. POGI. Jakarta

Sarjadi. 1995. Patologi Ginekologi Hipokrates. Fakultas Kedokteran Universitas


Diponegoro. Jakarta

Sarwono Prawirahardjo. 1976. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta

Wiknjosastro Hanifa. 1999. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirahardjo. Jakarta

Carpenitto Linda Jual, 2000, Asuhan Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta.


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-srirahayug-5147-2-
bab2.pdf#page=1&zoom=auto,-82

18

Anda mungkin juga menyukai