Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

GEA ( Gastroenteritis Akut )

DISUSUN OLEH :
MAFTUHATI
PO.71.20.4.14.021

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI D.IV KEPERWATAN
2017
A. Definisi

Gastroenteritis Acute ( GEA ) adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak
daripada biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air tersebut
dapat/tanpa disertai lendir dan darah.

Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang


terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang
encer atau cair (Suriadi dan Yuliani, 2001 : 83).

Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus


yang di tandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan
elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit ( cecyly,
Betz.2002).

Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan : (Sudoyo Aru,dkk 2009)


1. Lama waktu diare :
Akut : berlangsung kurang dari 2 minggu
Kronik : berlangsung lebih dari 2 minggu
2. Mekanisme patofisiologis : osmotik atau sekretorik
3. Berat ringan diare : kecil atau besar
4. Penyebab infeksi atau tidak : infeksi atau non infeksi
5. Penyebab organik atau tidak : organik atau fungsional

Kebutuhan rehidrasi oral (CRO) menurut usia untuk 4 jam pertama pada anak
(Djuanda Adhi)

Kebutuhan Cairan Rehidrasi Oral Selama 4 Jam Pertama Menurut Usia


Usia S/D 4 Bulan 4-12 Bulan 12 Bulan s/d 4 Tahun 2-5 Tahun
BB < 6 kg 6-12 kg 10-12 kg 12-19 kg
Jumlah CRO 200-400 ml 400-700 ml 700 -900 ml 900-1400 ml
B. Etiologi

1. Diare Akut
Virus, protozoa; Giardia lambdia, Entamoeba hystolitica;
Bakteri : yang memproduksi enterotoksin (S aerus, C perfringens, E coli, V
cholera, C difficile) dan yang menimbulkan inflamasi mukosa usus (Shingella,
Salmonella sp, Yersinia), iskemia intestinal, Inflammatory Bowel Diasase (acute
on chronic), colitis radiasi.
2. Diare kronik
Umumnya diare kronik dapat dikelompokkan dalam 6 kategori pathogenesis
terjadinya :
Diare osmotik
Diare sekretorik
Diare karena gangguan motilitas
Diare inflamatorik
Malabsorbsi
Infeksi kronik

C. Manisfestasi Klinis

1. Diare Akut
Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa
tidak enak, nyeri perut
Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
Demam
2. Diare kronik
Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
Penurunan BB dan nafsu makan
Demam indkasi terjadi infeksi
Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah (Yulianti elin,
2009)

Bentuk klinis diare

Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala Pengobatan


Dehidrasi Terdapat 2 atau lebih tanda : Beri cairan untuk diare
Berat Letargis/tidak saadar dengan dehidrasi berat (
Tidak bisa minum/malas minum lihat rencana terapi C
Cubitan kulit perut kembali untuk diare dirumah
sangat lambat 2 detik sakit)
Dehidrasi Terdapat 2 atau lebih tanda : Beri anak cairan
Ringan atau Rewel, gelisah dengan makanan
Sedangt Mata cekung untuk dehidrasi
Minum dengan lahap, haus ringan ( lihat
Cubitan kulit kembali dengan rencana terapi B)
lambat Setelah rehidrasi
nasehati ibu
untuk
penanganan
dirumah
Tanpa Tidak terdapat cukup tanda untuk Beri cairan dan
Dehidrasi diklasifikasikan sebagai dehidrasi makanan untuk
ringan atau berat menangani diare
dirumah (lihat
rencana terapi A)

D. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan tinja (1-3 kali) harus diperiksa segera untuk kultur dan pemeriksaan
adanya sel telur cacing, kista, dan parasit. Bila diare berlangsung lebih dari 1
minggu, maka perlu dilakukan investigasi. Investigasi yang diperlukan yaitu
rektosi gmoidoskopi dan biopsy PA atau radiology.
2. Pemeriksaan tinja rutin : pemeriksaan ini penting untuk menemukan penyebab
diare.
3. Proktosigmoidoskopi : pemeriksaan ini berguna untuk mendiagnosis adanya
inflamasi mukosa atau keganasan.
4. Pemeriksaan kadar lemak tinja kuantitatif : tinja yang dikumpulkan selama 72 jam
harus diperiksa kadar lemak tinja jika dicurigai malabsorbsi lemak.
5. Pemeriksaan volume tinja 24 jam ; volume lebih dari 500
ml/hrjarangditemukanpadasindromususiritabel.
6. Bila ada dehidrasi, perlu periksa elektrolit serum, ureum (BUN), kreatinin serum
dan berat jenis urine.

E. PenatalaksanaanUmum

1. Terapi
a. Akut
Hindari makanan yang merangsang
Diit yang bergizi bila perlu berikan cairan parenteral
Obat pengencer dan penetral agen penyebab
Obat antibiotic ditujukan untuk infeksinya
Obat antioda yang menetralkan asam lambung
Obat noborantia
b. Kronis
Modifikasi diit
Meningkatkan istirahat
Mengurangi stress
Farmakologi
Intoleransi karbohidrat
Malabsorbsi lemak

2. Perawatan
a. Istirahat di tempat tidur
b. Alat-alat perawatan harus didisinfeksi
c. Penderita tidak boleh kedinginan
d. Diet :
Puasa
Lamanya tergantung dari umur dan defekasi
Kalau diare hebat, berikan infuse

F. Komplikasi
a. Asidosis Metabolik
b. Syok Hipovolumik
c. Kembung (hipokalemia)
d. Kejang (hipoglikemia, hiponatremia, hipokalsemia)
e. Kematian

G. Patofisiologi

Penyakit ini biasanya timbul secara tiba-tiba disertai nausea, muntah-


muntah,diare, malaise, kejang abdominal, mialgia dan demam.Dehidrasi sering terjadi
pada anak-anak.Sebagian besar virus, bakteri, atau organisme protozoa dapat
menyebabkan gastroenteritis infektif. Diare pada bayi sering disebabkan oleh virus
atau enteropatologik.

1. Meningkatnya mortalitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan


akibat dari gangguan absorbs dan ekskresi dari elektrolit yang berlebihan.
2. Cairan, sodium, potassium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstras eluler
kedalam tinja sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat
terjadi asidosis metabolic.

Diare yang terjadimerupakan proses dari :

Transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit kedalam


usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya
sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme masuk dan merusak sel mukosa
intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan
kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbs cairan dan elektrolit.
Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi
cairan dan elektrolit dan bahan bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom
malabsorbsi.
Meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi
intestinal.
H. Pathway

Infeksi makanan Psikologi

Toksik tak dapat diserap Ansietas


Berkembang diusus

Malabsorbsi KH,
Hipersekresi air dan elektrolit hiperperistaltik
Protein, Lemak

Penyerapan makanan
Isi usus diusus menurun tekanan osmotik

Pergeseran air dan


elektrolit ke usus

Diare

frekuensi Distensi Abdomen


BAB

Mual, Muntah
Hilang cairan Gangguan integritas
dan lektrolit kulit
Nafsu makan menurun

Gangguan keseimbangan
Asidosis metabolik
cairan &elektrolit
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Dehidrasi Sesak

Gangguan Pertukaran gas

Kurang volume Resiko Syok


cairan Hipovolemik
I. Pengkajian Fokus
Menurut Cyndi Smith Greenbery, 2004 adalah
1. Identitas klien
2. Riwayat keperawatan
Awal serangan : gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul diare.
Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, kehilangan banyak air dan elektrolit
terjadi gejala dehidrasi, BB menurun,
tonus dan turgor kulit berkurang, selaput kadir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB
lebih dari 4x
dengan konsisten encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi
4. Riwayat Psikososial keluarga
5. Kebutuhan dasar
a. Pola Eliminasi
Mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4x sehari
b. Pola Nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan BAB
c. Pola Istirahat dan Tidur
Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak
nyaman
d. Pola Aktifitas
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat disentri
abdomen.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
Ht meningkat, leukosit menurun
b. Feses
Bakteri atau parasit
c. Elektrolit
Natrium dan Kalium menurun
d. Urinalisa
Urin pekat, BJ meningkat
e. Analisa Gas Darah
Antidosis metabolik (bila sudah kekurangan cairan)
7. Daya Fokus
a. Subjektif
1). Kelemahan
2).Diare lunak s/d cair
3). Anoreksia mual dan muntah
4). Tidak toleran terhadap diit
5). Perut mulas s/d nyeri (nyeri pada kuadran kanan bawah, abdomen
tengah bawah)
7). Haus, kencing menurun
8). Nadi meningkat, tekanan darah menurun, respirasi rate turun cepat
dan dalam (kompensasi ascidosis).
b. Objektif
1). Lemah, gelisah
2). Penurunan lemak / masa otot, penurunan tonus
3). Penurunan turgor, pucat, mata cekung
4). Nyeri tekan abdomen
5). Urine kurang dari normal
6). Hipertermi
7). Hipoksia / Cyanosis,Mukosa kering,Peristaltik usus lebih dari
normal

J. Diagnosa Keperawatan (Masalah yang Lazim Muncul)

1. Diare b.d proses infeksi, inflamasi diusus


2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
3. Kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake
makanan
5. Resiko (syok hipovolemi)
6. Gangguan pertukaran gas
7. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
K. Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul serta intervensinya adalah sebagai
berikut :
1. Diare b.d proses infeksi, inflamasi diusus
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien tidak
mengalami diare dibuktikan dengan kriteria hasil :
Feses berbentuk, BAB sehari sekali tiga hari sekali
Menjaga daerah sekitar rectal agar tidak iritasi
Tidak mengalami diare

Intervensi :

Ajarkan pasien untuk menggunakkan obat anti diare


Instruksikan pasien untuk mencatat warna, jumlah, frekuensi dan
konsistensi dari feses
Evaluasi intake makanan yang masuk
Identifikasi faktor penyebab diare
Monitor tanda dan gejala diare

2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif

Intervensi :
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Monitor status hidrasi
Monitor vital sign
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Kolaborasikan pemberian cairan IV
Dorong masukan oral
Monitor status nutrisi

3. Kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering

Intervensi :
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Monitor kulit akan adanya kemerahan
Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Memandikan atau menyeka pasien dengan sabun atau air hangat

L. Discharge Planning

1. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian makanan dan
miniman misalanya, pemberian oralit
2. Ajarkan mengenai tanda-tanda dehidrasi
3. Banyak minum air
4. Jelaskan obat-obatan yang diberikan, efek samping, dan kegunaannya
5. Asupan nutrisi harus diteruskan untuk mencegah atau meminimalkan gangguan
gizi yang terjadi
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/193224410/Laporan-Pendahuluan-Gea
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nonikwulan-6278-2-
babii.pdf

Anda mungkin juga menyukai