Anda di halaman 1dari 76

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA NY.

S DENGAN MASALAH
UTAMA HIPERTENSI DI KAMPUNG HOLTEKAMP
RW 01 DISTRIK MUARA TAMI
JAYAPURA

Oleh :

NAMA : MEGAWATI PUTRI,S.Kep


KELOMPOK : 1 (SATU)

TAHAP PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Keluarga Pada Keluarga NY. S Dengan Hipertensi” dengan sebaik-baiknya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mengalami berbagai hal baik
suka maupun duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan
selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta
bimbingan dari berbagai pihak.

Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus
penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Dalam penyusunan makalah ini, penulis
menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang
berhubungan dengan judul makalah ini.

Jayapura, 10 Juni 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………... ii

KATA PENGANTAR ……………………………………………... iii

DAFTAR ISI …………………………………………………….............. iv

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN…………………………………... 1

A. Latar Belakang …………………………………………………….. 1


B. Rumusan Masalah………..…………………………………………… 3
C. Tujuan …………………………………………………………….. 3
BAB II TINJAUAN TEORI KELUARGA …………………………….. 4
A. Konsep Keluarga …………………………………………………….. 4
1. Definisi …………………………………………………….. 5
2. Bentuk-Bentuk Keluarga …………………………………….. 5
3. Tugas Keluarga …………………………………………...… 7
4. Struktur Dan Fungsi Keluarga ……………………………... 8
5. Peran Keluarga …………………………………………...… 9
6. Nilai-Nilai Keluarga ……………………………………...…….... 9
7. Sistem Keluarga ……………………………………….…….. 10
8. Tahapan Keluarga …………………………………………..…. 10
9. Tingkat Kemandirian Keluarga ……...…………………….... 12
B. Konsep Keperawatan Keluarga ……………………………………... 13
1. Definisi ……………………………………………….…….. 13
2. Tujuan Keperawatan Keluarga …………………………...… 13
3. Prinsip Keperawatan Keluarga ……………………………... 15
4. Tugas Keperawatan Keluarga …………………………...… 15
5. Peran Dan Fungsi Keperawatan Keluarga …………………...… 16
6. Fungsi Keperawatan Keluarga …………………………..…. 2
BAB III TINJAUAN TEORI HIPERTENSI …………………………...… 2
3
A. Pengertian ……………………………………………………... 2
B. Anatomi Fisiologi ……………………………...……………… 2
C. Etiologi ………………………………………………………...…… 2
D. Klasifikasi …………………………………………...………… 2
E. Manifesstasi Klinis ……………………………………………... 2
F. Pemeriksaan Penunjang …………………………………………...… 2
G. Pathofisilogi ………………………………………………….….. 2
H. Pathway ……………………………………………………..………. 2
I. Komplikasi ……………………………………………………... 2
J. Penatalaksanaan ……………………………………………..………. 2
K. Diagnosa Keperawatan ………………………………………...…… 2
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA …………………...… 2
A. Data Keluarga ……………………………………………………... 1
B. Data Anggota Kelompok ……………………………...……………… 1
C. Genogram’ ………………………………………………..……. 1
D. Latar Belakang Keluarga ……………………………………………... 2
E. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga …………………….……….. 1
F. Lingkungan ……………………………………………...……… 1
G. Struktur Keluarga ………………………………………………….….. 1
H. Fungsi Keluarga ………………………………………………...…… 1
I. Stres dan Koping Keluarga …………………………………...… 1
J. Data Penunjang Keluarga ………………………….………….. 1
K. Kemampuan Keluarga Melakukan Tugas Pemeliharaan Kesehatan Anggota
Keluarga …………………………………………….……………….. 1
L. Hasil Pembinaan Berdasarkan Tingkat Kemandirian Keluarga ……... 1
M. Data Pengkajian Individu Yang Sakit Dalam Keluarga ……………... 1
N. Pengkajian Psikososial Dan Spiritual …………………………...… 1
O. Pemgkajian Fungsional Klien …………………………..…………. 1
ANALISA DATA ………………………………………………..……. 1
SKALA PRIORITAS MASALAH …………………………………...… 1
PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN …………………...… 1
4
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ……………………………... 1
CATATAN PERKEMBANGAN ………………………………..……. 1
BAB IV PEMBAHASAN ……………………………………………... 1
A. Pengkajian ……………………………………………….…….. 1
B. Diagnosa Keperawatan ………………………………….………….. 1
C. Rencana Keperawatan ………………………………………….….. 1
D. Implementasi Keperawatan ………………………...………….... 1
E. Evaluasi ………………………………………………………….….. 1
BAB V PENUTUP ………………………………………………….…. 1
A. Kesimpulan ……………………………………………………... 1
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………...………… 1
DOKUMENTASI …………………………………………………….. 1

5
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu
berhubungan dengan kita. keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa
setiap individu merupakan bagiannya dani keluarga juga semua dapat
diekspresikan tanpa hambatan yang berarti.n Keperawatan keluarga
merupakan tingkat keperawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau
dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat,
dengan sehat sebagai tujuan dan perawatan sebagai penyalur. Sasaran
keperawatan keluarga yaitu individu, family atau keluarga dn community atau
masyarakat. Prinsip utama dalam perawatan kesehatan masyarakat
mengatakan bahwa keluarga adalah unit atau kesatuan dari pelayanan
kesehatan.
Keluarga mempunyai peran yang penting dalam perawatan klien lansia.
Peran penting tersebut dimiliki keluarga dikarenakan keluarga paling banyak
berhubungan dengan klien, keluarga adalah orang yang paling dekat dan
paling mengetahui keadaan klien, Klien yang dirawat di rumah sakit nantinya
akan kembali ke lingkungan keluarga. Salah satu aspek penting dalam
keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat
merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan keperawatan. Keluarga
berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga
yang sakit. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga
menjadi sangat berhubungan atau signifikan.

Prioritas tertinggi dari keluarga adalah kesejahteraan anggota


keluarganya. Hal ini tercapai apabila fungsi-fungsi dari keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tiap individu yang ada dalam keluarga dapat tercapai
dan terpenuhi.

6
Perawat komunitas sebagai salah satu tenaga kesehatan profesional
yang berhubungan langsung dengan klien dan keluarganya dalam hal ini
penderita atau resiko tinggi hipertensi memiliki peran penting terhadap
prevalensi, morbiditas dan mortalitas gout. Perawat komunitas memiliki
tanggung jawab terhadap derajat kesehatan komunitas dan
mengimplementasikan peran dan fungsinya melalui aktifitas promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Sehingga seorang perawat harus mampu
memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan kontrahensif yang meliputi
pengkajian untuk menegagkan diagnosa masalah keperawatan, perencanaan
dan tindakan keperawatan, sampai mengevaluasi hasil asuhan keperawatan
pada masalah utama gout (Lukman dkk, 2009).

Pengalaman belajar klinik memberikan kemampuan kepada mahasiswa


untuk memperoleh pengalaman nyata asuhan keperawatan keluarga pada
keluarga yang mengalami masalah kesehatan dengan penerapan berbagai
konsep dan teori keperawatan keluarga serta proses keperawatan sebagai
pendekatan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep keluarga
2. Bagaimana konsep dari keperawatan keluarga
3. Bagaimana konsep dari penyakit Hipertensi
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada keluarga dengan pada dengan
Hipertensi

C. Tujuan
1. Tujuan umum :
Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik mampu menerapkan
asuhan keperawatan pada keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
sesuai tugas dan perkembangan keluarga.
2. Tujuan khusus :
Setelah menyelesaikan belajar klinik mampu :
a. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan keluarga
7
dengan Hipertensi
b. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga sesuai dengan masalah
kesehatan keluarga
c. Merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan
d. Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah ditentukan
e. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Laporan ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai asuhan
keperawatan keluraga dengan Hipertensi
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Laporan ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai asuhan
keperawatan keluarga pada keluarga klien Tn. S
b. Bagi Keperawatan
Makalah ini dapat digunakan sebagai masukan untuk melaksanakan
asuhan keperawatan keluarga pada keluarga dengan Hipertensi

8
BAB II
TINJAUAN TEORI KELUARGA

A. Konsep Keluarga
1. Definisi
Keluarga adalah ssuatu ikatan antara laki-laki dan perempuaan
berdasarkan hukum dan undang-undang perkawinan yang sah hidup
bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dimana individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga
(Mansyur, 2009).
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran dan mempertahankan budaya yang
umum. Meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan
sosialdari tiap anggota (Duvall, 2012).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan. (Sudiharto, 2013).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dimana individu mempunyai
peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman,
2013).
Dari beberapa pengertian tentang keluarga maka dapat disimpulkan
bahwa keluarga adalah terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Anggota keluarga biasanya
hidup berssama atau jika berpisah mereka tetap memperhatikan satu sama
lain. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial suami, istri, anak, kakak, adik.
Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota. Asuhan
keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan
melalui praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu

9
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan (Padila, 2012).

2. Bentuk-bentuk Keluarga
Beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut:
a. Keluarga inti (Nuclear Family) Keluarga yang dibentuk karena ikatan
perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suam, istri, dan anak-
anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
b. Keluarga besar (Extended Family) Keluarga inti ditambah keluarga
yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi,
paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal,
keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejanis (guy/lesbian
families).
c. Keluarga Campuran (Blended Family) Keluarga yang terdiri dari
suami, istri anak-anak kandung dan anakanak tiri.
d. Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family) Anak-anak
yang tinggal bersama.
e. Keluarga orang tua tunggal. Keluarga yang terdiri dari pria atau
wanita, mungkin karena telah bercerai, berpisah, ditinggal mati atau
mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka yang tinggal
bersama.
f. Keluarga Hidup Bersama (Commune Family) Keluarga yang terdiri
dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama berbagi hak dan
tanggungjawab, serta memiliki kepercayaan bersama.
g. Keluarga Serial (Serial Family) Keluarga yang terdiri dari pria dan
wanita yang telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi
kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki
anak-anak dengan pasangannya masingmasing, tetapi semuanya
mengganggap sebagai satu keluarga.

10
h. Keluarga Gabungan (Composite Family) Keluarga yang terdiri dari
suam dengan beberapa istri dan anak-anaknya (poligami) atau istri
dengan beberapa suami dan anak-anaknya (poliandri).
Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family) Keluarga
yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan
perkawinan yang sah.
Sedangkan menurut Sussman (1970) dalam Padila( 2012)
membedakan 2 bentuk keluarga, yaitu:
a. Keluarga Tradisional (Traditional Family)
Keluarga yang terbentuk karena/tidak melanggar norma-norma
kehidupan masyarakat yang secara tradisional dihormati
bersamasama, yang terpenting adalah keabsahan ikatan keluarga.
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) Keluarga yang terdiri dari suami,
istri serta anak-anak yang hidup bersama-sama dalam satu rumah
tangga.
2) Keluarga orang tua tunggal (Single Parent Family) Keluarga inti
yang suami atau istrinya telah meninggal dunia.
3) Keluarga orang dewasa bujangan (Single Adult Living Alone)
Keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa laki-laki atau wanita
yang hidup secara membujang.
4) Keluarga tiga generasi (Three Generation Family) Keluarga inti
ditambah dengan anak yang dilahirkan oleh anak-anak mereka.
5) Keluarga pasangan umur jompo atau pertengahan (Middle Age or
Aldert Couple) Keluarga inti diad yang suami atau istrinya telah
memasuki usia pertengahan atau lanjut.
6) Keluarga jaringan keluarga (Kin Network) Keluarga inti ditambah
dengan saudara-saudara menurut garis vertikal atau horizontal,
baik dari pihak suami maupun istri.
7) Keluarga karier kedua (Second Carrier Family) Keluarga inti diad
yang anak-anaknya telah meninggalkan keluarga, suami atau istri
aktif lagi kerja.

11
b. Keluarga Non Tradisional
Keluarga yang pembentukannya tidak sesuai atau dianggap
melanggar norma-norma kehidupan tradisional yang dihormati
bersama. Yang terpenting adalah keabsahan ikatan perkawinan antara
suami-istri. Dibedakan 5 macam sebagai berikut :
1) Keluarga yang hidup bersama (Commune Family) Keluarga yang
terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama,
berbagi hak dan tanggungjawab bersama serta memiliki kekayaan
bersama.
2) Keluarga dengan orang tua tidak kawin dengan anak (Unmarried
Parents and Children Family): pria atau wanita yang tidak pernah
kawin tetapi tinggal bersama dengan anak yang dilahirkannya.
3) Keluarga pasangan tidak kawin dengan anak (Unmarried couple
with children Family): keluarga inti yang hubungan suami-istri
tidak terikat perkawinan sah.
4) Keluarga pasangan tinggal bersama (Combifity Family): keluarga
yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ikatan
perkawinan yang sah.
5) Keluarga homoseksual (Homoseksual Union) adalah keluarga
yang terdiri dari dua orang dengan jenis kelamin yang sama dan
hidup bersama sebagai suami istri. (Sudiharto, 2013 :23).

3. Tugas Keluarga
Dalam upaya penanggulangan masalah kesehatan, tugas keluarga
merupakan faktor utama untuk pengembangan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Tugas kesehatan keluarga menurut Friedmann 1998
adalah sebagai berikut:
a. Mengenal gangguan perkembangan masalah kesehatan setiap
anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang
tepat.

12
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan
yang tidak dapat membantu dirinya sendiri.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timabal-balik antara keluarga lembaga-
embaga kesehatan yang menunjukkan manfaat fasilitas kesehatan
dengan baik. (Sri Setyowati, 2007 : 32).

4. Struktur dan Fungsi Keluarga


Setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal dan
informal. Misalnya, ayah mempunyai peran formal sebagai kepala
keluarga dan pencari nafkah. Peran informal ayah adalah sebagai panutan
dan pelindung keluarga. Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan
berkomunikasi, kemampuan keluarga untuk saling berbagi, kemampuan
sistem pendukung diantara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri,
dan kemampuan menyelesaikan masalah.
Menurut Friedman (1999) ada lima fungsi dasar keluarga adalah
sebagai berikut:
a. Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih,
serta saling menerima dan mendukung.
b. Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan
individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan
belajar berperan di lingkungan sosial.
c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.
e. Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarg untuk
merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
(Sudiharto, 2007 : 24)

13
5. Peran Keluarga
a. Peran-peran formal
Peran-peran formal bersifat eksplisit yaitu setiap kandungan struktur
peran keluarga. Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga yaitu :
1) Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak berperan mencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota keluarga dari klompok sosialnya serta
sebagai anggota dari kelompok sosialnya dan anggota dari
masyarakat di lingkungannya.
2) Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu fdari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik dari
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarganya.
3) Peran Anak
Anak-anak melakukan peranan psikososial dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
b. Peran-Peran Informal
Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak
ke permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan –
kebutuhan emosional individu atau untuk menjaga keseimbangan
dalam keluarga, misalnya : pendorong, penguat, pendamai dang
pengharmonis.

6. Nilai-Nilai Keluarga
Nilai merupakan suatu system, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya.

14
Nilai keluarga juga meruapakan suatu pedoman perilaku dan pedoman
bagi perkembangan norma dan peraturan.
Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat
berdasarkan system nilai dalam keluarga.
Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelasaikan masalah.

7. Sistem Keluarga
a. Komponen: Dalam suatu keluarga masing – masing anggota
mempunyai sifat interdependensi, interaktif dan mutual.
b. Batasan : dalam suatu keluarga pasti adanya batasan (filter)yang
digunakan untuk menyeleksi informasi yang masuk dan yang keluar.
Batasan masing-masing keluarga akan berbeda ttergantung dari
beberapa factor seperti : sosial, budaya, ekonomi dan lain-lain.
c. Keberadaan : keluarga merupakan bagian dari system yang lebih luas
yaitu masyarakat.
d. Terbuka (Batas yang permeable) diaman didalam keluarga terjadi
pertukaran antar system.
e. Mempunyai : Masing-masing keluarga mempunyai organisasi /
struktur yang akan mempengaruhi fungsi yang ada dari anggotanya.

8. Tahapan Keluarga
a. Tahap I : Pasangan Baru (Keluarga Baru)
- Membina hubungan intim yang memuaskan.
- Membiana hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok
sosial.
- Mendiskusikan rencana memilki anak.
b. Tahap II : Keluarga “Child bearing” (Kelahiran anak Pertama
- Persiapan menjadi orang tua.
- Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga : peran, interaksi,
hubungan seksual dan kegiatan.

15
- Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
c. Tahap III : Kelurga dengan anak Prasekolah
- Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman.
- Membantu anak untuk bersosialisasi.
- Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi.
- Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun
diluar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
- Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap
paling repot).
- Pembagian tanggung jawab anggota keluarga kegiatan dan waktu
untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
d. Tahap IV. Keluarga Dengan Anak Sekolah
- Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekoalah dan lingkungan.
- Mempertahankan keintiman pasangan.
- Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan
anggota keluarga.
e. Tahap V. Keluarga Dengan Anak Remaja
- Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya
- Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
- Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang.
Hindari perdebatan, permusuhan dan kecurigaan.
- Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga
f. Tahap VI. Keluarga Dengan Anak Dewasa (Pelepasan)
- Memperluas keluarga inti menjasi keluarga besar.
- Mempertahankan keintiman pasangan.

16
- Membantu orang tua suami / istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua.
- Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
- Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
g. Tahap VII. Keluarga Usia Lanjut
- Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
- Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan.
- Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
- Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
- Melakukan life review.

9. Tingkat kemandirian keluarga


Tingkat kemandirian keluarga (Depkes, 2006)
a. Keluarga Mandiri Tingkat I
- Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
- Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
b. Keluarga mandiri Tingkat II
- Menerima petugas perawatan kesehatan Komunitas
- Menerima pelayanan keperawatan yang dibrikan sesuai dengan
rencana keperawatan
- Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara
bena
- Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
c. Keluarga Mandiri Tingkat III
- Menerima petugas perawatan kes. Kom
- Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
- Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara
benar

17
- Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang di anjurkan
- Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif
- Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
d. Keluarga Mandiri Tingkat IV
- Menerima petugas perawatan kes.kom
- Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
- Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara
benar
- Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
- Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
- Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
- Melaksanakan tindakan promotif secara aktif

B. Konsep Keperawatan Keluarga


1. Definisi
Asuhan Keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktek keperawatan degan sasaran keluarga dengan
tujuan menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan keluarga. (Setiadi, 2008)
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau
kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan.
(Friedman,1998).

2. Tujuan Keperawatan Keluarga


Tujuan yang ingin dicapai dalam memberikan asuhan keperawatan
keluarga adalah meningkatkan status kesehatan keluarga agar keluarga
dapat meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan keluarga.

18
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan keluarga
dalam meningkatkan, mencegah, memelihara kesehatan mereka
sehingga status kesehatannya meningkat dan mampu melaksanakan
tugas-tugas mereka secara produktif.
b. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan
keluarga dalam hal ini :
1) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi
masalah kesehatan yang dihadapi.
2) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah
kesehatan dasar daam keluarga.
3) Meningktakan kemampuan keluarga dalam memgambil keputusan
yang tepat.
4) Meningkatkan kemampuan keluarga memberikan asuhan
keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit.
5) Meningkatkan produktifitas keluarga dalam meningkatkan mutu
hidupnya.

3. Prinsip Keperawatan Keluarga


Ada beberapa prinsip utama yang harus dipegang oleh perawat keluarga
yaitu:
a. Keluarga dijadikan sebagai unit dalam pelayanan kesehatan. Dalam
konteks ini keluarga dipandang sebagai klien atau sebagai fokus utama
pengkajian keperawatan. Keluarga dipandang sebagai system yang
berinteraksi, dimana fokusnya adalah dinamika dan hubungan internal
keluarga, struktur dan fungsi keluarga serta saling ketergantungan
subsistem keluarga dengan kesehatan dan keluarga dengan lingkungan
luarnya.
b. Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga sehat adalah sebagai
tujuan utamanya dengan cara meningkatkan status kesehatan keluarga

19
agar keluarga dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahtraan
keluarga.
c. Asuhan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan
kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, perawat harus
melibatkan peran serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan
masalah dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatannya.
e. Diusahakan mengutamakan kegiatan lebih bersifat promotif dan
preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Ada 3 tingkatan pencegahan terhadap kesehatan keluarga yaitu:
1) Pencegahan primer, yang meliputi peningkatan kesehatan dan
tindakan preventif khusus yang dirancang untuk mencegah orang
bebas dari penyakit dan cedera.
2) Pencegahan sekunder, yang terdiri dari deteksi dini, diagnosis dan
pengobatan
3) Pencegahan tersier, yang mencakup tahap penyembuhan dan
rehabilitasi, dirancang untuk meminimalkan tingkat fungsinya
f. Dalam memberikan asuhan keperawatan agar memanfaatkan sumber
daya keluarga semaksimal mungkin.
g. Sasaran asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara
keseluruhan.
h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan keperawatan
adalah dengan pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan
proses keperawatan.
i. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan adalah
penyulahan kesehatan dan asuhan keperawatan kesehatan
dasar/perawatan dirumah.
j. Diutamakan terhadap keluarga yang resiko tinggi, karena keluarga
dengan resiko tinggi berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan

20
yang mereka hadapi yang disebabkan karena ketidakmampuan dan
ketidaktahuan mengatasi berbagai masalah yang mereka hadapi.
k. Partisipasi keluarga aktif dilakukan. Dasar pemikiran yang diterapkan
adalah bahwa keluarga memiliki hak dan tanggung jawab untuk
membuat keputusan-keputusan menyangkut kesehatan mereka sendiri,
partisipasi aktif dari keluarga adalah suatu pendekatan esensial yang
dimaksudkan dalam strategi intervensi keperawatan keluarga
keperawatan keluarga. Keterlibatan keluarga dalam implementasi
biasanya dimaksudkan untuk melibatkan keluarga dalam memecahkan
masalah mutual, juga mendiskusikan serta memutuskan pendekatan-
pendekatan yang paling tepat atau paling mungkin untuk digunakan
agar mencapai tujuan yang telah disetujui bersama.

4. Tugas Keperawatan Keluarga


Untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,
keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya
dan saling memelihara. Freeman (1981) membagi 5 tugas kesehatan yang
harus dilakukan oleh keluarga, yaitu :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit, yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang
terlalu muda
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-
lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik
fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada

21
5. Peran Dan Fungsi Keperawatan Keluarga
a. Peran Perawat Keluarga
Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, perawat perlu
memerhatikan prinsip-prinsip berikut
1) Melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif.
2) Memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan
keluarga.
3) Menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap
perkembangan keluarga.
4) Menerima dan mengakui struktur keluarga.
5) Menekankan pada kemampuan keluarga.
Peran perawat keluarga adalah sebagai berikut:
1) Sebagai pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga, terutama untuk
memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
memiliki masalah kesehatan.
2) Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan, perawat
bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif.
3) Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan keperawatan
dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan
anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan.
4) Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat melakukan
supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan
rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun
yang tidak.
5) Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat
keluarga untuk melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.
6) Sebagai fasilisator, perawat dapat menjadi tempat bertanya individu,
keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan

22
dan keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat
membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah.
7) Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat
memahami masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota
keluarga.
8) Sebagai modifikasi lingkungan, perawat komunitas juga harus dapat
memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah, lingkungan
masyarakat, dan lingkungan sekitarnya agar dapat tercipta
lingkungan yang sehat. (Sudiharto dan Sri Setyowati, 2007 : 29 dan
43)

6. Fungsi Keperawatan Keluarga


Bagi profesional kesehatan keluarga, fungsi perawatan kesehatan
merupakan pertimbangan vital dalam keluarga. Untuk menempatkannya
dalam perspektif, fungsi ini adalah salah satu fungsi keluarga dan
memerlukan penyediaan kebutuhan-kebutuhan fisik : makan, pakaian
tempat tinggal dan perawatan kesehatan. Dari perspektif masyarakat,
keluarga merupakan sistem dasar dimana prilaku sehat dan perawatan
kesehatan diatur, dilaksanakan dan diamankan. Keluarga memberikan
perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan secara bersama-sama
merawat anggota keluarga yang sakit. Lebih jauh lagi keluarga mempunyai
tanggung jawab utama untuk memulai dan mengkoordinasikan pelayanan
yang diberikan oleh para profesional perawatan kesehatan. Keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlindungan dan memelihara kesehatan.
Keluarga melakukan praktek asuhan kesehatan baik untuk mencegah terjadi
gangguan atau merawat anggota yang sakit. Keluarga pula yang
menentukan kapan anggota keluarga yang terganggu perlu meminta
pertolongan tenaga profesional.
Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mepengaruhi tingkat kesehatan keluarga dan individu. Tingkat pengetahuan
keluarga tentang sehat-sakit mempengaruhi prilaku keluarga dalam

23
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga. Misalnya sering ditemukan
keluarga yang menganggap diare sabagai tanda perkembangan, imunisasi
menyebabkan peyakit (anak menjadi demam), mengkonsumsi ikan
menyebabkan cacingan. Kesanggupan keluarga melaksanakan perawatan
atau pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga
yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan
berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

7. Asuhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan keluarga meupakan proses yang kompleks
dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan
keluarga dan individu sebagai anggota keluarga.
a. Tahap pengkajian
Pengkajian adalah tahapan dimana seorang perawat mengambil
informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang
dibinanya. Hal – hal yang dikaji dalam keluarga adalah :
1) Data umum :
 Meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan
pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga yang terdiri
dari nama, jenis kelamin, hubungan dengan KK, umur,
pendidikan, dan status imunisasi dari masing – masing anggota
keluarga serta genogram.
 Type keluarga. Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga
beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tiper
keluarga tersebut.
 Suku bangsa. Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut
serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait
dengan kesehatan
 Agama. Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
 Status sosial ekonomi keluarga. Status social ekonomi keluarga

24
ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya. Selain itu status social ekonomi
keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan – kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang – barang yang dimiliki
oleh keluarga.
 Aktivitas rekreasi keluarga. Rekreasi keluarga tidak hanya
dilihat kapan saja keluarga pergi bersama – sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton
TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
 Tahap perkembangan keluarga saat ini. Dimana ditentukan oleh
anak tertua dari keluarga inti.
 Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
Menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.
 Riwayat keluarga inti. Menjelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing – masing anggota dan
sumber pelayanan yang digunakan keluarga.
3) Pengkajian lingkungan
 Karakteristik rumah. Diidentifikasi dengan melihat luas rumah,
tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaat
ruangan, peletakan perabotan rumah, dan denah rumah.
 Karakteristik tetangga. Menjelaskan mengenai karakteristik
tetangga dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan,
lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk setempat,
budaya yang mempengaruhi kesehatan.
 Mobilitas geografis keluarga. Mobilitas geografis keluarga
yang ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
 Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

25
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada.
 Sistem pendukung keluarga. Yang termasuk sistem pendukung
adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang
dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan yang meliputi
fasilitas fisik, psikologis, atau dukungan dari anggota keluarga
dan fasilitas sosial atau dukungan masyarakat setempat.
4) Struktur keluarga
 Pola komunikasi keluarga. Menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
 Struktur kekuatan keluarga. Kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah
perilaku.
 Struktur peran. Menjelaskan peran dari masingg – masing
anggota keluarga baik secara formal maupun informal.
 Nilai atau norma keluarga. Menjelaskan mengenai nilai norma
yang dianut keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan.
5) Fungsi keluarga
 Fungsi afektif. Mengkaji gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga
dan keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
 Fungsi sosialisasi. Bagaimanaa interaksi atau hubungan dalam
keluarga dan sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,
norma atau budaya dan perilaku.
 Fungsi perawatan kesehatan. Sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaianan dan perlindungan terhadap
anggota yang sakit. Pengetahuan keluarga mengenai sehat –
sakit, kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan tugas
perawatan keluarga yaitu :
 Mengenal masalah kesehatan : sejauh mana keluarga mengenal
fakta – fakta dari masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda

26
dan gejala, penyebab dan yang mempengaruhi serta persepsi
keluarga terhadap masalah.
 Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
: sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap
masalah yang dialami, takut akan akibat dari tindakan penyakit,
mempunyai sikap negative terhadap masalah kesehatan, dapat
menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kurang percaya
terhadap tenaga kesehatan dan mendapat informasi yang salah
terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.
 Merawat anggota keluarga yang sakit : sejauhmana keluarga
mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahu tentang sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui sumber
– sumber yang ada dalamn keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, keuangan, fasilitas fisik, psikososial),
mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk
perawatan dan sikap keluarga terhadap yang sakit.
 Memelihara lingkungan rumah yang sehat : sejauh mana
mengetahui sumber – sumber keluarga yang dimiliki,
keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui
pentingnya hygiene sanitasi dan kekompakan antar anggota
keluarga.
 Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat
: apakah keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan,
memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan,
tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan
fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh keluarga.
 Fungsi reproduksi. Mengkaji berapa jumlah anak,
merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa yang
digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota
keluarga.

27
 Fungsi ekonomi. Mengkaji sejauhmana keluarga memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan, dan memanfaatkan
sumber yang ada di masyarakat dalam upaya meningkatkan
status kesehatan keluarga.
6) Stres dan koping keluarga
 Stressor jangka pendek yaitu yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu + 6 bulan dan jangka
panjang yaitu yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6
bulan.
 Kemampuan keluargaa berespon terhadap situasi atau stressor.
Mengkaji sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi atau
stressor.
 Strategi koping yang digunakan. Strategi koping apa yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
 Strategi adaptasi disfungsional. Dijelaskan mengenai adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
7) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota
keluargaa. Metode yang digunakan pada pemeriksaan, tidak
berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
8) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

b. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga.


Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data
yang didapatkana pada pengkajian. Tipologi dari diagnosis keperawatan :
1) Aktual (terjadi deficit atau gangguan kesehatan).
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala
dari gangguan kesehatan.

28
2) Resiko (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
3) Potensial (keadaan sejahtera atau “wellness”)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
Dalam satu keluarga perawat dapat menemukan lebih dari satu
diagnosa keperawatan. Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa
keperawatan keluarga yang ditemukan dihitung dengan menggunakan
skala prioritas.
c. Perencanaan keperawatan keluarga.
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan
yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan
Kriteria dan Standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik
tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan
berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan.
d. Tahapan tindakan keperawatan keluarga.
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal – hal dibawah ini :
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberika informasi,
mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, dan
mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
2) Menstimulais keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan,
mengidentfikasi sumber – sumber yang dimiliki keluarga dan
mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan
alat dan fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi keluarga
melakukan perawatan.
4) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat dengan cara menemukan sumber – sumber

29
yang dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan
keluarga seoptimal mungkin.
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan
keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
yang ada.
e. Tahap evaluasi
Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian
untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu disusun
rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak
dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan
keperawatan sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.

C. Konsep Hipertensi
a. Definisi Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.
Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2010).
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection
(JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan
diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari
tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95
– 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan
114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg
atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik
karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 2015).

30
b. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi menurut WHO, yaitu:

1) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2) Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg dan diastolik 91-94 mmHg
3) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan
95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and
Treatment of Hipertension, yaitu:
1) Diastolik
a) < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b) 85 – 99 mmHg : Tekanan darah normal tinggi
c) 90 -104 mmHg : Hipertensi ringan
d) 105 – 114 mmHg : Hipertensi sedang
e) >115 mmHg : Hipertensi berat
2) Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a) a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b) 140 – 159 mmHg : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c) > 160 mmHg : Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah


yang mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada
penderita hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang
ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan
timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina),
ginjal, jantung, dan pembuluh darah).

Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat


naiknya tekanan darah, diantaranya yaitu:

31
1) Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera
dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ
target akut atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD
mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di
perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu
menit/jam.
2) Hipertensi Urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna
tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target
progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan
organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam
beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu
24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat
(dalam hitungan jam sampai hari).
c. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output
atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1) Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
2) Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
3) Stress Lingkungan.
4) Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.

32
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1) Hipertensi Primer
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang
mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan
saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas.
Ciri lainnya yaitu: umur (jika umur bertambah maka TD meningkat),
jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan), ras (ras kulit hitam
lebih banyak dari kulit putih), kebiasaan hidup (konsumsi garam yang
tinggi melebihi dari 30 gr, kegemukan atau makan berlebihan, stres,
merokok, minum alcohol, dan minum obat-obatan (ephedrine, prednison,
epineprin).
2) Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal,
diabetes melitus, stroke.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada:
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi Meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer.
d. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke

33
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Smeltzer, 2001).

34
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya
“hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak
dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang
diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan
tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan
mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga
terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan
darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
jantung. (Suyono, Slamet. 1996).
e. Tanda Dan Gejala
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001) manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu: mengeluh sakit kepala, pusing lemas,
kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran
menurun.
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah:
1) Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.
2) Sakit kepala
3) Pusing / migraine
4) Rasa berat ditengkuk
5) Penyempitan pembuluh darah
6) Sukar tidur
7) Lemah dan lelah

35
8) Nokturia
9) Azotemia
10) Sulit bernafas saat beraktivitas
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:
1) Pemeriksaan yang segera seperti:
 Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji
hubungandari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
 Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang
perfusi / fungsi ginjal.
 Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin
(meningkatkan hipertensi).
 Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretik.
 Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi.
 Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskuler).
 Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi.
 Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme
primer (penyebab).
 Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM.
 Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi.

36
 Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.
 EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya
hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan
menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
 Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi
pada area katup, pembesaran jantung.

2) Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil


pemeriksaan yang pertama):
 IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
 CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
 IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
 Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal
tab, CAT scan.
 USG untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi
klinis pasien
g. Komplikasi
Efek pada organ, otak (pemekaran pembuluh darah, perdarahan,
kematian sel otak: stroke), ginjal (malam banyak kencing, kerusakan sel
ginjal, gagal ginjal), jantung (membesar, sesak nafas, cepat lelah, gagal
jantung)
h. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:

37
1) Terapi tanpa Obat  Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan
untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi
sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi: diet destriksi garam
secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol dan
rendah asam lemak jenuh.
2) Penurunan berat badan
3) Penurunan asupan etanol
4) Menghentikan merokok
5) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan
dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
6) Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:
 Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan
somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan
psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
 Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih

38
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan).
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga
pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi
lebih lanjut.
7) Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat
hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi
umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi (Joint National Committee On Detection, Evaluation And
Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat
ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita.

39
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA NY. S DENGAN HIPERTENSI

1. Pengkajian
A. Data Umum
1. Nama KK : Ny. S
2. Umur : tahun
3. Alamat : RW 01, RT 04 Kampung Holtekamp
4. Pendidikan : Sekolah Dasar
5. Pekerjaan : IRT
6. Agama : Kristen
7. Komposisi Keluarga :

N Nama Hubungan Umur JK Suku Pddkn Pekerja Status Gizi (TB, TTV (TD, N, S, P) Status Alat
o dgn KK terakhir an saat BB, BMI) Imunisas bantu
ini i Dasar
1 Ny.S KK 59 th P Enggros SD IRT TB : ± 1 cm TD : 160/100mmHg Lengkap -
BB : ± 80 kg N : 85 x/m,
BMI : ± RR :22 x/m,
SB : 36,7 °c

No Nama Penampilan Umum Status kesehatan hari Riwayat Analisis masalah kesehatan
ini penyakit/alergi individu

1 Ny.S Baik Sakit Tidak ada Kurang pengetahuan

Data pengkajian individu yang sakit (terlampir).

40
8. Genogram

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Tinggal Serumah

9. Tipe keluarga : Keluarga Single parent


Yang terdiri dari Ny.S. Ny.S hanya tinggal sendiri dirumah karena
suaminya tinggal di Enggros dan anaknya telah berumah tangga.
10. Kewargaan negara / suku bangsa :
Keluarga Ny. S memiliki kewarganegaraan Indonesia. Ny.S berasal
dari suku Enggros. Tidak ada budaya yang mempengaruhi kesehatan
keluarga.
11. Agama
Keluarga Ny. S adalah keluarga yang menganut agama Kristen
protestan. Ny.S rajin mengikuti ibadah-ibadah rutin seperti ibadah
pengajian.
10. Status sosial ekonomi keluarga :
Penghasilan keluarga adalah : antara Rp. 2.000.000,- sampai Rp.
3.000.000,- perbulan yang diperoleh dari anaknya dan hasil membuat
noken. Menurut pengakuan keluarga penghasilan yang ada cukup

41
untuk memenuhi keperluan sehari-hari.
11. Aktivitas rekreasi keluarga :
Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi adalah jalan-jalan ke
pantai.
B. Riwayat Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan saat ini :
Tahap perkembangan keluarga Ny.S berada pada tahap keluarga
dengan usia pra lansia.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi:
Tidak ada tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga Ny.S memiliki riwayat hipertensi. Saat di data hasil
pemeriksaan tekanan darah Ny. S yaitu 160/100 mmHg
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya (yang lalu)
Ny.S mengatakan mengalami hipertensi sudah sejak 3 tahun terakhir,
namun Ny.S tidak pernah mengkonsumsi obat penurun hiipertensi.
C. Keadaan Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Rumah Ny.S adalah milik pribadi. Luas rumah yang ditempati .Rumah
permanen. yang terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang dapur, 1 ruang
tamu, 1 teras, 1 kamar mandi.
Bangunan rumah berbentuk persegi yang dimodifikasi. Lantai rumah
terbuat dari semen dengan keadaan cukup bersih dan penataan alat /
probot rumah tangga yang rapi, pencahayaan dan ventilasi yang baik,
Sumber air minum menggunakan air galon, sedangkan untuk
keperluan cuci dan mandi diambil dari Air sumur. Sampah dibuang
pada tempat sampah samping rumah, pengolahannya dengan dikumpul
dan dibakar.

42
U

DAPUR, KAMAR MANDI

R,MAKAN

KAMAR 1

RUANG TAMU

RUANG NNTN TV

TERAS

JALAN

Gb. Denah Rumah Keluarga binaan

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Tetangga sebelah kanan kiri rumah sangat berjauhan berjarak ± 10
m2 dan keluarga berkumpul dengan warga sekitar hanya pada saat ada
pertemuan warga secara resmi
3. Mobilitas keluarga
Dalam waktu dekat, keluarga berencana untuk pulang ke kampung
Enggros.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyrakat
Saat berada di masyarakat, keluarga termasuk anggota masyarakat
yang aktif dalam mengikuti kegiatan masyarakat .

43
D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Ny. S mengatakan, selalu berkomunikasi dengan anaknya untuk
minta pertimbangan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi
2. Struktur peran keluarga
Ny.S sebagai kepala keluarga berperan sebagai pencari nafkah dan
pengambil keputusan utama dalam keluarga. keputusan akhir akan
dimusyawarahkan dulu dengan anak Ny.S
3. Nilai dan norma keluarga
Keluarga ini menganggap bahwa sakit yang diderita merupakan
penyakit yang biasa terjadi, sehingga Ny.S tidak pernah memeriksakan
penyakitnya.
E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afeksi
Menurut keterangan Ny.S dalam kehidupan sehari-harinya mereka
selalu damai dan saling menjaga kepentingan bersama.
2. Fungsi sosial
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial
yang baik. Seperti berinteraksi dengan masyarakat.
3. Fungsi perawatan kesehatan.
Dalam hal kesehatan keluarga tidak tahu tentang penyebab dan
cara pencegahan hipertensi. Keluarga mengetahui bahwa Ny.S
mengalami darah tinggi namun tidak pernah dibawa untuk
diperiksakan.
4. Fungsi reproduksi
Ny.S memiliki 2 orang anak dan sudah tidak berniat untuk memiliki
anak lagi.
5. Fungsi ekonomi
Pendapatan utama keluarga ini adalah dari pendapatan suami Ny.
S yang bekerja di Enggros dan dari anak_anaknya serta dari hasil

44
jualan noken.
Menurut pengakuan keluarga penghasilan tiap bulan cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.

F. Stress dan Koping Keluarga


1. Stressor yang dimiliki
Saat ini Ny.S mengeluh pusing dan mengatakan punya riwayat
darah tinggi.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Ny.S mengatakan tidak mampu mengatur pola makananya yang
dapat menyebabkan tekanan darahnya naik seperti masih makan
makanan yang cukup asin, berlemak dan daging-dagingan
3. Strategi koping yang digunakan
Keluarga belum mampu dalam memilih makanan buat keluarga.

G. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga terutama
yang diidentifikasi sebagai klien atau sasaran pelayanan asuhan
keperawatan keluarga.
1) Pemeriksaan fisik umum:
1. Keadaan umum Ny.S : Nampak kurang sehat, kebersihan baju
maupun celana cukup bersih.
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 160/ 100 mmHg.
Respirasi : 22 x/menit
Nadi : 75x/menit
Suhu : 36.5 0C
Pemeriksaan fisik khusus:
 Kepala
- Inspeksi :
 Tampak rambut hitam bercampur putih

45
 Penyebaran merata
 Tampak bersih
- Palpasi :
 Tidak terdapat nyeri tekan dan tanda-tanda
infeksi
 Wajah
- Inspeksi :
 Wajah tampak simetris
- Palpasi :
 Tidak terdapat nyeri tekan dan tanda-tanda
infeksi
 Leher
- Inspeksi :
 Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid
 Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfa
- Palpasi :
 Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid
 Tidak terdapat nyeri tekan
 Nadi karotis teraba
 Mata
- Inspeksi :
 Penglihatan bagus
- Palpasi :
 Tidak terdapat nyeri tekan dan tanda-tanda
infeksi
 Dada :
- Inspeksi
 Pergerakan dada terlihat saat inspirasi,
- Palpasi
 Tidak terdapat nyeri tekan dan tanda-tanda
infeksi.

46
- Perkusi
 sonor
- Auskutasi
 Suara jantung S1 dan S2 tunggal, suara mur –
mur tidak ada ronchi (-), wheezing (-), nafas
cuping hidung (-).
 Abdomen :
Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya
pembesaran hepar, tidak kembung, pergerakan peristaltik usus
baik.
 Ektremitas:
Pada ekstrimitas atas dan bawah tidak terdapat udema,
tidak terjadi kelumpuhan, dari ke-4 ektrimitas mampu
menggerakan persendian, mampu mengangkat dan melipat
persendian secara sempurna..

H. Harapan Keluarga
Keluarga Ny.S mengatakan ingin sembuh dan tensinya kembali
normal.

I. Masalah berdasarkan 5 tugas perawat kesehatan


1. Mengenal Masalah Kesehatan:
Kurangnya pengetahuan tentang hipertensi jauh karena tidak
mengenal masalah kesehatan yang terjadi.
2. Memutuskan untuk merawat
Keluarga memberikan perawatan semampu yang keluarga tahu
ketika ada anggota kelurga yang sakit
3. Mampu merawat
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit dan
namun belum mengenal penyebab dari sakit tersebut.
4. Modifikasi lingkunan

47
Keluarga tidak mampu memelihara dan mengenal lingkungan
kelurga yang sehat.
5. Manfaatkan pelayan kesehatan Yang ada
Keluarga mengatakan bila sakit pergi ke klinik perawat atau
puskesmas.

2. KLASIFIKASI DATA
DS DO
 Klien mengatakan memiliki  TD: 160/100 mmhg
riwayat darah tinggi  R : 22 x/m
 Klien tidak pernah  S :37.5
memeriksakan lagi tensinya  N : 85x/m
 Klien sering merasa pusing  Klien tampak sedikit
 Klien merasa tegang pada kebingungan ketika ditanya
lehernya tentang penyakitnya
 Klien mengatakan tidak tau  Klien tampak memperhatikan
tentang penyebab darah dengan seksama ketika diberi
tingginya selalu tinggi penjelasan mengenai
 Klien mengatakan selalu informasi tentang penyakitnya
makan yang asin  Klien hanya mengangguk
 Klien mengatakan belum kepala ketika diberi informasi
begitu faham dengan seputar penyakitnya.
perjalanan penyakit yang ia
alami.

48
3. ANALISA DATA
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Peningkatan tekanan Nyeri akut
 Klien mengatakan kepalanya vascular selebral dan
sakit dan lehernya terasa tegang. iskemia
 Skala nyeri
P: peningkatan vaskuler selebral
serta iskemik pada pembuluh
darah
Q: Leher tegang terasa berat dan
tegang
R: Wilayah parietal serta
servikal, nyerinya terasa pada
satu titik
S : skla nyeri 5
T: frekuensi cukup lama, hilang
timbul.
 Klien mengatakan sering pusing.

DO:
 TD: 160/100 mmhg
 RR: 22 x/m
 N : 75x/m
 Skala nyeri 5

2. DS: Kurang informasi Defisiensi pengetahuan


 Klien mengatakan belum mengenai penyakit
begitu faham dengan
perjalanan penyakit yang ia
alami.
DO:
 Klien tampak sedikit
kebingungan ketika ditanya
tentang penyakitnya
 Pendidikan terakhir klien :
SMA

49
SKALA PRIORITAS MASALAH INDIVIDU
Masalah: Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular selebral
dan iskemia
KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN
1. Sifat masalah Tn. L.B mengatakan nyeri
 Wellness: 4 pada kaki kanan bawah
 Aktual: 3 1 3/3x1=1
seperti ditusuk-tusuk, nyeri
 Resiko: 2 saat bergerak dan bengkak
 Potensial: 1
2. Kemungkinan masalah Keluarga tampak kooperatif
dapat diubah 1/2x2=1
 Mudah: 2 2 saat kunjungan pertama
 Sebagian: 1 perawat
 Tidak dapat: 0
3. Kemungkinan masalah
dapat dicegah Keluarga kooperatif dan
 Tinggi: 3 1 2/3x1=2/3
mau diajak bekerja sama
 Cukup: 2
 Rendah: 1
4. Menonjolnya masalah Harus di lakukan segera
 Segera: 2 sehingga resiko yang akan
 Tidak segera: 1 1 2/2x1=1 muncul lebih rendah atau
 Tidak dirasakan: 0 tidak ada.

Skor 3 2/3

50
Masalah: Defisiensi pengetahuan
KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN
2. Sifat masalah
 Wellness: 4 Ny.S mengatakan kurang
 Aktual: 3 1 3/3x1=1 paham tentang penyebab
 Resiko: 2 penyakitnya
 Potensial: 1
3. Kemungkinan masalah Keluarga tampak kooperatif
dapat diubah 2/2x2=1
 Mudah: 2 2 saat kunjungan pertama
 Sebagian: 1 perawat
 Tidak dapat: 0
4. Kemungkinan masalah
dapat dicegah Keluarga kooperatif dan
 Tinggi: 3 1 2/3x1=2/3
mau diajak bekerja sama
 Cukup: 2
 Rendah: 1
5. Menonjolnya masalah Harus di lakukan segera
 Segera: 2 sehingga resiko yang akan
 Tidak segera: 1 1 1/2x1=1/2 muncul lebih rendah atau
 Tidak dirasakan: 0 tidak ada.

Skor 2 3/5

51
SKALA PRIORITAS MASALAH KELUARGA
Masalah: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan keluarga
KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN
3. Sifat masalah
 Wellness:4 Ny.S mengatakan kurang
 Aktual: 3 1 3/3x1=1
paham dengan penyakitnya
 Resiko: 2
 Potensial: 1
4. Kemungkinan masalah Keluarga tampak kooperatif
dapat diubah 1/2x2=1
 Mudah: 2 2 saat kunjungan pertama
 Sebagian: 1 perawat
 Tidak dapat: 0
5. Kemungkinan masalah
dapat dicegah Keluarga kooperatif dan
 Tinggi: 3 1 2/3x1=2/3
mau diajak bekerja sama
 Cukup: 2
 Rendah: 1
6. Menonjolnya masalah Harus di lakukan segera
 Segera: 2 sehingga resiko yang akan
 Tidak segera: 1 1 2/2x1=1 muncul lebih rendah atau
 Tidak dirasakan: 0 tidak ada.

Skor 3 2/3

52
DAFTAR PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular selebral dan
iskemia (00133) Domain 12 kelas 1
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan keluarga (00099) Domain 1 Kelas 2
3. Defisiensi pengetahuan (00126) Domain 5 Kelas 4

53
PERENCANAAN KEPERAWATAN INDIVIDU TN.A DENGAN HIPERTENSI
DIAGNOSIS
NOC NIC
DATA KEPERAWATAN
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Data pendukung masalah
individu dengan Hipertensi
Data Subjektif  00132 Nyeri Kronis 1211 Tingkat kecemasan 6040 Terapi relaksasi
Klien mengatakan: 1212 Tingkat stress 5820 Mengurangi kecemasan
 Tegang pada leher 2010 Status kenyamanan: Fisik 6480 Manajemen lingkungan:
 Sering merasa pusing 2109 Tingkat ketidaknyamanan kenyamanan
 Skala nyeri 1803 Pengetahuan: Proses 5602 Pendidikan kesehatan proses
P: peningkatan vaskuler penyakit penyakit
selebral serta iskemik 1601 Perilaku Kepatuhan
pada pembuluh darah
Q: Leher tegang terasa
berat dan tegang
R: Wilayah parietal serta
servikal, nyerinya terasa
pada satu titik
S : skla nyeri 5
T: frekuensi cukup lama,
hilang timbul.
Data Objektif
Klien tampak:
 TD:160/100mmHg
 ND: 75x/mnt
 RR: 22x/mnt

54
Data Subjektif  00126 Defisien 3107 Manajeman diri : hipertensi 5602 Pengajaran : proses penyakit
Klien mengatakan: pengetahuan 1803 Pengetahuan proses penyakit 5510 Pendidikan kesehatan
 Klien mengatakan tidak 1823 Promosi kesehatan
tau tentang penyebab 1622 Perilaku : diet yang
darah tingginya selalu disarankan
tinggi 1602 Perilaku promosi kesehatan
 Klien mengatakan
belum begitu faham
dengan perjalanan
penyakit

Data Objektif
Klien tampak:
 Klien tampak sedikit
kebingungan ketika
ditanya tentang
penyakitnya
 Klien tampak
memperhatikan dengan
seksama ketika diberi
penjelasan mengenai
informasi tentang
penyakitnya

55
PERENCANAAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.A DENGAN HIPERTENSI

DIAGNOSIS
NOC NIC
DATA KEPERAWATAN
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Data pendukung masalah
individu dengan Hipertensi
Data Subjektif  00080 Ketidakefektif Keluarga mampu mengenal Keluarga mampu mengenal
Klien mengatakan: an masalah masalah
 Klien tidak pernah pemeliharaan 1837 Pengetahuan Manajemen 5602 Pengajaran : proses penyakit
memeriksakan lagi kesehatan Hipertensi 5606 Pengajaran : Individu
tensinya keluarga
 Klien mengatakan tidak
tau tentang penyebab Kemampuan memutuskan Kemampuan memutuskan tindakan
darah tingginya selalu tindakan keyakinan keluarga keyakinan keluarga untuk
tinggi untuk meningkatkan atau meningkatkan atau memperbaiki
 Klien mengatakan selalu memperbaiki kesehatan kesehatan
makan yang asin 2605 Partisipasi keluarga dalam 5250 Dukungan pengambilan keputusan
 Klien mengatakan perawatan professional
belum begitu faham
dengan perjalanan Keluarga mampu merawat Keluarga mampu merawat anggota
penyakit yang ia alami. anggota keluarga untuk keluarga untuk meningkatkan atau
meningkatkan atau memperbaiki kesehatan
1622 memperbaiki kesehatan 1100 Manajemen nutrisi yang tepat

56
Data Objektif Perilaku kepatuhan : menyiapkan 7040 Dukungan pemberi perawatan
Klien tampak: 1602 diet dengan tepat 7130 Proses pemliharaan keluarga
 Klien tampak sedikit Perilaku meningkatkan kesehatan 7140 Dukungan keluarga
kebingungan ketika 7110 Peningkatan keterlibatan keluarga
ditanya tentang
penyakitnya
Keluarga mampu memodifikasi Keluarga mampu memodifikasi
lingkungan : kontrol resiko dan lingkungan : kontrol resiko dan
keamanan keamanan
1908 Deteksi risiko 6490 Pencegahan jatuh
1828 Pengetahuan tentang pencegahan 6485 Manajemen lingkungan : rumah yang
jatuh aman
2009 Dukungan keluargaa selama 5440 Peningkatan support system
pengobatan
1909 Perilaku pencegahan jatuh
1910 Menyiapkan lingkungan rumah
yang aman

Keluarga mampu Keluarga mampu memanfaatkan


memanfaatkan fasilitas fasilitas kesehatan
kesehatan 7560 Mengunjungi fasilitas kesehatan
1806 Pengetahuan tentang sumber
kesehatan

57
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Fasilitas yankes Puskesmas No.register
Nama perawat Megawati Putri Nama penanggung jawab/ Ny.S
KK
Nama indididu Ny.S Alamat RW 001 RT
Masalah Hipertensi 004
kesehatan

Diagnosis Ttd
Tgl/No Implementasi Evaluasi
keperawatan Perawat
17 Mei Nyeri akut b.d 1. Melakukan pengkajian tanda-tanda vital
2019 peningkatan TD: 160/100 mmhg
tekanan N : 75x/m
vascular R : 22x/m
selebral dan
iskemia 2. Menganjurkan relaksasi nafas dalam saat
nyeri
R : klien mampu mengikuti apa yang perawat
ajarkan

3. Mengajarkan tehnik distraksi saat nyeri


misalnya dengan menden garkan music atau
menonton TV
R : Klien memahami apa yang perawat ajarkan

4. Menjelaskan Penyebab Nyeri


R: Klien mendengarkan dan memahami apa
yang perawat jelaskan

5. Melakukan Edukasi untuk meningkatkan


istirahat di rumah

58
R : klien mengatakan akan beristirahat di
rumah
17 Mei Ketidakefektifa 1.Menggunakan pendekatan yang menenangkan S: Klien mengatakan : MEGA
2019 n pemeliharaan dengan mengucapkan salam, berkenalan, - Tidak terlalu paham
kesehatan menyampaikan tujuan dan menanyakan dengan hipertensi
berhubungan keluhan klien yang sakit dalam keluarga agar - Tidak tau apa yang
dengan kurang terbina hubungan saling percaya antara menyebabkan
pengetahuan keluarga dan perawat dan mengetahui masalah tensinya bias tinggi
keluarga kesehatan - Selalu makan yang
tentang asin-asin
penyakit 2. Apa yang terjadi dalam anggota keluarga - Suka makan daging-
Hipertensi R/ keluarga tampak mau berkenalan dengan daging (dalam
perawat, bentuk kornet)
Klien Ny.S mengatakan memiliki riwayat
darah tinggi
O: Keluarga tampak:
3.Menentukan pengetahuan kesehatan dan gaya - Menerima kehadiran
hidup perilaku saat ini pada individu dan perawat
keluarga, - Menerima yankes
R/ Ny.S mengatakan tidak tahu apa itu sesuai rencana
penyebab darah tingginya. - Menyatakan masalah
secara benar
4.Mengajarkan tekhnik-tehknik pengobatan non - Melaksanakan
farmakologi, seperti diet rendah garam, tindakan pencegahan
mengurangi konsumsi daging, mengkonsumsi secara aktif
jus ketimun.
R/ klien mengatakan akan mengikuti anjuran A: Masalah belum
perawat teratasi

5.Mendiskusikan tentang Hipertensi dengan P: Lanjutkan


keluarga mengenai pengertian (leafleat) intervensi

59
R/ keluarga tampak mendengarkan penjelasan
perawat

6.Menggali pengetahuan keluarga untuk


mengenal cara pengobatan Hipertensi
R/ keluarga mengatakan tidak tahu

7.Memotivasi kembali keluarga untuk


menjelaskan kembali tentang pengertian
hipertensi
R/ keluarga mengatakan hipertensi itu
penyakit darah tinggi

8. Memotivasi keluarga untuk tetap


menggunakan fasilitas kesehatan
R/ keluarga mengatakan, selama ini jarang
memeriksakan kesehatannya di puskesmas.
Dan tidak pernah mengikuti posyandu lansia.

17 Mei Defisiensi 1. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien terkait S: Klien mengatakan : MEGA
2019 pengetahuan dengan proses penyakit - Tidak terlalu paham
berhubungan R/ Klien mengatakan darah tinggi yang dengan hipertensi
dengan dialami masih normal karena usia yang sudah - Tidak tau apa yang
kurangnya tua menyebabkan
paparan tensinya bias tinggi
informasi - Selalu makan yang
tentang 2.Memberikan penyuluhan kesehatan tentang asin-asin
penyakit hipertensi - Suka makan daging-
Hipertensi R/ Klien memperhatikan dengan baik saat daging (dalam
diberi penyuluhan bentuk kornet)

60
3. Menjelaskan pentingnya menjaga diet rendah
garam O: Keluarga tampak:
R/ Klien mengatakan mengerti. Selama ini ia - Menerima kehadiran
selalu banyak mengkonsumsi garam perawat
- Menerima yankes
4. Menjelaskan pembuatan pengobatan sesuai rencana
alternative untuk menurunkan darah tinggi ( - Menyatakan masalah
pembuatan jus ketimun) secara benar
R/ Klien mengatakan akan mencoba - Melaksanakan
mengkonsumsi jus ketimun setiap hari tindakan pencegahan
secara aktif
5. Diskusikan Perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah A: Masalah belum
komplikasi di masa yang akan datang atau teratasi
proses pengontrolan penyakit
R/ Klien mengatakan akan menjaga pola P: Lanjutkan
hidup sehat intervensi

6. Menganjurkan keluarga memberi dukungan


kepada klien untuk selalu memeriksakan
kesehatannya di pelayanan kesehatan
R/ Keluarga mengatakan mengerti

61
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-2
No Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Paraf
01 Sabtu, 25 Mei 1. Mengukur tanda-tanda vital S: Klien mengatakan : MEGA
2019 R/ - Sudah mulai paham dengan penyebab
TD : 150/100 mmHg darah tinggi
ND : 75x/menit - Akan mulai mengurangi makan
RR : 20x/menit daging dan makan asin-asin

2. Mengajarkan tekhnik-tehknik pengobatan non O: Keluarga tampak:


farmakologi, seperti diet rendah garam, - Menerima kehadiran perawat
mengurangi konsumsi daging, mengkonsumsi - Sangat antusias saat diberikan
jus ketimun. penyuluhan kesehatan
R/ klien mengatakan akan mengikuti anjuran - Tanda-tanda vital
perawat TD : 150/100 mmHg
ND : 75x/menit
3. Mendiskusikan tentang Hipertensi dengan
keluarga mengenai pengertian (leafleat)
R/ keluarga tampak mendengarkan penjelasan A: Masalah belum teratasi
perawat

62
4. Menggali pengetahuan keluarga untuk P: Lanjutkan intervensi
mengenal cara pengobatan Hipertensi
R/ keluarga mengatakan tidak tahu

5. Memotivasi kembali keluarga untuk


menjelaskan kembali tentang pengertian
hipertensi
R/ keluarga mengatakan hipertensi itu
penyakit darah tinggi

6. Memotivasi keluarga untuk tetap


menggunakan fasilitas kesehatan
R/ keluarga mengatakan, selama ini jarang
memeriksakan kesehatannya di puskesmas.
Dan tidak pernah mengikuti posyandu lansia.
02 Sabtu, 25 Mei 1. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang S: Klien mengatakan : MEGA
2019 hipertensi - Sudah mulai mengerti tentang darah
R/ Klien memperhatikan dengan baik saat tinggi
diberi penyuluhan - Sudah mengurangi makan asin-asin

63
2. Menjelaskan pentingnya menjaga diet rendah - Akan mencoba membuat dan
garam mengkonsumsi jus ketimun
R/ Klien mengatakan mengerti. Selama ini ia
selalu banyak mengkonsumsi garam O: Keluarga tampak:
4. Diskusikan Perubahan gaya hidup yang - Menerima kehadiran perawat
mungkin diperlukan untuk mencegah - Menerima yankes sesuai rencana
komplikasi di masa yang akan datang atau - Sangat mendukung klien dalam
proses pengontrolan penyakit kesehatannya
R/ Klien mengatakan sudah menjaga pola - Mampu menjawab pertanyaan tentang
hidupnya dengan berjalan kaki tiap pagi penyebab dan pencegahn hipertensi
5. Menganjurkan keluarga memberi dukungan
kepada klien untuk selalu memeriksakan A: Masalah teratasi
kesehatannya di pelayanan kesehatan
R/ Keluarga mengatakan mengerti P: Hentikan intervensi

64
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-3
No Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Paraf
01 Minggu, 02 1. Mengukur tanda-tanda vital S: Klien mengatakan : MEGA
Juni 2019 R/ - Sudah mulai paham dengan penyebab
TD : 150/100 mmHg darah tinggi
ND : 75x/menit - Akan mulai mengurangi makan
RR : 20x/menit daging dan makan asin-asin
- Akan mencoba rutin minum jus
2. Mengajarkan tekhnik-tehknik pengobatan non ketimun
farmakologi, seperti diet rendah garam,
mengurangi konsumsi daging, mengkonsumsi O: Keluarga tampak:
jus ketimun. - Menerima kehadiran perawat
R/ klien mengatakan akan mengikuti anjuran - Sangat antusias saat diberikan
perawat penyuluhan kesehatan
- Tanda-tanda vital
TD : 150/100 mmHg
3. Mendiskusikan tentang Hipertensi dengan ND : 75x/menit
keluarga mengenai pengertian (leafleat)
R/ keluarga tampak mendengarkan penjelasan

65
perawat A: Masalah belum teratasi

4. Menggali pengetahuan keluarga untuk P: Lanjutkan intervensi


mengenal cara pengobatan Hipertensi
R/ keluarga mengatakan suka makan yang
asin dan masih mengkonsumsi daging

5. Memotivasi keluarga untuk tetap


menggunakan fasilitas kesehatan
R/ keluarga mengatakan, selama ini jarang
memeriksakan kesehatannya di puskesmas.
Dan tidak pernah mengikuti posyandu lansia.
02 Minggu. 02 Juni 1. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang S: Klien mengatakan : MEGA
2019 hipertensi - Sudah mulai mengerti tentang darah
R/ Klien memperhatikan dengan baik saat tinggi
diberi penyuluhan - Sudah mengurangi makan asin-asin
- Sudah tahu apa yang harus dihindari
2. Menjelaskan pentingnya menjaga diet rendah agar tensi tidak tinggi
garam - Akan mencoba membuat dan

66
R/ Klien mengatakan mengerti. Selama ini ia mengkonsumsi jus ketimun
selalu banyak mengkonsumsi garam
O: Keluarga tampak:
3. Menganjurkan keluarga memberi dukungan - Menerima kehadiran perawat
kepada klien untuk selalu memeriksakan - Sangat mendukung klien dalam
kesehatannya di pelayanan kesehatan kesehatannya
R/ Keluarga mengatakan mengerti

4. Mendemonstrasikan pembuatan pengobatan A: Masalah teratasi


alternative untuk menurunkan darah tinggi
( pembuatan jus ketimun) P: Hentikan intervensi
R/ Klien mengatakan akan mencoba
mengkonsumsi jus ketimun setiap hari

67
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-4
No Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Paraf
01 Minggu, 09 1. Mengukur tanda-tanda vital S: Klien mengatakan : MEGA
Juni 2019 R/ - Sudah mengkonsumsi jus ketimun
TD : 130/90 mmHg selama 3 hari
ND : 70x/menit - Sudah memeriksakan kesehatannya di
RR : 20x/menit pustu

2. Memotivasi keluarga untuk tetap O: Keluarga tampak:


menggunakan fasilitas kesehatan - Tanda-tanda vital
R/ keluarga mengatakan, selama ini jarang TD : 130/90 mmHg
memeriksakan kesehatannya di puskesmas. ND : 70x/menit
Dan tidak pernah mengikuti posyandu lansia. - Sangat antusiasi dengan kehadiran
perawat

A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi .Anjurkan klien
menjaga pola hidup sehat, dan diit
rendah garam.

68
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Proses Keperawatan
1. Proses pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah sekumpulan tindakan yang


digunakan perawat untuk mengukur keadaan pasien atau keluarga dengan
menggunakan standar norman kesehatan pribadi maupun sosial serta
integritas dan kesanggupan untuk mengatasi masalah (Zaidin, 2009).

Pengkajian pada kasus ini dilakukan pada tanggal 10 Mei 2019,


dalam pengambilan kasus ini penulis mengumpulkan data melalui metode
autoanamnesa (pengkajian yang dilakukan dengan wawancara langsung
kepada klien) dan alloanamnesa (pengkajian dengan melihat berdasarkan
data dalam status klien dan dari keluarga). Penulis melakukan pengkajian
pada keluarga Ny.S dengan Hipertensi

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada keluarga Ny.S


ditemukan data : tekanan darah 160/100 mmHg,tegang pada leher.
Berdasarkan tanda gejala tersebut, hal ini sesuai dengan Smeltzer (2010)
bahwa hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90
mmHg.

Hasil pemeriksaan fisik pada Ny.S didapatkan hasil tekanan darah


160/100 mmHg, pemeriksaan hidung tidak ada polip dan tidak ada secret,
tegang pada leher. Pada pemeriksaan dada paru-paru didapat inspeksi tidak
menggunakan otot bantu nafas, palpasi vokal premitus kanan dan kiri
sama, perkusi sonor, dan auskultasi tidak ada suara tambahan. Hal ini
sesuai tanda gejala pemeriksaan fisik Hipertensi yaitu peningkatan tekanan
darah > 140/90 mmHg, rasa berat ditengkuk (Rokhaeni, 2001).

69
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai
tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, tugas
keluarga tersebut antara lain : mengenal masalah kesehatan keluarga.
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena
kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga
habis. Keluarga mengenal keadaan kesehatan dan perubahan yang dialami
keluarganya . Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga
secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga,
maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan
terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya
(setiadi, 2008). Keluarga tahu klien mengalami penyakit hipertensi. Namun
keluarga tidak terlalu paham dengan penyakit tersebut.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah sebuah label singkat,
menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi di lapangan. Kondisi ini
dapat berupa masalah-masalah aktual atau potensial (Wilkinson, 2006).
Berdasarkan hasil pengkajian keluarga klien penulis menemukan
diagnosis keperawatan, yaitu : nyeri akut, ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan dan defisiensi pengetahuan. Didalam penulisan penulis
menggunakan prinsip keperawatan berdasarkan skala prioritas masalah
menurut Abraham Maslow yaitu dengan mengutamakan kebutuhan dasar
manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidup klien.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi asuhan keperawatan adalah kesimpulan tindakan yang
ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah
kesehatan dan masalah atau diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan
(Zaidin, 2009). Intervensi keperawatan disesuaikan dengan kondisi klien
fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan keperawatan dapat
dilaksanakan dengan prinsip ONEK, yaitu observasi (rencana tindakan

70
untuk mengkaji atau melakukan observasi terhadap kemajuan klien untuk
memantau secara langsung yang dilakukan secara kontinue), nursing
treatment (tindakan yang dilakukan untuk mengurangi, memperbaiki, dan
mencegah perluasan masalah), education (rencana tindakan yang
berbentuk pendidikan kesehatan), kolaboratif (tindakan medis yang
dilimpahkan pada perawat) (Rohmah, 2002).
Perencanaan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam
proses keperawatan keluarga yang meliputi penentuan tujuan perawatan
jangka panjang dan pendek (Setiadi, 2008). Merumuskan tujuan jangka
panjang dimaksudkan untuk mengatasi masalah secara umum, sedangkan
tujuan jangka pendek yang dimaksudkan untuk mengatasi etiologi guna
mencapai tujuan jangka panjang. Rumus tujuan ini harus SMART, yaitu
Spesific (rumus tujuan harus jelas), measurable (dapat diukur), achievable
(dapat dicapai, ditetapkan bersama klien), realistic (dapat dicapai dan
nyata), dan timing (harus ada tanggal waktu) (Asmadi, 2008).
Dengan ditegakkannya diagnosa ketidakmampuan pemeliharaan
keluarga pada Ny.S dengan tindakan asuhan keperawatan selama 4 kali 30
menit diharapkan ketidakmampuan pemeliharaan keluarga teratasi dengan
kriteria hasil klien dan keluarga dapat mengenal dan melakukan
pemeliharaan pada keluarga yang sakit dan mampu mendiskripsikan
rencana untuk perawatan di rumah (wilkinson, 2006). Dan keluarga
mampu menyebutkan pengertian dan penyebab Hipertensi.
Penulis merencanakan tindakan keperawatan yaitu kaji tanda-tanda
vital, kaji tingkat pengetahuan tentang hipertensi, kaji dukungan keluarga,
ajarkan teknik pengobatan menggunakan jus ketimun.

71
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2008).
Implementasi yang dilakukan mengkaji tanda-tanda vital, mengkaji
tingkat pengetahuan,mengkaji tingkat dukungan keluarga, mengajarkan
teknik relaksasi, mengajurkan diet rendah garam, mengajarkan dan
mendemonstrasikan pembuatan jus ketimun
Implementasi selanjutnya memberikan penyuluhan tentang
hipertensi dan menganjurkan keluarga memberikan dorongan kepada klien
untuk memeriksa kesehatan di tempat pelayanan kesehatan
Implementasi selanjutnya untuk keluarga Ny.S yaitu memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga Ny.S tentang pengertian dan
penyebab hipertensi, dengan harapan keluarga dapat mengenal masalah,
mengetahui anaknya sakit apa, dan keluarga mengetahui pengertian,
penyebab, tanda gejala dan pencegahan hipertensi.
.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan
tujuan melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang telah
disusun hal ini bisa diperoleh dari respon klien terhadap tindakan yang
diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan untuk mengakhiri
rencana, memodifikasi rencana, dan meneruskan rencana. Keberhasilan
intervensi keperawatan dalam memenuhi kebtuhan klien dievaluasi secara
langsung oleh penulis dari catatan perkembangan perawatan klien.
Evaluasi adalah perbandingan yang sistimatis dan terencana
tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan
keluarga dalam mencapai tujuan (Setiadi, 2008). Evaluasi terbagi menjadi
2 jenis, yaitu evaluasi sumatif dan formatif. Evaluasi formatif berfokus
pada aktifitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan evaluasi

72
formatif ini dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan
rencana asuhan keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini
meliputi 4 komponen yang dikenal dengan SOAP, yaitu Subyektif (data
berupa keluhan klien), obyektif (data hasil pemeriksaan), analisa data
(perbandingan data dengan teori), dan Perencanaan (Asmadi, 2008).
Dari semua tindakan yang sudah dilakukan selama tempat hari dari
tanggal 10 Mei sampai 10 Juni 2019 dan hasilnya subyektif : Ny.S
mengatakan sudah mengerti tentang penyakitnya. Obyektif : tekanan darah
130/90 mmHg, tidak ada tegang pada tengkuk leher. Assesment : masalah
teratasi. Planning : anjurkan klien tetap menjaga pola hidup sehat, diet
rendah garam.

73
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan keluarga Ny.S dengan


yang dilakukan pada tanggal 10 Mei sampai 10 Juni 2019 di RW 01/ RT 04
Kampung Holtekamp Distrik Muara Tami, penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut :
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.
(Smeltzer, 2010).
Dari hasil pengkajian keluarga Ny.S dengan hipertensi yang sering
menyerangnya di karenakan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan dan
kurangnya pengetahuan tentang hipertensi.

B. Saran

1. Bagi puskesmas dan petugas kesehatan


Semoga dapat memberikan pelayanan secara optimal dan penyuluhan
tentang hipertensi kepada warga yang terkena dan agar mencegah warga
agar dapar mengurangi resiko hipertensi

2. Bagi Institusi

Memberikan fasilitas kepada mahasiswa untuk dapat digunakan dalam


pemakaian pengembangan ilmu keperawatan dalam praktek dilapangan.

3. Bagi Mahasiswa

Penulis hanya membahas tentang penatalaksanaan pada diagnosa


ketidakmampuan pemeliharaan kesehatan dan defisit pengetahuan. Untuk
penulis selanjutnya diharapkan menulis tentang pencegahan hipertensi.

74
DAFTAR PUSTAKA

Doengus dkk.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Diterjemahkan oleh : Kariasa


I Made, Asih Y. EGC. Jakarta

Fakultas Kedokteran UI. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 1. Jakarta:


Media Aesculapius, 2001.

Naga S. S. 2012. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Diva Prss.
Jogjakarta

Reeves, Gayle Roux, dan Robin L. Keperawatan Medikal Bedah. Buku 1.


Diterjemahkan oleh : Joko S. Salemba Medika. Jakarta

Suratun dkk. 2008. Klien Gangguan Sistem Musculoskeletal:Seri Asuhan


Keperawatan. EGC. Jakarta

Alodokter. 2105. Penyakit Asam Urat. (online)


http://www.antaranews.com/print/1188369274/hipertensi/7769001,id.html
hafifahparwaningtyas.blogspot.com/2011/03/asuhan-keperawatan-pada lansia
dengan. html/m=1
www.godiabetescare.com/hipertensi.html
materi SAP dari puskesmas Turi, Sleman

75
DOKUMENTASI

76

Anda mungkin juga menyukai