PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga
unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima
asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang
diperlukan anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit
dapat menjadi sia – sia jika tidak menjadi tidak dilanjutkan oleh keluarga di
rumah. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga dan
kualitas kehidupan keluarga sangat berhubungan atau sangat signifikan.
Keluarga menempati posisi di antara individu dan masyarakat, sehingga
dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua
keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan individu,
dan keuntungan kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam
pemberian pelayanan kesehatan, perawat harus memperhatikan nilai – nilai dan
budaya keluarga, sehingga keluarga dapat menerima.
Pelayanan keperawatan di rumah merupakan pelayanan keperawatan yang
diberikan di tempat tinggal klien dan keluarga sehingga klien tetap memiliki
otonomi untuk memutuskan hal – hal yang terkait dengan masalah kesehatannya.
Perawat yang melakukan keperawatan di rumah bertanggung jawab untuk
meningkatkan kemampuan keluarga untuk mencegah penyakit dan pemeliharaan
kesehatan. Namun, di Indonesia belum ada lembaga ataupun organisasi perawat
yang mengatur pelayanan keperawatan di rumah secara administratif. Perawatan
yang diberikan di rumah – rumah khususnya oleh perawat komunitas masih
bersifat sukarela, belum ada pengaturan terhadap imbalan atas jasa yang
diberikan.
Pengalaman belajar klinik memberikan kemampuan kepada mahasiswa
untuk memperoleh pengalaman nyata asuhan keperawatan keluarga pada keluarga
yang mengalami masalah kesehatan dengan penerapan berbagai konsep dan teori
1
keperawatan keluarga serta proses keperawatan sebagai pendekatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu
bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Ny.S
C. Tujuan
1. Tujuan umum :
Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik mampu menerapkan
asuhan keperawatan pada keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
sesuai tugas dan perkembangan keluarga.
2. Tujuan khusus :
Setelah menyelesaikan belajar klinik mampu :
a. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan keluarga
dengan Hipertensi
b. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga sesuai dengan masalah
kesehatan keluarga
c. Merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan
d. Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah ditentukan
e. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga
2
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Laporan ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai asuhan
keperawatan keluraga dengan Hipertensi
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Laporan ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai asuhan
keperawatan keluarga pada keluarga klien Tn. S
b. Bagi Keperawatan
Makalah ini dapat digunakan sebagai masukan untuk melaksanakan
asuhan keperawatan keluarga pada keluarga dengan Hipertensi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Type-type keluarga :
a. Keluarga inti (Nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu,
dan anak-anak.
b. Keluarga besar (Exstended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan
anak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu,
4
paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (serial family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga
inti.
d. Keluarga duda/janda (single family) yaitu keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite) yaitu keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (Cahabitation) yaitu dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
b. Dokumentasi
Pendokumentasian yang dilakukan selama perawatan di rumah sangat
penting untuk melihat kemajuan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan yang dialaminya.
5
c. Koordinasi antara pelayanan dan manajemen kasus
Perawat bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan para professional
lain dalam memberikan pelayanan kepada keluarga. Focus peran perawat
yang yang menjadi manajer kasus adalah kemampuan untuk mengkaji
kebutuhan, menentukan prioritas kebutuhan, mengidentifikasi cara untuk
mememuhi kebutuhan tersebut dan mengimplementasikan rencana yang
disusun.
e. Advocacy
Tanggung jawab sebagai penasehat bagi klien yang dimaksud di sini
adalah peran perawat sebagai penasehat terutama yang berhubungan
dengan masalah pembayaran yang terkait dengan pelayanan yang
diberikan.
6
imunisasi dari masing – masing anggota keluarga serta genogram.
Type keluarga. Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta
kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tiper keluarga
tersebut.
Suku bangsa. Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan
Agama. Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
Status sosial ekonomi keluarga. Status social ekonomi keluarga
ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya. Selain itu status social ekonomi keluarga
ditentukan pula oleh kebutuhan – kebutuhan yang dikeluarkan oleh
keluarga serta barang – barang yang dimiliki oleh keluarga.
Aktivitas rekreasi keluarga. Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat
kapan saja keluarga pergi bersama – sama untuk mengunjungi
tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan
mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
c. Pengkajian lingkungan
7
Karakteristik rumah. Diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaat ruangan,
peletakan perabotan rumah, dan denah rumah.
Karakteristik tetangga. Menjelaskan mengenai karakteristik
tetangga dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan,
lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk setempat,
budaya yang mempengaruhi kesehatan.
Mobilitas geografis keluarga. Mobilitas geografis keluarga yang
ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada.
Sistem pendukung keluarga. Yang termasuk sistem pendukung
adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki
keluarga untuk menunjang kesehatan yang meliputi fasilitas fisik,
psikologis, atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial
atau dukungan masyarakat setempat.
d. Struktur keluarga
Pola komunikasi keluarga. Menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
Struktur kekuatan keluarga. Kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah
perilaku.
Struktur peran. Menjelaskan peran dari masingg – masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
Nilai atau norma keluarga. Menjelaskan mengenai nilai norma
yang dianut keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan.
8
e. Fungsi keluarga
Fungsi afektif. Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga dan keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
Fungsi sosialisasi. Bagaimanaa interaksi atau hubungan dalam
keluarga dan sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma
atau budaya dan perilaku.
Fungsi perawatan kesehatan. Sejauh mana keluarga menyediakan
makanan, pakaianan dan perlindungan terhadap anggota yang sakit.
Pengetahuan keluarga mengenai sehat – sakit, kesanggupan
keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga yaitu :
a. mengenal masalah kesehatan : sejauh mana keluarga mengenal
fakta – fakta dari masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda
dan gejala, penyebab dan yang mempengaruhi serta persepsi
keluarga terhadap masalah.
b. mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
: sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap
masalah yang dialami, takut akan akibat dari tindakan penyakit,
mempunyai sikap negative terhadap masalah kesehatan, dapat
menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kurang percaya
terhadap tenaga kesehatan dan mendapat informasi yang salah
terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.
9
perawatan dan sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. memelihara lingkungan rumah yang sehat : sejauh mana
mengetahui sumber – sumbver keluarga yang dimiliki,
keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui
pentingnya hygiene sanitasi dan kekompakan antar anggota
keluarga.
e. menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat
: apakah keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan,
memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan,
tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan
fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh keluarga.
Fungsi reproduksi. Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan
jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga
dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.
Fungsi ekonomi. Mengkaji sejauhmana keluarga memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan, dan memanfaatkan sumber
yang ada di masyarakat dalam upaya meningkatkan status
kesehatan keluarga.
10
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluargaa.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan, tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik.
h. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
11
IV. Tahapan tindakan keperawatan keluarga.
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal – hal dibawah ini :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberika informasi,
mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, dan
mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
b. Menstimulais keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan,
mengidentfikasi sumber – sumber yang dimiliki keluarga dan
mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan
alat dan fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi keluarga
melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat dengan cara menemukan sumber – sumber
yang dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan
keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan
keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
yang ada.
V. Tahap evaluasi
Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian
untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu disusun
rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak
dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi
12
formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan
keperawatan sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.
b. Klasifikasi Hipertensi
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg dan diastolik 91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan
95mmHg.
13
1. Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 – 99 mmHg : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104 mmHg : Hipertensi ringan
d. 105 – 114 mmHg : Hipertensi sedang
e. >115 mmHg : Hipertensi berat
2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b. 140 – 159 mmHg : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160 mmHg : Hipertensi sistolik teriisolasi
Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang
mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita
hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan
darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi
kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).
1. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan
obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau
progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai
kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD
yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
2. Hipertensi Urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa
adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna
tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan
tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan TD harus
dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat
dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).
14
c. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi:
1. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
15
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudahberumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi Meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer.
d. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
16
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel
jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila
diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang
berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah,
sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah
maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung. (Suyono,
Slamet. 1996).
17
Menurut Rokhaeni (2001) manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu: mengeluh sakit kepala, pusing lemas, kelelahan, sesak nafas,
gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran menurun.
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah:
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.
2. Sakit kepala
3. Pusing / migraine
4. Rasa berat ditengkuk
5. Penyempitan pembuluh darah
6. Sukar tidur
7. Lemah dan lelah
8. Nokturia
9. Azotemia
10. Sulit bernafas saat beraktivitas
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:
1. Pemeriksaan yang segera seperti:
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji
hubungandari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas,
anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang
perfusi / fungsi ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin
(meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretik.
18
e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskuler).
g. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme
primer (penyebab).
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM.
j. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi.
k. Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya
hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan
menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi
pada area katup, pembesaran jantung.
19
e. USG untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi
klinis pasien
g. Komplikasi
Efek pada organ, otak (pemekaran pembuluh darah, perdarahan, kematian sel
otak: stroke), ginjal (malam banyak kencing, kerusakan sel ginjal, gagal ginjal),
jantung (membesar, sesak nafas, cepat lelah, gagal jantung)
h. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang
dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi: diet destriksi garam secara
moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol dan rendah
asam lemak jenuh.
2. Penurunan berat bada
3. Penurunan asupan etanol
4. Menghentikan merok
5. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik
antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi
maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 –
25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x
perminggu dan paling baik 5 x perminggu
6. Edukasi Psikologis
20
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:
a. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan
somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan
psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan).
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga
pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi
lebih lanjut.
7. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
(Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of
High Blood Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika,
penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan
sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita
dan penyakit lain yang ada pada penderita.
21
BAB III
TINJAUAN KASUS
Hub. Status
No. Nama Sex Umur Pendd Agama Pekerjaan
Dg. KK kesehatan
Kurang
1. Tn. S L 51 Th KK SD Islam Tani Tambak Sehat
(Hipertensi)
22
8. Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Tinggal Serumah
9. Tipe keluarga : Keluarga inti (Nuclear family)
Yang terdiri dari Ayah, Ibu dan anak, namun yang tinggal bersama
adalah Tn.S dan Ayahnya, istri dan anak dari Tn.S tinggal di
Kampung.
Kewargaan negara / suku bangsa : Indonesia / Bugis
10. Agama : Islam
11. Status sosial ekonomi keluarga :
Penghasilan keluarga adalah : antara Rp. 5.000.000,- sampai Rp.
10.000.000,- perbulan yang diperoleh dari gaji Tani Tambak .
Menurut pengakuan keluarga penghasilan yang ada cukup untuk
memenuhi keperluan sehari-hari dan memnuhi kebutuhan istri dan
anaknya dikampung.
12. Aktivitas rekreasi keluarga :
Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi adalah jalan-jalan ke
pantai.
23
Kadang-kadang kumpul-kumpul dengan tetangga dekatnya merupakan
rekreasi.
24
B. Riwayat Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan saat ini :
Saat ini keluarga Tn. S berada pada tahap keluarga dengan lanjut usia.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi:
Tidak ada tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga Tn. S usia 51 tahun yang mengalami gangguan kesehatan
yaitu Hipertensi dan saat di data, tekanan darah 140/100 mmHg.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya (yang lalu)
Tn.S merupakam Kepala keluarga, Tn.S mengatakan sering merasakan
tegang-tegang pada leher dan Ayahnya pernah menderita penyakit
malaria tropica dan malaria tersiana, dan sudah berobat di puskesmas
dan sudah dinyatakan sembuh
C. Keadaan Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Luas rumah yang ditempati + 40.000 m2 (4 m x 4 m),
Rumah Non permanen atau rumah panggung yang berada pada daerah
rawa dan empang, yang terdiri dari; 1 kamar tidur, 1 ruang dapur, 1
ruang tamu, 1 teras.
Bangunan rumah berbentuk persegi yang dimodifikasi. Lantai rumah
terbuat dari papan dengan keadaan cukup bersih dan penataan alat /
probot rumah tangga yang kurang rapi, penerangan dan ventilasi yang
kurang baik, Sumber air minum menggunakan air galon, sedangkan
untuk keperluan cuci dan mandi diambil dari Air Hujan. Rumah ini
tidak memiliki kamar mandi, SPAL dan juga WC. Keluarga Tn.S
biasanya mandi di bawah rumah panggung, kerena keluarga Tn.S tidak
memiliki kamar mandi. Keluarga Tn. S juga tidak memiliki Jamban
biasanya keluarga Tn.S BAB di semak-semak pada malam hari.
Rumah Tn.S juga tidak memiliki listrik sehingga penerangan pada
malam hari menggunakan lampu minyak (pelita).
25
EMPANG
U
DAPUR, R. MAKAN
KAMAR 1
T
TERAS
A
N
G
G
A
EMPANG
JALAN
26
3. Mobilitas keluarga
Saat ini keluarga tidak pernah keluar kota, namun berencana untuk
keluar kota mengunjungi anak dan istrinya
D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Tn. S mengatakan, komunikasi selalu dilakukan untuk minta
pertimbangan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi.
2. Struktur peran keluarga
a. Tn. S sebagai kepala keluarga berperan sebagai pencari nafkah dan
pengambil keputusan utama dalam keluarga. keputusan akhir akan
dimusyawarahkan dulu dengan Ayahnya. Tn. S juga mengambil
peran istrinya contohnya masak, mencuci dan membersihkan
rumah, karena di dalam rumah hanya ada Tn. S dengan ayahnya
yang telah sepuh.
3. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan
dengan nilai dalam agama yang dianutnya serta norma masyarakat
disekitarnya. Keluarga ini menganggap bahwa sakit yang diderita
merupakan penyakit yang biasa terjadi, tapi upaya untuk mencegah
dan mengatasinya dengan cara melakukan diet sesuai anjuran
kesehatan, ke puskesmas dan juga minum obat
27
E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afeksi
Menurut keterangan Tn. S , dalam kehidupan sehari-harinya
mereka selalu damai dan saling menjaga kepentingan bersama. Seperti
misalnya:
Tetap menjaga keharmonisan dengan Ayah yang tinggal di rumah dan
warga setempat walaupun jarak rumah berjauhan.
2. Fungsi sosial
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial
yang baik. Seperti berinteraksi dengan masyarakat.
3. Fungsi perawatan kesehatan.
Dalam hal kesehatan keluarga tidak tahu tentang pengaturan
perabot dan perlengkapan rumah tangga akan membantu dalam proses
pencegahan penyakit malaria dan PHBS. Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan tidak teraturnya keluarga dalam mengatur dan menata
rumahnya terutama pakaian yang digantung / disimpan disembarang
tempat dan perabot lainnya yang tidak tertata dengan rapi. Keluarga
Tn.S juga tidak memiliki khas nyamuk dan juga ventilasi, pencahayaan
yang kurang baik.
4. Fungsi reproduksi
Istri Tn.S memiliki 5 orang anak dan sudah tidak berniat untuk
memiliki anak lagi karena anak Tn. S yang telah remaja.
5. Fungsi ekonomi
Pendapatan utama keluarrga ini adalah dari pendapatan Tn. S yang
bekerja sebagai Tani tambak
Menurut pengakuan keluarga penghasilan tiap bulan cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya kuliah anaknya di
kampong.
28
Saat ini Tn.S (51 tahun) mengeluh pusing dan mengatakan punya
riwayat darah tinggi.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Tn.S mengatakan tidak mampu mengatur pola makananya yang
dapat menyebabkan tekanan darahnya naik seperti masih makan
makanan yang cukup asin dan berlemak.
3. Strategi koping yang digunakan
Keluarga belum mampu dalam memilih makanan buat keluarga.
G. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga terutama
yang diidentifikasi sebagai klien atau sasaran pelayanan asuhan
keperawatan keluarga.
1) Pemeriksaan fisik umum:
1. Keadaan umum Tn.S : Nampak kurang sehat, kebersihan baju maupun
celana cukup bersih.
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 140/ 100 mmHg.
Respirasi : 16 x/menit
Nadi : 85x/menit
Suhu : 37 0C
Pemeriksaan fisik khusus:
Kepala
- Inspeksi :
Tampak rambut Hitam bercampur putih
Penyebaran merata
Tampak bersih
- Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan dan tanda-tanda
infeksi
Wajah
29
- Inspeksi :
Wajah tampak simetris
- Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan dan tanda-tanda
infeksi
Leher
- Inspeksi :
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid
Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfa
- Palpasi :
Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid
Tidak terdapat nyeri tekan
Nadi karotis teraba
Mata
- Inspeksi :
Penglihatan bagus
- Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan dan tanda-tanda
infeksi
Dada :
- Inspeksi
Pergerakan dada terlihat saat inspirasi,
- Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan dan tanda-tanda
infeksi.
- Perkusi
sonor
- Auskutasi
Suara jantung S1 dan S2 tunggal, suara mur –
mur tidak ada ronchi (-), wheezing (-), nafas
cuping hidung (-).
30
Abdomen :
Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya
pembesaran hepar, tidak kembung, pergerakan peristaltik usus
baik.
Ektremitas:
Pada ekstrimitas atas dan bawah tidak terdapat udema,
tidak terjadi kelumpuhan, dari ke-4 ektrimitas mampu
menggerakan persendian, mampu mengangkat dan melipat
persendian secara sempurna..
H. Harapan Keluarga
Keluarga Tn.S mengatakan ingin sembuh.
31
2. KLASIFIKASI DATA
DS DO
klien mengatakan kepalanya TD: 140/100 mmhg
sakit dan lehernya terasa R : 16 x/m
tegang. S : 37 Derajat Celsius
Klien kadangkala saat N : 85x/m
melakukan aktivitas yang Skala nyeri 5
cukup berat klien merasakan Klien tampak meringis
sempoyongan (tidak ada Klien tampak berjalan berhati-
meseimbangan). hati
Klien mengatakan sering Klien tampak sedikit
pusing. kebingungan ketika ditanya
Leher tegang terasa berat dan tentang penyakitnya
tegang Klien tampak memperhatikan
Klien mengatakan bahwa ia dengan seksama ketika diberi
merasa lemah apabila penjelasan mengenai
keletihan. informasi tentang penyakitnya
Klien mengatakan belum Klien hanya mengangguk
begitu faham dengan kepala ketika diberi informasi
perjalanan penyakit yang ia seputar penyakitnya.
alami.
Klien mengatakan nyeri di
persendian ekstremitas bawah
sebelah kiri.
32
3. ANALISA DATA
NO. DATA ETIOLOGI MASLAH
1. DS: Peningkatan tekanan Nyeri akut
Klien mengatakan kepalanya vascular selebral dan
sakit dan lehernya terasa tegang. iskemia
P: peningkatan vaskuler selebral
serta iskemik pada pembuluh
darah
Q: Leher tegang terasa berat dan
tegang
R: Wilayah parietal serta servikal,
nyerinya terasa pada satu titik
S : skla nyeri 5
T: frekuensi cukup lama, hilang
timbul.
Klien mengatakan bahwa ia
merasa lemah apabila keletihan
Klien kadangkala saat
melakukan aktivitas yang cukup
berat klien merasakan
sempoyongan (tidak ada
meseimbangan).
Klien mengatakan sering
pusing.
DO:
33
TD: 140/100 mmhg
P : 16 x/m
S : 37C
N : 85x/m
Skala nyeri 5
Klien tampak meringis.
34
penyakit yang ia alami.
DO:
Klien tampak sedikit
kebingungan ketika ditanya
tentang penyakitnya
Pendidikan terakhir klien : SMA
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut
b. Resiko cedera
c. Defisiensi pengetahuan
35
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY.H DENGAN HIPERTENSI
5. INTERVENSI KEPERWATAN
N DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
O
1 Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vascular Noc Noc
selebral dan iskemia Level 1, domain v : kondisi kesehatan Level 1, domain i : fisiologi
Nyeri akut (00132) yang dirasakan. dasar perawatan yang
Hasil yang menggambarkan status mendukung fungsi fisik.
Domain 12: Kenyamanan kesehatan yang diterima individu dan
situasi yang terkait dengan kehidupan. Level 2, kelas e : peningkatan
Kelas : Kenyamanan fisik, rasa sejahtera / kenyamanan fisik
nyaman dan / bebas dari nyeri. Level 2, kelas u: kesehatan dan kualitas Intervensi untuk meningkatkan
hidup kenyamanan dengan
Definisi : pengalaman sensori dan emosional Hasil yang menggambarkan status menggunakan tekknik fisik
yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kesehatan yang diterima individu dan
kerusakan jaringan yang actual ataupotensial situasi yang terkait dengan kehidupan Level 3, intervensi :
ataudigambarkan dalam hal rusakansedemikian 6482 manajeman
rupa (interbational association for the study Level 3, hasil: lingkungan : (hal 192)
pain) : awitanyang tiba-tiba atau lambat dari 2008 - status kenyamanan (hal 1400 manajeman mual :
36
intensitas ringan hingga berat dengan akhir 528) (hal 196)
yang dapat diantisipasi diprediksi dan 2010 – status kenyamanan fisik Paint management
berlangsung < 6 bulat (hal 529) 1. Lakukan pengkajian nyeri
Batas karakteristik : Pain level secara komprensif
Perubahan tekanan darah Pain control termasuk local,
Perubahan frekuensi jantung Pain comfort level karakteristik, durasi,
Perubahan frekuensi pernafasan frekuensi dan kualitas
persepsi nyeri, hambatan proses Mampu mengontrol nyeri (tahu dari ketidak nyamanan
Agen cedera (mis biologis, zat kimia, fisik, berkurang dengan menggunakan mempengaruhi respon
37
nyeri) seperti suhu ruangan,
Menyatakan rasa nyaman stelah pencahayaan, kebisingan.
nyeri berkurang. 7. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
8. Health education
9. Tingkat istirahat
10. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
11. Kolaborasi dengan dokter
jika ada keluhan
12. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas dan
derajat nyeri sebelum
memberikan obat.
13. Cek intruksi dokter tentang
jenis obat, dosis dan
frekuensi
14. Cek riwayat alergi
15. Tentukan pilihan analgesic
38
tergantung tipe dab berat
nyeri
16. Tentukan analgesic pilihan,
rute, pemberian, dan dosis
optimal.
17. Monitor vital signsebelum
dan sesudah pemberian
anakgesik pertama kali.
18. Evaluasi efektivitas
analgesic tanda dan gejala
2 Resiko cidera b.d kelemahan fisik ( suplai Noc Nic
darah ke jaringan tidak adekuat). (00035) Level 1, domain iv, pengetahuan Level domain 4: keamanan
tentang kesehatan dan perilaku hasil Perawatan yang mendukung
Domain 11: keamanan / perlindungan yang menggambarkani iskap, perlindungan terhadap ancaman
pemahaman dan tindakan dengan
Kelas 2 : cidera fisik menghormati kesehatan dan penyakit Level 2, kelas v: manajeman
Definisi : beresiko mengalami cedera sebagai resiko
akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi Level 2, kelas t : control resiko dan Intervesi yang dilakukan untuk
dengan sumber defensive individu. keamanan individudan atau tindakan menurunkan resiko dan
39
Factor resiko : untuk menghindari, mengatasi dan memantau
Eksternal mengontrol ancaman kesehatan yang
- Nutrisi telah teridentifikasi Level 3 intervensi:
- Zat kimia 6480 manajeman lingkungan
Internal Level 3 hasil : (hal 191)
- Profil dara yang 1928 konttrpl resiko : hipertensi (hal
abnormal 252). Environment management
- Usia Risk control (manajeman lingkungan)
perkembangan 1. Sediakan lingkungan
- Malnutrisi kriteria hasil yang aman untuk pasien
Klien terbebas dari cedera 2. Hindarkan lingkungan
Klien mampu menjelaskan cara yang berbahaya
mencegah cedera / injury. 3. Sediakan tempat tidur
Klien mampu menjelaskan factor yang aman dan bersih
resiko dari lingkungan/ perilaku 4. Pindahkan barang-
personal. barang yang dapat
40
Mampu mengenali perubahan adanya perubahan status
status kesehatan kesehatan dan penyebab
penyakit.
41
Kurang minat dalam belajar Knowledge : diasse process tingkat pengetahuan pasien
Knowledge : health behavior tentang proses penyakit
Kriteria hasil : yang spesifik
Pasien dan keluarga menyatakan 2. Jelaskan patofisiologi dari
pemaahaman tentang peyakit penyakit dan bagaimana hal
kondisi prognosis dan program ini berhubungan dengan
pengobatan anatomi fisiologis dengan
Pasien dan keluarga mampu cara yang tepat
menjelaskan prosedur yang 3. Gambarkan tanda dan gejala
dijelaskan secara benar yang bisa muncul pada
Pasien dan keluarga mampu penyakit dengan cara yang
mejelaskan kembali apayang tepat
dijelaskan perawat/tim kesehatan 4. Gambarkan proses penyakit
lainnya dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan
penyebab dengan cara yang
tepat
6. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
42
diperlukan untuk mencegah
komplikasi dimasa yang
akan datang atau proses
pengontrolan penyakit.
43
CATATAN PERKEMBANAGAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN HIPERTENSI
44
Rabu, 29 Mei perawat ajarkan tampak sudah bisa
2019 3. Mengajarkan tehnik mengontrol rasa nyerinya
distraksi saat nyeri
A: masalah teratasi
misalnya dengan menden
garkan music atau P: intervensi dihentikan
menonton TV
R : Klien memahami apa
Rabu, 29 Mei yang perawat ajarkan
2019
4. Menjelaskan Penyebab
Nyeri
R: Klien mendengarkan
dan memahami apa yang
Rabu, 29 Mei perawat jelaskan
2019
5. Melakukan Edukasi
untuk meningkatkan
istirahat di rumah
R : klien mengatakan akan
45
beristirahat di rumah
46
R : Klien mengatakan lebih segar
akan melakukan apa yang A: masalah teratasi sebagian
perawat anjurkan P: intervensi dilanjutkan
47
3 Defisiensi pengetahuan b.d Rabu, 29 Mei 1. 1. melakukan
kurangnya informasih mengenai 2019 pengkajian tanda-tanda S: klien mengatakan sudah
penyakit. vital mengerti dengan keadaan
TD: 140/100 mmhg dan perjalanan penyakit
N : 85x/m yang dialami dan akan
R : 16x/m rajin mmengontrol
S : 37 derajat selcius penyakitnya ke
Rabu, 29 Mei puskesmas
2019 2. Melakukan penyuluhan Klien juga mengatakan akan
kesehatan tentang mengurangi makanan
hipertensi yang asin-asin dan akan
R : klien mampu rajin minum jus
menjelaskan definisi, 4 mentimun sebagai
tandadan gejala, dan alternative pengobatan
pencegahan darah tingginya
O: klien tampak
Rabu, 29 Mei 3 Melakukan Demonstrasi menganggukan kepala
2019 pembuatan pengobatan A: maslah teratasi
alternativ untuk P: intervensi dihentikan
48
menurunkan darah tinggi
( pembuatan jus ketimun)
R: Klien mengatakan akan
membuat jus ketimun
setiap hari setelah berbuka
puasa.
49
R : klien mengatakan
akan mengurangi
makanan yang asin-asin
dan akan melakukan diet
rendah garam.
50
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
di dalam peranannya masing- masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan. (Salvicion G Bailon dan Aracelis
Maglaya 2014 ).
Type-type keluarga:
1. Keluarga inti (Nuclear family)
2. Keluarga besar (Exstended family)
3. Keluarga berantai (serial family)
4. Keluarga duda/janda (single family)
5. Keluarga berkomposisi (Composite
6. Keluarga kabitas (Cahabitation)
Perawat yang melakukan pelayanan keperawatan di rumah
mempunyai tanggung jawab yang meliputi:
1. Memberikan pelayanan secara langsung
2. Dokumentasi
3. Koordinasi antara pelayanan dan manajemen kasus
4. Menentukan frekuensi dan lama perawatan
5. Advocacy
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90
mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg
B. Saran
Untuk menerapkan asuhan keperawatan keluarga pada masalah
kesehatan keluarga, sebaiknya perawat mengkaji masalah yang ada pada
51
keluarga. Disamping itu, pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat
juga diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan keluarga sesuai
rencana dan keadaan klien secara utuh, terencana dan sistematis
52
DAFTAR PUSTAKA
53
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
HIPERTENSI
I. IDENTIFIKASI MASALAH
Hipertensi adalah Suatu peningkatan tekanan darah didalam arteri yang
mengakibatkan sup;ai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Secara umum, hipertensi
merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tkanan yang abnormal tinggi di
dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,gagal
jantung,serangan jantung,dan kerusakan ginjal yang merupakan penyebab utama
gagal jantung kronis.
Gangguan kesehatan ini ditandai terjadinya kenaikan tekanan darah sistolik
(atas) 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik (bawah) 90 mmHg atau lebih.
Pada Populasi lansia,hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan sistolik 90 mmHg. (Smelter,2001)
II. PENGANTAR
Bidang Studi : Stase Komunitas
Topik : Hipertensi
Sub Topik : Pentingnya Pengetahuan Tentang Hipertensi
Sasaran : Keluarga Tn.S
Hari/Tanggal : Rabu, 29 Mei 2019
Jam : 14.00 WIT - Selesai
Waktu : 40 menit
Tempat : Kediaman Tn.S ( Empang Rw 02, Rt 01, Kampung Holtekamp )
54
IV. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti kegiatan Penyuluhan tentang Hipertensi di kediaman
Tn.S ” selama 40 menit, diharapkan ibu-ibu yang dapat mengetahui tentang:
1. Menjelaskan Pengertian Hipertensi
2. Menyebutkan 5 Penyebab dari 10 Penyebab Hipertensi
3. Menyebutkan 4 Tanda dan Gejala dari 8 tanda dan gejala Hipertensi
4. Menyebutkan 2 Dampak & Komplikasi yang terjadi dari 4 Komplikasi
5. Menyebutkan 3 atau 4 Pencegahan dan Penanganan dari 7 Pencegahan
V. MATERI
Terlampir
VI. MEDIA
1. Materi SAP
2. Leaflet
VII. METODE
1. Penyuluhan
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
55
akan disampaikan
2. 20 menit Pelaksanaan :
Menjelaskan materi penyuluhan Menyimak dan
secara berurutan dan teratur. memperhatikan
Materi :
1. Pengertian Hipertensi
2. Penyebab Hipertensi
3. Gejala Hipertensi
4. Dampak & Komplikasi yang
terjadi
5. Pencegahan dan Penanganan
3. 10 menit Evaluasi :
- Menyimpulkan inti penyuluhan Menyimak dan
- Menyampaikan secara singkat mendengarkan
materi penyuluhan
- Memberi kesempatan kepada
ibu-ibu untuk bertanya
- Memberi kesempatan kepada
ibu-ibu untuk menjawab
pertanyaan yang dilontarkan
4. 5 menit Penutup :
- Menyimpulkan materi Menjawab salam
penyuluhan yang telah
disampaikan
- Menyampaikan terima kasih
atas perhatian dan waktu yang
telah di berikan kepada peserta
- Mengucapkan salam
56
IX. LAMPIRAN MATERI
A. Pengertian
Hipertensi adalah terjadinya kenaikan tekanan darah sistolik (atas) 140
mmHg atau lebih dan tekanan diastolik (bawah) 90 mmHg atau lebih.
Disebut hipertensi apabila seseorang yang terkena :
1. Telah berumur 18 tahun atau lebih.
2. Bila 2x kunjungan berbeda tekanan diastolik 90 atau lebih.
3. Beberapa kali pengukuran tekanan sistolik menetap 140 mmHg atau
lebih.
B. Penyebab Hipertensi
1. Sakit kepala dan pusing (bagian belakang) terutama bila bangun tidur.
2. Nggliyer (Bhs. Jawa), terasa melayang.
3. Rasa berat ditengkuk atau leher.
57
4. Kadang mimisan.
5. Emosi yang tidak stabil, mudah tersinggung.
6. Telinga berdenging.
7. Sukar tidur.
8. Mata berkunang-kunang.
9. Rasa mual atau muntah.
58
5. Wanita yang tidak menstruasi
6. Stress
7. Kurang olah raga
8. Diet yang tidak seimbang, makanan berlemak
F. Komplikasi
59
6. Hindari minum kopi yang berlebihan.
7. Batasi makanan.
8. Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang).
9. Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai
40 tahun.
Bagi yang sudah sakit
60
Dendeng, abon, ikan asin, ikan pindang, sarden, udang kering, telur
asin, telur pindang.
Keju, selai kacang tanah.
Margarine, mentega.
3. Acar, asinan sayuran, sayur dalam kaleng.
4. Asinan buah, manisan buah, buah dalam kaleng.
5. Kecap, terasi, petis, dan saos tomat.
61
DAFTAR PUSTAKA
http://www.antaranews.com/print/1188369274/hipertensi/7769001,id.html
hafifahparwaningtyas.blogspot.com/2011/03/asuhan-keperawatan-pada lansia
dengan. html/m=1
www.godiabetescare.com/hipertensi.html
materi SAP dari puskesmas Turi, Sleman
62
DOKUMENTASI KUNJUNGAN KELUARGA
63