Anda di halaman 1dari 16

MENJAHIT LUKA (HECTING)

I. DEFINISI
Penjahitan luka adalah suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka dengan benang sampai
sembuh dan cukup untuk menahan beban fisiologis.

II. INDIKASI
Setiap luka dimana untuk penyembuhannya perlu mendekatkan tepi luka.

III. LUKA
1. Definisi
Luka adalah semua kerusakan kontinnuitas jaringan akibat trauma mekanis.
Trauma tajam menyebabkan :

a. luka iris : vulnus scissum/incicivum

b. luka tusuk : vulnus ictum

c. luka gigitan : vulnus morsum

Trauma tumpul menyebabkan :

a. luka terbuka : vulnus apertum

b. luka tertutup : vulnus occlusum ( excoriasi dan hematom )

Luka tembakan menyebabkan : vulnus sclopetorum.

2. Klasiflkasi luka berdasar ada tidaknya kuman :


a. luka steril : luka dibuat waktu operasi
b. luka kontaminasi : luka mengandung kuman tapi kurang dari 8 jam . (golden period)
c. luka infeksi luka yang mengandung kuman dan telah berkembangbiak dan telah timbul
gejala lokal maupun gejala umum.(rubor, dolor, calor, tumor, fungsio lesa).
IV. PENGENALAN ALAT DAN BAHAN PENJAHITAN
Alat dan bahan yang diperlukan pada penjahitan luka :

1. Alat (Instrumen)
a. Tissue forceps ( pinset ) terdiri dari dua bentuk yaitu tissue forceps bergigi ujungnya
(surgical forceps) dan tanpa gigi di ujungnya yaitu
a) traumatic tissue forceps dan dressing forceps.
b) Scalpel handles dan scalpel blades
c) Dissecting scissors ( Metzen baum )
d) Suture scissors
e) Needleholders
f) Suture needles ( jarum ) dari bentuk 2/3 circle, Vi circle , bentuk segitiga dan bentuk bulat
g) Sponge forceps (Cotton-swab forceps)
h) Hemostatic forceps ujung tak bergigi ( Pean) dan ujung bergigi (Kocher)
i) Retractors, double ended
j) Towel clamps

2. Bahan
a. Benang (jenis dan indikasi dijelaskan kemudian )
b. Cairan desifektan : Povidon-iodidine 10 % (Bethadine )
c. Cairan Na Cl 0,9% dan perhydrol 5 % untuk mencuci luka.
d. Anestesi lokal lidocain 2%.
e. Sarung tangan.
f. Kasa steril.
tissue forceps

scalpel handles
dissecting scissors

suture scissors
needle holder

suture needles

sponge forceps
hemostatic forceps

Retractors
towel clamps

V. CARA MEMEGANG ALAT


a. Instrument tertentu seperti pemegang jarum, gunting dan pemegang kasa: yaitu ibu jari dan
jari keempat sebagai pemegang utama, sementara jari kedua dan ketiga dipakai untuk
memperkuat pegangan tangan. Untuk membuat simpul benang setelah jarum ditembuskan
pada jaringan, benang dilingkarkan pada ujung pemegang jarum.

b. Pinset lazim dipegang dengan tangan kiri, di antara ibujari serta jari kedua dan ketiga. Jarum
dipegang di daerah separuh bagian belakang .

c. Sarung tangan dipakai menurut teknik tanpa singgung.


cara memegang alat

VI. PERSIAPAN ALAT


1.Sterilisasi dan cara sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan untuk membuat suatu alat-alat atau bahan dalam keadaan steril.
Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara :
a. Secara kimia : yaitu dengan bahan yang bersifat bakterisid , seperti formalin, savlon, alkohol.
b. Secara fisik yaitu dengan :
1) Panas kering ( oven udara panas )
♦ Selama 20 menit pada 200° C
♦ Selama 30 menit pada 180° C
♦ Selama 90 menit pada 160° C
2). Uap bertekanan ( autoclave): selama 15 menit pada 120° C dan tekanan 2 atmosfer

3). Panas basah, yaitu di dalam air mendidih selama 30 menit. Cara ini hanya dianjurkan
bila cara lain tidak tersedia.

2. Pengepakan
Sebelum dilakukan sterilisasi secara fisik, semua instrument harus dibungkus dengan dua lapis
kain secara rapat yang diikutkan dalam proses sterilisasi. Pada bagian luar pembungkus ,
ditempelkan suatu indikator ( yang akan berubah warna ) setelah instrument tersebut menjadi
steril. Untuk mempertahankan agar instrument yang dibungkus tetap dalam keadaan steril,
maka kain pembungkus dibuka menurut” teknik tanpa singgung.

VII. JENIS-JENIS BENANG


1. Benang yang dapat diserap (Absorbable Suture )
a. Alami ( Natural)
1). Plain Cat Gut : dibuat dari bahan kolagen sapi atau domba. Benang ini hanya memiliki daya
serap pengikat selama 7-19 hari dan akan diabsorbsi secara sempurna dalam waktu 70 hari.
2). Chromic Cat Gut dibuat dari bahan yang sama dengan plain cat gut , namum dilapisi dengan
garam Chromium untuk memperpanjang waktu absorbsinya sampai 90 hari.
b. Buatan ( Synthetic )
Adalah benang- benang yang dibuat dari bahan sintetis, seperti Polyglactin ( merk dagang
Vicryl atau Safil), Polyglycapron ( merk dagang Monocryl atau Monosyn), dan Polydioxanone
( merk dagang PDS II ). Benang jenis ini memiliki daya pengikat lebih lama , yaitu 2-3 minggu,
diserap secara lengkap dalam waktu 90-120 hari.
2. Benang yang tak dapat diserap ( nonabsorbable suture )
a. Alamiah ( Natural)
Dalam kelompok ini adalah benang silk ( sutera ) yang dibuat dari protein organik bernama
fibroin, yang terkandung di dalam serabut sutera hasil produksi ulat sutera.
b. Buatan ( Synthetic )
Dalam kelompok ini terdapat benang dari bahan dasar nylon ( merk dagang Ethilon atau
Dermalon ). Polyester ( merk dagang Mersilene) dan Poly propylene ( merk dagang Prolene ).
VIII. PERSIAPAN PENJAHITAN ( KULIT)
a. Rambut sekitar tepi luka dicukur sampai bersih.
b. Kulit dan luka didesinfeksi dengan cairan Bethadine 10%, dimulai dari bagian tengah
kemudian menjauh dengan gerakan melingkar.
c. Daerah operasi dipersempit dengan duk steril, sehingga bagian yang terbuka hanya bagian
kulit dan luka yang akan dijahit.
d. Dilakukan anestesi local dengan injeksi infiltrasi kulit sekitar luka.
e. Luka dibersihkan dengan cairan perhydrol dan dibilas dengan cairan NaCl.
f. Jaringan kulit, subcutis, fascia yang mati dibuang dengan menggunakan pisau dan gunting.
g. Luka dicuci ulang dengan perhydrol dan dibilas dengan NacCl.
h. Jaringan subcutan dijahit dengan benang yang dapat diserap yaitu plain catgut atau
poiiglactin secara simple interrupted suture.
i. Kulit dijahit benang yang tak dapat diserap yaitu silk atau nylon.

IX. TEKNIK PENJAHITAN KULIT


Prinsip yang harus diperhatikan :

a. Cara memegang kulit pada tepi luka dengan surgical forceps harus dilakukan secara halus
dengan mencegah trauma lebih lanjut pada jaringan tersebut.

b. Ukuran kulit yang yang diambil dari kedua tepi luka harus sama besarnya.

c. Tempat tusukan jarum sebaiknya sekitar 1-3 cm dari tepi lukia.Khusus” daerah wajah 23mm.

d. Jarak antara dua jahitan sebaiknya kurang lebih sama dengan tusukan jarum dari tepi luka.

e. Tepi luka diusahakan dalam keadaan terbuka keluar ( evferted ) setelah penjahitan.

1. SIMPLE INTERUPTED SUTURE


A. Indikasi: pada semua luka
Kontra indikasi : tidak ada Teknik penjahitan
Dilakukan sebagai berikut:
a. Jarum ditusukkan pada kulit sisi pertama dengan sudut sekitar 90 derajat, masuk subcutan
terus kekulit sisi lainnya.
b. Perlu diingat lebar dan kedalam jaringan kulit dan subcutan diusahakan agar tepi luka yang
dijahit dapat mendekat dengan posisi membuka kearah luar ( everted)
c. Dibuat simpul benang dengan memegang jarum dan benang diikat.
d. Penjahitan dilakukan dari ujung luka keujung luka yang lain.
B. Indikasi : Luka pada persendian
Luka pada daerah yang tegangannya besar
Kontra indikasi : tidak ada
Teknik penjahitan ini dilakukan untuk mendapatkan eversi tepi luka dimana tepinya cenderung
mengalami inverse. misalnya kulit yang tipis. Teknik ini dilakukan sebagai berikut:
1. Jarum ditusukkan jauh dari kulit sisi luka, melintasi luka dan kulit sisi lainnya, kemudian
keluar pada kulit tepi yang jauh, sisi yang kedua.
2. Jarum kemudian ditusukkan kembali pada tepi kulit sisi kedua secara tipis, menyeberangi
luka dan dikeluarkan kembali pada tepi dekat kulit sisi yang pertama.
3. Dibuat simpul dan benang diikat.

2. SUBCUTICULER CONTINUOS SUTURE


Indikasi : Luka pada daerah yang memerlukan kosmetik
Kontra indikasi : jaringan luka dengan tegangan besar.
Pada teknik ini benang ditempatkan bersembunyi di bawah jaringan dermis sehingga yang
terlihat hanya bagian kedua ujung benang yang terletak di dekat kedua ujung luka yang
dilakukan sebagai berikut.
1. Tusukkan jarum pada kulit sekitar 1-2 cm dari ujung luka keluar di daerah dermis kulit salah
satu dari tepi luka.
2. Benang kemudian dilewatkan pada jaringan dermis kulit sisi yang lain, secara bergantian
terus menerus sampai pada ujung luka yang lain, untuk kemudian dikeluarkan pada kulit 1-
2 cm dari ujung luka yang lain.
3. Dengan demikian maka benang berjalan menyusuri kulit pada kedua sisi secara parallel
disepanjang luka tersebut.

3. JAHITAN PENGUNCI (FESTON)


Indikasi : Untuk menutup peritoneum
Mendekati variasi kontinyu (lihat gambar)
jenis jahitan
PENGANGKATAN JAHITAN / UP HECTING

A. Pengertian

Membuka jahitan adalah tindakan untuk mengangkat atau membuka jahitan pada
luka yang dijahit. Guna dari mengangkat jahitan adalah untuk mencegah timbulnya infeksi
silang dan mempercepat proses penyembuhan.

Mengangkat jahitan ini dilakukan pada :

1. Luka operasi yang sudah sudah waktunya diangkat.

2. Luka pasca bedah yang sudah sembuh.

3. Luka infeksi oleh karena jahitan.

B. Persiapan alat

Alat – alat yang harus disiapkan untuk mengangkat jahitan adalah :

1. Bak instrumen steril yang berisi :

a. Pincet cirrurgis

b. Pincet anatomis

c. Gunting angkat jahit

d. Kassa steril

e. Lidi kapas

f. Mangkok steril

g. Gunting perban atau plester

h. Bengkok

i. Bensin

j. Larutan H2O2, savlon/lisol atau larutan lainnya yang sesuai dengan kebutuhan.

k. Obat luka

l. Handscoon steril
m. Sketzel atau sampiran

n. Cara kerja

Tahap orientasi

1. Beri salam

2. Memberi tahu dan menjelaskan cara kerja atau prosedur kepada pasien (infomed concent).

Tahap pelaksanaan

1. Cuci tangan

2. Memasang sketzel/sampiran

3. Mengatur posisi pasien.

4. Mendekatkan alat di dekat pasien atau tempat yang mudah dijangkau.

5. Membuka bak instrument

6. Memakai handscoon

7. Membuka balutan dengan menggunakan pincet anatomis dan diletakkan kedalam bengkok,
bekas plester dibersihkan dengan bensin menggunakan lidi kapas.

8. Mengolesi luka dengan alkohol 70 %, kemudian luka diolesi dengan NaCl atau larutan yang
dibutuhkan.

9. Mengangkat simpul menggunakan pinset cirrurgis dan benang jahitan digunting dibawah
simpul kemudian ditarik. Bekas benang diletakkan pada kassa.

10. Menekan luka dengan kassa bila ada pus atau nanah. Bila ada dibersihkan dengan larutan
H2O2 kemudian dibilas dengan NaCl.

11. Luka dikeringkan, ditutup dengan kassa steril dan diplester.

12. Alat – alat dibersihkan

13. Cuci tangan


Dokumentasi

Dalam mendokumentasikan tindakan, dicatat :

1. Memperhatikan reaksi dan respon pasien.

2. Mencatat keadaan luka, bekas jahitan, jumlah jahitan yang diangkat.


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika

Bobak, K. Jensen. 2005. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S. 2000. Pedoman Tindakan Medik dan Bedah.
Jakarta: EGC.

Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi Operasi.
Yogyakarta: Sahabat Setia.

Potter & Perry. 2005. Bu

Anda mungkin juga menyukai