Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

“TREND PERAWATAN HOME CARE “

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

1. Andi Bunga Silvia (19320005)

2. Liza Ayu Pratiwi (19320015)

3. Restiana Cahyani (19320028)

4. Selfianti (19320031)

5. Suci Nur Indah Sari (19320033)

Dosen Pembimbing : M.Arifki Zainaro, S.Kep.,Ns.,M.Kep

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-nya kelompok kami dapat menyekesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya
dan tepat waktu. Kelompok kami juga mengucapkan terimakasih banyak kepada setiap dukungan
yang telah mendorong kelompok untuk menyelesaikan makalah ini.

Kelompok kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta
pengetahuan pembaca mengenai “ Trend Dan Issue Perawatan Home Care “. Kelompok kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan juga dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kelompok kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah penulis buat, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Bandar Lampung, 14 November 2021

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................5
1.3 Tujuan .................................................................................................................................5
BAB II GAMBARAN UMUM
2.1 Sejarah Perkembangan Home Care......................................................................................6
2.2 Sejarah Trend Dan Issue Perawat Home Care.....................................................................8
2.3 Konsep Teori Trend Dan Issue Perawat Home Care.........................................................11
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Defenisi Home Care...........................................................................................................11
3.2 Tujuan Home Care ............................................................................................................11
3.3 Manfaat Home Care...........................................................................................................11
3.4 Prinsip- prinsip Home Care................................................................................................12
3.5 Peran dan Fungsi Perawat Home Care ..............................................................................12
3.6 Faktor Perkembangan Home Care.....................................................................................13
3.7 Tindakan colostomy dan wound care.................................................................................14
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpilan ........................................................................................................................20
4.2 Saran .................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus menerus dan
terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode
keprawatankesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat
sendiri juga dapatmenyesuaikan dengan perubahan tersebut. Definisi dan filosofi terkini
dari keperawatanmemperlihatkan trend holistic dalam keperawatan yang ditunjukkan
secara keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik dimensi sehat maupun sakit serta
dalaminteraksinya dengan keluargadan komunitas. Tren praktik keperawatan meliputi
perkembangan di berbagai tempat praktikdimana perawat memiliki kemandirian yang
lebih besar.Perkembangan Keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini
disebabkan oleh :

1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga


informasidengan cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan
cepat diketahuioleh masyarakat.

2. Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia


harusmenyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah
berkembang.

3. Sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut


pelayanankesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat
ekonomi lemahmereka ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau.

Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah merupakan layanan kesehatan
yang dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric B.L, 1993), Sehingga home care
dalam keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah pasien yang telah melalui
sejarah yang panjang. Menurut Depkes RI (2002) mendefinisikan bahwa home care
adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada
individu, keluarga, di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan kesehatan/memaksimalkan kemandirian dan
meminimalkan kecacatan akibat dari penyakit. Layanan diberikan sesuai dengan
kebutuhan pasien/keluarga yang direncanakan, dikoordinir, oleh pemberi layanan melalui
staff yang diatur berdasarkan perjanjian bersama.

Pelayanan keperawatan di rumah merupakan interaksi yang dilakukan di tempat tinggal


keluarga, yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan keluarga
dan anggotanya. Dari pengertian tersebut, bisa diambil kesimpulan bahwa tenaga

4
kesehatanlah yang bergerak, dalam hal ini mengunjungi klien, bukan klien yang datang
ke tenaga kesehatan.Maka dari itu makalah ini membahas tentang trend dan issue
perawatan Home Care.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas rumusan masalah yang muncul adalah :

1. Bagaimana sejarah perkembangan home care, baik di indonesia maupun diluar?

2. Bagaimana sejarah tren dan issue keperawatan home care?

3. Dan apa sajakah konsep teori Trend dan Issue keperawatan homecare?

4. Apa yang dimaksud dengan home care?

5. Apa saja Prinsip-prinsip home care dan bagaimana peran serta manfaat home care?

6. Apa saja faktor perkembangan home care ?

7. Bagaimana tindakan colostomy dan wound care ?

1.3 TUJUAN

A. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengerti tentang tren dan issue perawatan
home care

B. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Home care.

2. Untuk mengetahui konsep teori trend dan issue keperawatan home care.

3. Dan untuk mengetahui juga sejarah trend dan issue perawatan home care itu
sendiri.

4. Untuk mengetahui pengertian dari home care

5. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip dan peran serta manfaat dari home
care

6. Untuk mengetahui apa saja faktor perkembangan home care ?

7. Untuk mengetahui tindakan colostomy dan wound care ?

5
BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 SEJARAH PERKEMBANGAN HOME CARE

Perawatan di rumah merupakan aspek keperawatan komunitas yang berkembang paling


pesat. Antara tahun 1988-1992, jumlah perawat yang melakukan perawatan di rumah
meningkat menjadi 50%. Pada awalnya, keperawatan komunitas dimulai dengan
pelayanan yang diberikan bagi orang-orang miskin di rumah mereka. William Rathbone
memulai program perawat yang berkunjung ke rumah (visiting nurse) pada tahun 1859,
setelah istrinya meninggal dan dirawat oleh seorang perawat di rumahnya. Selanjutnya
di akhir tahun 1800- an, Amerika Serikat mendirikan perkumpulan perawat yang datang
ke rumah karena tingginya imigrasi di Amerika yang menyebabkan terjadinya penyakit-
penyakit menular sampai dengan awal abad ke-19, perawatan bagi orang sakit dan
orang cacat di rumah-rumah mereka menjadi bentuk tradisional dari pelayanan
kesehatan bagi kebanyakan orang (Spiegel, 1987). Di tahun 1940-an, rumah sakit mulai
menunjukkan keberhasilannya pada perawatan di rumah karena meningkatnya jumlah
orang yang sakit kronis. Perkumpulan-perkumpulan visiting nurse semakin menjamur di
berbagai kota besar dan kecil, sampai akhirnya di awal tahun 1980- an digunakan sistem
Diagnostic – Related Groups (DRGs) untuk menurunkan lama rawat inap dari seorang
pasien. Pelayanan perawatan di rumah selanjutnya dipandang bukan hanya sebagai cara
yang terpilih untuk memberikan perawatan pada klien, tetapi juga merupakan cara yang
paling murah. Dalam kegiatan kongres ICN 13 July 2009 di Afrika Selatan
dibahasSharing experience tentang Home Based Carre dan Primary Health care
dimasing masing negara. Permasalahan dinegara berkembang hampir sama yaitu
communicable disease dan kurangnya sumber daya baik tenaga perawat maupun
fasilitas, termasuk teknologi serta pentingnya kompetensi perawat dalam melaksanakan
Home Based care dengan aspek legal yang kuat dalam praktek.

A. DI LUAR NEGERI

Di Amerika, Home Care (HC) yang terorganisasikan dimulai sejak sekitar tahun 1880-
an, dimana saat itu banyak sekali penderita penyakit infeksi dengan angka kematian
yang tinggi. Meskipun pada saat itu telah banyak didirikan rumah sakit modern, namun
pemanfaatannya masih sangat rendah, hal ini dikarenakan masyarakat lebih menyukai
perawatan dirumah. Kondisi ini berkembang secara professional, sehingga pada tahun
1900 terdapat 12.000perawat terlatih di seluruh USA (Visiting Nurses / VN ;
memberikan asuhan keperawatan dirumah pada keluarga miskin, Public Health Nurses,
melakukan upaya promosi dan prevensi untuk melindungi kesehatan masyarakat, serta
Perawat Praktik Mandiri yang melakukan asuhan keperawatan pasien dirumah sesuai
kebutuhannya). (Lerman D. & Eric B.L, 1993). Sejak tahun 1990-an institusi yang

6
memberikan layanan Home Care terus meningkat sekitar 10% perthun dari semula
layanan hanya diberikan oleh organisasi perawat pengunjung rumah (VNA = Visiting
Nurse Association) dan pemerintah, kemudian berkembang layanan yang berorientasi
profit (Proprietary Agencies) dan yang berbasis RS (Hospital Based Agencies) Kondisi
ini terjadi seiring dengan perubahan system pembayaran jasa layanan Home Care (dapat
dibayar melalui pihak ke tiga / asuransi) dan perkembangan spesialisasi di berbagai
layanan kesehatan termasuk berkembangnya Home Health Nursing yang merupakan
spesialisasi dari Community Health Nursing (Allender & Spradley, 2001) Di UK, Home
Care berkembang secara professional selama pertengahan abad 19, dengan mulai
berkembangnya District Nursing, yang pada awalnya dimulai oleh para Biarawati yang
merawat orang miskin yang sakit dirumah. Kemudian merek mulai melatih wanita dari
kalangan menengah ke bawah untuk merawat orang miskin yang sakit, dibawah
pengawasan Biarawati tersebut (Walliamson, 1996 dalam Lawwton, Cantrell & Harris,
2000). Kondisi ini terus berkembang sehingga pada tahun 1992 ditetapkan peran
District Nurse (DN) adalah :

1. merawat orang sakit dirumah, sampai klien mampu mandiri

2. merawat orang sakaratul maut dirumah agar meninggal dengan nyaman dan damai

3. mengajarkan ketrampilan keperawatan dasar kepada klien dan keluarga, agar


dapat digunakan pada saat kunjungan perawat telah berlalu.

Selain District Nurse (DN), di UK juga muncul perawat Health Visitor (HV) yang
berperan sebagai District Nurse (DN) ditambah dengan peran lain ialah :

1. melakukan penyuluhan dan konseling pada klien, keluarga maupun masyarakat


luas dalam upaya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan.

2. memberikan saran dan pandangan bagaimana mengelola kesehatan dan


kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi setempat.

B. DI DALAM NEGERI

Di Indonesia, layanan Home Care (HC) sebenarnya bukan merupakan hal yang baru,
karena merawat pasien di rumah baik yang dilakukan oleh anggota keluarga yang dilatih
dan atau oleh tenaga keperawatan melalui kunjungan rumah secara perorangan, adalah
merupakan hal biasa sejak dahulu kala. Sebagai contoh dapat dikemukakan dalam
perawatan maternitas, dimana RS Budi Kemulyaan di Jakarta yang merupakan RS
pendidikan Bidan tertua di Indonesia, sejak berdirinya sampai sekitar tahun 1975 telah
melakukan program Home Care (HC) yang disebut dengan “Partus Luar”. Dalam
layanan “Partus Luar”, bidan dan siswa bidan RS Budi Kemulyaan melakukan
pertolongan persalinan normal dirumah pasien, kemudian diikuti dengan perawatan

7
nifas dan neonatal oleh siswa bidan senior (kandidat) sampai tali pusat bayi puput
(lepas). Baik bidan maupun siswa bidan yang melaksanakan tugas “Partus Luar” dan
tindak lanjutnya, harus membuat laporan tertulis kepada RS tentang kondisi ibu dan
bayi serta tindakan yang telah dilakukan. Kondisi ini terhenti seiring dengan perubahan
kebijakan Depkes yang memisahkan organisasi pendidikan dengan pelayanan.

2.2 TREND DAN ISU HOME CARE

Pada abad 21 ini, dimana teknologi bidang kesehatan berkembang pesat mengakibatkan
derajat kesehatan masyarakat semakin meningkat. Hal ini tentu berakibat pada
peningkatan usia harapan hidup, menurunnya angka kematian ibu dan bayi terjadi
transisi epidemiologis penyakit. Seiring dengan itu maka konsep pelayanan
kesehatanpun harus berubah, yang tadinya masyarakat yang mendatangi institusi
pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit menjadi pelayanan kesehatan
yang mendatangi masyarakat. Oleh karena itu, paradigma bahwa rumah sakit adalah
tempat paling penting dalampenyembuhan dan perawatan pasien mulai berubah menjadi
perawatan rumah atau home care. Pelayanan kesehatan di rumah merupakan penyediaan
pelayanandan peralatan profesional perawat bagi pasien dan keluarganya di rumah
untuk menjaga kesehatan edukasi, pencegahan penyakit, diagnosis dan penanganan
penyakit, terapi paliatif dan rehabilitatif. Keperawatan merupakan salah satu pelayanan
yang paling banyak digunakan dal kegiatan home care. Namun terkadang home care
juga meliputi pelayanan medis dan sosial. Pelayanan ini dilakukan satu sampai dua kali
sehari dalam tujuh hari selama seminggu. Pelayanan home care juga mengatur akses
dan penggunaan peralatan home care, atau peralatan medis yang dapat diadaptasi untuk
digunakan dalam perawatan di rumah. Pelayanan home care menyediakan berbagi jenis
pelayanan kesehatan dirumah pasien. Tujuan primer dari pelayanan home care
sebenarnya adalah promosi kesehatan dan edukasi, tetapi saat ini sebagian pasien juga
melakukan pelayanan kesehatan dirumah karena adanyakebutuhan perawatan dan atau
layanan medis. Fokus pelayanan ini adalah kemandirian pasien dan keluargannya.
Wright, CEO, Visiting Nurse Association di Amerika mengatan perawatan dirumah
tidak lagi hanya tentang berbicara dengan pasien, memandikan, memeriksa tekanan
darah. “ kita sekarang mendapatkan pasien sakit kritis yang dibuang dari rumah sakit
dan dikirim kembali ke masyarakat, “ perawatan kami sangat berteknologi tinggi dan
sangan terampil serta profesional “. Pasien yang memerlukan perawatan di rumah
umumnya mempunyai masalah fisik, sosioekonomi, psikologi yang beragam. Beberapa
pasien berada dalam kondisi yang tidak stabil secara medis dan mungkin menderita
masalah kut seperti infeksi luka. Dalam kondisi ini biasany pasien memerlukan
pengobatan dan peralatan dirumah, pengkajian secara profesional, pendidikan dan
perubahan terapi. Di negara seperti indonesia yang jumlah pertumbuhan penduduknya
meningkat pesat dan banyak usia lanjut, angka penyakit degeneratifyang semangkin
meningkat dan kondisi demografi yang terdiri dari pulau-pulau maka konep home care

8
sangat cocok digunakan. Konsep home care ini merupakan solusi paling tepat untuk
mengantisipasi jumlah pasien yang tidak tertampung di rumah sakit. Konsep home care
sudah seharusnya menjadi first option dalam pembangunan kesehatan di indonesia.
Dengan konsep ini maka pasien yang sakit denga kriteria tertentu, tidak lagi ke rumah
sakit.

2.3 KONSEP TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN HOME CARE

Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care adalah


pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada
individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian
dan meminimalkan akibat dari penyakit. Health care secara pribadi masih diutamakan
penyakit dan orientasi pengobatan danmempunyai keutamaan dalam terapi medisnya.
Meskipun The American Medikal Association(AMA) dan organisasi kesehatan lain
yang mendorong orang-orang untuk memerisakan kesehatannya secara rutin yang
bertujuan untuk pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Kebanyakan
asuransi pribadi tidak mengadakan pemeriksaan fisik secara rutin, sehingga biaya yang
harus dikeluarkan oleh klien sangat mahal.Di Amerika, Home Care (HC) yang
terorganisasikan dimulai sejak sekitar tahun 1880-an,dimana saat itu banyak sekali
penderita penyakit infeksi dengan angka kematian yang tinggi.Meskipun pada saat itu
telah banyak didirikan rumah sakit modern, namun pemanfaatannya masih sangat
rendah, hal ini dikarenakan masyarakat lebih menyukai perawatan dirumah.Di
Indonesia, layanan Home Care (HC) sebenarnya bukan merupakan hal yang baru,karena
merawat pasien di rumah baik yang dilakukan oleh anggota keluarga yang dilatih dan
atau oleh tenaga keperawatan melalui kunjungan rumah secara perorangan, adalah
merupakan hal biasa sejak dahulu kala.

Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah memandirikan masyarakat


untuk hidup sehat dengan misi membuat rakyat sehat. Guna mewujudkan visi dan misi
tersebut berbagai program kesehatan dirumah merupakan program yang sudah ada dan
perlu dikembangkan, karena telah menjadi kebutuhan masyarakat. Salah satu bentuk
pelayanan kesehatan yang sesuai dan memasyarakat serta menyentuh kebutuhan
masyarakat yakni melalui pelayanan keperawatan kesehatan dirumah atau Home Care.
Berbagai faktor yang mendorong perkembangannya sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yaitu pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.

Hasil kajian Depkes RI Tahun 2000 diperoleh hasil : 97,7% menyatakan perlu
dikembangkan pelayanan kesehatan di rumah, 87,3% mengatakan bahwa perlu
standarisasi tenaga, sarana, dan pelayanan, serta 91,9% menyatakan pengelola
keperawatan kesehatan dirumah memerlukan ijin operasional. Berbagai faktor yang
mendorong perkembangan pelayanan keperawatan kesehatan dirumah antara lain:

9
Kebutuhan masyrakat, Perkembangan IPTEK,bidang kesehatan, tersedianya SDM
kesehatan yang mampu memberikan pelayanan kesehatan dirumah.

Trend home care pada era globalisasi ini sangatlah berkembang pesat terutama di negara
Indonesia karena home care merupakan pelayanan kesehatan jangka panjang yang
dilakukan di rumah oleh pelayanan kesehatan. Kondisi ini disebabkan oleh perubahan
struktur pendidikan dan gaya hidup masyarakat. Perubahan tersebut menyebabkan pola
perawatan jangka panjang sangat dibutuhkan. Seiring dengan itu, konsep pelayanan
kesehatan pun berubah. Pada jaman dahulu masyarakat yang mendatangi insitusi
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas tetapi pada jaman sekarang
pelayanan kesehatan yang mendatangi masyarakat. Oleh karena itu, paradigma rumah
sakit adalah tempat paling penting dalam penyembuhan dan perawatan klien sudah
mulai berubah menjadi perawatan dirumah (Widyanto, 2014)

Hampir semua masyarakat setuju bahwa rumah merupakan tempat paling baik untuk
melakukan perawatan kesehatan, terutama untuk meningkatkan kemandirian klien.
Tidak hanya memberi keringan dalam biaya, home care juga merupakan langkah kecil
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal untuk banyak klien. Konsep home care
dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan menghilangkan rasa stres pasien.

10
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Defenisi Home Care

Home care merupakan penyediaan pelayanan dan peralatan profesional perawat bagi
klien dan keluarganya dirumah untuk menjaga kesehatan, edukasi, pencegahan penyakit,
diagnosis dan penangananpenyakit, terapi paliatif, dan rehabilisatif (Widyanto,2014).

Menurut Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Depertemen Kesehatan RI dalam


makalahnya dalam seminar nasional 2007 tentang “Home Care. Bukti Kemandirian
Perawat”. Menyebutkan bahwa home care sebagai salah satu bentuk praktik mandiri
perawat.Home care merupakan sintetis dari pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
dan keterampilan teknis keperawatan yang berasal dari spesalisasi keperawatantertentu.

3.2 Tujuan HomeCare

Menurut Widyanto (2014), Home care merupakan upaya untuk menyembuhkan,


mempertahankann, memelihara dan meningkatkan kesehatan fisik, mental atau emosi
klien. Pelayanan diberikan di rumah dengan melibatkan klien dan keluarganya atau
pemberi pelayanan yang lain. Tujuan khusus home care antara lain :

1. Terpenuhinya kebutuhan dasar klien secara bio,psiko, sosial, danspiritual

2. Meningkatnya kemandirian pasien dan keluarga dalam pemeliharaan dan


perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalahkesehatan.

3. Terpenuhinya pelayanan keperawatan kesehatan di rumah sesuai kebutuhan klien.

 Home care merupakan salah satu jenis perawatan jangka panjang (long time care) yang
dapat diberikan oleh tenaga profesional maupun non profesional yang telah mendapat
pelatihan home care merupakan lanjutan asuhan keperawatan yang dilakukan dirumah
sakit yang termasuk dalam rencana pemulangan dan dapat dilaksanakan oleh perawat dari
rumah sakit semula, oleh perawat komunitas dimana klien tersebut berada,atau
keperawatan khusus yang menangani klien dirumah. Pelayanan yang home care
merupakan suatu komponen rentang keperawatan yang berkesinambungan dan
komperhensif diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka.

3.3 Manfaat Home Care

Manfaat pelayanan home care bagi klien menurut Triwibowo (2012) antara lain:

1. Pelayanan akan lebih sempurna , holistik dan komperhensif.

11
2. Pelayanan lebih profesional.

3. Pelayanan keperawatan mandiri bisa diaplikasikan dibawah naungan legal dan


etik keperawatan.

4. Kebutuhan klien akan dapat terpenuhi sehingga merasa lebih nyaman dan puas
dengan asuhan keperawatan yang profesional.

3.4 Prinsip Home Care

Prinsip-prinsip home care menurut Triwibowo (2012) sebagai berikut :

1. Pengelolaan pelayanan keperawatan di rumah dilaksankan oleh perawat /TIM


yang memiliki keahlihan khusus bidang tersebut

2. Mengaplikasi konsep sebagai dasar mengambil keputusan dalam praktik

3. Mengumpulkan dan mencatat data dengan sistematis,akurat dan komperhensif


secara terus menerus.

4. Menggunakan data hasil pengkajian untuk menetapkan diagnosa keperawatan

5. Mengembangkan rencana keperawatan didasarkan pada diagnosa keperawatan


yang berkaitan dengan tindakan-tindakan pencegahan, terapi danpemulihan.

6. Memberikan pelayanan keperawatan dalam rangka menjaga kenyamanan,


penyembuhan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan komplikasi.

7. Mengevaluasi secara terus menerus respon klien dan keluarganya terhadap


intervensi keperawatan

8. Bertanggung jawab kepada klien dan keluarganya akan pelayanan yang bermutu
melalui manajemen kasus, rencana penghentian asuhan keperawatan (discharge
planning) dan koordinasi dengan sumber-sumber dikomunitas

9. Memelihara hubungan diantara anggota tim untuk menjamin agar kegiatan yang
dilakukan anggota tim saling mendukung

10. Mengembangkan kemampuan profesional dan berkontribusi pada pertumbuhan


kemampuan profesional tenaga yang lain.

11. Berpartisipasi dalam aktivitas riset untuk mengembangkan pengetahuan


pelayanan keperawatan kesehatan dirumah

12. Menggunakan kode etik keperawatan dalam melaksanakan praktik keperawatan.

3.5 Peran dan Fungsi Perawat Home Care

12
A. Manajer kasus : Mengelola dan mengkolaborasikan pelayanan dengan fungsi:

a) Mengindetifikasi kebutuhan pasien dan keluarga

b) Menyusun rencana pelayanan

c) Mengkoordinir aktifitastim

d) Memantau kualitas pelayanan

B. Pelaksana: memberi pelayanan langsung dan mengevaluasi pelayanan dengan fungsi:

a) Melakukan pengkajian komperhensif

b) Menetapkan masalah

c) Menyusun rencana keperawatan

d) Melakukan tindakan perawatan

e) Melakukan observasi terhadap kondisi pasien

f) Membantu pasien dalam mengembangkan prilaku koping yang efektif

g) Melibatkan keluarga dalam pelayanan

h) Membimbing semua anggota keluarga dalam pemeliharaan kesehatan

i) Melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan.

3.6 Faktor Perkembangan Home care

Bentuk pelayanan kesehatan yang saat ini dikenal masyarakat dalam sistem pelayanan
kesehatan adalah rawat inap dan rawat jalan.Pada sisilain banyak anggota masyarakat
yang menderita sakit karena berbagai pertimbangan terpaksa dirawat di rumah dan tidak
dirawat inap di insitusi pelayanan kesehatan. Faktor- faktor yang mendorong
perkembangan home care menurut Triwibowo (2012) adalah :

a) Kasus-kasus terminal dianggap tidak efektif dan tidak efesien apabila dirawat di
insitusi pelayanan kesehatan.

b) Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada kasus-kasus


penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan yang lebih lama. Hal itu akan
berdampak pada meningkatnya kasus-kasus yang memerlukan tindak lanjut
perawatan dirumah.

13
c) Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profil, merasakan perawatan
pasien yang lebih lama (lebih dari 1 minggu) tidak menguntungkan bahkan
menjadi beban dari manajemen.

d) Banyak orang merasakan bahwa dirawat di insitusi pelayanan kesehatan


membatasi kehidupan manusia, karena seorang tidak menikmati kehidupan secara
optimal karena terkait dengan aturan-aturan yang ditetapkan

e) Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian klien


dibandingkan dengan perawatan dirumah sakit, sehingga dapat mempercepat
kesembuhan.

3.7 Tindakan Colostomy dan Wound Care

 Kolostomi merupakan suatu tindakan pembedahan untuk membuat suatu lubang dari
kolon melalui dinding abdomen baik sementara ataupun permanen agar feses dapat keluar
melalui kolon.Kolostomi dapat dibuat secara permanen ataupun temporer (sementara)
yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Kolostomi temporer dibuat pada pasien yang
tujuannya untuk dekompresi kolon sedangkan kolostomi permanen dibuat pada pasien
yang tidak mampu lagi untuk defekasi secara normal melalui anus, hal ini biasanya
disebabkan karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid
dan rektum.

 Kolostomi adalah sebuah lubang yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding
abdomen untuk mengeluarkan feses (Bouwhuizen, 1991 dalam Murwani, 2009). Randy
(1987, dalam Murwani, 2009) mendefenisikan kolostomi sebagai suatu pembuatan
lubang sementara atau permanen dari usus besar melalui dinding perut untuk
mengeluarkan feses. Evelyn (1991, dalam Murwani, 2009) juga mengatakan bahwa
kolostomi merupakan lubang yang dibuat melalui lubang dinding abdomen kedalam
kolon iliaka untuk mengeluarkan feses.

 Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa kolostomi merupakan suatu


tindakan pembedahan untuk membuat suatu lubang dari kolon melalui dinding abdomen
baik sementara ataupun permanen agar feses dapat keluar melalui kolon.

Ada 3 jenis kolostomi, yaitu:

1. Kolostomi loop atau loop colostomy, biasanya dilakukan dalam keadaan darurat .

2. End colostomy, terdiri dari satu stoma dibentuk dari ujung proksimal usus dengan
bagian distal saluran pencernaan. End colostomy adalah hasil pengobatan bedah
kanker kolorektal

14
3. Double-Barrel colostomy terdiri dari dua stoma yang berbeda stoma bagian
proksimal dan stoma bagian distal (Perry & Potter, 2005).

Jenis kolostomi berdasarkan lokasinya; transversokolostomi merupakan kolostomi di


kolon transversum, sigmoidostomi yaitu kolostomi di sigmoid, kolostomi desenden yaitu
kolostomi di kolon desenden dan kolostomi asenden, adalah kolostomi di asenden
(Suriadi, 2006)

A. Stoma

Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan yang berupa mukosa kemerahan disebut
dengan stoma (Muwarni, 2009). Untuk mengambil keluaran dari stoma, diperlukan
sebuah kantong sekali pakai atau kantong drainase yang disebut appliance yang
dilekatkan pada stoma. Karena kontrol sfingter normal tidak digunakan, mungkin akan
muncul masalah-masalah kebocoran, pengendalian bau dan iritasi disekitar area
(Blackley, 2004).

Perlengkapan ostomi terdiri atas satu lapis dengan barier kulit hipoalergik untuk
mempertahankan integritas kulit peristomal. Perlindungan kulit peristomal adalah aspek
penting dalam perawatan stoma. Peralatan yang sesuai ukuran merupakan hal yang
penting untuk mencegah kebocoran stoma (Wong, 2009).

Untuk menampung drainase, digunakan kantong kolostomi sekali pakai yang menutupi
stoma. Kantong tersebut ditahan menggunakan sabuk atau perekat. Perawatan stoma yang
benar sangat diperlukan untuk mempertahankan kesehatan jaringan karena daerah
disekitar stoma mengalami kontak langsung dengan feses yang cair atau semicair (Hegner
& Caldwell, 2003). Sebaiknya keluarga secara aktif dilibatkan karena keluarga
mempunyai tanggung jawab akhir dalam mengatur hidup mereka sendiri, selain itu
tindakan ini merupakan cara untuk menghormati dan menghargai keluarga (Carey, 1989
dalam Suprajitno, 2004).

B. Indikasi Kolostomi 

Lokasi kolostomi ditentukan oleh masalah medis dan kondisi umum klien (McGarity,
1992 dalam Potter dan Perry, 2006). Kolostomi dapat dibuat secara permanen ataupun
temporer (sementara) yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Kolostomi temporer
dibuat pada pasien yang tujuannya untuk dekompresi kolon sedangkan kolostomi
permanen dibuat pada pasien yang tidak mampu lagi untuk defekasi secara normal
melalui anus, hal ini biasanya disebabkan karena adanya keganasan, perlengketan, atau
pengangkatan kolon sigmoid dan rektum.

C. Macam-Macam Jenis Kantong Kolostomi

15
Menurut Setyorini (2009), ada bermacam – macam jenis kantong stoma yang perlu
diketahui, antara lain:

1. Menurut jenis “Base Plate”/“Faceplate”/Lapisan dasar yang menempel di kulit


sekitar stoma:

a) “One piece system”/sistem satu lempengan (lapisan): pada sistem ini


lapisan dasarnya ada yang seperti perekat “double tape” saja, dan ada
pula yang memiliki “skin barrier”.

b) “Two pieces system”/sistem dua lempengan (lapisan)”: pada sistem ini


lapisan dasarnya sudah dibekali dengan “skin barrier”, dan
pasangannya/tangkupannya sesuai dengan ukurannya masing-masing
(tidak boleh beda ukuran).

2. Menurut bentuk “Base Plate”/“Faceplate”/“Wafer”/Lapisan dasar yang menempel


pada kulit sekitar stoma, ada 2 (dua) jenis:

a) Standard/Normal flange base plate/face plate.

b) Convex flange base plate / face plate.

3. Menurut bentuk kantong stomanya, ada 3 (tiga) jenis:

a) Closed pouch/kantong yang tertutup pada bagian bawahnya.

b) Drainable pouch/kantong yang terbuka pada bagian bawahnya (harus


ditutup menggunakan klip).

c) Mini closed pouch/kantong stoma yang kecil.

4. Menurut warna kantong stomanya, ada 2 (dua):

a) Clear bag/Transparant bag/kantong transparan.

b) Opaque bag/kantong warna gelap (sesuai dengan warna kulit).

5. Menurut jenis stomanya, ada 2 (dua):

16
a) Kantong stoma untuk menampung feses.

b) Kantong stoma untuk menampung urin.

D. Prosedur Perawatan Kolostomi

Tujuan :

a) Menjaga kebersihan pasien

b) Mencegah terjadinya infeksi

c) Mencegah iritasi kulit sekitar stoma

d) Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya

Langkah Prosedur

a) Persiapan alat

 Colostomy bag

 Kapas sublimate /kapasnasahNaCl

 Kapas kering atau tissue

 Satu pasang sarung tangan bersih

 Kantong untuk balutan kotor

 Celemek skoret

 Zink salep 

 Perlak dan alasnya

 Plester dan gunting

 Bila perlu desinfektan

 Bengkok

 1 set alat rawat luka (pinsetanatomi 2,cirrugy 1,kassa )

17
b) Persiapan Pasien dan Lingkungan

 Perkenalkan diri

 Identifikasi pasien

 Jelaskan prosedur tindakan dan tujuannya

 Kontrak waktu

 Informed consent

 Jaga privasi pasien

 Bantu memposisikan diri pasien dengan nyaman

c) Prosedur tindakan

1. Cuci tangan

2. Gunakan sarung tangan

3. Letakkan perlak dan alasnya dibagian kanan atau kiri pasien sesuai letak
stoma

4. Letakkan bengkok diatas perlak dan didekatkan ketubuh pasien

5. Observasi produk stoma (warna ,konsistensidll)

6. Buka kantong kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan pinset dan


tangan kiri menekan kulit pasien

7. Letakkan colostomy bag kotor dalam bengkok

8. Lakukan observasi terhadap kulit dan stoma

9. Bersihkan colostomy dan kulit disekitar colostomy dengan kapas sublimat


/kapas hangat (air hangat ) / NaCl

10. Keringkan kulit sekitar colostomy dengan sangat hati-hati menggunakan kassa
steril

11. Berikan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar stoma

12. Sesuaikan lubang colostomy dengan stoma colostomy

18
13. Tempelkan kantong colostomy dengan posisi vertical /horizontal /miring atau
sesuai kebutuhan pasien

14. Masukan stoma melalui lubang kantong colostomy

15. Rekatkan /pasang colostomy bag dengan tepat tanpa udara di dalamnya

16. Rapikan klien dan lingkungannya

17. Bereskan alat-alat dan membuang kotoran

18. Melepas sarung tangan

19. Cuci Tangan

19
BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat


kompleks,yangsalingberkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehtan
sendiri. Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya
kemauan, sehingga dengan bantuan yang diberikan tersebut diperoleh
kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secaramandiri. Saat ini
sedang berkembang pelayanan kesehatan yang berbasis perawatan kesehatan
dirumah atau uang biasa dikenal Home Care.

Kolostomi adalah sebuah lubang yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada
dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (Bouwhuizen, 1991 dalam
Murwani, 2009). Randy (1987, dalam Murwani, 2009) mendefenisikan
kolostomi sebagai suatu pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus
besar melalui dinding perut untuk mengeluarkan feses. Lokasi kolostomi
ditentukan oleh masalah medis dan kondisi umum klien ( McGarity, 1992 dalam
Potter dan Perry, 2006).

Keadaan stoma yang baik adalah berwarna merah muda yang agak gelap
mendekati warna merah. Apabila mengalami gangguan sirkulasi, stoma akan
berubah warna menjadi merah gelap. Beberapa hari pertama stoma akan menjadi
oedema dan akan menciut (Lewis & Collier, 1983). Oleh karena itu, perawatan
stoma dapat dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kebersihan pasien,
mencegah terjadinya infeksi, mencegah terjadinya iritasi pada kulit sekitar
stoma, dan untuk mempertahankankenyamanan pasien dan lingkungannya
(Murwani, 2009).

4.2.SARAN

Dalam penulisan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami apa yang
disampaikan serta dapat mengambil manfaatnya. bagi penulis diharapkan dapat
membuat makalah dengan lebih baik lagi.

Sebagai tenaga kesehatan kita diharapkan untuk tidak terpaku pada satu
pelayanan kesehatan saja kita juga bisa mengadopsi layangan kesehatan seperti
melaksanakan praktik mandiri seperti home care yang sudah diatur undang-
undang keperawatan. Karena home care merupakan pelayan kesehatan jangka
panjang.

20
DAFTAR PUSTAKA

Blackley, P. (2004). Practical Stoma Wound and Continence Management. Australia:

Research Publications Pty Ltd 27A Boronia, Vermont, Victoria, Australia. Murwani, A. 2009. Perawatan
Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta :

Gosyen Publishing. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 4 volume 1.EGC. Jakarta

edoc.site_telenursing-trend-amp-issu-keperawatan-indonesia-2.pdf

https://www.kompasiana.com/kronusjak/5912d220e5afbdfe466500d2/trend-jasa-home-care-idi-
indonesia

https://www.kompasiana.com/insanmedika/5936191e354054736f25e982/mengenal-perawat- home-
care-yang-sedang-trend-di-indonesia

21

Anda mungkin juga menyukai