Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“TREND DAN ISU KEPERAWATAN KELUARGA”

Dosen Pembimbing: L. Dedy Supriatna., S. Kep., M. Kes


Di Susun Oleh : Kelompok 3
 Sinta Rukyani  Nurdewi Anggriani
 Dina Ayu Septiani  Vikratuts Tsaqova
 Khairil Anwar  Ninda Aulia
 Hida Royanti  Nursasih Hikmayati
 Fikri Arjiman Sani  Anggun Cahyani
 I Putu Yogi Adhi Pramana  Vidi Patresio Vada
 Efa Rosdiana  Sartini
 Amila Dinan Farihan  Popi Purnamasari
 Nur Hikmah  Vivi Sulastri

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP AKADEMIK
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha


Pemurah dan Lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan
Rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah
Keperawatan Keluarga dengan judul “Trend dan Isu Keperawatan Keluarga”
tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah sudah kami lakukan semaksimal mungkin


dengan dukungan dari banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam
penyusunannya. Untuk itu kami pun tidak lupa mengucapkan terima kasih
dari berbagai pihak yang sudah membantu kami dalam rangka menyelesaikan
makalah ini.

Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa
dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi
penyusunan bahasa serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang
dada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin
memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang


sederhana ini bisa bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa
menginspirasi para pembaca untuk mengangkat berbagai permasalah lainnya
yang masih berhubungan pada makalah-makalah berikutnya.

Mataram, 05 Mei 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1 Pengertian Trend dan Issue Dalam Keperawatan...............................................3
2.1.1 Trend..........................................................................................................3
2.1.2 Issue...........................................................................................................3
2.2 Trend dan Isu dalam Tahapan Perkembangan Keluarga Definisi Keluarga
Sejahtera.........................................................................................................................3
2.2.1 Keluarga pasangan baru..............................................................................4
2.2.2 Keluarga menanti kelahiran anak...............................................................5
2.2.3 Keluarga dengan anak usia prasekolah.......................................................6
2.2.4 Keluarga dengan anak usia sekolah............................................................8
2.2.5 Keluarga dengan anak remaja.....................................................................9
2.2.6 Keluarga melepaskan anak usia dewasa muda..........................................11
2.2.7 Keluarga orang tua paruh baya.................................................................12
2.2.8 Keluarga lansia pensiunan/keluarga dalam tahun terakhir........................12
2.3 Isu Praktik, Pendidikan, Penelitian dan Kebijakan dalam Keperawatan Keluarga
13
2.3.1 Isu Praktik................................................................................................13
2.3.2 Isu Pendidikan..........................................................................................17
2.3.3 Isu Penelitian............................................................................................17
2.3.4 Isu kebijakan.............................................................................................18
BAB III PENUTUP........................................................................................................20
3.1 Kesimpulan......................................................................................................20
3.2 Saran................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara
terus menerus dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga
pemenuhan dan metode keperawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup
masyarakat berubah dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan dengan
perubahan tersebut. Definisi dan filosofi terkini dari keperawatan
memperlihatkan trend holistic dalam keperawatan yang ditunjukkan secara
keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik dimensi sehat maupun sakit serta
dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Tren praktik keperawatan
meliputi perkembangan di berbagai tempat praktik dimana perawat memiliki
kemandirian yang lebih besar.
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan,
adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari
individu-individu yang ada didalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling
ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama.
Keperawatan keluarga dapat difokuskan pada anggota keluarga individu,
dalam konteks keluarga, atau unit keluarga. Terlepas dari identifikasi klien,
perawat menetapkan hubungan dengan masing-masing anggota keluarga dalam
unit dan memahami pengaruh unit pada individu dan masyarakat. Tujuan
keperawatan keluarga dari WHO di Eropa yang merupakan praktek
keperawatan termodern saat ini adalah promoting and protecting people health
merupakan perubahan paradigma dari cure menjadi care melalui tindakan
preventif dan mengurangi kejadian dan penderitaan akibat penyakit .
Perawat keluarga memiliki peran untuk memandirikan keluarga dalam
merawat anggota keluarganya, sehingga keluarga mampu melakukan fungsi
dan tugas kesehatan, Friedmen menyatakan bahwa keluarga diharapkan
mampu mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, diantaranya fungsi
afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi, dan fungsi perawatan keluarga.

1
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan
pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang
sehat. Maka dari itu kami membahas makalah tentang trend dan isu
keperawatan keluarga.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep trend dan isu dalam tahapan perkembangan keluarga?
2. Bagaimana bentuk isu praktik, pendidikan, penelitian dan kebijakan dalam
keperawatan keluarga?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep trend dan isu dalam tahapan perkembangan
keluraga.
2. Untuk mengetahui isu praktik, pendidikan, penelitian dan kebijakan dalam
keperawatan keluarga

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Trend dan Issue Dalam Keperawatan


2.1.1 Trend
Trend adalah sesuatu yang sedang “menjamur” atau sedang
disukai dan digandrungi oleh orang banyak dan sesuai
dengan fakta.Trend merupakan suatu alur yang menuju ke arah mana
pasar bergerak dan suatu pola dari peristiwa-peristiwa atau perilaku
yang sama-sama dialami oleh semakin banyak orang. Trend juga
merupakan hal yang sangat mendasar dalam pendekatan analisa dan
merupakan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi saat
ini yang biasanya sedang populer di kalangan masyarakat.
2.1.2 Issue
Issue adalah suatu peristiwa atau kejadiaan yang dapat di
perkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang dan
merupakan sesuatu yang sedang di bicarakan banyak orang tetapi
masih belum jelas fakta atau buktinya.

Dari pengertian diatas dapat ditarik garis besar untuk trend dan isue
keperawatan merupakan sesuatu yang sedang di bicarakan banyak orang
tentang peraktek ataupun mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta
atau tidak, trend dan isue keperawatan tentunya menyangkut aspek legal
dan etis dalam dunia keperawatan.(Nasir, 2009). Jadi, trend dan isu
keperawatan keluarga merupakan sesuatu yang booming, actual, dan
sedang hangat diperbincangkan serta desas-desus dalam ruang lingkup
keperawatan keluarga.
2.2 Trend dan Isu dalam Tahapan Perkembangan Keluarga Definisi
Keluarga Sejahtera
Menurut Duval (1977), Duvall & Miller (1985), terdapat 8 tahap
siklus keluarga yaitu:

3
2.2.1 Keluarga pasangan baru
Memiliki tugas untuk memuaskan kedua pihak,
menciptakan hubungan harmonis dengan kerabat/ persaudaraan,
dan merencanakan untuk menjadi orang tua (Nies, M.A and
McEwen, M., 2015) dalam (Helmi, dkk. 2017). Kompleksitas
keluarga sangat bergantung pada budaya setempat, pengalaman di
keluarga generasi sebelumnya (Rusell, L.T, 2020) dalam (Helmi,
dkk. 2017). Cara yang sehat untuk mengatasi masalah yaitu
mampu untuk berempati, berkomunikasi terbuka dan jujur,
member dukungan dan menghargai (Molina, Y., et.al, 2019;
Hamid, A.Y.S., et al, 2010) dalam (Helmi, dkk. 2017). Tantangan
pada tahapan ini adalah bagaimana pasangan menghadapi
perbedaan karakter dari dua individu. Suksesnya hubungan
tergantung pada kemampuan untuk saling mengakomodasi dalam
banyak cara. Berdasarkan literatur, pada tahapan ini seringkali
ditemukan kekerasan pada rumah tangga, status keuangan yang
tidak stabil, ketidakpuasan /stress, gangguan mental, bahkan
perselingkuhan atau perpisahan (Kaakine, J.R., et al, 2018) dalam
(Helmi, dkk. 2017).

Isu lain pada tahap ini adalah menghadapi pasangan yang


sedang sakit. Masalah kesehatan terbesar yang menyebabkan
kematian pada usia dewasa di tahun 2019 adalah penyakit jantung
iskemik (IHD), stroke, penyakit paru (COPD, infeksi saluran
pernapasan, kanker), diabetes melitus, penyakit ginjal dan penyakit
liver, obesitas. Dilaporkan bahwa, 7 dari 10 penyakit terbesar di
dunia tahun 2019 adalah kategori noncommunicable diseases atau
penyakit kronik, secara keseluruhan menyubang sekitar 74%
kematian di dunia (WHO, 2020; Forrest, K. Y. Z., Leeds, M. J.,
&Ufelle, A. C., 2017) dalam (Helmi, dkk. 2017).

Penelitian menunjukan bahwa dukungan keluarga terhadap


anggota keluarga yang mengalami sakit/sedang menjalani

4
pengobatan akan meningkatkan kualitas hidup serta mempercepat
proses pemulihan (Rachmawati, D.S., 2020; Isdiarti, R., & Ardian,
I., 2020; Luthfa, 2019; Yaner, N.R., et al, 2019) dalam (Helmi,
dkk. 2017). Semakin tinggi dukungan keluarga, maka kepatuhan
pasien juga semakin tinggi (Yeni, F., et al, 2016) dalam (Helmi,
dkk. 2017). Sementara, respons dan stress yang dialami oleh
anggota keluarga tergantung dengan onset, lama, dan prognosis
penyakit (Campbell, A.M., 2020; Kartika A.W., 2015) dalam
(Helmi, dkk. 2017). Keluarga akan memberikan respon sesuai
pengetahuan, keyakinan atau pengalamannya (Priyanti, 2009)
dalam (Helmi, dkk. 2017).

2.2.2 Keluarga menanti kelahiran anak


Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama sampai bayi
berusia 30 bulan. Pada tahap ini, keluarga bertugas untuk
membentuk keluarga muda yang stabil (dengan mengintegrasikan
kehadiran bayi baru dalam keluarga), memperbaiki hubungan
setelah terjadinya konflik/ rekonsiliasi tugas perkembangan yang
bertentangan dengan kebutuhan keluarga, mempertahankan
pernikahan yang memuaskan, serta memperluas persahabatan
dengan keluarga besar (Nies, M.A and McEwen, M., 2015) dalam
(Helmi, dkk. 2017). Beberapa isu yang dihadapi oleh pasangan
baru menimbulkan stress yang cukup tinggi. Ketidakseimbangan
dalam waktu yang lama atau berulang dapat menyebabkan
perasaan tidak nyaman sebagai orang tua yang dapat
mempengaruhi hubungan pernikahan (Fullerton, L., 2019) dalam
(Helmi, dkk. 2017). Pada fase ini, dibutuhkan kemampuan
pasangan untuk berubah peran dan adaptasi terhadap tanggung
jawab sebagai orang tua (Molina, Y., et.al, 2019) dalam (Helmi,
dkk. 2017). Pada situasi ini ditemukan keterbatasan aktifitas ibu
untuk bersosialisasi, kelelahan/stress dengan peran yang baru,
komunikasi pasangan yang tidak efektif, pengabaian/kurang
perhatian, penurunan aktifitas seksual (Hamid, A.Y.S., et al, 2010)

5
dalam (Helmi, dkk. 2017). Bahkan pasangan dituntut untuk
merespon keyakinan generasi yang lebih tua tentang mitos
perawatan selama kehamilan–perawatan bayi, yang seringkali
berbeda dengan pandangan atau pola piker pasangan baru (Rusell,
L.T., 2020) dalam (Helmi, dkk. 2017)

Isu lain terkait fase ini adalah masalah pada masa


kehamilan ibu, kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Berdasarkan
laporan CDC (2019), beberapa kasus yang sering muncul secara
global adalah komplikasi kehamilan, penggunan zat NAPZA
selama kehamilan, depresi, kematian ibu, dan kehamilan pada
remaja. Data juga membuktikan adanya kematian bayi, lahir
premature, kurangnya pemberian asi eksklusif dan sudden
unexplained infant death. WHO melaporkan pada tahun
2017,sekitar 810 wanita hamil dan wanita bersalian meninggal di
setiap hari; Kehamilan pada remaja berusia 10-14 tahun memiliki
resiko tinggi komplikasi kehamilan dan kematian; Ibu yang sudah
memiliki pengalaman terkait perawatan saat / pasca kehamilan
berdampak pada keselamatan Wanita dan bayi baru lahir (WHO,
2019); Ibu yang berusia lebih muda atau remaja (17 tahun)
cenderung tidak memberikan asi eksklusif (Anggraeni, M.D., et al.,
2016) dalam (Helmi, dkk. 2017).Selanjutnya,data pada tahun 2019
melaporkan kematian bayi baru lahir sebanyak 47% dari total
kematian di bawah usia 5 tahun; Bayi meninggal di usia 28 hari
mengalami kondisi/penyakit yang berhubungan dengan kurangnya
perawatan selama kehamilan dan perawatan bayi baru lahir;
Apabila wanita hamil mendapatkan perawatan ante natal rutin dari
tenaga professional, berpendidikan dan menerapkan standar
internasional, tercatat mengalami kematian bayi (16%) dan lahir
premature (24%). Perawatan ante natal dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi (WHO, 2019a; 2020b).

6
2.2.3 Keluarga dengan anak usia prasekolah
Tahap perkembangan ini dimulai saat anak pertama berusia
2.5 tahun, dan berakhir bila anak usia 5 tahun. Pada kondisiini,
keluarga lebih majemuk dan berbeda. Tugas keluarga adalah
memenuhi semua kebutuhan anggota, dimulai dari kebutuhan dasar
seperti makanan, tempat tinggal, ruang bermain, belajar, privasi
dan bahkan keamanan, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan
anak baru, juga tetap memenuhi kebutuhan anak yang lain. Serta,
mempertahankan hubungan yang sehat (hubungan suamiistri, orang
tua dan anak) bahkan dalam lingkup keluarga besar dan komunitas
(Nies, M.A and McEwen, M., 2015) dalam (Helmi, dkk. 2017).
Kehidupan keluarga di tahap ini menjadi lebih sibuk,
berkembang dan kompleks. Selain fokus pada perkembangan anak,
juga pada pekerjaan, karir dan keuangan. Bertambahnya jumlah
anak, cenderung memberikan tantangan bagi pasangan suami istri.
Pasangan akan melihat perubahan kepribadian yang lebih negatif,
kurang puas, interaksi berorientasi pada tugas dan lebih sedikit
percakapan personal/kehangatan/perhatian sebagai pasangan.
Hasil studi menunjukan bahwa setiap keluarga memiliki
beragam strategi yang fleksibel, untuk menyeimbangkan tujuan
pribadi dan keluarga; mempromosikan penenuhan derajat
kesehatan, menciptakan kebahagiaan, dan membina perkembangan
juga komitmen keluarga (Hall, W.A., 2007) dalam (Helmi, dkk.
2017). Sebagai orang tua perlu mendapat lebih banyak informasi
terkait pertumbuhan dan perkembangan anak pada tahap ini.
Dukungan keluarga, sosial dan juga kebijakan pemerintah
memberikan dampak bagi kesehatan keluarga (Latva, R.,
&Furmark, C., 2020) dalam (Helmi, dkk. 2017).
Isu kesehatan anak pada tahapan ini adalah resiko
terpaparnya penyakit menular, cedera akibat jatuh, luka bakar,
keracunan, malnutrisi, imunisasi tidak lengkap, lingkungan yang
tidak kondusif, anak cacat / berkebutuhan khusus, bahkan

7
penganiayaan (Kaakine, J.R. et al, 2018; Nies, M.A and McEwen,
M., 2015; Bowden V.R., Greenberg, C.S., 2010) dalam (Helmi,
dkk. 2017). Menurut data UNICEF, kematian anak di dunia tahun
2018 sebesar 29%, disebabkan pneumonia, diare dan malaria. Jenis
penyakit ini seharusnya dapat dicegah dan diobati. Namun penyakit
ini masih menjadi penyumbang angka mortalitas tertinggi pada
anak di bawah usia 5 tahun.
2.2.4 Keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 6
tahun/mulai masuk sekolah dasar, berakhir pada pada usia 13 tahun
sebagai awal masa remaja. Keluarga bertugas untuk
mensosialisasikan anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah
dan mengembangkan hubungan dengan teman sebayanya.
Disamping itu, tetap mempertahankan hubugan perkawinan yang
memuaskan, serta memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota
keluarga (Nies, M.A and McEwen, M., 2015) dalam (Helmi, dkk.
2017).

Pada fase ini, anak anak sudah menunjukan bakat, minat,


keinginannya dan mengikuti aktivitas yang wajib yaitu sekolah.
Selain itu, orang tua akan menghadapi tuntutan dari pihak luar
yaitu harus menyesuaikan dengan standar pendidikan / sekolah.
Orang tua dan anak perlahan akan terpisah, karena beragam
aktifitas anak saat belajar ataupun bersosialisasi dengan teman
sebayanya (Kaakine, J.R. et al, 2018; Nies, M.A and McEwen, M.,
2015; Bowden V.R., Greenberg, C.S., 2010) dalam (Helmi, dkk.
2017).

Faktor factor penunjang kesehatan anak di usia sekolah


adalah program sekolah (contohnya: sekolah sehat, UKS, kantin
sehat), sarana prasarana dan lingkungan sekolah itu sendiri. Resiko
masalah kesehatan pada anak usia sekolah adalah cedera, merokok,
penyalahgunaan zat, tato dan tindik, kerusakan gigi, obesitas,

8
gangguan pola makan dan juga penindasan / kekerasan (Mulyono,
S., et. al, 2017; Nies, M.A and McEwen, M., 2015) dalam (Helmi,
dkk. 2017). Oleh karena itu, penting untuk keluarga
memperkenalkan dasar dasar pemikiran /rasional dan konsep
tentang yang benar – salah, baik atau buruk; prinsip agama dan
etik, norma dan keyakinan keluarga. Studi Haris, C. (2020) dalam
(Helmi, dkk. 2017) menyatakan bahwa ada hubungan antara
linkungan keluarga dengan pencapaian anak dalam pendidikan.
Orang tua sebaiknya menciptakan komunikasi secara terbuka, dan
terus mengarahkan serta mengevaluasi aktifitas anak. Orang tua
juga perlu berkomunikasi dengan guru di sekolah, ataupun
konsultasi dengan tenaga medis sesuai kebutuhan.

2.2.5 Keluarga dengan anak remaja


Periode ini berlangsung selama 6 – 7 tahun, pada saat anak
pertaman berusia 13 tahun atau sampai anak meninggalkan rumah
pada usia 20 tahun. Pada tahap ini keluarga bertugas untuk
menyeimbangkan kebebasan dan tanggung jawab seorang remaja
menjadi dewasa (untuk menjadi lebih mandiri). Keluarga harus
menciptakan/ mengarahkan komunikasi terbuka, serta
memfokuskan kembali hubungan pernikahan (Nies, M.A and
McEwen, M., 2015) dalam (Helmi, dkk. 2017).

Masa remaja merupakan fase bagi anak untuk mulai


membentuk kebiasaan dan karakter. Dimulai dari pola makan,
aktifitas dan hobi, manajemen emosi, cara menyelesaikan masalah
hingga terbentuknya koping. Biasanya pada remaja akan muncul
keinginan mencoba hal baru, ingin mendapatkan kebebasan untuk
melakukan hal hal yang beresiko. Hal ini terkait dengan fungsi
eksekutif di korteks prefrontal yang belum matang sampai
menjelang usia 25 tahun. Perilaku ini dipengaruhi juga oleh
lingkungan, teman sebaya dan kebiasaan masyarakat setempat
(Kaakine, J.R. et al, 2018; Bowden V.R., Greenberg, C.S., 2010)

9
dalam (Helmi, dkk. 2017). Secara keseluruhan, perubahan
perkembangan yang dialami remaja yaitu dalam bidang perubahan
kognitif,pembentukan identitas dan perubahan biologis. Sehingga
orang tua harus menghargai otonomi dan kemandirian anak remaja,
tidak lagi mempertahankan otoritas sebagai orang tua (Goldenberg,
2000 dalamNies, M.A and McEwen, M., 2015) dalam (Helmi, dkk.
2017).

Isu kesehatan yang biasanya ditemukan pada remaja adalah


kecelakaan lalu lintas, cedera, penyalahgunaan alkohol dan obat -
obatan, kehamilan yang tidak direncanakan, aborsi, HIV – AIDS,
perilaku kekerasan, deficit nutrisi – mikronutrien, obesitas dan juga
ganggguan kesehatan mental yang seringkali dimulai sejak usia 14
tahun. Pada tingkat negara, angka mortalitas pada remajausia 10-14
tahun berkisar antara 0.2 – 14.8 kematian per 1000 populasi
(WHO, 2021). Karena itu dibutuhkan peran aktif dari orang tua,
guru, masyarakat, organisasi dan pemerintah untuk mendukung
kesehatan anak remaja (Park, S., & Kim, S.-H., 2018) dalam
(Helmi, dkk. 2017).

Hasil penelitan menunjukan bahwa mayoritas keluarga


memiliki fungsi afektif keluarga adekuat dan perilaku seksual
remaja berisiko rendah (Gustiani, Y &Ungsianik, T., 2016).
Kebiasaan keluarga untuk menerapkan pola makan sehat
berhubungan dengan kejadian obesitas pada remaja (Lemacks, J.L
& Greer, T., 2020; Forrest, K.Y.Z, et.al, 2017) dalam (Helmi, dkk.
2017). Namun setiap rumah tangga memiliki kompleksitas yang
berbeda, salah satu tantangan untuk keluarga apabila memiliki
ayah/ibu/saudara sambung. Hasil studi dari Rusell, L.T (2020)
menginfokan bahwa dalam satu decade belakangan ini, sebanyak
46% anak di Amerika tinggal bersama orang tua kandung,
mayoritas tinggal bersama orang tua sambung. Pada situasi ini,
anak memiliki empat orang tua, atau bahkan beberapa saudara

10
sambung. Apabila keluarga tidak dapat menciptakan hubungan
yang kondusif dan juga asertif, maka hal ini dapat berdampak pada
kesehatan anggota keluarga. Hasil studi lain menyatakan, peran
jaringan sosial juga dapat mengarahkan remaja wanita yang sedang
hamil untuk berhenti merokok (Derksena, D.E., et.al., 2021) dalam
(Helmi, dkk. 2017); dan bagaimanA sebuah komunitas mampu
member dampak pada perijinan penggunaan / konsumsi alcohol di
tingkat local area (Ure, C., et. al., 2021) dalam (Helmi, dkk. 2017).

2.2.6 Keluarga melepaskan anak usia dewasa muda


Tahap ini dapat berjalan singkat atau agak panjang,
tergantung pada beberapa anak yang ada di dalam rumah / beberapa
anak yang belum menikah yang masih tingal di rumah setelah lulus
SMA dan perguruan tinggi.Tugas keluarga pada tahap ini adalah
memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga
baru dari perkawinan anak anak.Keluarga tetap melanjutkan untuk
memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan pernikahan,
serta membantu orang tua lansia dan sakit sakitan (Nies, M.A and
McEwen, M., 2015) dalam (Helmi, dkk. 2017). Isu ditahap ini,
keluarga harus melepaskan anaknya untuk membentuk keluarga
baru atau memulai siklus kehidupan yang baru bersama
pasangannya.Sehingga orang tua dan anak akan masuk masa
transisi, beradaptasi untuk memulai kemandirian baik itu secara
finansial, otonomi, gaya hidup, menghadapi sakit / stress, juga
membina relasi dengan anggota keluarga baru.Isu lain yang bisa
mucul pada tahap ini adalah ketika anggota keluarga menghadapi
sakit kronis (Svavarsdottir, E.K., et al., 2020) dalam (Helmi, dkk.
2017), pola hidup tidak sehat seperti alcoholic, obesitas dan
penyakit komorbid (Vasiljevic, Z., Svenssona, R., Shannon., D.,
2021; Forrest, K.Y.Z, et.al., 2017) ;perbedaan prinsip antara orang
tua dengan pilihan anak,seperti LGBT (Eisenberg, M.E., et al.,
2020),sikap perilaku dominasi pada pasangan (Park, S., & Kim,
S.H., 2018); komunikasi antara anak dan orang tua, serta transisi

11
peran bagi suami istri yang baru dan orang tua masing masing
(Hamid, A.Y.S., et al, 2010) dalam (Helmi, dkk. 2017).

2.2.7 Keluarga orang tua paruh baya


Siklus ini merupakan masa pertengahan bagi orang tua,
dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
dengan pension atau kematian pasangan. Tugas perkembagan pada
tahap ini adalah menyediakan lingkungan yang meningkatkan
kesehatan, mempertahankan kepuasan hubungan yang bermakna
antara pasangan dan anak, serta memperkuat hubungan pernikahan
(Nies, M.A and McEwen, M., 2015) dalam (Helmi, dkk. 2017).
Keluarga di tahap ini menghadapi perubahan dan penyesuaian pada
fisiologis / penuaan, keintiman dalam pernikahan, penghasilan atau
status ekonomi, masalah kesehatan dan perubahan status untuk
menjadi kakek nenek (Hamid, A.Y.S., et al, 2010). Isuyang
seringkali dihadapi adalah penerapan pola hidup sehat, penyakit
kronis, penyakit keganasan (Kaakine, J.R. et al, 2018) dalam
(Helmi, dkk. 2017). Selain itu dukungan keluarga ketika sakit
(Yuniartika, W. & Muhammad, F., 2019); kemampuan keluarga
dalam merawat lansia, mengambil alih tugas lansia, respon
keluarga dalam merawat yang merupakan tindakan untuk
memenuhi kebutuhan lansia secara holistik (Badriah, S., et.al.,
2014; Kholifah, S.N., et al., 2011) dalam (Helmi, dkk. 2017).

2.2.8 Keluarga lansia pensiunan/keluarga dalam tahun terakhir


Tahap ini dimulai pada saat salah satu pasangan atau
keduanya memasuki masa pensiun, berakhir pada saat pasangan
atau keduanya meninggal. Tugas keluarga tahap ini adalah
mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan,
mempertahankan hubungan pernikahan, menyesuaikan dengan
kehilangan pasangan dan menyesuaikan terhadap pengeluaran yang
berkurang. Selanjutnya, berupaya mempertahankan ikatan keluarga
antar generasi, serta melanjutkan untuk merasionalisasikan

12
kehilangan keberadaan anggota keluarga (Nies, M.A and McEwen,
M., 2015) dalam (Helmi, dkk. 2017). Beberapa isu dan perhatian
yang dibutuhkan pada tahapan ini adala penyesuaian pada
disabilitas fungsional dari lansia, penyakit kronik, isolasi social,
berduka/depresi dan gangguan kognitif (Hamid, A.Y.S., et al,
2010); masalah nutrisi, penggunaan obat– obatan, keamanan dan
keselamatan (Nies, M.A and McEwen, M., 2015); juga isu
menjelang ajal atau perawatan paliatif (Hollandera, D.D., et al.,
2020) dalam (Helmi, dkk. 2017).

2.3 Isu Praktik, Pendidikan, Penelitian dan Kebijakan dalam


Keperawatan Keluarga
Berdasarkan literatur, beberapa trend – isu lainnya terkait keperawatan
keluarga (Hamid, A.Y.S., et al, 2010), adalah:

1. Kesenjangan antara teori, penelitian dan praktik klinik


2. Integrasi keperawatan keluarga kedalam praktik
3. Peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kepada
keluarga
4. Bekerja lebih efektif dengan ragam budaya keluarga
5. Globalisasi keperawatan keluarga
6. Muatan pada kurikulum keperawatan keluarga
7. Penelitian intervensi keperawatan keluarga
8. Keterlibatan perawat keluarga dalam membentuk kebijakan terkait
perawatan keluarga

Menurut Friedman dkk (2013,hal. 41-42), berdasarkan kajian kami


terhadap literatur dan diskusi profesional dengan kolega di bidang
keperawatan keluarga, 8 isu penting dalam keperawatan keluarga saat ini:

2.3.1 Isu Praktik


1. Kesenjangan bermakna antara teori dan penelitian serta
praktik klinis.
Kesenjangan antara pengetahuan yang ada dan penerapan
pengetahuan ini jelas merupakan masalah di semua bidang dan

13
spesialisasi di keperawatan, meskipun kesenjangan ini lebih tinggi
dikeperawatan keluarga. Keperawatan yang berpusat pada keluarga
juga masih dinyatakan ideal dibanding praktik yang umum
dilakukan. Wright dan Leahey mengatakan bahwa faktor terpenting
yang menciptkan kesenjangan ini adalah “ cara perawat
menjabarkan konsep masalah sehat dan sakit. Hal ini merupakan
kemampuan “berfikir saling memengaruhi”: dari tingkat individu
menjadi tingkat keluarga (saling memengaruhi)”. Penulis lain yaitu
Bowden dkk menyoroti bahwa kecenderungan teknologi dan
ekonomi seperti pengurangan layanan dan staf, keragaman dalam
populasi klien yang lebih besar. Sedangkan menurut Hanson
kurangnya alat pengkajian keluarga yang komperehensif dan
strategi intervensi yang baik, perawat terikat dengan model
kedokteran (berorientasi pada individu dan penyakit), dan sistem
pemetaan yang kita lakukan serta sistem diagnostik keperawatan
menyebabkan penerapan perawatan yang berfokus pada keluarga
sulit diwujudkan.
2. Kebutuhan untuk membuat perawatan keluarga menjadi lebih
mudah untuk di integrasikan dalam praktik.
Dalam beberapa tahun ini, terjadi restrukturisasi pelayanan
kesehatan besar-besaran, yang mencakup perkembangan pesat
sistem pengelolaan perawatan berupa sistem pemberian layanan
kesehatan yang kompleks, multi unit, dan multi level sedang
dibentuk. Sebagian dari restruturisasi ini juga termasuk
kecenderungan pasien dipulangkan dalam “keadaan kurang sehat
dan lebih cepat” dan pengurangan jumlah rumah sakit, pelayanan
dan staf, serta pertumbuhan pelayanan berbasis komunitas.
Perubahan ini me nyebabkan peningkatan tekanan kerja dan
kelebihan beban kerja dalam profesi keperawatan. Waktu kerja
perawat dengan klien individu dan klien keluarga menjadi
berkurang. Oleh karena itu, mengembangkan cara yang bijak dan
efektif untuk mengintegrasikan keluarga ke dalam asuhan

14
keperawatan merupakan kewajiban perawat keluarga. Menurut
Wright dan Leahey, mengatasi kebutuhan ini dengan menyusun
wawancara keluarga selama 15 menit atau kurang. Pencetusan
gagasan dan strategi penghematan waktu yang realistik guna
mempraktikan keperawatan keluarga adalah isu utama praktik
dewasa ini.
3. Peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan
kesehatan kepada keluarga.
Berdasarkan pembincangan dengan perawat dan tulisan
yang disusun oleh perawat keluarga, terdapat kesepakatan umum
bahwa peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan
kesehatan ke pasien atau keluarga perlu dilakukan. Kami percaya
hal ini masih menjadi sebuah isu penting pada pelayanan kesehatan
saat ini. Menurut Wright dan Leahey dalam Robinson,
mengingatkan kita bahwa terdapat kebutuhan akan kesetaraan yang
lebih besar dalam hubungan antara perawat dan keluarg, hubungan
kolaboratif yang lebih baik, dan pemahaman yang lebih baik akan
keahlian keluarga. Perkembangan penggunaan Internet dan email
telah memberikan banyak keluarga informasi yang dibutuhkan
untuk belajar mengenai masalah kesehatan dan pilihan terapi
mereka. Gerakan konsumen telah memengaruhi pasien dan
keluarga untuk melihat diri mereka sebagai konsumen, yang
membeli dan mendaptkan layanan kesehatan seperti layanan lain
yang mereka beli. Dilihat dari kecenderungan ini, anggota keluarga
sebaiknya diberikan kebebasan untuk memutuskan apa yang baik
bagi mereka dan apa yang mereka lakukan demi kepentingan
mereka sendiri.
4. Bagaimana bekerja lebih efektif dengan keluarga yang
kebudayaannya beragam.
Kemungkinan, isu ini lebih banyak mendapatkan perhatian
dikalangan penyedia pelayanan kesehatan, termasuk perawat,
dibandingkan isu lainnya pada saat ini. Kita tinggal di masyarakat

15
yang beragam, yang memiliki banyak cara untuk menerima dan
merasakan dunia, khusunya keadaan sehat dan sakit. Dalam
pengertian yang lebuh luas, budaya (termasuk etnisitas,
latarbelakang agama, kelas sosial, afiliasi regional dan politis,
orientasi seksual, jenis kelamin, perbedaan generasi) membentuk
persepsi kita, nilai, kepercayaan, dan praktik. Faktor lainnya,
seperti pengalaman sehat dan sakit, membentuk cara kita
memandang sesuatu. Meskipun terdapat semua upaya tersebut
guna dapat bekerja lebih efektif dengan keluarga yang beragam,
memberikan perawatan yang kompeten secara budaya tetap
menjadi tantangan yang terus dihadapi.
5. Globalisasi keperawatan keluarga menyuguhkan kesempatan
baru yang menarik bagi perawat keluarga.
Dengan makin kecilnya dunia akibat proses yang dikenal
sebagai globalisasi, perawat keluarga disuguhkan dengan
kesempatan baru dan menarik utnuk belajar mengenai intervensi
serta program yang telah diterapkan oleh negara lain guna
memberikan perawatan yang lebih baik bagi keluarga. Globalisasi
adalah proses bersatunya individu dan keluarga karena ikatan
ekonomi, politis, dan profesional. Globalisasi mempunyai dampak
negatif yang bermakna bagi kesehatan yaitu ancaman epidemi
diseluruh dunia seperti HIV/AIDS menjadi jauh lebih besar. Akan
tetapi sisi positifnya, pembelajaran yang diperoleh perawat amerika
dari perawat diseluruh dunia melalui konferensi internasional,
perjalanan, dan membaca literatur kesehatan internasional
memberikan pemahaman yang bermanfaat. Sebagai contoh, di
Jepang, pertumbuhan keperawatan keluarga sangat mengesankan.
Disana, perawat telah mengembangkan kurikulum keperawatan
keluarga disekolah keperawatan dan telah menghasilkan teori
keperawatan yang berfokus pada keluarga dan sesuai dengan nilai
dan konteks Jepang. Menurut Sugishita Keperawatan keluarga
mengalami pertumbuhan yang pesat di Jepang, yang ditandai

16
dengan publikasi dan upaya penelitian yang dilakukan di Jepang.
Negara lain, seperti Denmark, Swedia, Israel, Korea, Chili,
Meksiko, Skotlandia, dan Inggris juga mengalami kemajuan
bermakna di bidang kesehatan keluarga dan keperawatan keluarga.
Kita harus banyak berbagi dan belajar dari perawat dibeberapa
negara ini.

2.3.2 Isu Pendidikan


Muatan apa yang harus diajarkan dalam kurikulum
keperawatan keluarga dan bagaimana cara menyajikannya?
Menurut Hanson dan Heims, yang melaporkan sebuah survei pada
sekolah keperawatan di Amerika Serikat yang mereka lakukan
terkait cakupan keperawatan keluarga di sekolah tersebut, terdapat
perkembangan pemaduan muatan keperawatan keluarga dan
ketrampilan klinis kedalam program keperawatan pascasarjana dan
sarjana. Masih belum jelas muatan apa yang tepat diberikan untuk
program sarjana dan pascasarjana dan bagaimana cara mengajarkan
ketrampilan klinis. Tidak kesepakatan mengenai fokus program
sarjana dan pascasarjana terkait dengan keperawatan keluarga.
Akan tetapi, terdapat beberapa konsensus bahwa praktik
keperawatan tingkat lanjut pada keperawatan keluarga melibatkan
pembelajaran muatan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk
bekerja dengan seluruh keluarga dan individu anggota keluarga
secara bersamaan. Perawat keluarga dengan praktik tingkat lanjut
dapat bekerja sebagai terapis keluarga pada keluarga yang
bermasalah. Akan tetapi, masih belum jelas muatan dan
ketrampilan apa yang dibutuhkan dalam keperawatan keluarga
untuk para perawat yang dipersiapkan di program praktik tingkat
lanjut lainnya (program perawat spesialis klinis dan praktisi).
Bahasa lebih lanjut mengenai cakupan dan level muatan dan
ketrampilan klinis perlu dilakukan.

17
2.3.3 Isu Penelitian
Kebutuhan untuk meningkatkan penelitian terkait intervensi
keperawatan keluarga. Dibidang keperawatan keluarga, perawat
peneliti telah membahas hasil kesehatan dan peralihan keluarga
yang terkait dengan kesehatan. Teori perkembangan, teori stres,
koping, dan adaptasi, teori terapi keluarga, dan teori sistem telah
banyak memandu penilitian para perawat penilti keluarga.
Penelitian dilakukan lintas disiplin, yang menunjukkan bahwa
“tidak ada satupun disiplin yang memiliki keluarga” menurut Gillis
dan Knafl dalam Friedman dkk (2013, hal.42). Kelangkaan
penelitian keperawatan yang nyata terletak dibidang studi
interveni. Menurut Knafl dalam Friedman dkk (2013, hal.42)
kurangnya studi intervensi dalam keperawatan keluarga
“mengejutkan.” Menurut Janice Bell dalam editor journal of family
nursing, dalam editorial “Wanted :Family Nursing Intervention,”
mengeluhkan mengenai kurangnya naskah penelitian intervensi
keperawatan yang ia terima untu dikaji. Dengan tidak memadainya
jumlah studi intervensi,kita mengalami kekurangan bukti ilmiah
yang dibutuhkan untuk mendukung evikasi strategi dan program
keperawatan keluarga. Selain itu,dibutuhkan penelitian
keperawatan keluarga yang sebenarnya: sebagian besar penelitian
keperawatan keluarga sebenarnya merupakan penelitian yang
terkait dengan keluarga ( yang berfokus pada anggota
keluarga),bukan penelitian keluarga (yang berfokus pada seluruh
keluarga sebagai sebuah unit).

2.3.4 Isu kebijakan


Kebutuhan akan lebih terlibatnya perawat keluarga dalam
membentuk kebijakan yang memengaruhi keluarga. Hanson,
dalam bahasanya mengenai reformasi pelayanan kesehatan,
mendesak perawat keluarga lebih terlibat di tiap level sistem politis
guna menyokong isu keluarga. Kami setuju dengan beliau.
Praktisnya, semua legislasi domestik yang dikeluarkan ditingkat

18
lokal, negara bagian atau nasional mempunyai dampak pada
keluarga. Sebagai advokat keluarga, kita perlu baik secara sendiri-
sendiri maupun bersama menganalisis isu dan kebijakan yang
tengah diusulkan dan membantu merumuskan dan
mengimplementasikan kebijakan dan regulasi yang positif.
Mendukung calon dewan yang mendukung calon keluarga dan
menjadi relawan untuk melayani komisi kesehatan dan komisi
yang terkait dengan kesehatan dan dewan organisasi adalah jalan
penting lain untuk “ membuat suatu perbedaan” kita perlu
mendukung keluarga agar mempunyai hak mendapatkan informasi,
memahami hak dan pilihan mereka, serta lebih cakap dalam
membela kepentingan meraka sendiri.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sikap dan pola perilaku keluarga dapat dipengaruhi oleh dunia tanpa
batas (global village). Kemajuan teknologi di bidang transportasi
mengakibatkan tingkat mobilisasi penduduk yang tinggi seperti migrasi yang
besar-besaran yang berpengaruh terhadap interaksi keluarga yang berubah.
Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang tapi DEPKES sudah
menyusun pedoman pelayanan keperawatan keluarga dan model keperawatan
keluarga di rumah tapi perlu disosialisasikan serta munculnya perhatian dari
pihak pemerintah mengenai masalah kesehatan masyarakat seperti
diberikannya bantuan bagi keluarga miskin serta asuransi kesehatan lainnya
bagi keluarga yang tidak mampu. Rendahnya minat perawat untuk bekerja
dengan keluarga akibat system yang belum berkembang.
3.2 Saran
Pelayanan keperawatan keluarga harus dikembangkan karena
keperawatan keluarga dapat mengurangi kejadian atau penderitaan akibat
penyakit dengan perubahan paradigma dari cure menjadi care melalui tindakan
preventif.

20
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M. M. (2013). Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan.


Praktek (5th ed.). Jakarta: EGC

Hamid, A.Y.S., Sutarna, A., Subekti, N.B, Yulianti, D., Herdina, N. (2010). Buku
Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan Praktek, Ed.5. Terjemahan
dari Friedman, M.M., Bowden, V.R., Jones, E.G. (2003). Family Nursing:
research, theory and practice. EGC, Jakarta.

Helmi, dkk. (2017). Modul Keperawatan Keluarga (Family Nursing). Pamekasan:


Duta Media Publishing

21

Anda mungkin juga menyukai