Anda di halaman 1dari 43

MODUL KELUARGA DAN KOMUNITAS III

MAKALAH DISKUSI KELOMPOK PEMICU 3


Semester 6 Tahun Ajaran 2019/2020

Disusun Oleh :
PSIK A 2016
Kelompok 4

1. Nur Kholifatur Rosyidah 11161040000004


2. Ernidya Damayanti 11161040000009
3. Risa Lusiana 11161040000016
4. Tika Rahmawati 11161040000024
5. Titania Nanda Safitri 11161040000030
6. Fitri Fadila 11161040000036
7. Sofia Dwi Mardiyanti 11161040000080
8. Dawda Kairaba Kijera 11161040000089

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
MEI 2019

0
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.


Alhamdullilah hirobbil’alamin. Kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat hambatan dan pembelajaran yang
sangat bermanfaat. Namun, berkat dorongan dan motivasi yang tinggi dari berbagai pihak
hambatan tersebut dapat kami atasi. Maka dari itu, berkat bantuan mereka kami mengucapkan
terima kasih.

Dengan segala hormat ucapan kami tujukan kepada:


1. Bapak Dr. Jamaludin, M.Kep Selaku dosen pembimbing dalam modul keluarga dan komunitas.
2. Orang tua yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan makalah.
3. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan sumbangan motivasi.
4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang langsung maupun tidak
langsung turut andil dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan makalah selanjutnya. Dan kami berharap semoga makalah yang sederhana ini
dapat bermanfaat bagi semuanya terutama para pembaca.
Wassalamuallaikum. Wr. Wb
Jakarta, 16 Mei 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................................1


DAFTAR ISI ...................................................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................................6
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pandangan Islam Tentang Keluarga ...................................................................................7
2.1.1 Arti Keluarga Dalam Islam .....................................................................................7
2.1.2 Peran Keluarga Dalam Islam ..................................................................................8
2.2 Modifikasi Terapi Perawatan Kesehatan .........................................................................10
2.2.1 Pengertian Konseling Keluarga ............................................................................10
2.2.2 Sejarah Konseling Keluarga .................................................................................10
2.2.3 Latar Belakang Konseling Keluarga .....................................................................11
2.2.4 Teori Konseling Keluarga .....................................................................................12
2.2.5 Proses dan Tahapan Konseling Keluarga .............................................................15
2.2.6 Teknik Konseling Keluarga ..................................................................................17
2.2.7 Modifikasi Lingkungan pada kasus ......................................................................19
2.3 Stress Dan Koping Adaptasi ............................................................................................22
2.3.1 Definisi Stress .....................................................................................................22
2.3.2 Sumber Stress ......................................................................................................23
2.3.3 Macam-Macam Stress .........................................................................................23
2.3.4 Model Stress ........................................................................................................24
2.3.5 Faktor Pengaruh Respon Terhadap Stress ..........................................................26
2.3.6 Tahapan Stress ....................................................................................................27
2.3.7 Indikator Stress ...................................................................................................27
2.3.8 Pengertian Adaptasi ............................................................................................32
2.3.9 Tujuan Adaptasi ..................................................................................................32
2.3.10 Jenis Adaptasi .....................................................................................................33

2
2.3.11 Manajemen Stress ...............................................................................................33
2.4 Asuhan Keperawatan .......................................................................................................36

BAB III : PENUTUP ....................................................................................................................41


3.1 Kesimpulan....................................................................................................................41
3.2 Saran..............................................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................42

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga diartikan sebagai unit sosial-ekonomi terkecil dalam masyarakat yang
merupakan landasan dasar dari semua institusi, juga serta merupakan kelompok primer
yang terdiri dari dua atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal,
hubungan darah maupun hubungan perkawinan, dan adopsi (Puspitawati, 2013). Keluarga
berfungsi sebagai seleksi segenap budaya luar, dan mediasi hubungan anak dengan
lingkungannya (Bossard dan Ball, 1966). Persepsi fungsi keluarga adalah persepsi dari
masing-masing anggota keluarga mengenai kemampuan keluarga dalam hal pemecahan
masalah, komunikasi, peran, respon afektif, keterlibatan afektif, dan pengendalian tingkah
laku (Setyawan, 2007). Hubungan antara anggota keluarga merupakan jenis hubungan
yang dekat atau memiliki intensitas yang sangat tinggi (Lestari, 2012). Dukungan sosial
keluarga dapat berupa dukungan internal maupun eksternal. Keluarga memiliki berbagai
dukungan suportif seperti dukungan emosional, instrumental, informatif, dan penghargaan
(Agustini., et al 2013). Konflik di dalam keluarga lebih sering dan mendalam dibandingkan
dengan konflik dalam konteks sosial yang lain (Lestari, 2012). Keluarga yang harmonis
akan memberikan kesempatan pada individu untuk mendapat dasar-dasar perkembangan,
latihan-latihan sikap, dan kebiasaan baik. Keluarga merupakan satu kesatuan utuh yang
mana didalamnya terdapat limpahan kasih sayang. Keluarga yang sejahtera dambaan bagi
setiap orang, namun sebaliknya ada pola keluarga yang selalu terlibat konflik hingga dapat
mengakibatkan keretakan keluarga.
Perawatan keluarga yang komprehensip merupakan suatu proses yang rumit,
sehingga memerlukan suatu pendekatan yang logis dan sistematis untuk bekerja dengan
keluarga dan anggota keluarga . Pendekatan ini disebut proses keperawatan. Menurut Yura
dan Walsh (1978), “proses keperawatan merupakan inti dan sari dari keperawatan”. Proses
adalah suatu aksi gerak yang dilakukan dengan sengaja dan sadar dari satu titik ke titik
yang lain menuju pencapaian tujuan. Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan suatu
proses pemecahan masalah yang sistematis, yang digunakan ketika bekerja dengan
individu, keluarga, kelompok atau komunitas.

4
Salah satu aspek terpenting dari keperawatan adalah penekanannya pada keluarga.
Keluarga bersama dengan individu, kelompok dan komunitas adalah klien atau resipien
keperawatan. Secara empiris, disadari bahwa kesehatan para anggota keluarga dan kualitas
kesehatan keluarga mempunyai hubungan yang erat. Akan tetapi, hingga saat ini sangat
sedikit yang diberikan perhatian pada keluarga sebagai objek dari studi yang sistematis
dalam bidang keperawatan. Beberapa alasan penting meyakinkan mengapa unit keluarga
harus menjadi focus sentral dari keperawatan keluarga, yaitu : Dalam sebuah unit keluarga,
disfungsi apa saja (penyakit, cedera, perpisahan) yang mempengaruhi satu atau lebih
anggota keluarga, dan dalam hal tertentu, sering akan mempengaruhi anggota keluarga
yang lain dan unit ini secara keseluruhan.
Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan
anggotanya.Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada peningkatan,
perwatan diri (self care), pendidikan kesehatan, dan konseling keluarga serta upaya-upaya
yang berarti dapat mengurangi resiko yang diciptakan oleh pola hidup dan bahaya dari
lingkungan.Upaya menemukan kasus merupakan suatu alasan bagus lainnya untuk
memberikan perawatan kesehatan keluarga.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Arti Keluarga Dalam Islam ?
2. Apa yang dimaksud dengan Peran Keluarga Dalam Islam ?
3. Apa yang dimaksud dengan Pengertian Konseling Keluarga ?
4. Apa yang dimaksud dengan Sejarah Konseling Keluarga ?
5. Apa yang dimaksud dengan Latar Belakang Konseling Keluarga ?
6. Apa yang dimaksud dengan Teori-Teori Konseling Keluarga ?
7. Apa yang dimaksud dengan Proses dan Tahapan Konseling Keluarga ?
8. Apa yang dimaksud dengan Teknik-Teknik Konseling Keluarga ?
9. Apa yang dimaksud dengan Modifikasi Lingkungan ?
10. Apa yang dimaksud dengan Pengertian Stress ?
11. Apa yang dimaksud dengan Sumber Stress ?
12. Apa yang dimaksud dengan Macam-macam Stress ?
13. Apa yang dimaksud dengan Model Stress ?

5
14. Apa yang dimaksud dengan Faktor Yang Mempengaruhi Respon Terhadap Stressor ?
15. Apa yang dimaksud dengan Tahapan Stresor ?
16. Apa yang dimaksud dengan Pengertian Adaptasi ?
17. Apa yang dimaksud dengan Tujuan Adaptasi ?
18. Apa yang dimaksud dengan Jenis Adaptasi ?
19. Apa yang dimaksud dengan Pengertian Stress ?
20. Bagaimana Cara Manajement Stress ?
21. Apa Asuhan keperawatan pada kasusu ?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Tentang Arti Keluarga Dalam Islam
2. Untuk Mengetahui Tentang Peran Keluarga Dalam Islam
3. Untuk Mengetahui Tentang Pengertian Konseling Keluarga
4. Untuk Mengetahui Tentang Sejarah Konseling Keluarga
5. Untuk Mengetahui Tentang Latar Belakang Konseling Keluarga
6. Untuk Mengetahui Tentang Teori-Teori Konseling Keluarga
7. Untuk Mengetahui Tentang Proses dan Tahapan Konseling Keluarga
8. Untuk Mengetahui Tentang Teknik-Teknik Konseling Keluarga
9. Untuk Mengetahui Tentang Modifikasi Lingkungan
10. Untuk Mengetahui Tentang Pengertian Stress
11. Untuk Mengetahui Tentang Sumber Stress
12. Untuk Mengetahui Tentang Macam-macam Stress
13. Untuk Mengetahui Tentang Model Stress
14. Untuk Mengetahui Tentang Faktor Yang Mempengaruhi Respon Terhadap Stressor
15. Untuk Mengetahui Tentang Tahapan Stresor
16. Untuk Mengetahui Tentang Pengertian Adaptasi
17. Untuk Mengetahui Tentang Tujuan Adaptasi
18. Untuk Mengetahui Tentang Jenis Adaptasi
19. Untuk Mengetahui Tentang Pengertian Stress
20. Untuk Mengetahui Tentang Manajement Stress
21. Untuk Mengetahui Tentang Asuhan keperawatan pada kasus

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keluarga Dalam Pandangan Islam

Keluarga merupakan bagian terkecil dalam suatu masyarakat, yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak. Meskipun demikian ada juga keluarga yang hanya terdiri dari ayah dan ibu dalam
sebuah rumah tangga. Keluarga dapat diartikan sebagai kelompok sosial yang merupakan produk
dari adanya ikatan-ikatan kekerabatan yang mengikat satu individu dengan yang lainnya. Dengan
pengertian ini keluarga berarti merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat. Keluarga dapat
diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu keluarga luas atau keluarga besar yang disebut dengan
al-‘ailah, dan keluarga inti atau keluarga kecil yang disebut dengan istilah al-usrah.

Al-‘ailah dimaknai sebagai lembaga tempat hidup bersama dengan situasi yang berbeda-
beda, tapi di bawah satu formasi keluarga, yang di dalamnya terbentuk sebuah ikatan bersama.
Sedangkan al-usrah adalah kelompok sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang
belum menikah. Dalam membina keluarga tentu tidak terlepas dari nilai-nilai Islami sehingga
kehidupan rumah tangganya akan mendapatkan keharmonisan dan kebahagiaan bersama. Melalui
bimbingan dan pengajaran agama Islam dalam keluarga membuat ketentraman dan ketenangan
hidup.

2.1.1 Arti Keluarga Dalam Islam


Dalam islam, keluarga memiliki sebuah arti penting dimana keluarga merupakan
bagian dari masyarakat islam dan dalam keluargalah seseorang belajar mengenal islam sejak
kecil.
a. Dibangun dengan pondasi pernikahan syar’i
Keluarga dalam islam merupakan rumah tangga yang dibangun dari suatu
pernikahan antara seorang pria dan wanita yang dilaksanakan sesuai syariat agama islam
yang memenuhi syarat pernikahan dan rukun nikah yang ada. Pernikahan juga awal
membangun rumah tangga islam dan keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah.
Adapun hal ini disebutkan dalam firman Allah SWT berikut ini
‫يَت َ َف َّك ُرونَ ِلقَوم آليَات ذَلِكَ فِي إِ َّن َو َرح َمةً َم َودَّة ً َبينَ ُكم َو َجعَ َل إِلَي َها ِلت َس ُكنُوا أَز َوا ًجا أَنفُ ِس ُكم ِمن لَ ُكم َخلَقَ أَن آيَاتِ ِه َو ِمن‬

7
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya, ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu,
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Qs.Ar-Ruum : 21)
b. Keharmonisan dalam rumah tangga
Memiliki keluarga yang harmonis dan sesuai dengan ajaran agama islam adalah
dambaan setiap muslim dan untuk mewujudkannya ada beberapa cara menjaga
keharmonisan dalam rumah tangga tersebut. Keluarga sakinah, mawaddah warahmah
yang berarti keluarga yang penuh kasih sayang, cinta dan ketentraman dibangun diatas
nilai-nilai islam dan berawal dari pernikahan yang hanya mengharap ridha Allah SWT.
Dalam Alqur’an Allah SWt berfirman :
َ‫اجنَا ِمن لَنَا هَب َربَّنَا يَقُولُونَ َوالَّذِين‬
ِ ‫ِإ َماما ً ِلل ُمتَّقِينَ َواج َعلنَا أَعيُن قُ َّرة َ َوذ ُ ِريَّاتِنَا أَز َو‬
“Dan orang orang yang berkata : “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-
isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam
bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS Alfurqan : 74)

2.1.2 Peran Keluarga Dalam Islam


Sebuah keluarga memegang peranan penting dalam kehidupan karena setiap manusia
atau muslim tentunya berangkat dari sebuah keluarga. Jadi bisa disimpulkan bahwa keluarga
adalah tempat dimana pondasi nilai-nilai agama diajarkan oleh kedua orangtua dan anggota
keluarga lainnya kepada seorang anak. Adapun peran keluarga dalam islam antara lain
1. Menanamkan ajaran islam
Meskipun tidak semua muslim mendapatkan keislamannya dari keluarga yang
melahirkannya, tetap saja keluarga adalah tempat pertama dimana seorang anak belajar
tentang agama islam. Dalam sebuah keluarga, suami istri yang menikah akan
menjalankan dan membangun rumah tangga dengan ajaran agama islam dan hal tersebut
juga akan diajarkan pada anak-anaknya.
Dari sebuah keluarga, seorang anak akan melihat bagaimana orang tuanya shalat,
berpuasa, membaca alqur’an dan lain sebagainya. Sebuah keluarga yang sakinah,
mawaddah dan warahmah akan senantiasa menanamkan iman dan membentuk anak-
anaknya menjadi pribadi dengan akhlak dan budi pekerti yang baik terutama saat bergaul

8
dalam masyarakat (baca cara meningkatkan akhlak terpuji dan pergaulan dalam islam).
Sebagaimana disebutkan dalam dalil berikut ini
َ ‫َو َّل أُف لَ ُه َما تَقُل فَ ََل ِك ََل ُه َما أَو أَ َحدُ ُه َما ال ِكبَ َر ِعندَكَ يَبلُغ ََّن إِ َّما ۚ إِح‬
َ َ‫سانًا َو ِبال َوا ِلدَي ِن إِيَّاهُ إِ َّّل تَعبُد ُوا أَ َّّل َربُّكَ َوق‬
‫ضى‬
‫ك َِري ًم قَو ًّل لَ ُه َما َوقُل تَن َهر ُه َما‬
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia.” (Qs Al isra : 23)
2. Memberikan rasa tenang
Keluarga adalah orang terdekat bagi setiap manusia dan tempat mencurahkan segala
isi hati maupun masalah. Keluarga juga merupakan tempat berkeluh kesah bagi setiap
anggotanya karena hanya keluargalah yang ada dan senantiasa memberikan perhatian
kepada setiap orang meskipun keadaan keluarga setiap orang berbeda-beda. Dalam
Alqur’an sendiri disebutkan bahwa keluarga yang sakinah adalah keluarga yang dipenuhi
dengan ketentraman dan ketenangan hati.
3. Menjaga dari siksa api neraka
Telah disebutkan sebelumnya bahwa keluarga adalah tempat dimana nilai-nilai islam
dan ajaran agama diajarkan untuk pertama kali dan dalam keluarga juga, orangtua serta
anak-anaknya akan menjaga satu sama lain dari perbuatan maksiat dan saling
mengingatkan. (baca cara mendidik anak dalam islam) Seperti yang disebutkan dalam QS
At Tahrim ayat 6 bahwa seorang muslim harus menjaga dirinya dan keluarganya dari
perbuatan dosa dan siksa api neraka.
‫س ُكم قُوا آ َمنُوا الَّذِينَ أَ ُّي َها َيا‬
َ ُ‫َارا َوأَه ِلي ُكم أَنف‬
ً ‫اس َوقُودُهَا ن‬ َ ‫صونَ َّل ِشدَاد ِغ ََلظ َم ََل ِئكَة َعلَي َها َوال ِح َج‬
ُ َّ‫ارة ُ الن‬ َّ ‫أ َ َم َرهُم َما‬
ُ ‫ّللاَ َيع‬
َ‫يُؤ َم ُرونَ َما َويَفعَلُون‬
Hai orang-orang beriman ! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari (kemungkinan
siksaan) api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah
para malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan ( QS
Altahrim : 6).

9
4. Menjaga kemuliaan dan wibawa manusia
Menjaga nama baik keluarga adalah tugas setiap manusia karena saat manusia
berbuat kesalahan maka hal tersebut juga tidak hanya ditimpakan pada dirinya melainkan
juga kepada keluarganya. Memiliki sebuah keluarga membuat seseorang bertanggung
jawab tidak hanya pada dirinya tetapi juga kepada keluarganya.Seorang pria maupun
wanita bisa menjaga kehormatannya jika mereka menikah dan membangun sebuah
keluarga sehingga pernikahan tersebut bisa membantu seseorang memenuhi
kebutuhannya tanpa harus terperosok dalam maksiat seperti halnya perbuatan zina (baca
cara bertaubat dari zina dan hukum zina tangan) Seperti yang disebutkan dalam Surat
Albaqarah ayat 187 dikatakan bahwa suami istri adalah pakaian satu sama lain dan hal
tersebut artinya suami istri menjaga kehormatan keduanya satu sama lain.
5. Melanjutkan keturunan dan memperoleh keberkahan
Salah satu tujuan pernikahan dan membentuk keluarga adalah untuk memiliki
keturunan yang baik dan saleh. Memiliki anak yang saleh dan shalehah adalah karunia
dan berkah Allah SWT kepada setiap orangtua. Membangun sebuah rumah tangga dan
keluarga pada dasarnya adalah jalan menuju keberkahan karena didalam keluarga ada
orangtua dan ridha Allah SWT adalah juga merupakan ridha orangtua. (baca Keutamaan
berbakti kepada orangtua).

2.2 Modifikasi Terapi Perawatan Kesehatan : Konseling Keluarga


2.2.1 Pengertian Konseling Keluarga
Family Conseling atau konseling keluarga adalah upaya bantuan yang diberikan
kepada individu anggota keluarga melalui sistem keluarga (pembenahan komunikasi
keluarga) agar potensinya berkembang seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas
dasar kemauan membantu dari semua anggota keluarga beberdasarkan kerelaan dan kecintaan
terhadap keluarga.

2.2.2 Sejarah Konseling Keluarga


Dalam proses perkembangan konseling keluarga terdapat dua dimensi orientasi:
a) orientasi praktis, yaitu kebenaran tentang perilaku tertentu diperoleh dari
pelaksanaan proses konseling di lapangan. Gaya kepribadian konselor praktis
dengan gaya konduktor, kepribadiannya hebat, giat, dapat

10
menguasai audence sehingga mereka terpana. Selamjutnya dengan gaya reaktor,
yaitu kepribadian konselornya cenderung tidak menguasai, menggunakan taktik
secara dinamika kelompok dikeluarga.
b) orientasi teoritis, cara yang ditempuh adalah dengan mengadakan penelitian.
Selanjutnya pengelompokan konselor, yaitu terdapat dua (A-Z) 1)
pengelompokan konselor (A) menurut Guerin 1976, dalam praktiknya, sering
memandu anggota keluarga kearah diskusi-diskusi tentang pengalaman, waktu,
ruang dalam sesi-sesi terapi. 2) kelompok (Z) yang berorientasi pada sistem. Guerin
1976 ia mengamati bahwa ada tiga parameter penting dalam konseling keluarga
model Z ini. a) fokus terapetik yaitu gejala atau pertumbuhan; b) derajat optimisme
untuk melunakan perilaku manusia; c) tipe pendidikan yang ditekankan.
Perkembangan konseling keluarga selanjutnya. Dimulai dari tahub 80-an
ditandai dengan adanya pengorganisasian dalam konseling keluarga dan
bermunculannya literatur yang makin banyak dalam bidang tersebut. Susan Jones
dalam bukunya “family Therapy” menggunakan perbandingan-perbandingan
pendekatan dalam konseling keluarga yaitu:
1. Integratif (Ackerman)
2. Psikoanalitik (Farmo, Steirlin, Grotjan)
3. Bowenian (Bowen)
4. Struktural (Minuchin)
5. Interaksional (Jackson, Watslawick, Haley, Satir)
6. Social Network (Speck, Attinev, Rueveni)
7. Behavioral (Patterson)

2.2.3 Latar Belakang Konseling Keluarga


a. Kehidupan Keluarga
Dengan berakhirnya perangb dunia II maka terjadilah perubahan dalam sosio-
kultur dalam masyrakat AS. Pengaruh tersebut menggejala pula terhadap keluarga, dan
anggota-anggotanya. Sehubungan dengan hal tersebut, keluarga mendapat tangtangan
dan tekanan dari luar dan dalam dirinya sedangkan keluarga itu harus tetap bertahan.

11
Kemajuan disegala bidang, terutama ilmu dan teknologi terasa pula dampaknya
terhadap keluarga di Indonesia khususnya di kota-kota.
b. Keluarga Pecah (Broken Home)
Yang dimaksud keluarga pecah (broken home) dapat dilihat dari dua aspek: 1.
Keluarga itu terpecah karena strukturnya tidak utuh, karena meninggal dunia, atau
bercerai. 2. Orang tua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi
karena ayah atau ibu jarang ada di rumah, atau tidak memperlihatkan kasih sayang lagi.
c. Kasus Siswa di Sekolah
Banyak kasus siswa di sekolah yang bersumber dari keadaan keluarganya, misalnya
keluarga krisis. Biasanya jika ternyata memang kasus itu berkaitan erat dengan masalah
keluarga, maka guru pembimbing (GP) akan berusahamelakukan kunjungan rumah
(home visit).
d. Konseling Keluarga dan Sekolah
Keluarga dan sekolah merupakan dua sistem yang amat penting didalam kehidupan
anak dan remaja. Keluarga berperan utama adalam mempengaruhi anak-anak dalam
proses perkembangan dan sosialisasinya. Kemudian sekolah tidak hanya
mengembangkan keterampilan kognitif, akan tetapi juga mempengaruhi perkembangan
perilaku emosional dan sosial. Untuk selanjutnya anak dipengaruhi oleh dua sistem itu.

2.2.4 Teori-Teori Konseling


1. Pendekatan Psikoanalisis
Sigmund Freud 1896, sebagai pendiri aliran ini mengemukakan pandangannya
bahwa struktur kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam ketidaksadaran. Alam
kesadaran dapat diumpamakan puncak gunung es yang muncul di tengah laut,
sedanhkan sebagian besar gunumg es yang terbenam itu adalah alam ketaksadaran
manusia. Struktur kepribadian menurut Freud terdiri dari id, ego dan super ego.

a. Tujuan dan Proses Konseling Teori Pendekatan Psikoanalisis


Tujuan konseling aliran psikoanalisis adalh untuk membentuk kembali struktur
kepribadian klien dengan jalan mengembalikan hal yang tak disadri menjadi sadar
kembali. Proses konseling dititik beratkan pada usaha konselor agar klien dapat

12
menghayati, memhami dan mengenal pengalaman-pengalaman masa kecilnya terutama
masa usia 2-5 tahun.
b. Teknik Konseling Teori Pendekatan Psikoanalisis
Ada lima teknik dasar dari konseling psikoanalisis yaitu:
1) Asosiasi bebas, yaitu klien diupayakan untuk menjernihkan atau mengikis alam
pemikirannya dari alam pengalaman dan pemikiran sehari-hari sekarng ini
sehingga klien mudah mengungkapkan masa lalunya.
2) interpretasi, teknik yang digunakan konselor untuk menganalisis asosiasi bebas,
mimpi, resistensi dan transferensi klien.
3) analisis mimpi, yaitu teknik untuk membuka hal-hal yang tak disadari dan
memberi kesempatan klien untuk menilik masalah-masalah yang belum
terpecahkan.
4) analisis resistensi, ditujukan untuk menyadarkan meminta perhatian klien untuk
menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya resistensi.
5) analisis transferensi, konselor mengusahakan agar klien mengembangkan
transferensinya agar terungkap neorosisnya terutama pada usia selama lima tahun
pertama dalam hidupnya.

2. Terapi Terpusat pada Klien (Client-Centered Therapy)


Client-Centered Therapy sering juga disebut terapi non-directive adalah suatu
metode perawatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dan
klien, agar tercipta gambaran yang serasi dengan kenyataan klien yang sebenarnya.
Proses dan Teknik Konseling berikut ini adalah tahapan-tahapan konseling terapi
terpusat pada klien :
a. Klien datang kepada konselor atas kemauan sendiri
b. Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab klien untuk itu konselor
menyadarkan klien.
c. Konselor memberanikan klien agar ia mampu mengemukaan prasaannya.
d. Konselor menerima perasaan klien serta memahaminya.
e. Konselor berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaan dirinya.
f. Klien menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil (perencanaan).

13
Klien merealisasikan pilihannya itu.
Implementsi teknik konseling didasri oleh faham filsafat dan sikap konselor
tersebut. Karena itu penggunaan teknik seperti pertanyaan, memberanikan, interpretasi,
dan sugesti dipakai dalam frekuensi rendah. Yang lebih utama adalah pemakaian teknik
konseling bervariasi dengan tujuan pelaksanaan filosofi dan sikap. Karakteristik
konselor adalah terpadu, sesuai kata dengan perbuatan, dan konsisten, memahami secara
empati, memberi penilaian kepada klien, akan tetapi konselor selalu objektif.

3. Terapi Gestal
Terapi ini dikembangkan oleh Federick S. Pearl (1894-1970) yang didasari oleh
empat aliran yakni psikoanalisa, penomenologis, dan eksistensialisme serta psikologi
gestal Menurut Parls individu itu selalu aktif sebagai keseluruhan. Individu bukanlah
jumlah dari bagian-bagian atau organ-organ semata. Individu yang sehat adalah yang
seimbang antra ikatan organisme dengan lingkungan. Karena itu pertentangan antara
keberadaan sosial dengan biologis merupakan konsep dasar terapi gestal.

4. Terapi Behavioral
Terapi behavioral berasal dari dua arah konsep yakni Pavlovian dan Skinnerian.
Mula-mula terapi ini dikembangkan oleh Wolpe (1958) untuk menanggulangi treatment
neurosis. Kontribusi terbesar dari konseling behavioral (perilaku) adalah
diperkenalkannya metode ilmiah dibidang psikoterapi. Yaitu bagaimana memodifikasi
perilaku melalui rekayasa lingkungan sehingga terjadi proses belajar untuk perubahan
perilaku.
a. Tujuan Terapi Behavioral
Tujuan konseling behavioral adalah untuk membantu klien membuang respon-
respon yang lama yang merusak diri, dan mempelajari respon-respon yang baru yang
lebih sehat. Selain itu, tujuan terapi behavioral untuk memperoleh perilaku baru,
mengeleminasi perilaku yang maladaptif dan memperkuat serta mempertahankan
perilaku yang diinginkan.
a) Teknik konseling Behavioral

14
b) Teknik desensitisasi Sistematik. Teknik ini bermaksud mengajar klien untuk
memberikan respon yang tidak konsisten dengan kecemasan yang dialami klien.
c) Teknik Asertive training. Teknik ini menitikberatkan pada kasus yang mengalami
kesulitan dalam perasaan yang sesuai dalam menyatakannya. Pelaksanaan teknik
ini ialah dengan role playing (bermain peran).
d) Aversion therapi. Teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku yang negatif dan
memperkuat perilaku positif.
e) Home-work. Yaitu latihan rumah bagi klien yang kurang mampu menyesuaikan diri
terhadap situasi tertentu. Caranya adalah dengan memberi tugas rumah untuk satu
minggu.

2.2.5 Proses dan Tahapan Konseling Keluarga


Proses konseling keluarga berbeda dengan konseling individual karena ditentukan oleh
berbagai faktor seperti jumlah kliennya (anggota keluarga) lebih dari seorang. Relasi antar
anggota keluarga amat beragam dan bersifat emosional, dan konselor harus melibatkan diri
(partisipan penuh) dalam dinamika konseling keluarga. Berdasarkan kenyataan, ada lima jenis
relasi atau hubungan dalam konseling keluarga yaitu:
a. Relasi seorang konselor dengan klien
b. Relasi satu klien dengan klien lainnya
c. Relasi konselor dengan sebagaimana kelompoks
d. Relasi konselor dengan keseluruhan anggota keluarga dan
e. Relasi antar sebagaimana kelompok dengan sebagaimana kelompok anggota lain, misalnya
ibu memihak anak laki-laki dan ayah memihak anak perempuan.
Di dalam konseling keluarga konseor diharapkan mempunyai kemampuan profesional
untuk mengantisipasi perilaku keseluruhan anggota keluarga yang terdiri dari berbagai
kualitas emosional dan kepribadianya. Konseor yang profesional mempunyai karalteristik
yaiti:
(a) ilmu konseling dan ilmu lain yang berkaitan dengan berwawasan.
(b) keterampilan konseling,
(c) kepribadian konselor yang terbuka, menerima apa adanya dan ceria.

15
Secara umum proses konseling berjalan menurut tahapan berikut:
1. Pengembangan rapport: Hubungan konseling pada tahap awal
seharusnya diupayakan pengembangan rapport yang merupakan suasana hubungan
konseling yang akrab, jujur, saling percaya, sehingga menimbulkan keterbukaan diri
klien. Upaya-upaya tersebut ditentukan oleh aspek-aspek diri konselor yakni: kontak
mata, perilaku non verbal (perilaku attending, bersahabat/akrab, hangat, luwes,
keramahan, senyum, menerima, jujur/asli, penuh perhatian), bahasa lisan, atau verbal
(sapaan sesuai dengan teknik-teknik konseling), seperti ramah menyapa, senyum dan
bahasa lisan yang halus.
2. Pengembangan Apresiasi Emosional: Jika semua anggota keluarga yang sedang
mengikuti anggota keluarga semua terlibat, maka akan terjadi interaksi yang dinamik
diantara mereka, serta memiliki keinginan yang kuat untuk memecahkan masalah
meraka dan merek mampu saling menghargai perasaan masing-masing. Ada dua
teknik konseling keluarga yang efektif yaitu sculpting dan role playing kedua teknik
ini memberikan peluang bagi pernyataan-pernyataan emosi tertekan, dan penghargaan
terhadap luapan emosi masing-masing anggota keluarga.
3. Pengembangan Alternatif Modus Perilaku : Pada pengembangan alternatif ini yaitu
mempraktikan temuan baru dari semua anggota keluarga, yang bisa dijadikan
alternatif perilaku yang baru di keluarga. Aplikasi perilaku tersebut dilakukan melalui
praktek di rumah. Mungkin konselor memberi suatu daftar perilaku baru yang akan
dipraktikan selama satu minggu, kemudian melaporkannya pada sesi konseling
keluarga berikutnya. Tugas ini juga sering disebut home assignment (pekerjaan
rumah).
4. Fase Membina Hubungan Konseling: Fase ini amat penting di dalam proses
konseling, dan keberhasilan tujuan konseling secara efektif ditentukan oleh
keberhasilan konselor dalam membina hubungan konseling yang dilakukan dari tahap
awal dan tahap berikutnya. Secara berurutan, proses hubungan konseling dapat
dijabarkan sebagai berikut: (1) konseli memasuki ruang konseling, kemudian konselor
mempersiapkan klien supaya siap dibimbing. (2) tahap klarifikasi, klien
mengungkapkan alasan kedatangannya, sebelum klien mengungkapkan harapan-
harapannya, (3) tahap struktur, konselor mengdakan kotrak, waktu yang akan

16
digunakan, biaya dan kerahasiaan. (4) tahap meningkatkan relasi atau hubungan
konseling, hal ini dilakukan untuk memudahkan bagi pembinaan bantuan kepada
klien.
5. Memperlancar Tindakan Positif
Fase ini terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:
a. Eksplorasi, mengeksplorasi dan menelusuri masalah, menetapkan tujuan
konseling, menetapkan strategis, mengupulkan fakta, mengungkapkan perasaan-
perasaan klien yang lebih dalam, mengajarkan keterampilan baru konsolidasi,
menjelajah alternatif, mengungkap perasaan-perasaan dan melatih skill yang
baru.
b. Perencanaan bagi klien, dengan tujuan memecahkan masalah, mengurangi
perasaan-perasaan yang menyedihkan/menyakitkan, mengkosolidasi skill baru
atau perilaku baru untuk mencapai aktivitas diri klien.
c. Sebagai penutup, yaitu mengevaluasi hasil konseling, menutup hubungan
konseling.

2.2.6 Teknik-Teknik Konseling Keluarga


a. Teknik Konseling Keluarga Dalam Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem yang dikemukaakan oleh Perez (1979) mengembangkan sepuluh
teknik konseling keluarga yaitu:
1. Sculpting (mematung) yaitu suatu teknik yang mengizinkan anggota-anggota keluarga
untuk menyatakan kepada anggota lain, persepsinya tentang berbagai
masalah hubungan diantara anggota-anggota keluarga.
2. Role playing (bermain peran)
3. Silance (diam)
4. Confrotation (konfrontasi) biasanya digunakan untuk mempertentangkan pendapat
5. Teaching Via Questioning, untuk mengajar anggota keluarga dengan cara bertanya
6. Listening (mendengarkan)
7. Recapitulating (mengikhtisarkan pembicaraan)
8. Summary (menyimpulkan)
9. Clarification (menjernihkan/memperjelas pernyataan, perasaan yang samar)

17
10. Reflection (merefleksikan perasaan klien dan ekspresi wajah).

b. Skill Individu yang Perlu Dikuasai Konselor


Teknik yang berhubungan dengan pemahaman diri seperti:
1. Listening skill keterampilan mendengarkan yangterdiri dari attending, paraphrasing,
clarifying, perception.
2. Leading skill (keterampilan memimpin) yang terdiri dari indirect leading, direc
leading, focusing, questioning.
3. Reflecting skill (keterampilan merefleksi) seperti reflecting feeling /merefleksi
perasaan, reflenting ekperience/ repleksi ekspresi, reflecting contenet.
4. Summarizing skill (keterampilan menyimpulkan)
5. Confronting skill (keterampilan mengkofrontasi) seperti mengkonfrontasi perasaan-
perasaan, pengalaman, pendapat-pendapat, meningkatkan konfrotasi diri, membuka
perasaan-perasaan dan memudahkan munculnya perasaan-perasaan.
6. Interpreting skill (keterampilan menafsirkan)
7. Informing skill (keterampilan menginformasikan)
8. Keterampilan untuk menyenangkan dan menagani krisis. Skil ini juga berhubungan
dengan usah menyenangkan dan konselor sebagai alatnaya.
9. Keterampilan mengadakan kontak
10. Keterampilan menentramkan hati klien
11. Keterampilan untuk memberi relax/santai
12. Meringankan krisis dengan cara mengubah lingkungan klien
13. Mengembangkan alternati-alternatif, dengan persepsi realistik, mengurangi
ketegangan, membuat suatu komitmen tangtangan
14. Keterampilan merferal klien,
Keterampilan untuk mengadakan tindakan positif dan perubahan perilaku klien.
Keterampilan ini banyak diwarnai oleh aliran behavioral (terapi perilaku). Tujuannya,
agar setelah konseling klien mengalami perubahan prilaku dan mampu melakukan
tindakan positif. Metode ini mempunyai karakteristik seperti: pendekatan empirik
objektif terhadap tujuan-tujuan klien dan perubahan terhadap lingkungan klien. Adapun
keterampilan teknik yang termasuk dalam bagian ini adalah:

18
1. Modeling (metode belajar dengan cara mengalami atau memperhatikan perilaku
orang lain.
2. Rewarding skill (keterampilan memberikan reward atau ganjaran).
3. Contracting (keterampilan mengadakan perseyujuan dengan klien).

2.2.7 Modifikasi Lingkungan


Keadaan berbagai lingkungan dapat mempengaruhi penyebaran TB, salah satunya
adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yang memiliki sumber air yang buruk,
pembuangan kotoran yang dekat dengan sumber air, ventilasi yang kurang, dan kepadatan
penghuni (Sukarni, 1999 dalam Hateyaningsih, 2009). Faktor risiko lingkungan yang dapat
meningkatkan probabilitas kontak dengan udara yang terinfeksi adalah peningkatan durasi dan
intimasi antara kontak dengan kasus dan penurunan jumlah sinar ultraviolet (Lendrayani, 2006
dalam Hateyaningsih, 2009).
1. Modifikasi Aktivitas : Senam Pernapasan
Senam pernapasan adalah ilmu yang mengutamakan olah napas, relaksasi, dan
fokus perhatian yang secara khusus mengubah atau membalik sistem pernapasan biasa
menjadi sistem pernapasan perut yang dilakukan dengan halus dan lembut penuh perasaan,
untuk mengolah sumber-sumber energi dari alam, diserap bersamaan waktu bernapas agar
terbentuk suatu pusat pemasok energi yang kuat yang berguna untuk mengolah makanan
dan minuman dalam metabolisme tubuh dan lebih besar untuk aktivitas, serta sebagai
penangkal dan penyembuh sekiranya ada organ dalam tubuh yang sakit. Senam pernapasan
mengutamakan olah napas yang secara khusus mengubah atau membalik sistem
pernapasan biasa menjadi sistem pernapasan perut.
Bernapas untuk tujuan kesehatan dilakukan secara sadar dan teratur. Senam
pernapasan mencoba mengembangkan satu sistem olahraga pernapasan tenaga dalam
melalui napas, gerak dan kosentrasi sehingga menghasilkan olahraga sekaligus olah mental
dan olah sosial yang diharapkan akan menghasilkan kualitas sumber daya manusia
seutuhnya (Nugroho, 2007). Menurut Ahmad (2013) dengan olahraga pernapasan proses
pernapasan yang biasa diubah menjadi lebih aktif sehingga otot-otot pernapasan tambahan
ikut bekerja. Oleh karena itu olahraga pernapasan sangat baik untuk pasien dengan
penyakit paru.
a. Beberapa keuntungan dari olahraga pernapasan antara lain

19
a) Volume tidal meningkat. Saat bernapas pasif, volume tidal sekitar 400-500 ml. Latihan
pernapasan dapat membuat kemampuan otot pernapasan untuk menghirup udara
menjadi meningkat 2 sampai 3 kali.
b) Fungsi saluran cerna menjadi lebih baik. Latihan pernapasan membuat perut bagian
dalam seperti dipijat sehingga peristaltik usus menjadi lebih baik.
c) Meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan semangat. Gerakan dalam olahraga
pernapasan memberikan efek menenangkan. Hal ini membuat tubuh mendapat
kesempatan untuk mengganti sel-sel yang rusak dan mempercepat proses pemulihan
gangguan tubuh dan penyakit.
d) Meningkatkan kemampuan berkonsentrasi (Ahmad,2013).

b. Tahapan senam pernapasan


Sebelum melakukan senam pernapasan, awali dengan niat dan membaca doa. Senam
pernapasan baik dilakukan dalam keadaan perut kosong. Waktu yang baik untuk melakukan
senam pernapasan adalah di pagi hari (07.00 WIB sampai 08.00 WIB) dan sore hari (16.00
WIB sampai 17.00 WIB). Prinsip senam pernapasan sama seperti latihan napas dalam,
menghirup napas melalui hidung dan menghembuskan perlahan melalui mulut (Solihin,
2013). Senam pernapasan didesain mudah untuk dipelajari dan dilakukan di rumah pada
kegiatan sehari-hari. Adapun Langkah-langkah senam pernapasan
a) Gerakan 1
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Angkat kedua tangan, kepala ditengadahkan ke
atas sambil menarik napas melalui hidung. Turunkan kedua tangan sembari menghembuskan
napas perlahan melalui mulut.
b) Gerakan
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Angkat kedua tangan keatas, rentangkan ke
kanan dan ke kiri sambil menarik napas melalui hidung. Turunkan tangan dengan posisi saling
berhadapan sembari menghembuskan napas perlahan melalui mulut.
c) Gerakan 3
Berdiri tegak dengan kedua kaki diregangkan. Angkat kedua tangan ke atas, kembangkan
ke kiri dan ke kanan, tarik napas melalui hidung. Putar kaki ke arah kiri dan tangan kanan
turunkan hingga menyentuh jari kaki sambil mengeluarkan napas melalui mulut.

20
d) Gerakan 4
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Angkat kedua tangan ke atas lalu kembangkan ke
kiri dan ke kanan sambil menarik napas melalui hidung. Turunkan tangan sambil hembuskan
napas perlahan melalui mulut.
e) Gerakan 5
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Putarkan badan ke arah kiri dengan kaki kiri di
depan. Angkat tangan kanan sejajar bahu perlahan (kaki ditekuk sedikit demi sedikit) sambil
menghirup napas melalui hidung. Turunkan tangan sambil hembuskan napas perlahan melalui
mulut. Putar badan ke arah sebaliknya dan lakukan hal yang sama.
f) Gerakan 6
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Angkat kedua tangan sebatas dada sambil
menarik napas melalui hidung. Dorong kedua tangan ke arah kiri dan kanan dengan dorongan
penuh sambil menghembuskan napas melalui mulut.
g) Gerakan 7
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Angkat kedua tangan sambil menarik napas
melalui hidung. Turunkan tangan dengan gerakan melingkar sambil menghembuskan napas
melalui mulut.
h) Gerakan 8
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Tarik napas melalui hidung sambil mengangkat
kaki kiri dan kedua tangan sejajar perut. Hembuskan napas perlahan melalui mulut sambil
memutar badan ke arah kiri, kaki dan tangan diturunkan perlahan.
i) Gerakan 9
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Angkat kedua tangan ke arah dada sambil
menarik napas melalui hidung. Langkahkan kaki kiri ke depan sambil dorong kedua tangan
ke depan dengan kekuatan penuh. Turunkan tangan dan hembuskan napas melalui mulut.
Ulangi gerakan pada kaki kanan.
j) Gerakan 10
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Angkat kedua tangan sampai sebatas leher,
kepala ditengadahkan ke atas sambil menarik napas melalui hidung. Turunkan tangan,
hembuskan napas perlahan melalui mulut (Solihin, 2013).

21
c. Pengaruh senam pernapasan terhadap kekuatan otot pernapasan dan fungsi paru
Untuk meningkatkan kekuatan otot-otot pernapasan perlu dilakukan latihan otot
pernapasan. Latihan ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien. Tujuan
dari senam pernapasan ini adalah untuk meningkatkan lifestyle, meningkatkan kapasitas paru,
dan mengurangi gejala seperti sesak (Sahat, 2008). Senam pernapasan juga didesain untuk
memperluas otot intercostal inspirasi lainnya selama proses inspirasi atau otot intercostal
ekspirasi selama proses ekspirasi. Latihan ini juga merupakan usaha untuk mengurangi
kekakuan dinding dada.
Otot-otot pernapasan menyebabkan ventilasi paru, dengan mengempiskan dan
mengembangkan paru secara berganti-ganti menyebabkan peningkatan dan penurunan tekanan
alveolus. Seseorang yang melakukan latihan otot-otot pernapasan, fungsi ventilasi parunya akan
lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak melakukan latihan (Sahat, 2008). Hal ini disebabkan
dengan peningkatan otot-otot pernapasan maka pengembangan paru akan meningkat. Sejalan
dengan penelitian Baweanti (2010) pada pasien TB di RS Karang Tembok Surabaya bahwa
pasien yang diberikan intervensi senam pernapasan mengalami peningkatan maksimal aliran
ekspirasi. Penelitian tersebut di analisa dengan menggunakan analisa independent t-test dan
paired t-test dengan tingkat signifikan ±1.

2. Masker Cegah Penularan TBC


MASKIT merupakan solusi untuk mencegah penularan penyakit TBC ataupun penyakit
lainnya yang dapat menular melalui udara. MASKIT dirancang sesuai dengan masker pada
umumnya namun memiliki kantung di bagian belakang masker yang ukurannya mengikuti
ukuran filter. MASKIT memiliki desain yang stylish dengan pilihan warna dan motif beragam
serta nyaman dan fleksibel bagi pengguna hijab.

2.3 Konsep Stres Dan Adaptasi

2.3.1 Definisi Stres


Stres adalah satu kondisi ketika individu berespons terhadap perubahan dalam
status keseimbangan normal (Kozier, 2011). Stres adalah segala situasi di mana tuntutan
non-spesifik mengharuskan seorang individu berespon dan melakukan tindakan (Selye, 1976
dalam Potter dan Perry, 2005).

22
Stressor adalah setiap kejadian atau stimulus yang menyebabkan individu
mengalami stres. Ketika seseorang menghadapi stressor, responnya disebut sebagai strategi
koping, respon koping, atau mekanisme koping.

2.3.2 Sumber Stres


Terdapat banyak sumber stres, yang secara luas dapat diklasifikasikan sebagai
stressor internal atau eksternal, atau stressor perkembangan atau situasional.
a. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang, sebagai contoh, demam, kondisi
seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah, kanker
atau perasaan depresi.
b. Stressor eksternal berasal dari luar individu, sebagai contoh perpindahan ke kota lain,
kematian anggota keluarga, atau tekanan dari teman sebaya, perubahan bermakna dalam
suhu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga atau sosial, atau tekanan dari
pasangan.
c. Stressor perkembangan terjadi pada waktu yang dapat diperkirakan sepanjang hidup
individu. Pada setiap tahap perkembangan, tugas tertentu harus dicapai untuk mencegah
atau mengurangi stres.
d. Stressor situasional tidak dapat diperkirakan dan dapat terjadi kapan pun sepanjang hidup.
Stres situasional dapat positif dan negatif. Contoh
1) Kematian anggota keluarga
2) Pernikahan atau perceraian
3) Kelahiran anak
4) Pekerjaan baru
5) Penyakit
Sejauh mana pengaruh positif dan negatif peristiwa ini bergantung pada tahap
perkembangan individu. Sebagai contoh, kematian orang tua dapat lebih menimbulkan stres
bagi anak usia 12 tahun dibandingkan pada orang yang berusia 40 tahun

2.3.3 Macam –Macam Stres


Ditinjau dari penyebab, maka stres dibagi menjadi tujuh macam, di antaranya:
1) Stres fisik

23
Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur yang tinggi atau
yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau karena tegangan arus listrik.
2) Stres kimiawi
Stres ini disebabkan karena zat kimiawi seperti obat-obatan, zat beracun asam, basa,
faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh senyawa kimia.
3) Stres mikrobiologik
Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau parasit.
4) Stres fisiologik
Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh diantaranya gangguan dari
struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain-lain.
5) Stres proses pertumbuhan dan perkembangan
Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan seperti pada
pubertas, perkawinan dan proses lanjut usia.
6) Stres psikis atau emosional
Stres yang disebabkan karena gangguan stimulus psikologis atau ketidakmampuan
kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan interpersonal, sosial budaya
atau faktor keagamaan (Alimul, 2008).

2.3.4 Model Stres


Asal dan efek stress dapat diperiksa dalan istilah kedokteran dan model teoritis perilaku.
Model stress digunakan untuk mengidentifikasi stresor bagi individu tertentu dan
memprediksi respons individu tersebut terhadap stresor. Setiap model menekankan aspek stres
yang berbeda.
Model stres membantu perawat mengidentifikasi stresor dalam situasi tertentu dan
untuk memprediksi respon individu. Perawat dapat menggunakan pengetahuan mengenai
model tersebut untuk membantu klien memperkuat respon koping yang sehat dan dalam
menyesuaikan respons yang tidak sehat dan tidak produktif. Tiga model utama stres adalah
model berbasis stimulus, berbasis respons, dan berbasis transaksi.
a. Model Berbasis Stimulus
Dalam model berbasis stimulus, stres didefinisikan sebagai stimulus, peristiwa
hidup, atau sekelompok situasiyang membangkitkan reaksi fisiologik dan/atau psikologik

24
yang dapat meningkatkan kerentanan individu terhadap penyakit. Dalam penelitiannya,
Holmes and Rahe (1976) menetapkan nilai numerik terhadap 43 perubahan atau peristiwa
hidup. Skala peristiwa hidup yang menimbulkan stres digunakan untuk
mendokumentasikan pengalam individu yang relatif baru, seperti perceraian, kehamilan,
dan pensiun. Dalam sudut pandang ini, baik peristiwa positif maupun negatif dianggap
menimbulkan stres.
Skala serupa juga dikembangkan, tetapi semua skala harus digunakan dengan hati-
hati karena derajat stres yang dipicu peristiwa yang terjadi sangat invidual. Sebagai
contoh, perceraian dapat menjadi sangat traumatik bagi seseorang, sementara bagi orang
lain mungkin hanya menimbulkan relatif sedikit ansietas. Selain itu, banyak skala belum
diuji terhadap usia, status sosial ekonomi, atau kepekaan budaya.
b. Model Berbasis Respon
Stres dapat juga dipertimbangkan sebagai satu respons. Definisi ini dikembangkan
dan dijabarkan oleh Selye (1956, 1976) sebagai respons nonspesifik tubuh setiap tuntutan
yang ditimbulkan” (1976, hlm 1). Schafer (2000) mendefinisikan stres sebagi
”pembangkitan pikiran dan tubuh sebagai respons terhadap tuntutan yang
ditimbulkannya.
Respons stres Selye ditandai dengan satu rantai atau pola kejadian fisiologik yang
disebut sindrom adaptasi umum (GAS) atau atau sindrom stres. Untuk membedakan
penyebab stres dari respon stres, Selye (1976) menciptakan istilah stresor untuk
menunjukan setiap faktor yang menimbulkan stres dan mengganggu keseimbangan
tubuh. Stres adalah satu kondisi sehingga hanya dapat diobservasi melalui perubahan
yang ditimbulkan stres pada tubuh. Respon tubuh tersebut, sindrom stres atau GAS,
terjadi dengan pelepasan hormon adaptif tertentu dan perubahan selanjutnya pada struktur
dan komposisi kimia tubuh. Organ tubuh yang dipengaruhi oleh stres adalah saluran
cerna, kelenjar adrenal, dan struktur limfatik. Dengan stres yang berkepanjangan, kelenjar
adrenal mengalami pembesaran yang cukup signifikan; struktur limfatik seperti timus
limpa, dan nodus limfe, mengalami atrofi (menyusut); dan ulkus yang dalam tampak di
lapisan lambung.
c. Model Berbasis Transaksi

25
Teori stress transaksional didasarkan pada hasil penelitian Lazarus (1996), yang
menatakan bahwa teori stimulus dan teori respons tidak mempertimbangkan perbedaan
individu. Kedua teori tersebut tidak menjelaskan factor yang membuat sebagian orang,
tetapi tidak membuat sebagian yang lain, berespons secara efektif. Selain itu kedua teori
tidak dapat mengiterpretasi mengapa sebagian orang mampu beradaptasi dalam periode
waktu yang lebih lama dibandingkan sebagian lainnya.
Lazarus menyadari bahwa tuntutan dan tekanan dan tekanan lingkungan tertentu
menimbulkan stres pada cukup banyak orang, namun menekankan bahwa kepekaan dan
kerentanan orang dan kelompok terhadap peristiwa tertentu berbeda, demikian pula
dengan interpretasi dan reaksi mereka. Sebagai contoh dalam menghadapi penyakit,
individu dapat berespons dengan penyangkalan, individu lain dengan ansietas, dan yang
lainnya dengan depresi.
Teori stres transaksional Lazarus menekankan sekelompok respons kognitif,
afektif, dan adaptif (koping) yang muncul dari transaksi individu-lingkungan. Individu
dan lingkungan tidak dapat dipisahkan; keduanya saling memengaruhi. Stress “mengacu
pada setiap kejadian ketika tuntutan lingkungan, tuntutan internal, atau keduanya
membebani atau melebihi sumber adaptif, system social, atau system jaringan individu.
Individu berespons terhadap persepsi perubahan lingkungan dengan respons adaptif atau
koping.

2.3.5 Faktor Pengaruh Respon Terhadap Stresor


Respons terhadap segala bentuk stresor bergantung pada fungsi fisiologis, kepribadian,
dan karakteristik perilaku, seperti juga halnya sifat dari stresor tersebut. sifat stresor
mencakup faktor-faktor berikut ini:
a. Intensitas
b. Cakupan
c. Durasi
d. Jumlah dan sifat dari stresor
Setiap faktor mempengaruhi respons terhadap stresor. Seseorang dapat saja mencerap
intensitas atau besarnya stresor sebagai minimal, sedang, atua berat. Makin besar stresor,
makin besar respons stress yang ditimbulkan. Sama halnya, cakupan dari stresor dapat

26
digambarkan sebagai terbatas, sedang, atau luas. Makin besar cakupan stresor, makin besar
respons klien yang ditujukan terhadap stresor tersebut (Lazarus & Folkman, 1984 dalam
Perry dan Potter, 2005).

2.3.6 Tahapan Stres


a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja
yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan
tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.
b. Stres Tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar dan
letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat
rileks, lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar, otot
tengkung dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.
c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur
(kadang-kadang diare), otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan
sulit tidur kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late
insomnia), koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
d. Stres tahap keempat, tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja
sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respons tidak
adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan,
konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
e. Stres tahap kelima, tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental
(physical dan psychological exhaustion), ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan
berat, meningkatnya rasa takut dan cemas , bingung dan panik.
f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda, seperti
jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar keringat,
loyo, serta pingsan atau collaps.

2.3.7 Indikator Stres


Indikator stress individu dapat fisiologis, psikologis atau kognitif
a. Indikator fisiologik

27
Respons terhadap stress bervariasi, bergantung pada persepsi individu terhadap
peristiwa. Tanda dan gejala fisiologis stress muncul akibat aktivasi system simpatetik dan
system neuroendokrin tubuh.
b. Indikator Psikologis
Manifestasi psikologis stress mencakup ansietas, takut, marah depresi, dan mekanisme
pertahanan ego yang tidak disadari. Beberapa pola koping tersebut dapat membantu; yang
lain menjadi penghalang, bergantung pada situasi dan lama waktu mekanisme tersebut
digunakan atau dialami.
1) Ansietas
Reaksi umum terhadap stress adalah ansietas, satu kondisi kegelisahan mental,
keprihatinan, ketakutan, atau firasat atau perasaan putus asa karena ancaman yang akan
terjadi atau ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasikan terhadap diri sendiri
atau terhadap hubungan yang bermakna. Ansietas dapat dialami pada tingkat sadar,
setengah sadar, atau tidak sadar. Empat hal yang membedakan ansietas dengan takut
adalah:
a) Sumber ansietas tidak dapat diidentifikasi; sumber rasa takut dapat diidentifikasi
b) Ansietas dikaitkan dengan masa depan, yaitu, untuk kejadian yang diantisipasi.
Rasa takt dikaitkan dengan kondisi saat ini.
c) Ansietas bersifat tidak jelas, sementara rasa takut bersifat pasti.
d) Ansietas merupakan akibat konflik psikologis atau emosi; rasa takut merupakan
akibat entitas fisik atau psikologis yang mempunyai ciri tersendiri.
Ansietas dapat dimanifestasikan pada empat tingkat:
a) Ansietas ringan mencipttakan kondisi sedikit bergairah yang meningkatkan
kemampuan persepsi, pembelajaran dan produktif. Sebagian besar individu yang
sehat mengalami ansietas ringan, mungkin sebagai perasaan gelisah ringan yang
mendorong seseorang untuk mencari informasi dan mengajukan pertanyaan.
b) Ansietas sedang meningkatkan status gairah ke satu titik ketika seseorang
mengekspresikan perasaan tegang, cemas, atau khawatir. Kemampuan persepsi
semakin sempit. Perhatian lebih difokuskan pada aspek tertentu situasi
dibandingkan aktivitas perifer.

28
c) Ansietas berat menghabiskan sebagian besar energy individu dan membuuhkan
intervensi. Persepsi mengalami penurunan lebih lanjut. Individu tidak mampu
berfokus terhadap apa yang benar-benar terjadi dan hanya focus pada satu detail
spesifik situasi yang menimbulkan ansietas.
d) Panic adalah tingkat kecemasan yang menakutkan dan sangat membebani sehingga
membuat individu kehilangan kendali. Panic lebih jarang dialami dibandingkan
dengan tingkat kecemasan lain.
2) Takut
Takut adalah emosi atau rasa khawatir yang dibangkitkan oleh persepsi bahaya,
nyeri atau ancaman lain yang akan terjadi atau tampak. Rasa takut mungkin sebagai
respons terhadap sesuatu yang sudah terjadi, sebagai respons terhadap ancaman yang
segera muncul atau sudah muncul, atau sebagai respons terhadap sesuatu yang diyakini
sesorang akan terjadi. Objek rasa takut mungkin berdasarkan pada realitas, mungkin
juga tidak. Sebagai contoh, mahasiswa kebidanan baru mungkin takut dalam
mengantisipasi pengalaman pertama di tatanan perawatan pasien. Mahasiswa mungkin
takut tidak mau dirawat oleh mahasiswa atau mahasiswa secara tidak sengaja
membahayakan klien.
3) Marah
Marah adalah status ekonomi yang terdiri dari perasaan subjektif rasa bermusuhan
atau ketidak senangan yang kuat. Individu dapat merasa bersalah ketika meraka marah
karena diajarkan bahwa merasa marah itu salah. Akan tetapi, marah dapat
diekspresikan dalam cara verbal yang tidak membuat Si empunya marah dijauhi;
dengan demikian, marah dipertimbangkan sebagai emosi positif dan sebagai tanda
kedewasaan emosi karena pertumbuhan dan manfaat interaksi yang doitimbulkannya.
Ekspresi marah verbal dapat dipertimbangkan sebagai tanda terhadap orang lain
atas ketidak nyamanan psikologis internal individu dan sebagai permintaan bantuan
untuk menghadapi persepsi stress. Sebaliknya, permusuhan biasanya ditandai dengan
antagonism dan perilaku merusak atau destruktif; agresi adalah serangan tanpa pemicu
atau tindakan atau pandangan bermusuhan, mencederai, atau merusak; dan kekerasan
adalah penggunaan kekuatan fisik untuk mencederai atau menganiaya. Kemarahan
diekspresikan secara verbal, berbeda dari rasa bermusuhan, agresi, dan kekerasan, ,

29
tetapi dapat mengakibatkan kekerasan dan kerusakan apabila marah menetap dan tak
jua reda.
Komunikasi verbal marah yang diekspresikan secara jelas, ketika orang yang marah
mengatakan kepada orang lain mengenai kemarahannya dan dengan cermat
mengidentifikasi sumbernya merupakan tindakan konstruktif. Kejelasan komunikasi
ini membuat kemarahan “dikeluarkan” sehingga orang lain dapat memahami rasa
marah tersebut dan membantu meredakannya. Orang yang marah “meluapkan”
kemarahannya dan mencegah akumulasi emosi.
4) Depresi
Depresi adalah reaksi umu terhadap kejadian yang tampak kacau atau negative.
Depresi, perasaan sedih, putus asa, kekesalan, perasaan tak berharga, atau kekosongan
ekstrem, terjadi pada jutaan orang Amerikasetiap tahun. Tanda dan gejala depresi dan
tingkat keparahan masalah berbeda pada setiap klien dan bergantung pada makna
kejadian pemicu. Gejala emosi mencakup perasaan kelelahan, kesedihan,kehampaan,
atau mati rasa. Tanda perilaku depresi termasuk iritabilitas, ketidak mampuan untuk
berkonsentrasi, kesulitan dalam membuat keputusan, kehilangan gairah seksual,
menangis, gangguan tidur, dan menarik diri. Tanda fisik depresi mencakup kehilangan
nafsu makan, penurunan berat badan, konstipasi, sakit kepala, dan limbung. Banyak
orang menalami depresi periodesingkat sebagai respons terhadap kejadian pemicu
stress yang sangat banyak, seperti kematian orang yang dicintai atau kehilangan
pekerjaan; akan tetapi, depresi berkepanjangan, merupakan penyebab kekhawatiran
dan dapat membutuhkan penanganan.
5) Mekanisme Pertahanan Ego Yang Tak Disadari
Mekanisme pertahanan ego yang tak disadari adalah mekanisme adaptif psikologik,
atau dalam pernyataan Sigmund Freud (1946), mekanisme mental yang brkembang
saat personalitas berupaya mempertahankan diri, menciptakan gangguan terhadap
impuls, yang bertentangan, dan meredakan ketegangan di dalam diri. Mekanisme
pertahanan adalah pikiran yang tidak disadari yang bekerja untuk melindungi individu
dari ansietas. Mekanisme pertahanan dapat dipertimbangkan sebagai precursor
mekanisme koping kognitif yang disadari yang akhirnya memecahkan masalah. Seperti

30
beberapa respons verbal dan motoric, mekanisme pertahanan melepaskan ketegangan.
Deskripsi mekanisme ini dan contoh penggunaannya yang adaptif dan mal adaptif.
c. Indikator Kognitif
Indikator kognitif stress adalah respons berpikir yang mencakup pemecahan
masalah, penstrukturan, control diri atau disiplin diri, supresi dan fantasi. Pemecahan
masalah mencakup berpikir melalui situasi yang mengancam, menggunakan langkah
spesifik atau mencapai solusi. Individu mengkaji situasi yang mengancam, menggunakan
langkah yang spesifik untuk mencapai solusi. Individu mengkaji situasi atau masalah,
menganalisis atau mendefinisikannya, memilih alternative, melaksanakan alternative yang
dipiih, dan mengevaluasi apakah solusinya berhasil.
Penstrukturan adalah perencanaan atau menipulasi situasi sehingga kejadian yang
mengancam tidak tejadi. Sebagai contoh seorang perawat dapat menstruktur atau
mengontrol wawancara dengan klien dengan mengajukan hanya pertanyaan lansung dan
tertutup. Penstrukturan dapat menjadi produktif pada situasi tertentu. Individu
menjadwalkan pemeriksaan gigi enam bulan sekali untuk mencegah penyakit gigi yang
parah menggunakan penstrukturan yang produktif.
Kontrol diri (disiplin) adalah menunjukan perilaku dan ekspresi wajah yang
menggambarkan rasa dapat mengontrol atau berwenang. Ketika control diri mencegah
panic dan tindakan membahayakan atau tindakan non produkif dalam situasi yang
mengancam, control diri merupakan respons bermanfaat yang menunjukkan kekuatan.
Akan tetapi, control diri terlalu ekstrem dapat menunda pemecahan masalah dan mencegah
individu menerima dukngan dari orang lain, yang mungkin menganggapnya mampu
menangani situasi dengan baik, tenang, atau tidak khawatir.
Supresi adalah menempatkan pikiran atau perasaan di luar ingatannya secara
disadari dan disengaja. “saya tidak mau menghadapi hal itu hari ini. Saya akan
melakukannya besok.” Respons ini menurunkan stres sementara, tetapi tidak memecahkan
masalah. Seorang pria yang tetap mengabaikan sakit gigi, dengan menekannya diluar
ingatan karena ia takut merasa sakit,tidak akan meredakan gejala yang dialaminya.
Fantasi atau bermimpi sama dengan berkhayal. Keinginan dan harapan yang tidak
terpenuhi dibayangkan terpenuhi, atau pengalaman yang mengancam dikerjakan kembali
atau diulang kembali sehingga akhirnya dapat berbeda dari kenyataan. Pengalaman dapat

31
dibangkitkan kembali, setiap hari masalah diselesaikan, dan rencana masa depan disusun.
Hasil masalah yang sedang dihadapi juga dapat difantasikan. Sebagai contoh seorang klien
yang menunggu hasil biopsy payudara dapat memfantasikan bahwa dokter bedah
mengatakan. “Anda tidak mengidap kanker.” Respons fantasi dapat membantu apabila
menimbulkan pemecahan masalah. Sebagai contoh, klien yang menunggu hasi biopsy
payudara dapat berkata pada dirinya sendiri, “meskipun dokter mengatakan, ‘Anda
mengidap kanker’, asalkan ia juga mengatakan bahwa kanker tersebut dapat disembuhkan,
saya dapat menerimanya.” Fantasi dapat destruktif dan non produktif apabila indivdu
menggunakannya secara berlebihan dan melarikan diri dari kenyataan.

2.3.8 Pengertian Adaptasi


Ada beberapa pengertian tentang mekanisme penyesuaian diri, antara lain:
1) W.A. Gerungan (1996) menyebutkan bahwa “Penyesuaian diri adalah mengubah diri
sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan
keadaan (keinginan diri)”.
Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan sifatnya pasif (autoplastis),
misalnya seorang bidan desa harus dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma dan
nilai-nilai yang dianut masyarakat desa tempat ia bertugas.
Sebaliknya, apabila individu berusaha untuk mengubah lingkungan sesuai dengan
keinginan diri, sifatnya adalah aktif (alloplastis), misalnya seorang bidan desa ingin
mengubah perilaku ibu-ibu di desa untuk meneteki bayi sesuai manajemen laktasi.
2) Menurut Soeharto Heerdjan (1987), “Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku
yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan”.
Adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh karena
belajar dari pengalaman dan mengatasi stres. Cara mengatasi stres dapat berupa
membatasi tempat terjadinya stres, mengurangi, atau menetralisasi pengaruhnya.
Adaptasi adalah suatu cara penyesuaian yang berorientasi pada tugas (task oriented).

2.3.9 Tujuan Adaptasi


1) Menhadapai tuntutan keadaan secara sadar
2) Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik

32
3) Mengahdapi tuntutan keadaan secara objektif
4) Menhadapi tuntutan keadaan secara rasional

Cara yang ditempuh dapat bersifat terbuka maupun tertutup, antara lain:
1) Menghadapi tuntutan secara frontal (terang-terangan)
2) Regresi (menarik diri) atau tidak mau tahu sama sekali
3) Kompromi (atau kesepakatan)
Contoh:
Seorang mahasiswa gagal dalam ujian akhir program, mungkin ia akan bekerja keras
(terang-terangan), regresi dengan keluar dari pendidikan, serta mungkin mau mengulang
lagi dengan berusaha semampunya (kompromi)).

2.3.10 Jenis Adaptasi


1) Adaptasi fisiologik – bisa terjadi secara lokal atau umum
Contoh: Seseorang mampu mengatasi stres, tangannya tidak berkeringat dan tidak
gemetar, serta wajahnya tidak pucat.
2) Adaptasi psikologis – bisa terjadi secara:
a) Sadar: Individu mencoba memecahkan/menyesuaikan diri dengan masalah.
b) Tidak sadar: Menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism).
c) Menggunakan gejala fisik (konversi) atau psikofisiologik/psikosomatik
Apabila seseorang mengalami hambatan atau kesulitan dalam beradaptasi, baik
berupa tekanan, perubahan, maupun ketegangan emosi dapat menimbulkan stres. Stres
bisa terjadi apabila tuntutan atau keinginan diri tidak terpenuhi.

2.3.11 Manajemen Stres


Istilah manajemen stres merujuk pada identifikasi dan analisis terhadap permasalahan
yang terkait dengan stres dan aplikasi berbagai alat teraupetik untuk mengubah sumber stres
atau pengalaman stres (Cotton dalam Intan 2012). Munandar (2001) mendefinisikan
manajemen stres sebagai usaha untuk mencegah timbulnya stres, meningkatkan ambang stres
dari individu dan menampung akibat fisiologikal dari stress.
Stres merupakan sumber dari berbagai penyakit pada manusia. Apabila stres tidak cepat

33
ditanggulangi atau dikelola dengan baik, maka akan berdampak lebih lanjut seperti mudah
terjadi gangguan atau terkena penyakit. Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak
sampai ke tahap yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara :
a. Pengaturan Diet dan Nutrisi
Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi atau
mengatasi stres melalui makan yang teratur, menu bervariasi, hindari makan daging dan
monoton karena dapat menurunkan kekebalan tubuh.
b. Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan
istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan akan memulihkan
keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan
memperbaiki sel-sel yang rusak.
c. Olah Raga atau Latihan Teratur
Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan dan
kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari
pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting menghasilkan
keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran.
d. Berhenti Merokok
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat
meningkatkan status kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh.
e. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stres.
Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan
semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena minuman keras banyak
mengandung alkohol.
f. Pengaturan Berat Badan
Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres
karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang
seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
g. Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi
stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaan yang dapat menimbulkan kelelahan

34
fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu
secara efektif dan efisien serta melihat aspek produktivitas waktu. Seperti menggunakan
waktu untuk menghasilkkan sesuatu dan jangan biarkan waktu berlalu tanpa
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
h. Terapi Psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengatasi stres yang dialami dengan
cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga stresor psikososial
yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif, afektif atau psikomotor yang dapat
mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-obatan yang biasanya digunakan adalah anti
cemas dan anti depresi.
i. Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami
sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu system tubuh yang lain.
j. Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan kebutuhan
seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi reedukatif di
mana psikoterapi suportif ini memberikan motivasi atas dukungan agar pasien mengalami
percaya diri, sedangkan psikoterapi reedukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan
secara berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan lain-
lain.
k. Terapi Psikoreligius
Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan
psikologis mengingat dalam mengatasi atau mempertahankan kehidupan seseorang harus
sehat secara fisik, psikis, sosial dan sehat spiritual sehingga stres yang dialami dapat
diatasi.
Menurut Dadang Hawari (2002, dalam Alimul 2008), manajemen stres yang lain
adalah dengan cara meningkatkan strategi koping yaitu koping yang berfokus pada emosi
dan koping yang berfokus pada masalah. Penggunaan koping yang berfokus pada emosi
dengan cara pengaturan respons emosional dari stres melalui perilaku individu seperti cara
meniadakan fakta-fakta yang tidak menyenangkan, kontrol diri, membuat jarak, penilaian
secara positif, menerima tanggung jawab, lari dari kenyataan (menghindar). Sedangkan

35
strategi koping berfokus pada masalah dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan yang
dapat menyelesaikan masalah seperti merencanakan problem solving dan meningkatkan
dukungan sosial, teknik lain dalam mengatasi stres adalah relaksasi, retrukturisasi kognitif,
meditasi, terapi multi model dan lain-lain.

2.4 Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian Keluarga
1. Data dasar keluarga
a. Nama Kepala Keluarga: Tn.W
b. Usia: 50 tahun
c. Pendidikan terakhir: -
d. Pekerjaan: -
e. Alamat: -
f. Komposisi keluarga: Tn W tinggal bersama istrinya Ny P, memiliki 2 orang anak
yang berusia 22 tahun (kuliah semester 8) dan 17 tahun (SMA) , juga tinggal
bersama nenek kakek
g. Genogram: -
h. Tipe keluarga: Three generation
i. Suku bangsa: -
a) Latar belakang budaya: betawi
b) Jar. Sosial keluarga: -
c) Tempat tinggal keluarga: -
d) Kegiatan sosial, budaya dan rekreasi: nenek dan kakeknya sebagai tokoh
masyarakat dan sangat berpengaruh di wilayahnya. Dan keluarga Tn W
memegang tradisi leluhur adat betawi.
e) Bahasa yang digunakan: -
f) Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga: Nenek dan kakek sudah
berobat kemana-mana termasuk sering ke puskesmas namun tak kunjung
sembuh dan sudah terbiasa dengan petugas puskesmas.
g) Negara asal: Indonesia
j. Identifikasi religius

36
Agama: islam
k. Status sosial dan ekonomi keluarga:
l. Aktivitas rekreasi keluarga: -
2. Perkembangan keluarga:
a. Tahap perkembangan saat ini: Tahap ke 6 yaitu keluarga dengan anak dewasa
b. Tugas perkembangan keluarga yg belum terpenuhi: -
3. Riwayat kesehatan keluarga saat ini:
a. Riwayat keluarga inti: Nenek mempunyai penyakit kudis yang tak kunjung sembuh
dan kakek mempunyai plek TBC
b. Riwayat keluarga sebelumnya: -
4. Data lingkungan
a. Karakteristik rumah: -
b. Karakteristik tetangga dan komunitas: daerah urban, pinggiran kota
c. Mobilitas geografis keluarga: -
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan komunitas: kakek dan nenek
merupakan tokoh masyarakat dan sangat berpengaruh di wilayah tersebut
e. Sistem pendukung keluarga: puskesmas
5. Struktur keluarga:
a. Pola komunikasi: Istri P sudah sering berantem karna kondisi nenek dan kakek
b. Struktur kekuatan keluarga: -
c. Struktur peran: -
d. Nilai dan norma keluarga: -
6. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif: Istri P sudah sering berantem karna kondisi nenek dan kakek
b. Fungsi sosialisasi: Kakek dan nenek merupakan tokoh masyarakat dan sangat
berpengaruh di wilayah tersebut
c. Fungsi reproduksi: mempunyai 2 orang anak yang berusia 22 tahun dan 17 tahun
d. Fungsi ekonomi: -
e. Fungsi perawatan kesehatan: Nenek mempunyai penyakit kudis dan kakek
mempunyai plek TBC sudah berobat kemana-mana termasuk sering ke puskesmas
namun tak kunjung sembuh dan sudah terbiasa dengan petugas puskesmas.

37
7. Stress dan koping keluarga:
a. Strategi koping yang digunakan: jika sakit berobat ke puskesmas
b. Strategi adaptasi yang disfungsi: sakit nenek dan kakek membuat istri P sering
berantem
B. Pemeriksaan fisik: -
C. Harapan keluarga: -
D. Analisa data dan masalah keperawatan
Data Masalah Etiologi

Ds: Nenek mempunyai penyakit Gangguan proses keluarga Perubahan status


kudis dan kakek mempunyai plek kesehatan keluarga
TBC sudah berobat kemana-mana
termasuk sering ke puskesmas
namun tak kunjung sembuh dan
sudah terbiasa dengan petugas
puskesmas
Penyakit nenek kakek membuat istri
P sering berantem
Ds: Nenek mempunyai penyakit Manajemen kesehatan Kompleksitas program
kudis dan kakek mempunyai plek keluarga tidak efektif perawatan/pengobatan
TBC sudah berobat kemana-mana
termasuk sering ke puskesmas
namun tak kunjung sembuh dan
sudah terbiasa dengan petugas
puskesmas

E. Prioritas diagnosa keperawatan


1. Dx: manajemen kesehatan keluarga tidak efektif bd kesulitan ekonomi
No Kriteria Skor Pembenaran

1 Sifat masalah : 3/3x1= 1 Masalah dikatakan aktual karna sudah terjadi


aktual

38
2 Kemungkinan 2/2x2 = 2 Kakek dan nenek memanfaatkan fasilitas
masalah dapat kesehatan puskesmas dan berusaha
diubah: mudah menyembuhkan penyakitnya

3 Potensi masalah 3/3x1 = 1 Keluarga memiliki kemauan yg tinggi untuk


untuk dicegah : mengatasi masalah
tinggi
4 Menonjolnya 2/2x1 = 1 Keluarga memiliki kemauan untuk membantu
masalah: segera mengatasi masalah keluarga Tn W

Jumlah 5

2. Dx: Gangguan proses keluarga bd perubahan status kesehatan keluarga


No Kriteria Skor Pembenaran

1 Sifat masalah : 3/3x1= 1 Masalah dikatakan aktual karna sudah terjadi


aktual
2 Kemungkinan 1/2x2 = 1 Keluarga kurang harmonis. Untuk mengatasi
masalah dapat masalah ini menggunakan adaptasi psikologis
diubah: sebagian yang tepat dan fungsi afektif

3 Potensi masalah 2/3x1 = 2/3 Keluarga memiliki kemauan yg untuk mengatasi


untuk dicegah : masalah
cukup
4 Menonjolnya 2/2x1 = 1 Krluarga memiliki kemauan untuk membantu
masalah: segera mengatasi masalah keluarga Tn W

Jumlah 3 2/3

39
F. Rencana asuhan keperawatan
No dx TU TK Rencana tindakan Metode Sumber/alat
pertemuan
1 1 Setelah mendapat 1. Mengenal masalah 1. memberi edukasi Home visit Kualitas
tindakan keperawatan kesehatan keluarga dan kesehatan dengan pertemuan
status kesehatan sumber penyakit berfokus pada Alokasi
keluarga Tn W 2. mengambil keputusan masalah kesehatan waktu
meningkat sehingga bersama dan ikut keluarga Tn W
hubungan keluarga bertanggung jawab 2. memfasilitasi dan
dapat terjalin harmonis terhadap kesehatan memberikan
dan dapat memahami keluarga konseling kesehatan
tentang perawatan 3. merawat keluarga kepada keluarga
yang tepat bagi yang sakit dengan tepat
keluarga 4. modifikasi lingkungan
5. memanfaatkan fasilitas
kesehatan

No Dx Tu Tk Rencana Tindakan Metode Sumber/Alat


Pertemuan
2 2 Setelah mendapat 1. Mengenal masalah 1.Bantu keluarga Home visit Kualitas

tindakan keperawatan kesehatan keluarga dan menghadapi masalah petemuan

koping keluarga, sumber penyakit dan kekhawatirannya Alokasi waktu


2.Dorong keluarga
integritas keluarga dan 2. mengambil keputusan
untuk mengungkapkan
fungsi keluarga Tn W bersama dan ikut
perasaannya kepada
meningkat sehingga bertanggung jawab
anggota lainnya
hubungan keluarga terhadap kesehatan 3. bantu keluarga
dapat terjalin harmonis keluarga mengenal peran anggota
3. merawat keluarga yang keluarga
sakit dengan tepat
4. modifikasi lingkungan
5. memanfaatkan fasilitas
kesehatan

40
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keperawatan kesehatan keluarga merupakan tingkat perawatan kesehatan
masyarakat, akan tetapi mengambil fokus pada keluarga. Yakni, keluarga dianggap sebagai
unit atau kesatuan yang dirawat dengan tujuan agar seluruh anggota keluarga sehat.
Tujuannya agar keluarga mampu melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatan keluarga
dan mampu menangani masalah kesehatannya, sehingga dalam perkumpulan keluarga
yang sehat menjadi masyarakat yang sehat.

3.2 Saran
Sebagai perawat harus mampu menjadi perawat yang dapat memberikan asuhan
keperawatan kepada setiap anggota keluarga, karena keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan yang professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan. Maka, bentuk-
bentuk dari pelayanan ini mecakup wilayah biologi, psikologi, social, dan spiritual secara
komprehensif kepada seluruh anggota keluarga yang memiliki masalah terhadap salah satu
bentuk.

41
DAFTAR PUSTAKA

1. Bulechek, Gloria, et all. 2016. Nursing Outcomes Classification. Singapore: Elsevier


2. Kozier, Barbara. Erb, Glenora. Berman, Audrey. Snyder, Shirlee J. 2011. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.
3. Moorhead, et all. 2016. Nursing Intervensions Classification. Singapore: Elsevier
4. PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keoerawatan Indonesia. Jakarta: PPNI
5. Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa : Renata. Komalasari, dkk. Jakarta:
EGC.

42

Anda mungkin juga menyukai