Disusun Oleh
Kelompok 3 (3A):
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kelompok, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
“Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Stunting pada Balita”. Tujuan penulisan
makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan dari
berbagai pihak, sehingga hambatan-hambatan dan kesulitan yang dihadapi dapat
diselesaikan kelompok. Untuk itu, kelompok mengucapkan banyak terimakasih
kepada:
1. Ns. DWS Suarse Dewi, M.Kep, Sp.Kep.MB, selaku Ketua STIKes
Fatmawati.
2. Zahri Darni, M. Kep, selaku Ketua Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes
Fatmawati
3. Ns. Ani Nuraeni, M. Kep, Sp. Kep Kom selaku Dosen dan PJMK
Keperawatan Keluarga sekaligus Pembimbing Makalah
4. Ns. Putri Mahardika, M.Kep. Sp. Kep.Mat selaku Wali Kelas Angkatan XXIV
Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes Fatmawati.
5. Para orang tua tercinta yang telah membantu dalam material dan motivasi
selama proses pembelajaran.
6. Rekan-rekan Angkatan XXIV yang membantu selesainya pembuatan makalah
ini.
Kelompok menyadari bahwa makalah ini belum sempurna oleh karena itu, kami
menerima kritik dan saran yang membangun sehingga dapat memperbaiki semua
kekurangan yang ada dalam penulisan makalah ini. Semoga penulisan makalah ini
dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..............................................................................................4
C. Ruang Lingkup..................................................................................................4
D. Metode Penulisan..............................................................................................4
E. Sistematika Penulisan.......................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................................6
A. Konsep stunting.................................................................................................6
B. Konsep keluarga..............................................................................................31
C. Konsep Asuhan Keperawatan keluarga..........................................................10
BAB III TINAJAUAN KASUS................................................................................34
A. Pengkajian.......................................................................................................34
B. Analisa Data....................................................................................................40
C. Diagnosa Keperawatan...................................................................................41
D. Intervensi Keperawatan..................................................................................42
E. Implementasi dan Evaluasi.............................................................................55
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................64
A. Pengkajian.......................................................................................................64
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................................65
C. Rencana Keperawatan.....................................................................................65
D. Pelaksanaan.....................................................................................................66
E. Evaluasi...........................................................................................................67
BAB V PENUTUP.....................................................................................................69
A. Kesimpulan.....................................................................................................69
B. Saran...............................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga membentuk unit dasar dari masyarakat. Maka lembaga sosial
yang paling banyak memiliki efek-efek yang paling menonjol tehadap
anggotanya yaitu keluarga. Unit dasar ini memiliki pengaruh yang begitu
kuat terhadap perkembangan seorang individu yang dapat menentukan
berhasil atau tidaknya kehidupan individu tersebut. Setiap anggota
keluarga memiliki kebutuhan dasar fisik, pribadi dan sosial (Ruyadi,
2022).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Diperolehnya pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah kesehatan stunting pada balita
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada keluarga dengan
stunting pada balita
b. Menganalisa data untuk menentukan diagnose keperawatan
pada keluarga dengan stunting pada balita
c. Merencanakan diagnose tindakan keperawatan
d. Melaksanakan Tindakan keperawatan pada keluarga
e. Melakukan evaluasi pada keluarga dengan stunting pada balita
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan
kasus
g. Mengidentifikasi factor-faktor pendukung, penghambat serta
dapat mencari solusinya
h. Mendokumentasi semua kegiatan keperawatan dalam bentuk
narasi
C. Ruang Lingkup
Penulisan makalah ilmiah ini merupakan pembahasan pemberian asuhan
keperawatan keluarga Tn. S khususnya pada an. F dengan stunting di
RT05/RW04 Kelurahan Pondok Labu Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan
yang dilaksanakan pada tanggal 21-26 Agustus 2023.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan kelompok dalam penulisan makalah ini yaitu
metode kepustakaan dan metode deskriptif. Metode studi kepustakaan
yaitu menggunakan berbagai studi literatur yang sesuai dengan
keperawatan keluarga. Metode deskriptif menguraikan asuhan
keperawatan keluarga dengan studi kasus pemicu. Adapun teknik yang
digunakan yaitu:
1. Wawancara yaitu dengan melakukan pengkajian atau penjajakan tahap
1 dan 2
2. Pemeriksaan fisik yaitu dengan memeriksakan atau skrining Kesehatan
pasien dan keluarganya
3. Observasi yaitu dengan mengamati dan melakukan asuhan keperawatan
keluarga selama 5 hari
E. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penyusunan makalah ini terdiri dari 5 BAB, yaitu BAB
I Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, ruang
lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan
Teori yang berisikan konsep stunting, konsep keluarga dan konsep asuhan
keperawatan keluarga. BAB III Tinjauan Kasus yang berisi ilustrasi
kasus, pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan, BAB IV
Pembahasan yang berisi pembahasan dari kasus terdiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi serta evalusi keperawatan.
BAB V Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Stunting
1. Pengertian Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (Bagi bayi di
bawah lima tahun) yang diakibatkan kekurangan gizi kronis sehingga
anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi
dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi,
kondisi Stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Stunting
yang dialami anak dapat disebabkan oleh tidak terpaparnya periode
1000 hari pertama kehidupan mendapat perhatian khusus karena
menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan
produktivitas seseorang di masa depan. Stunting dapat pula
disebabkan tidak melewati periode emas yang dimulai 1000 hari
pertama kehidupan yang merupakan pembentukan tumbuh kembang
anak pada 1000 hari pertama. Pada masa tersebut nutrisi yang diterima
bayi saat didalam kandungan dan menerima ASI memiliki dampak
jangka panjang terhadap kegidupan saat dewasa. Hal ini dapat
terlampau maka akan terhindar dari terjadinya stunting pada anak-
anak dan status gizi yang kurang (Depkes, 2015).
2. Faktor penyebab
Menurut UINICEF (2012) menyatakan bahwa penyebab dari
terjadinya kondisi malnutrisi dikarenakan oleh 3 penyebab utama,
yaitu penyebab dasar (basic cause), penyebab yang mendasari
(underlying cause) dan penyebab langsung (immediate cause)
(Pratama et al., 2019).
a. Penyebab dasar (basic cause) adalah kuantitas dan kualitas
sumber daya potensial yang ada di masyarakat misalnya
manusia, pendidikan, ekonomi, lingkungan, organisasi, dan
teknologi. Penyebab ini ditemukan pada populasi yang cukup
besar seperti negara, wilayah ataupun daerah. Penyebab ini
juga menjadi tolok ukur dan pengaruh terhadap penyebab
lainnya.
b. Faktor yang menjadi penyebab yang mendasari (underlying
cause) masalah kekurangan gizi pada level keluarga adalah
tidak cukup akses terhadap pangan dan pola konsumsi
makanan, pola asuh anak yang tidak memadai dan akses
pelayanan kesehatan serta sanitasi air bersih yang tidak
memadai. Hal ini dikarenakan pengaruh dari penyebab dasar di
level masyarakat yang berdampak ke level yang lebih rendah
(level keluarga). Faktor di level keluarga yang berperan adalah
pendidikan, jumlah anggota keluarga, sosial dan ekonomi
(status pekerjaan), lingkungan dan budaya, serta agama dan
kepercayaan orang tua.
c. Penyebab langsung (immediate cause) adalah akumulasi dari
penyebab yang mendasari dan penyebab dasar yang berperan
langsung terhadap kejadian stunting. Penyebabnya adalah
asupan makanan yang tidak adekuat dan status infeksi dan
kesehatan pada anak.
3. Tanda Stunting
Stunting adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD),
ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan
kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai
usia anak. Stunting merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan
pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka
Panjang (Yuliana & Hakim, Nur, 2019)
4. Dampak Stunting
Stunting perlu dicegah dan ditangani sesegera mungkin karena
menimbulkan berbagai dampak yaitu menyebabkan gagal tumbuh,
hambatan perkembangan kognitif & motorik sehingga berpengaruh
pada perkembangan otak dan keberhasilan pendidikan, dan tidak
optimalnya ukuran fisik tubuh serta gangguan metabolisme. Lama
kelamaan mengganggu kapasitas intelektual, gangguan struktur dan
fungsi saraf dan sel-sel otak yang bersifat permanen dan menyebabkan
penurunan kemampuan mencerna pelajaran yang akan
produktivitasnya ketika dewasa, maka dapat menyebabkan penurunan
kualitas SDM dimasa mendatang, (Kementerian Kesehatan RI, 2020)
a. Dampak Jangka Pendek.
1) Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian
2) Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian
3) Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak
optimal; dan
4) Peningkatan biaya kesehatan.
b. BBLR
Berat lahir dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu rendah dan normal.
Disebut dengan berat lahir rendah (BBLR) jika berat lahirnya < 2500
gram (Kementrian Kesehatan, 2010). Dampak BBLR akan
berlangsung antar generasi. Seorang anak yang mengalami BBLR
kelak juga akan mengalami defisit pertumbuhan (ukuran antropometri
yang kurang) di masa dewasanya. Bagi perempuan yang lahir BBLR,
besar risikonya bahwa kelak ia juga akan menjadi ibu yang stunted
sehingga berisiko melahirkan bayi yang BBLR seperti dirinya pula.
Bayi yang dilahirkan BBLR tersebut akan kembali menjadi
perempuan dewasa yang juga stunted, dan begitu seterusnya. Senada
dengan hasil penelitian Rahayu dkk di Kabupaten Banjar yang
menemukan bahwa balita yang terlahir dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) memiliki risiko mengalami stunting, (Aryu, 2020).
Anak sering diasuh oleh keluarga lain seperti nenek, kakak atau abang
karena ibu harus bekerja membantu suami dalam memenuhi atau
mengerjakan pekerjaan rumah yang lainnya. Usia kakak yang terlalu
muda atau pun nenek yang tua biasanya membuat kurangnya
pengawasan pada anak balita. Sering kali anak bermain di tempat
yang kotor atau pun memasukkan benda- benda kotor ke dalam
mulutnya (Aryu, 2020).
e. Pola Asuh
Neldawati dalam Rahayu dkk (2018), menjelaskan bahwa balita yang
mengalami stunting lebih banyak terdapat pada keluarga yang jumlah
anaknya ≥ 3 oraag, jika dibandingkan dengan keluarga yang jumlah
anaknya < 3 orang. (Neherta et al., 2020)
f. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya stunting
pada anak. Faktor lingkungan rumah/sanitasi yang buruk dapat
meningkatkan kejadian stunting dan penyakit infeksi yang dapat
membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan
tubuh terhadap infeksi, zat gizi sulit diserap oleh tubuh dan
terhambatnya pertumbuhan (Pakpahan, 2021). Sanitasi yang kurang
baik, kurangnya sinar matahari mempunyai dampak yang negatif
terhadap pertumbuhan anak (Kemenkes RI, 2016).
5. Penatalaksaan Stunting
Pemerintah Indonesia sudah mencanangkan penatalaksanaan stunting
pada tahun 2012. Kerangka intervensi stunting yang dilakukan
pemerintah Indonesia terbagi menjadi dua yaitu Intervensi Gizi Spesifik,
yang merupakan intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1000 hari
pertama kehidupan. Kemudian Intervensi Gizi Sensitif, yang sasarannya
adalah masyarakat secara umum. Namun, sejak tahun 2012 hingga saat
ini angka stunting masih tergolong tinggi di Indonesia. Saat ini stunting
masih menjadi masalah kesehatan yang belum dapat diatasi di Indonesia
(Putri & Nuzuliana, 2020).
a. Memberikan Edukasi mengenai kebutuhan nutrisi anak, cara
bermain, cara memasak, cara untuk menstimulasi anak, dan
perawatan diri untuk menghindari masalah mental
b. Komponen dari memberi makan dengan benar adalah dengan
senyum ketika memberi makan pada anak, kontak mata, pelan-pelan,
menggunakan kata- kata atau mengajak bicara anak, menunggu anak
selesai mengunyah, memberikan anak makanan yang bisa dipegang
agar bisa makan sendiri, dan menunggu anak selama anak makan.
c. Mengingatkan mengenai imunisasi, skrining penyakit dan malnutrisi
anak, dan memotivasi ibu untuk menggunakan layanan kesehatan
yang ada.
d. pemberian makanan 4 sehat lima sempurna dan vitamin.
e. Yang harus dilakukan oleh keluarga dalam mencegah terjadinya
stunting adalah, Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam
pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola
asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih (Kemenkes RI,
2023).
g) Struktur keluarga
Menurut Harnilawati (2013) Struktur Keluarga menggambarkan
bagaimana keluarga melaksanakan fungi, keluarga di masyarakat.
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam di antaranya adalah:
1) Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ayah.
2) Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ibu.
7. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri.
8. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami
9. Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
h) Peran Keluarga
Menurut Renteng dan Simak (2021), Peran adalah seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, dan kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan satuan tertentu. Setiap anggota keluarga mempunyai
peran masing-masing.
Peterson & Green (2009) menjelaskan bahwa peran keluarga adalah
suatu pola yang berulang dari perilaku oleh individu dalam memenuhi
fungsi-fungsi dan kebutuhan keluarga. Terdapat 2 kategori peran
keluarga. Pertama, peran formal, yaitu peran yang nampak jelas atau
eksplisit seperti peran ayah suami dan sebagainya. Kedua, ialah peran
informal yang bersifat implisit yang berhubungan dengan kebutuhan-
kebutuhan emosional dan individual (Friedman, 1998).
Selanjutnya, peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan
pola perilaku dari keluarga, kelompok. dan masyarakat. Adapun berbagai
peranan di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1) Peranan ayah adalah pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala rumah tangga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
2) Peranan ibu adalah pihak yang mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah
satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, di samping sebagai pencari nafkah
tambahan.
3) Peranan anak adalah melaksanakan peranan psikososial sesuai
dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial, dan
spiritual (Jhonson & Leny, 2010).
4) Peranan kakek dan nenek adalah sebagai salah satu elemen penting
yang berkaitan dengan sang cucu, karena orang tua dari anak faktor
penentu yang mendorong atau melemahkan perkembangan
hubungan kakek/nenek dengan cucu (Friedman, 1998).
c. Perencanaan Keperawatan
Intervensi keperawatan keluarga disusun mengacu kepada 3 domain fungsi
keluarga Calgary (Wright &Leahey, 2000) yaitu aspek kognitif, aspek afektif
dan aspek perilaku. Ketiga domain ini disusun dalam intervensi keperawatan
dengan mengacu lima tugas perawatan kesehatan. Perawat dalam melakukan
intervensi keperawatan keluarga mengacu kepada NOC dan NIC atau SIKI
dan SLKI dengan menggunakan strategi intervensi keluarga menurut
Friedman, Bowden & Jones (2010) yaitu:
1) Modifikasi perilaku
2) Membuat kontrak dengan keluarga
3) Manajemen kasus
4) Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya
5) Konsultasi
6) keluarga
7) Advokasi keluarga
8) Konseling
9) Pemberdayaan keluarga
10) Modifikasi lingkungan
11) Strategi pengajaran
12) Model peran
13) Bimbingan antisipatif
d. Pelaksanaan Keperawatan
Menurut Agustiani Dwi, dkk. (2022). Pada tahap kerja ini akan dibagi menjadi
tiga implementasi keperawatan, yaitu mandiri, kolaboratif, dan bergantung.
1) Implementasi mandiri Implementasi yang dapat dilakukan oleh perawat yaitu:
a) Melakukan pengumpulan data melalui wawancara/tanya-jawab untuk
mengetahui perkembangan/respon yang keluarga saat dilakukan
implementasi
b) Melakukan observasi dan pemeriksaan fisik, seperti tanda-tanda vital
c) Melakukan implementasi terapeutik, seperti pencegahan/mengurangi
keluhan
d) Melakukan implementasi edukasi
e) .Melakukan rujukan
2) Implementasi kolaboratif Implementasi yang dapat dilakukan dalam
implementasi kolaboratif, yaitu melakukan kolaborasi pada tim medis
lainseperti dokter, ahli gizi, apoteker, dan lainnya sesuai dengan kebutuhan
keluarga.
e. Evaluasi Keperawatan
Menurut Rahayu (2022). Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan, proses menilai apa yang telah dicapai dan bagaimana hal itu telah
dicapai. Respon anak dan keluarga terus dinilai untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. dan data serta diagnosis keperawatan dapat diperbarui jika tindakan
keperawatan tidak sesuai harapan (Asmadi, 2008).
Penilaian adalah tahap akhir dari proses perawatan yang sistematis dan terencana
antara hasil yang diamati dan tujuan atau kriteria hasil yang dikembangkan pada
tahap intervensi yang sesuai.
Ada dua jenis evaluasi, evaluasi formatif. yang menghasilkan respons segera
setelah implementasi, dan evaluasi sumatif, yang mengevaluasi respons akhir pada
waktu tertentu terhadap tujuan yang telah diidentifikasi sebelumnya untuk dicapai
(menggunakan pendekatan SOAP)
A. Ilustrasi Kasus
Tn.S (34 tahun) tinggal bersama istrinya Ny.W (30 tahun) dan 2 orang anak
yang terdiri dari anak pertama laki-laki An.B (6 tahun), anak kedua perempuan
An.F (1 tahun). Tn.S sehari-hari bekerja sebagai pegawai swasta dan dengan
penghasilan ± 3.500.000,00, keuangan keluarga dibantu oleh Ny.W yang
bekerja di pabrik garment dengan penghasilan ± 3.500.000,00. Penghasilan
keluarga sudah mencukupi kebutuhan sehari-hari dan memiliki sedikit
tabungan. Selama Tn.S dan Ny.W bekerja kedua anaknya diasuh neneknya.
Ny.W mengatakan baru mengetahui An.F mengalami stunting saat ditimbang
di posyandu 2 bulan yang lalu. Keluarga belum mengetahui banyak tentang
stunting. Saat dikaji, Ny.W mengatakan stunting itu berat badan dan tinggi
badan yang tidak sesuai dengan usianya. Ny.W mengatakan tidak tahu
penyebab anaknya mengalami stunting. Ny.W mengatakan gejala stunting
adalah kurus dan pendek, gejala lainnya Ny.W belum mengetahui. Ny.W juga
mengatakan tidak tahu akibat lanjut jika stunting tidak diatasi. Keluarga
mengatakan tidak pernah memeriksakan anaknya ke puskesmas karena merasa
anaknya masih mau makan walaupun porsinya sedikit. Keluarga mengatakan
sudah memberikan makanan yang cukup untuk anaknya tetapi anak tidak ada
kenaikan berat badan. Ny.W mengatakan An.F sulit makan, mau makan
dengan porsi 3 – 5 sendok dengan menu makan dengan sayur dan telur. An.F
lebih senang makan mie instan dan bisa menghabiskan ½ porsi makan.
Keluarga mengatakan tidak tahu bagaimana cara mengatasi An.F yang sulit
makan. Keluarga mengatakan bingung menentukan menu makan untuk An.F
agar berat badan An.F naik. Rumah keluarga Tn.A tampak kurang bersih dan
rapi, benda-benda tampak berserakan dilantai. Pencahayaan dan ventilasi
rumah tampak kurang memadai. Keluarga Tn. A tidak mempunyai ruang
makan, dan jarang makan makan bersama-sama keluarga. Ny.W sering
menimbang anaknya di posyandu. Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan
BB: 6,4 kg, TB: 69 cm, LK: 44 cm, LILA: 12cm, Tampak di grafik KMS
bahwa BB klien berada di bawah garis merah, Tampak di grafik BB menurut
TB menunjukkan -3 SD (sangat pendek).
Selain mengalami masalah Stunting, An.F juga sering mengalami batuk pilek.
Keluarga mengatakan pengertian ISPA adalah penyakit batuk pilek pada anak,
penyebab ISPA yang diketahui karena sering minum es. Keluarga mengetahui
tanda gejala ISPA yaitu batuk, pilek dan kadang-kadang demam karena gejala
tersebut yang sering dirasakan oleh An.F. Ny.W mengatakan An.F baru
sembuh dari batuk dan pilek 2 minggu yang lalu. Hasil pemeriksaan tidak
terdapat secret di hidung, saat di auskultasi terdengar suara vesikuler, frekuensi
nadi 85x/ menit, frekuensi nafas: 24x/menit, tidak terlihat adanya tarikan-
tarikan pada dinding dada. Keluarga mengatakan tidak paham akibat lanjut dari
ISPA jika tidak di tangani tetapi jika anak terkena ISPA maka melakukan
kompres jika demam dan memberikan penurun panas yang dibeli di apotik, jika
tidak kunjung sembuh baru dibawa ke puskesmas. Keluarga tidak mengetahui
bagaimana pencegahan yang harus dilakukan agar anaknya tidak sering
mengalami batuk pilek. Lingkungan rumah tampak kurang bersih dan rapi,
benda-benda tampak berserakan dilantai, pencahayaan dan ventilasi rumah
Ny.W juga kurang memadai, jendela tidak pernah dibuka cahaya matahari
tidak dapat masuk ke dalam rumah banyak sarang laba-laba dan debu di langit
langit rumah. Keluarga membawa An.F ke puskesmas jika batuk pilek tidak
kunjung sembuh.
B. Pengkajian
1. Data Dasar Keluarga
g. Genogram
An.F
Stunting/ISPA
h. Tipe keluarga
Dalam keluarga Tn. S terdapat keluarga inti, yang terdiri dari istri Ny.W
(30 tahun) dan 2 orang anak yang terdiri dari anak pertama laki-laki
An.B (6 tahun), anak kedua perempuan An.F (1 tahun).
i. Suku bangsa
Keluarga Tn. S bersuku jawa, bahasa yang diagunakan sehari hari yaitu
bahasa daerah jawa dan bahasa indonesia. Dalam kebiasaan suku jawa
jika anak sakit demam boleh diurut.
j. Agama
Keluarga Tn.S beragama islam semua. Anak di keluarga tersebut
berumur 1 tahun dan yang tertua berumur 6 tahun, keluarga Tn.S
mengajarkan anak tertua tata cara sholat dan adiknya diajarkan berdoa
sebelum melakukan sesuatu
2. Lingkungan
a. Perumahan
Rumah Tn.S adalah kepunyaan sendiri dengan luas 500m2, terdapat
ventilasi rumah namun tidak sesuai ketentuan. Penerangan atau cahaya
matahari yang masuk ke dalam rumah itu kurang, kondisi lantai tampak
kurang bersih, terdapat lawa-lawa dan berdebu. Sampah dikelola
dengan dibakar, sumber air adalah dari PAM, Keluarga sudah memiliki
jamban dan tempat penampuangan tinja namun kurang dari 10 meter.
2. Struktur Keluarga.
c. Struktur peran : Peran formal dari Tn.S adalah seorang ayah yang
mencari nafkah, tetapi terkadang juga membantu istri dalam pekerjaan
rumah, anak pertama yaitu berperan sebagai anak yang sedang menuntut
ilmu, Ny.W juga membantu suami dalam mencari nafkah. Kemudian
peran informal dari anak keluarga tersebut adalah membantu kedua
orang tuanya dalam pekerjaan rumahnya.
d. Nilai dan norma budaya : Nilai dan norma yang berlaku di keluarga
menyesuaikan dengan nilai agama yang dianut dan norma yang berlaku
di lingkungannya. Norma keluarga berkaitan dengan Kesehatan adalah
bila keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas.
3. Fungsi Keluarga.
a. Fungsi Afektif : Hubungan antara Tn. S dan Ny. W cukup rukun, saling
perhatian, saling menghargai dan saling menyayangi dalam membina
rumah tangga.
c. Fungsi reproduksi: Saat ini keluarga Tn. S memiliki 2 anak. Tn. S dan
Ny. W sepakat untuk memiliki anak lagi jika anak keduanya sudah
cukup usia. Ny. W rencana ingin menggunakan implant KB.
A. Analisa Data
Data Fokus Diagnosa Keperawatan
1. Ny.W mengatakan baru mengetahui Defisit nutrisi pada keluarga
An.F mengalami stunting saat Tn.S khususnya An.F
ditimbang di posyandu 2 bulan yang
lalu.
2. Keluarga belum mengetahui banyak
tentang stunting.
3. Ny.W juga mengatakan tidak tahu
akibat lanjut jika stunting tidak diatasi.
4. Keluarga mengatakan sudah
memberikan makanan yang cukup
untuk anaknya tetapi anak tidak ada
kenaikan berat badan.
5. Keluarga mengatakan tidak tahu
bagaimana cara mengatasi An.F yang
sulit makan
6. Ny.W mengatakan baru mengetahui
An.F mengalami stunting saat
ditimbang di posyandu 2 bulan yang
lalu
7. Ny.W mengatakan stunting itu berat
badan dan tinggi badan yang tidak
sesuai dengan usianya
8. Keluarga mengatakan tidak pernah
memeriksakan anaknya ke puskesmas
karena merasa anaknya masih mau
makan walaupun porsinya sedikit
9. Keluarga mengatakan sudah
memberikan makanan yang cukup
untuk anaknya tetapi anak tidak ada
kenaikan berat badan. Ny.W
10. Ny.W menyebutkan gejala stunting
adalah kurus dan pendek, gejala lainnya
Ny.W belum mengetahui
11. Keluarga mengatakan tidak mengetahui
lebih dalam mengenai stunting
12. Keluarga mengatakan An.F lebih
senang makan mie instan dan bisa
menghabiskan ½ porsi makan dan An.F
makan dengan porsi sedikit
13. Keluarga mengatakan An.F sulit makan
DO :
1. Pemeriksaan fisik :
BB 6,4 kg
TB 69 cm
LK 44 cm
LILA 12 cm
2. Tampak di grafik KMS bahwa BB
klien berada di bawah garis merah,
Tampak di grafik BB menurut TB
menunjukkan -3 SD (sangat pendek).
DO:
1. An. F sering mengalami batuk pilek
2. Hasil pemeriksaan tidak terdapat
secret di hidung, saat di auskultasi
terdengar suara vesikuler, frekuensi
nadi 85x/ menit, frekuensi nafas:
24x/menit, tidak terlihat adanya
tarikan-tarikan pada dinding dada
3. Lingkungan rumah tampak kurang
bersih dan rapi, benda-benda tampak
berserakan dilantai, pencahayaan dan
ventilasi rumah Ny.W juga kurang
memadai, jendela tidak pernah dibuka
cahaya matahari tidak dapat masuk ke
dalam rumah banyak sarang laba-laba
dan debu di langit langit rumah.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Skoring
1) Diagnosa Keperawatan : Defisit Nutrisi pada keluarga Tn.S
khususnya An.F
I.14550
Penggunaan terapi tradisional
Perencanaan:
Lanjutkan ke TUK 2 yaitu kemampuan keluarga mengambil
keputusan untuk merawat Anak F
Perencanaan:
Lanjutkan ke TUK 5 yaitu kemampuan keluarga untuk
memanfaatkan fasilitas kesehatan