Anda di halaman 1dari 72

ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA DENGAN STUNTING PADA BALITA

Disusun Oleh
Kelompok 3 (3A):

1. Adinda Dwi Lestari (21001)


2. Anggita Putri (21011)
3. Elok Nurul Fauziah (21035)
4. Fida Putri Hafsa (21044)
5. Haratullisa Mahfudza (21047)
6. Muhammad Rafli A (21067)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FATMAWATI
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kelompok, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
“Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Stunting pada Balita”. Tujuan penulisan
makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga.

Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan dari
berbagai pihak, sehingga hambatan-hambatan dan kesulitan yang dihadapi dapat
diselesaikan kelompok. Untuk itu, kelompok mengucapkan banyak terimakasih
kepada:
1. Ns. DWS Suarse Dewi, M.Kep, Sp.Kep.MB, selaku Ketua STIKes
Fatmawati.
2. Zahri Darni, M. Kep, selaku Ketua Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes
Fatmawati
3. Ns. Ani Nuraeni, M. Kep, Sp. Kep Kom selaku Dosen dan PJMK
Keperawatan Keluarga sekaligus Pembimbing Makalah
4. Ns. Putri Mahardika, M.Kep. Sp. Kep.Mat selaku Wali Kelas Angkatan XXIV
Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes Fatmawati.
5. Para orang tua tercinta yang telah membantu dalam material dan motivasi
selama proses pembelajaran.
6. Rekan-rekan Angkatan XXIV yang membantu selesainya pembuatan makalah
ini.
Kelompok menyadari bahwa makalah ini belum sempurna oleh karena itu, kami
menerima kritik dan saran yang membangun sehingga dapat memperbaiki semua
kekurangan yang ada dalam penulisan makalah ini. Semoga penulisan makalah ini
dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Jakarta, September 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..............................................................................................4
C. Ruang Lingkup..................................................................................................4
D. Metode Penulisan..............................................................................................4
E. Sistematika Penulisan.......................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................................6
A. Konsep stunting.................................................................................................6
B. Konsep keluarga..............................................................................................31
C. Konsep Asuhan Keperawatan keluarga..........................................................10
BAB III TINAJAUAN KASUS................................................................................34
A. Pengkajian.......................................................................................................34
B. Analisa Data....................................................................................................40
C. Diagnosa Keperawatan...................................................................................41
D. Intervensi Keperawatan..................................................................................42
E. Implementasi dan Evaluasi.............................................................................55
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................64
A. Pengkajian.......................................................................................................64
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................................65
C. Rencana Keperawatan.....................................................................................65
D. Pelaksanaan.....................................................................................................66
E. Evaluasi...........................................................................................................67
BAB V PENUTUP.....................................................................................................69
A. Kesimpulan.....................................................................................................69
B. Saran...............................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga membentuk unit dasar dari masyarakat. Maka lembaga sosial
yang paling banyak memiliki efek-efek yang paling menonjol tehadap
anggotanya yaitu keluarga. Unit dasar ini memiliki pengaruh yang begitu
kuat terhadap perkembangan seorang individu yang dapat menentukan
berhasil atau tidaknya kehidupan individu tersebut. Setiap anggota
keluarga memiliki kebutuhan dasar fisik, pribadi dan sosial (Ruyadi,
2022).

Dalam suatu keluarga tentunya terdapat orang dewasa dan anak-anak. Di


dunia yang semakin modem ini, yang kita kenal dengan era postmodern.
Ada begitu banyak tantangan yang harus dihadapi oleh setiap individu dan
keluarga terutama bicara soal kesehatan. Kesehatan sangat penting bagi
kelangsungan hidup keluarga, termasuk kesehatan anak-anak, terutama
anak-anak yang berusia 5 tahun ke bawah. Di usia ini anak-anak rentan
terkena penyakit. karena itu orang tua perlu ekstra waspada dengan situasi
dan kondisi anak- anaknya (Ruyadi, 2022).

Merujuk Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization


(WHO), stunting adalah gangguan tumbuh kembang pada anak lantaran
gizi buruk, infeksi berulang, serta stimulasi psikososial yang tidak
memadai. Seorang anak dikategorikan stunting apabila tinggi badan
menurut usianya lebih dari dua standar deviasi, di bawah ketetapan
Standar Pertumbuhan Anak WHO. Stunting wajib diwaspadai karena dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Anak pengidap
stunting cenderung memiliki IQ rendah serta sistem imun lemah. Secara
jangka panjang, kondisi ini memberikan risiko lebih tinggi untuk anak
menderita penyakit degeneratif, seperti diabetes dan kanker (Sianipar,
2023).
Standard WHO terkait prevalensi stunting harus di angka kurang dari 20%.
Kementerian Kesehatan melakukan intervensi spesifik melalui 2 cara
utama yakni intervensi gizi pada ibu sebelum dan saat hamil, serta
intervensi pada anak usia 6 sampai 2 tahun. Kementerian Kesehatan
mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada Rapat
Kerja Nasional BKKBN, Rabu (25/1) dimana prevalensi stunting di
Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022
(Kemenkes RI, 2022).

Anak-anak yang rentan sakit membutuhkan perawatan dari keluarga dan


juga dari petugas kesehatan yang akan merawat dan bertanggung jawab
untuk membantu proses penyembuhan, salah satu bidang keperawatan
yang menangani masalah ini salah satunya adalah keperawatan keluarga.
Menurut Sukadiono (2024).

Peran keluarga dalam stunting adalah mencegah terjadinya stunting.


Stunting pada anak dapat dicegah sejak masa kehamilan hingga anak
berusia dua tahun atau periode 1000 hari pertama kehidupan (HPK), Peran
keluarga dalam pencegahan stunting pada masa tersebut sangatlah penting
untuk dilakukan. Keluarga memegang peranan penting dalam
pemeliharaan kesehatan (caregiver) para anggotanya. Menurut Friedman
(1981) salah satu tugas keluarga, yaitu memberikan pertolongan dan
perawatan (caregiver) kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang
mengalami cacat fisik maupun mental. Salah satu fungsi dasar keluarga
adalah memenuhi kebutuhan kehidupan anggota keluarganya (Friedman
1998; Nasir & Muhith, 2011), Keluarga mempunyai fungsi efektif untuk
merawat dan membentuk kepribadian anak, pemantapan kepribadian orang
dewasa, serta pemenuhan kebutuhan psikologis para anggotanya. Apabila
fungsi efektif ini tidak dapat berjalan semestinya, maka akan terjadi
gangguan psikologis yang berdampak pada kejiwaan dari keseluruhan unit
keluarga tersebut (Adair, 2017).
Keperawatan keluarga merupakan salah satu area pelayanan keperawatan
dilingkungan masyarakat yang berfokus pada keluarga dengan melibatkan
seluruh anggota keluarga dalam proses keperawatan. Proses keperawatan
keluarga dilakukan sebagai metode ilmiah yang sistematis, terdiri dari
pengkajian dan penentuan masalah keperawatan, perencanaan asuhan
keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan, serta evaluasi hasil
asuhan keperawatan (Fadhilah, Nuryati, & Ardina, 2021). Selain itu
perawat memiliki tanggung jawab etik untuk mengajar klien dengan tujuan
memberikan pemahaman, meningkatkan pengetahuan dalam upaya
meningkatkan kesehatan, mengatasi gejala penyakit sesuai dengan kondisi,
dan melakukan tindakan spesifik sehingga klien, keluarga dan masyarakat
mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk belajar
bagaimana merawat diri sendiri dan keluarganya (Andarmoyo, 2015).

Berdasarkan hasil uraian di atas, kelompok tertarik untuk mengambil topik


tersebut untuk mengetahui lebih dalam tentang proses keperawatan
keluarga dan asuhan keperawatan keluarga dengan balita sehingga dapat
memudahkan kami sebagai mahasiswa keperawatan untuk memahami
tentang tindakan yang akan diberikan kepada klien atau keluarga dengan
menggunakan asuhan keperawatan sehingga klien dan keluarga dapat
memahami tindakan yang diberikan.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Diperolehnya pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah kesehatan stunting pada balita
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada keluarga dengan
stunting pada balita
b. Menganalisa data untuk menentukan diagnose keperawatan
pada keluarga dengan stunting pada balita
c. Merencanakan diagnose tindakan keperawatan
d. Melaksanakan Tindakan keperawatan pada keluarga
e. Melakukan evaluasi pada keluarga dengan stunting pada balita
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan
kasus
g. Mengidentifikasi factor-faktor pendukung, penghambat serta
dapat mencari solusinya
h. Mendokumentasi semua kegiatan keperawatan dalam bentuk
narasi

C. Ruang Lingkup
Penulisan makalah ilmiah ini merupakan pembahasan pemberian asuhan
keperawatan keluarga Tn. S khususnya pada an. F dengan stunting di
RT05/RW04 Kelurahan Pondok Labu Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan
yang dilaksanakan pada tanggal 21-26 Agustus 2023.

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan kelompok dalam penulisan makalah ini yaitu
metode kepustakaan dan metode deskriptif. Metode studi kepustakaan
yaitu menggunakan berbagai studi literatur yang sesuai dengan
keperawatan keluarga. Metode deskriptif menguraikan asuhan
keperawatan keluarga dengan studi kasus pemicu. Adapun teknik yang
digunakan yaitu:
1. Wawancara yaitu dengan melakukan pengkajian atau penjajakan tahap
1 dan 2
2. Pemeriksaan fisik yaitu dengan memeriksakan atau skrining Kesehatan
pasien dan keluarganya
3. Observasi yaitu dengan mengamati dan melakukan asuhan keperawatan
keluarga selama 5 hari
E. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penyusunan makalah ini terdiri dari 5 BAB, yaitu BAB
I Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, ruang
lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan
Teori yang berisikan konsep stunting, konsep keluarga dan konsep asuhan
keperawatan keluarga. BAB III Tinjauan Kasus yang berisi ilustrasi
kasus, pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan, BAB IV
Pembahasan yang berisi pembahasan dari kasus terdiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi serta evalusi keperawatan.
BAB V Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Stunting
1. Pengertian Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (Bagi bayi di
bawah lima tahun) yang diakibatkan kekurangan gizi kronis sehingga
anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi
dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi,
kondisi Stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Stunting
yang dialami anak dapat disebabkan oleh tidak terpaparnya periode
1000 hari pertama kehidupan mendapat perhatian khusus karena
menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan
produktivitas seseorang di masa depan. Stunting dapat pula
disebabkan tidak melewati periode emas yang dimulai 1000 hari
pertama kehidupan yang merupakan pembentukan tumbuh kembang
anak pada 1000 hari pertama. Pada masa tersebut nutrisi yang diterima
bayi saat didalam kandungan dan menerima ASI memiliki dampak
jangka panjang terhadap kegidupan saat dewasa. Hal ini dapat
terlampau maka akan terhindar dari terjadinya stunting pada anak-
anak dan status gizi yang kurang (Depkes, 2015).

Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah


balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U)
menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS
(Multicentre Growth Reference Study) tahun 2006. Stunting pada anak
merupakan indikator status gizi yang dapat memberikan gambaran
gangguan keadaan sosial ekonomi secara keseluruhan di masa lampau.
(Ariani Herda, dkk., 2023)
Stunting merupakan istilah para nutrinis untuk penyebutan anak yang
tumbuh tidak sesuai dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek).
Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang sangat pendek
hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi
badan populasi yang menjadi referensi internasional.Stunting adalah
keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan
dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak lain
seusianya (Yuliana & Hakim N, 2019)

2. Faktor penyebab
Menurut UINICEF (2012) menyatakan bahwa penyebab dari
terjadinya kondisi malnutrisi dikarenakan oleh 3 penyebab utama,
yaitu penyebab dasar (basic cause), penyebab yang mendasari
(underlying cause) dan penyebab langsung (immediate cause)
(Pratama et al., 2019).
a. Penyebab dasar (basic cause) adalah kuantitas dan kualitas
sumber daya potensial yang ada di masyarakat misalnya
manusia, pendidikan, ekonomi, lingkungan, organisasi, dan
teknologi. Penyebab ini ditemukan pada populasi yang cukup
besar seperti negara, wilayah ataupun daerah. Penyebab ini
juga menjadi tolok ukur dan pengaruh terhadap penyebab
lainnya.
b. Faktor yang menjadi penyebab yang mendasari (underlying
cause) masalah kekurangan gizi pada level keluarga adalah
tidak cukup akses terhadap pangan dan pola konsumsi
makanan, pola asuh anak yang tidak memadai dan akses
pelayanan kesehatan serta sanitasi air bersih yang tidak
memadai. Hal ini dikarenakan pengaruh dari penyebab dasar di
level masyarakat yang berdampak ke level yang lebih rendah
(level keluarga). Faktor di level keluarga yang berperan adalah
pendidikan, jumlah anggota keluarga, sosial dan ekonomi
(status pekerjaan), lingkungan dan budaya, serta agama dan
kepercayaan orang tua.
c. Penyebab langsung (immediate cause) adalah akumulasi dari
penyebab yang mendasari dan penyebab dasar yang berperan
langsung terhadap kejadian stunting. Penyebabnya adalah
asupan makanan yang tidak adekuat dan status infeksi dan
kesehatan pada anak.

3. Tanda Stunting
Stunting adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD),
ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan
kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai
usia anak. Stunting merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan
pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka
Panjang (Yuliana & Hakim, Nur, 2019)

Untuk gizi kurang pada anak. Stunting dapat didiagnosis melalui


indeks antropometrik tinggi badan menurut umur yang mencerminkan
pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan
indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak
memadai dan atau kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier
yang gagal untuk mencapai potensi genetik sebagai akibat dari pola
makan yang buruk dan penyakit.Stunting yang terjadi pada masa anak
merupakan faktor risiko meningkatnya angka kematian, kemampuan
kognitif dan perkembangan motik yang rendah serta fungi tubuh yang
tidak seimbang. (Yuliana & Hakim, Nur, 2019)

4. Dampak Stunting
Stunting perlu dicegah dan ditangani sesegera mungkin karena
menimbulkan berbagai dampak yaitu menyebabkan gagal tumbuh,
hambatan perkembangan kognitif & motorik sehingga berpengaruh
pada perkembangan otak dan keberhasilan pendidikan, dan tidak
optimalnya ukuran fisik tubuh serta gangguan metabolisme. Lama
kelamaan mengganggu kapasitas intelektual, gangguan struktur dan
fungsi saraf dan sel-sel otak yang bersifat permanen dan menyebabkan
penurunan kemampuan mencerna pelajaran yang akan
produktivitasnya ketika dewasa, maka dapat menyebabkan penurunan
kualitas SDM dimasa mendatang, (Kementerian Kesehatan RI, 2020)
a. Dampak Jangka Pendek.
1) Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian
2) Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian
3) Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak
optimal; dan
4) Peningkatan biaya kesehatan.

b. Dampak Jangka Pendek


1) Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek
dibandingkan pada umumnya);
2) Meningkatnya penyakit lainnya
3) Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa
sekolah.
4) Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal,
(Kementerian Kesehatan RI, 2020)

B. Faktor faktor yang mempengaruhi stunting adalah:


a. Defisiensi zat gizi
Zat gizi merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan.
Pertumbuhan yaitu peningkatan ukuran dan masa konstituen tubuh.
Pertumbuhan adalah salah satu hasil dari metabolisme tubuh.
Metabolisme didefinisikan sebagai proses di mana organisme hidup
mengambil dan mengubah zat padat dan cair asing yang diperlukan
untuk pemeliharaan kehidupan, pertumbuhan, fungsi normal organ
dan produksi energi. (Wahyu et al., 2021)

Asupan zat gizi yang merupakan faktor terjadinya stunting dapat


dikategorikan menjadi dua yaitu asupan zat gizi makro makronutrien
dan asupan zat gizi mikro/ mikronutrien. Berdasarkan hasil penelitian
zat mikro yang paling berpengaruh adalah asupan protein dan asupan
zat makro yang paling berpengaruh adalah kalsium, seng dan zat besi
(Aryu, 2020).

b. BBLR
Berat lahir dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu rendah dan normal.
Disebut dengan berat lahir rendah (BBLR) jika berat lahirnya < 2500
gram (Kementrian Kesehatan, 2010). Dampak BBLR akan
berlangsung antar generasi. Seorang anak yang mengalami BBLR
kelak juga akan mengalami defisit pertumbuhan (ukuran antropometri
yang kurang) di masa dewasanya. Bagi perempuan yang lahir BBLR,
besar risikonya bahwa kelak ia juga akan menjadi ibu yang stunted
sehingga berisiko melahirkan bayi yang BBLR seperti dirinya pula.
Bayi yang dilahirkan BBLR tersebut akan kembali menjadi
perempuan dewasa yang juga stunted, dan begitu seterusnya. Senada
dengan hasil penelitian Rahayu dkk di Kabupaten Banjar yang
menemukan bahwa balita yang terlahir dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) memiliki risiko mengalami stunting, (Aryu, 2020).

c. Tingkat Sosial Ekonomi


Status ekonomi dapat juga diartikan daya beli yang rendah sehingga
kemampuan untuk membeli bahan makanan yang baik juga kurang.
Kualitas dan juga kuantitas dari zat makanan yang kurang baik dapat
menyebabkan kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi, padahal anak
memerlukan zat gizi yang lengkap untuk pertumbuhan dan juga
perkembangannya. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa orang tua
dengan daya beli yang rendah jarang untuk membeli sumber protein
seperti daging, ikan, atau kacang- kacangan pada kehidupan sehari-
hari. Oleh karena itu, kebutuhan protein anak tidak terpenuhi karena
anak tidak mendapat asupan gizi yang cukup.(Wahyu et al., 2021)

Anak sering diasuh oleh keluarga lain seperti nenek, kakak atau abang
karena ibu harus bekerja membantu suami dalam memenuhi atau
mengerjakan pekerjaan rumah yang lainnya. Usia kakak yang terlalu
muda atau pun nenek yang tua biasanya membuat kurangnya
pengawasan pada anak balita. Sering kali anak bermain di tempat
yang kotor atau pun memasukkan benda- benda kotor ke dalam
mulutnya (Aryu, 2020).

d. Tingkat Pendidikan Orang Tua


Tingkat pendidikan mempengaruhi pola konsumsi makan melalui cara
pemilihan bahan makanan dalam hal kualitas dan kuantitas.
Pendidikan orang tua terutama ayah memiliki hubungan timbal balik
dengan pekerjaan. Pendidikan ayah merupakan faktor yang
mempengaruhi harta rumah tangga dan komoditi pasar yang
dikonsumsi karena dapat mempengaruhi sikap dan kecenderungan
dalam memilih bahan-bahan konsumsi. Sedangkan pendidikan ibu
mempengaruhi status gizi anak, dimana semakin tinggi pendidikan ibu
maka akan semakin baik pula status gizi anak. Tingkat pendidikan
juga berkaitan dengan pengetahuan gizi yang dimiliki, dimana
semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin baik pula pemahaman
dalam memilih bahan makanan. (Yuliana & Hakim, Nur, 2019)

e. Pola Asuh
Neldawati dalam Rahayu dkk (2018), menjelaskan bahwa balita yang
mengalami stunting lebih banyak terdapat pada keluarga yang jumlah
anaknya ≥ 3 oraag, jika dibandingkan dengan keluarga yang jumlah
anaknya < 3 orang. (Neherta et al., 2020)

Dalam hal pemberian makan, pola asuh demokratis dikatakan sebagai


pola asuh yang paling seimbang karena orang tua menentukan menu
makanan untuk anaknya, tapi orang tua juga memberikan kesempatan
untuk anaknya memilih makanan. Orang tua dengan pola asuh ini
selalu mendorong anaknya untuk makan tanpa menggunakan perintah
dan memberikan dukungan pada anak. Pola asuh ini dikatakan paling
baik dan sehat karena orang tua mengontrol jenis makanan anak,
mengontrol berat badan anak, mengatur emosi anak saat makan, dan
mendorong anak untuk mengatur sendiri asupan makan mereka namun
tetap dalam pengawasan orang tua. Salah satu kelebihan pola asuh ini
yaitu orang tua dapat memberikan contoh berperilaku makan kepada
anak, mengajarkan untuk menjaga kesehatan dan asupan gizi, serta
mendorong keseimbangan makanan dan jenis makanan (alice
callahan dalam Suardianti, 2019).

f. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya stunting
pada anak. Faktor lingkungan rumah/sanitasi yang buruk dapat
meningkatkan kejadian stunting dan penyakit infeksi yang dapat
membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan
tubuh terhadap infeksi, zat gizi sulit diserap oleh tubuh dan
terhambatnya pertumbuhan (Pakpahan, 2021). Sanitasi yang kurang
baik, kurangnya sinar matahari mempunyai dampak yang negatif
terhadap pertumbuhan anak (Kemenkes RI, 2016).

Hasil ini didukung oleh Dewi et al (2019), kebersihan yang kurang


bisa mengakibatkan balita stunting karena makanan yang dikonsumsi
dengan kebersihan yang kurang baik akan menyebabkan infeksi yang
biasanya disertai nafsu makan kurang dan muntah-muntah. Kondisi
dapat menurunkan keadaan gizi balita dan berakibat buruk terhadap
kemajuan pertumbuhan anak. Menurut Wulandari et al (2019)
g. Tinggi Badan Orang Tua
Orang tua yang pendek karena gen dalam kromosom yang membawa
sifat pendek kemungkinan besar akan menurunkan sifat pendek
tersebut kepada anaknya. Tetapi bila sifat pendek orang tua
disebabkan karena masalah nutrisi maupun patologis, maka sifat
pendek tersebut tidak akan diturunkan kepada anaknya. Tinggi badan
adalah jarak dari puncak kepala hingga telapak kaki. Parameter ini
merupakan parameter yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal dan tidak sensitif untuk mendeteksi permasalahan gizi pada
waktu yang singkat. (Yuliana & Hakim, Nur, 2019)

h. Pemberian ASI ekslusif


Beberapa peneliti menduga bahwa efek ASI eksklusif terhadap
stunting bukan berasal dari aspek asupan nutrisi, melainkan dari upaya
pencegahan infeksi. Teori lain yang berkaitan adalah sebuah model
dari para ahli yang menunjukkan bahwa ASI eksklusif saja tidak akan
mampu menurunkan kejadian stunting, tetapi harus didukung dengan
perbaikan kondisi sosioekonomi, tingkat pendidikan, masalah
penyakit infeksi, dan pemberdayaan wanita. (Gustada et al., 2019)

Peran ASI eksklusif dalam pencegahan stunting sangat bergantung


pada faktor pendukung lain. Selain meningkatkan cakupan, diperlukan
upaya meningkatkan kualitas pemberian ASI eksklusif untuk
mencegah terjadinya stunting di kemudian hari. (Gustada et al., 2019).

5. Penatalaksaan Stunting
Pemerintah Indonesia sudah mencanangkan penatalaksanaan stunting
pada tahun 2012. Kerangka intervensi stunting yang dilakukan
pemerintah Indonesia terbagi menjadi dua yaitu Intervensi Gizi Spesifik,
yang merupakan intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1000 hari
pertama kehidupan. Kemudian Intervensi Gizi Sensitif, yang sasarannya
adalah masyarakat secara umum. Namun, sejak tahun 2012 hingga saat
ini angka stunting masih tergolong tinggi di Indonesia. Saat ini stunting
masih menjadi masalah kesehatan yang belum dapat diatasi di Indonesia
(Putri & Nuzuliana, 2020).
a. Memberikan Edukasi mengenai kebutuhan nutrisi anak, cara
bermain, cara memasak, cara untuk menstimulasi anak, dan
perawatan diri untuk menghindari masalah mental
b. Komponen dari memberi makan dengan benar adalah dengan
senyum ketika memberi makan pada anak, kontak mata, pelan-pelan,
menggunakan kata- kata atau mengajak bicara anak, menunggu anak
selesai mengunyah, memberikan anak makanan yang bisa dipegang
agar bisa makan sendiri, dan menunggu anak selama anak makan.
c. Mengingatkan mengenai imunisasi, skrining penyakit dan malnutrisi
anak, dan memotivasi ibu untuk menggunakan layanan kesehatan
yang ada.
d. pemberian makanan 4 sehat lima sempurna dan vitamin.
e. Yang harus dilakukan oleh keluarga dalam mencegah terjadinya
stunting adalah, Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam
pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola
asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih (Kemenkes RI,
2023).

C. Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Konsep Keluarga
a. Definisi
Menurut Fridman, Bowman dan Jones (2010) mengatakan keluarga
adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawainan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain
dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan. Menurut Departemen Kesehatan RI
(2014) keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Esti&Johan, 2020).
b. Jenis/tipe keluarga
Tipe keluarga dapat diuraikan sebagai berikut: (Sovia, et al, 2023)
1) Tipe keluarga tradisional
a) Keluarga Inti (The Nuclear family) yaitu keluarga yang
hanya, terdiri dari ayah, ibu yang tinggal bersama untuk
membesarkan anak-anaknya. Anak yang ada dikeluarga
merupakan keturunannya atau diadopsi ataupun keduanya.
b) Keluarga besar (Extended family), keluarga yang terdiri atas
keluarga inti ditambah keluarga lain,seperti paman, bibi,
kakek, nenek, dan sebagainya yang memiliki hubungan
darah. Tipe keluarga ini masih banyak dianut oleh keluarga
Indonesia.
c) Keluarga dyad (The dyad family), suatu rumah tangga yang
terdiri atas suami dan istri tanpa anak. Hal yang perlu
diketahui, keluarga ini mungkin belum mempunyai anak
atau tidak mempunyai anak.
d) Single Parent, keluarga yang terdiri atas satu orang tua
dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian
e) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu
orang dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa
yang tidak menikah atau tidak mempunyai suami.
f) Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal
sendiri di rumah (baik suami/istri atau keduanya), karena
anak-anaknya sudah membangun karir sendiri

2) Tipe Keluarga non tradisional


a) Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang
terdiri atas orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.
b) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama di
luar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
c) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai
persamaan jenis kelamin tinggal dalam satu rumah
sebagaimana pasangan suami istri.
d) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga
yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
e) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada
saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan
untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya

Keluarga harus dipahami dalam konteknya, label dan jenisnya, hanya


berfungsi hanya sebagai referensi bagi penataan kehidupan keluarga
dan sebuah kerangka kerja. Dan setiap upaya perlu memperhatikan
keunikan dari setiap keluarga. Untuk it kalangan profesionalis dalam
bidang kesehatan yang melayani keluarga harus bersifat toleren dan
sensitive terhadap perbedaan gaya hidup keluarga.

g) Struktur keluarga
Menurut Harnilawati (2013) Struktur Keluarga menggambarkan
bagaimana keluarga melaksanakan fungi, keluarga di masyarakat.
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam di antaranya adalah:
1) Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ayah.
2) Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ibu.
7. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri.
8. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami
9. Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.

h) Peran Keluarga
Menurut Renteng dan Simak (2021), Peran adalah seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, dan kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan satuan tertentu. Setiap anggota keluarga mempunyai
peran masing-masing.
Peterson & Green (2009) menjelaskan bahwa peran keluarga adalah
suatu pola yang berulang dari perilaku oleh individu dalam memenuhi
fungsi-fungsi dan kebutuhan keluarga. Terdapat 2 kategori peran
keluarga. Pertama, peran formal, yaitu peran yang nampak jelas atau
eksplisit seperti peran ayah suami dan sebagainya. Kedua, ialah peran
informal yang bersifat implisit yang berhubungan dengan kebutuhan-
kebutuhan emosional dan individual (Friedman, 1998).
Selanjutnya, peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan
pola perilaku dari keluarga, kelompok. dan masyarakat. Adapun berbagai
peranan di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1) Peranan ayah adalah pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala rumah tangga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
2) Peranan ibu adalah pihak yang mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah
satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, di samping sebagai pencari nafkah
tambahan.
3) Peranan anak adalah melaksanakan peranan psikososial sesuai
dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial, dan
spiritual (Jhonson & Leny, 2010).
4) Peranan kakek dan nenek adalah sebagai salah satu elemen penting
yang berkaitan dengan sang cucu, karena orang tua dari anak faktor
penentu yang mendorong atau melemahkan perkembangan
hubungan kakek/nenek dengan cucu (Friedman, 1998).

Peran setiap anggota keluarga sejatinya dapat berfungsi dengan baik.


Ayah sebagai kepala keluarga, maka dia berperan untuk mengatur
semua anggota keluarga dan tanpa meninggalkan komunikasi dengan
istri dan anak-anaknya. Demikian juga peran ibu dan anak yang
menjalani peran sesuai posisinya masing-masing dalam keluarga.
Setiap anggota keluarga bekerja sama untuk melaksanakan fungsi
keluarga. Melalui dinamika keluarga, para anggota keluarga menerima
peran sosial yang sesuai. Peran sosial dalam keluarga berlaku secara
berpasangan, misalnya ibu-ayah, orang tua-anak, dan kakak-adik.
Sebuah peran sosial tidak muncul dengan sendirinya, namun melalui
proses perancangan. Pasangan peran memungkinkan terjadinya
interaksi sosial dalam bentuk perilaku yang dapat diprediksi dan teratur.
Peran-peran ini diharapkan dapat saling melengkapi dalam
mempertahankan ekuilibrium keluarga (Williams, 2005).
i) Fungsi Keluarga
Fungsi pokok keluarga berdasarkan Friedman & Bowden (2010) dalam
(Sovia, et al, 2023) dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Fungsi Afektif
Merupakan fungsi utama dalam mengajarkan keluarga segala sesuatu
dalam mempersiapkan anggota keluarga dapat bersosialisasi dengan
orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan
psikososial anggota keluarga (Kemenkes, 2016).
2) Fungsi Sosialisasi
Merupakan proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan
dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi
ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk
normanorma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
dan dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
3) Fungsi Reproduksi
Merupakan fungsi untuk mempertahankan keturunan atau generasi
dan dapat menjaga kelangsungan keluarga.
4) Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan ekonomi dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu sehingga
meningkatkan penghasilan dalam memenuhi kebutuhan. Pendapatan
keluarga adalah bagian penting dari ekonomi keluarga. tetapi juga
terkait dengan konsumerisme keluarga, pengelolaan uang, keputusan.
j) Tahap- tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan keluarga
Siklus kehidupan keluarga Ali Zaidin (2013) dibagi menjadi 8 tahap,
yaitu:
1) Tahap I: keluarga pemula.
Keluarga pemula adalah keluarga yang baru menikah, keluarga baru,
dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan
baru yang intim. Tugas perkembangan keluarganya adalah
membangun perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan
ikatan persaudaraan secara harmonis, keluarga berencana (keputusan
tentang kedudukan sebagai orang tua).
2) Tahap II: keluarga yang sedang mengasuh anak.
Tahap ini dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi
berusia 30 bulan. Tugas perkembangan keluarganya adalah
membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (meng-
integrasikan bayi baru ke dalam keluarga), merekonsiliasi tugas
perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga,
mempertahankan pernikahan yang memuaskan, dan memperluas
persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran
orang tua, kakek, dan nenek.
3) Tahap III: keluarga dengan anak usia pra-sekolah.
Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir
ketika anak berusia 5 tahun; saat ini keluarga terdiri dari 3 – 5 orang
anggota keluarga (suami, istri, anak). Tugas perkembangan
keluarganya adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti
rumah, ruang bermain, privasi, keamanan, dan lain lain;
mensosialisasikan anak; mengintegrasikan anak yang baru sementara
tetap memenuhi kebutuhan anak yang lain; mempertahankan
hubungan yang sehat di dalam keluarga (hubungan perkawinan dan
hubungan orang tua serta anak) dan di luar keluarga (keluarga besar
dan komunitas).
4) Tahap IV: keluarga dengan anak usia sekolah.
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun (mulai
masuk sekolah dasar) dan berakhir pada usia 13 tahun (awal dari
masa remaja). Tugas perkembangan keluarganya adalah
mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang
sehat; mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan;
memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
5) Tahap V: keluarga dengan anak remaja.
Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 13 tahun hingga
berusia 19 atau 20 tahun. Tugas perkembangan keluarganya adalah
mengembangkan kebebasan bertanggung jawab ketika anak remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri; memfokuskan kembali
hubungan pernikahan; berkomunikasi secara terbuka antara orang
tua dan anak-anak.
6) Tahap VI: keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda.
Fase ini ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua
dan berakhir dengan "rumah kosong" ketika anak terakhir
meninggalkan rumah. Tugas perkembangan keluarganya adalah
memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
yang baru yang didapat melalui pernikahan anak-anak;
melanjutkan/memperbarui keharmonisan pernikahan dan
menyesuaikan kembali hubungan pernikahan; membantu orang tua
lanjut usia dan cenderung sakit-sakitan dalam kehidupan dan
kesehatannya.

7) Tahap VII: orang tua usia pertengahan.


Tahap ini dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan orang
tua (45 – 55 tahun sampai dengan 16 – 18 tahun kemudian). Tugas
perkembangan keluarganya adalah menciptakan lingkungan yang
meningkatkan kesehatan; mempertahankan hubungan harmonis dan
penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak;
memperkokoh hubungan pernikahan.
8) Tahap VIII: keluarga dalam masa pensiun dan lanjut usia (Lansia).
Tahap ini dimulai ketika salah satu/pasangan suami istri memasuki
masa pensiun, sampai dengan salah satu pasangan meninggal dunia.
Tugas perkembangan keluarga: perawat melakukan. pengkajian
terkait tugas perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi atau
belum terpenuhi (Ali Zaidin, 2013).

2. Konsep proses keperawatan keluarga


a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dalam keperawatan keluarga memiliki 2 (dua) tahap yaitu
penjajagan tahap I dan penjajagan tahap II. Penjajagan tahap I yaitu
dilakukan wawancara untuk mengetahui data dasar keluarga meliputi bio,
psiko, sosio, kultural serta lingkungan. Dalam penjajagan tahap II adalah
membahas tentang peran fungsi perawatan keluarga yang menerapkan lima
inti bahasan yaitu:
1) Mengenal masalah
2) Mengambil keputusan
3) Merawat anggota keluarga yang sakit
4) Memodifikasi lingkungan
5) Manfaatkan fasilitas kesehatan
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga disusun berdasarkan hasil pengkajian yang
dilakukan oleh perawat dengan menganalisis komponen pengkajian yang
memiliki masalah. Diagnosa keperawatan keluarga dapat bersifat actual,
risiko maupun sejahtera yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang ada
di keluarga tersebut. Penulisan diagnosa keperawatan keluarga adalah
tunggal tanpa menuliskan etiologi dari masalah tersebut. Daftar diagnosis
keperawatan keluarga dapat menggunakan NANDA atapun SDKI. Beberapa
contoh diagnosa keperawatan keluarga yang diambil dari NANDA
(Riasmini, dkk, 2017) yaitu:
1) Kesiapan peningkatan koping keluarga
2) Ketidakmampuan koping keluarga
3) Penurunan koping keluarga
4) Perilaku kesehatan cenderung berisiko
5) Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif
6) Pemeliharaan kesehatan keluarga tidak efektif
7) Gangguan proses keluarga
8) Kesiapan peningkatan menjadi orang tua
9) Kesiapan peningkatan proses keluarga
10) Pencapaian peran menjadi orang tua.

c. Perencanaan Keperawatan
Intervensi keperawatan keluarga disusun mengacu kepada 3 domain fungsi
keluarga Calgary (Wright &Leahey, 2000) yaitu aspek kognitif, aspek afektif
dan aspek perilaku. Ketiga domain ini disusun dalam intervensi keperawatan
dengan mengacu lima tugas perawatan kesehatan. Perawat dalam melakukan
intervensi keperawatan keluarga mengacu kepada NOC dan NIC atau SIKI
dan SLKI dengan menggunakan strategi intervensi keluarga menurut
Friedman, Bowden & Jones (2010) yaitu:
1) Modifikasi perilaku
2) Membuat kontrak dengan keluarga
3) Manajemen kasus
4) Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya
5) Konsultasi
6) keluarga
7) Advokasi keluarga
8) Konseling
9) Pemberdayaan keluarga
10) Modifikasi lingkungan
11) Strategi pengajaran
12) Model peran
13) Bimbingan antisipatif

Skala untuk menentkan prioritas asuhan keperawatan keluarga (Bailon dan


Maglaya, 1978 dalam Sovia 2023)

No Kriteria Nilai Bobot


1 Sifat masalah
a. Aktual 3 1
b. Resiko tinggi 2
c. Potensial 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah :
a. Mudah 2 2
b. Cukup 1
c. Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah
a. Tinggi 3 1
b. Cukup 2
c. Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
a. Segera diatasi 2 1
b. Tidak segera diatasi 1
c. Tidak dirankan ada masalah 0

Skor x Nilai Bobot


Penentuan Nilai Skoring :
angka tertinggi

d. Pelaksanaan Keperawatan
Menurut Agustiani Dwi, dkk. (2022). Pada tahap kerja ini akan dibagi menjadi
tiga implementasi keperawatan, yaitu mandiri, kolaboratif, dan bergantung.
1) Implementasi mandiri Implementasi yang dapat dilakukan oleh perawat yaitu:
a) Melakukan pengumpulan data melalui wawancara/tanya-jawab untuk
mengetahui perkembangan/respon yang keluarga saat dilakukan
implementasi
b) Melakukan observasi dan pemeriksaan fisik, seperti tanda-tanda vital
c) Melakukan implementasi terapeutik, seperti pencegahan/mengurangi
keluhan
d) Melakukan implementasi edukasi
e) .Melakukan rujukan
2) Implementasi kolaboratif Implementasi yang dapat dilakukan dalam
implementasi kolaboratif, yaitu melakukan kolaborasi pada tim medis
lainseperti dokter, ahli gizi, apoteker, dan lainnya sesuai dengan kebutuhan
keluarga.

3) Implementasi bergantung Implementasi bergantung ini biasa dilakukan oleh


perawat atas instruksi dari tim medis lain, seperti contoh perawat mendapatkan
instruksi dari dokter untuk melakukan perawatan luka kanker.

e. Evaluasi Keperawatan
Menurut Rahayu (2022). Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan, proses menilai apa yang telah dicapai dan bagaimana hal itu telah
dicapai. Respon anak dan keluarga terus dinilai untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. dan data serta diagnosis keperawatan dapat diperbarui jika tindakan
keperawatan tidak sesuai harapan (Asmadi, 2008).

Penilaian adalah tahap akhir dari proses perawatan yang sistematis dan terencana
antara hasil yang diamati dan tujuan atau kriteria hasil yang dikembangkan pada
tahap intervensi yang sesuai.

Ada dua jenis evaluasi, evaluasi formatif. yang menghasilkan respons segera
setelah implementasi, dan evaluasi sumatif, yang mengevaluasi respons akhir pada
waktu tertentu terhadap tujuan yang telah diidentifikasi sebelumnya untuk dicapai
(menggunakan pendekatan SOAP)

1) Evaluasi formatif Evaluasi yang dilaksanakan sesaat setelah tindakan


keperawatan dilakukan.
2) Evaluasi sumatif Evaluasi yang dilaksanakan setelah semua tindakan dilakukan
sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan.

Pelaksanaan evaluasi dapat menilai peningkatan pengetahuan dan ketrampilan


serta perubahan perilaku keluarga. Kondisi tersebut dapat menjadi kriteria dalam
menentukan apakah masalah kesehatan sudah teratasi atau belum teratasi.
Dokumentasi evaluasi tindakan terdiri atas komponen Subyektif (S) berasal dari
data yang diungkapkan klien; Obyektif (O) berdasarkan data observasi perawat:
Analisa (A) keputusan hasil evaluasi; P (Perencanaan) tindak lanjut dari keputusan
yang diambil apakah tindakan dihentikan atau dilanjutkan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Ilustrasi Kasus
Tn.S (34 tahun) tinggal bersama istrinya Ny.W (30 tahun) dan 2 orang anak
yang terdiri dari anak pertama laki-laki An.B (6 tahun), anak kedua perempuan
An.F (1 tahun). Tn.S sehari-hari bekerja sebagai pegawai swasta dan dengan
penghasilan ± 3.500.000,00, keuangan keluarga dibantu oleh Ny.W yang
bekerja di pabrik garment dengan penghasilan ± 3.500.000,00. Penghasilan
keluarga sudah mencukupi kebutuhan sehari-hari dan memiliki sedikit
tabungan. Selama Tn.S dan Ny.W bekerja kedua anaknya diasuh neneknya.
Ny.W mengatakan baru mengetahui An.F mengalami stunting saat ditimbang
di posyandu 2 bulan yang lalu. Keluarga belum mengetahui banyak tentang
stunting. Saat dikaji, Ny.W mengatakan stunting itu berat badan dan tinggi
badan yang tidak sesuai dengan usianya. Ny.W mengatakan tidak tahu
penyebab anaknya mengalami stunting. Ny.W mengatakan gejala stunting
adalah kurus dan pendek, gejala lainnya Ny.W belum mengetahui. Ny.W juga
mengatakan tidak tahu akibat lanjut jika stunting tidak diatasi. Keluarga
mengatakan tidak pernah memeriksakan anaknya ke puskesmas karena merasa
anaknya masih mau makan walaupun porsinya sedikit. Keluarga mengatakan
sudah memberikan makanan yang cukup untuk anaknya tetapi anak tidak ada
kenaikan berat badan. Ny.W mengatakan An.F sulit makan, mau makan
dengan porsi 3 – 5 sendok dengan menu makan dengan sayur dan telur. An.F
lebih senang makan mie instan dan bisa menghabiskan ½ porsi makan.
Keluarga mengatakan tidak tahu bagaimana cara mengatasi An.F yang sulit
makan. Keluarga mengatakan bingung menentukan menu makan untuk An.F
agar berat badan An.F naik. Rumah keluarga Tn.A tampak kurang bersih dan
rapi, benda-benda tampak berserakan dilantai. Pencahayaan dan ventilasi
rumah tampak kurang memadai. Keluarga Tn. A tidak mempunyai ruang
makan, dan jarang makan makan bersama-sama keluarga. Ny.W sering
menimbang anaknya di posyandu. Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan
BB: 6,4 kg, TB: 69 cm, LK: 44 cm, LILA: 12cm, Tampak di grafik KMS
bahwa BB klien berada di bawah garis merah, Tampak di grafik BB menurut
TB menunjukkan -3 SD (sangat pendek).

Selain mengalami masalah Stunting, An.F juga sering mengalami batuk pilek.
Keluarga mengatakan pengertian ISPA adalah penyakit batuk pilek pada anak,
penyebab ISPA yang diketahui karena sering minum es. Keluarga mengetahui
tanda gejala ISPA yaitu batuk, pilek dan kadang-kadang demam karena gejala
tersebut yang sering dirasakan oleh An.F. Ny.W mengatakan An.F baru
sembuh dari batuk dan pilek 2 minggu yang lalu. Hasil pemeriksaan tidak
terdapat secret di hidung, saat di auskultasi terdengar suara vesikuler, frekuensi
nadi 85x/ menit, frekuensi nafas: 24x/menit, tidak terlihat adanya tarikan-
tarikan pada dinding dada. Keluarga mengatakan tidak paham akibat lanjut dari
ISPA jika tidak di tangani tetapi jika anak terkena ISPA maka melakukan
kompres jika demam dan memberikan penurun panas yang dibeli di apotik, jika
tidak kunjung sembuh baru dibawa ke puskesmas. Keluarga tidak mengetahui
bagaimana pencegahan yang harus dilakukan agar anaknya tidak sering
mengalami batuk pilek. Lingkungan rumah tampak kurang bersih dan rapi,
benda-benda tampak berserakan dilantai, pencahayaan dan ventilasi rumah
Ny.W juga kurang memadai, jendela tidak pernah dibuka cahaya matahari
tidak dapat masuk ke dalam rumah banyak sarang laba-laba dan debu di langit
langit rumah. Keluarga membawa An.F ke puskesmas jika batuk pilek tidak
kunjung sembuh.
B. Pengkajian
1. Data Dasar Keluarga

a. Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. S


b. U s i a : 34 Tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Pegawai Swasta
e. Alamat / No.Telp : Jl. Margasatwa no 34
f. Komposisi Keluarga :

No Nama Kelamin Hubungan Umur Pendidikan Pekerjaan


1 Tn. S Laki laki Suami/ayah 34 th SMA Pegawai
swasta
2 Ny. W Perempuan Istri/ibu 30 th SMA Pegawai
swasta
3 An. B Laki laki Anak 6 th SD Pelajar
4 An. F Perempuan Anak 1 th Belum -
sekoah

g. Genogram

An.F
Stunting/ISPA

h. Tipe keluarga
Dalam keluarga Tn. S terdapat keluarga inti, yang terdiri dari istri Ny.W
(30 tahun) dan 2 orang anak yang terdiri dari anak pertama laki-laki
An.B (6 tahun), anak kedua perempuan An.F (1 tahun).

i. Suku bangsa
Keluarga Tn. S bersuku jawa, bahasa yang diagunakan sehari hari yaitu
bahasa daerah jawa dan bahasa indonesia. Dalam kebiasaan suku jawa
jika anak sakit demam boleh diurut.

j. Agama
Keluarga Tn.S beragama islam semua. Anak di keluarga tersebut
berumur 1 tahun dan yang tertua berumur 6 tahun, keluarga Tn.S
mengajarkan anak tertua tata cara sholat dan adiknya diajarkan berdoa
sebelum melakukan sesuatu

k. Status sosial keluarga


Tn. S bekerja sebagai karyawan swasta dan Ny. W juga bekerja sebagai
karyawan swasta. Total pendapatan mereka berdua yaitu 7.000.000 dari
penghasilan tersebut cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari hari.

l. Aktivitas rekreasi keluarga


Keluarga Tn.S berkumpul sepulang kerja dan jarang menghabiskan
waktu bersama diluar rumah karena Tn.S dan Ny.W bekerja

m. Tahap dan tugas perkembangan keluarga


1) Tahap perkembangan saat ini : Tahap IV keluarga dengan anak usia
sekolah
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Tugas
membantu anak mengembangkan kemampuan sosial dan tugas
menjaga kesehatan anak
n. Riwayat keluarga saat ini : tidak pernah bercerai, menikah dengan tidak
dijodohkan. Keluarga tidak memiliki Riwayat penyakit keturunan

o. Riwayat keluarga sebelumnya: Keluarga Tn. S maupun Ny. W tidak


memiliki riwayat penyakit dari keluarga sebelumnya.

2. Lingkungan
a. Perumahan
Rumah Tn.S adalah kepunyaan sendiri dengan luas 500m2, terdapat
ventilasi rumah namun tidak sesuai ketentuan. Penerangan atau cahaya
matahari yang masuk ke dalam rumah itu kurang, kondisi lantai tampak
kurang bersih, terdapat lawa-lawa dan berdebu. Sampah dikelola
dengan dibakar, sumber air adalah dari PAM, Keluarga sudah memiliki
jamban dan tempat penampuangan tinja namun kurang dari 10 meter.

b. Fasilitas sosial dan Fasilitas Kesehatan


Kegiatan sosial yang dilakukan oleh keluarga Tn.S adalah arisan Rw,
setiap hari kamis Ny.W melakukan perkumpulan arisan dan untuk Tn.S
biasanya melakukan kerja bakti yaitu pada hari jumat.

Dari rumah Keluarga Tn.S terdapat puskesma namun keluarga jarang


datang ke puskesmas untuk memeriksakan kesehatan keluarga.

a. Karakteristik tetangga dan komunitas:


Tempat tinggal keluarga Tn. S berada di lingkungan perkotaan dengan
tipe tempat tinggal hunian. Terdapat pelayanan fasilitas umum seperti
masjid, apotik, puskesmas dan mini market yang jaraknya terjangkau.
Tipe ekonomi masyarakat campuran, ada yang bekerja buruh, karyawan
swasta, ataupun bisnis. Kegiatan masyarakat yang diadakan
dilingkungan Tn. S dan Ny. W yaitu pengajian dan arisan Rt. Pengajian
dilakukan setiap hari jumat dan arisan setiap hari kamis.

b. Mobilitas geografis keluarga ; Keluarga Tn. S sudah bertempat tinggal


selama 3 tahun sejak 2018. Dan 3 tahun sebelum pindah mereka berdua
tinggal di perkampungan Bersama orang tua, namun berpisah sejah
2018

c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat : Tn. S


mengatakan hubungan dengan tetangga baik, setiap libur kerja
(minggu) Tn. S mengobrol dan saling menyapa tetangga dan ikut
kegiatan sosial seperti karang taruna, gotong royong, dan pengajian Rt.
Keluarga Tn. S dan Ny. W selalu hadir dalam kegiatan tersebut.
Gotong royong dilakukan oleh Tn.S setiap hari Jumat.

d. Sistem pendukung keluarga : Dalam keluarga Tn. S apabila terdapat


permasalahan selalu di musyarawarahkan dengan Ny. W. Dalam
mendukung Kesehatan, keluarga memiliki fasilitas untuk menunjang
Kesehatan keluarga yaitu BPJS, dan selalu digunakan untuk
kepentingan keluarga seperti berobat di pelayanan Kesehatan
menggunakan BPJS.
Dalam mengurus anak keluarga Tn.S dibantu oleh ibu atau orang tua
dari mereka sebagai seorang nenek yang mengurus cucunya

2. Struktur Keluarga.

a. Pola komunikasi keluarga : Pola komunikasi keluarga dilakukan secara


terbuka, bahasa yang dipakai adalah Bahasa Indonesia. Frekuensi
komunikasi antar anggota keluarga cukup baik.
b. Struktur kekuatan keluarga : Tn. S berperan lebih dominan saat
pengambilan keputusan dalam setiap masalah seperti: tempat tinggal,
tempat kerja. Dalam mengatur anggaran keluarga Tn. S lebih dominan
daripada Ny. W. Segala keputusan selalu diputuskan secara
bermjusyawarah.

c. Struktur peran : Peran formal dari Tn.S adalah seorang ayah yang
mencari nafkah, tetapi terkadang juga membantu istri dalam pekerjaan
rumah, anak pertama yaitu berperan sebagai anak yang sedang menuntut
ilmu, Ny.W juga membantu suami dalam mencari nafkah. Kemudian
peran informal dari anak keluarga tersebut adalah membantu kedua
orang tuanya dalam pekerjaan rumahnya.

d. Nilai dan norma budaya : Nilai dan norma yang berlaku di keluarga
menyesuaikan dengan nilai agama yang dianut dan norma yang berlaku
di lingkungannya. Norma keluarga berkaitan dengan Kesehatan adalah
bila keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas.

3. Fungsi Keluarga.

a. Fungsi Afektif : Hubungan antara Tn. S dan Ny. W cukup rukun, saling
perhatian, saling menghargai dan saling menyayangi dalam membina
rumah tangga.

b. Fungsi sosialisasi : Tn. S dan Ny. W berperan dan bertanggung jawab


penuh dalam membesarkan anak mereka. Tetapi anak tersebut dirawat
oleh nenek nya. Faktor lingkungan yang kurang mendukung jika anak
mereka di asuh oleh neneknya tidak tahu apa yang anaknya makan
mungkin makanan tersebut kotor dan belum hygenie tetapi sudah
disuapkan kepada anaknya.

c. Fungsi reproduksi: Saat ini keluarga Tn. S memiliki 2 anak. Tn. S dan
Ny. W sepakat untuk memiliki anak lagi jika anak keduanya sudah
cukup usia. Ny. W rencana ingin menggunakan implant KB.

4. Stress dan Koping Keluarga

a. Stresor jangka pendek : Masalah stunting yang dialami anak F


b. Stressor jangka panjang : Stressor jangka Panjang yang dirasakan
Ny. W adalah bila Ny. W Kembali bekerja maka tidak ada yang menjaga
anaknya dan harus melibatkan nenek untuk mengasuhnya
c. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah : Dalam menghadapi
stressor yang ada Tn. S berdiskusi dengan Ny. W untuk mengatasi
keadaan tersebut apalagi jika berhubungan dengan pertumbuhan
anaknya yang sakit.
d. Strategi koping yang digunakan : Koping yang digunakan dalam
mengatasi masalah Keluarga mengatakan tidak pernah memeriksakan
anaknya ke puskesmas karena merasa anaknya masih mau makan
walaupun porsinya sedikit. Keluarga mengatakan sudah memberikan
makanan yang cukup untuk anaknya tetapi anak tidak ada kenaikan
berat badan. Ny.W mengatakan An.F sulit makan, mau makan dengan
porsi 3 – 5 sendok dengan menu makan dengan sayur dan telur. An.F
lebih senang makan mie instan dan bisa menghabiskan ½ porsi makan.
Keluarga mengatakan tidak tahu bagaimana cara mengatasi An.F yang
sulit makan. Keluarga mengatakan bingung menentukan menu makan
untuk An.F agar berat badan An.F naik.
e. Strategi adaptasi disfungsional : Tidak ada
5. Pemeriksaan fisik :

No Sistem Tn. Ny. An. An.


S W F B
1. TTV, TB, BB Nadi : Nadi : Nadi: 85x/ Nadi :
90x/mnt 90x/mnt menit 98x/mnt
RR: 18x/mnt RR: 18x/mnt
RR: 24x/menit RR: 18x/mnt
BB: 78kg BB: 78kg BB: 6,4 kg BB: 14kg
TB:180 cm TB:180 cm TB: 69 cm TB:100 cm
LK: 44 cm
LILA: 12cm
2. Kepala/rambut Bentuk Bentuk Bentuk kepala: Bentuk
kepala: bulat kepala: bulat bulat simetris kepala: bulat
simetris simetris simetris
Persebaran
Persebaran Persebaran rambut merata, Persebaran
rambut rambut warna hitam rambut
merata, warna merata, merata, warna
hitam warna hitam hitam
3. Mata Pupil isokor Pupil isokor Pupil isokor Pupil isokor

6. Harapan Keluarga terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga

Keluarga berharap dengan dilakukannya asuhan keperawatan pada An. F


dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal sehingga
dapat meemnuhi antropometri serta IMT standar dengan An. F

7. Fungsi Perawatan Kesehatan ( Penjajagan tahap II)


a. Masalah Kesehatan: stunting pada keluarga Tn.S khususnya An.F
1) Mengenal Masalah stunting pada keluarga Tn.S khususnya An.F
Ny.W mengatakan baru mengetahui An.F mengalami stunting saat
ditimbang di posyandu 2 bulan yang lalu. Keluarga belum
mengetahui banyak tentang stunting. Saat dikaji, Ny.W mengatakan
stunting itu berat badan dan tinggi badan yang tidak sesuai dengan
usianya. Ny.W mengatakan tidak tahu penyebab anaknya
mengalami stunting. Ny.W mengatakan gejala stunting adalah kurus
dan pendek, gejala lainnya Ny.W belum mengetahui. Hasil
pemeriksaan fisik yang didapatkan BB: 6,4 kg, TB: 69 cm, LK: 44
cm, LILA: 12cm, Tampak di grafik KMS bahwa BB klien berada di
bawah garis merah, Tampak di grafik BB menurut TB menunjukkan
-3 SD (sangat pendek).
2) Mengambil Keputusan:
Ny.W juga mengatakan tidak tahu akibat lanjut jika stunting tidak
diatasi. Keluarga mengatakan tidak pernah memeriksakan anaknya
ke puskesmas karena merasa anaknya masih mau makan walaupun
porsinya sedikit
3) Merawat Anggota Keluarga yang Sakit:
Keluarga mengatakan sudah memberikan makanan yang cukup
untuk anaknya tetapi anak tidak ada kenaikan berat badan. Ny.W
mengatakan An.F sulit makan, mau makan dengan porsi 3 – 5
sendok dengan menu makan dengan sayur dan telur. An.F lebih
senang makan mie instan dan bisa menghabiskan ½ porsi makan.
Keluarga mengatakan tidak tahu bagaimana cara mengatasi An.F
yang sulit makan. Keluarga mengatakan bingung menentukan menu
makan untuk An.F agar berat badan An.F naik
4) Memodifikasi Lingkungan:
Rumah keluarga Tn.A tampak kurang bersih dan rapi, benda-benda
tampak berserakan dilantai. Pencahayaan dan ventilasi rumah
tampak kurang memadai. Keluarga Tn. A tidak mempunyai ruang
makan, dan jarang makan makan bersama-sama keluarga
5) Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan:
Ny.W sering menimbang anaknya di posyandu

b. Masalah KesehatanISPA pada keluarga Tn.S khususnya An.F


1) Mengenal Masalah ISPA pada keluarga Tn.S khususnya An.F
An.F juga sering mengalami batuk pilek. Keluarga mengatakan
pengertian ISPA adalah penyakit batuk pilek pada anak, penyebab
ISPA yang diketahui karena sering minum es. Keluarga mengetahui
tanda gejala ISPA yaitu batuk, pilek dan kadang-kadang demam
karena gejala tersebut yang sering dirasakan oleh An.F. Ny.W
mengatakan An.F baru sembuh dari batuk dan pilek 2 minggu yang
lalu. Hasil pemeriksaan tidak terdapat secret di hidung, saat di
auskultasi terdengar suara vesikuler, frekuensi nadi 85x/ menit,
frekuensi nafas: 24x/menit, tidak terlihat adanya tarikan-tarikan
pada dinding dada
2) Mengambil Keputusan:
Keluarga mengatakan tidak paham akibat lanjut dari ISPA jika tidak
di tangani
3) Merawat Anggota Keluarga yang Sakit:
Keluarga melakukan kompres jika demam dan memberikan penurun
panas yang dibeli di apotik, jika tidak kunjung sembuh baru dibawa
ke puskesmas. Keluarga tidak mengetahui bagaimana pencegahan
yang harus dilakukan agar anaknya tidak sering mengalami batuk
pilek..
4) Memodifikasi Lingkungan:
Rumah keluarga Tn.A tampak kurang bersih dan rapi, benda-benda
tampak berserakan dilantai. Pencahayaan dan ventilasi rumah
tampak kurang memadai. Keluarga Tn. A tidak mempunyai ruang
makan, dan jarang makan makan bersama-sama keluarga
5) Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan:
6) Keluarga membawa An.F ke puskesmas jika batuk pilek tidak
kunjung sembuh.

A. Analisa Data
Data Fokus Diagnosa Keperawatan
1. Ny.W mengatakan baru mengetahui Defisit nutrisi pada keluarga
An.F mengalami stunting saat Tn.S khususnya An.F
ditimbang di posyandu 2 bulan yang
lalu.
2. Keluarga belum mengetahui banyak
tentang stunting.
3. Ny.W juga mengatakan tidak tahu
akibat lanjut jika stunting tidak diatasi.
4. Keluarga mengatakan sudah
memberikan makanan yang cukup
untuk anaknya tetapi anak tidak ada
kenaikan berat badan.
5. Keluarga mengatakan tidak tahu
bagaimana cara mengatasi An.F yang
sulit makan
6. Ny.W mengatakan baru mengetahui
An.F mengalami stunting saat
ditimbang di posyandu 2 bulan yang
lalu
7. Ny.W mengatakan stunting itu berat
badan dan tinggi badan yang tidak
sesuai dengan usianya
8. Keluarga mengatakan tidak pernah
memeriksakan anaknya ke puskesmas
karena merasa anaknya masih mau
makan walaupun porsinya sedikit
9. Keluarga mengatakan sudah
memberikan makanan yang cukup
untuk anaknya tetapi anak tidak ada
kenaikan berat badan. Ny.W
10. Ny.W menyebutkan gejala stunting
adalah kurus dan pendek, gejala lainnya
Ny.W belum mengetahui
11. Keluarga mengatakan tidak mengetahui
lebih dalam mengenai stunting
12. Keluarga mengatakan An.F lebih
senang makan mie instan dan bisa
menghabiskan ½ porsi makan dan An.F
makan dengan porsi sedikit
13. Keluarga mengatakan An.F sulit makan

DO :
1. Pemeriksaan fisik :
BB 6,4 kg
TB 69 cm
LK 44 cm
LILA 12 cm
2. Tampak di grafik KMS bahwa BB
klien berada di bawah garis merah,
Tampak di grafik BB menurut TB
menunjukkan -3 SD (sangat pendek).

DS: Perilaku kesehatan keluarga


cenderung beresiko pada
1. Keluarga mengatakan An.F juga
keluarga Tn.S
memiliki riwayat ISPA
2. Keluarga mengatakan sudah
mengetahui ISPA
3. Ny.W mengatakan An.F baru sembuh
dari batuk dan pilek 2 minggu yang
lalu
4. Keluarga mengatakan An.F sering
atau suka meminum es walaupun
sedang batuk atau pilek
5. Keluarga mengatakan tidak paham
akibat lanjut dari ISPA

DO:
1. An. F sering mengalami batuk pilek
2. Hasil pemeriksaan tidak terdapat
secret di hidung, saat di auskultasi
terdengar suara vesikuler, frekuensi
nadi 85x/ menit, frekuensi nafas:
24x/menit, tidak terlihat adanya
tarikan-tarikan pada dinding dada
3. Lingkungan rumah tampak kurang
bersih dan rapi, benda-benda tampak
berserakan dilantai, pencahayaan dan
ventilasi rumah Ny.W juga kurang
memadai, jendela tidak pernah dibuka
cahaya matahari tidak dapat masuk ke
dalam rumah banyak sarang laba-laba
dan debu di langit langit rumah.

B. Diagnosa Keperawatan
a. Skoring
1) Diagnosa Keperawatan : Defisit Nutrisi pada keluarga Tn.S
khususnya An.F

No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran


1 Sifat masalah : Aktual 3/3 x 1 1 Sifat masalah
akual ditandai
dengan adanya
grafik KMS yang
menunjukkan BB
klien berada di
bawah garis
merah, Tampak
di grafik BB
menurut TB
menunjukkan -3
SD (sangat
pendek).
2 Kemungkinan masalah 2/2 x 2 2 Kemungkinan
dapat diubah : Tinggi untuk diubah
pada An.F tinggi
ditandai dengan
Pengetahuan
masih kurang,
sumber daya
keluarga terkait
ekonomi cukup,
keluarga
mempunyai
BPJS. Ada
perawat yang
akan memberikan
penyuluhan serta
terdapat
puskesmas yang
dapat dijangkau
oleh keluarga
3 Potensial masalah 2/3 x 1 2/3 Potensial
untuk dicegah : Cukup masalah untuk
dicegah cukup
ditandai dengan
An.F mengalami
stunting setelah
diperiksakan
keluarganya di
puskesmas 2
bulan lalu, belum
terjadi
komplikasi, tidak
konsumsi obat
dan tidak ada
kelompok
beresiko
4 Menonjolnya masalah : 2/2 x 1 1 Menonjolnya
Segera diatasi masalah segera
diatasi ditandai
dengan keluarga
mengatakan
masalah yang
dirasakan cukup
berat dan perlu
segera diatasi.
An.F jarang
dibawake
puskesmas hanya
di posyandu saja
Total 2
4
3
2) Diagnosa Keperawatan : Perilaku kesehatan keluarga cenderung
beresiko pada keluarga Tn.S

No Kriteria Nilai Skor Pembaruan


1 Sifat masalah : Aktual 3/3 x 1 1 Sifat masalah
aktual ditandai
dengan An.F yang
batuk dan pilek
dan tercatat
memiliki riwayat
ISPA
2 Kemungkinan masalah ½x2 1 Kemungkinan
dapat diubah : sebagian untuk diubah pada
An.F tinggi
ditandai dengan
Pengetahuan
kurang, sumber
daya keluarga
terkait ekonomi
cukup, keluarga
mempunyai BPJS.
Ada perawat yang
akan memberikan
penyuluhan serta
terdapat
puskesmas yang
dapat dijangkau
oleh keluarga
3 Potensial masalah 3/3 x 1 1 Potensial masalah
untuk dicegah: Tinggi untuk dicegah
tinggi ditandai
dengan An.F
mengalami batuk
pilek 2 mingu
lalu. belum terjadi
komplikasi,
konsumsi obat
seperti obat flu
untuk anak-anak
dan tidak ada
kelompok
beresiko

4 Menonjolnya masalah : 2/2 x 1 1 Menonjolnya


Segera diatasi masalah segera
diatasi ditandai
dengan keluarga
mengatakan
masalah yang
dirasakan cukup
berat karena anak
memiliki riwatar
ISPA
Total 4

b. Diagnosa Prioritas Berdasarkan Skoring


1. Defisit nurisi pada keluarga Tn.S khususnya An.F
2. Perilaku kesehatan keluarga cenderung beresiko pada keluarga Tn.S
PERENCANAAN KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosis Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan


No Data Kode Diagnosis Kode Tujuan & Kriteria Hasil Kode Rencana Tindakan
Keperawatan
DS : D.0019 Defisit nurisi Tujuan Umum:
1. Ny.W mengatakan baru pada keluarga Setelah dilakukan tindakan
mengetahui An.F Tn.S khususnya keperawatan selama 5 hari
mengalami stunting saat An.F status nutrisi pada keluarga
ditimbang di posyandu 2 Tn.S khususnya An.F
bulan yang lalu. membaik.
2. Keluarga belum
mengetahui banyak tentang Tujuan Khusus:
stunting. Setelah dilakukan
3. Ny.W juga mengatakan kunjungan pertama selama
tidak tahu akibat lanjut jika 1 x 60 menit keluarga
stunting tidak diatasi. mampu mengenal
4. Keluarga mengatakan masalah: I.12444
Edukasi proses penyakit
sudah memberikan L.12111 Pengetahuan keluarga
1. Jelaskan penyebab dan
makanan yang cukup untuk meningkat dengan kriteria
factor risiko penyakit
anaknya tetapi anak tidak hasil:
2. Jelaskan proses
ada kenaikan berat badan. 1. Mampu menjelaskan
patofisiologi penyakit
pengetahuan tentang
3. Jelaskan tanda dan gejala
Stunting penyakit
2. Tidak terjadi persepsi 4. Jelaskan kemungkinan
yang keliru tentang terjadinya komplikasi
Stunting
3. Perilaku sesuai
pengetahuan
Diagnosis Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan
No Data Kode Diagnosis Kode Tujuan & Kriteria Hasil Kode Rencana
Keperawatan Tindakan
5. Keluarga mengatakan tidak D.0115 Defisit nurisi pada Setelah dilakukan
tahu bagaimana cara keluarga Tn.S kunjungan kedua selama
mengatasi An.F yang sulit khususnya An.F 1 x 60 menit keluarga
Dukungan pengambilan
makan mampu memutuskan
keputusan
6. Ny.W mengatakan baru untuk merawat: I.09265
1. Identifikasi
mengetahui An.F mengalami 1. Berpartisipasi dalam
persepsi mengenai
stunting saat ditimbang di memutuskan
informasi yang
posyandu 2 bulan yang lalu perawatan kesehatan
memicu stunting
7. Ny.W mengatakan stunting itu 2. Kesiapan caregiver
2. Berikan
berat badan dan tinggi badan dalam perawatan di
informasi alternatif
yang tidak sesuai dengan rumah
solusi secara jelas
usianya
3. Diskusikan kelebihan
dan kekurangan dari
setiap solusi
4. Motivasi keluarga
dalam pengambilan
keputusan
Diagnosis Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan
No Data Kode Diagnosis Kode Tujuan & Kriteria Hasil Kode Rencana Tindakan
Keperawatan
8. Keluarga mengatakan tidak D.0019 Defisit nurisi pada Setelah dilakukan I.03094 Konseling nutrisi
pernah memeriksakan keluarga Tn.S kunjungan 1. Identifikasi kebiasaan
anaknya ke puskesmas khususnya An.F ketiga selama 1 x 60 menit makan dan perilaku makan
karena merasa anaknya keluarga mampu yang perlu diubah
masih mau makan merawat anggota 2. Informasikan perlunya
walaupun porsinya sedikit L.03026 keluarga: modifikasi diet
9. Keluarga mengatakan Perilaku meningkatkan 3. Jelaskan program gizi dan
sudah memberikan berat badan meningkat persepsi terhadap persepsi
makanan yang cukup untuk dengan kriteria hasil: diet yang diprogramkan
anaknya tetapi anak tidak 1. Mengidentifikasi
ada kenaikan berat badan. kebutuhan keluarga I.03119 Manjemen nutrisi
Ny.W meningkat 1. ajarkan program diet yang
10. Ny.W menyebutkan gejala 2. Memilih makanan dan sesuai
stunting adalah kurus dan minuman yang
pendek, gejala lainnya berprotein dan berkalori
Pemantauan Nutrisi
Ny.W belum mengetahui tinggi I.03123
1. Timbang berat badan
11. Keluarga mengatakan tidak 3. Mempertahankan
2. Ukur antropometrik
mengetahui lebih dalam makanan dan minuman
komposisi tubuh seperti IMT,
mengenai stunting yang bernutrisi
LILA LK
12. Keluarga mengatakan An.F 4. Memonitor IMT dan BB
lebih senang makan mie
instan dan bisa
menghabiskan ½ porsi
makan dan An.F makan
dengan porsi sedikit
13. Keluarga mengatakan An.F
sulit makan

Diagnosis Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan


No Data Kode Diagnosis Kode Tujuan & Kriteria Hasil Kode Rencana Tindakan
Keperawatan
DO: D.0019 Defisit nurisi pada Setelah dilakukan I.14514 Manajemen Lingkungan
1. Pemeriksaan fisik : keluarga Tn.S kunjungan keempat selama a. Identifikasi keamanan dan
BB 6,4 kg khususnya An.F 1 x 60 menit keluarga kenyamanan lingkungan
TB 69 cm mampu memodifikasi b. Lakukan kebersihan mulut
LK 44 cm lingkungan: dan tangan sebelum makan
LILA 12 cm L.12107 Pemeliharaan kesehatan
c. Sediakan lingkungan yang
2. Tampak di grafik KMS meningkat dengan kriteria
menyenangkan selama
bahwa BB klien berada di hasil:
waktu makan
bawah garis merah, 1. Pemahaman perilaku
d. Berikan posisi duduk atau
Tampak di grafik BB sehat meningkat
semi fowler saat makan
menurut TB menunjukkan 2. Minat melakukan
e. Cuci muka dan tangan setelah
-3 SD (sangat pendek). perilaku sehat menjadi
makan
meningkat

I.03125 Pemberian Makanan

1. Berikan makanan sesuai


keinginan namun yang
bernutrisi (berkalori tinggi dan
berprotein)

2. Berikan makanan hangat


kepada anak

3. Tawarkan mencium aroma


makanan untuk merangsang
nafsu makan

I.14550
Penggunaan terapi tradisional

1. Identifikasi terapi tradisional


yang memingkinkan

2. Jelaskan kebutuhan tradisional


dalam mengatasi masalah

3. Ajarkan keluarga untuk


menerapkan terapi trasional
yaitu konsumsi perasan air
kunyit atau beras kencur yang
dapat meningkatkan nafsu
makan
No Data Kode Diagnosis Kode Tujuan & Kriteria Hasil Kode Rencana Tindakan
Keperawatan
D.0019 Defisit nutris L.12108 Setelah dilakukan I.12435 Edukasi perilaku upaya
pada keluarga kunjungan kelima selama kesehatan
Tn.S khususnya 1 x 60 menit 1. Jelaskan penanganan
An.F Keluarga mampu masalah kesehatan
Memanfaatkan fasilitas 2. Informasikan sumber yang
kesehatan: tersedia di masyarakat
Status kesehatan keluarga 3. Anjurkan menggunakan
meningkat dengan kriteria fasilitas kesehatan
hasil: 4. Ajarkan cara pencarian
1. Akses fasilitas dan penggunaan system
meningkat pelayanan kesehatan
2. Skrining kesehatan
anggota keluarga
meningkat
DS : D.0099 Perilaku kesehatan Tujuan Umum:
1. Keluarga mengatakan An.F cenderung beresiko Setelah dilakukan tindakan
juga memiliki riwayat ISPA pada keluarga Tn.F keperawatan selama 5 hari
2. Keluarga mengatakan sudah perilaku kesehatan pada
mengetahui ISPA keluarga Tn.S membaik
3. Ny.W mengatakan An.F baru
sembuh dari batuk dan pilek Tujuan Khusus:
2 minggu yang lalu
Setelah dilakukan
4. Keluarga mengatakan An.F
kunjungan pertama selama
sering atau suka meminum
1 x 60 menit keluarga
es walaupun sedang batuk
mampu mengenal
atau pilek I.12444 Edukasi proses penyakit
masalah:
5. Keluarga mengatakan tidak 1. Jelaskan penyebab dan
Pengetahuan keluarga
paham akibat lanjut dari L.12111 factor risiko penyakit
meningkat dengan kriteria
ISPA 2. Jelaskan proses
hasil:
patofisiologi penyakit
1. Mampu menjelaskan
3. Jelaskan tanda dan gejala
pengetahuan tentang
penyakit
ISPA
2. Tidak terjadi persepsi 4. Jelaskan kemungkinan
yang keliru tentang terjadinya komplikasi
ISPA
3. Perilaku sesuai
pengetahuan
Diagnosis Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan
No Data Kode Diagnosis Kode Tujuan & Kriteria Hasil Kode Rencana Tindakan
Keperawatan
DO: D.0099 Perilaku kesehatan Setelah dilakukan
cenderung kunjungan kedua selama 1
1. An. F sering mengalami
beresiko pada x 60 menit keluarga
batuk pilek
keluarga Tn.F mampu memutuskan
2. Hasil pemeriksaan tidak
untuk merawat:
terdapat secret di hidung,
1. Berpartisipasi dalam I.09265 Dukungan pengambilan
saat di auskultasi terdengar
memutuskan keputusan
suara vesikuler, frekuensi
perawatan kesehatan 1. Identifikasi persepsi
nadi 85x/ menit, frekuensi
2. Kesiapan caregiver mengenai informasi yang
nafas: 24x/menit, tidak
dalam perawatan di memicu stunting
terlihat adanya tarikan-
rumah 2. Berikan informasi
tarikan pada dinding dada
alternatif solusi secara jelas
3. Diskusikan kelebihan dan
kekurangan dari setiap
solusi
4. Motivasi keluarga dalam
pengambilan keputusan
Diagnosis Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan
No Data Kode Diagnosis Kode Tujuan & Kriteria Hasil Kode Rencana Tindakan
Keperawatan
D.0099 Perilaku Setelah dilakukan I. 01011 Manajemen Jalan Napas
kesehatan kunjungan 1. Monitor pernapasan
cenderung ketiga selama 1 x 60 menit 2. Monitor jumlah sputum
beresiko pada keluarga mampu 3. Posisikan semi fowler/fowler
keluarga Tn.F merawat anggota 4. Berikan minum hangat
keluarga: 5. Lakukan fisioterapi dada
L.12105 menejemen kesehatan I.01004
keluarga meningkat dengan Fisioterapi dada
kriteria hasil: 1. Jelaskan tujuan dari prosedur
1. Aktivitas keluarga fisioterapi dada
mengatasi masalah 2. Gunakan bantal untuk
kesehatan tepat pengaturan posisi
2. Tindakan keluarga 3. Lakukan perkusi dengan
untuk mengurangi telapak tangan ditangkupkan
faktor resiko selama 3-5 menit
meningkat 4. Lakukan vibrasi dengan posisi
3. Gejala penyakit telapak tangan rata bersamaan
anggota keluarga ekspirasi melalui mulut
menurun 5. Lakukan fisioterapi dada
setidaknya 2 jam setelah makan
6. Lakukan penghisapan lendir
untuk mengeluarkan sekret
Diagnosis Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan
No Data Kode Diagnosis Kode Tujuan & Kriteria Hasil Kode Rencana Tindakan
Keperawatan
D.0099 Defisit nurisi pada Setelah dilakukan I.14501 Dukungan pemeliharaan rumah
keluarga Tn.S kunjungan keempat selama 1. Dukung anggota keluarga
khususnya An.F 1 x 60 menit keluarga dalam mencapai tujuan
mampu memodifikasi pemeliharaan rumah
lingkungan:
2. anjurkan strategi menciptakan
L.12107 Pemeliharaan kesehatan
lingkungan rumah yang aman
meningkat dengan kriteria
dan bersih
hasil:
3. fasilitasi kenyamanan
1. Pemahaman perilaku
lingkungan (adanya ventilasi
sehat meningkat
udara)
2. Minat melakukan
perilaku sehat menjadi Penggunaan terapi tradisional
meningkat
1. Identifikasi terapi tradisional
I.14550
yang memingkinkan

2. Jelaskan kebutuhan tradisional


dalam mengatasi masalah

3. Ajarkan keluarga untuk


menerapkan terapi trasional
yaitu konsumsi perasan air
kunyit atau beras kencur yang
dapat meningkatkan nafsu
makan
Diagnosis Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan
No Data Kode Diagnosis Kode Tujuan & Kriteria Hasil Kode Rencana Tindakan
Keperawatan
D.0099 Defisit nurisi pada L.12108 Setelah dilakukan I.12435 Edukasi perilaku upaya
keluarga Tn.S kunjungan kelima selama kesehatan
khususnya An.F 1 x 60 menit 1. Jelaskan penanganan
Keluarga mampu masalah kesehatan
Memanfaatkan fasilitas 2. Informasikan sumber yang
kesehatan: tersedia di masyarakat
Status kesehatan keluarga 3. Anjurkan menggunakan
meningkat dengan kriteria fasilitas kesehatan
hasil: 4. Ajarkan cara pencarian
1. Akses fasilitas dan penggunaan system
meningkat pelayanan kesehatan
2. Skrining kesehatan
anggota keluarga
meningkat

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No. Hari/ Pelaksanaan Evaluasi Nama &
Tanggal/Jam Paraf
1. Senin, 21 TUK 1 Subjektif: KEL. 3
Agustus Edukasi Proses Penyakit 1. Keluarga dapat menyebutkan kembali pengertian stunting
2023/ 1. Menjelaskan pengertian yaitu kurangnya tinggi badan anak atau gangguan
10.00- stunting pertumbuhan pada anak dimana anak lebih pendek
10.45 2. Menjelaskan penyebab dibanding anak-anak seusianya
dan faktor resiko 2. Keluarga mengatakan penyebab stunting adalah kurangnya
stunting asupan nutrisi pada anak, status ekonomi, pemberian asi
3. Menjelaskan proses esklusif yang kurang efektif, tinggi badan orang tua, sanitasi
patofisiologi stunting lingkungan, pola asuh,
4. Menjelaskan tanda dan
3. Keluarga mengatakan tanda dan gejala stunting adalah tinggi
gejala stunting
badan yang kurang menurut umur, terlambatnya
5. Memberikan
pertumbuhan, penurunan fungsi motorik pada anak
kesempatan pada
Objektif:
keluarga untuk bertanya
1. Keluarga menyebutkan pengertian stunting
6. Menanyakan kembali
2. Keluarga menyebutkan 6 dari 11 penyebab stunting dengan
pada keluarga tentang
benar yaitu asupan nutrisi pada anak, status ekonomi,
pengertian, penyebab,
pemberian asi esklusif yang kurang efektif, tinggi badan
tanda dan gejala
orang tua, sanitasi lingkungan, pola asuh,
stunting
3. Keluarga memperhatikan saat diskusi berlangsung
7. Memberikan pujian atas 4. Terdapat kontak mata selama berdiskusi
jawaban keluarga jika 5. Sesekali menganggukan kepala saat diberikan penjelasan
benar 6. Keluarga tersenyum saat diberi pujian
7. Tekanan darah bapak S 130/70 mmHg
8. Tekanan darah ibu W 117/70 mmHg
Analisa:
TUK 1 tercapai, Keluarga telah mengenal masalah stunting pada
Anak F

Perencanaan:
Lanjutkan ke TUK 2 yaitu kemampuan keluarga mengambil
keputusan untuk merawat Anak F

No. Hari/ Pelaksanaan Evaluasi Nama &


Tanggal/Jam Paraf
2. Selasa, 22 TUK 2 Subjektif: KEL. 3
Agustus Dukungan pengambilan 1. Keluarga mengatakan kelebihan dari solusi yang diberikan
2023/ keputusan yaitu keluarga dapat merawat anak F dan memberikan nutrisi
09.30-10.30 1. Mengidentifikasi yang baik sedangkan kekurangannya yaitu Ny. W dan
persepsi mengenai suaminya harus bekerja dan tidak bisa mengawasi
informasi yang memicu 2. Keluarga mengatakan termotivasi untuk merubah gaya hidup
agar An. F sembuh dari penyakitnya
stunting Objektif:
2. Memberikan 1. Keluarga memperhatikan saat diskusi berlangsung
informasi alternatif 2. Keluarga memutuskan untuk melakukan upaya perawatan
solusi secara jelas 3. Terdapat kontak mata selama berdiskusi
3. Mendiskusikan 4. Sesekali menganggukan kepala saat diberikan penjelasan
5. Keluarga tersenyum saat diberi pujian
kelebihan dan 6. Keluarga terlihat senang saat diberi motivasi
kekurangan dari setiap Analisa:
solusi TUK 2 tercapai, Keluarga telah mampu mengambil keputusan untuk
4. Memberi motivasi merawat masalah stunting pada Anak F
keluarga dalam
pengambilan keputusan Perencanaan:
Lanjutkan ke TUK 3 yaitu kemampuan keluarga untuk merawat
Anak F

No. Hari/ Pelaksanaan Evaluasi Nama &


Tanggal/Jam Paraf
3. Rabu, 23 TUK 3 Subjektif: KEL. 3
Agustus Mampu merawat anggota 1. Keluarga mengatakan sudah mengubah kebiasaan untuk
2023/ keluarga makan makanan instan dan makanan yang tidak sehat
09.30-10.30 Pemantauan Nutrisi 2. Keluarga mengatakan sebelum dan setelah makan mereka
1. Timbang berat badan mengajarkan An. F untuk mencuci tangannya
2. Ukur antropometri
3. Keluarga mengatakan memberikan makanan yang
diinginkan oleh An. F namun yang bernutrisi dan hangat
komposisi tubuh Objektif:
seperti IMT, LILA LK 1. Keluarga menyebutkan menu makanan yang diberikan
Konseling nutrisi kepada An. F
2. Keluarga telihat sudah mengkreasikan makanan untuk
1. Identifikasi kebiasaan diberikan kepada An. F
makan dan perilaku 3. An. F terlihat mau makan dan lebih lahap setelah
makanannya lebih menarik
makan yang perlu 4. Cara tradisional yang diberikan oleh keluarga yaitu
diubah memberikan An.F Jamu beras kencur dan kunyit agar An.F
nafsu makannya meningkat
2. Informasikan perlunya 5. Makanan yang diberikan pada An. F adalah makanan yang
banyak mengandung protein
modifikasi diet
6. An. F mencium aroma makanan terlebih dahulu sebelum
3. Jelaskan program gizi makan sehingga makan lebih lahap
7. Keluarga memperhatikan saat diskusi berlangsung
dan persepsi terhadap
8. Terdapat kontak mata selama berdiskusi
persepsi diet yang 9. Sesekali menganggukan kepala saat diberikan penjelasan
10. Keluarga tersenyum saat diberi pujian
diprogramkan
11. Keluarga terlihat antusias saat menceritakan cara tradisional
yang mereka gunakan
12. Berat Badan An. F 8,5 Kg, IMT 16, TB: 69 cm, LK: 44 cm,
Manjemen nutrisi
LILA: 12cm
1. ajarkan program diet Analisa:
TUK 3 tercapai, Keluarga telah mampu merawat masalah stunting
yang sesuai pada Anak F
2. Kreasi Makanan
Perencanaan:
Lanjutkan ke TUK 4 yaitu kemampuan keluarga untuk
memodifikasi lingkungan
No. Hari/ Pelaksanaan Evaluasi Nama &
Tanggal/Jam Paraf
4. Kamis, 24 TUK 4 Subjektif: KEL. 3
Agustus Mampu memodifikasi 1. Keluarga mengatakan selalu memperhatikan kondisi rumahnya
2023/ lingkungan 2. Keluarga mengatakan cara agar An. F mau makan yaitu dengan
09.30-10.30 Manajemen Lingkungan memberikan suasana yang menyenangkan dengan memberikan
1. Identifikasi keamanan tempat yang nyaman
3. Keluarga mengatakan cara menjaga kenyamanannya yaitu
dan kenyamanan
dengan membersihkan rumah secara rutin dan memberikan
lingkungan temapat yang aman dan nyaman untuk An. F
2. jelaskan cara membuat 4. Keluarga mengatakan barang-barang yang berserakan dan tidak
lingkungan rumah yang terpakai sudah dirapikan dan ditaruh di gudang sehingga ada
aman cukup ruang yang aman untuk berjalan
5. Keluarga mengatakan cara tradisional yang dilakukan yaitu
3. Atur posisi furnitur yang dengan memberikan An. F jamu beras kencur dan kunyit untuk
rapi dan terjangkau meningkatkan nafsu makan
4. Sediakan ruang berjalan 6. Keluarga mengatakan membuat kreasi makanan dengan gizi
yang cukup aman seimbang untuk An. F
5. Lakukan pengobatan Objektif:
tradisional 1. Keluarga memperhatikan lingkungan yang aman dan nyaman
6. Berikan suasana untuk An.F
menyenangkan untuk 2. Rumah terlihat bersih dan rapi
makan 3. Keluarga terlihat memberikan suasana yang menyenangkan
7. Kreasi makanan saat An. F makan
4. Sudah tidak ada barang yang berserakan di rumah dan ada
ruang yang cukup untuk berjalan
5. Keluarga memperhatikan saat diskusi berlangsung
6. Terdapat kontak mata selama berdiskusi
7. Sesekali menganggukan kepala saat diberikan penjelasan
8. Keluarga tersenyum saat diberi pujian
Analisa:
TUK 4 tercapai, Keluarga telah mampu merawat memodifikasi
lingkungan

Perencanaan:
Lanjutkan ke TUK 5 yaitu kemampuan keluarga untuk
memanfaatkan fasilitas kesehatan

No. Hari/ Pelaksanaan Evaluasi Nama &


Tanggal/Jam Paraf
5. Jumat, 25 TUK 5 Subjektif: KEL. 3
Agustus Memanfaatkan fasilitas 1. Keluarga mengatakan sudah mengerti penjelasan perawat
2023/ kesehatan tentang cara menangani masalah kesehatan pada An. F
09.30-10.30 Edukasi perilaku upaya 2. Keluarga mengatakan sudah rutin ke posyandu dan
kesehatan puskesmas yang dekat dengan lingkungan
1. Jelaskan Objektif:
penanganan masalah 3. Keluarga sudah rutin ke Fasyankes
4. Keluarga memperhatikan saat diskusi berlangsung
kesehatan 5. Terdapat kontak mata selama berdiskusi
2. Informasikan sumber 6. Sesekali menganggukan kepala saat diberikan penjelasan
yang tersedia di 7. Keluarga tersenyum saat diberi pujian
Analisa:
masyarakat TUK 5 Tercapai, Keluarga telah mampu memanfaatkan fasilitas
3. Anjurkan kesehatan
menggunakan fasilitas
kesehatan Perencanaan:
4. Ajarkan cara Pertahankan intervensi keperawatan
8. TUK 3: Keluarga mampu merawat anggota keluarga
pencarian dan  Lakukan pengobatan tradisional untuk meningkatkan
penggunaan system nafsu makan
pelayanan kesehatan  Berikan suasana menyenangkan untuk makan
9. Pemantauan berat badan ke posyandu
10. Kreasi makanan

Anda mungkin juga menyukai