Laporan Pendahuluan
KGD ICCU
Jl. Cempaka Putih Tengah I/1 Jakarta Pusat, Kode Pos 10510
Telp/Faks: 021-42802202
LAPORAN PENDAHULUAN
NSTEMI
A. DEFINISI
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu terminologi yang digunakan dalam
menggambarkan suatu keadaan atau kumpulan proses penyakit yang meliputi angina
pektoris tidak stabil/APTS (unstable angina/UA) infarkmiokard gelombang nonQ atau
infark miokard tanpa elevasi segment ST(Non-ST elevation myocardial infarction/
NSTEMI), dan infark miokard gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi segmen
ST (STelevation myocardial infarction/STEMI) (Morton, 2012).
B. ETIOLOGI
NSTEMI disebabkan karena penurunan suplai oksigen dan peningkatan kebutuhan
oksigen miokard yang dialami oleh obstruksi Koroner. NSTEMI terjadi akibat thrombosis
akut atau proses vasokonstrikai koroner, sehingga terjadi iskemia miokard dapat
menyebabkan jaringan nekrosis miokard dengan derajat lebih kecil, biasanya terbatas
pada sub endokardium. Keadaan ini dapat menyebabkan elevasi segmen ST, namun
penyebab pelepasan penanda nekrosis. Penyebab paling umum yaitu penurunan perfusi
miokard penghasil dari penyempitan arteri koroner disebabkan oleh thrombus non
occlusive namun telah dikembangkan daerah plak aterosklerotik terganggu.
3. Faktor penyebab
a) Trombus tidak oklusif pada plak yang sudah ada
Penyebab yang sering SKA yaitu penurunan perfusi miokard karena penyempitan
arteri koroner sebagai akibat dari trombus pada plak aterosklerosis yang robek
atau pecah namun biasanya tidak sampai menyumbat. Mikroemboli (emboli
kecil) dari agregasi trombosit beserta komponennya dari plak yang ruptur, yang
mengakibatkan infark di daerah distal, Penyebab keluarnya tanda kerusakan
miokard pada banyak pasien.
b) Obstruksi dinamik
Penyebab yang agak jarang adalah obstruksi dinamik, yang mungkin diakibatkan
oleh spasme fokal yang terus menerus pada segmen arteri koroner epikardium
(angina prinzmetal). Spasme ini disebabkan oleh hiperkontraktilitas otot polos
pembuluh darah dan/atau akibat disfungsi endotel. Obstruksi dinamik koroner
juga mengakibatkan oleh konstriksi abnormal pada pembuluh darah yang kecil.
c) Obstruksi mekanik yang progresif
Penyebab ke tiga SKA adalah penyempitan begitu hebat namun bukan karena
spasme atau trombus. Ini terjadi pada beberapa pasien dengan aterosklerosis
progresif dengan stenosis ulang setelah intervensi koroner perkutan (PCI).
d) Inflamasi dan infeksi
Penyebab ke empat yaitu inflamasi, disebabkan karena yang terhubung dengan
infeksi, dan mungkin menyebabkan sempitan arteri, destabilisasi plak, ruptur dan
trombogenesis. Makrofag pada limfosit-T di dinding plak ditingkatkan ekspresi
enzim seperti metaloproteinase, yang dapat berakibat penipisan dan ruptur plak,
sehingga bias mengakibatkan SKA.
e) Faktor atau keadaan pencetus
Penyebab ke lima SKA yang merupakan akibat sekunder dari kondisi pencetus
diluar arteri koroner. Pada pasien ini ada beberapa penyebab berupa penyempitan
arteri koroner dan mengakibatkan terbatasnya perfusi miokard, namun mereka
biasanya menderita angina stabil begitukronik. SKA jenis ini antara lain karena :
1) Peningkatan kebutuhan takikardi, oksigen miokard, seperti tirotoksikosis, dan
demam
2) Kurangnya aliran darah coroner
3) Kurangnya pasokan oksigen miokard, seperti pada hipoksemia dan anemia
Kelima penyebab SKA di atas tidak sepenuhnya berdiri sendiri dan banyak terjadi
tumpang tindih. Yaitu kata lain tiap penderita mempunyai lebih dari satu penyebab
dan saling terkait.
C. WOC NSTEMI
mia DM
aterosklerosis Merokok
Hipertensi
Akumulasi / penimbunan ateroma plak di intima arteri
Usia lanjut
kegemukan
Pembentukan trombus
Iskemia N-Stemi
Kebutuhan
Kontraksi Miokard
O2
INTOLERANSI AKTIVITAS
Kompensasi RR
Tekipnea/dispnea
(Sumber : Muhammad Deri Ramdani , 2016)
d) B3 (brain)
Kesadaran umum klien biasanya Compos Mentis. Tidak ditemuan
sianosis perifer. Pengkajian objek klien, yaitu wajah meringis, perubahan
postur tubuh, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat yang
merupakan respons dari adanya nyeri dada akibat infark pada
miokardium.
e) B4 (bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan
klien. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria pada
klien dengan Infark Miokard Akut karena merupakan tanda awal syok
kardiogenik.
f) B5 (bowel)
Klien biasanya mengalami mual muntah. Pada palpasi abdomen
ditemukan nyeri tekan pada keempat kuadran, penurunan peristaltik usus
yang merupakan tanda utama Infark Miokard Akut
g) B6 (Bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien sering merasa
kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal
olahraga teratur. Tanda klinis yang lain ditemukan adalah takikardia,
dispnea pada saat istirahat maupun beraktivitas.
Alwi, I. (2014). Buku AjarIlmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jilid 2. Jakarta: Interna
Publishing.
Dari Rekapitulasi 10 Besar Penyakit Ruang Intensive Coronary Care Unit RSUD Ulin
Banjarmasin Tahun 2016.
Putri & Wijaya. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Nuha Medika
Nazmah A. (2012). Panduan Belajar Membaca EKG. Jakarta: CV. Trans Info Media
Muttaqin, A & nurachmach. Eds. (2012) Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer C, dan Brenda G, Bare. 2009. Keperawatan Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC
Niman, S. 2013. Pengkajian Kesehatan Untuk Perawat. Jakarta: Trans Info Media
Carpenito, Linda Juall, 2008. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta : EGC