Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIK PROFESI NERS

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


TAHUN AKADEMIK 2023 / 2024 GENAP

Laporan Pendahuluan
KGD ICCU

Nama Preceptee : Mia Nur Ilmiani


NPM : 22090300211

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Jl. Cempaka Putih Tengah I/1 Jakarta Pusat, Kode Pos 10510
Telp/Faks: 021-42802202

LAPORAN PENDAHULUAN
NSTEMI

A. DEFINISI

Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu terminologi yang digunakan dalam
menggambarkan suatu keadaan atau kumpulan proses penyakit yang meliputi angina
pektoris tidak stabil/APTS (unstable angina/UA) infarkmiokard gelombang nonQ atau
infark miokard tanpa elevasi segment ST(Non-ST elevation myocardial infarction/
NSTEMI), dan infark miokard gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi segmen
ST (STelevation myocardial infarction/STEMI) (Morton, 2012).

Infark miokard akut adalah sebagai nekrosis miokardiumyang disebabkan tidak


adekuatnya aliran darah akibat sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan ini sebagian besar
di sebabkan karena terjadinya trombosis vasokontriksi reaksi inflamasi, dan
microembolisasi distal. (Muttaqin,A, 2013).

Non ST Elevasi Infark Miokard merupakan adanya ketidakseibangan permintaan dan


suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan oleh arteri koroner akan
menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan
menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan (Sylvia, 2009).

B. ETIOLOGI
NSTEMI disebabkan karena penurunan suplai oksigen dan peningkatan kebutuhan
oksigen miokard yang dialami oleh obstruksi Koroner. NSTEMI terjadi akibat thrombosis
akut atau proses vasokonstrikai koroner, sehingga terjadi iskemia miokard dapat
menyebabkan jaringan nekrosis miokard dengan derajat lebih kecil, biasanya terbatas
pada sub endokardium. Keadaan ini dapat menyebabkan elevasi segmen ST, namun
penyebab pelepasan penanda nekrosis. Penyebab paling umum yaitu penurunan perfusi
miokard penghasil dari penyempitan arteri koroner disebabkan oleh thrombus non
occlusive namun telah dikembangkan daerah plak aterosklerotik terganggu.

1. Faktor resiko yang tidak dapat dirubah :


a) Umur
b) Jenis kelamin
c) Riwayat penyakit jantung
d) Hereditas
e) Ras
2. Faktor resiko yg dapat di ubah :
a) Mayor : hipertensi, merokok, obesitas, diet tinggi lemak jenuh, diabetes, kalori,
hyperlipidemia
b) Minor : emosional, agresif, inaktifitas fisik, stress psikologis berlebihan, ambisius,

3. Faktor penyebab
a) Trombus tidak oklusif pada plak yang sudah ada
Penyebab yang sering SKA yaitu penurunan perfusi miokard karena penyempitan
arteri koroner sebagai akibat dari trombus pada plak aterosklerosis yang robek
atau pecah namun biasanya tidak sampai menyumbat. Mikroemboli (emboli
kecil) dari agregasi trombosit beserta komponennya dari plak yang ruptur, yang
mengakibatkan infark di daerah distal, Penyebab keluarnya tanda kerusakan
miokard pada banyak pasien.
b) Obstruksi dinamik
Penyebab yang agak jarang adalah obstruksi dinamik, yang mungkin diakibatkan
oleh spasme fokal yang terus menerus pada segmen arteri koroner epikardium
(angina prinzmetal). Spasme ini disebabkan oleh hiperkontraktilitas otot polos
pembuluh darah dan/atau akibat disfungsi endotel. Obstruksi dinamik koroner
juga mengakibatkan oleh konstriksi abnormal pada pembuluh darah yang kecil.
c) Obstruksi mekanik yang progresif
Penyebab ke tiga SKA adalah penyempitan begitu hebat namun bukan karena
spasme atau trombus. Ini terjadi pada beberapa pasien dengan aterosklerosis
progresif dengan stenosis ulang setelah intervensi koroner perkutan (PCI).
d) Inflamasi dan infeksi
Penyebab ke empat yaitu inflamasi, disebabkan karena yang terhubung dengan
infeksi, dan mungkin menyebabkan sempitan arteri, destabilisasi plak, ruptur dan
trombogenesis. Makrofag pada limfosit-T di dinding plak ditingkatkan ekspresi
enzim seperti metaloproteinase, yang dapat berakibat penipisan dan ruptur plak,
sehingga bias mengakibatkan SKA.
e) Faktor atau keadaan pencetus
Penyebab ke lima SKA yang merupakan akibat sekunder dari kondisi pencetus
diluar arteri koroner. Pada pasien ini ada beberapa penyebab berupa penyempitan
arteri koroner dan mengakibatkan terbatasnya perfusi miokard, namun mereka
biasanya menderita angina stabil begitukronik. SKA jenis ini antara lain karena :
1) Peningkatan kebutuhan takikardi, oksigen miokard, seperti tirotoksikosis, dan
demam
2) Kurangnya aliran darah coroner
3) Kurangnya pasokan oksigen miokard, seperti pada hipoksemia dan anemia

Kelima penyebab SKA di atas tidak sepenuhnya berdiri sendiri dan banyak terjadi
tumpang tindih. Yaitu kata lain tiap penderita mempunyai lebih dari satu penyebab
dan saling terkait.

C. WOC NSTEMI

Kelainan metabolisme lemak, koagulasi Faktor pencetus :


darah, dan keadaan biofisika biokimia
Hiperkolesterol

mia DM
aterosklerosis Merokok

Hipertensi
Akumulasi / penimbunan ateroma plak di intima arteri
Usia lanjut

kegemukan
Pembentukan trombus

Penurunan aliran darah koroner

Iskemia N-Stemi

Kebutuhan
Kontraksi Miokard
O2

Produksi asam laktat tekanan darah naik

Cardiac Output Penurunan


Meragsang non iseptor Penurunan kemampuan perfusi
tubuh untuk
menyediakan energi
PENURUN
Angina pectoris Suplai O2 ke paru
AN CURAH
JANTUNG
kelemahan
NYE Kebutuhan O2

INTOLERANSI AKTIVITAS
Kompensasi RR

Tekipnea/dispnea
(Sumber : Muhammad Deri Ramdani , 2016)

KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS


D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Biodata Klien
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan,agama,suku/bangsa, waktu masuk rumah sakit, waktu pengkajian,
diagnosa medis, nomor MR dan alamat. Identitas penanggung jawab meliputi :
nama, umur, pekerjaan, agama, pendidikan, suku/bangsa, alamat, hubungan dengan
klien.
2. Pengkajian Primary
a) Airway
Proses jalan nafas yaitu pemeriksaan obstruksi jalan nafas, adanya suara nafas
tambahan adanya benda asing.
b) Breathing
Frekuensi nafas, apa ada penggunaan otot bantu nafas, retraksi dada, adanya
sesak nafas, palpasi pengembangan paru, auskultasi suara nafas, kaji adanya
suara nafas tambahan.
c) Circulation Pengkajian mengenai volume darah dan cardiac output serta
adanyaperdarahan. pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit,
nadi.
d) Disability
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran compos mentis (E4M6V5) GCS15, pupil
isokor, muntah tidak ada, ekstremitas atas dan bawah normal, tidak ada
gangguan menelan.
e) Exsposure
Pengkajian meliputi untuk mengetahui adanya kemungkinan cidera yang lain,
dengan cara memeriksa semua tubuh pasien harus tetapdijaga dalam kondisi
hangat supaya untuk mencegah terjadinya hipotermi
f) Foley Chateter
Pengkajian meliputi adanya komplikasi kecurigaan ruptur uretra jikaada tidak
dianjurkan untuk pemasangan kateter, kateter dipasang untuk memantau
produksi urin yang keluar.
g) Gastric tube
Pemeriksaan ini tujuan nya untuk mengurangi distensi pada lambungdan
mengurangi resiko untuk muntah
h) Monitor EKG
Pemeriksaan ini di lakukan untuk melihat kondisi irama dan denyut jantung.
3. Pengkajian survey sekunder
1) Keluhan utama
Keluhan utama biasanya nyeri dada, perasaan sulit bernafas, dan pingsan.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan
mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai nyeri dada pada klien secara
PQRST yang meliputi:
a) Provoking incident : nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang
dengan istirahat dan setelah diberikan nitrogliserin.
b) Quality of pain : seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Sifat nyeri dapat seperti tertekan, di peras, atau diremas.
c) Region : radiation, relief: lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di
atas perikardium. Penyebaran nyeri dapat meluas hingga area dada. Dapat
terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
d) Severity (Scale) of pain : klien ditanya dengan menggunakan rentang 0-4
atau 0-10 (visual analogue scale-VAS) dan klien akan menilai seberapa
berat nyeri yang dirasakan. Biasanya pada saat angina terjadi, skala nyeri
berkisar antara 3-4 (skala 0-4) atau 7-9 (skala 0-10).
e) Time : sifat mula timbunya (onset). Biasanya gejala nyeri timbul
mendadak. Lama timbulnya (durasi) nyeri dada umumnya dikeluhkan
lebih dari 15 menit. Nyeri oleh Infark Miokardium dapat timbul pada
waktu istirahat, nyeri biasanya dirasakan lebih berat dan berlangsung
lebih lama. Gejala-gejala yang menyertai infark miokardium meliputi
dispnea, berkeringat, ansietas, dan pingsan.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu akan sangat mendukung kelengkapan
data kondisi daaat ini. Data ini ddiperoleh dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, hipertensi, DM,
hiperlipidemia. Cara mengkaji sebaiknya sekuens dan terinci. Tanyakan
mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa yang lalu
yang masih relevan dengan obat-obatan antiangina seperti nitrat dan
penghambat beta serta obat- obatan antihipertensi.
Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu, alergi obat, dan reaksi
alergi yang timbul. Seringkali klien menafsirkan suatu alergi sebagai efek
samping obat.
4) Riwayat Keluarga
Perawat senantiasa harus menanyakan tentang penyakit yang pernah di alami
oleh keluarga, anggota keluarga yang meninggal, dan penyebab kematian.
Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbunya pada usia muda
merupakan faktor resiko utama terjadinya penyakit jantung iskemik pada
keturunannya.
5) Riwayat pekerjaan dan pola hidup
Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya. Demikian
pula dengan kebiasaan sosial dengan menanyakan kebiasaan dan pola hidup
misalnya minum alkohol atau obat tertentu. Kebiasaan merokok dikaji
dengan menanyakan kebiasaan merokok sudah berapa lama, berapa batang
perhari, dan jenis rokok.
Disamping pertanyaan-pertanyaan diatas, data biografi juga merupakan data
yang perlu diketahui seperti nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, suku,
dan agama yang dianut oleh klien.
Dalam mengajukan pertanyaan kepada klien, hendaknya perhatikan kondisi
klien. Bila klien dalam keadaan kritis, maka pertanyaan yang diajukan bukan
pertanyaan terbuka tetapi pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang
jawabannya adalah “ya” dan “tidak”. Atau pertanyaan yang dapat dijawab
dengan gerakan tubuh seperti mengangguk atau menggelengkan kepala
sehingga tidak memerlukan energi yang besar.
6) Pengkajian Psikososial
Perubahan integritas ego terjadi bila klien menyangkal, takut mati, perasaan
ajal sudah dekat, marah pada penyakit, atau perawatan yang tak perlu, kuatir
tentang keluarga, pekerjaan, dan keuangan. Gejala perubahan integritas ego
yang dapat di kaji adalah klien menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak
mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, dan fokus pada diri sendiri.
Perubahan interaksi sosial yang dialami klien terjadi karena stress yang
dialami klien dari berbagai aspek seperti keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya
ekonomi, atau kesulitan koping dengan stressor yang ada.
7) Pemeriksaan FISIK
a) Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien IMA biasanya baik
atau Compos mentis (cm) dan akan berubah sesuai tingkat gangguan
yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat
b) B1 (breathing)
Klien terlihat sesak, frekuensi nafas melebihi normal dan mengeluh sesak
nafas seperti tercekik. Dispnea cardiak biasanya ditemukan. Sesak nafas
terjadi akibat tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir
diastolik ventrikal kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal
ini terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan curah darah ventrikal
kiri pada saat melakukan kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada infark
miokardium yang kronis dapat timbul pada saat istirahat.
c) B2 (blood)
i. Inspeksi
Inspeksi adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan lokasi nyeri
biasanya di daerah substernal atau nyeri diatas perikardium.
Penyebaran nyeri dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri dan
ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
ii. Palpasi
Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada Iinfark Miokard Akut tanpa
komplikasi biasanya tidak ditemukan
iii. Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume
sekuncup yang disebabkan Infark Miokard Akut. Bunyi jantung
tambahan akibat kelainan katup biasanya ditemukan pada Infark
Miokard Akut tanpa komplikasi
iv. Perkusi
Batas jantung tidak mengalami pergeseran

d) B3 (brain)
Kesadaran umum klien biasanya Compos Mentis. Tidak ditemuan
sianosis perifer. Pengkajian objek klien, yaitu wajah meringis, perubahan
postur tubuh, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat yang
merupakan respons dari adanya nyeri dada akibat infark pada
miokardium.
e) B4 (bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan
klien. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria pada
klien dengan Infark Miokard Akut karena merupakan tanda awal syok
kardiogenik.
f) B5 (bowel)
Klien biasanya mengalami mual muntah. Pada palpasi abdomen
ditemukan nyeri tekan pada keempat kuadran, penurunan peristaltik usus
yang merupakan tanda utama Infark Miokard Akut
g) B6 (Bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien sering merasa
kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal
olahraga teratur. Tanda klinis yang lain ditemukan adalah takikardia,
dispnea pada saat istirahat maupun beraktivitas.

Kaji hygienis personal klien dengan menanyakan apakah klien mengalami


kesulitan melakukan tugas perawatan diri.

a. Diagnosa Keperawatan Infark Miokard Akut dengan NSTEMI


Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai individu, klien, tentang
masalah kesehatan aktual, potensial dan resiko atas dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk menggapai tujuan asuhan keperawatan menurut atas
kewenangan perawat (Herman & Kamitsuru, 2015). Diagnosa keperawatan yang
muncul pada klien dengan NSTEMI yaitu:

a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap


sumbatan arteri yang ditandai dengan: penurunan curah jantung.

b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya perubahan faktor


listrik, penurunan karakteristik miokard.

c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan iskemik,


kerusakan otot jantung penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplay


oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemia/ nekrosis jaringan miokard
e. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke
alveoli atau kegagalan utama paru.

f. Ansietas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas


b. Intervensi Keperawatan Infark Miokard Akut dengan NSTEMI
Tujuan utama intervensi menurut Wijaya dan Putri di dalam buku KMB 1 (2013) adalah sebagai berikut :

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Nyeri berhubungan dengan iskemia Tujuan : 1. Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan
jaringan sekunder terhadap sumbatan Setelah dilakukan intervensi keperawatan perjalanan rasa nyeri dada tersebut.
arteri ditandai dengan : selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang. 2. Anjurkan pada klien menghentikan
a. nyeri dada dengan / tanpa aktifitas selama ada serangan dan istirahat.
penyebaran wajah meringis Kriteria Hasil: 3. Bantu klien melakukan tehnik relaksasi, mis
b. gelisah a. Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 nafas dalam, perilaku distraksi, visualisasi,
c. delirium ke 2, atau dari 2 ke 1 atau bimbingan imajinasi.
d. perubahan nadi, tekanan darah. b. tidak gelisah 4. Pertahankan Oksigenasi dengan
c. nadi 60-100 x/menit bikanul contohnya ( 2-4 L/menit )
d. TD 120/ 80 mmHg 5. Monitor tanda-tanda vital ( Nadi &
tekanan darah ) tiap dua jam.
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan
dalam pemberian analgetik.
2 Risiko penurunan curah jantung Tujuan : 1. Pertahankan tirah baring selama fase akut
berhubungan dengan perubahan factor- Setelah dilakukan intervensi keperawatan 2. Kaji dan laporkan adanya tanda
faktor listrik, penurunan karakteristik selama 3x 24 jam diharapkan curah jantung tanda penurunan COP, TD
miokard membaik / stabil setelah dilakukan tindakan 3. Monitor haluaran urin
keperawatan selama di RS 4. Kaji dan pantau TTV tiap jam
5. Kaji dan pantau EKG tiap hari
Kriteria Hasil : 6. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
a. Tidak ada edema 7. Auskultasi pernafasan dan jantung tiap jam
b. Tidak ada disritmia sesuai indikasi
c. Haluaran urin normal 8. Pertahankan cairan parenteral dan obat-obatan
d. TTV dalam batas normal sesuai advis
9. Berikan makanan sesuai diitnya
3 Gangguan perfusi jaringan Tujuan: 1. Monitor Frekuensi dan irama jantung
berhubungan dengan, iskemik, Setelah dilakukan intervensi keperawatan 2. Observasi perubahan status mental
kerusakan Otot jantung,penyempitan / selama 3x 24 jam diharapkan gangguan perfusi 3. Observasi warna dan suhu kulit / membran
penyumbatan pembuluh darah arteri jaringan berkurang / tidak meluas. mukosa
koronaria ditandai dengan : . 4. Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya
a. Daerah perifer dingin Kriteria Hasil: 5. Kolaborasi : Berikan cairan IV l sesuai indikasi
b. EKG elevasi segmen ST & Q a. Daerah perifer hangat 6. Pantau Pemeriksaan diagnostik / dan
patologis pada lead tertentu b. tak sianosis gambaran EKG tak laboratorium mis EKG, elektrolit , GDA / Pa
c. RR lebih dari 24 x/ menit menunjukan perluasan infark O2, (Pa C02 dan saturasi 02). Dan Pemberian
d. Kapiler refill Lebih dari 3 detik c. RR 16-24 x/menit oksigen
e. Nyeri dada d. tak terdapat clubbing finger kapiler refill 3-
f. Gambaran foto torak terdapat 5 detik
pembesaran jantung & kongestif e. nadi 60-100x / menit
paru (tidak selalu) f. TD 120/80 mmHg
g. HR lebih dari 100 x/menit, TD >
120/80, AGD dengan : pa 02 < 80
mmHg, pa Co2> 45 mmHg dan
Saturasi < 80 mmHg
h. Nadi lebih dari 100 x/ menit
i. Terjadi peningkatan enzim
jantung yaitu CK, AST,
LDL/HDL
4 Risiko kelebihan volume cairan Tujuan : 1. Ukur masukan / haluaran, catat penurunan ,
ekstravaskuler berhubungan dengan pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung
penurunan perfusi ginjal, peningkatan keseimbangan cairan
natrium / retensi air , peningkatan Setelah dilakukan intervensi keperawatan 2. Observasi adanya oedema dependen
tekanan hidrostatik, penurunan protein selama 3x 24 jam diharapkan keseimbangan 3. Timbang BB tiap hari
plasma. volume cairan dapat dipertahankan. 4. Pertahankan masukan total caiaran 2000 ml/24
jam dalam toleransi kardiovaskuler
Kriteria Hasil : 5. Kolaborasi : pemberian diet rendah
a. tekanan darah dalam batas normal natrium, berikan diuretik.
b. tak ada distensi vena perifer vena dan
edema dependen
c. paru bersih
d. berat badan ideal ( BB idealTB -100 : 10 %)

5 Kerusakan pertukaran gas 1. Catat frekuensi & kedalaman pernafasan,


berhubungan dengan gangguan aliran Tujuan : penggunaan otot Bantu pernafasan
darah ke alveoli atau kegagalan utama Setelah dilakukan intervensi keperawatan 2. Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan /
paru, perubahan membran selama 3x 24 jam diharapkan Oksigenasi dengan tidak adanya bunyi nafas dan adanya bunyi
alveolarkapiler ( atelektasis . kolaps GDA dalam rentang normal (pa 02 < 80 mmHg, tambahan misal krakles, ronki dll.
jalan nafas/ alveolar edema paru/ efusi, pa Co2> 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg ). 3. Lakukan tindakan untuk memperbaiki /
sekresi berlebihan / perdarahan aktif ) mempertahankan jalan nafas misalnya , batuk,
ditandai dengan : Kriteria hasil : penghisapan lendir dll.
a. Dispnea berat a. Tidak sesak nafas 4. Tinggikan kepala / tempat tidur sesuai kebutuhan
b. Gelisah b. tidak gelisah / toleransi pasien
c. Sianosis c. GDA dalam batas Normal ( pa 02 < 80 5. Kaji toleransi aktintas misalnya keluhan
d. perubahan GDA mmHg, pa Co2> 45 mmHg dan Saturasi < kelemahan/ kelelahan selama kerja atau tanda
e. hipoksemia 80 mm vital berubah.
6 Intoleransi aktifitas berhubungan tujuan: 1. catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD
dengan ketidakseimbangan antara Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama dan sesudah aktivitas ) Tingkatkan
suplai oksigen miocard dan kebutuhan, selama 3x 24 jam diharapkan terjadi istirahat ( di tempat tidur)
adanya iskemik/ nekrotik jaringan peningkatan toleransi pada klien.
miocard ditandai dengan gangguan 2. Batasi aktintas pada dasar nyeri dan berikan
frekuensi jantung, tekanan darah Kriteria Hasil : aktifitas sensori yang tidak berat
dalam aktifitas, terjadinya disritmia, a. klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai 3. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat
kelemahan umum kemampuan klien > frekuensi jantung 60- aktifitas, contoh bengun dari kursi bila tidak ada
100 x/menit nyeri, ambulasi dan istirahat selam 1 jam setelah
b. TD 12O-80mmHg mkan
4. Kaji ulang tanda gangguan yang menunjukan
tidak toleran terhadap aktifitas atau memerlukan
pelaporan pada dokter.
7 Cemas berhubungan dengan ancaman Tujuan : 1. Kaji tanda dan respon verbal serta non verbal
aktual terhadap integritas biologis Setelah dilakukan intervensi keperawatan terhadap ansietas
selama 3x 24 jam diharapkan cemas hilang, 2. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
berkurang. 3. Ajarkan tehnik relaksasi
4. Minimalkan rangsang yang membuat stress
Kriteria Hasil : 5. Diskusikan dan orientasikan klien dengan
a. Klien tampak rileks lingkungan dan peralatan
b. Klien dapat beristirahat ) TTV dalam batas 6. Berikan sentuhan pada klien dan ajak klien
normal berbincang-bincang dengan suasana tenang
7. Berikan support mental
8. Kolaborasi pemberian sedatif sesuai indikasi
8 Kurang pengetahuan berhubungan Tujuan : 1. Berikan informasi dalam bentuk belajar yang
dengan kurang informasi tentang Setelah dilakukan intervensi keperawatan berfariasi, contoh buku, program audio/ visual,
fungsi jantung/ implikasi penyakit selama 3x 24 jam diharapkan pengetahuanklien Tanya jawab dll.
jantung dan status kesehatan yang akan tentang kondisi penyakitnya menguat. 2. Beri penjelasan factor risiko, diet ( Rendah lemak
datang, kebutuhan perubahan pola Kriteria Hasil : dan rendah garam ) dan aktifitas yang berlebihan.
hidup ditandai dengan pernyataan a. Menyatakan pemahaman tentang penyakit 3. Peringatan untuk menghindari paktivitas
masalah, kesalahan konsep, jantung , rencana pengobatan, tujuan manuver valsava
pertanyaan, terjadinya kompliksi yang pengobatan dan efek samping / reaksi 4. Latih pasien sehubungan dengan aktifitas yang
dapat dicegah merugikan bertahap contoh : jalan, kerja, rekreasi aktifitas
b. Menyebutkan gangguan yang memerlukan seksual.
perhatian cepat.
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, I. (2014). Buku AjarIlmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jilid 2. Jakarta: Interna
Publishing.

Okvitasari, Y (2016). Analisis Faktor Terkait dengan terjadinya Penyakit Jantung


Koroner Pada Rumah Sakit Jantung Poliklinik Ulin. Disertasi, Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.

Dari Rekapitulasi 10 Besar Penyakit Ruang Intensive Coronary Care Unit RSUD Ulin
Banjarmasin Tahun 2016.

Putri & Wijaya. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Nuha Medika

Syaifuddin. (2012). Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk


Keperawatan dan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Nazmah A. (2012). Panduan Belajar Membaca EKG. Jakarta: CV. Trans Info Media

Muttaqin A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

Nurarif AH & Hardi, K. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & Nanda.Jilid 1. Jakarta: EGC

Nurarif AH & Hardi, K. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & Nanda.Jilid 2. Jakarta: EGC

Muttaqin, A & nurachmach. Eds. (2012) Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika

Thibodeau, P (2013). Anatomy & Pysiology. Edisi 8. United States Of America

Mosby (2011). medical surgical nursing. Edisi 1.United States Of America

Priharjo. Robert. 2012. Pengkajian Fisik Keperawatan, edisi 2. Jakarta : EGC

Smeltzer C, dan Brenda G, Bare. 2009. Keperawatan Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC

Niman, S. 2013. Pengkajian Kesehatan Untuk Perawat. Jakarta: Trans Info Media

Carpenito, Linda Juall, 2008. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai