Anda di halaman 1dari 19

SEMINAR KELOMPOK 5 DAN 6

LAPORAN PENDAHULUAN STEMI

Di ICCU RSUD Dr. M . Haulussy Ambon

Angggota Kelompok :

Kelompok 5 Kelompok 6

1. Bertha . V . Lakburlawal 1. Martha . Aprilia . Imuly


2. Emelia . E . Rijoly 2. Angel . F . Madubun
3. Iveni . O . Laturake 3. Ferti . Nusteli
4. Maria . Layaba 4. Nina . Sintike . Aurmatin
5. Marsela . H . K . Wattimena 5. Nensi . M . Mahakena
6. Charles . M. Saranamual 6. Norita . Rometna
7. Gloudia . Laura . Wenno 7. Nikston . A . Siahay
8. Leviona . Wamese 8. Nita . Elwarin
9. Martha . Nikijuluw 9. Ledya . Silawanebessy
10. Meiske . G . Hawandama 10. Jeklin . V .Mainake

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULAT KESEHATAN

UNIVERISTAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

TAHUN 2023

1.
A. Laporan Pendahuluan

1. Pengertian
Stemi merupakan sindroma klinis yang didefinisikan dengan tanda gejala
dan karakteristik iskemi miokard dan berhubungan dengan persisten STelevasi dan
pengeluaran biomarker dari nekrosis miokard. Cardiac troponin merupakan
biomarker yang digunakan untuk diagnosis infark miokard. (AHA,2015).
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung
secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif
maupun dipengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada,
peningkatan enzim jantung dan ST elevasi padapemeriksaan EKG. STEMI adalah
cermin dari pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat total sehingga aliran
darahnya benar-benar terhenti, otot jantung yang dipendarahi tidak dapat nutrisi-
oksigen dan mati. Selainitu STEMI merupakan Infark yang terjadi diseluruh dinding
miokard, dari endocardium ke epicardium dengan lokasi di anterior, inferior,
maupun lateral. Karakteristiknya antara lain terdapat elevasi gelombang ST dan
Qpada ECG, adanya isoenzime CK-MB 3-6 jam setelah onset terus meningkat hingga
12-24 jam (Rohman dan Walit, 2016).

2. Etiologi
Infark miokard disebabkan oleh oklusi arteri koroner setelah terjadinya rupture
vulnerable atherosclerotic plaque. Pada sebagian besar kasus, terdapat beberapa faktor
presipitasi yang muncul sebelum terjadinya STEMI, antara lain aktivitas fisik yang
berlebihan, stress emosional dan penyakit dalam lainnya. Selain itu, terdapat beberapa
faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya IMA pada individu. Faktor-faktor
resiko ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian besar, yaitu faktor resiko yang tidak dapat
diubah dan faktor resiko yang dapat diubah menurut (Smeltzer, Bare, Hankle, & Cheever,
2013) yakni :
1. Faktor yang tidak dapat diubah
a. Usia
Walaupun akumulasi plak atherosclerotic merupakan proses yang
progresif, biasanya tidak akan muncul manifestasi klinis sampai lesi mencapai
ambang kritis dan mulai menimbulkan kerusakan organ pada usia menengah
maupun usia lanjut. Oleh karena itu, pada usia antara 40 dan 60 tahun, insiden
infark miokard pada pria meningkat lima kali lipat.
b. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang positif terhadap penyakit jantung koroner
(saudara, orang tua yang menderita penyakit ini sebelum usia 50 tahun)
meningkatkan kemungkinan timbulnya IMA.
2. Faktor risiko yang dapat diubah:
a. Hipertensi
Hipertensi juga merupakan faktor risiko yang menyebabkan penyakit
arteri koroner. Tekanan darah yang tinggi akan dapat meningkatkan gradien
tekanan yang harus dilawan oleh ventrikel kiri saat memompa darah. Tekanan
darah yang tinggi terus menerus dapat mengakibatkan suplai kebutuhan oksigen
di jantung meningkat.

b. Merokok
Merokok dapat membuat penyakit koroner semakin memburuk di
akibatkankarena karbondioksida yang terkandung dalam asap rokok akan lebih
mudah mengikat hemoglobin daripada oksigen, sehingga oksigen yang dikirim
ke jantung menjadi berkurang. Nikotin pada tembakau dapat memicu pelepasan
katekolamin yang mengakibatkan konstriksi pada arteri dan membuat aliran darah
serta oksigen ke jaringan menjadi terganggu. Merokok dapat meningkatkan adhesi
trombosit yang akan dapat mengakibatkan kemungkinan peningkatan
pembentukan thrombus.
c. Stres Psikologik
Stres dapat mengakibatkan peningkatan katekolamin yang bersifat
aterogenik serta mempercepat terjadinya serangan
1. Patofisiologi (Patway)
Factor pencetus :
Kelaian metabolisme (lemak, koagulasi darah, dan
keadaan biofisika,biokimian dinding arteri) - Hiperkolesrolemia
- DM
Aterosklorosis - Merokok
- Usian lanjut

Akumulasi/penimbunan atheroma plak di intima arteri

Penurunan perfusi
Pembentukan tombus jaringan

Cardiac
Penurunan aliran darah koroner
output Suplai O2 ke paru

Iskemi Miokard
MK : Penurunan Kompensasi RR
Kebutuhan O2 metabolisme Curah Jantung
Kontraksi miokard
Takipnea/dispnea
Produksi asam laktat
Td naik
MK : Pola Napas
Merangsang nosiseptor Tidak efektif
Penurunan kemampuan tubuh untuk
menyediankan energi
MK : Nyeri Akut
Kelemahan

MK : Intoleransi aktivitas
4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dari serangan jantung tiap orang tidak sama. Banyak
serangan jantung berjalan lambat sebagai nyeri ringan atau perasaan tidak nyaman.
Bahkan beberapa orang tanpa gejala sedikitpun (dinamakan silent heart attack).
Menurut (kasron, 2015) yaitu : tanda dan gejala STEMI adalah :

a) Nyeri dada
Mayoritas pasien dengan stemi (90%) datang dengan keluhan nyeri dada.
Perbedaan dengan nyeri pada angina adalah nyeri pada stemi lebih panjang
yaitu minimal 30 menit, sedangkan pada angina kurang dari itu. Disamping itu
pada angina biasanya nyeriakan hilang dengan istirahat akan tetapi tidak pada infark.
b) Sesak napas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akir
diastolic ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa menimbulkan
hiperventilasi. Pada infark yang tanpa gejala nyeri, sesak nafas merupakan tanda
adanya disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.
c) Gejala gastrointestinal,
meningkatkan aktivitas vagal di sebabkan muntah dan mual, namun
biasanya sering terjadi pada infark inferior,dan stimulasi diafragma pada infak
inferior bisa menyebabkan cegukan.
d) Gejala lain termasuk palpitasi, gelisah, rasa pusing, atau sinkop dan aritmia
ventrikel.

5. Penatalaksanaan

1. Farmakologi

a. Nitrogliserin

Nitrogliserin (NTG) seblingual dapat diberikan dengan dosis 0,4 mg


dan dapat diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit. NTG selain untuk
mengurangi nyeri dada juga untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokard
dengan menurunkan preload dan meningkatkan suplai oksigen miokard
dengan cara dilatasi pembuluh koroner yang terkena infark atau pembuluh
kolateral. NTG harus dihindari pada pasien dengan tekanan darah sistolik < 90
mmHg atau pasien yang dicurigai mengalami infark ventrikel kanan (Bosson et
al., 2019).

b. Morfin
Morfin sangat efektif mengurangi nyeri dada dan merupakan
analgesik pilihan dalam tata laksana nyeri dada pada STEMI. Morfin
diberikan dengan dosis 2 - 4 mg dapat tingkatkan 2 - 8 mg IV serta dapat di ulang
dengan interval 5 - 15 menit. Efek samping yang perlu diwaspadai pada
pemberian morfin adalah konstriksi vena dan arteriol melalui penurunan
simpatis, sehingga terjadi pooling vena yang akan mengurangi curah jantung
dan tekanan arteri (Tussolihah, 2018).

c. Aspirin

Aspirin merupakan tata laksana dasar pada pasien yang dicurigai


STEMI. Inhibisi cepat siklooksigenase trombosit yang dilanjutkan dengan
reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi aspirin bukal dengan
dosis 162 mg - 325 mg di ruang emergensi dengan daily dosis 75-162 mg
(Tussolihah, 2018).

2. Non farmakologi

a. Aktivitas

Faktor-faktor yang meningkatkan kerja jantung selama masa-masa awal


infark dapat meningkatkan ukuran infark. Oleh karena itu, pasien dengan STEMI
harus tetap berada pada tempat tidur selama 12 jam pertama. Kemudian, jika tidak
terdapat komplikasi, pasien harus didukung untuk untuk melanjutkan postur tegak
dengan menggantung kaki mereka ke sisi tempat tidur dan duduk di kursi dalam
24 jam pertama. Latihan ini bermanfaat secara psikologis dan biasanya
menurunkan tekanan kapiler paru.

Jika tidak terdapat hipotensi dan komplikasi lain, pasien dapat


berjalan-jalan di ruangan dengan durasi dan frekuensi yang ditingkatkan
secara bertahap pada hari kedua atau ketiga. Pada hari ketiga, pasien harus sudah
dapat berjalan 185 m minimal tiga kali sehari (Smeltzer et al., 2013). b. Istirahat
fisik Bedrest dengan posisi semifowler atau menggunakan cardiac chair dapat
mengurangi nyeri dada dan dispnea. Posisi kepala yang lebih tinggi sangat
bermanfaat bagi pasien karena: (1) Volume tidal dapat diperbaiki karena tekanan
isi abdomen terhadap diafragma berkurang sehinngga pertukaran gas dapat
lebih baik, (2) Drainase lobus atas paru lebih baik serta (3) Aliran balik vena ke
jantung (preload) berkurang sehingga mengurangi kerja jantung (Gusti, 2019). c.
Diet Karena adanya risiko emesis dan aspirasi segera setelah STEMI, pasien
hanya diberikan air peroral atau tidak diberikan apapun pada 4-12 jam
pertama. Asupan nutrisi yang diberikan harus mengandung kolesterol ± 300
mg/hari. Kompleks karbohidrat harus mencapai 50-55% dari kalori total.
Diet yang diberikan harus tinggi kalium, magnesium, dan serat tetapi rendah
natrium (Itsiopoulos et al., 2018)

6. Komplikasi

1. Gangguan hemodinamik

Gagal pemompaan (pump failure) merupakan penyebab utama kematian di


rumah sakit pada STEMI. Perluasan nekrosis iskemia mempunyai korelasi yang
baik dengan tingkat gagal pompa dan mortalitas, baik pada awal (10 hari infark) dan
sesudahnya. Tanda klinis yang tersering dijumpai adalah ronki basah di paru dan
bunyi jantung S3 dan S4 gallop. Pada pemeriksaan rontgen sering dijumpai kongesti
paru.

2. Komplikasi mekanik

Ruptur muskulus papilaris, rupture septum ventrikel, rupture dinding


vebtrikel. Penatalaksanaan: operasi.

1. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik ditandai dengan gangguan fungsi ventrikel kiri yang
berakibat gangguan fungsi ventrikel kiri yang mengakibatkan gangguan pada
perfusi jaringan atau penghantaran oksigen pada jaringan yang khas pada syok
kardiogenik yang disebabkan miokardium akut adalah hilangnya 40 % atau lebih
jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vokal di seluruh ventrikel
akibat tidak seimbang antara kebutuhan atau supply oksigen miokardium.

2. Edema paru
Edema paru terjadi di dalam tubuh dengan cara yang sama,. Faktor apapun
yang menyebabkan cairan interstitial paru meningkat dari negative menjadi
batas positif.

7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada kasus stemi antara lain:

1. Enzim troponin
Troponin adalah suatu protein regulator yang terdapat pada filamen tipis
aparatus kontraktil otot bergaris. Peningkatan kadar cTnT terdekteksi 3-4
jam setelah jejas miokard. Kadar cTnT mencapai puncak 12- 24 jam setelah
jejas (samsu, 2010). Peningkatan terus terjadi selama 7-14 hari. CTnT tetap
meningkat kira-kira 4-5 kali lebih lama dari pada CKMB. Diagnosis infark
miokard ditegakkan bila ditemukan enzim. troponin T ditemukan dalam 12 jam
pertama sebesar ≥0.03µg/L
2. EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan
simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi
kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
3. Coronary Angiography
Merupakan pemeriksaan khusus dengan sinar X pada jantung dan pembuluh
darah. Sering dilakukan selama serangan untuk menemukan letak sumbatan pada
arterikoroner. Kombinasi nyeri dada substernal >30 menit dan banyak
keringat dicurigai kuat adanya STEMI. Sekitar seperempat pasien infark anterior
mempunyai manifestasi hiperaktivitas saraf simpatis (takikardia dan atau
hipotensi sedangkan pada pasien infark inferior menunjukkan hiperaktivitas
parasimpatis (bradikardia dan atau hipotensi). Tanda fisis lain pada disfungsi
ventrikuler adalah S4 dan S3gallop, penurunan intensitas bunyi jantung
pertama dan splitparadoksikal bunyi jantung kedua (Isselbacher, 2008).
Selain pemeriksaan diatas ada pula pemeriksaan penunjang yang diperlukan
yaitu Laboratorium : Creatinin Posfakinase, Laju Endap Darah, Leukosit,
Kolesterol, Trigliserida, Kardiak iso-enzim, Analisa Gas Darah.
Diagnostik:FotoThorax, Tes Treadmill, Echocardiography, Angiografycoroner,
Multyslice Computed Tomografhy Scanning,Cardiac Magnetic Resonance
Imaging adionuclear Medicine, Vektocardiography, Scintygraphy Talium
(KaboPeter, 2011)

B. Asuhan Keperawatan
C. Evidence Based Practice in Nursing

1. Artikel summary (artikel terkait penatalaksanaan kasus)

N Judul Penulis Nama Tujuan Metode Hasil


o Artikel & Jurnal
Tahun
1 Exercise Lale Jurnal Tujuan penelitian ini Mengidentifikasi Empat (4) diantara artikel
Pada Pasien Wisnu Kesehatan untuk membuat literatur yang relevan penelitian yang direview adalah
Dengan St Andray Prima Latihan fisik dini pada mengenai latihan penelitian dengan desain
paien STEMI
Elevasi ani fisik pada STEMI randomized controlled trial (RCT).
memberikan dampak
Miokard 2016 positif yang dalam bentuk artikel Secara umum, keempat penelitian
Infark menguntungkan dan hasil penelitian. tersebut menemukan bahwa
(Stemi) bagi perbaikan fungsi latihan fisik dapat memberikan
jantung secara umum, keuntungan yang signifikan baik
baik secara langsung terhadap
melalui mekanisme pengembalian fungsi jantung
perbaikan langsung
maupun secara tidak langsung
maupun
melalui penurunan berupa penurunan faktor risiko..
faktor risiko. Maka Meskipun demikian, terdapat 1
perawat perlu laporan survey yang menjelaskan
berperan aktif dalam bahwa terdapat risiko injuri pada
program latihan fisik latihan fisik pada pasien STEMI,
dengan namun dapat dimimalisir dengan
menyediakan
pengetahuan dan pelaksanaan
informasi dan
memfasilitasi program latihafisik yang sesuai prosedur
rehabilitasi tersebut.
2 St Elevasi Safitri Untuk mengetahui Tahun 2013, ± Kebiasaan merokok menahun dan
Miokard ES Infark miokard akut 478.000 pasien di tingginya kadar kolestrol dalam
Infark dengan elevasi ST Indonesia didiagnosa darah meningkatkan resiko
(Stemi) 2013 (STEMI) terjadi jika Penyakit Jantung terjadinya infark miokard.
Anterosepta aliran darah koroner Koroner. Saat ini,
l Pada menurun secara prevalensi STEMI
Pasien mendadak akibat meningkat dari 25%
Dengan oklusi trombus pada ke 40% dari
Faktor plak aterosklerotik presentasi Infark
Resiko yang sudah ada Miokard (Depkes,
Kebiasaan sebelumnya 2013).
Merokok
Menahun
Dan
Tingginya
Kadar
Kolestrol
Dalam
Darah
3 Manajemen Devi Jurnal Untuk mengetahui Penelitian kuantitaif STEMI merupakan penyebab
Pasien St Darlian keperawat diagnosis STEMI, mortalitas dengan laju mortalitas
Elevasi a 2020 an untuk mengetahui awal 30 hari setelah serangan
Miokardial patofisiologi STEMI,
adalah 30%. STEMI terjadi akibat
Infark untuk mengetahui
(Stemi) St pengkajia pasien aterosklerotik pada arteri koroner
Elevasi STEMI, untuk atau penyebab lainnya yang dapat
Myocardial mengetahui menyebabkan terjadinya
Infark manajemen pasien ketidakseimbangan antara suplai
(Stemi) STEMI secara medis dan kebutuhan oksigen
Patient dan keperawatan miokardium. Pada kondisi awal
Managemen
akan terjadi ischemia miokardium,
t
namun bila tidak dilakukan
tindakan reperfusi segera maka
akan menimbulkan nekrosis
miokard yang bersifat irreversible.
Diagnosis awal yang cepat serta
penanganan yang tepat setelah
pasien tiba di ruang IGD dapat
membatasi kerusakan miokardial
dan meminimalkan komplikasi
yang dapat memperburuk keadaan
pasien. Pada pasien STEMI,
dampak yang ditimbulkan tidak
hanya gangguan fisiologis dan
psikologis saja, namun juga
menimbulkan dampak ekonomi
akibat meningkatnya kebutuhan
biaya pengobatan dan perawatan di
rumah sakit serta biaya pemulihan
kesehatan selama pasien di rumah.
Oleh karena itu, perlu kerjasama
yang baik antara berbagai profesi
seperti dokter, perawat dan team
kesehatan lainnya dalam
mengatasi masalah pasien.
4 Terapi Novria Jurnal memulihkan kembali Penelitian ini memulihkan kembali aliran darah
Fibrinolitik nti I, Farmasi aliran darah menggunakan miokardium, untuk
Pada Pasien Heriani udaya miokardium, untuk empat databases menyelamatkan jantung
menyelamatkan [Pubmed, Libgen, dan menurunkan mortalitas serta
St-Segment ,
jantung researchgate, and menjaga
Elevation Musta dan menurunkan Scopus] yang fungsi ventrikel (Fox et al., 2013).
Myocardial min, mortalitas serta diterbitkan dari 1987 Dan
Infarction 2021 menjaga hingga 2019. strategi dari managemen terapi
fungsi ventrikel (Fox Termasuk original dari STEMI
et al., 2013). Dan artikel seperti RCT, adalah pemulihan cepat dari
strategi dari Literatur Review, potensi oklusi
managemen terapi dari penelitian total pada arteri koroner,
STEMI comparative, dan memperpendek
adalah pemulihan studi observasional waktu iskemik, dan mengurangi
cepat dari potensi yang terkait dengan ukuran infark .
oklusi terapi fibrinolitik Terapi reperfusi bertujuan
total pada arteri pada pasien STEMI. memperbaiki
koroner, aliran darah pada miokardium,
memperpendek untuk
waktu iskemik, dan menyelamatkan miokard dan
mengurangi ukuran menurunkan
infark . mortalitas, serta menjaga fungsi
Terapi reperfusi ventrikel kiri.
bertujuan
memperbaiki
aliran darah pada
miokardium, untuk
menyelamatkan
miokard dan
menurunkan
mortalitas, serta
menjaga fungsi
ventrikel kiri.
5 Faktor Syed Penelitian ini Jenis penelitian ini penelitian ini menunjukkan
Resiko Amrull bertujuan mengetahui adalah penelitian frekuensi tertinggi responden
Penyakit ah, faktor resiko penyakit restospektif dengan penderita IMA adalah responden
Cholik
Infark Infark Miokard Akut desain deskriptif yang memiliki kadar kolesterol
Harun
Miokard Rosjidi, (IMA) di RS Dewi survey. Penelitian ini tinggi yakni sebanyak 43 orang
Akut di Desider Sartika. Studi ini telah dilaksanakan di (69,4%). Kolesterol dapat
Rumah ius kategori retrospektif RS Dewi Sartika menyebabkan infark miokard yang
Sakit Umum Bela dengan desain pada tanggal 12-30 dibuktikan melalui penelitian
Dewi Dhesa, deskriptif. Studi telah September 2021. dimana responden kadar kolesterol
Sartika Kota Adi Try dilaksanakan di RS Populasi dalam tinggi (> 150) berisiko 3 kali untuk
Wurjat
Kendari Dewi Sartika pada penelitian ini adalah terjadi infark mikoard
miko,
Hasrim tanggal 12-30 semua pasien Infark
a. 2022 September 2021. Miokard Akut yang
ada di RS Dewi
periode Maret-
Agustus 2021
berjumlah 164 orang
dengan sampel
sebanyak 62 orang.
5 Heat Aan Padjajaran Thermotherapy dapat Mengetahui interaksi Penelitian ini menggunakan
Therapy to Nur’ae Acute meredakan nyeri dada aplikasi panas local rancangan penelitian studi kasus.
Reduce ni, Care dengan melebarkan pada status fisiologis Studi kasus merupakan rancangan
Chest-Pain Yanny Nursing arteri koroner,
dan intensitas penelitian yang mencakup
Among Trisyan Journal meningkatkan proses
Patient with i, angiogenesis dan relaksasi pada pasien pengkajian satu unit penelitian
Acute Donny meningkatkan perfusi dengan sindrom secara intensif. Rancangan dari
Coronary Nurha miokad selain itu coroner akut suatu studi kasus bergantung pada
Syndromes ( msyah, sebagai mediator keadaan kasus, namun tetap
ACS ) Oman inflamasi miokardium mempertimbangkan faktor
Hendi, yang terluka. penelitian waktu. Subyek yang
Rahmal Berdasarkan hasil
digunakan dalam penelitian ini
ia review 5 artikel dapat
Amni, disimpulkan bahwa adalah pasien dengan ACS
Vanny pemberian terapi
Leutual panas efektif dalam
y, Gita menurunkan nyeri dan
Maya memperbaiki status
Sari, fisiologis pada pasien
Nurlaec acute coronary
i, Rika syndrome.
Winarn
i. 2020
6 Efektivitas Santi Jurnal of Penelitian ini Metode yang Hasil penelitian menunjukkan
Edukasi Apriya telenursin bertujuan untuk digunakan dalam bahwa edukasi berbasis
Berbasis ni, g mengetahui efektivitas penelitian ini adalah multimedia meliputi edukasi
Multimedia Elly (JOTING) edukasi berbasis pencarian literatur berbasis smartphone, pesan teks
Terhadap Nurach multimedia dalam berdasarkan beberapa dan telepon efektif dalam
Peningkatan mah, meningkatkan database online meningkatkan kepatuhan dalam
Kepatuhan Riri kepatuhan pengobatan seperti PubMed, pengobatan dan perawatan diri
Dalam Maria. dan perawatan diri CINAHL, pada pasien pasca tindakan PCI.
Pengobatan 2021 pada pasien pasca PCI. ScienceDirect, Wiley Simpulan, penerapan intervensi
Dan Online, Cambridge dan edukasi berbasis multimedia/
Perawatan Core yang terbit dari digital menjadi solusi yang dapat
Diri Pada tahun 2017-2021. diterapkan dalam perawatan pasien
Pasien di rumah.
Pasca
Percutaneou
s Coronary
Intervention
(Pci)

7 Non- Vanny Open Scoping review ini Tiga database Hasil pencarian diperoleh 1875
pharmacolo Leutual Access bertujuan untuk elektronik digunakan artikel dan 11 artikel yang
gy y, Macedoni mengidentifikasi untuk melakukan memenuhi kriteria inklusi dan
Intervention Devita an Journal terapi non pencarian artikel: dianalisis. Berdasarkan hasil
s on Pain in Madiu of farmakologis yang Science Direct, review terhadap 11 artikel
Critically Ill w, Medical dapat digunakan PubMed, dan penelitian diperoleh; Terdapat
Patient: A Fandro Sciences sebagai terapi CINAHL EBSCO. beberapa intervensi
Scoping armand alternatif atau Kriteria inklusi yang nonfarmakologis untuk
Review o tambahan untuk digunakan adalah pencegahan kritis dan penurunan
Tasidja membantu mengatasi artikel dengan intensitas nyeri pada pasien sakit
wa, nyeri pada pasien sakit penelitian uji coba kritis, antara lain: terapi musik,
Dene kritis. terkontrol secara massage, pijat refleksi, terapi
Fries acak, artikel peer- dingin, dan terapi panas topikal.
Sumah, review, artikel bahasa
Feby Inggris, dan publikasi
Manuh artikel penelitian
utu, antara tahun 2009
Sinthia dan 2020.
Maeliss
a.
2022

2. Pembahasan (keterkaitan antara kasus keloaan dengan artikel yang direview)

Pasien kelolaan kelompok Tn.Y pasien dirawat di ICCU dengan diagnosa Stemi Anteroseptal
Hasil review artikel didapatkan

1. Faktor resiko kebiasaan merokok menahun dan tingginya kadar kolestrol dalam darah

2. Manajemen pasien Stemi

a. Terapi Fibrinolitik

b. Exercise

c. Terapi Non Farmakologis

d. Edukasi pasien

1) Dalam artikel yang telah di review, membahas tentang keterkaitan antara kasus kelolaan yang membahas tentang STEMI.
Perlu di ketahui bahwa STEMI adalah salah satu jenis serangan jantung yang berupa penyumbatan pembuluh darah arteri koroner
secara total sehingga menyebabkan otot otot jantung tidak bisa mensuplai oksigen. STEMI terjadi jika aliran darah koroner menurun
secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik. STEMI juga di sebabkan karena arteri koroner yang tersumbat
sepenuhnya, sehingga darah tidak bisa masuk ke dalam jantung. Menurut saya, STEMI adalah salah satu jenis serangan jantung yang
paling berbahaya, karena memiliki risiko komplikasi dan kematian paling tinggi

2) Pada tn.Y ditemukan adanya sumbatan pada pembuluh darah arteri coroner kiri. Arteri coroner kiri merupakan arteri coroner
yang menyuplai darah ke otot jantungbagi anterior dan septum jantung. Penyakit infarkmiokard merupakan gangguan aliran darah ke
jantung yang menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran darah di pembuluh darah terhenti setelah terjadi sumbatan koroner akut,
kecuali sejumlah kecil aliran kolateral dari pembuluh darah di sekitarnya. Daerah otot di sekitarnya yang sama sekali tidak mendapat
aliran darah atau alirannya sangat sedikit sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi otot jantung, dikatakan mengalami infark.

Tujuan dari terapi STEMI adalah memulihkan kembali aliran darah miokardium, untuk menyelamatkan jantung dan menurunkan
mortalitas serta menjaga fungsi ventrikel.
3) Infark miokard akut (IMA) merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering dinegara maju. Laju mortalitas awal (30 hari)
pada IMA adalah 30% dengan lebih dari separuh kematian terjadi sebelum pasien mencapai rumah sakit. Walaupun laju mortalitas
menurun sebesar 30% dalam 2 dekade terakhir, sekitar 1 diantara 25 pasien yang tetap hidup pada keperawatan awal, meninggal
dalam tahun pertama setelah IMA. Infark miokard akut dengan elevasi ST (ST elevation myocardial infarction = STEMI) merupakan
bagian dari spektrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri dari angina pektoris tidak stabil, IMA tanpa elevasi ST dan IMA
dengan elevasi ST (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, K, & Setiati, 2010).

4) Infarction (STEMI) merupakan keadaan darurat yang disebabkan oleh sumbatan total arteri koroner yang ditandai dengan
gelombang ST elevasi atau Q dan dikaitkan dengan kematian dini yang lebih tinggi. Tingkat kelangsungan hidup pasien STEMI
secara klinis sangat bervariasi berdasarkan profil dasar setiap pasien yang ditentukan oleh beberapa variabel faktor resiko yang
dimiliki.STEMI erat kaitannya dengan tingginya morbiditas dan mortalitas. Meskipun beberapa dekade telah dilakukan penelitian dan
clinical trial, namun masih juga dijumpai 500.000 penderita dengan ST-Elevasi Miokard Infark (STEMI) setiap tahun di Amerika.
Data menunjukan bahwa mortalitas akibat STEMI paling sering terjadi dalam 24-48 jam pasca onset dan laju mortalitas awal 30 hari
setelah serangan adalah 30%
Daftar Pustaka

Aan Nur’aeni, Yanny Trisyani, Donny Nurhamsyah, Oman Hendi, Rahmalia Amni,
Vanny Leutualy, Gita Maya Sari, Nurlaeci, Rika Winarni. 2020. Heat Therapy to Reduce Chest-
Pain Among Patient with Acute Coronary Syndromes ( ACS ). Padjajaran Acute Care Nursing
Journal. Vol 1. No 2

Devi Darliana, 2020. Manajemen Pasien St Elevasi Miokardial Infark (Stemi). Nursing
Journal. Vol 2, No1
Kasron. 2012. Kelainan dan Penyakit Jantung Pencegahan Serta Pengobatan. Yogyakarta:
Nuha Medika
Lale Wisnu Andrayani, 2016. Exercise Pada Pasien Dengan St Elevasi Miokard Infark
(Stemi). Jurnal Kesehatan Prima, vol 10, No.2,Halaman : 1672-1681.
Rohmah & Walid. 2016. Studi Penggunaan Koagulan pada Pasien Infark Miokard Akut
dengan ST Elevasi. Skripsi Perpustakaan Universitas Airlangga. Surabaya.
Safitri Es, 2013. St Elevasi Miokard Infark (Stemi) Anteroseptal On Patient With Risk
Factor Smoking Habit And High Level Of Cholestrol.Vol 1, No 2
Santi Apriyani, Elly Nurachmah, Riri Maria. 2021. Efektivitas Edukasi Berbasis
Multimedia Terhadap Peningkatan Kepatuhan Dalam Pengobatan Dan Perawatan Diri Pada
Pasien Pasca Percutaneous Coronary Intervention (PCI). Jurnal of telenursing (JOTING). Vol 3.
No 2

Smeltzer,S.C dan Bare, B.2015. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner &
Suddath (8 ed, Vol III), (M Ester, Penyut, A. Hartono, H. Y Kuncara, E.S, Siahaan,& A,
Waluyo, penej). Jakarta : EGC

Vanny Leutualy, Devita Madiuw, Fandro armando Tasidjawa, Dene Fries Sumah, Feby
Manuhutu, Sinthia Maelissa, 2022. Non-pharmacology Interventions on Pain in Critically Ill
Patient: A Scoping Review. Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences.

Anda mungkin juga menyukai