Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN

STEMI

A. Pengertian
STEMI merupakan sindroma klinis yang didefinisikan dengan tanda
gejala dan karakteristik iskemi miokard dan berhubungan dengan persisten
ST elevasi dan pengeluaran biomarker dari nekrosis miokard. Cardiac
troponin merupakan biomarker yang digunakan untuk diagnosis infark
miokard (AHA,2015).
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot
jantung secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses
degeneratif maupun dipengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai
keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada
pemeriksaan EKG. STEMI adalah cermin dari pembuluh darah koroner
tertentu yang tersumbat total sehingga aliran darahnya benar-benar terhenti,
otot jantung tidak dapat nutrisi-oksigen dan mati. Selain itu STEMI
merupakan infark yang terjadi diseluruh dinding miokard, dari endocardium
ke epicardium dengan lokasi di anterior, inferior, maupun lateral.
Karakteristiknya antara lain terdapat elevasi gelombang ST dan Q pada
ECG, adanya isoenzime CK-MB 3-6 jam setelah onset dan terus meningkat
hingga 12-24 jam (Rohman dan Walid, 2016).

B. Etiologi
Penyebab STEMI menurut Ningsih (2014) secara umum, antara lain:
1. Thrombus dan/atau embolus yang menyebabkan aterosklerosis dan
aklusis di arteri coroner
2. Vasospasme (vasokonstriksi atau penyempitan mendadak) pada arteri
Coroner
3. Penurunan suplai oksigen (tekanan darah rendah, kehilangan darah yang
akut atau anmeia).
4. Penyempitan arteri koroner nonsklerolik
5. Penyempitan aterorosklerotik
6. Plak aterosklerotik
7. Lambatnya aliran darah di daerah plak atau oleh viserasi plak
8. Peningkatan kebutuhan oksigen miokardium
9. Penyempitan arteri oleh perlambatan jantung selama tidur
10. Spasme otot segmental pada arteri kejang otot
Faktor resiko STEMI yang tidak dapat dirubah dan faktor resiko yang dapat
diubah menurut Prince (2014), Faktor yang tidak dapat dirubah:
1. Usia
Walaupun akumulasi plak atherosclerotic merupakan proses yang
progresif. Oleh karena itu, pada usia antara 40 dan 60 tahun, insiden
infark miokard pada pria meningkat lima kali lipat.
2. Jenis kelamin
Infark miokard jarang ditemukan pada wanita premenopause kecuali jika
terdapat diabetes, hiperlipidemia, dan hipertensi berat. Setelah
menopause, insiden penyakit yang berhubungan dengan atherosclerosis
meningkat bahkan lebih besar jika dibandingkan dengan pria.
3. Ras
Amerika-Afrika lebih rentan terhadap aterosklerosis daripada orang kulit
putih
4. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang positif terhadap penyakit jantung koroner
(saudara, orang tua yang menderita penyakit ini sebelum usia 50 tahun)
meningkatkan kemungkinan timbulnya STEMI.

Faktor resiko yang dapat dirubah:


1. Merokok merupakan faktor risiko pasti pada pria, dan konsumsi rokok
mungkin merupakan penyebab peningkatan insiden dan keparahan
atherosclerosis pada wanita (Kumar, et al., 2008). Efek rokok adalah
menyebabkan beban miokard bertambah karena rangsangan oleh
katekolamin dan menurunnya komsumsi O2 akibat inhalasi CO atau
dengan perkataan lain dapat menyebabkan takikardi, vasokonstrisi
pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding pembuluh darah dan
merubah 5-10 % Hb menjadi carboksi-Hb. Disamping itu dapat
menurunkan HDL kolesterol tetapi mekanismenya belum jelas. Makin
banyak jumlah rokok yang dihisap, kadar HDL kolesterol makin
menurun. Perempuan yang merokok penurunan kadar HDL
kolesterolnya lebih besar dibandingkan laki-laki perokok. Merokok juga
dapat meningkatkan tipe IV abnormal pada diabetes disertai obesitas dan
hipertensi, sehingga orang yang merokok cenderung lebih mudah terjadi
proses aterosklerosis daripada yang bukan perokok.
2. Hiperlipidemia merupakan peningkatan kadar kolesterol di atas 180
mg/dl akan meningkatkan resiko penyakit arteri koronaria, dan lebih
cepat terjadi bila kadarnya melebihi 240 mg/dl.
3. Hipertensi dapat meningkatkan risiko ischemic heart disease (IHD)
sekitar 60 % dibandingkan dengan individu normotensive.
4. Diabetes mellitus menginduksi hiperkolesterolemia dan juga
meningkatkan predisposisi atherosclerosis. Insiden infark miokard dua
kali lebih tinggi pada seseorang yang menderita diabetes.
5. Gaya hidup monoton, berperan pada timbulnya penyakit jantung koroner.
6. Stres Psikologik, stres menyebabkan peningkatan katekolamin yang
bersifat aterogenik serta mempercepat terjadinya serangan.

C. Patofisiologi
STEMI biasa terjadi ketika aliran darah koroner menurun secara
tiba-tiba setelah oklusi trombotik dari arteri koroner yang sebelumnya
mengalami atherosclerosis. STEMI terjadi ketika thrombus pada arteri
koroner berkembang secara cepat pada tempat terjadinya kerusakan
vascular. Kerusakan ini difasilitasi oleh beberapa faktor, seperti merokok,
hipertensi, dan akumulasi lipid. Pada sebagian besar kasus, STEMI terjadi
ketika permukaan plak atherosclerotic mengalami ruptur sehingga
komponen plak tersebut terekspos dalam darah dan kondisi yang
mendukung trombogenesis (terbentuknya thrombus). Mural thrombus
(thrombus yang menempel pada pembuluh darah) terbentuk pada tempat
rupturnya plak, dan terjadi oklusi pada arteri koroner. Setelah platelet
monolayer terbentuk pada tempat terjadinya ruptur plak, beberapa agonis
(kolagen, ADP, epinefrin, serotonin) menyebabkan aktivasi platelet. Setelah
stimulasi agonis platelet, thromboxane A2 (vasokonstriktor local yang kuat)
dilepas dan terjadi aktivasi platelet lebih lanjut.
Selain pembentukan thromboxane A2, aktivasi platelet oleh agonis
meningkatkan perubahan konformasi pada reseptor glikoprotein IIb/IIIa.
Ketika reseptor ini dikonversi menjadi bentuk fungsionalnya, reseptor ini
akan membentuk protein adhesive seperti fibrinogen. Fibrinogen adalah
molekul multivalent yang dapat berikatan dengan dua platelet secara
simultan, menghasilkan ikatan silang patelet dan agregasi. Kaskade
koagulasi mengalami aktivasi karena paparan faktor jaringan pada sel
endotel yang rusak, tepatnya pada area rupturnya plak. Aktivasi faktor VII
dan X menyebabkan konversi protrombin menjadi thrombin, yang
kemudian mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin. Arteri koroner
seringkali mengalami oklusi karena thrombus yang terdiri dari agregat
platelet dan benang-benang fibrin.Pada sebagian kecil kasus STEMI terjadi
karena emboli arteri koroner, abnormalitas congenital, spasme korone
(Udjianti, 2015).
Pathway
Aterosklerosis,thrombosis, kontraksi arteri koronaria

Penurunan aliran darah ke jantung

Kekurangan oksigen dan nutrisi

Iskhemik pada jaringan miokard

Nekrosis

Suplai dan kebutuhan oksigen ke jantung tidak seimbang

Suplai oksigen ke miokard menurun

Penurunan
Curah
Metabolisme anaerob Seluler hipoksia
Jantung
Gangguan
Timbunan asam laktat meningkat Pertukaran Integritas membran sel berubah
Nyeri
Gas

Kelemahan Kontraktilitas turun

Intoleransi aktivitas COP turun Kegagalan


pompa jantung

Penurunan perfusi jaringan


Gagal
jantung
Suplai O2 ke paru

Takipnea/dispnea

Pola nafas tidak efektif


D. Tanda dan Gejala
Menurut (kasron, 2015) yaitu : tanda dan gejala STEMI adalah :
1. Nyeri dada
Nyeri dada sentral yang berat, seperti rasa terbakar, ditindih benda berat,
seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir, tertekan yang berlangsung ≥ 20
menit, tidak berkurang dengan pemberian nitrat. Karakteristik nyeri pada
STEMI hampir sama dengan pada angina pectoris, namun biasanya
terjadi pada saat istirahat, lebih berat, dan berlangsung lebih lama. Nyeri
biasa dirasakan pada bagian tengah dada dan/atau epigastrium, dan
menyebar ke daerah lengan. Penyebaran nyeri juga dapat terjadi pada
abdomen, punggung, rahang bawah, dan leher. Nyeri sering disertai
dengan kelemahan, berkeringat, nausea, muntah, dan ansietas
2. Sesak napas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir
diastolic ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa menimbulkan
hiperventilasi. Pada infark yang tanpa gejala nyeri, sesak nafas
merupakan tanda adanya disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.
3. Gejala gastrointestinal, meningkatkan aktivitas vagal di sebabkan
muntah dan mual, namun biasanya sering terjadi pada infark inferior, dan
stimulasi diafragma pada infak inferior bisa menyebabkan cegukan
4. Integumen
Dingin, berkeringat, diaforesis, dan pucat, dapat muncul karena stimulus
dari kurangnya kontraktilitas yang dapat mengindikasikan adanya shock
kardiogenik. Oedema dapat muncul karena kurangnya kontaktilitas.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Electrocardiografi (ECG)
Gelombang Q dengan ST elevasi yang signifikan menunjukkan keakutan.

2. Pemeriksaan laborat : enzim jantung


CKMB meningkat 2-4 jam, memuncak 12-20 jam dan kembali normal
48-72 jam, Troponin I, SGOT SGPT meningkat.
3. Tes treadmill atau exercise stress testing
Exercise testing merupakan salah satu tes yang paling sering dilakukan
untuk mendiagnosis apakah seseorang menderita penyakit jantung dan
juga untuk menstratifikasi berat ringannya penyakit jantung. Selain itu
tes treadmill juga dapat dipakai untuk mengukur kapasitas jantung,
gangguan irama, dan lain-lain.
4. Echocardiography (Ekokardiografi)
Ekokardiografi adalah prosedur yang menggunakan gelombang suara
ultra untuk mengamati struktur jantung, pembuluh darah, juga dapat
menilai fungsi jantung.
5. Angiografi koroner
Menggunakan sinar X dan kontras yang disuntikan kedalam arteri
koroner melalui kateter untuk melihat adanya penyempitan diarteri
koroner.
6. Multislice Computed Tomograpy Scanning (MSCT)
CT menghasilkan tampilan secara tomografi (irisan) digital dari sinar X
yang menembus organ. Sinar X yang menembus diterima oleh detektor
yang mengubahnya menjadi data elektrik dan diteruskan ke sistem
komputer untuk diolah menjadi tampilan irisan organ-organ tubuh.
7. Cardiac Magnetic Resonance Imaging (Cardiac MRI)
Merupakan salah satu teknik pemeriksaan diagnostik dalam ilmu
kedokteran, yang menggunakan interaksi proton-proton tubuh dengan
gelombang radio- frekuensi dalam medan magnet (sekitar 0,64-3 Tesla)
untuk menghasilkan tampilan penampang (irisan) tubuh.
8. Radionuclear Medicine
Dengan menggunakan radio aktif dimasukan kedalam tubuh pasien,
kemudian dideteksi dengan menggunakan kamera gamma atau kamera
positron, sehingga pola tampilan yang terjadi berdasrkan pola organ yang
memancarkan sinar gamma (Muttaqin, 2010).
F. Pengkajian
1. Keluhan utama : nyeri dada, perasaan sulit bernapas, dan pingsan.
a. Provoking incident: nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang
dengan istirahat.
b. Quality of pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien, sifat keluhan nyeri seperti tertekan.
c. Region, radiation, relief: lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri
di atas pericardium. Penyebaran dapat meluas di dada. Dapat terjadi
nyeri serta ketidakmampuan bahu dan tangan.
d. Severity (scale) of pain: klien bisa ditanya dengan menggunakan
rentang 0-5 dan klien akan menilai seberapa jauh rasa nyeri yang
dirasakan. Biasanya pada saat angina skala nyeri berkisar antara 4-5
skala (0-5).
e. Time: sifat mulanya muncul (onset), gejala timbul mendadak. Lama
timbulnya (durasi) nyeri dada dikeluhkan lebih dari 15 menit. Nyeri
oleh infark miokardium dapat timbul pada waktu istirahat, biasanya
lebih parah dan berlangsung lebih lama. Gejala-gejala yang menyertai
infark miokardium meliputi dispnea, berkeringat, amsietas, dan
pingsan.
2. Riwayat kesehatan terdahulu
Apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, darah tinggi, DM,
dan hiperlipidemia. Tanyakan obat-obatan yang biasa diminum oleh
klien pada masa lalu yang masih relevan. Catat adanya efek samping
yang terjadi di masa lalu. Tanyakan alergi obat dan reaksi alergi apa yang
timbul.
3. Riwayat keluarga
Menanyakan penyakit yang pernah dialami oleh keluarga serta bila ada
anggota keluarga yang meninggal, tanyakan penyebab kematiannya.
Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda
merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung iskemik pada
keturunannya.
4. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran dan tanda vital
a. Kepala
1) Rambut
I : Bentuk kepala
P : adakah benjolan/tidak, ada nyeri tekan/tidak
2) Mata
I : kesimetrisan mata, adakah edema, konjungtiva, sklera, refleks
pupil terhadap cahaya.
P : Ada nyeri tekan atau tidak
3) Telinga
I : Bentuk telinga, ada serumen/tidak, ada benda asing/tidak, ada
perdarahan/tidak, pendengaran baik/tidak,
P : ada nyeri tekan atau tidak
4) Hidung
I : Hidung tampak simetris/tidak, bersih, secret/tidak, ada
polip/tidak, ada perdarahan/tidak, penciuman baik/tidak.
P : Ada nyeri tekan atau tidak
5) Mulut dan Gigi
I : kebersihan, cyanosis/tidak, ada luka/tidak, adakah labioschizis,
menggunakan gigi palsu tidak, ada radang, perdarahan tidak.
b. Leher
I : Posisi trachea simetris/tidak, warna kulit leher merata/tidak
P : Ada pembesaran kelenjer tyroid/tidak, ada pembesaran kelenjer
limfe/tidak
c. Thorak
1) Paru-paru
I : bentuk dada, reaksi intercostae, reaksi suprasternal, pernafasan
cuping hidung, ortopnea
P : Kaji ada nyeri tekan, tanda-tanda peradangan, ekspansi
simetris/tidak, taktil vremitus.
P : resonan (sonor), dullnes (pekak), timpani, hiper resonan, suara
paru yang normal resonan/sonor.
A : Ada bunyi nafas tambahan/tidak, wheezing, ronchi/tidak
2) Jantung
I : Bentuk dada, warna kulit, edema.
P : Denyutan apex cordis teraba/tidak
P : Biasanya Suara pekak
A : Biasanya terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung
II/S2 (dup), tidak ada bunyi jantung tambahan S3/S4
3) Abdomen
I : Lesi, bekas operasi, dan warna kulit merata/tidak
P : Terdapat nyeri tekan ada/tidak
P : Biasanya terdengar Tympani
A : bising usus
4) Punggung
I : Punggung simetris/tidak, lesi, warna kulit merata/tidak, ada
bekas luka/tidak
P : Ada nyeri tekan/tidak
5) Ektremitas
I : Simetris tidak, integritas kulit baik tidak, kekuatan otot, ada lesi
tidak, ada edema tidak
6) Genetalia
I : Apakah terpasang kateter tidak, varises, edema, tumor/benjolan,
infeksi, luka atau iritasi, pengeluaran cairan atau darah.
G. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas ditandai dengan
tekanan darah meningkat (D.0008)
2. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis ditandai dengan klien menyeluh
nyeri dan tampak meringis (D.0077)
3. Intoleransi Aktifitas b/d kelemahan ditandai dengan klien mengeluh lelah
(D.0056)
4. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d hiperksekresi jalan napas ditandai
dengan batuk tidak efektif (D.0001)
H. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
1 Penurunan curah Curah jantung meningkat (L.02008) Perawatan jantung (I.02075)
jantung b/d Kriteria Hasil : Observasi
perubahan 1. Kekuatan nadi perifer meningkat (5) 1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi:
kontraktilitas 2. Ejection fraction (EF) meningkat (5) dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, PND, peningkatan CVP).
ditandai dengan 3. Left ventricular stroke work Index 2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi:
tekanan darah (LVSWI), stroke volume index (SVI) peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena jugularis, palpitasi,
meningkat meningkat (5) ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
(D.0008) 4. Palpitasi, Bradikardi, Takikardi, 3. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu)
Gambaran EKG Aritmia menurun (5) 4. Monitor intake dan output cairan
5. Lelah, Edema menurun (5) 5. Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
6. Distensi vena jugularis menurun (5) 6. Monitor saturasi oksigen
7. Dispnea, Oliguria menurun (5) 7. Monitor keluhan nyeri dada (mis: intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
8. Pucat/sianosis menurun (5) presipitasi yang mengurangi nyeri)
9. Paroximal nocturnal dyspnea (PND) 8. Monitor EKG 12 sadapan
menurun (5) 9. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
10. Ortopnea, Batuk menurun (5) 10. Monitor nilai laboratorium jantung (mis: elektrolit, enzim jantung, BNP,
11. Suara jantung S3, S4 menurun (5) NTpro-BNP)
12. Hepatomegali menurun (5) 11. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas
13. Tekanan darah,pengisian kapiler (CRT) 12. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat (mis:
membaik (5) beta blocker, ACE Inhibitor, calcium channel blocker, digoksin)
Terapeutik
1. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki ke bawah atau posisi
nyaman
2. Berikan diet jantung yang sesuai (mis: batasi asupan kafein, natrium,
kolesterol, dan makanan tinggi lemak)
3. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat
4. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress, jika perlu
5. Berikan dukungan emosional dan spiritual
6. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94%
Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi dan bertahap
2. Anjurkan berhenti merokok
3. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
4. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian antiplatelet, antianginal (mis: nitrogliserin, beta
blocker, calcium channel blocker)
3. Kolaborasi pemberian morfin, jika perlu
2 Nyeri akut b/d Tingkat Nyeri menurun (L.08066) Manajemen Nyeri ( I.08238)
agen pencedera Kriteria Hasil : Observasi
fisiologis 1. Keluhan nyeri menurun (5) 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, skala,
ditandai dengan 2. Meringis menurun (5) intensitas nyeri
klien menyeluh 3. Sikap protektif menurun (5) 2. Idenfitikasi respon nyeri non verbal
nyeri dan 4. Gelisah, Kesulitan tidur menurun (5) 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
tampak meringis 5. Diaforesis, mual, muntah menurun (5) 4. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
(D.0077) 6. Frekuensi nadi, pola napas, tekanan 5. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
darah membaik (5) 6. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
7. Nafsu makan membaik (5) 7. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
8. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis: TENS,
hypnosis,akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
5. Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Pemberian Analgetik (I.08243)
Observasi
1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis: pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
2. Identifikasi Riwayat alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis: narkotika, non-narkotik, atau
NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
5. Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
1. Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal,
jika perlu
2. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
3. Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengoptimalkan respons pasien
4. Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
1. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
3 Intoleransi Toleransi aktivitas meningkat (L.05047) Manajemen Energi (I.05178)
Aktifitas b/d Kriteria Hasil : Observasi
kelemahan 1. Keluhan Lelah menurun (5) 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
ditandai dengan 2. Dispnea saat aktivitas menurun (5) 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
klien mengeluh 3. Dispnea setelah aktivitas menurun (5) 3. Monitor pola dan jam tidur
lelah (D.0056) 4. Frekuensi nadi membaik (5) 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya, suara,
kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
4 Bersihan jalan Bersihan jalan napas meningkat Manajemen jalan Nafas (I.01011)
napas tidak (L.01002) Observasi
efektif b/d Kriteria Hasil : 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
hiperksekresi 1. Batuk efektif meningkat (5) 2. Monitor bunyi napas tambahan (misalnya: gurgling, mengi, wheezing,
jalan napas 2. Produksi sputum menurun (5) ronchi kering)
ditandai dengan 3. Mengi menurun (5) 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
batuk tidak 4. Wheezing menurun (5) Terapeutik
efektif (D.0001) 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw
thrust jika curiga trauma fraktur servikal)
2. Posisikan semi-fowler atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada kontraindikasi
2. Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reny. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : EGC
Muttaqin, A., (2010). Pengantar Pengantar Asuhan Keperawatan Keperawatan
Klien Dengan Gangguan Gangguan Sistem Kardiovaskular . Jakarta :
Salemba Medika.
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Indikator
Diagnostik. Ed 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Ed 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan Ed 1. Jakarta : DPP PPNI
Price, S.A., (2014). Patofisiologi : Patofisiologi : konsep klinis konsep klinis
proses-proses proses-proses penyakit volume penyakit volume I . Jakarta :
EGC.
Ningsih, A.(2012). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa).
Yogyakarta: Nuha Medika.
Udjianti, W.J., (2010). Keperawatan Kardiovaskular . Jakarta : Salemba Medika.
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

A. PENGKAJIAN

1. Pengumpulan Data
a. Identitas
1) Identitas pasien
Nama : Tn. T
Umur : 49 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Selogiri
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Status perkawinan : Kawin
No Rekam Medis : 692XXX
Tanggal masuk : 28 Januari 2024 jam 15:42
Tanggal pengkajian: 29 Januari 2024 jam 08:00
Diagnosa medis : STEMI Inferior
2) Identitas penanggungjawab
Nama : Ny. N
Hubungan dengan Klien : Istri
Alamat : Selogiri
b. Riwayat Kesehatan Klien
1) Keluhan utama

Nyeri dada kiri (ampeg) tembus ke punggung sejak jam 12:00 WIB,
nafas terasa berat, pasien mengeluh lelah, tampak meringis kesakitan
menahan nyeri

2) Alasan masuk ICU


Memerlukan observasi dan intervensi keperawatan secara intensif
3) Riwayat kesehatan sekarang
Sejak pukul 12.00 WIB tanggal 28 Januari 2024 pasien mengeluh nyeri
dada kiri (ampeg) tembus ke punggung, keringat dingin, kemudian oleh
keluarga pasien dibawa ke IGD RSUD dr Soediran Mangun Sumarso,
sampai IGD pada pukul 15:42 WIB. Di IGD mendapatkan terapi infus
RL loading 1000 cc dalam 2 jam selanjutnya infus ganti asering 20 tpm,
injeksi fibrion 1,5 juta unit, injeksi diviti, injeksi lansoprazole 40 mg,
CPG 75mg 4 tablet, aspilet 80 mg 4 tablet
Pengkajian Nyeri :
P: nyeri memberat saat beraktifitas dan tidak berkurang dengan
istirahat
Q: nyeri seperti tertindih beban dan tertusuk benda tajam yang menjalar
sampai ke punggung
R: dada kiri menjalar ke punggung dan leher
S: Skala nyeri 6
T: nyeri secara terus menerus
4) Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami cedera atau sakit
sebelumnya yang berkaitan dengan penyakitnya saat ini
5) Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada riwayat penyakit HT dan DM dalam keluarga
6) Primary Survey
a) Airway: jalan nafas paten, tidak ada sumbatan jalan nafas
b) Breathing: RR: 24 x/ menit, Pergerakan dada simetris, irama
regular
c) Circulation: Akral teraba dingin, TD: 89/ 55 mmHg, N:119 x/
menit, teraba lemah, S: 36,5oC, SpO2: 99%, CRT> 3 detik, mukosa
bibir lembab, warna kulit pucat, sklera tidak ikterik, konjungtiva
tidak anemis.
d) Disability: GCS: 15, E4M6V5, kesadaran compos mentis, pupil
isokor, kekuatan otot 5 di semua ekstremitas
e) Exposure: tidak ditemukan adanya trauma atau jejas
7) Secondary Survey
a) Kepala : rambut hitam, mesocepal, tidak ada nyeri tekan
maupun lesi
b) Mata : simetris, pupil isokor, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik,
c) Hidung : bersih, tidak ada sekret
d) Telinga : bersih, tidak ada serumen keluar
e) Leher : tidak ada peningkatan vena jugularis
f) Dada :
1) Paru
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, tidak ada penggunaan otot
bantu napas
Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi: nafas vesikuler, tidak ada suara tambahan paru
2) Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS 4 – 5 midclavicula
sinistra
Perkusi : pekak
Auskultasi: BJ 1 dan BJ 2 lup dup
3) Abdomen
Inspeksi : tak tampak jejas
Auskultasi: BU 12X/ menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, supel
Perkusi : timpani
g) Genitalia : terpasang DC, produksi urin (+), tidak ada hematuri
h) Kulit : terpasang IV line di tangan kiri, CRT > 3 detik
i) Ekstremitas : kekuatan otot 5 di semua ekstremitas, tangan kiri
terpasang infus asering 20 tpm, syring pump vascon 0,2
mcg/kgBB/mnt dan syring pump dobutamin 10 mcg/kgBB/mnt.
8) Tertiery survey
Pemeriksaan lab tanggal 28/1/2024
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal Ket
Hemoglobin 14,3 gr/dl 13.0 – 17.0
Leukosit 9600 10³/ul 4000-10.900
Eritrosit 4,74 Juta/ul 4.0-6.2
Trombosit 342 10³/ul 150-500
Hematokrit 42,4 % 40.0-54.0
GDS 148 mg/dl 75-140 Tinggi
Ureum 31 mg/dl 10-50
Kreatinin 1,0 mg/dl 0,6-1,1
SGOT 23 u/l <37
SGPT 17 u/l <42
Hs Troponin I 1103 ng/l <100 Tinggi
Natrium 138 mmol/l 136-145
Kalium 3,9 mmol/l 3,6-5,5
Chlorida 101 mmol/l 96-108
Pemeriksaan lab tanggal 29/1/2024
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal Ket
Asam Urat 5,3 mg/dl 3,4-7
Albumin 4,1 g/dl 3,8-5
Kolesterol Total 118 mg/dl <200
Trigliserida 82 mg/dl <150
HDL 41 mg/dl >45 Rendah
LDL 46 mg/dl <160
Pemeriksaan Radiologi tanggal 28/1/2024
Thorax : besar cor dalam batas normal, bronchitis
EKG : ST elevasi di lead II, III, AVF
Echocardiografi tanggal 30 Januari 2024
Dimensi LV : LVH eksentrik
Dimensi LA : Diameter LA normal
Dimensi RA-RV : Dimensi RA-RV normal
Kontraktilitas LV : menurun, LVEF 17%
Kontraktilitas RV: baik, TAPSE 1,8 cm
Fungsi diastolik : grade I
Wall motion : akinetik basal-mid anterior, anteroseptal, apikal
anterior,apikal septal, hipokinetik segmen lainnya
Katup-katup : MR mild, TR mild

Therapi
1. Diet : Bubur Jantung
2. Terapi di ICU: Infus asering 20 tpm
Injeksi Diviti 2,5 mg/24 jam
Injeksi lansoprazole 40 mg/24jam
syringepump dobutamin 10mcg/KgBB/mnt
syringepump vascon 0,2 mcg/KgBB/mnt
CPG 1X 75 mg
Aspilet 1X 80 mg
Sucralfat 3X 10 ml
Atorvastatin 1X 40 mg
B. ANALISA DATA
No. Tanggal/ jam Data Fokus Etiologi Problem
1 29 Januari 2024 DS: Pasien mengeluh nyeri dada kiri (ampeg) tembus ke Perubahan Afterload Penurunan Curah
08:20 WIB punggung, napas terasa berat Jantung (D. 0008)
DO: Akral teraba dingin
TD: 89/ 55 mmHg, N:119 x/ menit, S: 36,5oC,
SpO2: 99%
CRT> 3 detik, warna kulit pucat
DS: Pasien mengeluh nyeri dada kiri
2 29 Januari 2024 DO: Tampak meringis kesakitan menahan nyeri, Agen Pencedera Fisologis Nyeri Akut (D.0077)
08:30 WIB TD: 89/ 55 mmHg, N:119 x/ menit, S: 36,5oC, SpO2: (Iskemia)
99%
P: nyeri saat beraktifitas dan tidak berkurang dengan
istirahat
Q: nyeri seperti tertindih beban dan tertusuk benda
tajam yang menjalar sampai ke punggung
R: dada kiri menjalar ke punggung dan leher
S: Skala nyeri 6
T: nyeri secara terus menerus
3 29 Januari 2024 DS: Pasien mengeluh lelah, nyeri dada kiri memberat kelemahan Intoleran aktivitas
08:40 WIB untuk aktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat (D.0056)
DO: Nadi 119 X/menit
Pasien istirahat total di tempat tidur (bedrest)

C. PRIORITAS MASALAH
1. Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan Afterload (D. 0008)
2. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisologis (Iskemia) (D.0077)
3. Intoleran aktivitas b.d kelemahan (D.0056)

D. RENCANA KEPERAWATAN
No Tanggal Dx. Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 29 Januari 2024 Penurunan Curah Jantung Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Jantung Akut (I.02076)
08:40 WIB b.d Perubahan Afterload 3X24 jam, diharapkan curah jantung Observasi
(D. 0008) (L.02008) meningkat dengan kriteria 1.Identifikasi karakteristik nyeri dada (meliputi
hasil: faktor pemicu dan pereda, kualitas, lokasi,
1. Takikardi menurun radiasi, skala, durasi dan frekuensi)
2. CRT < 2 detik
3. Dispnea menurun 2.Monitor EKG 12 sandapan untuk perubahan ST
4. Pucat/cyanosis menurun dan T
5. Tekanan darah membaik 3.Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan
resiko aritmia (mis. Kalium, magnesium dan
serum)
4.Monitor saturasi oksigen
Terapeutik
5.Pertahankan tirah baring minimal 12 jam
6.Pasang akses intravena
7.Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
ansietas dan stres
8.Sediakan lingkungan yang kondusif untuk
beristirahat dan pemulihan
9.Berikan dukungan emosional dan spiritual
Edukasi
1. Anjurkan segera melapor jika nyeri dada
2. Anjurkan menghindari manuver Valsava (mis.
mengedan saat BAB atau batuk)
3. Ajarkan teknik menurunkan kecemasan dan
ketakutan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian platelet, jika perlu
2.Kolaborasi pemberian obat untuk mencegah
manuver Valsava (mis. Pelunak tinja,
antiemetik)
3.Kolaborasi pencegahan thrombus dengan
antikoagulan, jika perlu
4.Kolaborasi pemeriksaan X-ray dada, jika perlu
2 29 Januari 2024 Nyeri Akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (I.008238)
08:40 WIB Pencedera Fisologis 3X24 jam, diharapkan tingkat nyeri Observasi
(Iskemia) (D.0077) (L.08066) menurun dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi
1. Keluhan nyeri berkurang menjadi skala dan frekuensi
1-2 2. Identifikasi skala nyeri
2. Tak tampak gelisah 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
3. Nadi 80-90x/ menit meringankan nyeri
4. TD 120/80 mmHg 4. Identifikasi respon nyeri non verbal
5. Ekspresi wajah rileks Terapeutik
1. Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (misal terapi musik)
Edukasi
1. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (nafas dalam)
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
3 29 Januari 2024 Intoleran aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Energi (I.05178)
08:40 WIB kelemahan (D.0056) 3X24 jam, diharapkan toleransi aktivitas Observasi
(L.05047) meningkat 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
dengan kriteria hasil: mengakibatkan kelelahan
1. Keluhan nyeri berkurang menjadi 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
skala 1 bahkan 0 Terapeutik
2. Nadi 80-90x/ menit 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
3. TD 120/80 mmHg stimulus (mis: cahaya, suara, kunjungan)
4. Ekspresi wajah rileks 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau
aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

E. IMPLEMENTASI
No Dx Hari,Tanggal Implementasi Respon Paraf
1, 2 Senin Mengidentifikasi karakteristik nyeri dada (meliputi faktor S: Pasien mengeluh nyeri dada kiri Kinar
29/1/2024 pemicu dan pereda, kualitas, lokasi, radiasi, skala, durasi O:
09:00 dan frekuensi) P: nyeri saat beraktifitas dan tidak
2 09:30 Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan berkurang dengan istirahat
meringankan nyeri Q: nyeri seperti tertindih beban dan
tertusuk benda tajam yang menjalar sampai
ke punggung
R: dada kiri menjalar ke punggung dan
leher
S: Skala nyeri 6
1 10:00 Memonitor EKG 12 sandapan untuk perubahan ST dan T T: nyeri secara terus menerus
S:-
3 10:30 Menganjurkan pasien untuk tirah baring/bedrest minimal O : ECG terdapat ST elevasi di lead II,III,AVF
12 jam
S : Pasien mengatakan mau istirahat total agar
2 11:00 Mengidentifikasi respon nyeri non verbal nyeri berkurang Kinar
O : Pasien tampak bedrest
1 12:00 Melakukan pemberian anti koagulan S: -
O: Pasien tampak meringis menahan nyeri
2 12:15 Melakukan kolaborasi dalam pemberian analgetik S : Pasien mengatakan mau minum obat oral
O: CPG 75 mg masuk per oral
S : Pasien mengatakan masih nyeri dada
1 12:30 Memonitor elektrolit yang dapat meningkatkan resiko O : Injeksi morphin ekstra 2 mg bolus di
aritmia (mis. Kalium, magnesium dan serum) oplos 10 ml masuk IV
S :-
3 13:00 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan O : Hasil elektrolit normal, natrium 138,
asupan makanan kalium 3,9, chlorida 101
S : Pasien mengatakan habis ½ porsi makan
yang disediakan dari rumah sakit
O : Diit pasien yaitu bubur jantung, pasien tak
muntah
3 Selasa, Memberikan diit pasien S : Pasien mengatakan mau makan Kinar
30/1/2024 O : Pasien mampu menghabiskan ¾ porsi
07:15 makan yang disediakan rumah sakit
1 07:30 Melakukan kolaborasi dalam pemberian anti platelet S : Pasien mengatakan mau minum obat
O : Aspilet 80 mg masuk per oral
3 08:00 Memonitor saturasi oksigen S:-
O: saturasi oksigen 99% Kinar
2 08:30 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi,skala S: Pasien mengeluh nyeri dada kiri berkurang
dan frekuensi O: Pasien tampak lebih rileks
P: nyeri saat berpindah posisi
Q: nyeri seperti tertindih beban
R: dada kiri
S: Skala nyeri 3
T: kurang lebih 3 menit
2 09:10 Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi S: Pasien mengatakan mau melakukan nafas
rasa nyeri (nafas dalam) dalam,relaksasi distraksi bila nyeri timbul
O: Pasien paham dan mampu mempraktekkan
nafas dalam,relaksasi distraksi
2 10:00 Menganjurkan segera melapor jika nyeri dada S: Pasien mengatakan mau melapor bila nyeri
dada bertambah
O: Pasien tampak menahan nyeri
3 11:00 Menyediakan lingkungan yang kondusif untuk S : Pasien mengatakan ingin istirahat agar
beristirahat dan pemulihan nyeri berkurang
O : Pasien tidur posisi supinasi head up 15⁰,
lampu di matikan, AC hidup 26⁰C
1 12:00 Memonitor tanda tanda vital S:-
O: TD: 118/ 73 mmHg, N: 92 x/ menit, S: Kinar
o
36 C, SpO2: 99%
3 12:30 Memonitor kelelahan fisik dan emosional S: Pasien mengatakan badan lebih segar
O: Pasien tampak lebih bugar
1 13:00 Melakukan kolaborasi dalam pemberian anti thrombus S: Pasien mengatakan mau disuntik
O: Injeksi diviti 2,5 mg masuk subcutan area
sekitar umbilicus pasien
3 13:20 Melakukan latihan rentang gerak aktif S: Pasien mengatakan sudah mulai miring
kanan,kiri,berlatih duduk
O: Posisi tidur di setting setengah duduk
(pasien latihan duduk)
1 Rabu,31/1/2024 Memonitor EKG S:- Kinar
14:30 O: ECG terdapat ST elevasi di lead II,III,AVF
1 15:00 Melakukan kolaborasi pemberian obat untuk mencegah S: Pasien mengatakan mau di berikan obat
manuver Valsava (mis. Pelunak tinja, antiemetik) perangsang BAB
O: Dulcolax 3 supp masuk lewat anus pasien
1 15:30 Menganjurkan tidak mengedan saat terasa BAB
S: Pasien mengatakan mau mengikuti anjuran
perawat
2 16:00 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, skala O: Pasien tampak paham anjuran perawat Kinar
dan frekuensi nyeri S: Pasien mengeluh nyeri dada kiri berkurang
banyak
O: P: nyeri saat berpindah posisi
Q: nyeri seperti tertusuk
R: dada kiri
S: Skala nyeri 2
2 16:30 Mengidentifikasi respon nyeri non verbal T: kurang lebih 3 menit
S: Pasien mengeluh nyeri dada banyak
berkurang
2 17:00 Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus O: ekspresi wajah pasien lebih rileks
(mis: cahaya, suara, kunjungan) S: Pasien mengatakan ingin istirahat agar
nyerinya hilang
O: Pasien posisi tidur supinasi head up 15⁰,
lampu di matikan, AC hidup 26⁰C, pengunjung
3 18:00 Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap 2 orang saja
S: Pasien mengatakan mau mengikuti anjuran
perawat
O: Pasien mobilisasi duduk dilanjutkan
Latihan berdiri diruang rawat

F. EVALUASI
No Dx Hari,Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf
1 Senin, Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan S: Pasien mengeluh nyeri dada kiri (ampeg) tembus ke Kinar
29/1/2024 Afterload (D. 0008) punggung, napas terasa berat
12:30 O: Akral teraba dingin
TD: 129/ 75 mmHg, N:89 x/ menit, S: 36,5oC, SpO2:
99%
CRT> 3 detik, warna kulit pucat
A : Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi :
1. Memonitor EKG
2. Menganjurkan tirah baring minimal 12 jam
3. Menyediakan lingkungan yang kondusif untuk beristirahat
dan pemulihan
4. Menganjurkan tidak mengedan saat BAB
2 Senin, Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisologis S: Pasien mengeluh nyeri dada kiri Kinar
29/1/2024 (Iskemia) (D.0077) O: Tampak meringis kesakitan menahan nyeri,
13:00 TD: 129/ 75 mmHg, N:89 x/ menit, S: 36,5oC, SpO2:
99%
P: nyeri saat berpindah posisi
Q: nyeri seperti tertindih beban menjalar ke punggung Kinar
R: dada kiri menjalar ke punggung
S: Skala nyeri 5
T: kurang lebih 8 menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, skala
dan frekuensi nyeri
2. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
meringankan nyeri
3. Mengajarkan tekinik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (nafas dalam)
4. Melakukan kolaborasi dalam pemberian analgetik
3 Senin, Intoleran aktivitas b.d kelemahan S: Pasien mengeluh lelah, nyeri dada kiri memberat untuk Kinar
29/1/2024 (D.0056) berpindah posisi
13:30 O: Nadi 89 X/menit
Pasien istirahat total di tempat tidur (bedrest)
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Memonitor kelelahan fisik dan emosional
2. Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus Kinar
(mis: cahaya, suara, kunjungan)
3. Melakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
4 Selasa, Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan S: Pasien mengeluh nyeri dada kiri (ampeg) berkurang Kinar
30/1/2024 Afterload (D. 0008) O: Akral hangat
12:30 TD: 118/ 73 mmHg, N: 92 x/ menit, S: 36oC, SpO2: 99%
CRT 3 detik, warna kulit pucat
Syringepump dobutamine off, syringe pump vascon 0,05
mcg/KgBB/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi :
1. Memonitor EKG
2. Menyediakan lingkungan yang kondusif untuk
beristirahat dan pemulihan
3. Menganjurkan tidak mengedan saat BAB
5 Selasa, Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisologis S: Pasien mengeluh nyeri dada kiri berkurang Kinar
30/1/2024 (Iskemia) (D.0077) O: Pasien tampak lebih rileks
13:00 TD: 118/ 73 mmHg, N: 92 x/ menit, S: 36oC, SpO2: 99%
P: nyeri saat berpindah posisi
Q: nyeri seperti tertindih beban
R: dada kiri Kinar
S: Skala nyeri 3
T: kurang lebih 3 menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, skala
dan frekuensi nyeri
2. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
meringankan nyeri
3. Melakukan kolaborasi dalam pemberian analgetik
6 Selasa, Intoleran aktivitas b.d kelemahan S: Pasien mengeluh lelah berkurang, nyeri dada kiri Kinar
30/1/2024 (D.0056) berkurang
13:00 O: Nadi 92 X/menit
Pasien istirahat total di tempat tidur (bedrest) tetapi sudah
bisa mobilisasi miring kanan-kiri dan setengah duduk
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Memonitor kelelahan fisik dan emosional
2. Melakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
3. Menganjurkan mobilisasi bertahap
7 Rabu, Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan S: Pasien mengeluh nyeri dada kiri (ampeg) berkurang Kinar
31/1/2024 Afterload (D. 0008) banyak, nafas longgar
17:00 O:
- Akral hangat
- TD: 110/ 73 mmHg, N: 88 x/ menit, S: 36oC, SpO2: 98%
- CRT 2 detik
- Syringepump dobutamine off, syringe pump vascon off
- Pasien sudah BAB, advise dr Affandi,SpJP bila sudah
BAB boleh pindah ruang
- Pasien dipindahkan ke ruang rawat biasa jam 18:30 WIB
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
8 Rabu, Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisologis S: Pasien mengeluh nyeri dada kiri berkurang banyak Kinar
31/1/2024 (Iskemia) (D.0077) O: Pasien tampak lebih rileks
17:30 TD: 110/ 73 mmHg, N: 88 x/ menit, S: 36oC, SpO2: 98%
P: nyeri saat berpindah posisi
Q: nyeri seperti tertusuk
R: dada kiri
S: Skala nyeri 2
T: kurang lebih 3 menit
A : Masalah teratasi sebagian Kinar
P : Lanjutkan intervensi
1. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
meringankan nyeri
2. Menganjurkan melakukan nafas dalam, relaksasi distraksi
bila nyeri dada timbul
9 Rabu, Intoleran aktivitas b.d kelemahan S: Pasien mengatakan badan terasa lebih segar Kinar
31/1/2024 (D.0056) O: Nadi 88 X/menit
18:00 Pasien sudah latihan mobilisasi duduk
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Menganjurkan pasien untuk mobilisasi secara bertahap
dari duduk ke berdiri bahkan berjalan (di ruangan
rawat)

Anda mungkin juga menyukai