STEMI
A. Pengertian
STEMI merupakan sindroma klinis yang didefinisikan dengan tanda
gejala dan karakteristik iskemi miokard dan berhubungan dengan persisten
ST elevasi dan pengeluaran biomarker dari nekrosis miokard. Cardiac
troponin merupakan biomarker yang digunakan untuk diagnosis infark
miokard (AHA,2015).
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot
jantung secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses
degeneratif maupun dipengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai
keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada
pemeriksaan EKG. STEMI adalah cermin dari pembuluh darah koroner
tertentu yang tersumbat total sehingga aliran darahnya benar-benar terhenti,
otot jantung tidak dapat nutrisi-oksigen dan mati. Selain itu STEMI
merupakan infark yang terjadi diseluruh dinding miokard, dari endocardium
ke epicardium dengan lokasi di anterior, inferior, maupun lateral.
Karakteristiknya antara lain terdapat elevasi gelombang ST dan Q pada
ECG, adanya isoenzime CK-MB 3-6 jam setelah onset dan terus meningkat
hingga 12-24 jam (Rohman dan Walid, 2016).
B. Etiologi
Penyebab STEMI menurut Ningsih (2014) secara umum, antara lain:
1. Thrombus dan/atau embolus yang menyebabkan aterosklerosis dan
aklusis di arteri coroner
2. Vasospasme (vasokonstriksi atau penyempitan mendadak) pada arteri
Coroner
3. Penurunan suplai oksigen (tekanan darah rendah, kehilangan darah yang
akut atau anmeia).
4. Penyempitan arteri koroner nonsklerolik
5. Penyempitan aterorosklerotik
6. Plak aterosklerotik
7. Lambatnya aliran darah di daerah plak atau oleh viserasi plak
8. Peningkatan kebutuhan oksigen miokardium
9. Penyempitan arteri oleh perlambatan jantung selama tidur
10. Spasme otot segmental pada arteri kejang otot
Faktor resiko STEMI yang tidak dapat dirubah dan faktor resiko yang dapat
diubah menurut Prince (2014), Faktor yang tidak dapat dirubah:
1. Usia
Walaupun akumulasi plak atherosclerotic merupakan proses yang
progresif. Oleh karena itu, pada usia antara 40 dan 60 tahun, insiden
infark miokard pada pria meningkat lima kali lipat.
2. Jenis kelamin
Infark miokard jarang ditemukan pada wanita premenopause kecuali jika
terdapat diabetes, hiperlipidemia, dan hipertensi berat. Setelah
menopause, insiden penyakit yang berhubungan dengan atherosclerosis
meningkat bahkan lebih besar jika dibandingkan dengan pria.
3. Ras
Amerika-Afrika lebih rentan terhadap aterosklerosis daripada orang kulit
putih
4. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang positif terhadap penyakit jantung koroner
(saudara, orang tua yang menderita penyakit ini sebelum usia 50 tahun)
meningkatkan kemungkinan timbulnya STEMI.
C. Patofisiologi
STEMI biasa terjadi ketika aliran darah koroner menurun secara
tiba-tiba setelah oklusi trombotik dari arteri koroner yang sebelumnya
mengalami atherosclerosis. STEMI terjadi ketika thrombus pada arteri
koroner berkembang secara cepat pada tempat terjadinya kerusakan
vascular. Kerusakan ini difasilitasi oleh beberapa faktor, seperti merokok,
hipertensi, dan akumulasi lipid. Pada sebagian besar kasus, STEMI terjadi
ketika permukaan plak atherosclerotic mengalami ruptur sehingga
komponen plak tersebut terekspos dalam darah dan kondisi yang
mendukung trombogenesis (terbentuknya thrombus). Mural thrombus
(thrombus yang menempel pada pembuluh darah) terbentuk pada tempat
rupturnya plak, dan terjadi oklusi pada arteri koroner. Setelah platelet
monolayer terbentuk pada tempat terjadinya ruptur plak, beberapa agonis
(kolagen, ADP, epinefrin, serotonin) menyebabkan aktivasi platelet. Setelah
stimulasi agonis platelet, thromboxane A2 (vasokonstriktor local yang kuat)
dilepas dan terjadi aktivasi platelet lebih lanjut.
Selain pembentukan thromboxane A2, aktivasi platelet oleh agonis
meningkatkan perubahan konformasi pada reseptor glikoprotein IIb/IIIa.
Ketika reseptor ini dikonversi menjadi bentuk fungsionalnya, reseptor ini
akan membentuk protein adhesive seperti fibrinogen. Fibrinogen adalah
molekul multivalent yang dapat berikatan dengan dua platelet secara
simultan, menghasilkan ikatan silang patelet dan agregasi. Kaskade
koagulasi mengalami aktivasi karena paparan faktor jaringan pada sel
endotel yang rusak, tepatnya pada area rupturnya plak. Aktivasi faktor VII
dan X menyebabkan konversi protrombin menjadi thrombin, yang
kemudian mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin. Arteri koroner
seringkali mengalami oklusi karena thrombus yang terdiri dari agregat
platelet dan benang-benang fibrin.Pada sebagian kecil kasus STEMI terjadi
karena emboli arteri koroner, abnormalitas congenital, spasme korone
(Udjianti, 2015).
Pathway
Aterosklerosis,thrombosis, kontraksi arteri koronaria
Nekrosis
Penurunan
Curah
Metabolisme anaerob Seluler hipoksia
Jantung
Gangguan
Timbunan asam laktat meningkat Pertukaran Integritas membran sel berubah
Nyeri
Gas
Takipnea/dispnea
Aspiani, Reny. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : EGC
Muttaqin, A., (2010). Pengantar Pengantar Asuhan Keperawatan Keperawatan
Klien Dengan Gangguan Gangguan Sistem Kardiovaskular . Jakarta :
Salemba Medika.
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Indikator
Diagnostik. Ed 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Ed 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan Ed 1. Jakarta : DPP PPNI
Price, S.A., (2014). Patofisiologi : Patofisiologi : konsep klinis konsep klinis
proses-proses proses-proses penyakit volume penyakit volume I . Jakarta :
EGC.
Ningsih, A.(2012). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa).
Yogyakarta: Nuha Medika.
Udjianti, W.J., (2010). Keperawatan Kardiovaskular . Jakarta : Salemba Medika.
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas
1) Identitas pasien
Nama : Tn. T
Umur : 49 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Selogiri
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Status perkawinan : Kawin
No Rekam Medis : 692XXX
Tanggal masuk : 28 Januari 2024 jam 15:42
Tanggal pengkajian: 29 Januari 2024 jam 08:00
Diagnosa medis : STEMI Inferior
2) Identitas penanggungjawab
Nama : Ny. N
Hubungan dengan Klien : Istri
Alamat : Selogiri
b. Riwayat Kesehatan Klien
1) Keluhan utama
Nyeri dada kiri (ampeg) tembus ke punggung sejak jam 12:00 WIB,
nafas terasa berat, pasien mengeluh lelah, tampak meringis kesakitan
menahan nyeri
Therapi
1. Diet : Bubur Jantung
2. Terapi di ICU: Infus asering 20 tpm
Injeksi Diviti 2,5 mg/24 jam
Injeksi lansoprazole 40 mg/24jam
syringepump dobutamin 10mcg/KgBB/mnt
syringepump vascon 0,2 mcg/KgBB/mnt
CPG 1X 75 mg
Aspilet 1X 80 mg
Sucralfat 3X 10 ml
Atorvastatin 1X 40 mg
B. ANALISA DATA
No. Tanggal/ jam Data Fokus Etiologi Problem
1 29 Januari 2024 DS: Pasien mengeluh nyeri dada kiri (ampeg) tembus ke Perubahan Afterload Penurunan Curah
08:20 WIB punggung, napas terasa berat Jantung (D. 0008)
DO: Akral teraba dingin
TD: 89/ 55 mmHg, N:119 x/ menit, S: 36,5oC,
SpO2: 99%
CRT> 3 detik, warna kulit pucat
DS: Pasien mengeluh nyeri dada kiri
2 29 Januari 2024 DO: Tampak meringis kesakitan menahan nyeri, Agen Pencedera Fisologis Nyeri Akut (D.0077)
08:30 WIB TD: 89/ 55 mmHg, N:119 x/ menit, S: 36,5oC, SpO2: (Iskemia)
99%
P: nyeri saat beraktifitas dan tidak berkurang dengan
istirahat
Q: nyeri seperti tertindih beban dan tertusuk benda
tajam yang menjalar sampai ke punggung
R: dada kiri menjalar ke punggung dan leher
S: Skala nyeri 6
T: nyeri secara terus menerus
3 29 Januari 2024 DS: Pasien mengeluh lelah, nyeri dada kiri memberat kelemahan Intoleran aktivitas
08:40 WIB untuk aktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat (D.0056)
DO: Nadi 119 X/menit
Pasien istirahat total di tempat tidur (bedrest)
C. PRIORITAS MASALAH
1. Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan Afterload (D. 0008)
2. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisologis (Iskemia) (D.0077)
3. Intoleran aktivitas b.d kelemahan (D.0056)
D. RENCANA KEPERAWATAN
No Tanggal Dx. Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 29 Januari 2024 Penurunan Curah Jantung Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Jantung Akut (I.02076)
08:40 WIB b.d Perubahan Afterload 3X24 jam, diharapkan curah jantung Observasi
(D. 0008) (L.02008) meningkat dengan kriteria 1.Identifikasi karakteristik nyeri dada (meliputi
hasil: faktor pemicu dan pereda, kualitas, lokasi,
1. Takikardi menurun radiasi, skala, durasi dan frekuensi)
2. CRT < 2 detik
3. Dispnea menurun 2.Monitor EKG 12 sandapan untuk perubahan ST
4. Pucat/cyanosis menurun dan T
5. Tekanan darah membaik 3.Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan
resiko aritmia (mis. Kalium, magnesium dan
serum)
4.Monitor saturasi oksigen
Terapeutik
5.Pertahankan tirah baring minimal 12 jam
6.Pasang akses intravena
7.Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
ansietas dan stres
8.Sediakan lingkungan yang kondusif untuk
beristirahat dan pemulihan
9.Berikan dukungan emosional dan spiritual
Edukasi
1. Anjurkan segera melapor jika nyeri dada
2. Anjurkan menghindari manuver Valsava (mis.
mengedan saat BAB atau batuk)
3. Ajarkan teknik menurunkan kecemasan dan
ketakutan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian platelet, jika perlu
2.Kolaborasi pemberian obat untuk mencegah
manuver Valsava (mis. Pelunak tinja,
antiemetik)
3.Kolaborasi pencegahan thrombus dengan
antikoagulan, jika perlu
4.Kolaborasi pemeriksaan X-ray dada, jika perlu
2 29 Januari 2024 Nyeri Akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (I.008238)
08:40 WIB Pencedera Fisologis 3X24 jam, diharapkan tingkat nyeri Observasi
(Iskemia) (D.0077) (L.08066) menurun dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi
1. Keluhan nyeri berkurang menjadi skala dan frekuensi
1-2 2. Identifikasi skala nyeri
2. Tak tampak gelisah 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
3. Nadi 80-90x/ menit meringankan nyeri
4. TD 120/80 mmHg 4. Identifikasi respon nyeri non verbal
5. Ekspresi wajah rileks Terapeutik
1. Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (misal terapi musik)
Edukasi
1. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (nafas dalam)
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
3 29 Januari 2024 Intoleran aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Energi (I.05178)
08:40 WIB kelemahan (D.0056) 3X24 jam, diharapkan toleransi aktivitas Observasi
(L.05047) meningkat 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
dengan kriteria hasil: mengakibatkan kelelahan
1. Keluhan nyeri berkurang menjadi 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
skala 1 bahkan 0 Terapeutik
2. Nadi 80-90x/ menit 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
3. TD 120/80 mmHg stimulus (mis: cahaya, suara, kunjungan)
4. Ekspresi wajah rileks 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau
aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
E. IMPLEMENTASI
No Dx Hari,Tanggal Implementasi Respon Paraf
1, 2 Senin Mengidentifikasi karakteristik nyeri dada (meliputi faktor S: Pasien mengeluh nyeri dada kiri Kinar
29/1/2024 pemicu dan pereda, kualitas, lokasi, radiasi, skala, durasi O:
09:00 dan frekuensi) P: nyeri saat beraktifitas dan tidak
2 09:30 Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan berkurang dengan istirahat
meringankan nyeri Q: nyeri seperti tertindih beban dan
tertusuk benda tajam yang menjalar sampai
ke punggung
R: dada kiri menjalar ke punggung dan
leher
S: Skala nyeri 6
1 10:00 Memonitor EKG 12 sandapan untuk perubahan ST dan T T: nyeri secara terus menerus
S:-
3 10:30 Menganjurkan pasien untuk tirah baring/bedrest minimal O : ECG terdapat ST elevasi di lead II,III,AVF
12 jam
S : Pasien mengatakan mau istirahat total agar
2 11:00 Mengidentifikasi respon nyeri non verbal nyeri berkurang Kinar
O : Pasien tampak bedrest
1 12:00 Melakukan pemberian anti koagulan S: -
O: Pasien tampak meringis menahan nyeri
2 12:15 Melakukan kolaborasi dalam pemberian analgetik S : Pasien mengatakan mau minum obat oral
O: CPG 75 mg masuk per oral
S : Pasien mengatakan masih nyeri dada
1 12:30 Memonitor elektrolit yang dapat meningkatkan resiko O : Injeksi morphin ekstra 2 mg bolus di
aritmia (mis. Kalium, magnesium dan serum) oplos 10 ml masuk IV
S :-
3 13:00 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan O : Hasil elektrolit normal, natrium 138,
asupan makanan kalium 3,9, chlorida 101
S : Pasien mengatakan habis ½ porsi makan
yang disediakan dari rumah sakit
O : Diit pasien yaitu bubur jantung, pasien tak
muntah
3 Selasa, Memberikan diit pasien S : Pasien mengatakan mau makan Kinar
30/1/2024 O : Pasien mampu menghabiskan ¾ porsi
07:15 makan yang disediakan rumah sakit
1 07:30 Melakukan kolaborasi dalam pemberian anti platelet S : Pasien mengatakan mau minum obat
O : Aspilet 80 mg masuk per oral
3 08:00 Memonitor saturasi oksigen S:-
O: saturasi oksigen 99% Kinar
2 08:30 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi,skala S: Pasien mengeluh nyeri dada kiri berkurang
dan frekuensi O: Pasien tampak lebih rileks
P: nyeri saat berpindah posisi
Q: nyeri seperti tertindih beban
R: dada kiri
S: Skala nyeri 3
T: kurang lebih 3 menit
2 09:10 Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi S: Pasien mengatakan mau melakukan nafas
rasa nyeri (nafas dalam) dalam,relaksasi distraksi bila nyeri timbul
O: Pasien paham dan mampu mempraktekkan
nafas dalam,relaksasi distraksi
2 10:00 Menganjurkan segera melapor jika nyeri dada S: Pasien mengatakan mau melapor bila nyeri
dada bertambah
O: Pasien tampak menahan nyeri
3 11:00 Menyediakan lingkungan yang kondusif untuk S : Pasien mengatakan ingin istirahat agar
beristirahat dan pemulihan nyeri berkurang
O : Pasien tidur posisi supinasi head up 15⁰,
lampu di matikan, AC hidup 26⁰C
1 12:00 Memonitor tanda tanda vital S:-
O: TD: 118/ 73 mmHg, N: 92 x/ menit, S: Kinar
o
36 C, SpO2: 99%
3 12:30 Memonitor kelelahan fisik dan emosional S: Pasien mengatakan badan lebih segar
O: Pasien tampak lebih bugar
1 13:00 Melakukan kolaborasi dalam pemberian anti thrombus S: Pasien mengatakan mau disuntik
O: Injeksi diviti 2,5 mg masuk subcutan area
sekitar umbilicus pasien
3 13:20 Melakukan latihan rentang gerak aktif S: Pasien mengatakan sudah mulai miring
kanan,kiri,berlatih duduk
O: Posisi tidur di setting setengah duduk
(pasien latihan duduk)
1 Rabu,31/1/2024 Memonitor EKG S:- Kinar
14:30 O: ECG terdapat ST elevasi di lead II,III,AVF
1 15:00 Melakukan kolaborasi pemberian obat untuk mencegah S: Pasien mengatakan mau di berikan obat
manuver Valsava (mis. Pelunak tinja, antiemetik) perangsang BAB
O: Dulcolax 3 supp masuk lewat anus pasien
1 15:30 Menganjurkan tidak mengedan saat terasa BAB
S: Pasien mengatakan mau mengikuti anjuran
perawat
2 16:00 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, skala O: Pasien tampak paham anjuran perawat Kinar
dan frekuensi nyeri S: Pasien mengeluh nyeri dada kiri berkurang
banyak
O: P: nyeri saat berpindah posisi
Q: nyeri seperti tertusuk
R: dada kiri
S: Skala nyeri 2
2 16:30 Mengidentifikasi respon nyeri non verbal T: kurang lebih 3 menit
S: Pasien mengeluh nyeri dada banyak
berkurang
2 17:00 Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus O: ekspresi wajah pasien lebih rileks
(mis: cahaya, suara, kunjungan) S: Pasien mengatakan ingin istirahat agar
nyerinya hilang
O: Pasien posisi tidur supinasi head up 15⁰,
lampu di matikan, AC hidup 26⁰C, pengunjung
3 18:00 Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap 2 orang saja
S: Pasien mengatakan mau mengikuti anjuran
perawat
O: Pasien mobilisasi duduk dilanjutkan
Latihan berdiri diruang rawat
F. EVALUASI
No Dx Hari,Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf
1 Senin, Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan S: Pasien mengeluh nyeri dada kiri (ampeg) tembus ke Kinar
29/1/2024 Afterload (D. 0008) punggung, napas terasa berat
12:30 O: Akral teraba dingin
TD: 129/ 75 mmHg, N:89 x/ menit, S: 36,5oC, SpO2:
99%
CRT> 3 detik, warna kulit pucat
A : Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi :
1. Memonitor EKG
2. Menganjurkan tirah baring minimal 12 jam
3. Menyediakan lingkungan yang kondusif untuk beristirahat
dan pemulihan
4. Menganjurkan tidak mengedan saat BAB
2 Senin, Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisologis S: Pasien mengeluh nyeri dada kiri Kinar
29/1/2024 (Iskemia) (D.0077) O: Tampak meringis kesakitan menahan nyeri,
13:00 TD: 129/ 75 mmHg, N:89 x/ menit, S: 36,5oC, SpO2:
99%
P: nyeri saat berpindah posisi
Q: nyeri seperti tertindih beban menjalar ke punggung Kinar
R: dada kiri menjalar ke punggung
S: Skala nyeri 5
T: kurang lebih 8 menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, skala
dan frekuensi nyeri
2. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
meringankan nyeri
3. Mengajarkan tekinik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (nafas dalam)
4. Melakukan kolaborasi dalam pemberian analgetik
3 Senin, Intoleran aktivitas b.d kelemahan S: Pasien mengeluh lelah, nyeri dada kiri memberat untuk Kinar
29/1/2024 (D.0056) berpindah posisi
13:30 O: Nadi 89 X/menit
Pasien istirahat total di tempat tidur (bedrest)
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Memonitor kelelahan fisik dan emosional
2. Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus Kinar
(mis: cahaya, suara, kunjungan)
3. Melakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
4 Selasa, Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan S: Pasien mengeluh nyeri dada kiri (ampeg) berkurang Kinar
30/1/2024 Afterload (D. 0008) O: Akral hangat
12:30 TD: 118/ 73 mmHg, N: 92 x/ menit, S: 36oC, SpO2: 99%
CRT 3 detik, warna kulit pucat
Syringepump dobutamine off, syringe pump vascon 0,05
mcg/KgBB/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi :
1. Memonitor EKG
2. Menyediakan lingkungan yang kondusif untuk
beristirahat dan pemulihan
3. Menganjurkan tidak mengedan saat BAB
5 Selasa, Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisologis S: Pasien mengeluh nyeri dada kiri berkurang Kinar
30/1/2024 (Iskemia) (D.0077) O: Pasien tampak lebih rileks
13:00 TD: 118/ 73 mmHg, N: 92 x/ menit, S: 36oC, SpO2: 99%
P: nyeri saat berpindah posisi
Q: nyeri seperti tertindih beban
R: dada kiri Kinar
S: Skala nyeri 3
T: kurang lebih 3 menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, skala
dan frekuensi nyeri
2. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
meringankan nyeri
3. Melakukan kolaborasi dalam pemberian analgetik
6 Selasa, Intoleran aktivitas b.d kelemahan S: Pasien mengeluh lelah berkurang, nyeri dada kiri Kinar
30/1/2024 (D.0056) berkurang
13:00 O: Nadi 92 X/menit
Pasien istirahat total di tempat tidur (bedrest) tetapi sudah
bisa mobilisasi miring kanan-kiri dan setengah duduk
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Memonitor kelelahan fisik dan emosional
2. Melakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
3. Menganjurkan mobilisasi bertahap
7 Rabu, Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan S: Pasien mengeluh nyeri dada kiri (ampeg) berkurang Kinar
31/1/2024 Afterload (D. 0008) banyak, nafas longgar
17:00 O:
- Akral hangat
- TD: 110/ 73 mmHg, N: 88 x/ menit, S: 36oC, SpO2: 98%
- CRT 2 detik
- Syringepump dobutamine off, syringe pump vascon off
- Pasien sudah BAB, advise dr Affandi,SpJP bila sudah
BAB boleh pindah ruang
- Pasien dipindahkan ke ruang rawat biasa jam 18:30 WIB
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
8 Rabu, Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisologis S: Pasien mengeluh nyeri dada kiri berkurang banyak Kinar
31/1/2024 (Iskemia) (D.0077) O: Pasien tampak lebih rileks
17:30 TD: 110/ 73 mmHg, N: 88 x/ menit, S: 36oC, SpO2: 98%
P: nyeri saat berpindah posisi
Q: nyeri seperti tertusuk
R: dada kiri
S: Skala nyeri 2
T: kurang lebih 3 menit
A : Masalah teratasi sebagian Kinar
P : Lanjutkan intervensi
1. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
meringankan nyeri
2. Menganjurkan melakukan nafas dalam, relaksasi distraksi
bila nyeri dada timbul
9 Rabu, Intoleran aktivitas b.d kelemahan S: Pasien mengatakan badan terasa lebih segar Kinar
31/1/2024 (D.0056) O: Nadi 88 X/menit
18:00 Pasien sudah latihan mobilisasi duduk
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Menganjurkan pasien untuk mobilisasi secara bertahap
dari duduk ke berdiri bahkan berjalan (di ruangan
rawat)