Angggota Kelompok :
Kelompok 5 Kelompok 6
FAKULAT KESEHATAN
TAHUN 2023
1.
A. Laporan Pendahuluan
1. Pengertian
Stemi merupakan sindroma klinis yang didefinisikan dengan tanda gejala
dan karakteristik iskemi miokard dan berhubungan dengan persisten STelevasi dan
pengeluaran biomarker dari nekrosis miokard. Cardiac troponin merupakan
biomarker yang digunakan untuk diagnosis infark miokard. (AHA,2015).
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung
secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif
maupun dipengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada,
peningkatan enzim jantung dan ST elevasi padapemeriksaan EKG. STEMI adalah
cermin dari pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat total sehingga aliran
darahnya benar-benar terhenti, otot jantung yang dipendarahi tidak dapat nutrisi-
oksigen dan mati. Selainitu STEMI merupakan Infark yang terjadi diseluruh dinding
miokard, dari endocardium ke epicardium dengan lokasi di anterior, inferior,
maupun lateral. Karakteristiknya antara lain terdapat elevasi gelombang ST dan
Qpada ECG, adanya isoenzime CK-MB 3-6 jam setelah onset terus meningkat hingga
12-24 jam (Rohman dan Walit, 2016).
2. Etiologi
Infark miokard disebabkan oleh oklusi arteri koroner setelah terjadinya rupture
vulnerable atherosclerotic plaque. Pada sebagian besar kasus, terdapat beberapa faktor
presipitasi yang muncul sebelum terjadinya STEMI, antara lain aktivitas fisik yang
berlebihan, stress emosional dan penyakit dalam lainnya. Selain itu, terdapat beberapa
faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya IMA pada individu. Faktor-faktor
resiko ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian besar, yaitu faktor resiko yang tidak dapat
diubah dan faktor resiko yang dapat diubah menurut (Smeltzer, Bare, Hankle, & Cheever,
2013) yakni :
1. Faktor yang tidak dapat diubah
a. Usia
Walaupun akumulasi plak atherosclerotic merupakan proses yang
progresif, biasanya tidak akan muncul manifestasi klinis sampai lesi mencapai
ambang kritis dan mulai menimbulkan kerusakan organ pada usia menengah
maupun usia lanjut. Oleh karena itu, pada usia antara 40 dan 60 tahun, insiden
infark miokard pada pria meningkat lima kali lipat.
b. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang positif terhadap penyakit jantung koroner
(saudara, orang tua yang menderita penyakit ini sebelum usia 50 tahun)
meningkatkan kemungkinan timbulnya IMA.
2. Faktor risiko yang dapat diubah:
a. Hipertensi
Hipertensi juga merupakan faktor risiko yang menyebabkan penyakit
arteri koroner. Tekanan darah yang tinggi akan dapat meningkatkan gradien
tekanan yang harus dilawan oleh ventrikel kiri saat memompa darah. Tekanan
darah yang tinggi terus menerus dapat mengakibatkan suplai kebutuhan oksigen
di jantung meningkat.
b. Merokok
Merokok dapat membuat penyakit koroner semakin memburuk di
akibatkankarena karbondioksida yang terkandung dalam asap rokok akan lebih
mudah mengikat hemoglobin daripada oksigen, sehingga oksigen yang dikirim
ke jantung menjadi berkurang. Nikotin pada tembakau dapat memicu pelepasan
katekolamin yang mengakibatkan konstriksi pada arteri dan membuat aliran darah
serta oksigen ke jaringan menjadi terganggu. Merokok dapat meningkatkan adhesi
trombosit yang akan dapat mengakibatkan kemungkinan peningkatan
pembentukan thrombus.
c. Stres Psikologik
Stres dapat mengakibatkan peningkatan katekolamin yang bersifat
aterogenik serta mempercepat terjadinya serangan.
3. Patofisiologi (Patway)
Factor pencetus :
Kelaian metabolisme (lemak, koagulasi darah, dan
keadaan biofisika,biokimian dinding arteri) - Hiperkolesrolemia
- DM
Aterosklorosis - Merokok
- Usian lanjut
Penurunan perfusi
Pembentukan tombus jaringan
Cardiac
Penurunan aliran darah koroner
output Suplai O2 ke paru
Iskemia stemi
MK : Penurunan Kompensasi RR
Kebutuhan O2 metabolisme Curah Jantung
Kontraksi miokard
Takipnea/dispnea
Produksi asam laktat
Td naik
MK : Pola Napas
Merangsang nosiseptor Tidak efektif
Penurunan kemampuan tubuh untuk
menyediankan energi
Angina pertoris
MK : Nyeri Akut
Kelemahan
MK : Intoleransi aktivitas
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari serangan jantung tiap orang tidak sama. Banyak
serangan jantung berjalan lambat sebagai nyeri ringan atau perasaan tidak nyaman.
Bahkan beberapa orang tanpa gejala sedikitpun (dinamakan silent heart attack).
Menurut (kasron, 2015) yaitu : tanda dan gejala STEMI adalah :
a) Nyeri dada
Mayoritas pasien dengan stemi (90%) datang dengan keluhan nyeri dada.
Perbedaan dengan nyeri pada angina adalah nyeri pada stemi lebih panjang
yaitu minimal 30 menit, sedangkan pada angina kurang dari itu. Disamping itu
pada angina biasanya nyeriakan hilang dengan istirahat akan tetapi tidak pada infark.
b) Sesak napas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akir
diastolic ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa menimbulkan
hiperventilasi. Pada infark yang tanpa gejala nyeri, sesak nafas merupakan tanda
adanya disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.
c) Gejala gastrointestinal,
meningkatkan aktivitas vagal di sebabkan muntah dan mual, namun
biasanya sering terjadi pada infark inferior,dan stimulasi diafragma pada infak
inferior bisa menyebabkan cegukan.
d) Gejala lain termasuk palpitasi, gelisah, rasa pusing, atau sinkop dan aritmia
ventrikel.
5. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Nitrogliserin
b. Morfin
Morfin sangat efektif mengurangi nyeri dada dan merupakan
analgesik pilihan dalam tata laksana nyeri dada pada STEMI. Morfin
diberikan dengan dosis 2 - 4 mg dapat tingkatkan 2 - 8 mg IV serta dapat di ulang
dengan interval 5 - 15 menit. Efek samping yang perlu diwaspadai pada
pemberian morfin adalah konstriksi vena dan arteriol melalui penurunan
simpatis, sehingga terjadi pooling vena yang akan mengurangi curah jantung
dan tekanan arteri (Tussolihah, 2018).
c. Aspirin
2. Non farmakologi
a. Aktivitas
6. Komplikasi
1. Gangguan hemodinamik
2. Komplikasi mekanik
1. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik ditandai dengan gangguan fungsi ventrikel kiri yang
berakibat gangguan fungsi ventrikel kiri yang mengakibatkan gangguan pada
perfusi jaringan atau penghantaran oksigen pada jaringan yang khas pada syok
kardiogenik yang disebabkan miokardium akut adalah hilangnya 40 % atau lebih
jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vokal di seluruh ventrikel
akibat tidak seimbang antara kebutuhan atau supply oksigen miokardium.
2. Edema paru
Edema paru terjadi di dalam tubuh dengan cara yang sama,. Faktor apapun
yang menyebabkan cairan interstitial paru meningkat dari negative menjadi
batas positif.
7. Pemeriksaan penunjang
1. Enzim troponin
Troponin adalah suatu protein regulator yang terdapat pada filamen tipis
aparatus kontraktil otot bergaris. Peningkatan kadar cTnT terdekteksi 3-4
jam setelah jejas miokard. Kadar cTnT mencapai puncak 12- 24 jam setelah
jejas (samsu, 2010). Peningkatan terus terjadi selama 7-14 hari. CTnT tetap
meningkat kira-kira 4-5 kali lebih lama dari pada CKMB. Diagnosis infark
miokard ditegakkan bila ditemukan enzim. troponin T ditemukan dalam 12 jam
pertama sebesar ≥0.03µg/L
2. EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan
simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi
kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
3. Coronary Angiography
Merupakan pemeriksaan khusus dengan sinar X pada jantung dan pembuluh
darah. Sering dilakukan selama serangan untuk menemukan letak sumbatan pada
arterikoroner. Kombinasi nyeri dada substernal >30 menit dan banyak
keringat dicurigai kuat adanya STEMI. Sekitar seperempat pasien infark anterior
mempunyai manifestasi hiperaktivitas saraf simpatis (takikardia dan atau
hipotensi sedangkan pada pasien infark inferior menunjukkan hiperaktivitas
parasimpatis (bradikardia dan atau hipotensi). Tanda fisis lain pada disfungsi
ventrikuler adalah S4 dan S3gallop, penurunan intensitas bunyi jantung
pertama dan splitparadoksikal bunyi jantung kedua (Isselbacher, 2008).
Selain pemeriksaan diatas ada pula pemeriksaan penunjang yang diperlukan
yaitu Laboratorium : Creatinin Posfakinase, Laju Endap Darah, Leukosit,
Kolesterol, Trigliserida, Kardiak iso-enzim, Analisa Gas Darah.
Diagnostik:FotoThorax, Tes Treadmill, Echocardiography, Angiografycoroner,
Multyslice Computed Tomografhy Scanning,Cardiac Magnetic Resonance
Imaging adionuclear Medicine, Vektocardiography, Scintygraphy Talium
(KaboPeter, 2011)
B. Asuhan Keperawatan
Pasien kelolaan kelompok Tn.Y pasien dirawat di ICCU dengan diagnosa Stemi
Anteroseptal
1. Faktor resiko kebiasaan merokok menahun dan tingginya kadar kolestrol dalam darah
2. Manajemen pasien Stemi
a. Terapi Fibrinolitik
b. Exercise
c. Terapi Non Farmakologis
d. Edukasi pasien
1) Dalam artikel yang telah di review, membahas tentang keterkaitan antara kasus kelolaan
yang membahas tentang STEMI. Perlu di ketahui bahwa STEMI adalah salah satu jenis
serangan jantung yang berupa penyumbatan pembuluh darah arteri koroner secara total
sehingga menyebabkan otot otot jantung tidak bisa mensuplai oksigen. STEMI terjadi
jika aliran darah koroner menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak
aterosklerotik. STEMI juga di sebabkan karena arteri koroner yang tersumbat
sepenuhnya, sehingga darah tidak bisa masuk ke dalam jantung. Menurut saya, STEMI
adalah salah satu jenis serangan jantung yang paling berbahaya, karena memiliki risiko
komplikasi dan kematian paling tinggi
2) Pada tn.Y ditemukan adanya sumbatan pada pembuluh darah arteri coroner kiri. Arteri
coroner kiri merupakan arteri coroner yang menyuplai darah ke otot jantungbagi anterior
dan septum jantung. Penyakit infarkmiokard merupakan gangguan aliran darah ke
jantung yang menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran darah di pembuluh darah
terhenti setelah terjadi sumbatan koroner akut, kecuali sejumlah kecil aliran kolateral dari
pembuluh darah di sekitarnya. Daerah otot di sekitarnya yang sama sekali tidak mendapat
aliran darah atau alirannya sangat sedikit sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi
otot jantung, dikatakan mengalami infark.
Tujuan dari terapi STEMI adalah memulihkan kembali aliran darah miokardium, untuk
menyelamatkan jantung dan menurunkan mortalitas serta menjaga fungsi ventrikel.
3) Infark miokard akut (IMA) merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering dinegara
maju. Laju mortalitas awal (30 hari) pada IMA adalah 30% dengan lebih dari separuh
kematian terjadi sebelum pasien mencapai rumah sakit. Walaupun laju mortalitas
menurun sebesar 30% dalam 2 dekade terakhir, sekitar 1 diantara 25 pasien yang tetap
hidup pada keperawatan awal, meninggal dalam tahun pertama setelah IMA. Infark
miokard akut dengan elevasi ST (ST elevation myocardial infarction = STEMI)
merupakan bagian dari spektrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri dari angina
pektoris tidak stabil, IMA tanpa elevasi ST dan IMA dengan elevasi ST (Sudoyo,
Setiyohadi, Alwi, K, & Setiati, 2010).
4) Infarction (STEMI) merupakan keadaan darurat yang disebabkan oleh sumbatan total
arteri koroner yang ditandai dengan gelombang ST elevasi atau Q dan dikaitkan dengan
kematian dini yang lebih tinggi. Tingkat kelangsungan hidup pasien STEMI secara klinis
sangat bervariasi berdasarkan profil dasar setiap pasien yang ditentukan oleh beberapa
variabel faktor resiko yang dimiliki.STEMI erat kaitannya dengan tingginya morbiditas
dan mortalitas. Meskipun beberapa dekade telah dilakukan penelitian dan clinical trial,
namun masih juga dijumpai 500.000 penderita dengan ST-Elevasi Miokard Infark
(STEMI) setiap tahun di Amerika. Data menunjukan bahwa mortalitas akibat STEMI
paling sering terjadi dalam 24-48 jam pasca onset dan laju mortalitas awal 30 hari setelah
serangan adalah 30%
Daftar Pustaka
Devi Darliana, 2020. Manajemen Pasien St Elevasi Miokardial Infark (Stemi). Nursing
Journal. Vol 2, No1
Kasron. 2012. Kelainan dan Penyakit Jantung Pencegahan Serta Pengobatan. Yogyakarta:
Nuha Medika
Lale Wisnu Andrayani, 2016. Exercise Pada Pasien Dengan St Elevasi Miokard Infark
(Stemi). Jurnal Kesehatan Prima, vol 10, No.2,Halaman : 1672-1681.
Rohmah & Walid. 2016. Studi Penggunaan Koagulan pada Pasien Infark Miokard Akut
dengan ST Elevasi. Skripsi Perpustakaan Universitas Airlangga. Surabaya.
Safitri Es, 2013. St Elevasi Miokard Infark (Stemi) Anteroseptal On Patient With Risk
Factor Smoking Habit And High Level Of Cholestrol.Vol 1, No 2
Smeltzer,S.C dan Bare, B.2015. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner &
Suddath (8 ed, Vol III), (M Ester, Penyut, A. Hartono, H. Y Kuncara, E.S, Siahaan,& A,
Waluyo, penej). Jakarta : EGC