Anda di halaman 1dari 18

SEMINAR KELOMPOK 5 DAN 6

LAPORAN PENDAHULUAN STEMI

Di ICCU RSUD Dr. M . Haulussy Ambon

Angggota Kelompok :

Kelompok 5 Kelompok 6

1. Bertha . V . Lakburlawal 1. Martha . Aprilia . Imuly


2. Emelia . E . Rijoly 2. Angel . F . Madubun
3. Iveni . O . Laturake 3. Ferti . Nusteli
4. Maria . Layaba 4. Nina . Sintike . Aurmatin
5. Marsela . H . K . Wattimena 5. Nensi . M . Mahakena
6. Charles . M. Saranamual 6. Norita . Rometna
7. Gloudia . Laura . Wenno 7. Nikston . A . Siahay
8. Leviona . Wamese 8. Nita . Elwarin
9. Martha . Nikijuluw 9. Ledya . Silawanebessy
10. Meiske . G . Hawandama 10. Jeklin . V .Mainake

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULAT KESEHATAN

UNIVERISTAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

TAHUN 2023

1.
A. Laporan Pendahuluan

1. Pengertian
Stemi merupakan sindroma klinis yang didefinisikan dengan tanda gejala
dan karakteristik iskemi miokard dan berhubungan dengan persisten STelevasi dan
pengeluaran biomarker dari nekrosis miokard. Cardiac troponin merupakan
biomarker yang digunakan untuk diagnosis infark miokard. (AHA,2015).
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung
secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif
maupun dipengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada,
peningkatan enzim jantung dan ST elevasi padapemeriksaan EKG. STEMI adalah
cermin dari pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat total sehingga aliran
darahnya benar-benar terhenti, otot jantung yang dipendarahi tidak dapat nutrisi-
oksigen dan mati. Selainitu STEMI merupakan Infark yang terjadi diseluruh dinding
miokard, dari endocardium ke epicardium dengan lokasi di anterior, inferior,
maupun lateral. Karakteristiknya antara lain terdapat elevasi gelombang ST dan
Qpada ECG, adanya isoenzime CK-MB 3-6 jam setelah onset terus meningkat hingga
12-24 jam (Rohman dan Walit, 2016).

2. Etiologi
Infark miokard disebabkan oleh oklusi arteri koroner setelah terjadinya rupture
vulnerable atherosclerotic plaque. Pada sebagian besar kasus, terdapat beberapa faktor
presipitasi yang muncul sebelum terjadinya STEMI, antara lain aktivitas fisik yang
berlebihan, stress emosional dan penyakit dalam lainnya. Selain itu, terdapat beberapa
faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya IMA pada individu. Faktor-faktor
resiko ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian besar, yaitu faktor resiko yang tidak dapat
diubah dan faktor resiko yang dapat diubah menurut (Smeltzer, Bare, Hankle, & Cheever,
2013) yakni :
1. Faktor yang tidak dapat diubah
a. Usia
Walaupun akumulasi plak atherosclerotic merupakan proses yang
progresif, biasanya tidak akan muncul manifestasi klinis sampai lesi mencapai
ambang kritis dan mulai menimbulkan kerusakan organ pada usia menengah
maupun usia lanjut. Oleh karena itu, pada usia antara 40 dan 60 tahun, insiden
infark miokard pada pria meningkat lima kali lipat.
b. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang positif terhadap penyakit jantung koroner
(saudara, orang tua yang menderita penyakit ini sebelum usia 50 tahun)
meningkatkan kemungkinan timbulnya IMA.
2. Faktor risiko yang dapat diubah:
a. Hipertensi
Hipertensi juga merupakan faktor risiko yang menyebabkan penyakit
arteri koroner. Tekanan darah yang tinggi akan dapat meningkatkan gradien
tekanan yang harus dilawan oleh ventrikel kiri saat memompa darah. Tekanan
darah yang tinggi terus menerus dapat mengakibatkan suplai kebutuhan oksigen
di jantung meningkat.

b. Merokok
Merokok dapat membuat penyakit koroner semakin memburuk di
akibatkankarena karbondioksida yang terkandung dalam asap rokok akan lebih
mudah mengikat hemoglobin daripada oksigen, sehingga oksigen yang dikirim
ke jantung menjadi berkurang. Nikotin pada tembakau dapat memicu pelepasan
katekolamin yang mengakibatkan konstriksi pada arteri dan membuat aliran darah
serta oksigen ke jaringan menjadi terganggu. Merokok dapat meningkatkan adhesi
trombosit yang akan dapat mengakibatkan kemungkinan peningkatan
pembentukan thrombus.
c. Stres Psikologik
Stres dapat mengakibatkan peningkatan katekolamin yang bersifat
aterogenik serta mempercepat terjadinya serangan.
3. Patofisiologi (Patway)
Factor pencetus :
Kelaian metabolisme (lemak, koagulasi darah, dan
keadaan biofisika,biokimian dinding arteri) - Hiperkolesrolemia
- DM
Aterosklorosis - Merokok
- Usian lanjut

Akumulasi/penimbunan atheroma plak di intima arteri

Penurunan perfusi
Pembentukan tombus jaringan

Cardiac
Penurunan aliran darah koroner
output Suplai O2 ke paru

Iskemia stemi
MK : Penurunan Kompensasi RR
Kebutuhan O2 metabolisme Curah Jantung
Kontraksi miokard
Takipnea/dispnea
Produksi asam laktat
Td naik
MK : Pola Napas
Merangsang nosiseptor Tidak efektif
Penurunan kemampuan tubuh untuk
menyediankan energi
Angina pertoris

MK : Nyeri Akut
Kelemahan

MK : Intoleransi aktivitas
4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dari serangan jantung tiap orang tidak sama. Banyak
serangan jantung berjalan lambat sebagai nyeri ringan atau perasaan tidak nyaman.
Bahkan beberapa orang tanpa gejala sedikitpun (dinamakan silent heart attack).
Menurut (kasron, 2015) yaitu : tanda dan gejala STEMI adalah :

a) Nyeri dada
Mayoritas pasien dengan stemi (90%) datang dengan keluhan nyeri dada.
Perbedaan dengan nyeri pada angina adalah nyeri pada stemi lebih panjang
yaitu minimal 30 menit, sedangkan pada angina kurang dari itu. Disamping itu
pada angina biasanya nyeriakan hilang dengan istirahat akan tetapi tidak pada infark.
b) Sesak napas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akir
diastolic ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa menimbulkan
hiperventilasi. Pada infark yang tanpa gejala nyeri, sesak nafas merupakan tanda
adanya disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.
c) Gejala gastrointestinal,
meningkatkan aktivitas vagal di sebabkan muntah dan mual, namun
biasanya sering terjadi pada infark inferior,dan stimulasi diafragma pada infak
inferior bisa menyebabkan cegukan.
d) Gejala lain termasuk palpitasi, gelisah, rasa pusing, atau sinkop dan aritmia
ventrikel.

5. Penatalaksanaan

1. Farmakologi

a. Nitrogliserin

Nitrogliserin (NTG) seblingual dapat diberikan dengan dosis 0,4 mg


dan dapat diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit. NTG selain untuk
mengurangi nyeri dada juga untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokard
dengan menurunkan preload dan meningkatkan suplai oksigen miokard
dengan cara dilatasi pembuluh koroner yang terkena infark atau pembuluh
kolateral. NTG harus dihindari pada pasien dengan tekanan darah sistolik < 90
mmHg atau pasien yang dicurigai mengalami infark ventrikel kanan (Bosson et
al., 2019).

b. Morfin
Morfin sangat efektif mengurangi nyeri dada dan merupakan
analgesik pilihan dalam tata laksana nyeri dada pada STEMI. Morfin
diberikan dengan dosis 2 - 4 mg dapat tingkatkan 2 - 8 mg IV serta dapat di ulang
dengan interval 5 - 15 menit. Efek samping yang perlu diwaspadai pada
pemberian morfin adalah konstriksi vena dan arteriol melalui penurunan
simpatis, sehingga terjadi pooling vena yang akan mengurangi curah jantung
dan tekanan arteri (Tussolihah, 2018).

c. Aspirin

Aspirin merupakan tata laksana dasar pada pasien yang dicurigai


STEMI. Inhibisi cepat siklooksigenase trombosit yang dilanjutkan dengan
reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi aspirin bukal dengan
dosis 162 mg - 325 mg di ruang emergensi dengan daily dosis 75-162 mg
(Tussolihah, 2018).

2. Non farmakologi

a. Aktivitas

Faktor-faktor yang meningkatkan kerja jantung selama masa-masa awal


infark dapat meningkatkan ukuran infark. Oleh karena itu, pasien dengan STEMI
harus tetap berada pada tempat tidur selama 12 jam pertama. Kemudian, jika tidak
terdapat komplikasi, pasien harus didukung untuk untuk melanjutkan postur tegak
dengan menggantung kaki mereka ke sisi tempat tidur dan duduk di kursi dalam
24 jam pertama. Latihan ini bermanfaat secara psikologis dan biasanya
menurunkan tekanan kapiler paru.

Jika tidak terdapat hipotensi dan komplikasi lain, pasien dapat


berjalan-jalan di ruangan dengan durasi dan frekuensi yang ditingkatkan
secara bertahap pada hari kedua atau ketiga. Pada hari ketiga, pasien harus sudah
dapat berjalan 185 m minimal tiga kali sehari (Smeltzer et al., 2013). b. Istirahat
fisik Bedrest dengan posisi semifowler atau menggunakan cardiac chair dapat
mengurangi nyeri dada dan dispnea. Posisi kepala yang lebih tinggi sangat
bermanfaat bagi pasien karena: (1) Volume tidal dapat diperbaiki karena tekanan
isi abdomen terhadap diafragma berkurang sehinngga pertukaran gas dapat
lebih baik, (2) Drainase lobus atas paru lebih baik serta (3) Aliran balik vena ke
jantung (preload) berkurang sehingga mengurangi kerja jantung (Gusti, 2019). c.
Diet Karena adanya risiko emesis dan aspirasi segera setelah STEMI, pasien
hanya diberikan air peroral atau tidak diberikan apapun pada 4-12 jam
pertama. Asupan nutrisi yang diberikan harus mengandung kolesterol ± 300
mg/hari. Kompleks karbohidrat harus mencapai 50-55% dari kalori total.
Diet yang diberikan harus tinggi kalium, magnesium, dan serat tetapi rendah
natrium (Itsiopoulos et al., 2018)

6. Komplikasi

1. Gangguan hemodinamik

Gagal pemompaan (pump failure) merupakan penyebab utama kematian di


rumah sakit pada STEMI. Perluasan nekrosis iskemia mempunyai korelasi yang
baik dengan tingkat gagal pompa dan mortalitas, baik pada awal (10 hari infark) dan
sesudahnya. Tanda klinis yang tersering dijumpai adalah ronki basah di paru dan
bunyi jantung S3 dan S4 gallop. Pada pemeriksaan rontgen sering dijumpai kongesti
paru.

2. Komplikasi mekanik

Ruptur muskulus papilaris, rupture septum ventrikel, rupture dinding


vebtrikel. Penatalaksanaan: operasi.

1. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik ditandai dengan gangguan fungsi ventrikel kiri yang
berakibat gangguan fungsi ventrikel kiri yang mengakibatkan gangguan pada
perfusi jaringan atau penghantaran oksigen pada jaringan yang khas pada syok
kardiogenik yang disebabkan miokardium akut adalah hilangnya 40 % atau lebih
jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vokal di seluruh ventrikel
akibat tidak seimbang antara kebutuhan atau supply oksigen miokardium.

2. Edema paru
Edema paru terjadi di dalam tubuh dengan cara yang sama,. Faktor apapun
yang menyebabkan cairan interstitial paru meningkat dari negative menjadi
batas positif.

7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada kasus stemi antara lain:

1. Enzim troponin
Troponin adalah suatu protein regulator yang terdapat pada filamen tipis
aparatus kontraktil otot bergaris. Peningkatan kadar cTnT terdekteksi 3-4
jam setelah jejas miokard. Kadar cTnT mencapai puncak 12- 24 jam setelah
jejas (samsu, 2010). Peningkatan terus terjadi selama 7-14 hari. CTnT tetap
meningkat kira-kira 4-5 kali lebih lama dari pada CKMB. Diagnosis infark
miokard ditegakkan bila ditemukan enzim. troponin T ditemukan dalam 12 jam
pertama sebesar ≥0.03µg/L
2. EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan
simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi
kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
3. Coronary Angiography
Merupakan pemeriksaan khusus dengan sinar X pada jantung dan pembuluh
darah. Sering dilakukan selama serangan untuk menemukan letak sumbatan pada
arterikoroner. Kombinasi nyeri dada substernal >30 menit dan banyak
keringat dicurigai kuat adanya STEMI. Sekitar seperempat pasien infark anterior
mempunyai manifestasi hiperaktivitas saraf simpatis (takikardia dan atau
hipotensi sedangkan pada pasien infark inferior menunjukkan hiperaktivitas
parasimpatis (bradikardia dan atau hipotensi). Tanda fisis lain pada disfungsi
ventrikuler adalah S4 dan S3gallop, penurunan intensitas bunyi jantung
pertama dan splitparadoksikal bunyi jantung kedua (Isselbacher, 2008).
Selain pemeriksaan diatas ada pula pemeriksaan penunjang yang diperlukan
yaitu Laboratorium : Creatinin Posfakinase, Laju Endap Darah, Leukosit,
Kolesterol, Trigliserida, Kardiak iso-enzim, Analisa Gas Darah.
Diagnostik:FotoThorax, Tes Treadmill, Echocardiography, Angiografycoroner,
Multyslice Computed Tomografhy Scanning,Cardiac Magnetic Resonance
Imaging adionuclear Medicine, Vektocardiography, Scintygraphy Talium
(KaboPeter, 2011)

B. Asuhan Keperawatan

C. Evidence Based Practice in Nursing

1. Artikel summary (artikel terkait penatalaksanaan kasus)

N Judul Penulis & Nama Tujuan Metode Hasil


o Artikel Tahun Jurnal
1 Exercise Lale Wisnu Jurnal Tujuan Mengidentifik Empat (4) diantara
Pada Andrayani Kesehat penelitia asi literatur artikel penelitian yang
Pasien 2016 an n ini yang relevan direview adalah
Dengan Prima untuk mengenai penelitian dengan
St membua latihan fisik desain randomized
Elevasi t Latihan pada STEMI controlled trial (RCT).
Miokard fisik dini dalam bentuk Secara umum, keempat
Infark pada artikel dan penelitian tersebut
(Stemi) paien hasil menemukan bahwa
STEMI penelitian. latihan fisik dapat
memberi memberikan
kan keuntungan yang
dampak signifikan baik secara
positif langsung terhadap
yang pengembalian fungsi
mengunt jantung maupun secara
ungkan tidak langsung berupa
bagi penurunan faktor
perbaika risiko.. Meskipun
n fungsi demikian, terdapat 1
jantung laporan survey yang
secara menjelaskan bahwa
umum, terdapat risiko injuri
baik pada latihan fisik pada
melalui pasien STEMI, namun
mekanis dapat dimimalisir
me dengan pengetahuan
perbaika dan pelaksanaan
n latihafisik yang sesuai
langsun prosedur
g
maupun
melalui
penurun
an faktor
risiko.
Maka
perawat
perlu
berperan
aktif
dalam
program
latihan
fisik
dengan
menyedi
akan
informas
i dan
memfasi
litasi
program
rehabilit
asi
tersebut.
2 St Safitri ES Untuk Tahun 2013, Kebiasaan merokok
Elevasi 2013 mengeta ± 478.000 menahun dan tingginya
Miokard hui pasien di kadar kolestrol dalam
Infark Infark Indonesia darah meningkatkan
(Stemi) miokard didiagnosa resiko terjadinya infark
Anteros akut Penyakit miokard.
eptal dengan Jantung
Pada elevasi Koroner. Saat
Pasien ST ini, prevalensi
Dengan (STEMI STEMI
Faktor ) terjadi meningkat
Resiko jika dari 25% ke
Kebiasa aliran 40% dari
an darah presentasi
Meroko koroner Infark
k menurun Miokard
Menahu secara (Depkes,
n Dan mendad 2013).
Tinggin ak
ya akibat
Kadar oklusi
Kolestro trombus
l Dalam pada
Darah plak
ateroskl
erotik
yang
sudah
ada
sebelum
nya
3 Manaje Devi Jurnal Untuk Penelitian STEMI merupakan
men Darliana kepera mengeta kuantitaif penyebab mortalitas
Pasien 2020 watan hui dengan laju mortalitas
St diagnosi awal 30 hari setelah
Elevasi s serangan adalah 30%.
Miokard STEMI, STEMI terjadi akibat
ial untuk aterosklerotik pada
Infark mengeta arteri koroner atau
(Stemi) hui penyebab lainnya yang
St patofisio dapat menyebabkan
Elevasi logi terjadinya
Myocar STEMI, ketidakseimbangan
dial untuk antara suplai dan
Infark mengeta kebutuhan oksigen
(Stemi) hui miokardium. Pada
Patient pengkaji kondisi awal akan
Manage a pasien terjadi ischemia
ment STEMI, miokardium, namun
untuk bila tidak dilakukan
mengeta tindakan reperfusi
hui segera maka akan
manaje menimbulkan nekrosis
men miokard yang bersifat
pasien irreversible. Diagnosis
STEMI awal yang cepat serta
secara penanganan yang tepat
medis setelah pasien tiba di
dan ruang IGD dapat
keperaw membatasi kerusakan
atan miokardial dan
meminimalkan
komplikasi yang dapat
memperburuk keadaan
pasien. Pada pasien
STEMI, dampak yang
ditimbulkan tidak
hanya gangguan
fisiologis dan
psikologis saja, namun
juga menimbulkan
dampak ekonomi
akibat meningkatnya
kebutuhan biaya
pengobatan dan
perawatan di rumah
sakit serta biaya
pemulihan kesehatan
selama pasien di
rumah. Oleh karena itu,
perlu kerjasama yang
baik antara berbagai
profesi seperti dokter,
perawat dan team
kesehatan lainnya
dalam mengatasi
masalah pasien.
4 Terapi Novrianti I, Jurnal memulih Penelitian ini memulihkan kembali
Fibrinoli Heriani, Farmasi kan menggunakan aliran darah
tik Pada Mustamin, udaya kembali empat miokardium, untuk
Pasien 2021 aliran databases menyelamatkan jantung
St- darah [Pubmed, dan menurunkan
Segment miokard Libgen, mortalitas serta
Elevatio ium, researchgate, menjaga
n untuk and Scopus] fungsi ventrikel (Fox et
Myocar menyela yang al., 2013). Dan
dial matkan diterbitkan strategi dari
Infarctio jantung dari 1987 managemen terapi dari
n dan hingga 2019. STEMI
menurun Termasuk adalah pemulihan cepat
kan original dari potensi oklusi
mortalit artikel seperti total pada arteri
as serta RCT, koroner,
menjaga Literatur memperpendek
fungsi Review, waktu iskemik, dan
ventrikel penelitian mengurangi ukuran
(Fox et comparative, infark .
al., dan studi Terapi reperfusi
2013). observasional bertujuan memperbaiki
Dan yang terkait aliran darah pada
strategi dengan terapi miokardium, untuk
dari fibrinolitik menyelamatkan
manage pada pasien miokard dan
men STEMI. menurunkan
terapi mortalitas, serta
dari menjaga fungsi
STEMI ventrikel kiri.
adalah
pemulih
an cepat
dari
potensi
oklusi
total
pada
arteri
koroner,
memper
pendek
waktu
iskemik,
dan
mengura
ngi
ukuran
infark .
Terapi
reperfusi
bertujua
n
memper
baiki
aliran
darah
pada
miokard
ium,
untuk
menyela
matkan
miokard
dan
menurun
kan
mortalit
as, serta
menjaga
fungsi
ventrikel
kiri.
5 Faktor Syed Penelitia Jenis penelitian ini
Resiko Amrullah, n ini penelitian ini menunjukkan frekuensi
Penyakit Cholik bertujua adalah tertinggi responden
Infark Harun n penelitian penderita IMA adalah
Miokard Rosjidi, mengeta restospektif responden yang
Akut di Desiderius hui dengan desain memiliki kadar
Rumah Bela faktor deskriptif kolesterol tinggi yakni
Sakit Dhesa, Adi resiko survey. sebanyak 43 orang
Umum Try penyakit Penelitian ini (69,4%). Kolesterol
Dewi Wurjatmik Infark telah dapat menyebabkan
Sartika o, Hasrima. Miokard dilaksanakan infark miokard yang
Kota 2022 Akut di RS Dewi dibuktikan melalui
Kendari (IMA) Sartika pada penelitian dimana
di RS tanggal 12-30 responden kadar
Dewi September kolesterol tinggi (>
Sartika. 2021. 150) berisiko 3 kali
Studi ini Populasi untuk terjadi infark
kategori dalam mikoard
retrospe penelitian ini
ktif adalah semua
dengan pasien Infark
desain Miokard Akut
deskripti yang ada di
f. Studi RS Dewi
telah periode
dilaksan Maret-
akan di Agustus 2021
RS berjumlah 164
Dewi orang dengan
Sartika sampel
pada sebanyak 62
tanggal orang.
12-30
Septemb
er 2021.

2. Pembahasan (keterkaitan antara kasus keloaan dengan artikel yang direview)

Pasien kelolaan kelompok Tn.Y pasien dirawat di ICCU dengan diagnosa Stemi
Anteroseptal

Hasil review artikel didapatkan

1. Faktor resiko kebiasaan merokok menahun dan tingginya kadar kolestrol dalam darah
2. Manajemen pasien Stemi
a. Terapi Fibrinolitik
b. Exercise
c. Terapi Non Farmakologis
d. Edukasi pasien

1) Dalam artikel yang telah di review, membahas tentang keterkaitan antara kasus kelolaan
yang membahas tentang STEMI. Perlu di ketahui bahwa STEMI adalah salah satu jenis
serangan jantung yang berupa penyumbatan pembuluh darah arteri koroner secara total
sehingga menyebabkan otot otot jantung tidak bisa mensuplai oksigen. STEMI terjadi
jika aliran darah koroner menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak
aterosklerotik. STEMI juga di sebabkan karena arteri koroner yang tersumbat
sepenuhnya, sehingga darah tidak bisa masuk ke dalam jantung. Menurut saya, STEMI
adalah salah satu jenis serangan jantung yang paling berbahaya, karena memiliki risiko
komplikasi dan kematian paling tinggi
2) Pada tn.Y ditemukan adanya sumbatan pada pembuluh darah arteri coroner kiri. Arteri
coroner kiri merupakan arteri coroner yang menyuplai darah ke otot jantungbagi anterior
dan septum jantung. Penyakit infarkmiokard merupakan gangguan aliran darah ke
jantung yang menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran darah di pembuluh darah
terhenti setelah terjadi sumbatan koroner akut, kecuali sejumlah kecil aliran kolateral dari
pembuluh darah di sekitarnya. Daerah otot di sekitarnya yang sama sekali tidak mendapat
aliran darah atau alirannya sangat sedikit sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi
otot jantung, dikatakan mengalami infark.
Tujuan dari terapi STEMI adalah memulihkan kembali aliran darah miokardium, untuk
menyelamatkan jantung dan menurunkan mortalitas serta menjaga fungsi ventrikel.
3) Infark miokard akut (IMA) merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering dinegara
maju. Laju mortalitas awal (30 hari) pada IMA adalah 30% dengan lebih dari separuh
kematian terjadi sebelum pasien mencapai rumah sakit. Walaupun laju mortalitas
menurun sebesar 30% dalam 2 dekade terakhir, sekitar 1 diantara 25 pasien yang tetap
hidup pada keperawatan awal, meninggal dalam tahun pertama setelah IMA. Infark
miokard akut dengan elevasi ST (ST elevation myocardial infarction = STEMI)
merupakan bagian dari spektrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri dari angina
pektoris tidak stabil, IMA tanpa elevasi ST dan IMA dengan elevasi ST (Sudoyo,
Setiyohadi, Alwi, K, & Setiati, 2010).
4) Infarction (STEMI) merupakan keadaan darurat yang disebabkan oleh sumbatan total
arteri koroner yang ditandai dengan gelombang ST elevasi atau Q dan dikaitkan dengan
kematian dini yang lebih tinggi. Tingkat kelangsungan hidup pasien STEMI secara klinis
sangat bervariasi berdasarkan profil dasar setiap pasien yang ditentukan oleh beberapa
variabel faktor resiko yang dimiliki.STEMI erat kaitannya dengan tingginya morbiditas
dan mortalitas. Meskipun beberapa dekade telah dilakukan penelitian dan clinical trial,
namun masih juga dijumpai 500.000 penderita dengan ST-Elevasi Miokard Infark
(STEMI) setiap tahun di Amerika. Data menunjukan bahwa mortalitas akibat STEMI
paling sering terjadi dalam 24-48 jam pasca onset dan laju mortalitas awal 30 hari setelah
serangan adalah 30%
Daftar Pustaka

Devi Darliana, 2020. Manajemen Pasien St Elevasi Miokardial Infark (Stemi). Nursing
Journal. Vol 2, No1
Kasron. 2012. Kelainan dan Penyakit Jantung Pencegahan Serta Pengobatan. Yogyakarta:
Nuha Medika
Lale Wisnu Andrayani, 2016. Exercise Pada Pasien Dengan St Elevasi Miokard Infark
(Stemi). Jurnal Kesehatan Prima, vol 10, No.2,Halaman : 1672-1681.
Rohmah & Walid. 2016. Studi Penggunaan Koagulan pada Pasien Infark Miokard Akut
dengan ST Elevasi. Skripsi Perpustakaan Universitas Airlangga. Surabaya.
Safitri Es, 2013. St Elevasi Miokard Infark (Stemi) Anteroseptal On Patient With Risk
Factor Smoking Habit And High Level Of Cholestrol.Vol 1, No 2
Smeltzer,S.C dan Bare, B.2015. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner &
Suddath (8 ed, Vol III), (M Ester, Penyut, A. Hartono, H. Y Kuncara, E.S, Siahaan,& A,
Waluyo, penej). Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai