BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.2 Etiologi
Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan,
penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke otot
jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah,
kemampuan jantung memompa darah dapat hilang. Hal ini dapat merusak sistem
pengontrol irama jantung dan berakhir dengan kematian. (Hermawatirisa, 2014).
g. Stress
Stres dapat memicu pengeluaran hormon adrenalin dan katekolamin yang
tinggi yang dapat berakibat mempercepat kekejangan (spasme) arteri
koroner, sehingga suplai darah ke otot jantung terganggu.
2) Faktor Risiko yang tidak dapat dubah
a. Umur
Penderita PJK sering ditemui pada usia 60 ke atas, tetapi pada usia
dibawah 40 tahun sudah ditemukan. Pada laki-laki, kasus kematian PJK
3
1.1.4 Patofisiologi
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan
kecil yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan
makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel), dan akhirnya ke
tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah arteri
koroner, aorta dan arteri-arteri sereberal. (Ariesty, 2011).
Langkah pertama dalam pembentukan aterosklerosis dimulai dengan
disfungsi lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapat terjadi setelah cedera pada sel
endotel atau dari stimulus lain, cedera pada sel endotel meningkatkan permeabelitas
terhadap berbagai komponen plasma, termasuk asam lemak dan trigliserida, sehingga
zat ini dapat masuk kedalam arteri, oksidasi asam lemak menghasilkan oksigen
radikal bebas yang selanjutnya dapat merusak pembuluh darah. (Ariesty, 2011).
Selain itu kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intima
karena permeabilitas lapisan endotel meningkat, pada tahap indikasi dini kerusakan
teradapat lapisan lemak diarteri. Apabila cedera dan inflamasi terus berlanjut,
agregasi trombosit meningkat dan mulai terbentuk bekuan darah (tombus), sebagian
dinding pembuluh diganti dengan jaringan parut sehingga mengubah struktur dinding
pembuluh darah, hasil akhir adalah penimbunan kolesterol dan lemak, pembentukan
deposit jaringan parut, pembentukan bekuan yang berasal dari trombosit dan
4
proliferasi sel otot polos sehingga pembuluh mengalami kekakuan dan menyempit.
Apabila kekakuan ini dialami oleh arteri-arteri koroner akibat aterosklerosis dan tidak
dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan
kemudian terjadi iskemia (kekurangan suplai darah) miokardium dan sel-sel
miokardium sehingga menggunakan glikolisis anerob untuk memenuhi kebutuhan
energinya. Proses pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan menyebabkan
terbentuknya asam laktat sehinga menurunkan pH miokardium dan menyebabkan
nyeri.
5
PATHWAY PJK
Aliran O2 arteri
koronaria menurun
Intoleransi
Fatigue Timbunan
aktivitas Metabolisme Jantung
asam laktat
anaerob kekurangan O2
meningkat
Penurunan curah jantung Kontraksi jantung menurun Iskemia otot Perlu menghindari Diperlukan
jantung komplikasi pengetahuan
1.1.6 Klasifikasi
Klasifikasi PJK (Putra S, dkk, 2013) :
1) Angina Pektoris Stabil/Stable Angina Pectoris
Angina pektoris stabil adalah keadaan yang ditandai oleh adanya suatu
ketidaknyamanan (jarang digambarkan sebagai nyeri) di dada atau lengan yang
sulit dilokalisasi dan dalam, berhubungan dengan aktivitas fisik atau stres
emosional dan menghilang dalam 5-15 menit dengan istirahat dan atau dengan
obat nitrogliserin sublingual (Yusnidar, 2007). Angina pektoris stabil adalah rasa
nyeri yang timbul karena iskemia miokardium yang merupakan hasil dari
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen miokard.
Iskemia miokard dapat disebabkan oleh stenosis arteri koroner, spasme arteri
koroner dan berkurangnya kapasitas oksigen di dalam darah (Aladdini, 2011).
2) Angina Pektoris Tidak Stabil/Unstable Angina Pectoris
Angina pektoris tak stabil adalah angina pektoris (atau jenis ekuivalen
ketidaknyamanan iskemik) dengan sekurang-kurangnya satu dari tiga hal berikut;
a. Timbul saat istirahat (atau dengan aktivitas minimal) biasanya berakhir
setelah lebih dari 20 menit (jika tidak diberikan nitrogliserin).
b. Lebih berat dan digambarkan sebagai nyeri yang nyata dan merupakan onset
baru (dalam 1 bulan).
7
c. Timbul dengan pola crescendo (bertambah berat, bertambah lama, atau lebih
sering dari sebelumnya). Pasien dengan ketidaknyamanan iskemik dapat
datang dengan atau tanpa elevasi segmen ST pada EKG (yusnidar, 2007).
3) Infark Miokard Akut
Infark miokard adalah suatu keadaan yang berat disebabkan oleh oklusi
(penutupan mendadak pembuluh koroner) atau cabangnya yang mengalami
sklerosis (pengerasan). Biasanya cara penutupan disebabkan adanya trombus
dan perdarahan dalam intima. Terjadinya trombus disebabkan oleh ruptur plak
yang kemudian diikuti oleh pembentukan trombus oleh trombosit. Lokasi dan
luasnya miokard infark tergantung pada arteri yang oklusi. Infark Miokard
terbagi 2 yaitu Non ST Elevasi Miokardial Infark (NSTEMI) dan ST Elevasi
Miokardial Infark (STEMI).
1.1.7 Komplikasi
Komplikasi PJK adalah (Karikaturijo, 2010):
1) Disfungsi ventricular
2) Aritmia pasca STEMI
3) Gangguan hemodinamik
4) Ekstrasistol ventrikel
5) Takikardi dan fibrilasi atrium dan ventrikel
8
6) Syok kardiogenik
7) Gagal jantung kongestif
8) Perikarditis
9) Kematian mendadak
2) Pembedahan
a. Angioplasti
Angioplasty dilakukan dengan memasukkan balon tipis dan panjang
melewati pembuluh darah yang menyempit dengan bantuan kawat
yang sangat halus, kemudian balon dipompa pada tekanan tinggi
10
Pada klien PJK biasanya yang muncul pada klien dengan penyakit jantung
koroner adalah menyangkal, takut, cemas, dan marah, ketergantungan, depresi
dan penerimaan realistis. (Wantiyah, 2010)
7) Pola aktivitas dan latihan
Hal ini perlu dilakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit jantung
koroner untuk menilai kemampuan dan toleransi pasien dalam melakukan
aktivitas. Pasien penyakit jantung koroner mengalami penurunan kemampuan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari.(Panthee & Kritpracha, 2011).
8) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan klien
dilanjutkan mengukur tanda-tand vital. Kesadaran klien juga diamati
apakah kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma atau
koma. Keadaan sakit juga diamati apakah sedang, berat, ringan atau
tampak tidak sakit.
b. Tanda-tanda vital
Meliputi pemeriksaan tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernafasan
dan suhu tubuh.
c. Pemeriksaan fisik persistem
- Sistem persyarafan, meliputi kesadaran, ukuran pupil, pergerakan
seluruh ekstermitas dan kemampuan menanggapi respon verbal
maupun non verbal. (Aziza, 2010).
- Sistem penglihatan, pada klien PJK mata mengalami pandangan
kabur.(Gordon, 2015)
- Sistem pendengaran, pada klien PJK pada sistem pendengaran
telinga , tidak mengalami gangguan. (Gordon, 2015)
- Sistem abdomen, bersih, datar dan tidak ada pembesaran hati.
(Gordon, 2015)
- Sistem respirasi, pengkajian dilakukan untuk mengetahui secara dinit
tanda dan gejala tidak adekuatnya ventilasi dan oksigenasi.
Pengkajian meliputi persentase fraksi oksigen, volume tidal,
frekuensi pernapasan dan modus yang digunakan untuk bernapas.
Pastikan posisi ETT tepat pada tempatnya, pemeriksaan analisa gas
darah dan elektrolit untuk mendeteksi hipoksemia. (Aziza, 2010)
12
1.2.4 Implementasi
Implementasi adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi
dilaksanakan sesuai dengan rencana dan dibutuhkan ketrampilan interpersonal,
intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis
(Ummi Hani,dkk, 2006).
1.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan rencana perawat dalam
memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi dibagi menjadi 2 yaitu evaluasi proses atau
formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanankan tindakan dan evaluasi hasil
atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan
umum dan khusus yang telah ditentukan (Ummi Hani,dkk, 2006).
Adapun hasil evaluasi yang diharapkan berdasarkan diagnosa keperawatan
yang diangkat yaitu:
1) Masalah nyeri teratasi
2) Penurunn curah jantung teratasi
3) Pola napas kembali efektif
18