OLEH:
KELOMPOK 1
Dosen Pengampu:
Ns. I Gusti Ayu Putu Satya Laksmi, S.Kep., M.Kep
2. Klasifikasi
Persalinan Prematur Murni Sesuai Dengan Definisi WHO
BATASAN KRITERIA KETERANGAN
Sangat Premature Usia kehamilan 24-30 minggu - Sangat Sulit untuk
hidup, kecuali dengan
BB bayi 1000-1500 g inkubator canggih
- Dampak sisanya
menonjol, terutama
pada IQ nerologi dan
pertumbuhan
fisiologi
3. Penyebab/Etiologi
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran
prematur dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:
1) Faktor ibu
Faktor ibu merupakan hal yang dominan dalam mempengaruhi
kejadian prematur, faktor-faktor tersebut di antaranya adalah:
a. Toksemia gravidarum (preeklampsia dan eklampsia).
b. Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan
antepartum, malnutrisi dan anemia sel sabit.
c. Kelainan bentuk uterus (misal: uterus bikurnis,
inkompeten serviks).
d. Tumor (misal: mioma uteri, eistoma).
e. Ibu yang menderita penyakit seperti penyakit akut
dengan gejala panas tinggi (misal: thypus abdominalis,
dan malaria) dan penyakit kronis (misal: TBC, penyakit
jantung, hipertensi, penyakit ginjal).
f. Trauma pada masa kehamilan.
g. Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotika, rokok
dan alkohol).
h. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun.
i. Bekerja yang terlalu berat.
j. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
2) Faktor Janin
Beberapa faktor janin dapat mempengaruhi kejadian prematur
antara lain:
1) Kehamilan ganda.
2) Hidramnion.
3) Ketuban pecah dini.
4) Cacat bawaan.
5) kelainan kromosom.
6) Infeksi (misal: rubella, sifilis, toksoplasmosis).
7) Insufensi plasenta.
8) inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus,
golongan darah A, B dan O).
9) infeksi dalam rahim.
3) Faktor Lain Selain faktor ibu dan janin ada faktor lain yaitu:
1) faktor plasenta, seperti plasenta previa dan solusio
plasenta.
2) faktor lingkungan, radiasi atau zat-zat beracun, keadaan
sosial ekonomi yang rendah, kebiasaan, pekerjaan yang
melelahkan dan merokok.
7. Prognosis
Prognosis bayi prematur sangat bergantung pada usia gestasi,
berat badan, kondisi saat lahir, dan tata laksana yang didapat. Semakin
kecil usia gestasi dan berat badan bayi, maka prognosis umumnya
semakin buruk.
Komplikasi juga lebih sering terjadi pada bayi prematur dengan
usia gestasi dan berat lahir lebih kecil. Komplikasi yang paling sering
menyebabkan mortalitas adalah respiratory distress, hipotermia,
infeksi, dan kelainan kongenital. Bayi-bayi prematur sering kali
mengalami gangguan tumbuh kembang dan perkembangan neurologis,
namun tetap dapat hidup seperti bayi-bayi cukup bulan lainnya.
8. Penatalaksanaan
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), beberapa penatalaksanaan
atau penanganan yang dapat diberikan pada bayi prematur adalah
sebagai berikut:
1) Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. Bayi prematur
mudah mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya
harus dipertahankan dengan ketat.
2) Mencegah infeksi dengan ketat. Bayi prematur sangat rentan
dengan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi
termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
3) Pengawasan nutrisi. Reflek menelan bayi prematur belum
sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan
dengan cermat.
4) Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan
kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan
tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan
dengan ketat.
5) Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering
dan bersih serta pertahankan suhu tetap hangat.
6) Kepala bayi ditutup topi dan beri oksigen bila perlu.
7) Tali pusat dalam keadaan bersih.
8) Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.
Sedangkan menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), ada
beberapa penatalaksanaan umum yang dapat dilakukan pada bayi prematur
dan berat badan lahir rendah, yaitu sebagai berikut:
1) Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat mengalami kehilangan panas
badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas
badannya belum berfungsi dengan baik, metabolismenya juga
masih rendah, dan permukaan badan yang relatif luas. Oleh
karena itu, bayi prematur harus dirawat dalam inkubator
sehingga panas tubuhnya dapat sama atau mendekati dengan
panas dalam rahim. Jika tidak ada inkubator, bayi dapat
dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang
berisi air panas atau menggunakan metode kangguru.
2) Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini
adalah menentukan pilihan susu, cara pemberian, dan jadwal
pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi.
3) Pencegahan infeksi
Bayi prematur sangat mudah terserang infeksi, terutama
disebabkan oleh infeksi nosokomial. Hal ini karena kadar
immunoglobulin serum bayi prematur masih rendah, aktivitas
bakterisidal neotrofil dan efek sitotoksik limfosit juga masih
rendah serta fungsi imun yang belum berpengalaman. Oleh
karena itu bayi prematur tidak boleh kontak dengan penderita
infeksi dalam bentuk apapun.
4) Penimbangan berat badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau
nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh
sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan
ketat.
5) Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi
bayi prematur dan BBLR akibat tidak adanya alveoli dan
surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30%-35%
dengan menggunakan head box, karena konsentrasi O2 yang
tinggi dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan pada
jaringan retina bayi dan dapat menimbulkan kebutaan.
6) Pengawasan jalan nafas
Terhambatnya jalan nafas dapat mengakibatkan asfiksia dan
hipoksia yang akan berakhir dengan kematian. Bayi prematur
dapat berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi
surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup
yang sebelumnya diperoleh dari plasenta. Oleh karena itu, perlu
pembersihan jalan nafas segera setelah bayi lahir.
2. Pemantauan
Respirasi
Definisi:
Mengumpulkan dan
menganalisis data untuk
memastikan kepatenan
jalan napas dan
keefektifan pertukaran
gas.
Tindakan :
Observasi
⚫ Monitor frekuensi,
irama, kedalaman,
dan upaya napas
⚫ Monitor pola napas
(seperti bradipnea,
takipnea,
hiperventilasi,
Kussmaul, Ceyne-
Stokes, Biot, ataksik)
⚫ Monitor kemampuan
batuk efektif
⚫ Monitor adanya
produksi sputum
⚫ Monitor adanya
sumbatan jalan napas
⚫ Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
⚫ Auskultasi bunyi
napas
⚫ Monitor saturasi
oksigen
⚫ Monitor nilai AGD
⚫ Monitor hasil x-ray
toraks
Terapeutik
⚫ Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
⚫ Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
⚫ Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
⚫ Informasikan hasil
pemantauan (jika
perlu).
Kolaborasi
⚫ Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. pereda
nyeri, antlemetik)
(jika perlu)
⚫ Kolaborasi dnega ahli
gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan (jika
perlu)
2. Pengontrolan Infeksi
Definisi:
Mengendalikan
penyebaran infeksi dan
perburukan komplikasi
akibat infeksi.
Tindakan:
Observasi:
⚫ Identifikasi pasien -
pasien yang
mengalami penyakit
infeksi menular
Terapeutik
⚫ Terapkan
kewasapadaan
universal (mis. cuci
tangan aseptik,
gunakan alat
pelindung diri seperti
masker, sarung
tangan, pelindung
wajah, pelindung
mata, apron, sepatu
bot, sesuai model
transmisi
mikroorganisme)
⚫ Tempatkan pada
ruang isolasi
bertekanan positif
untuk pasien yang
mengalami penurunan
imunitas
⚫ Tempatkan pada
ruang isolasi
bertekanan negatif
untuk pasien dengan
risiko penyebaran
infeksi via droplet
atau udara
⚫ Sterilisasi dan
desinfeksi alat - alat
furniture, lantai,
sesuai kebutuhan
⚫ Gunakan hepafilter
pada area khusus (mis.
kamar operasi)
⚫ Berikan tanda khusus
untuk pasien - pasien
dengan penyakit
menular
Edukasi
⚫ Ajarkan cara mencuci
tangan dnegan benar
⚫ Ajarkan etika batuk
dan/atau bersin
Tindakan
Observasi:
⚫ Identifikasi
kemungkinan
penyebab berat badan
kurang
⚫ Monitor adanya mual
muntah
⚫ Monitor jumlah kalori
yang dikonsumsi
sehari - hari
⚫ Monitor berat badan
⚫ Monitor albumin,
limfosit, dan elektrolit
serum
Terapeutik:
⚫ Berikan perawatan
mulut sebelum
pemberian makan
(jika perlu)
⚫ Sediakan makanan
yang tepat sesuai
kondisi pasien (mis.
makanan dengan
tekstur halus,
makanan yang di
blender, makanan cair
yang diberikan
melalui NGT atau
gastrostomi, total
perenteral nutrition
sesuai indikasi)
⚫ Hidangkan makanan
secara menarik
⚫ Berikan suplemen
(jika perlu)
⚫ Berikan pujian pada
pasien/keluarga untuk
peningkatan yang
dicapai
Edukasi
⚫ Jelaskan jenis
makanan yang bergizi
tinggi, namun tetap
terjangkau
⚫ Jelaskan peningkatan
asupan kalori yang
dibutuhkan.
Edukasi:
⚫ Ajarkan kompres
hangat jika demam
⚫ Ajarkan cara
pengukuran suhu
⚫ Anjurkan penggunaan
pakaian yang dapat
menyerap keringat
⚫ Anjurkan tetap
memandikan pasien,
jika memungkinkan
⚫ Anjurkan pemberian
antipiretik, sesuai
indikasi
⚫ Anjurkan
menciptakan
lingkungan yang
nyaman
⚫ Anjurkan
memperbanyak
minum
⚫ Anjurkan penggunaan
pakaian yang longgar
⚫ Anjurkan minum
analgesik jika merasa
pusing, sesuai indikasi
⚫ Anjurkan melakukan
pemeriksaan darah
jika demam >3 hari
2. Pencegahan Infeksi
Definisi:
Mengidentifikasi dan
menurunkan risiko
terserang organisme
patogenik
Tindakan:
Observasi:
⚫ Monitor tanda dan
gejala infeksi lokal
dan sistemik
Terapeutik
⚫ Batasi jumlah
pengunjung
⚫ Berikan perawatan
kulit pada area edema
⚫ Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
⚫ Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi:
⚫ Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
⚫ Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
⚫ Ajarkan etika batuk
⚫ Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
⚫ Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
⚫ Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi:
⚫ Kolaborasi pemberian
imunisasi (jika perlu)
Kolaborasi:
⚫ Kolaborasi
pemeriksaan darah
vena bilirubin direk
dan indirek
2. Perawatan Bayi
Definisi:
Mengidentifikasi dan
merawat kesehatan bayi
Tindakan:
Observasi:
⚫ Monitor tanda - tanda
vital bayi (terutama
suhu 36.50C-37,50C)
Terapeutik:
⚫ Mandikan bayi
dengan suhu ruangan
21-240C)
⚫ Mandikan bayi dalam
waktu 5-10 menit dan
2 kali dalam sehari
⚫ Rawat tali pusar
secara terbuka (tali
pusat tidak dibungkus
apapun)
⚫ Bersihkan pangkal tali
pusat lidi kapas yang
telah diberi air matang
⚫ Kenakan popok bayi
di bawah umbilikus
jika tali pusat belum
terlepas
⚫ Lakukan pemijatan
bayi
⚫ Ganti popok bayi jika
basah
⚫ Kenakan pakaian bayi
dari bahan katun
Edukasi:
⚫ Anjurkan ibu
menyusui sesuai
kebutuhan bayi
⚫ Ajarkan ibu cara
merawat bayi di
rumah
⚫ Ajarkan cara
pemberian makanan
pendamping ASI pada
bayi >6 bulan
4. Implementasi
Implementasi merupakan komponen dari proses
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Implementasi dari rencana asuhan
keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses
keperawatan. Implementasi mencakup melakukan, membantu atau
mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan
arahan perawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien.
Selama implementasi, perawat mengkaji kembali klien,
memodifikasi rencana asuhan dan menuliskan kembali hasil yang
diharapkan sesuai kebutuhan. (Potter & Perry, 2005).
Menurut Surasmi, dkk (2003), maturitas sistem organ
merupakan syarat bagi bayi untuk mampu beradaptasi dengan
lingkungan di luar rahim. Bayi berisiko tinggi mengalami gangguan
pada salah satu atau lebih fungsi sistem organ sehingga dapat
menghambat kemampuan bayi untuk beradaptasi dengan
lingkungan di luar rahim. Bayi prematur atau berat badan lahir
rendah sistem organnya belum matur sehingga dapat mengalami
kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Oleh karena itu,
bayi risiko tinggi seperti bayi prematur sangat membutuhkan
perhatian dan perawatan intensif karena keadaan bayi yang belum
matang secara anatomis dan fisiologis dapat menyebabkan
munculnya berbagai masalah kesehatan hingga menyebabkan
kematian. Berikut adalah implementasi keperawatan yang dapat
dilakukan terhadap bayi prematur dan bayi berisiko tinggi lainnya:
1) Bantuan penapasan.
2) Mengupayakan suhu lingkungan yang netral.
3) Pencegahan infeksi.
4) Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi.
5) Penghematan energi.
6) Perawatan kulit.
7) Pemberian obat.
8) Pemantauan data fisiologis.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan
dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat
harus memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami
respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan dengan
kriteria hasil (Hidayat, 2004). Menurut Nursalam (2008), pada tahap
evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan
dengan mengevaluasi selama proses perawatan berlangsung
(evaluasi proses) dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target
tujuan yang diharapkan (evaluasi hasil).
1) Evaluasi proses (evalusi formatif)
Fokus pada evaluasi ini adalah aktivitas dari proses
keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan
keperawatan. Evaluasi ini harus dilaksanakan segera setelah
perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk
membantu menilai efektifitas intervensi tersebut. Metode
pengumpulan data evaluasi ini menggunakan analisis
rencana asuhan keperawatan, open chart audit, pertemuaan
kelompok, wawancara, observasi, dan menggunakan form
evaluasi. Sistem penulisaanya dapat menggunakan sistem
SOAP.
2) Evaluasi hasil (evaluasi sumatif)
Fokus pada evaluasi hasil (evaluasi sumatif) adalah
pada perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada
akhir asuhan keperawatan. Evaluasi ini dilaksanakan pada
akhir asuhan keperawatan secara paripurna. Evaluasi hasil
bersifat objektif, fleksibel, dan efisien. Metode
pelaksanaannya terdiri dari close chart audit, wawancara
pada pertemuan terakhir asuhan, dan pertanyaan kepada
klien dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA