Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BAYI LAHIR RENDAH

A. Definisi
BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran
kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram) tanpa memandang masa
kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah
lahir. Untuk keperluan bidan desa berat lahir diterima dalam 24 jam pertama
setelah lahir.(Surasmi,2003). Berat badan lahir rendah (BBLR) terdapat 2
penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu
karena umur kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dari
semestinya, sekalipun umur kehamilan cukup atau kombinasi keduanya.
Menurut Ribek dkk. (2011). Berat badan lahir rendah yaitu bayi yang
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia
gestasi (dihitung satu jam setelah melahirkan). Bayi berat badan lahir rendah
adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir.
(Amru Sofian, 2012). Dikutip dalam buku Nanda, (2013).

B. Klasifikasi
Menurut (Saifuddin dkk, 2000) berkaitan dengan penanganan dan
harapan hidupnya bayi berat lahir rendah dibedakan menjadi :
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram
3. Bayi berat lahir rendah ekstrem rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.
Menurut Cunnigham dkk, BBLR didefinisikan sebagai bayi lahir kurang
dari 2500 gram dan telah dimodifikasi untuk menguraikan BBLR yang
beratnya 1500 gram atau kurang dan bayi yang luar biasa rendah (BBLBR) dan
berat 1000 gram atau kurang. Menurut Mochtar (1998) sejak tahun 1961 WHO
mengganti istilah prematur dengan berat badan lahir rendah (BBLR) karena
didasari tidak semua bayi yang berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu

1
lahir bukan bayi prematur. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat digolongkan
menjadi :
1. Premature murni
Bayi lahir pada kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat
badan yang sesuai.
2. Small for date (SFD) atau kecil untuk masa kehamilan (KMK)
Bayi yang berat badannya kurang dari seharusnya umur kehamilan.
3. Retardasi pertumbuhan janin intrauterine
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai umur
kehamilan.
4. Dismaturitas
Suatu sindrom klinik dimana terjadi ketidak seimbangan antara
pertumbuhan janin dengan lanjutan kehamilannya. Atau bayi baru lahir
dengan berat badan yang tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
5. Large for date
Bayi yang dilahirkan lebih lama dari usia kehamilan.

Menurut WHO dalam Nizami (2014), Ada dua macam BBLR yaitu :
1. Prematuritas murni / Bayi yang kurang bulan ( KB / SMK ): bayi yang
dilahirkan dengan umur kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai.
2. Dismaturitas: Bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk
masa gestasi itu, bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya tersebut (KMK).
Penggolongan derajat prematuritas bayi:
1. Bayi yang sangat prematur (extremly prematur)
a. 24 – 30 mg gestasi.
b. Masa gestasi 24-27 mg masih sukar hidup terutama dinegara yang blm
maju.
c. Masa gestasi 28-30 mg mgk dapat hidup dengan perawatan intensif
yang memerlukan alat-alat canggih untuk mencapai hasil yang
optimum

2
d. BB 500-1400 gram
e. 0,8% seluruh kelahiran hidup
f. Hampir seluruh kematian neonatal dan defisit neurologis tidak
disebabkan oleh defek atau trauma lahir
g. Penampilan: kecil, tidak memiliki lemak, kulit sangat tipis.
2. Bayi dengan derajat prematur sedang (moderatly prematur)
a. Gestasi 31-36 mg
b. Kesanggupan hidup jauh lebih baik dari yang pertama
c. Gejala sisa yang dihadapi kemudian hari ringan bila pengelolaan bayi
intensif
d. BB >1500 gram – 2500 gram
e. Penampilan: kulit tipis, lipatan pada kaki lebih sedikit, banyak rambut
halus, genetalia kurang berkemban.
f. Masa gestasi 37mg
g. Mempunyai sifat prematur dan matur
h. Biasanya berat seperti bayi matur dan dikelola seperti bayi matur
i. Kadang timbul problem yang dialami seperti bayi prematur seperti
sindroma gawat napas, hiperbilirubinemia, refleks isap lemah
j. Perlu penanganan lebih seksama
k. Borderline prematur
3. Prosentase Kematian
a. Gestasi kurang dari 24 mg : umumnya meninggal
b. Gestasi 27-28 minggu: survive 50%
c. Gestasi 29 minggu: survive 80%
d. Gestasi 30 minggu: survive 85%

C. Etiologi
Menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013). Penyebab
kelahiran bayi berat badan lahir rendah, yaitu:
1. Factor genetik atau kromosom
2. Infeksi

3
3. Bahan toksik
4. Insufisiensi atau disfungsi plasenta
5. Radiasi
6. Faktor nutrisi
7. Factor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat pada masa
kehamilan, plasenta previa, kehamilan ganda, obat-obatan, dan sebagainya.
Menurut (Surasmi,2003),Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
BBLR, antara lain:
1. Faktor lbu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, diabetes mellitus,
toksemia gravidarum, komplikasi hamil PE/E dan KPD, dan nefritis
akut.
b. Umur ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun,
dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah
ialah pada usia antara 26 - 35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi
Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas.
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal
ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik (khususnya anemia)
dan pelaksanaan antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian
prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak
sah.temyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari
perkawinan yang sah.
d. Sebab lain
Ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.
2. Faktor Janin
Hidramion, kehamilan ganda, kelainan kromosom, cacat bawaan,
infeksi dalam rahim

4
3. Faktor lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.

D. Manifestasi Klinis
Menurut Huda dan Hardhi. (2013), tanda dan gejala dari bayi berat badan
lahir rendah adalah:
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c. Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih
lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
seharusnya. Sering dijumpai kehamilan dengan oligradramnion
gravidarum atau perdarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin
b. Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c. Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan
intrauterine.
d. Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya.
3. Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
a. Berat kurang dari 2500 gram.
b. Panjang kurang dari 45 cm.
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
f. Kepala lebih besar.
g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
h. Otot hipotonik lemah.

5
i. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.
j. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.
k. Kepala tidak mampu tegak.
l. Pernapasan 40 – 50 kali / menit.
m. Nadi 100 – 140 kali / menit.

E. Patofisiologi
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gram pada waktu lahir. Secara umum penyebab dari bayi berat badan
lahir rendah dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain gizi saat hamil yang
kurang dengan umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan
persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat, penyakit menahun ibu :
hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok.
BBLR biasanya disebabkan juga oleh hamil dengan hidramnion, hamil
ganda, perdarahan, cacat bawaan, infeksi dalam rahim. Hal ini akan
menyebabkan bayi lahir dengan berat 2500 gram dengan panjang kurang dari
45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm kepala lebih besar, kulit tipis,
transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah,
pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea biasanya terjadi pada umur
kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kemungkinan yang terjadi pada bayi dengan BBLR adalah Sindrom
aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit
membran hialin, dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari
35 minggu, hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel
otak, hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia, anemi, gangguan pembekuan
darah, infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC),
bronchopulmonary dysplasia, dan malformasi konginetal.

6
F. Komplikasi
Menurut(Kosim,dkk.2008).Komplikasi yang terjadi pada bayi BBLR
antara adalah:
1. Kerusakan bernafas : fungsi organ belum sempurna.
2. Pneumonia, aspirasi : refleks menelan dan batuk belurn sempurna.
3. Perdarahan intraventrikuler: perdarahan spontan di ventrikel otak lateral
disebabkan anoksia menyebabkan hipoksia otak yang dapat menimbulkan
terjadinya kegagalan peredaran darah sistemik.
Masalah-masalah yang muncul pada bayi BBLR adalah sebagai berikut:
1. Suhu Tubuh
a. Pusat pengatur panas badan belum sempurna.
b. Luas badan bayi relatifbesar sehingga penguapannya bertambah.
c. Otot bayi masih lemah.
d. Lemak kulit dan lemak coklat kurang sehingga cepat kehilangan panas
badan. Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga bayi
dengan BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan
panas badan dan dapat diperhatikan sekitar 30˚C sampai 37˚C
2. Pernafasan
a. Pusat pengatur pernafasan belum sempurna.
b. Surfaktan paru-paru masih kurang, sehingga perkembangannya tidak
sempurna.
c. Otot pernafasan dan tulang iga lemah.
d. Dapat disertai penyakit-penyakit : penyakit hialin membran, mudah
infeksi paru-paru, gagal pernafasan.
3. Alat pencernaan makanan
a. Belum berfungsi sempurna, sehingga penyerapan makanan kurang baik.
b. Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna sehingga
pengosongan lambung berkurang.
c. Mudah terjadinya regurtasi isi lambung dan dapat menimbulkan
aspirasi pneumonia.
4. Hepar yang belum matang (immatur)

7
Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin, sehingga
mudah terjadi hiperbilirubinemia (kuning) sampai kernikterus.
5. Ginjal masih belum matang
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih
belum sempurna sehingga mudah terjadi edema.
6. Perdarahan dalam otak
a. Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah pecah
b. Sering mengalami gangguan pernafasan sehingga memudahkan terjadi
perdarahan dalam otak.
c. Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan dapat
menyebabkan kematian.
d. Pemberian oksigen belum mampu diatur sehingga memudahkan
terjadi perdarahan dan nekrosis.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (misal : foto thorax)

H. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
b. Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
d. Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik
yang tepat

8
2. Penanganan secara umum :
a. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin
besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi
serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan
didalam incubator
b. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara
memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,5o C s/d 37o C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana
suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang
minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur
terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama.
Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000
gram, dan sampai 300C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000
gram
c. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam
incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau
“lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator,
incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk
bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi
dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan
yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi
terhadap pernafasan lebih mudah.
d. Pemberin oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan.
Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan
head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjangakan

9
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat
menimbulkan kebutaan
e. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system
imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak
memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi,
perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan
sesudah merawat bayi.
f. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu
mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI
merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ),
terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi
berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori,
dibandingkan dengan bayi preterm.

10
I. ASUHAN KEPERAWATAN BBLR
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah
kesehatan. Data subyektif terdiri dari:
1) Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis
kelamin
2) Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat
antenatal pada kasus BBLR yaitu:
(1) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi
buruk, merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan
penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
(2) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya
kelahiran multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan
preterm.
(3) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa
tetapi tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas
kesehatan.
(4) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan
(kehamilan postdate atau preterm).
(5) Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan
yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir.
Yang perlu dikaji :
(6) Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun
plasenta previa.
(7) Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena
pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan
sistem pusat pernafasan.

11
b) Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
(1) Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua
AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10)
asfiksia ringan.
(2) Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu
aterm ³ 2500 gram lingkar kepala kurang atau lebih dari
normal (34-36 cm).
(3) Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus
anetrecial aesofagal.
4) Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga
perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi
bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga
untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi
disamping untuk pemberian obat intravena.
5) Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi,
jumlah, konsistensi.BAK : frekwensi, jumlah
6) Latar belakang sosial budaya
Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu
merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis
psikotropikaKebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol,
kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
7) Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung
dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali
dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat
mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya
dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif

12
b. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran
dan pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku.
1) Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya
merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang
aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari
responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang
badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala
dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
2) Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila
penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm
beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 °C dan beresiko
terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 °C. Sedangkan suhu normal
tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi normal antara 120-140 kali per
menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi
post asfiksia berat pernafasan belum teratur .
3) Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru,
pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
4) Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan
adanya peningkatan tekanan intrakranial.
5) Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
6) Hidung

13
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lendir.
7) Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
8) Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
9) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
10) Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per
menit.
11) Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah  arcus
costaae     pada garis papila  mamae, lien tidak teraba, perut buncit
berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia
diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran
bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
12) Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya
tanda – tanda infeksi pada tali pusat.
13) Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan
letak muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat
labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang
perdarahan.
14) Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar
serta warna dari faeses.
15) Ekstremitas

14
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya
patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari
tangan serta jumlahnya.
16) Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan
sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai
keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang
c. Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam
menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat
memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang diperlukan adalah :
1) Darah : GDA > 20 mg/dl
2) Test kematangan paru
3) CRP
4) Hb dan Bilirubin : > 10 mg/dl
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas  b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
b. Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder
terhadap defisiensi surfaktan
c. Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan
elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi
dan intake yang kurang adekuat
e. Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi
termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan
f. Resiko tinggi terjadi gangguan perfusi jaringan b/d imaturitas fungsi
kardiovaskuler
g. Resiko tinggi injuri susunan saraf pusat b/d hipoksia
h. Resiko tinggi infeksi b/d imaturitas fungsi imunologik

15
i. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit
j. Gangguan persepsi-sensori : penglihatan, pendengaran, penciuman,
taktil b/d stimulus yang kurang atau berlebihan dari lingkungan
perawatan intensif
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Rencana
No Keperawatan Tujuan/Kriteria Tindakan Rasional
1 Ketidakefekt Pola nafas menjadi - Berikan posisi - Melancarkan
ifan pola efektif kepala sedikit jalan nafas
nafas   b/d Kriteria hasil : ekstensi - Memenuhi
tidak - Kebutuhan - Berikan oksigen kecukupan
adekuatnya oksigen menurun dengan metode oksigen dalam
ekspansi - Nafas spontan, yang sesuai. tubuh
paru adekuat - Observasi - Mengetahui
- Tidak sesak. irama, irama,
- Tidak ada retraksi kedalaman dan kedalaman
frekuensi dan frekuensi
pernafasan. pernafasan.
2 Gangguan Pertukaran gas - Lakukan isap - Melancarkan
pertukaran adekuat lendir kalau jalan nafas.
gas b/d Kriteria hasil : perlu - Memenuhi
kurangnya - Tidak sianosis. - Berikan oksigen kebutuhan
ventilasi - Analisa gas darah dengan metode oksigen dalam
alveolar normal yang sesuai. tubuh
sekunder - Saturasi oksigen - Observasi warna - Mengetahui
terhadap normal. kulit. adanya
defisiensi - Ukur saturasi sianosis.
surfaktan oksigen - Memantau
- Observasi kebutuhan
tanda-tanda saturasi

16
perburukan oksigen
pernafasan - Mengetahui
- Lapor dokter adanya tanda-
apabila terdapat  tanda
tanda-tanda perburukan
perburukan pernafasan.
pernafasan. - Mendapatkan
- Mendapatkan tindakan yang
tindakan yang tepat.
tepat. - Memantau
- Kolaborasi hasil
dalam laboratorium.
pemeriksaan
analisa gas
darah.
3 Risiko tinggi Hidrasi baik - Observasi turgor - Mengetahui
gangguan Kriteria hasil: kulit. keadaan
keseimbanga - Turgor kulit - Catat intake dan turgor kulit.
n elastik output. - Memantau
keseimbanga - Tidak ada edema - Kolaborasi cairan masuk
n cairan dan - Produksi urin 1-2 dalam dan cairan
elektrolit b/d cc/kgbb/jam pemberian keluar.
ketidakmam - Elektrolit darah cairan intra vena - Memenuhi
puan ginjal dalam batas dan elektrolit. kebutuhan
mempertaha normal - Kolaborasi cairan dan
nkan dalam elektrolit
keseimbanga pemeriksaan dalam tubuh.
n cairan dan elektrolit darah - Memantau
elektrolit hasil
pemeriksaan
elektrolit

17
darah.
4 Perubahan Nutrisi adekuat - Berikan - Memenuhi
nutrisi Kriteria hasil : ASI/PASI kebutuhan
kurang dari - Berat badan naik dengan metode nutrisi tubuh.
kebutuhan 10-30 gram / hari yang tepat. - Mengetahui
tubuh - Tidak ada edema - Timbang berat peningkatan /
berhubungan - Protein dan badan setiap penurunan
dengan tidak albumin darah hari berat badan.
adekuatnya dalam batas - Catat intake dan - Memantau
persediaan normal output jumlah cairan
zat besi, - Kolaborasi masuk dan
kalsium, dalam keluar.
metabolisme pemberiantotal - Memenuhi
yang tinggi parenteral kebutuhan
dan intake nutrition kalau cairan dan
yang kurang perlu. nutrisi.
adekuat
5 Risiko tinggi Suhu bayi stabil - Rawat bayi - Menurunkan
hipotermi Kreteria hasil: dengan suhu risiko
atau - Suhu 36,5 0C lingkungan hipotermi /
hipertermi -37,5 0C sesuai. hipertermi.
b/d - Akral hangat - Hindarkan bayi - Menurunkan
imaturitas kontak langsung risiko
fungsi dengan benda hipotermi /
termoregulas sebagai sumber hipertermi.
i atau dingin/panas. - Memantau
perubahan - Ukur suhu bayi terjadinya
suhu setiap 3 jam peningkatan /
lingkungan atau kalau perlu. penurunan
- Ganti popok suhu tubuh.
bila basah. - Menghindarka

18
n kontak
langsung
dengan
kelembaban.
6 Risiko tinggi Perfusi jaringan - Ukur tekanan - Mengetahui
terjadi baik darah kalau tekanan darah.
gangguan kreteria hasil: perlu. - Memantau
perfusi - Tekanan darah - Observasi warna adanya
jaringan b/d normal kulit. sianosis.
imaturitas - Pengisian - Observasi - Memantau
fungsi kembali kapiler pengisian keadaan
kardiovaskul <2 detik kembali kapiler. sirkulasi.
er - Akral hangat dan - Observasi - Memantau
tidak sianosis adanya edema adanya
- Produksi urin 1-2 perifer penumpukan
cc/kgbb/jam - Kolaborasi cairan.
- Kesadaran dalam - Mengetahui
composmentis pemeriksaan hasil
laboratorium. laboratorium.
- Kolaborasi - Obat-obatan
dalam sangat penting
pemberian obat- dalam proses
obatan. penyembuhan.
7 Risiko tinggi Tidak ada injuri - Cegah - Menurunkan
injuri Kriteria hasil : terjadinya risiko
susunan - Kesadaran hipoksia. terjadinya
saraf pusat composmentis - Ukur saturasi hipoksia.
b/d hipoksia - Gerakan aktif oksigen. - Memberikan
dan terkoordinasi - Observasi saturasi yang
- Tidak ada kejang kesadaran dan tepat.
ataupun aktifitas bayi. - Memantau

19
twitching - Observasi adanya tanda-
- Tidak ada tangisan bayi. tanda injuri.
tangisan - Observasi - Memantau
melengking adanya kejang. adanya
- Hasil USG - Lapor dokter gangguan
kepala dalam apabila saraf pusat.
batas normal ditemukan - Memantau
kelainan pada adanya
saat observasi. gangguan
- Kolaborasi saraf pusat.
dalam - Berkolaborasi
pemeriksaan dalam
USG kepala. memberikan
tindakan.
- Memantau
adanya
kelainan
kepala.
8 Risiko tinggi Bayi tidak - Hindari bayi - Menghindari
infeksi b/d terinfeksi dari orang-orang penularan
imaturitas Kriteria hasil : yang terinfeksi infeksi.
fungsi - Suhu 36,5 0C kalau perlu - Menghindari
imunologik -37,5 0C rawat dalam penularan
- Darah rutin incubator. infeksi.
normal - Cuci tangan - Menghindari
- Tidak ada tanda- sebelum dan penularan
tanda infeksi sesudah kontak infeksi.
dengan bayi.
- Lakukan tehnik
aseptik dan
antiseptik bila

20
melakukan
prosedur
invasive.
9 Risiko tinggi Integritas kulit baik - Lakukan - Menjaga tali
gangguan Kriteria hasil : perawatan tali pusat dalam
integritas - Tidak ada rash pusat. keadaan baik.
kulit b/d - Tidak ada iritasi - Observasi - Mengetahui
imaturitas - Tidak plebitis tanda-tanda kondisi
struktur kulit vital. pasien.
- Kolaborasi - Memantau
pemeriksaan hasil
darah rutin. pemeriksaan
- Kolaborasi laboratorium.
pemberian - Obat-obatan
antibiotika. sangat penting
- Kaji kulit bayi dalam proses
dari tanda-tanda penyembuhan.
kemerahan, - Memantau
iritasi, rash, lesi adanya
dan lecet pada kemerahan,
daerah yang iritasi, rash,
tertekan. lesi dan lecet.
- Gunakan plester - Menurunkan
non alergi dan terjadinya
seminimal gangguan
mungkin integritas
- Ubah posisi kulit.
bayi dan - Menurukan
pemasangan terjadinya
elektrode atau hipoksia
sensor. jaringan.

21
10 Gangguan Persepsi dan - Membelai bayi - Memantau
persepsi- sensori baik sebelum adanya respon
sensori: Kriteria hasil : malakukan rangsangan
penglihatan, - Bayi berespon tindakan. sentuhan.
pendengaran terhadap stimulus - Mengajak bayi - Memantau
, penciuman, berbicara atau adanya respon
taktil b/d merangsang rangsangan
stimulus pendengaran suara.
yang kurang bayi dengan - Memantau
atau memutarkan adanya respon
berlebihan lagu-lagu yang rangsangan
dari lembut. cahaya.
lingkungan - Memberikan - Meningkatkan
perawatan rangsang cahaya reflex hisap
intensif pada mata. dan menelan.
- Lakukan
stimulas untuk
refleks
menghisap dan
menelan dengan
memasang dot.

22
J. Daftar Pustaka
Fishman, Marvin A. 2007. Buku Ajar Pediatri, Volume 3 Edisi 20.
Jakarta:EGC.
Handayani, Siti. 2006. Bayi berat lahir rendah
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action.
Juniartha, Putu. 2013. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Berat
Badan Lahir Rendah (Bblr) Yang dikutip dalam
https://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2013/06/13/laporan-
pendahuluan-asuhan-keperawatan-berat-badan-lahir-rendah-bblr/
(diakses pada tanggal 13 Mei 2015 pukul 14.00 WIB)
Kosim, M. Sholeh, dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI.
Llewellyn-Jones, Derek. 2002. Dasar-dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta:
Hipokrates.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rahayu, Sri. 2008. KTI Hubungan pendidikan dan paritas terhadap kejadian
BBLR di banjarmasin.
Ribek, Nyoman dkk. 2011. Aplikasi Perawatan Bayi Resiko Tinggi
Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Keperawatan:
Digunakan Sebagai Bahan Pembelajaran Praktek Klinik dan Alat Uji
Kompetensi. Denpasar: Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan.
Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif
Obstetri Sosial Edisi 3 Jilid 1 & 2. Jakarta: EGC
Straight, Barbara R. 2004. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC,
2004
Wong, D.L,dkk. 2008. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku
Kedokteran

23

Anda mungkin juga menyukai