Anda di halaman 1dari 12

UPAYA PREVENTIF DAN

PENATALAKSANAAN PADA KASUS


KEGAWATDARURATAN OBSTETRI
UNTUK MEMENUHI TUGAS
KEGAWAT DARURATAN
Oleh:
-Bayu Tri Harryana,- Devi Ayu Anggraeni, -Chatrine Caroline
PREVALENSI

 Pelayanan kesehatan ibu selama kehamilan merupakan hal penting bagi ibu hamil maupun bayi
yang dikandungnya. Upaya pelayanan tersebut merupakan salah satu upaya pencegahan
terhadap kondisi buruk yang dapat terjadi pada seorang ibu hamil yang mungkin sampai
menyebabkan kematian pada ibu.
 Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dari tingkat kesehatan suatu daerah.
Dengan kata lain, tingginya angka kematian ibu, menunjukkan rendahnya tingkat kesehatan di
daerah tersebut.
 Diperkirakan kematian ibu secara global berjumlah 10,7 juta wanita meninggal selama 25 tahun
dari 1990 hingga 2015 disebabkan oleh kematian ibu. Seiring dengan perkembangan zaman,
angka kematian tersebut telah menurun di seluruh dunia. Secara global MMR (maternal
mortality ratio) telah menurun 44% (33% hingga 48%), dari tahun 1990 dengan angka 385 (359
sampai 427) hingga tahun 2015 dengan angka 216 (207 sampai 249). (Diflayzer, 2018)
Definisi

 Obstetri adalah cabang ilmu kedokteran yang khusus mempelajari


kehamilanan dan persalinan, namun berbeda dengan ginekologi,
ginekologi adalah cabang ilmu kedokteran yang khusus mempelajari
masalah reproduksi wanita. Meski begitu, kedua cabang ilmu ini
memiliki lingkup kerja yang masuk dalam dua masalah kesehatan
terbesar pada wanita. Oleh sebab itu, spesialisasi kedua cabang ilmu ini
digabung dalam satu keahlian yang disebut dengan istilah Obgyn.
Kegawatdaruratan obsteri

• Kedaruratan Obstetrik adalah suatu keadaan klinik yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat
kesakitan yang berat bahkan kematian ibu dan janinnya. Secara umum terdapat 4 penyebab utama kematian
ibu, janin dan bayi baru lahir,yaitu
(1) perdarahan , (2) infeksi, sepsis , (3) hipertensi, preeklampsia, eklampsia , (4) persalinan macet (distosia).

• Menurut hasil study Dr.dr. John., SpOG-K, (2015) Kedaruratan obstetrik adalah kondisi kesehatan yang
mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran.
Poin yang akan sering digunakan sebagai acuan keberhasilan suatu tindakan adalah dengan cara penilaian atau pengkajian
yang benar sehingga dapat berhasil dalam penegakkan diagnosa, begitupun dalam upaya pertolongan pertama.
Penilaian awal ialah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat kasus obstetri yang membutuhkan pertolongan
segera dengan mengindentifikasi penyulit ( komplikasi ) yang dihadapi. Pemeriksaan yang dilakukan dalam penilaian awal
ialah sebagai berikut :
Periksa Pandang:
• Menilai kesadaran penderita : pingsan/koma, kejang-kejang, gelisah, tampak kesakitan
• Menilai wajah penderita : pucat, kemerahan, banyak keringat
• Menilai pernafasan : cepat, sesak nafas.
• Menilai perdarahan dan kemaluan

Periksa Raba :
• Kulit : dingin, demam
• Nadi : lenah/kuat, cepat/normal
• Kaki/tungkai bawah : bengkak

Tanda vital :
Tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan
Upaya preventif

 Pencegahan primer
Tujuan dari pencegahan primer yaitu untuk mencegah timbulnya penyakit baru pada individu yang beresiko mengalami
angka modalitas atau pada populasi umum. Sasaran pencegahan primer yaitu orang-orang yang belum sakit dan klien
yang beresiko terhadap kejadian tersebut.
Dalam kaitannya dengan PPGD Obstetri maka dapat dilakukan dengan cara, Health Promotion atau peningkatan
kesehatan terhadap ibu hamil. Bagaimana kaitannya dengan masalah KAI, agar upaya preventif berhasil dilakukan.
Dilakukan promosi kesehatan dalam permasalah obstetric dinilai cukup untuk mencegah masalah obstetric seperti syok
obstetric ataupun pencegan abortus, atau tidak mengalami dampak permasalahan obstetric itu sendiri.
Upaya preventif

 Pencegahan sekunder dan tersier


Secondary prevention (pencegahan sekunder) Yaitu pencegahan terhadap masyarakat yang masih atau sedang
sakit, dengan dua kelompok kegiatan:

1.Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis awal dan pengobatan segera atau adekuat), antara lain
melalui: pemeriksaan kasus dini (early case finding), pemeriksaan umum lengkap (general check up),
pemeriksaan missal (mass screening), survey terhadap kontak, sekolah dan rumah (contactsurvey, school
survey, household survey), kasus (case holding), pengobatn adekuat (adekuat tretment).

2.Disability limitation(pambatasan kecacatan) Penyempurnaan dan intensifikasi terhadap terapi lanjutan,


pencegahan komplikasi, perbaikan fasilitas kesehatan, penurunan beban sosial penderita, dan lain-lain.

Pencegahan tersier adalah upaya meningkatkan angka kesembuhan, angka survival (bertahan hidup), dan
kualitas hidup dalam mengatasi penyakit.
Penatalaksanaan PPGD Obsteri

1. Pendarahan Pasca Persalinan


Menurut WHO, perdarahan pasca salin diklasifikasikan sebagai
perdarahan pasca Salin dini (perdarahan dari jalan lahir ≥ 500 ml dalam
24 jam pertama setelah bayi lahir) dan perdarahan pasca salin lanjut
(perdarahan dari jalan lahir ≥ 500 ml setelah 24 jam pertama persalinan).
Penyebab PPS adalah satu atau lebih dari 4 faktor yakni tonus, tissue,
trauma, dan trombin.
2. Ruptura Uteri
Ruptura uteri terjadi jika terdapat robekan dinding uterus saat kehamilan atau persalinan.7 Kasus ini merupakan keadaan
emergensi obstetri yang mengancam nyawa ibu dan janin. Ruptura uteri dapat bersifat komplit atau inkomplit. Disebut ruptura
uteri komplit apabila robekan yang menghubungkan rongga amnion dan rongga peritoneum sehingga semua lapisan dinding
uterus terpisah. Sedangkan ruptur uteri inkomplit terjadi jika rongga abdomen dan rongga uterus masih dibatasi oleh
peritoneum viserale.

8 Faktor risiko terjadinya ruptura uteri adalah adanya riwayat ruptura uteri sebelumnya, riwayat seksio sesarea atau
histertektomi, riwayat reseksi kornu pada kehamilan ektopik, riwayat perforasi uterus, kuretase, overdistensi uterus, kehmailan
multifetus, polihidramnion, persalinan dengan forceps atau vakum, plasenta akreta, dan partus macet.
3. Distosia Bahu
Distosia bahu adalah suatu keadaan gawat darurat yang tidak dapat diprediksi dimana kepala janin
sudah lahir tetapi bahu terjepit dan tidak dapat dilahirkan.
Diagnosa :
1. Kepala janin lahir tetapi bahu tetap terjepit kuat didalam vulva
2. Dagu mengalami retraksi dan menekan perineum
3. Traksi pada kepala gagal untuk melahirkan bahu yang terjepit dibelakang symphisis pubis.
Penatalaksanaan :
4. Ask for Help
5. Episiotomi
6. Posisikan ibu : a. Lakukan Manuver McRobert b. Perasat Masanti, c. Manuver Wood corkscrew, d.
Manuver Rubine1,2, e. Perasat dan tindakan lanjutan lain seperti pengeluaran lengan posterior,
kleidotomi bahkan simfisiolisis Pengawasan harus dilakukan akibat trauma yang ditimbulkannya
terhadap ibu & bayi.
4. Hipertensi dalam kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi kehamilan setelah kehamilan 20 minggu yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi, disertai salah satu dari : edema, proteinuria, atau kedua-duanya. Yang merupakan kegawatdarutan
adalah preeklampsia dan eklampsia.
Permasalahan yang ditemukan terutama berkaitan dengan Preeklampsia Berat, apalagi yang onset dini maupun
Eklampsi. Kondisi lain yang sering menyulitkan termasuk Sindroma HELLP, Edema Paru, Krisis Hipertensi dan IUGR. Apabila
ditemukan kejang pada keadaan ini (eklampsia), maka penanganan yang diberikan berupa
1. Beri obat anti kejang (anti konvulsan) Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi
kejang pada preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah Diazepam, dengan risiko terjadinya depresi neonatal.
2. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, penghisap lendir, masker oksigen, oksigen).
3. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
4. Aspirasi mulut dan tenggorokan
5. Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk mengurangi risiko aspirasi 6. Berikan O2 4-6 liter/menit
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai