Anda di halaman 1dari 9

Nama : Hamdah Ridhaka Waljannah

Nim : P2.06.24.2.18.016

Konsep Dasar Gawat Darurat Maternal Neonatal

A. Pengertian
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-
tiba, seringkali merupakan kejadian yang berrbahaya (Dorlan, 2011).
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala
berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan
segera guna menyelamtkan jiwa/ nyawa (Campbell S, Lee C, 2000).
Kegawatdaruratan Maternal merupakan kejadian berbahaya yang dapat
mengancam jiwa akibat dari masalah kehamilan, persalinan, atau nifas.
Kegawatdaruratan Neonatal merupakan kejadian yang mengancam jiwa bayi baru
lahir usia 0-28 hari. Jadi, Gawat Darurat Maternal & Neonatal adalah penderita yang
memerlukan pertolongan segera karena berada pada keadaan yang mengancam jiwa
atau adanya ancaman kematian pada ibu dan bayi. Pertolongan penderita gawat
darurat harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan cermat agar tidak terjadi kematian
atau kecacatan pada penderita.
Kegawatan atau kegawatdaruratan dalam kebidanan adalah kegawatan atau
kegawatdaruratan yang terjadi pada wanita hamil, melahirkan atau nifas.
Kegawatdaruratan dapat terjadi baik pada penanganan obstetric maupun neonatal.
Penatalaksanaan kegawatdaruratan meliputi pengenalan segera kondisi gawat darurat,
stabilisasi keadaan penderita, pemberian oksigen, infuse, terapi cairan, transfuse
darah, dan pemberian medikamentosa (antibiotika, sedatif, anestesi, dan serum anti
tetanus). Kegawatdaruratan dapat terjadi tiba-tiba, dapat disertai kejang, atau dapat
timbul sebagai akibat dari suatu komplikasi yang tidak ditangani atau dipantau dengan
semestinya.
Pertolongan pertama gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik dirumah,
lingkungan masyarakat, puskesmas, dan atau rumah sakit. Penatalaksanaan kegawat
daruratan kebidanan tidak dibatasi oleh bantuan medis tetapi juga non medis. Pada
pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan menyebabkan pasien dapat bertahan
hidup untuk mendapatkan pertolongan yang lebih lanjut. Adapun keberhasilan
penanganan gawat darurat ditentukan oleh tersedianya sumber daya yang terstandar.
Pelayanan kebidanan dibedakan menjadi 3 jenis pelayanan, yaitu:
1. Layanan primer, sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan.
2. Layanan sekunder, sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara
bersamaan sebagai salah satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.
3. Layanan rujukan, rujukan ke system pelayanan yang lebih tinggi, atau sebaliknya.
Peran dan fungsi bidan dalam kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal
diorientasikan pada kemampuan memberikan asuhan meliputi upaya pencegahan
(preventif), promosi terhadap pelaksanaan asuhan kebidanan normal, deteksi
komplikasi pada ibu dan anak serta akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai
serta kemampuan dalam penatalaksanaan kegawatdaruratan.
Standar kompetensi bidan berdasarkan KEPMENKES RI
no.369/MENKES/III/2007 menyatakan bahwa bidan memberikan asuhan yang
bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin
persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk
mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir. Kompetensi
pengetahuan dasar yang perlu dimiliki seorang bidan meliputi:
1. Indikasi tindakan kegawatdaruratan kebidanan (distosia bahu, asfiksia, retensio
plasenta, pendarahan, atonia uteri dan mengatasi renjatan).
2. Indikasi tindakan operatif pada persalinan ( gawat janin, CPD) .
3. Indikator komplikasi persalinan: perdarahan, partus macet, malpresentasi,
eklampsi, gawat janin, infeksi KPD tanpa infeksi, distosia karena inersia uteri
primer, postterm, preterm serta tali pusat menumbung.
Adapun kompetensi keterampilan dasar yang perlu dimiliki seorang bidan
meliputi:
1. Mengidentifikasi secara dini persalinan abnormal dan kegawatdaruratan dengan
intervensi yang sesuai dan atau melakukan rujukan dengan tepat waktu.
2. Melakukan pengeluaran plasenta secara manual
3. Mengelola perdarahan postpartum.
4. Memindahkan ibu untuk tindakan tambahan atau kegawatdaruratan dengan tepat
waktu sesuai indikasi.

Keterampilan tambahan :
1. Menolong kelahiran presentasi muka dengan penempatan dan gerakan tangan yang
tepat.
2. Memberikan suntikan anastesi lokal jika diperlukan
3. Melakukan ekstraksi forsep rendah dan vakum jika diperlukan sesuai kewenangan
4. Mengidentifikasi dan mengelola malpresentasi, distosia bahu, gawat janin dan
IUFD dengan tepat
5. Mengidentifikasi dan mengelola tali pusat menumbung
6. Mengidentifikasi dan menjahit robekan serviks.

B. Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan


Kasus kegawatdaruratan obstetri ialah kasus yang apabila tidak segera
ditangani akan berakibat kesakitan yang berat, bahkan kematian ibu dan janinya.
Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir. Secara
umum terdapat 4 penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir dari sisi
obstetri, yaitu (1) perdarahan; (2) infeksi sepsis; (3) hipertensi dan
preeklampsia/eklampsia; dan (4) persalinan macet (distosia). Persalinan macet hanya
terjadi pada saat persalinan berlangsung, sedangkan ketiga penyebab yang lain dapat
terjadi dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Kasus perdarahan yang
dimaksud di sini adalah perdarahan yang diakibatkan oleh perlukaan jalan lahir
mencakup juga kasus ruptur uteri. Selain keempat penyebab kematian tersebut, masih
banyak jenis kasus kegawatdaruratan obstetrik baik yang terkait langsung dengan
kehamilan dan persalinan, misalnya emboli air ketuban, kehamilan ektopik, maupun
yang tidak terkait langsung dengan kehamilan dan persalinan, misalnya luka bakar,
syok anafilaktik karena obat dan cidera akbita kecelakaan lalulintas.
Mengenal kasus kegawatdaruratan obstetri secara dini sangat penting agar
pertolongan yang cepat dan tepat dapat dilakukan. Mengingat manifestasi klinik kasus
kegawatdaruratan obstetri yang berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas,
mengenal kasus tersebut tidak selalu mudah dilakukan, bergantung pada pengetahuan,
kemampuan daya pikir dan daya analisis, serta pengalaman tenaga penolong.
Kesalahan ataupun kelambatan dalam menentukan kasus dapat berakibat fatal. Dalam
prinsip, padad saat menerima setiap kasus yang dihadapi harus dianggap gawatdarurat
atau setidak-tidaknya dianggap berpotensi gawatdarurat, sampai ternyata setelah
pemeriksaan selesai kasus itu ternyata bukan kasus gawatdarurat.
Dalam menanagani kasus kegawatdaruratan, penentuan permasalahan utama
(diagnosa) dan tindakan pertolongannya harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan
tenang tidak panik, walaupun suasana keluarga pasien ataupun pengantarnya mungkin
dalam kepanikan. Semuanya dilakukan dengan cepat, cermat, dan terarah. Walaupun
prosedur pemeriksaan dan pertolongan dilakukan dengan cepat, prinsip komunikasi
dan hubungan antara dokter-pasien dalam menerima dan menangani pasien harus
tetap diperhatikan.

C. Pengkajian Awal Terhadap Kasus Kegawatdaruratan Kebidanan


Bidan/perawat kebidanan tetap tenang, jangan panik, jangan membiarkan ibu
sendirian tanpa penjaga/penunggu. Bila tidak ada petugas lain, berteriak untuk minta
bantuan. Jika ibu tidak sadar, lakukan pengkajian jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi
dengan cepat. Jika dicurigai adanya syok, mulai segera tindakan. Baringkan ibu
miring kekiri dengan bagian kaki ditinggikan, longgarkan pakaian yang ketat seperti
BH/Bra. Ajak bicara ibu/klien dan bantu ibu/klien untuk tetap tenang. Lakukan
pemeriksaan dengan cepat yang meliputi tanda-tanda vital, warna kulit dan
perdarahan yang keluar.

D. Pengkajian Awal Kasus Kegawatdaruratan Kebidanan Secara Cepat


1. Jalan nafas dan pernafasan
Perhatikan adanya sianosis, gawat nafas, lakukan pemeriksaan pada kulit:
adakah pucat, suara paru: ada wheezing, sirkulasi tanda-tanda syok, kaji kulit
(dingin), nadi (cepat >100 kali per menit dan lemah), tekanan darah (rendah,
sistolik <90 mmHg).
2. Perdarahan pervaginam
Bila ada perdarahan pervaginam, tanyakan : apakah ibu sedang hamil, usia
kehamilan, riwayat persalinan sebelumnya dan sekarang, bagaimana proses
kelahiran plasenta, kaji kondisi vulva (jumlah darah yang keluar, plasenta
tertahan), uterus (adakah atonia uteri), kondisi kandung kemih (apakah penuh).
3. Klien tidak sadar atau kejang
Tanyakan pada keluarga, apakah ibu sedang hamil, usia kehamilan.
Periksa: tekanan darah (tinggi, diastolik >90 mmHg), temperatur (lebih dari
38,0°c).
4. Demam yang berbahaya
Tanyakan apakah ibu lemah, lethargi, sering nyeri saat berkemih. Periksa:
temperatur (lebih dari 39°c), tingkat kesadaran, kaku kuduk, paru-paru
(pernafasan dangkal), abdomen (tegang), vulva (keluar cairan purulen), payudara
bengkak.
5. Nyeri abdomen
Tanyakan apakah ibu sedang hamil dan usia kehamilannya. Periksa :
tekanan darah (rendah, sistolik kurang dari 90 mmHg), nadi (cepat, lebih dari 110
kali permenit), temperatur (lebih dari 38,0°c), uterus (status kehamilan).
6. Perhatikan tanda-tanda berikut ini :
Keluaran darah, adanya kontraksi, pucet, lemah, pusing, sakit kepala,
pandangan kabur, pecah ketuban, demam, gawat nafas.
7. Tindakan yang harus dilakukan
 Melatih semua staf untuk dapat bereaksi dengan cepat terhadap ibu yang
datang dengan kegawatdaruratan kebidanan.
 Melakukan simulasi klinik untuk kesiapan staf
 Memastikan bahwa akses tidak terhambat dan fungsi peralatan bekerja
dengan baik
 Memiliki norma-norma dan protokol kerja
 Mengidentifikasi dengan jelas terhadap klien (ibu) yang berada diruang
tunggu.

E. Tanda Dan Gejala Kegawatdaruratan


Tanda dan gejala kegawatdaruratan yaitu:
1. Sianosis sentral
Sianosis adalah warna kebiru-biruan pada kulit dan selaput lendir yang
terjadi akibat peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi (Hb yang tidak berkaitan
dengan O2).
2. Apnea
Menurut American Academy of Sleep Medicine, penentuan periode apnea
dikategorikan berdasarkan hasil indeks rata-rata jumlah henti nafas dalam 1 jam
atau Apnea Hypopnea Indeks (AHI). Klasifikasi periode dengan kriteria sebagai
berikut :
a.       Ringan, apabila 5-15 kali/jam.
b.      Sedang, apabila 15-30 kali/jam.
c.       Berat, apabila >30 kali/jam.
3. Kejang
 Kejang umum dengan gejala:
 Gerakan wajah dan ekstremitas yang teratur dan berulang
 Ekstensi atau fleksi tonik lengan atau tungkai, baik sinkron maupun tidak
sinkron
 Perubahan status kesadaran (bayi mungkin tidak sadar atau tetap bangun tetapi
responsif/apatis)
 Apnea (napas spontan berhenti lebih 20 detik).
 Kejang subtle dengan gejala :
 Gerakan mata berkedip berputar dan juling yang berulang.
 Gerakan mulut dan lidah berulang.
 Gerakan tungkai tidak terkendali, gerakan seperti mengayuh sepeda.
 Apnea.
 Bayi bisa masih tetap sadar.
4. Spasme dengan gejala :
 Kontraksi otot tidak terkendali paling tidak beberapa detik sampai beberapa
menit
 Dipicu oleh sentuhan, suara maupun cahaya
 Bayi tetap sadar, sering menangis kesakitan
 Trismus (rahang kaku, mulut tidak dapat dibuka, bibir mencucu seperti mulut
ikan)
 Opistotonus
5. Perdarahan
Setiap perdarahan pada neonatus harus segera dirujuk, perdarahan dapat
disebabkan kekurangan faktor pembekuan darah dan faktor fungsi pembekuan
darah atau menurun.
6. Sangat kuning.
7. Berat badan < 1500 gram

F. Penyebab Kegawatdaruratan
1. Contoh Kegawatdaruratan Maternal
A. Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup diluar kandungan. Abortus spontan adalah abortus
yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar atau buatan untuk mengakhiri
kehamilan tersebut. Terminologi untuk kasus ini adalah pengguguran, aborsi
atau abortus provokatus (Sarwono, 2010).
Penanganan :
Untuk menangani pasien abortus, ada beberapa langkah yang dibedakan
menurut jenis abortus yang dialami, antara lain :
a) Abortus komplit :
Tidak memerlukan penanganan khusus, apabila pasien menderita anemia
ringan perlu diberikan tablet besi dan dianjurkan supaya makan makanan yang
mengadung banyak protein, vitamin dan mineral. Apabila tidak terdapat tanda-
tanda infeksi tidak perlu diberikan antibiotik.
b) Abortus inkomplit :
Bila disertai dengan syok akibat perdarahan maka pasien diinfus dan
dilanjutkan tranfusi darah.Setelah syok teratasi, dilakukan kuretase, bila perlu
pasien dianjurkan rawat inap.
c) Abortus insipiens :
Biasanya dilakukan tindakan kuretase bila umur kehamilan kurang dari 12
minggu yang disertai dengan perdarahan.
d) Abortus imminens :
Istirahat tirah baring secara total merupakan unsur penting dalam pengobatan
karena cara ini akan mengurangi rangsangan mekanis dan menambah aliran
darah ke rahim.
e) Missed abortion :
Dilakukan kuretase di rumah sakit, dan harus hati-hati karena terkadang
plasenta melekat erat pada rahim.

B. Mola Hidatidosa (Kista Vesikular)


Mola hidatidosa (hamil anggur) adalah suatu massa atau pertumbuhan di
dalam rahim yang terjadi pada awal kehamilan. Mola Hidatidosa adalah
kehamilan abnormal, dimana seluruh villi korialisnya mengalami perubahan
hidrofobik. Mola hidatidosa juga dihubungkan dengan edema vesikular dari vili
khorialis plasenta. Secara histologis, ditemukan proliferasi trofoblast dengan
berbagai tingkatan hiperplasia dan displasia. Vili khorialis terisi cairan,
membengkak, dan hanya terdapat sedikit pembuluh darah.
Penatalaksanaan:
a) Perbaiki keadaan umum.
b) Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap. Bila
Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12 jam kemudian
dilakukan kuret.
c) Memberikan obat-obatan antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan
umum penderita.
d) 7–10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk
membersihkan sisa-sisa jaringan.
e) Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30
tahun, paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi
pusat atau lebih.
Pengawasan Lanjutan:
a) Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral
pil.
b) Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun, yaitu setiap minggu
pada Triwulan pertama, setiap 2 minggu pada Triwulan kedua, setiap
bulan pada 6 bulan berikutnya, setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan
selanjutnya setiap 3 bulan.
c) Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :
 Gejala klinis : keadaan umum, perdarahan
 Pemeriksaan dalam : keadaan serviks, uterus bertambah kecil atau tidak
 Laboratorium : Reaksi biologis dan immunologis : 1x seminggu sampai
hasil negatif, 1x per 2 minggu selama Triwulan selanjutnya, 1x sebulan
dalam 6 bulan selanjutnya, 1x per 3 bulan selama tahun berikutnya. Kalau
hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya keganasan
 Sitostatika Profilaksis : Metoreksat 3x 5mg selama 5 hari

C. Kehamilan Ekstrauteri (Ektopik)


Kehamilan ektopik adalah kehamilan di mana setelah fertilisasi, implantasi
terjadi di luar endometrium kavum uteri. Hampir 90% kehamilan ektopik terjadi
di tuba uterina. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur apabila
massa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang implantasi (misalnya :
tuba) dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu.

D. Ruptur Uteri
Ruptur uterus adalah robekan pada uterus, dapat meluas ke seluruh
dinding uterus dan isi uterus tumpah ke seluruh rongga abdomen (komplet),
atau dapat pula ruptur hanya meluas ke endometrium dan miometrium, tetapi
peritoneum di sekitar uterus tetap utuh (inkomplet).
Penatalaksanaan
Tindakan pertama adalah memberantas syok, memperbaiki keadaan
umum penderita dengan pemberian infus cairan dan tranfusi darah,
kardiotinika, antibiotika, dsb. Bila keadaan umum mulai baik, tindakan
selanjutnya adalah melakukan laparatomi dengan tindakan jenis operasi:
1) Histerektomi baik total maupun sub total
2) Histerorafia, yaitu luka di eksidir pinggirnya lalu di jahit sebaik-baiknya
3) Konserfatif : hanya dengan temponade dan pemberian antibiotika yang
cukup.
Tindakan yang akan dipilih tergantung pada beberapa faktor, diantaranya
adalah:
1) Keadaan umum penderita
2) Jenis ruptur incompleta atau complete
3) Jenis luka robekan : jelek, terlalu lebar, agak lama, pinggir tidak rata dan
sudah banyak nekrosis
4) Tempat luka : serviks, korpus, segmen bawah Rahim
5) Perdarahan dari luka : sedikit, banyak
6) Umur dan jumlah anak hidup
7) Kemampuan dan ketrampilan penolong
2. Contoh Kegawatdaruratan Neonatus
a. Hipotermia
Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh < 36,5°C atau kedua
kaki dan tangan teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia
diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai
25°C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal
penyakit yang berakhir dengan kematian. Akibat hipotermia adalah
meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia), terjadinya metabolik
asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan menurunnya simpanan
glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan
turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake
kalori.

b. Hipertermia
Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan
termoregulasi. Hipertermia terjadi ketika tubuh menghasilkan atau menyerap
lebih banyak panas daripada mengeluarkan panas. Ketika suhu tubuh cukup
tinggi, hipertermia menjadi keadaan darurat medis dan membutuhkan
perawatan segera untuk mencegah kecacatan dan kematian.
Tanda dan gejala : Panas, kulit kering, kulit menjadi merah dan teraba panas,
pelebaran pembuluh darah dalam upaya untuk meningkatkan pembuangan
panas, bibir bengkak.
Tanda-tanda dan gejala bervariasi tergantung pada penyebabnya.
Dehidrasi yang terkait dengan serangan panas dapat menghasilkan mual,
muntah, sakit kepala, dan tekanan darah rendah. Hal ini dapat menyebabkan
pingsan atau pusing, terutama jika orang berdiri tiba-tiba. Tachycardia dan
tachypnea dapat juga muncul sebagai akibat penurunan tekanan darah dan
jantung. Penurunan tekanan darah dapat menyebabkan pembuluh darah
menyempit, mengakibatkan kulit pucat atau warna kebiru-biruan dalam kasus-
kasus lanjutan stroke panas. Beberapa korban, terutama anak-anak kecil,
mungkin kejang-kejang. Akhirnya, terjadi ketidaksadaran dan koma.

c. Hiperglikemia
Hiperglikemia atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi dimana jumlah
glukosa dalam plasma darah berlebihan. Hiperglikemia disebabkan oleh
diabetes melitus. Pada diabetes melitus, hiperglikemia biasanya disebabkan
karena kadar insulin yang rendah atau resistensi insulin pada sel. Kadar insulin
rendah atau resistensi insulin tubuh disebabkan karena kegagalan tubuh
mengkonversi glukosa menjadi glikogen, pada akhirnya membuat sulit atau
tidak mungkin untuk menghilangkan kelebihan glukosa dari darah.
Gejala hiperglikemia antara lain : polifagi (sering kelaparan), polidipsi
(sering haus), poliuri (sering buang air kecil), penglihatan kabur, kelelahan,
berat badan menurun, sulit terjadi penyembuhan luka, mulut kering, kulit
kering atau gatal, impotensi (pria), infeksi berulang, kussmaul hiperventilasi,
arrhythmia, pingsan, koma.

d. Tetanus neonatorum
Tetanus neonaturum adalah penyakit tetanus yang diderita oleh bayi baru
lahir yang disebabkan karena basil klostridium tetani.
Tanda-tanda klinis antara laian : bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum,
mulut mencucu seperti mulut ikan, mudah terangsang, gelisah (kadang-kadang
menangis) dan sering kejang disertai sianosis, kaku kuduk sampai opistotonus,
ekstremitas terulur dan kaku, dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut
tertarik ke bawah, muka rhisus sardonikus.

e. Sindrom gawat nafas neonatus (asfiksia)


Sindrom gawat nafas neonatus (asfiksia) merupakan kumpulan gejala
yang terdiri dari dispnea atau hiperapnea dengan frekuensi pernafasan lebih
dari 60 kali per menit, sianosis, merintih, waktu ekspirasi dan retraksi di
daerah epigastrium, interkostal pada saat inspirasi. Resusitasi merupakan
sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung dan organ-organ vital
lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan
menjamin ventilasi yang adekuat (Rilantono, 1999). Tindakan ini merupakan
tindakan kritis yang dilakukan pada saat terjadi kegawatdaruratan terutama
pada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. Kegawatdaruratan pada
kedua sistem tubuh ini dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang
singkat (sekitar 4 –6 menit). Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang
harus dilakukan dengan segera sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup
(Hudak dan Gallo, 1997).

Anda mungkin juga menyukai