Nim : P2.06.24.2.18.016
A. Pengertian
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-
tiba, seringkali merupakan kejadian yang berrbahaya (Dorlan, 2011).
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala
berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan
segera guna menyelamtkan jiwa/ nyawa (Campbell S, Lee C, 2000).
Kegawatdaruratan Maternal merupakan kejadian berbahaya yang dapat
mengancam jiwa akibat dari masalah kehamilan, persalinan, atau nifas.
Kegawatdaruratan Neonatal merupakan kejadian yang mengancam jiwa bayi baru
lahir usia 0-28 hari. Jadi, Gawat Darurat Maternal & Neonatal adalah penderita yang
memerlukan pertolongan segera karena berada pada keadaan yang mengancam jiwa
atau adanya ancaman kematian pada ibu dan bayi. Pertolongan penderita gawat
darurat harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan cermat agar tidak terjadi kematian
atau kecacatan pada penderita.
Kegawatan atau kegawatdaruratan dalam kebidanan adalah kegawatan atau
kegawatdaruratan yang terjadi pada wanita hamil, melahirkan atau nifas.
Kegawatdaruratan dapat terjadi baik pada penanganan obstetric maupun neonatal.
Penatalaksanaan kegawatdaruratan meliputi pengenalan segera kondisi gawat darurat,
stabilisasi keadaan penderita, pemberian oksigen, infuse, terapi cairan, transfuse
darah, dan pemberian medikamentosa (antibiotika, sedatif, anestesi, dan serum anti
tetanus). Kegawatdaruratan dapat terjadi tiba-tiba, dapat disertai kejang, atau dapat
timbul sebagai akibat dari suatu komplikasi yang tidak ditangani atau dipantau dengan
semestinya.
Pertolongan pertama gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik dirumah,
lingkungan masyarakat, puskesmas, dan atau rumah sakit. Penatalaksanaan kegawat
daruratan kebidanan tidak dibatasi oleh bantuan medis tetapi juga non medis. Pada
pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan menyebabkan pasien dapat bertahan
hidup untuk mendapatkan pertolongan yang lebih lanjut. Adapun keberhasilan
penanganan gawat darurat ditentukan oleh tersedianya sumber daya yang terstandar.
Pelayanan kebidanan dibedakan menjadi 3 jenis pelayanan, yaitu:
1. Layanan primer, sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan.
2. Layanan sekunder, sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara
bersamaan sebagai salah satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.
3. Layanan rujukan, rujukan ke system pelayanan yang lebih tinggi, atau sebaliknya.
Peran dan fungsi bidan dalam kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal
diorientasikan pada kemampuan memberikan asuhan meliputi upaya pencegahan
(preventif), promosi terhadap pelaksanaan asuhan kebidanan normal, deteksi
komplikasi pada ibu dan anak serta akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai
serta kemampuan dalam penatalaksanaan kegawatdaruratan.
Standar kompetensi bidan berdasarkan KEPMENKES RI
no.369/MENKES/III/2007 menyatakan bahwa bidan memberikan asuhan yang
bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin
persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk
mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir. Kompetensi
pengetahuan dasar yang perlu dimiliki seorang bidan meliputi:
1. Indikasi tindakan kegawatdaruratan kebidanan (distosia bahu, asfiksia, retensio
plasenta, pendarahan, atonia uteri dan mengatasi renjatan).
2. Indikasi tindakan operatif pada persalinan ( gawat janin, CPD) .
3. Indikator komplikasi persalinan: perdarahan, partus macet, malpresentasi,
eklampsi, gawat janin, infeksi KPD tanpa infeksi, distosia karena inersia uteri
primer, postterm, preterm serta tali pusat menumbung.
Adapun kompetensi keterampilan dasar yang perlu dimiliki seorang bidan
meliputi:
1. Mengidentifikasi secara dini persalinan abnormal dan kegawatdaruratan dengan
intervensi yang sesuai dan atau melakukan rujukan dengan tepat waktu.
2. Melakukan pengeluaran plasenta secara manual
3. Mengelola perdarahan postpartum.
4. Memindahkan ibu untuk tindakan tambahan atau kegawatdaruratan dengan tepat
waktu sesuai indikasi.
Keterampilan tambahan :
1. Menolong kelahiran presentasi muka dengan penempatan dan gerakan tangan yang
tepat.
2. Memberikan suntikan anastesi lokal jika diperlukan
3. Melakukan ekstraksi forsep rendah dan vakum jika diperlukan sesuai kewenangan
4. Mengidentifikasi dan mengelola malpresentasi, distosia bahu, gawat janin dan
IUFD dengan tepat
5. Mengidentifikasi dan mengelola tali pusat menumbung
6. Mengidentifikasi dan menjahit robekan serviks.
F. Penyebab Kegawatdaruratan
1. Contoh Kegawatdaruratan Maternal
A. Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup diluar kandungan. Abortus spontan adalah abortus
yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar atau buatan untuk mengakhiri
kehamilan tersebut. Terminologi untuk kasus ini adalah pengguguran, aborsi
atau abortus provokatus (Sarwono, 2010).
Penanganan :
Untuk menangani pasien abortus, ada beberapa langkah yang dibedakan
menurut jenis abortus yang dialami, antara lain :
a) Abortus komplit :
Tidak memerlukan penanganan khusus, apabila pasien menderita anemia
ringan perlu diberikan tablet besi dan dianjurkan supaya makan makanan yang
mengadung banyak protein, vitamin dan mineral. Apabila tidak terdapat tanda-
tanda infeksi tidak perlu diberikan antibiotik.
b) Abortus inkomplit :
Bila disertai dengan syok akibat perdarahan maka pasien diinfus dan
dilanjutkan tranfusi darah.Setelah syok teratasi, dilakukan kuretase, bila perlu
pasien dianjurkan rawat inap.
c) Abortus insipiens :
Biasanya dilakukan tindakan kuretase bila umur kehamilan kurang dari 12
minggu yang disertai dengan perdarahan.
d) Abortus imminens :
Istirahat tirah baring secara total merupakan unsur penting dalam pengobatan
karena cara ini akan mengurangi rangsangan mekanis dan menambah aliran
darah ke rahim.
e) Missed abortion :
Dilakukan kuretase di rumah sakit, dan harus hati-hati karena terkadang
plasenta melekat erat pada rahim.
D. Ruptur Uteri
Ruptur uterus adalah robekan pada uterus, dapat meluas ke seluruh
dinding uterus dan isi uterus tumpah ke seluruh rongga abdomen (komplet),
atau dapat pula ruptur hanya meluas ke endometrium dan miometrium, tetapi
peritoneum di sekitar uterus tetap utuh (inkomplet).
Penatalaksanaan
Tindakan pertama adalah memberantas syok, memperbaiki keadaan
umum penderita dengan pemberian infus cairan dan tranfusi darah,
kardiotinika, antibiotika, dsb. Bila keadaan umum mulai baik, tindakan
selanjutnya adalah melakukan laparatomi dengan tindakan jenis operasi:
1) Histerektomi baik total maupun sub total
2) Histerorafia, yaitu luka di eksidir pinggirnya lalu di jahit sebaik-baiknya
3) Konserfatif : hanya dengan temponade dan pemberian antibiotika yang
cukup.
Tindakan yang akan dipilih tergantung pada beberapa faktor, diantaranya
adalah:
1) Keadaan umum penderita
2) Jenis ruptur incompleta atau complete
3) Jenis luka robekan : jelek, terlalu lebar, agak lama, pinggir tidak rata dan
sudah banyak nekrosis
4) Tempat luka : serviks, korpus, segmen bawah Rahim
5) Perdarahan dari luka : sedikit, banyak
6) Umur dan jumlah anak hidup
7) Kemampuan dan ketrampilan penolong
2. Contoh Kegawatdaruratan Neonatus
a. Hipotermia
Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh < 36,5°C atau kedua
kaki dan tangan teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia
diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai
25°C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal
penyakit yang berakhir dengan kematian. Akibat hipotermia adalah
meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia), terjadinya metabolik
asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan menurunnya simpanan
glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan
turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake
kalori.
b. Hipertermia
Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan
termoregulasi. Hipertermia terjadi ketika tubuh menghasilkan atau menyerap
lebih banyak panas daripada mengeluarkan panas. Ketika suhu tubuh cukup
tinggi, hipertermia menjadi keadaan darurat medis dan membutuhkan
perawatan segera untuk mencegah kecacatan dan kematian.
Tanda dan gejala : Panas, kulit kering, kulit menjadi merah dan teraba panas,
pelebaran pembuluh darah dalam upaya untuk meningkatkan pembuangan
panas, bibir bengkak.
Tanda-tanda dan gejala bervariasi tergantung pada penyebabnya.
Dehidrasi yang terkait dengan serangan panas dapat menghasilkan mual,
muntah, sakit kepala, dan tekanan darah rendah. Hal ini dapat menyebabkan
pingsan atau pusing, terutama jika orang berdiri tiba-tiba. Tachycardia dan
tachypnea dapat juga muncul sebagai akibat penurunan tekanan darah dan
jantung. Penurunan tekanan darah dapat menyebabkan pembuluh darah
menyempit, mengakibatkan kulit pucat atau warna kebiru-biruan dalam kasus-
kasus lanjutan stroke panas. Beberapa korban, terutama anak-anak kecil,
mungkin kejang-kejang. Akhirnya, terjadi ketidaksadaran dan koma.
c. Hiperglikemia
Hiperglikemia atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi dimana jumlah
glukosa dalam plasma darah berlebihan. Hiperglikemia disebabkan oleh
diabetes melitus. Pada diabetes melitus, hiperglikemia biasanya disebabkan
karena kadar insulin yang rendah atau resistensi insulin pada sel. Kadar insulin
rendah atau resistensi insulin tubuh disebabkan karena kegagalan tubuh
mengkonversi glukosa menjadi glikogen, pada akhirnya membuat sulit atau
tidak mungkin untuk menghilangkan kelebihan glukosa dari darah.
Gejala hiperglikemia antara lain : polifagi (sering kelaparan), polidipsi
(sering haus), poliuri (sering buang air kecil), penglihatan kabur, kelelahan,
berat badan menurun, sulit terjadi penyembuhan luka, mulut kering, kulit
kering atau gatal, impotensi (pria), infeksi berulang, kussmaul hiperventilasi,
arrhythmia, pingsan, koma.
d. Tetanus neonatorum
Tetanus neonaturum adalah penyakit tetanus yang diderita oleh bayi baru
lahir yang disebabkan karena basil klostridium tetani.
Tanda-tanda klinis antara laian : bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum,
mulut mencucu seperti mulut ikan, mudah terangsang, gelisah (kadang-kadang
menangis) dan sering kejang disertai sianosis, kaku kuduk sampai opistotonus,
ekstremitas terulur dan kaku, dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut
tertarik ke bawah, muka rhisus sardonikus.