2 / Agustus 2013
ABSTRAK
Kampung Yepase tahun 2010-2011 mengalami penurunan kasus kematian ibu 100% dari 7,1% kasus.
Namun terdapat 40% kasus kematian persalinan yang dilakukan oleh tenaga dukun. Cakupan gizi ibu hamil,
BBLR dan gizi bayi masih < 50%. Tujuan penelitian memahami gambaran budaya Papua terkait perawatan
kehamilan, nifas dan bayi di Distrik Depapre Kabupaten Jayapura. Metode penelitian yang digunakan
kualitatif dengan subyek penelitian adalah ibu yang memiliki bayi usia 0-3 tahun. Pengumpulan data melalui
focus group discussion dan wawancara mendalam. Analisis data menggunakan content analysis (analisis
isi). Hasil penelitian menemukan adanya bentuk praktek budaya kehamilan, nifas dan bayi yang tidak
mendukung dan mendukung kesehatan. Praktek budaya yang tidak mendukung pada kehamilan; ritual
pemijatan (menguatkan dan mengatur peranakan usia pertama kehamilan, dan 5-6 bulan untuk mengatur
jalan lahir dilakukan pada usia 9 bulan), anjuran bekerja keras, tidur larut malam menggunakan sarung di
ruang terbuka (depan rumah), pantang makan makanan tertentu. Pada masa nifas: Ibu nifas diberikan
ramuan daun untuk mencegah darah putih, mencegah perdarahan, dan mengeringkan luka, 2 hari pasca
melahirkan dapat beraktifitas menggunakan cara tradisional dengan uap panas, tidak memerlukan pemeriksaan
ulang jika terjadi perdarahan berat.
Kata Kunci : faktor Budaya, Perawatan kehamilan, nifas dan bayi
ABSTRACT
Cultural practices of Yepase Ethnic related to pregnancy, post-delivery, and infant treatments in
Depapre District, Jayapura Regency; During 2010-2011 maternal mortality rate in Yepase Village
decreased to 100% of 7.1 % cases. However, 40% of the deaths in delivery period were related to
traditional healer practices. Nutrition rate for pregnant mothers, low weight birth, and infants
were still under 50%. This study aimed to find out cultural illustration in Papua related to pregnancy,
post-delivery, and infant treatments in Depapre District, Jayapura Regency. The study applied a
qualitative method with focus group discussion (FGD) and in-depth interview data collection.
Data were analyzed by a content analysis technique. Results of the study showed cultural practices,
which supported and did not support pregnancy, post-delivery, and infant treatments. The cultural
practices that support the pregnancy treatments included massage rituals (strengthening and
arranging infant during the first year of pregnancy, and 5-6 months of pregnancy, and enabling
delivery in the 9th month of pregnancy), working hard advice for pregnant mothers, outdoor late
sleep using sarung (in front of house), and diet prohibition. The cultural practices that did not
support post-delivery treatment included traditional leaf-made medicines to prevent white blood,
bleeding, and to dry wounds two days after the delivery to enable the mothers to go back to their
daily activities, with no treatments when the mothers suffered bleeding.
Keywords: cultural factors, treatments for pregnancy, post-delivery, and infant
100
Pratek Budaya Suku Kampung Yepase ... (Agustina RY, Laksmono W)
101
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 2 / Agustus 2013
persalinan yang aman serta pencegahan Disamping itu keberadaan dukun bayi masih
terjadinya hiportemi dan tetanus neonatrum memberikan kontribusi terdapat 2 dukun
setelah persalinan dan perawatan bayi baru lahir. kampung yaitu 1 dukun terlatih dan 1 dukun tidak
Hal ini disebabkan hubungan antara budaya terlatih yang digunakan masyarakat sebagai
dan kesehatan sangatlah erat. Suatu masyarakat penolong dalam perawatan kehamilan, nifas dan
desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara bayi. Hal ini terjadi khususnya akibat faktor sosial
pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka, budaya yang berkembang di masyarakat.
karena kebudayaan atau kultur dapat Kampung Yepase berdasarkan data
membentuk kebiasaan dan respon terhadap Kematian Ibu Bayi Balita dan Kesakitan
kesehatan dan penyakit dalam masyarakat tanpa (KIBBLA). Tahun 2010 dari 14 ibu bersalin
memandang tingkatannya. Didalam masyarakat dengan tenaga medis 6 persalinan mengalami
sederhana, kebiasaan hidup dan adat istiadat pendarahan dan infeksi pre eklamsia/ eklamsia
dibentuk untuk mempertahankan hidup diri sendiri dan terdapat 1 orang dari kasus tersebut (7,1%)
dan kelangsungan hidup mereka. Berbagai meninggal. Dan pada tahun 2011; 0 kasus
kebiasaan dikaitkan dengan kehamilan, kelahiran kematian. Namun dari 5 persalinan oleh tenaga
dan perawatan bayi yang bertujuan supaya dukun mengalami pendarahan, malaria dan
kesehatan ibu hamil, ibu bersalin dan bayi selamat anemia serta hipertensi terdapat 2 kasus (40%)
dan sehat. meninggal. Angka Kematian Anak (AKA) pada
Kampung Yepase merupakan salah satu tahun 2010 terjadi kasus Berat Badan Lahir
Kampung yang terletak di Distrik Depapre Rendah (BBLR), asfiksia, tetanus, dan hiportemi.
Kabupaten Jayapura, yang dipimpin oleh seorang Dari kasus tersebut yang mengalami kematian
Kepala kampung dan dibantu oleh seorang sebanyak 1 kasus (8,3%) dari 12 kelahiran
sekretaris kampung, serta tujuh orang kepala dengan tenaga kesehatan. Sendangkan tahun
suku dan seorang Ondoafi (kepala adat). 2011 mengalami peningkatan kasus kematian
Masyarakat kampung Yepase berjumlah 283 jiwa dari 9 bayi lahir hidup dan sebanyak 6 kasus bayi
terdiri dari 56 Kepala Keluarga (KK) yang mengalami infeksi neonatrum dan pneumonia/
menyebar di dua RT dalam satu RW. Bermukim bronkhitis terdapat 2 kasus meninggal oleh
di sekitar wilayah daratan rendah tinggi dan pantai tenaga kesehatan dan dari 6 bayi lahir hidup
di ketinggian tanah dari permukaan laut 60-90 terdapat 4 kasus infeksi neonatrum, BBLR dan
m serta banyaknya curah hujan. Suku besar yang Pneumonia/bronkhitis 2 kasus meninggal di tolong
mendiami kampung tersebut yaitu berasal dari tenaga dukun. Keadaan cakupan gizi bagi ibu
komunitas masyarakat penduduk asli Yepase hamil dan bayi baru lahir rendah menggambarkan
yang terdiri dari 7 suku yaitu Wafumilena, dari tahun 2010 sampai 2011 tidak banyak
Yepasedanya, Wersay, Yaroseray, mengalami perubahan cakupan di bawah 50%.
Merangkerena, Yekarmilena, dan Afasedanya. Ada tradisi yang selalu dilakukan sebagai
Tenaga kesehatan yang melakukan masyarakat kampung Yepase yang pola mata
pelayanan kesehatan ibu dan anak di kampung pencahariannya meramu dan bercocok tanam,
Yepase secara umum terdapat 1 bidan kampung maka secara turun-temurun mereka
terlatih tamatan SMA yang membawahi 2 memanfaatkan sumber daya alam sebagai
kampung dan 7 kader Posyandu yang berprofesi pengobatan tradisional. Adapun ibu pada masa
sebagai ibu rumah tangga. Cakupan pelayanan kehamilan, nifas dan bayi akan di anjurkan untuk
yang dilakukan bidan desa masih rendah total menggunakan cara dan ramuan tradisonal sebagai
pertolongan persalinan tahun 2010-2011 bahan pengobatan.
terdapat 26 ibu bersalin dari total 37 persalinan. Menurut Muhammad (1981) Kondisi sosial
102
Pratek Budaya Suku Kampung Yepase ... (Agustina RY, Laksmono W)
budaya (adat istiadat) dan kondisi lingkungan karena faktor perilaku praktek budaya dalam
(kondisi geografis) berpengaruh terhadap pengangan kesehatan ibu hamil, nifas dan bayi
kesehatan seseorang. Situasi budaya dalam hal masih merupakan hal yang sangat kompleks dan
ini adat istiadat saat ini tidak kondusif untuk help menyangkut latar belakang kehidupan secara
seeking behavior dalam masalah kesehatan turun temurun yang telah membentuk perilaku
reproduksi di Indonesia. Hal ini dikemukakan masyarakat dalam pengambilan keputusan
berdasarkan realita, bahwa masyarakat terhadap penanganan kasus-kasus kegawat
Indonesia pada umumnya sudah terbiasa daruratan.
menganggap bahwa kehamilan merupakan suatu Tingkat kepercayaan masyarakat masih
hal yang wajar yang tidak memerlukan antenal tinggi kepada dukun karena kharismatik yang
care. dimiliki sedemikian tinggi, sehingga ia lebih senang
Kebijakan Pemerintah Kabupaten Jayapura berobat dan meminta tolong kepada ibu dukun
selain pemberian asuransi kesehatan berupa merupakan warga asli dan orang terdekat yang
Jaminan Kesehatan Masyarakat sudah biasa membantu keluarga. Hal ini di
(JAMKESMAS) dan Jaminan Kesehatan tunjukan dengan masih rendahnya cakupan
Daerah (JAMKESDA) sehubungan dengan persalinan dan kunjungan masyarakat <50% ke
penerapan Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua tenaga kesehatan. Dalam perawatan kehamilan,
melalui Dana Alokasi Umum (DAU) nifas dan bayi masyarakat kampung Yepase di
melaksanakan Program Pemberdayaan Distrik, pengaruhi oleh sarana transportasi darat (truck
Kampung/Kelurahan (PPDK) dimaksud untuk mini) maupun transportasi laut (motor jhonson)
mengejar ketertinggalan terutama dibidang disesuaikan dengan jadwal pasar masyarakat di
pendidikan, kesehatan, perekonomian rakyat, Distrik Depapre yang berlangsung selama 3 hari
dan prasarana perhubungan. Tujuan utama (selasa, kamis dan sabtu). Sehingga Kondisi
program pemberdayaan Distrik, Kampung/ kesehatan masyarakat masih rendah karena
Kelurahan ialah pemberdayaan masyarakat. (14). terbatasnya jangkauan pelayanan kesehatan
Penyerapan dana untuk kegiatan posyandu sehingga dalam penanganan kematian ibu dan
ditingkat Kampung bantuan rata-rata 2 % dari anak praktek budaya masih di lakukan.
jumlah dana Rp. 100.000.000 yaitu sebesar Rp Green mengatakan ada beberapa faktor
2.000.000/tahun yang dimanfaatkan untuk budaya yang mempengaruhi ibu dalam praktiknya
Penyediaan Makanan Tambahan (PMT) balita yaitu faktor perdisposing meliputi pengetahuan,
Rp sebesar 1.200.000/tahun dan biaya sikap, kepercayaan, adat istiadat, dan norma
operasional kader sebesar Rp 800.000/tahun. terhadap kesehatan ibu dan anak untuk mencapai
Melalui pemberdayaan masyarakat KIA tersebut derajat kesehatan yang optimal. ()
di harapkan 75 persen kematian ibu bisa dicegah Tujuan dari penelitian ini untuk memahami
melalui banyak hal yang dilakukan untuk gambaran budaya Papua terkait perawatan
menurunkan AKI dan AKB hingga mencapai kehamilan, nifas dan bayi dalam menurunkan
angka Nol (0) bila ibu hamil dan ibu bayi AKI dan AKB (studi kasus di kampung Yepase
mendapat pelayanan dan menjangkau fasilitas Wilayah kerja Puskesmas Depapre Kabupaten
kesehatan tepat waktu. Keadaan ini Jayapura). Kelompok ibu dalam penelitian ini
mengakibatkan tingginya angka morbiditas dan adalah para wanita usia subur yang memiliki bayi
mortalitas pada ibu dan bayi, sehingga upaya usia 0-3 tahun yang bertempat tinggal di kampung
tenaga kesehatan dalam menurunkan angka yepase dan menjadi bagian dari keluarga (suku/
kematian ibu bukanlah suatu hal yang mudah marga) dari kampung Yepase
103
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 2 / Agustus 2013
sampai darah kotor keluar (cara sauna) setelah dan pada saat bayi 3 bulan dimandikan dengan
itu dengan tangan dukun akan memeriksa bagian air dingin. Jika terjadi gangguan pada anak seperti
dalam apakah sudah bersih dilakukan selama 1 tali pusat mengeluarkan darah maka yang
bulan sampai benar-benar bersih setelah itu disalahkan adalah ibu dan suami. Menurut
diberikan minuman ramuan prakepei (tali kuning mereka ibu tidak boleh masuk ke hutan dan
yang tergantung di pohon) untuk mengatasi gatal- bekerja berat sendangkan suami tidak boleh
gatal, daun siri untuk mengeringkan luka, daun memegang benda tajam dan menam tanaman
miyana untuk pendarahan dan daun turi untuk jangka panjang anak akan terlambat melangkah.
darah putih. Setelah melakukan perawatan ibu Cara mereka mengatasi keluhan/gangguan
hanya menggunakan hasduk (handuk yang dijahit kesehatan bayi adalah dukun memberikan daun
membentuk pembalut) setelah darah penuh lalu jambu (gejawas’ Guava’) untuk diare dan
dicuci dan pakai lagi selama masa nifas. memijit perut bayi dengan menekan dan memutar
Masyarakat kampung Yepase sudah mengenal disekitar perut untuk mengangkat tempat makan
KB alami untuk mengatur jarak kelahiran anak anak. Memberikan ramuan getah jarak untuk
secara turun temurun, menurut informan jarak mengeluarkan lendir pada tenggorokan. nafsu
kelahiran anak akan disampaikan oleh dukun makan anak berkurang dikarenakan gigi mau
dengan melihat pada titik hitam yang berada ditali tumbu musim buah-buah mulai banyak dan musim
pusat anak sebelum di potong. ikan di laut semakin berkurang. Namun untuk
mengetahui perkembangan bayi mereka
Praktek Perawatan Bayi Suku Yepase memanfaatkan posyandu agar mendapat PMT
Perawatan bayi dilakukan tepat saat bayi dan imunisasi. Ke Rumah Sakit atau Puskesmas
dilahirkan ketika bidan memberikan pada dukun, mereka akan meminta rujukan jika sudah terjadi
pertama kali dengan kopi kental dicampur air keparahan. Hal ini dikarenakan susahnya
kemudian diminumkan, setelah itu bayi ditidurkan transportasi, tidak ada biaya, pengurusan
dengan posisi tengkurap ke bawah untuk JAMKESMAS atau JAMKESDA suasah dan
mengeluarkan kotoran dari dalam mulut. Bayi jarak yang sangat jauh.
diberikan air susu pertama yang berwarna hijau Penelitian yang dilakukan oleh Girma (2011),
kekuning-kuningan. mengatakan bahwa faktor terkait dalam
Meskipun diberikan ASI pertama, jika ASI pemanfaatan pelayanan kesehatan antara lain
kurang maka akan ditambah dengan air kelapa biaya transportasi dan jarak ke pusat kesehatan
muda yang diambil dari atas pohon dan tidak terdekat atau rumah sakit, dan biaya pengobatan
boleh di jatuhkan ke bawah karena nanti anak yang dirasakan. Sama halnya masyarakat
minum bisa sakit atau buah ketepeng hutan yang kampung Yepase dari hasil penelitian didapatkan
tumbuh dipinggir pantai dengan mengambil air 12 informan utama penelitian mengatakan jarak
perasan sarinya lalu di minumkan untuk mencegah antara kampung dengan Puskesmas dan Rumah
anak kehausan. Untuk MP ASI bayi diberikan sakit jauh. Selain itu lokasi Puskesmas dari
sagu dan betatas. Perawatan tali pusat dukun atau kampung tidak dilalui kendaraan umum (angkutan
orang tua menggunakan bakaran bekas kota) setiap hari tertentu (selasa, kamis dan
tempurung kelapa dan daun-daunan lalu panas sabtu) sesuai dengan hari pasar, alat transportasi
api di panaskan pada tangan kosong dan dirau- lain dengan menggunakan perahu motor lewat
rau di pusat dan sekitar pusat anak sampai laut, motor ojek atau berjalan kaki dengan jarak
dengan tali pusatnya jatuh. Untuk menghangatkan tempuh ke Puskesmas ± 4 km. Hal ini
bayi anak di tidurkan didekat asap bakaran kayu mempengaruhi mereka dalam praktek perawatan
atau tempurung kelapa dalam ruangan kamar, bayi kepada petugas kesehatan sehingga
105
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 2 / Agustus 2013
masyarakat lebih memilih memanfaatkan fasilitas dalam melakukan perawatan kehamilan sudah
yang ada dan dekat yaitu bidan dan dukun. baik, namun tradisi dalam keluarga dalam
merawat kehamilan masih diperhadapkan
Budaya Suku Kampung Yepase Terkait dengan pantangan-pantangan terkait anjuran
Perawatan Kehamilan, Nifas dan Bayi perbuatan terhadap pekerjaan dan makanan.
Masyarakat kampung Yepase memiiliki Oleh karena kepercayaan masyarakat kampung
budaya yang mempengaruhi pola kehidupan Yepase yang tinggi membuat mereka harus
mereka didasarkan pada ppengetahuan, tradisi melakukannya.
dalam keluarga, kepercayaan, dan norma yang Menurut Green, masalah kesehatan
menjadi acuan dalam mengatur perilaku seseorang disebabkan oleh 2 faktor utama yaitu
kehidupan masyarakat. Latar belakang budaya : faktor perilaku dan faktor lingkungan yang
di kampung Yepase Distrik Depapre adalah suku keduanya disebut faktor resiko. peneliti hanya
Yepase. Pada masyarakat kampung Yepase melihat faktor predisposisi yang berkaitan
perempuan harus mengikuti aturan dalam dengan budaya praktek perawatan kehamilan,
keluarga walaupun berasal dari luar suku Yepase. nifas dan bayi yaitu pengetahuan ibu, tradisi
Suami dan keluarga mempunyai peranan dalam dalam keluarga, norma, dan kepercayaan.
mengatur pola kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat Dalam perawatan kehamilan ibu melakukan
dilihat berdasarkan kareakteristik responden pemijitan pada usia kandungan pertama
walaupun sebagian informan dari luar suku kehamilan untuk menguatkan kandungan,
kampung Yepase tetap harus mentaati aturan kehamilan 5-6 bulan untuk mengatur letak dan
adat di kampung Yepase. posisi peranakan dan 9 bulan untuk
Masyarakat kampung Yepase, dukun masih memperlancar proses kehamilan dengan mantra
menjadi prioritas utama dalam melakukan “nameng tena setena tapenya wela basu
perawatan hal ini dikarenakan tingkat mewe” (eh cepat keluar sudah jangan bikin berat
kepercayaan masyarakat bahwa dukun memiliki mama)”.
pengalaman, dapat menasehati dan dapat Selama kehamilan masyarakat kampung
melakukan perawatan dengan baik walaupun Yepase memiliki pantangan terhadap makanan
tidak berkunjung pada petugas kesehatan. Dalam tertentu seperti ikan yang berukuran besar karena
masyarakat kampung Yepase kehamilan dan dapat mengakibatkan pendarahan, buah yang
kemudian kelahiran merupakan peristiwa yang banyak mengandung air karena dapat
penting dalam siklus hidup manusia. Oleh karena mengakibatkan vagina berair, dan ibu hamil
itu keluarga akan melakukan serangkaian ritual dianjurkan lebih banyak makan sagu dari pada
dan tindakan-tindakan untuk menyambut nasi, serta selama masa kehamilan ibu lebih sering
kelahiran anak yang di anggap penting untuk mengkonsumsi sagu (papeda) campur kelapa tua
menjaga kesehatan ibu dan anak sebagai serta kuah garam. Walaupun menurut kesehatan
pertambahan anggota baru bagi penduduk pantangan makanan tertentu tidak dibenarkan
kampung Yepase. Keputusan untuk memilih apalagi kalau makanan tersebut bergizi (Lubis,
dukun sebagai prioritas utama ditentukan keluarga 2003). Selama kehamilan juga ada pantangan
karena pengalaman. yang harus diperhatikan ibu dan suami misalnya :
Selama kehamilan ibu akan melakukan - Ibu hamil dilarang tidur apalagi sore hari dan
upaya agar ibu dan bayinya sehat dan dapat pada saat bulan purnama, karena rohnya
bersalin dengan selamat, normal dan tidak cacat. dapat keluar dan berjalan. Jika ada orang
Pengetahuan yang dimiliki ibu secara turun- yang tidak senang pada ibu atau keluarga dari
temurun dan berasal dari petugas kesehatan ibu hamil mereka bisa membunuh rohnya dan
106
Pratek Budaya Suku Kampung Yepase ... (Agustina RY, Laksmono W)
ibu meninggal dirumah. dalam perut. Begitu juga sebagian informan utama
- Ibu dianjurkan melakukan aktifitas dan 7 orang ibu bersalin dengan tenaga bidan
pekerjaan berat supaya proses persalinannya mengatakan hal yang sama yaitu segera setelah
lebih lancar. menyusui pertama kali pada bayi ibu langsung
- Ibu dianjurkan tidak menggunakan pakaian diberikan sagu (papeda ‘ Phi’) panas –panas
yang ketat. Khususnya pada malam hari ibu sekali untuk dimakan untuk memperlancar darah
mengggunakan sarung atau kain dan ibu tidur keluar dari dalam. dalam perawatan nifas
diteras sampai larut malam. Manfaatnya bagi informan utama mengatakan hanya dilakukan di
keluarga ibu tidak kepanasan karena dapat rumah di dalam kamar atau satu ruangan karena
melancarkan pernafasan. Hal ini masih bauh darah dan amis, dukun akan
menyebabkan ibu mudah terkena malaria. membuat air panas ibu di dudukan dengan posisi
- Ibu dianjurkan tidak mandi lebih dari jam 6 kaki terlentang ke depan kemudian handuk panas
sore karena dapat diikuti oleh mashe detro dicelupkan ke dalam air panas lalu ibu di dudukan
dan mengakibatkan anggota tubuh ibu hamil diatas uap handuk sampai darah kotor keluar
ada yang hilang atau hamil kembar air. setelah itu dengan tangan dukun akan memeriksa
- Suami dilarang masuk ke dalam tempat bagian dalam apakah sudah bersih dilakukan
keramat milik suku lain dan memegang parang sampai 1 bulan sampai benar-benar bersih setelah
memotong tanaman milik orang lain saat ibu itu diberikan minuman ramuan prakepei (tali
hamil karena anak dapat lahir cacat. kuning yang tergantung di pohon) untuk
Pada masa kehamilan ibu hamil masih tetap mengatasi gatal-gatal, daun siri untuk
melakukan hubungan seks dengan suaminya, mengeringkan luka, daun miyana untuk
kadang kondisi suami dalam keadaan mabuk atau pendarahan dan daun turi untuk darah putih.
kotor. Hal ini karenakan suami dalam tradisi Menurut Povelita 50% penyebab kematian
masyarakat kampung yepase harus didengar dan ibu adalah infeksi pada masa nifas hal ini terkait
dituruti. Masyarakat kampung Yepase tidak dengan peradangan yang disebabkan oleh
menggunakan obat berbahan kimia dalam masuknya kuman-kuman ke dalam genital pada
mengatasi masalah atau gangguan saat hamil. waktu persalinan dan nifas oleh sebab tangan
Upaya pencegahan yang dilakukan dalam terkena kontaminasi dengan kuman, serta dalam
mengatasi keluhan-keluhan atau gangguan saat rumah terlalu banyak kuman-kuman pahtoghen,
kehamilan masyarakat menggunakan ramuan alat atau pakaian yang di gunakan tidak
tradisioanal berupa: daun meyana untuk diperhatikan kebersihannya. Kadang-kadang
menguatakan dan mencegah kurang darah, daun robekan serviks atau robekan rahim tidak di
pandan hutan untuk menguatkan kandungan, diagnosis sewaktu persalinan, karena
minyak kelapa untuk melicinkan anak pada saat pendarahan pada waktu itu tidak menonjol.
persalinan. Meskipun menurut kesehatan upaya Menurut anjuran kesehatan pemeriksaan 40 hari
pencegahan perlu dilakukan jika ada ini tidak merupakan pemeriksaan terakhir apalagi
pemeriksaan atau diagnosa yang dilakukan oleh bila ditemukan kelainan meskipun sifatnya ringan.
petugas kesehatan dan ramuan yang digunakan Selama masa nifas masyarakat masih
sudah dilakukan pengujian kualitas dan berpantangan terhadap hal-hal tertentu seperti
khasiatnya. tidak melakukan pekerjaan kehutan atau kepantai
Perawatan nifas di mulai setelah ibu menyusui karena masih bau darah atau amis hal ini diyakini
bayi pertama kali yaitu dengan memberikan sagu ibu tersebut dapat diikuti oleh roh-roh jahat
(papeda’ Phi’) panas-panas sekali untuk ibu sehingga dapat menimbulkan kelainan pada
makan agar memperlancar peredaran darah dari anggota tubuh seperti; kehilangan payudara atau
107
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 2 / Agustus 2013
payudara mengecil (kempes), mandi harus dalam ruangan sebagai akibat penggunaan bakar
menggunakan pakaian, tidak boleh melaukan biomassa seperti kayu bakar, batu bara atau
hubungan seks. Jika terjadi perdarahan pada bakaran bahan-bahan lain dapat menyebabkan
masa nifas ibu lebih melakukan perawatan secara kematian 1,6 juta jiwa pertahun sebagian besar
tradisional dengan meminum ramuan mencegah terjadi pada bayi. Memandikan bayi sudah
darah putih, perawatan badan agar tetap hangat dilakukan sejak turun-temurun berdasarkan
dan kuat dengan tidur didekat tunggku api hal ini pengalaman orang tua dari missionaris (orang
diyakini dapat memperlancar peredaran darah belanda) yang datang, dalam memandikan bayi
dan mencegah darah putih. Tradisi dalam masa yang diperhatikan adalah alat kelamin, karena
perawatan nifas ini membuat masyarakat tidak kelamin anak perempuan berbeda dengan
memerlukan kunjungan ulang pasca melahirkan kelamin anak laki-laki, informan utama penelitian
pada tenaga kesehatan. juga mengatakan sebelum pusat anak jatuh maka
Pada masa nifas ibu dianjurkan melakukan bayi tidak boleh dimandikan dengan cara
pekerjaan rumah tangga 2 hari pasca melahirkan mencelupkan ke dalam air hanya dengan
untuk mempercepat proses pemulihan, namun menyeka pada bagian tertentu dilakukan 2 kali
pekerjaan yang dilakukan seperti membelah kayu sehari sampai dengan pusat anak jatuh.
bakar, mencuci pakaian dan memasak yang Pengetahuan berdasarkan pengalaman yang
masih merupakan pekerjaan berat. Budaya dilakukan ibu ini sama dengan prinsip
positif pada masyarakat kampung Yepase adalah memandikan bayi yang di ungkapkan Depkes
melakukan perawatan payudara agar ASI tetap RI (2008).
lancar. Selama masa nifas ibu tidak melakukan Perawatan tali pusat yang dilakukan secara
hubungan seks karena menurut masyarakat ibu tradisional yaitu hanya menggunakan arang
masih kotor, setelah masa nifas tergantung pada tempurung bekas bakaran dengan daun-daunan
keinginan suami. Namun untuk mengatur jarak dan di usap-usap (rau-rau) dengan tangan yang
kehamilan yang informasinya sudah disampaikan di hangatkan di panas api di pusat dan sekitar
oleh dukun pasca melahirkan dengan melihat pusat bayi sampai sudah agak kering setelah itu
jarak titik hitam apabila jaraknya selebar dua jari di ikat dengan kain kasa 2 kali sehari setelah
dukun maka hubungan seks harus diperhitungkan menyeka bayi. Menurut kepercayaan mereka
karena jarak anak akan sangat dekat, apabila perawatan tali pusat yang dilakukan lebih cepat
jarak titik hitam sejengkal tangan dukun maka kering dan jatuh. Menurut Depkes RI (2004)
jarak anak akan jauh. Kebiasaan yang di lakukan oleh ibu sudah baik,
Perawatan bayi dilakukan langsung setelah karena ibu tidak menggunakan daun-daun,
persalinan dengan bidan maupun dukun yaitu ramuan atau obat bubuk, namun ibu harus
dilakukan dengan memberikan kopi kental untuk memperhatikan kebersihan tangannya karena
mengeluarkan kotoran yang tertelan saat berada kematian bayi banyak disebabkan oleh Tetanus
pada pintu rahim, Bayi diberikan air kelapa muda neonatrum akibat perawatan yang kurang bersih.
dan ketepeng hutan serta papeda cair sebagai Namun setelah tali pusat jatuh pada usia 3 bulan
penggati ASI saat ibu kekurangan air susu pasca bayi sudah dimandikan air dingin. Hal ini diyakini
melahirkan atau selama ibu dalam perawatan. bahwa pada masa pertumbuhan bayi akan tahan
Tradisi masyarakat kampung Yepase bayi terhadap perubahan iklim dan tulang menjadi kuat
lahir sampai dengan usia satu bulan akan untuk memikul barang yang berat.
dihangatkan dengan sisa bakaran bara api yang Dalam perawatan bayi masyarakat Yepase
diletakan di samping bayi agar bayi tetap merasa memiliki pantangan-pantangan yang dipercaya
hangat. Menurut WHO (2012), polusi udara jika dilakukan oleh ibu dan ayah (suami) dapat
108
Pratek Budaya Suku Kampung Yepase ... (Agustina RY, Laksmono W)
109
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 2 / Agustus 2013
110