Anda di halaman 1dari 61

MATERI INTI 3

TATA LAKSANA KEGAWAT DARURATAN


PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, DAN
NIFAS
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan tatalaksana
kehamilan, persalinan, dan nifas

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu:
1) Melakukan tata laksana kegawatdaruratan dasar pada kehamilan,
persalinan dan nifas
2) Menjelaskan tata laksana pada kehamilan, persalinan, dan nifas
dengan penyulit obstetri
3) Melakukan tata laksana kasus kegawatdaruratan tersering pada
kehamilan, persalinan, dan nifas
4) Rujukan kasus kegawatdaruratan kehamilan, persalinan, dan nifas
Pokok Bahasan
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan
subpokok bahasan sebagai berikut:
1. Tata Laksana kegawatdaruratan dasar pada kehamilan,
persalinan dan nifas
a. Henti jantung dan henti napas
b. Syok
c. Kejang
d. Sesak napas
e. Pingsan
2. Tata Laksana pada kehamilan dan persalinan
dengan penyulit obstetri
a. Hiperemesis Gravidarum
b. Kehamilan Ektopik Terganggu
c. Perdarahan Antepartum
d. Persalinan Preterm
e. Ketuban Pecah Dini
f. Persalinan Lama (kelainan His, CPD, Makrosomia )
g. Kelainan letak dan malpresentasi dalam persalinan
h. Distosia Bahu
i. Infeksi Nifas
j. Prolaps Tali Pusat
3. Tata Laksana Kasus Kegawatdaruratan
Tersering pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas
a. Hipertensi dalam kehamilan, Preeklampsia dan
Eklampsia
b. Perdarahan Pasca Salin
4. Rujukan Kasus kegawatdaruratan pada
Kehamilan, Persalinan dan Nifas
a. Stabilisasi pasien
b. Persiapan sarana merujuk
c. Perencanaan rujukan
Kerjasama Tim dalam Penanganan Kasus Gawat Darurat

Keadaan gawat darurat obstetri

Tidak
TERDUGA

Respon tim medis yang cepat Tim terdiri atas Dokter, Perawat, dan
dan tepat Bidan
Strategi Persiapan Tim
Tempatkan
1. Memastikan ketersediaan peralatan pada troli
dan pisahkan alat
perlengkapan, obat-obatan, dan 1 steril dengan tidak
alat – alat emergensi steril

2. Tim penolong yang terampil dan


pembagian tugas yang jelas Tim penolong
terdiri atas 3
3. SOP penanganan kasus 2, 3 orang
kegawatdaruratan
4. Sistem pembiayaan tidak boleh
menghambat pertolongan
kegawatdaruratan
5. Transportasi yang memadai Transfer ibu segera
5 setelah
untuk membawa ibu ke RS pertolongan dasar
Pengaturan Tim Emergensi

Dokter Komunikasi Tim Bidan Komunikasi Tim Perawat


Metode Komunikasi
 Menggunakan KODE
untuk mobilisasi tim
emergensi
 Komunikasi internal tim
Badge merah Badge hijau
memakai badge/kartu
berwarna
 Masing-masing penolong
memiliki tugas tersendiri
Badge kuning
Pembagian Tugas
Tim Emergensi
Klasifikasi kondisi ibu berdasarkan gejala yang dialami

1. Stabilisasi
2. Pemberian oksigen
3. Infus dan terapi cairan Penatalaksanaan awal
kegawatdaruratan obstetri
4. Transfusi darah
5. Medika mentosa
6. Rujukan !!
URAIAN MATERI

1. TATA LAKSANA
KEGAWATDARURATAN DASAR
PADA KEHAMILAN, PERSALINAN,
DAN NIFAS
A. Henti Nafas dan Jantung
Tatalaksana umum
1. Panggil bantuan tim respon awal emergensi
2. Lakukan penilaian awal cepat kondisi keadaan umum,
hemodinamik dan keadaan yang mendukung kepada
penegakan diagnosis
3. Lakukan langkah-langkah penatalaksanaan sesuai
dengan algoritme
4. Berikan informasi yang jelas kepada keluarga situasi
yang sedang terjadi serta upaya yang sedang dilakukan
oleh tim
Tatalaksana khusus
Resusitasi Jantung Paru
(RJP) :
30x kompresi
2x bantuan nafas

Menilai pernapasan Chest trust


Metode RJP pada ibu hamil :

1. Cek kesadaran ibu


2. Panggil bantuan
3. Bebaskan jalan napas
(head tilt – chin lift)
Menilai nadi

Memberi bantuan napas


4. Cek nadi  Ada/Tidak

5. Bila nadi tidak teraba  RJP

6. Tekan/kompresi dada di

pertengahan sternum
7. Kompresi sebanyak 30 : 2

8. Pasang kanul IV No. 16 atau

18
9. Pada Ibu usia kehamilan >20

minggu :
Miringkan ibu ke sisi kiri 15-
30O, bila tidak mungkin dorong
uterus ke sisi kiri

(Cardiff Wedge)
ALOGARITMA RESUSITASI JANTUNG PARU PADA IBU HAMIL, BERSALIN DAN NIFAS
B. Syok
Curigai atau antisipasi kejadian syok jika terdapat kondisi
berikut ini:
1. Perdarahan pada kehamilan muda
2. Perdarahan pada kehamilan lanjut atau pada saat
persalinan
3. Perdarahan pascasalin
4. Infeksi berat (seperti pada abortus septik, korioamnionitis,
metritis)
5. Kejadian trauma
6. Gagal jantung
Tatalaksana Syok
Umum :
1. Carilah bantuan tenaga kesehatan lain.
2. Pastikan jalan napas bebas dan berikan oksigen.
3. Miringkan ibu ke kiri.
4. Hangatkan ibu.
5. Pasang infus intravena (2 jalur bila mungkin) dengan
menggunakan jarum terbesar (no. 16 atau 18 atau ukuran
terbesar yang tersedia).
6. Berikan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat)
sebanyak 1 liter dengan cepat (15-20 menit).
7. Pasang kateter urin (kateter Folley) untuk memantau jumlah
urin yang keluar.
8. Lanjutkan pemberian cairan sampai 2 liter dalam 1 jam
pertama, atau hingga 3 liter dalam 2-3 jam (pantau
kondisi ibu dan tanda vital).
9. Cari penyebab syok dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang lebih lengkap secara simultan,
kemudian beri tatalaksana yang tepat sesuai penyebab.
10. Pantau tanda vital dan kondisi ibu setiap 15 menit.

11. Bila ibu sesak dan pipi membengkak, turunkan


kecepatan infus menjadi 0,5 ml/menit (8-10 tetes/menit),
pantau keseimbangan cairan
Khusus (berdasarkan penyebab syok)
1. Hemoragik :
• Atasi sumber perdarahan
• Transfusi bila Hb < 7g/dl atau bila klinis menunjukkan
anemia berat
2. Septik :
• Ambil sampel darah, urin, dan pus/nanah untuk kultur
mikroba
• Berikan kombinasi antibiotika kepada ibu dan
lanjutkan sampai ibu tidak demam selama 48 jam:
 Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, DITAMBAH
 Gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam,
DITAMBAH
 Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
3. Anafilaktik :
• Hentikan kontak dengan alergen yang dicurigai.
• Resusitasi cairan yang agresif
• Epinefrin/adrenalin 1:1000 (1 mg/ml) 0,2-0,5 ml IM
atau subkutan.
• Antihistamin (difenhidramin 25-50 mg IM atau IV),
penghambat reseptor H2 (ranitidin 1 mg/kgBB IV) dan
kortikosteroid (metilprednisolon 1-2 mg/kgBB/hari,
diberikan tiap 6 jam
2. TATA LAKSANA KASUS KEHAMILAN
DAN PERSALINAN DENGAN
PENYULIT OBSTETRI
C. Perdarahan Antepartum

1. Kriteria diagnosis: 6. Perdarahan Pasca Salin


 Perdarahan berulang selama  Atonia Uteri
kehamilan  Robekan Jalan Lahir: perineum,
 Perdarahan tanpa nyeri, pada dinding vagina, serviks
usia >28 minggu  Retensio plasenta
2. Abortus  Sisa plasenta

3. Mola Hidatidosa  Inversio uteri

4. Plasenta Previa  Gangguan pembekuan darah

5. Solusio Plasenta 7. Tatalaksana sesuai penyebab


6. Ruptur Uteri
C1. Abortus
• Ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan
• Kriteria :
1. Usia kehamilan < 22 minggu (WHO – IMPAC), atau
2. Usia kehamilan < 20 minggu atau berat janin < 500 gram.
Faktor Predisposisi

1. Faktor dari janin (fetal) : kelainan genetik (kromosom)

2. Faktor dari ibu (maternal) : infeksi, kelainan hormonal

 hipotiroidisme, diabetes, malnutrisi, penggunaan


obat-obatan, merokok, konsumsi alkohol, faktor
immunologis dan defek anatomis seperti uterus didelfis,
inkompetensia serviks dan sinekhiae uteri karena
sindrom Asherman.
3. Faktor dari ayah (paternal) : kelainan sperma
Jenis abortus dan gejala khas
Diagnosis
1. Perdarahan pervaginam dari bercak hingga berjumlah banyak
2. Perut nyeri dan kaku
3. Pengeluaran sebagian produk konsepsi
4. Serviks dapat tertutup maupun terbuka
5. Ukuran uterus lebih kecil dari yang seharusnya
6. Apabila tersedia ultrasonografi – sangat membantu menegakkan
diagnosis
Tatalaksana Umum
1. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan
umum ibu, hemodinamik dan keadaan yang mendukung
kepada penegakan diagnosis.
2. Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi,
tekanan sistolik <90 mmHg).
3. Bila syok  lakukan tatalaksana awal syok.

4. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok  tetap pikirkan


kemungkinan tersebut saat penolong melakukan
evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat
memburuk dengan cepat.
5. Bila ada tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus
dengan komplikasi, berikan kombinasi antibiotika
sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
• Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam

• Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam

• Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam

6. Segera RUJUK ibu ke rumah sakit


7. Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat
dukungan emosional + konseling kontrasepsi pasca
keguguran.
8. Lakukan tatalaksana selanjutnya di Puskesmas untuk
abortus inkomplitus dan abortus kompletus.
9. Bila tegak diagnosis abortus imminens, abortus
insipiens, missed abortion dan gejala sepsis,
segera RUJUK pasien ke RS.
C2. Plasenta Previa

Plasenta yang berimplantasi di atas atau mendekati ostium serviks


interna.
Diagnosis

1. Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan >22 minggu

2. Darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia

3. Syok

4. Tidak ada kontraksi uterus

5. Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul

6. Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin

7. Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG


Tatalaksana
1. PERHATIAN! Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam
sebelum tersedia kesiapan untuk seksio sesarea. Pemeriksaan
inspekulo dilakukan secara hati-hati, untuk menentukan sumber
perdarahan.
2. Lakukan penilaian awal cepat kondisi keadaan umum,
hemodinamik dan keadaan yang mendukung kepada penegakan
diagnosis
3. Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan intravena
(NaCl 0,9% atau Ringer Laktat).
4. Lakukan penilaian jumlah perdarahan untuk memperhitungkan
kebutuhan cairan
5. Berikan tokolitik bila ada kontraksi:
 Nifedipin 3 x 20 mg/hari, atau
 MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam

6. Pematangan paru : pada kehamilan 24 – 34 minggu berikan dosis


pertama injeksi deksametason 6 mg IM
7. Rujuk ke Rumah Sakit dengan fasilitas lengkap
C3. Solusio Plasenta

Terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum kelahiran bayi

Diagnosis
• Perdarahan dengan nyeri intermiten atau menetap

• Warna darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin ada bekuan jika solusio

relatif baru
• Syok tidak sesuai dengan jumlah darah keluar (tersembunyi)

• Anemia berat

• Gawat janin atau hilangnya denyut jantung janin

• Uterus tegang terus menerus dan nyeri


Tatalaksana
• Perhatian! Kasus ini tidak boleh ditatalaksana pada fasilitas

kesehatan dasar, harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih


lengkap.
• Lakukan penilaian awal cepat kondisi keadaan umum, hemodinamik

dan keadaan yang mendukung kepada penegakan diagnosis


• Jika keadaan umum tampak ringan atau sedang dan belum terdapat

tanda-tanda syok, segera persiapkan rujukan


• Jika keadaan umum tampak sedang atau berat disertai tanda-tandaa

syok, terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi, lakukan


penanganan syok (lihat pokok bahasan penanganan syok) dan segera
lakukan rujukan
C4. Ruptur Uteri

Ruptur uteri atau robeknya dinding rahim terjadi akibat


terlampauinya daya regang miometrium
Diagnosis :
1. Syok : takikardia dan hipotensi 6. Hilangnya gerak dan denyut jantung
2. Pasien tampak pucat tanpa disertai janin
perdarahan yang nyata terlihat 7. Bagian-bagian janin mudah dipalpasi
3. Dapat didahului oleh lingkaran 8. Bentuk uterus abnormal atau
konstriksi (Bundlle’s ring) konturnya tidak jelas
4. Nyeri perut hebat (dapat berkurang 9. Dapat ditemukan tanda akut abdomen
setelah ruptura terjadi) akibat dari adanya cairan bebas intra
5. Nyeri raba/tekan/lepas dinding perut abdominal
Tatalaksana
Tata laksana umum
• Lakukan penilaian awal cepat kondisi keadaan umum,
hemodinamik dan keadaan yang mendukung kepada penegakan
diagnosis (termasuk analisis partograf)
• Berikan oksigen menggunakan sungkup 8-10L/menit

• Lakukan resusitasi cairan sesuai dengan kondisi ibu (lihat tata


laksana syok)
• Lakukan rujukan dengan terus melakukan resusitasi cairan dalam
perjalanan rujukan
Ringkasan Diagnosis Perdarahan Antepartum
H. Distosia Bahu
Kepala dilahirkan, bahu
anterior tidak dapat lewat
di bawah simfisis pubis.
• Tanda distosia bahu yang
harus diamati penolong
persalinan adalah:
• Kesulitan melahirkan wajah STRETCHING

dan dagu
• Kepala bayi tetap melekat
erat di vulva atau bahkan
tertarik kembali (turtle sign)
• Kegagalan paksi luar kepala
bayi
• Kegagalan turunnya bahu
Penting
dipahami
I. Infeksi Nifas
Penyebab (terbanyak)
• Metritis : Infeksi pada uterus pasca salin

• Abses Pelvis : Abses pada regio pelvis

• Mastitis : Infeksi pada mammae (payudara)


Tatalaksana :
• Metritis : Oksigen, Hidrasi, Antibiotik, pantau tanda vital, nyeri perut,

dan cairan pervaginam. Lakukan tindakan bila diperlukan.


• Abses pelvis : Oksigen, Hidrasi, Antibiotik, dan pungsi kavum douglas

• Mastitis : Hidrasi dan antibiotik

Gambaran radiologi (transvaginal) pada


abses pelvis
J. Prolaps Tali Pusat

• Tali pusat keluar dari uterus


sebelum janin
• Tatalaksana : RUJUK !! Dan
posisikan ibu miring ke kiri
3. TATA LAKSANA KASUS
KEGAWATDARURATAN TERSERING
PADA KEHAMILAN, PERSALINAN,
DAN NIFAS
A. Hipertensi Dalam Kehamilan, Preeklampsia,
dan Eklampsia

 Adalah tekanan darah sekurang-  Hipertensi kronik


kurangnya 140 mmHg sistolik  Hipertensi gestasional
atau 90 mmHg diastolik pada  Preeklampsia Berat
dua kali pemeriksaan berjarak 4-  Superimposed Preeklampsia
6 jam pada wanita yang
 Eklampsia
sebelumnya normotensi.
 Periksa kadar urin dengan tes
celup urin atau protein urin 24
jam
Kelahiran
Pre -eklampsia Timbul gejala preterm
mulai Pre - karena pre-
berkembang eklampsia eklampsia

Skrining
preeklampsia
Tidak ada atau
tunda onset
preeklampsia

Perkembangan Preeklampsia selama kehamilan


Preeklampsia dan Eklampsia

KEJANG = EKLAMPSIA
(Pastikan tidak ada riwayat
epilepsi atau perdarahan
intrakranial)
Preeklampsia

Kriteria minimal preeklamsia (PNPK PEB, 2016)

Tekanan darah sekurang – kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik
pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama
dan protein urin melebihi 300 mg dalam 24 jam atau tes urin dipstik > positif 1.

Jika tidak didapatkan proteinurin, hipertensi dapat diikuti salah satu di bawah ini :
• Trombositopenia : trombosit < 100.000/mikroliter
• Gangguan ginjal kreatinin serum di atas 1.1 mg/dL, atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum dari sebelumnya pada kondisi dimana tidak
ada kelainan ginjal di dalamnya
• Gangguan liver Peningkatan konsentrai transaminase 2 kali normal dan atau
adanya nyeri di daerah epigestrik/regio kanan atas abdomen
• Edema paru
• Gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus
• Gangguan sirkulasi uteroplasenta : oligohidramnion, Fetal growth restiction,
atau didapatkan adanya absent or reversed end diastolic velocity (ARDV)
Preeklampsia Berat (PEB)
Diagnosis preeklamsia dipenuhi dan jika didapatkan salah satu kondisi klinis
di bawah ini :
• Tekanan darah sekurang – kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg
diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan
lengan yang sama
• Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati.
• Gangguan ginjal kreatinin serum di atas 1.1 mg/dL, atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum dari sebelumnya pada kondisi dimana
tidak ada kelainan ginjal di dalamnya
• Gangguan liver Peningkatan konsentrai transaminase 2 kali normal dan
atau adanya nyeri di daerah epigestrik/regio kanan atas abdomen
• Edema paru
• Gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus
• Gangguan sirkulasi uteroplasenta : oligohidramnion, Fetal growth restiction,
atau didapatkan adanya absent or reversed end diastolic velocity (ARDV)
Tatalaksana Preeklampsia dan Eklampsia
1. Umum : Pantau tekanan darah, proteinuria, dan
perkembangan janin  RUJUK !!
2. Khusus (bila kejang muncul) :
• Perhatikan A = Airway B = Breathing C = Circulation

• Berikan MgSO4 dosis awal  segera RUJUK !!


• Bila kejang berulang  MgSO4 2gr (15-20 menit)

• Bila kejang berulang  pertimbangkan diazepam 10mg IV


B. Perdarahan Pasca Salin (HPP/Hemorhagia Postpartum)

Perdarahan pascasalin primer terjadi dalam 24 jam pertama setelah


persalinan, sementara perdarahan pascasalin sekunder adalah
perdarahan pervaginam yang lebih banyak dari normal antara 24 jam
hingga 12 minggu setelah persalinan.

Diagnosis
• Perdarahan pascasalin adalah perdarahan ≥500 ml setelah bayi lahir
atau yang berpotensi mempengaruhi hemodinamik ibu
Penyebab
Perdarahan
Pasca Salin
Penanganan
Perdarahan
Pasca Salin
• Lakukan rujukan!!! bila perdarahan tidak berhenti.

• Jika perdarahan berhenti dan kontraksi uterus membaik,

pertahankan pemberian uterotonika Oksitosin 10 - 20mU


dalam 500 ml larutan kristaloid 28tts/menit hingga 12 jam
pasca persalinan.
4. RUJUKAN KASUS
KEGAWATDARURATAN PADA
KEHAMILAN, PERSALINAN, DAN
NIFAS
Persiapan Rujukan
1. Stabilisasi pasien

2. Persiapan sarana merujuk, termasuk sistem dan cara


rujukan
3. Perencanaan rujukan termasuk :
• Informasi kepada keluarga alasan merujuk pasien dan resikonya bila
tidak dirujuk
• Penyiapan peralatan untuk mempertahankan stabilisasi pasien
• Memastikan kesiapan faskes yang dirujuk
• Menyiapkan keterangan obat dan tindakan yang telah dilakukan pada
faskes pertama

4. Rujukan Balik
Referensi
• JNPK-KR, 2007, Pedoman Pelatihan PONED
• WHO-Kemenkes 2013, Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Ibu
• ACOG. Hemorrhagic syok. Educational Bulletin #235,
1997.
• Choi PT-L et al. Crystalloid vs. colloids in fluid
resuscitation: A systematic review. Critical Care Medicine.
1999;27:200-10.
• Scheirhout and Roberts.Fluid resuscitation with colloid or
crystalloid in critically ill patients: A systematic review of
randomized trials. BMJ. 1998;316:961-4.
• BPJS untuk sistem rujukan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai