Anda di halaman 1dari 11

PEMBAHASAN

STANDAR 24 : PENANGANAN SEPSIS PUERPERALIS

A. PENGERTIAN
Sepsis adalah kondisi medis serius di mana terjadi peradangan di seluruh
tubuh yang disebabkan oleh infeksi. Sepsis merupakan suatu kondisi kerusakan
system imun yang disebabkan oleh infeksi.
Sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia yang dapat terjadi
setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42
hari setelah persalinan atau abortus.

B. TUJUAN
Mengenali tanda – tanda sepsis puerpularis dan mengambil tindakan yang
tepat.

C. MANFAAT
Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis,
melakukan perawatan dengan segala dan merujuknya.

D. PRASYARAT
1. System berjalan dengan baik agar ibu mendapat pelayanan pasca
persalinan dari bidan terlatih sampai dengan 6 minggu setelah persalinan,
baik di rumah, dipuskesmas, ataupun rumah sakit
2. Bidan terlatih dan terampil dalam memberikan pelayanan nifas, termasuk
penyebab, pencegahan, pengenalan, dan penanganan dengan tepat sepsis
puerperalis

1
3. Tersedia peralatan/perlengkapan penting : sabun, air bersih yang mengalir,
handuk bersih untuk mengeringkan tangan, alat suntik sekali pakai, set
infus steril dengan jarum berukuran 16 dan 18, sarung tangan bersih DTT/
steril
4. Tersedia obat-obatan penting : cairan infus RL dan antibiotika. Juga
tersedia tempat penyimpanan untuk obat-obatan yang memadai
5. Adanya sarana pencatatan pelayanan nifas/ kartu ibu
6. System rujukan yang efektif, termasuk bank darah, berjalan dengan baik
untuk ibu dengan komplikasi pasca persalinan

E. SYARAT
1. Bidan terlatih dalam pelayanan nifas, termasuk pencegahan, pengenalan,
dan pelayanan yang tepat pada sepsis puerperalis
2. Adanya antibiotika
3. Adanya saran pencatatan pelayanan nifas atau kartu ibu

F. KRITERIA
1) Nyeri pelvik
2) Demam 38,5℃ atau lebih
3) Nyeri tekan pada uterus
4) Lochea berbau menyengat (busuk)
5) Keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus
6) Di sisi laserasi atau episiotomi akan terasa nyeri, membengkak, dan
mengeluarkan cairan bernanah

2
G. PENATALAKSANAAN
Prinsip-prinsip pengelolaan sepsis nifas adalah: kecepatan, keterampilan dan
prioritas. Penekanan terletak pada pentingnya bekerja dengan cepat dan menurut.
Prioritas dalam mengelola sepsis nifas adalah :
1) Menilai kondisi pasien
2) Memulihkan pasien
3) Mengisolasi sesegera mungkin pasien yang diduga infeksi
4) Mengambil spesimen untuk menyelidiki organisme kausatif dan
mengkonfirmasikan diagnosis
5) Memulai terapi antibiotik yang sesuai prioritas, ini berarti harus dilakukan
pertama atau sebelum hal lainnya.

Manajemen Umum Sepsis Puerperalis


1) Mengisolasi pasien yang diduga terkena sepsis puerpuralis dalam pemberian
pelayanan kebidanan. Tujuannya adalah untuk mencegah penyebaran infeksi
pada pasien lain dan bayinya.
2) Pemberian antibiotik
Kombinasi antibiotik diberikan sampai pasien bebas demam selama 48 jam,
dan kombinasi antibiotik berikut ini dapat diberikan :
a) ampisilin 2 g IV setiap 6 jam
b) gentamisin 5 mg / kg berat badan IV setiap 24 jam
c) metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
Jika demam masih ada 72 jam setelah pemberian antibiotik di atas, dokter
akan mengevaluasi dan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat yang lebih tinggi
mungkin diperlukan. Antibiotik oral tidak diperlukan jika telah diberikan
antibiotik IV. Jika ada kemungkinan pasien terkena tetanus dan ada
ketidakpastian tentang sejarah vaksinasi dirinya, perlu diberikan tetanus
toksoid.

3
3) Memberikan banyak cairan
Tujuannya adalah untuk memperbaiki atau mencegah dehidrasi, membantu
menurunkan demam dan mengobati shock. Pada kasus yang parah, maka perlu
diberikan cairan infus. Jika pasien sadar bisa diberikan cairan oral.
4) Mengesampingkan fragmen plasenta yang tertahan
Fragmen plasenta yang tersisa dapat menjadi penyebab sepsis nifas. Pada rahim,
jika terdapat lokhia berlebihan,berbau busuk dan mengandung gumpalan darah,
eksplorasi rahim untuk mengeluarkan gumpalan dan potongan besar jaringan
plasenta akan diperlukan. Tang Ovum dapat digunakan, jika diperlukan.
5) Keterampilan dalam perawatan kebidanan
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan pasien dan untuk membantu
penyembuhannya. Berikut aspek perawatan yang penting:
a) Istirahat
b) standar kebersihan yang tinggi, terutama perawatan perineum dan vulva
c) antipiretik dan / atau spon hangat mungkin diperlukan jika demam sangat
tinggi
d) monitor tanda-tanda vital, lokhia, kontraksi rahim, involusi, urin output,
dan mengukur asupan dan keluaran
e) membuat catatan akuran
f) mencegah penyebaran infeksi dan infeksi silang
6) Perawatan bayi baru lahir
Kecuali ibu sangat sakit, bayi baru lahir bisa tinggal dengannya. Namun, tindakan
pencegahan diperlukan untuk mencegah infeksi dari ibu ke bayi. Pengamatan
sangat penting untuk mengenali tanda-tanda awal infeksi, karena infeksi pada
neonatus dapat menjadi penyebab utama kematian neonatal. Hal yang perlu
diperhatikan :
a) Mencuci tangan : jika ibu cukup baik kondisinya, penting untuk mencuci
tangan sebelum dan sesudah merawat bayi baru lahir

4
b) Menyusui: jika ibu cukup baik, menyusui bisa diteruskan. Jika ibu sangat
sakit, dikonsultasikan dengan medis praktisi yang mengkhususkan diri
dalam perawatan bayi baru lahir.
c) Ibu sangat sakit: jika tidak mungkin bagi bayi baru lahir dirawat oleh ibu,
saudara dekat mungkin tersedia bagi merawat bayi sampai ibu cukup baik.
Namun, harus ditekankan bahwa karena bayi yang baru lahir juga berisiko
dalam mengembangkan infeksi.
7) Manajemen lebih lanjut
Jika tidak ada perbaikan dengan manajemen umum peritonitis di ata, laparotomi
akan dilakukan untuk mengalirkan nanah. Jika uterus nekrotik dan sepsis,
mungkin diperlukan histerektomi subtotal.

H. PENCEGAHAN

1. Selama kehamilan
Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus
diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan factor penting,
karenanya diet yang baik harus diperhatikan.
Coitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan pecahnya
ketuban dan terjadinya infeksi.
2. Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin kuman-
kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut,
menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah
terjadinya perdarahan banyak. Semua petugas dalam kamar bersalin harus
menutup hidung dan mulut dengan masker, alat-alat, kain-kain yang dipakai
dalam persalinan harus suci hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika
perlu, terjadinya perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan transfusi darah
harus diberikan menurut keperluan.

5
Menyarankan semua wanita hamil untuk mencari bantuan medis segera setelah
keluar lendir darah atau cairan dari jalan lahir. Jika selaput ketuban pecah
dan tidak mengalami kontraksi, kurangi melakukan pemeriksaan vagina. Jika
persalinan tidak dimulai dalam waktu 18 jam setelah selaput ketuban pecah,
berikan antibiotik profilaksis, sebagai berikut :
a. ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, dan
b. gentamisin 5 mg / kg berat badan IV setiap 24 jam
Hentikan antibiotik setelah persalinan pervaginam, jika persalinan dengan operasi
caesar, berikan metronidazol IV 500 mg tiap 8 jam. Antibiotik diteruskan sampai
pasien bebas demam selama 48 jam.
3. Selama nifas
Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan lahir. Pada
hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-
kuman dari luar. Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat
bersama dengan wanita-wanita dalam nifas sehat3,5.

I. RUJUKAN

Jika bidan telah memberikan pengobatan sederhana, tetapi tidak ada perubahan
atau penyembuhan maka dilakukan rujukan ke rumah sakit yang memiliki
fasilitas yang lebih lengkap. Dalam melakukan rujukan ada beberapa hal yang
harus dipersiapkan :
1. Bidan
Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan
yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk menatalaksana kegawatdaruratan
obstetri dan bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan
2. Alat
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan
bayi baru lahir (tabung suntik, selang IV, dll) bersama ibu ke tempat rujukan.

6
Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan
sedang dalam perjalanan.
3. Keluarga
Beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan/atau bayi dan
mengapa ibu dan/atau bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan
keperluan upaya rujukan tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain harus
menemani ibu dan/atau bayi baru lahir ke tempat rujukan.
4. Surat
Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi
mengenai ibu dan/atau bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan
hasil pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan/atau bayi baru
lahir. Lampirkan partograf kemajuan persalinan ibu pada saat rujukan.
5. Obat
Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat rujukan. Obat-
obatan mungkin akan diperlukan selama perjalanan.
6. Kendaraan
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi
yang cukup nyaman. Selain itu pastikan bahwa kondisi kendaraan itu cukup baik
untuk. mencapai tempat rujukan dalam waktu yang tepat.
7. Uang
Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat-obatan yang diperiukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang
diperiukan selama ibu tinggal difasilitas rujukan.

J. FAKTOR RESIKO PADA SEPSIS PUERPURALIS

Adapun faktor ini mencangkup :


1. Higiene yang buruk
2. Teknik septik yang buruk

7
3. Manipulasi yang sangat banyak pada jalan lahir, janin intra uterin, fragmen
atau membran plasenta yang tertahan, pelepasan jaringan mati dari dinding
vagina setelah persalinan macet.
4. Insersi tangan, instrumen, atau pembalut (tampon) yang tidak steril
5. Anemia dan malnutrisi yang diderita
6. Persalinan macet/ lama
7. Pemeriksanaan vagina yang sering
8. Pelahiran melalui seksio sesaria dan tindakan operasi lainnya
9. Laserasi vagina atau laserasi serviks yang tidak diperbaiki
10. Penyakit menular seksual yang diserita
11. Hemoragi post partum
12. Tidak di imunisasi terhadap tetanus
13. Diabetes

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi sepsis puerpuralis yaitu mencangkup


faktor masyarakat, hal ini meliputi :
1. Tidaka adanya transportasi dan sarana lain
2. Jarak rumah ibu yang jauh ke fasilitas kesehatan
3. Status ekonomi yang rendah
4. Faktor-faktor kultural yang memperlambat pencarian perawatan kesehatan,
status kesehatan wanita rendah
5. Kurangnya pengetahuan tentang tanda-tanda dan gejala sepsis puerpuralis

Adapun faktor resiko dari pelayanan kesehatan meliputi :


1. Pemantauan suhu badan yang tidak adekuat : pada persalina lama dan setelah
persalinan
2. Tidaka adanya asepsis selama persalinan
3. Pemerisaan bakteriologis yang tidak adekuat pada ibu yang mengalami sepsis
puerpuralis

8
4. Kehabisan persediaan darah untuk transfusi
5. Penatalaksanaan yang tidak adekuat dengan antibiotik yang tepat atau
intervensi operatif selanjutnya
6. Ketidaksediaan antibiotik yang tepat

9
KESIMPULAN

Sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia yang dapat terjadi
setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari
setelah persalinan atau abortus di mana terdapat dua atau lebih dan hal – hal berikut
ini : Nyeri pelvic, demam 38,5°C atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja;
vagina yang abnormal; vagina berbau busuk; keterlambatan dalam kecepatan
penurunan ukuran uterus (sub involusio uteri).
Salah satu penyebab utama kematian ibu adalah sepsis puerperalis, yang
menyebabkan 15% dari seluruh kematian ibu yang terjadi di negara berkembang. Jika
tidak menyebabkan kematian, sepsis puerperalis dapat menyebabkan masalah –
masalah kesehatan menahun seperti penyakit radang panggul kronis (pelvic
inflammatory disease (PID) dan infertilitas. Sangat penting untuk mampu
mencegah sepsis puerperalis dan melakukan tindakan yang segera jika sepsis ini
terjadi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Rifayani, Sofie, dkk. 2011. Obstetri Emergensi. Jakarta: Sagung Seto.Ulfatun


Nikmah

WHO. 2012. Modul Kebidanan Nifas Sepsis Puerperalis. Jakarta: EGC.

Djayanti, Retno. 2015. Bab II Sepsis Puerperium.

http://dokumen.tips/documents/bab-ii-sepsis-peurpeium.html diakses pada 13


September 2016

11

Anda mungkin juga menyukai