PEMBAHASAN
b. Masa nifas
Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah kala IV sampai
dengan enam minggu berikutknya (pulihnya alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil). Akan tetapi seluruh otot-otot
genetalia baru pulih kembali seperti keadaan sebelum ada kehamilan
dalam waktu 3 bulan. Masa ini merupakan periode kritis baik bagi ibu
maupun bayinya maka perlu di perhatikan.
c. Tujuan asuhan masa nifas
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi
2. Mendeteksi masalah secra komrehensif (deteksi dini), mencegah
terjadinya komplikasi yang mungkin timbul.
3. Merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri sendiri, nutrisi, cara dan manfaat menyusui, pemberian
imunisasi pada bayi, perawatan tali pusat, dan perawatan sehari-
hari.
5. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
d. Hal hal yang perlu di pantau pada masa nifas
1. Pemantauan tanda tanda vital
2. Pengeluaran darah pervaginam / lochea
3. Kondisi perineum (adakah tanda infeksi, penyembuhan luka)
4. Kondisi uterus (kontraksi uterus, tinggi fundus)
5. Fungsi berkemih
6. Fungsi saluran cerna
7. Tanda-tanda bahaya nifas (keluhan sakit kepala, rasa lelah, dan
nyeri punggung, pembengkakan payudara / tanda-tanda mastitis)
8. Pemantauan keberhasilan pemberian ASI
9. Pemantauan emosi ibu
10. Bagaimana dukungan yang didapatkan dari keluarga, pasangan,
dan masyaakat untuk pengasuhan bayinya.
e. Penatalaksanaan masa nifas
1. Tatalaksana atau rujuk ibu bila ditemukan masalah
2. Lengkapi vaksinasi tetanus toksoid bila dipelukan
3. Beritahu ibu segera untuk menghubungi bidan bila ibu mengalami
salah satu tanda beikut :
a) Pedaran berlebihan
b) Sekret vagina berbau
c) Demamam
d) Nyeri perut hebat
e) Kelelahan atau sesak
f) Bengkak di tangan, wajah, tungkai
g) Sakit kepala atau pandangan kabur
h) Nyei payudara, pembengkakan payudara, luka atau perdarahan
putting.
4. Beritahu ibu cara menjaga kebersihan diri, seperti mengganti
pembalut minimal 2 kali sehara, membersihkan alat kelamin setiap
selesai buang air besar dan buang air kecil, mencuci tangan dengan
sabun sesudah membersihkan daerah kelamin, waktu yang baik
untuk memulai hubungan intim kembali.
5. Beritahu ibu tentang pentingnya istirahat dan cara mengatur
istirahat dan tidur
6. Beritahu ibu tentang pentingnya mengkonsumsi tambahan 500
kalori/ hari, diet seimbang (cukup protein, mineral, dan vitamin),
minum minimal 3 liter/ hari. Minum suplemen besi, diminum
setidaknya selama 3 bulan pascasalin, terutama didaerah dengan
prevalensi anemia tinggi. Minum suplemen vitamin A: 1 kapsul
200.000 IU diminum segera setelah persalinan dan 1 kapsul
200.000 IU 24 jam kemudian.
7. Bimbing ibu untuk melakukan latihan atau senam nifas, merawat
payudara, penggunaan bh yang menyokong, menyusui ekslusif.
8. Memberikan pendidikan keseharan, konseling kb dan memastikan
ibu menggunakan salah satu alat kontasepsi
9. Ajarkan ibu dalam melakukan perawatan bayi sehari-hari :
a) Memastikan bayi tetap hangat, mandikan bayi setelah suhu
stabil, minimal hingga 24 jam setelah persalinan. Jaga kontak
antara ibu dan bayi serta tutupi kepala bayi dengan topi
b) Tanyakan pada ibu atau keluarga tentang masalah kesehatan
pada ibu dan bayi :
1) Adakah keluhan tentang bayinya
2) Apakah ada penyakit ibu yang mungkin berdampak pada
bayi (TBC, demam saat persalinan, KPD > 18 jam, hepatitis
B atau C, siphilis, HIV/AIDS, penggunaan obat)
3) Apakah ada masalah bayi buang air kecil dan besar
4) Bagaimana frekuensi bayi menyusu dan kemampuan
menghisap
c) Lakukan pemeriksaan fisik bayi ketika keadaan bayi tenang
(tidak menangis)
f. Langkah-langkah manajemen kebidanan
Varney (2004) menambahkan satu langkah lagi diman bidan
diharapkan dapat menggunakan kemampuannya untuk melakukan
deteksi dini dalam proses manajemen sehingga bila klien
membutuhkan tindakan segera atau kolaborasi, konsultasi bahkan
dirujuk, segera dapat dilaksanakan. Proses manajemen kebidanan ini
ditulis oleh Varney bedasarkan proses manajemen kebidanan
American College of Nurse Midwife (ACNM) yang pada dasar
pemikiranya sama dengan proses manajemen menurut Varney.
Langkah langkah kebidanan menurut Varney adalah sebagai berikut :
Langkah I (pertama) : pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan pasien secara
lengkap, yaitu : riwayat kesehatan, pemeriksan fisik sesuai dengan
kebutuhan, meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya,
meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi.
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan
mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami
komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam
manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi. Pada keadaan
tertentu dapat terjadi langkah pertama dan overlap dengan 5 dan 6
(atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut) karena dta yang
diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan diagnostic yang lain. Kadang-kadang bidan perlu
memulai manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar
awal yang perlu disampaikan kepada dokter.
Langkah II (kedua) : interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar
atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diadnose yang spesifik. Kata masalah dan diagnosa keduanya
digunakan karena beberapa maslah tidak dapat diselesaikan seperti
diagnosa tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan
kedalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering
berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasi oleh bidan.
Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh diperoleh
diagnosa “kemungkinan wanita hamil”, dan masalah yang
berhubungan dengan diagnosa ini adalah bahwa wanita tersebut
mungkin tidak menginginkan kehamilannya. Contoh lain yaitu wanita
pada trimester ketiga merasa takut terhadap proses persalinan dan
melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi. Perasaan takut tidak
termasuk dalam kategori “nomenklatur standar diagnosa” tetapi
tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian
lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa
takut.
D. Anticipatory guidance
Secara garis besar anticipatory giudance meliputi instruksi dan
bimbingan dalam mengantisipasi periode nifas dan bagaimana
memberikan asuhan sepanjang masa nifas tersebut. Kebutuhan
ibu nifas berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Dalam
memberikan asuhan, bidan harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan
ibu. Ibu nifas juga perlu memberitahu bidan jika ada hal yang dibutuhkan
sehingga dapat membantu bidan melaukan asuhan yang lebih berfokus.
Anticipatory guidance meliputi hubungan antara ibu, bayi dan hubungan
ibu dengan yang lain.
1) Ibu :
a. Perawatan perineum.
b. Perawatan payudara ibu yang menyusui.
c. Latihan pengencangan abdomen.
d. Nutrisi.
e. Istirahat.
f. Personal higenitas.
g. Normalitas baby blues.
h. Tanda-tanda bahaya, meliputi demam, perdarahan, nyeri
abdomen, bengkak payudara, odem tungkai, dan depresi.
i. Bagaimana menghubungi bidan/sumber lain.
j. Jadwal kembali kontrol kesehatannya.
2) Bayi :
a. Informasi edukasi bagi ibu yang menyusui.
b. Jika membersihkan susu dari botol, jelaskan cara
penyimpanan susu, perawatan, peyimpanan susu, perawatan,
penyiapan botol dan dot susu, dan cara memegang bayi saat
memberikan susu botol.
c. Cara menyendawakan.
d. Memandikan bayi.
e. Memakai pakaian.
f. Perawatan tali pusat.
g. Pencegahan ruam popok.
h. Cara mengukur TTV.
i. Mengerti arti tangis bayi, misalnya lapar, BAK, posisi tidak
nyaman, nyeri, dan pakaian yang kurang menyerap keringat.
j. Tanda bayi sakit, misalnya demam, diare, ikterus, dan lain-
lain, segera beri perawatan.
k. Pentingnya check up dan imunisasi.
3) Ibu dalam hubungannya dengan orang lain :
a. Sibling rivalry.
b. Kebutuhan dan ketakutan paangannya.
c. Transisi hubungan keluarga.
d. KB.
e. Memulai kembali hubungan seksual.
f. Kebutuhan waktu untuk bersama dengan pasangannya dan
berpisah dengan bayinya.
2. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
Tindakan Mandiri, Kolaborasi, dan pengawasan Askeb
1. Tindakan Mandiri
a. Pemantauan dalam 4 jam pertama post partum ( vital sign, tanda-tanda
perdarahan)
b. Perawatan ibu post partum
c. Bimbingan menyusui dini
d. Bimbingan pemantauan kontraksi uterus kepada pasien dan keluarga
e. Pemberian dukungan psikologis kepada pasien dan suami
f. Pemberian pendidikan kesehatan
g. Pemberian tablet vitamin A dan zat besi roborantia
h. Bimbingan cara perawatan diri dan payudara
2. Tindakan Kolaborasi
a. Dengan dokter ahli kandungan
- Penanganan perdarahan dan infeksi
b. Dengan psikolog
- Penanganan depresi post partum lanjut
- Penanganan depresi karena kehilangan
c. Dengan ahli gizi
- Penaganan anemi berat
- Upaya perbaikan status gizi pada ibu nifas dengan status gizi buruk
- Penanganan pada pasien yang mengalami kehilangan nafsu makan dalam
jangka waktu yang lama
- Konsultasi penyusunan menu seimbang pada pasien vegetarian
- Konsultasi penyusunan menu seimbang pada pasien dengan keadaan
tertentu (penyakit DM, jantung, infeksi kronis )
d. Dengan ahli fisioterapi
- Penanganan pasien dengan keluhan nyeri pada otot yang berkepanjangan
- Pemulihan kondisi pasien setelah operasi sesar
e. Dengan dokter ahli penyakit dalam
- Penanganan pasien dengan penyakit infeksi (misalnya, TBC, hepatitis,
infeksi saluran pencernaan)
- Penanganan HIV/AIDS
- Penanganan pasien dengan penyakit gangguan pernapasan
Penanganan pasien dengan penyakit DM dan jantung
3. Tindakan Pengawasan
a. Pemantauan keadaan umum
b. Pemantauan perdarahan
c. Pemantauan tanda-tanda bahaya post partum
d. Pemantauan keadaan depresi post partum
4. Pendidikan/penyuluhan Askeb
a. Pasien
- Waspada tanda-tanda bahaya
- Perawatan diri dan bayi
- Gizi (in take cairan dan nutrisi)
- Kecukupan kebutuhan istirahat dan tidur
- Konsumsi vitamin dan tablet zat besi
- Cara menyusui yang benar
- Komunikasi dengan bayi
- Perawatan bayi sehari-hari
b. Suami
- Pengambilan keputusan terhadap bahaya istri dan bayi
- Pengambilan keputusan kebutuhan istirahat dan nutrisi istri dan bayi
- Orang yang paling siaga dalam keadaan darurat istri dan bayi
- Dukungan yang positif bagi istri dalam keberhasilan proses adaptasi peran
ibu dan proses menyusui.
c. Keluarga
- Pemberian dukungan mental bagi pasien dalam adaptasi peran dan proses
menyusui
- Memfasilitasi kebutuhan istirahat dan tidur bagi pasien
- Mendukung pola makan yang seimbang bagi pasien
3. Evaluasi Asuhan
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah
diberikan. Evaluasi didasrkan pada harapan pasien yang didefinisikan saat
merencanakan asuhan kebidanan. Untuk mengetahui keberhasilan asuhan,
bidan mempunyai pertimbangan tertentu antara lain: tujuan asuhan
kebidanan: efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah dan hasil asuhan
kebidanan.
Contoh :
1. ASI telah dikelurkan, jumlah asi cukup
2. Kompres air hangat dan dingin telah dilakukan, ibu merasa lebih
nyaman
3. Telah dilakukan masase, ibu merasa lebih rileks
4. Ibu bersedia mengkonsumsi makanan yang bergizi