Anda di halaman 1dari 17

BAB III

PEMBAHASAN

A. Auhan Kebidanan Ibu Masa Nifas dan Menyusui


a. Pengertian asuhan kebidanan

Asuhan Kebidanan adalah penerapan dan fungsi kegiatan yang


menjadi tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan klien
yang mempunyai kebutuhan
atas masalah dalam bidang kesehatan masa ibu hamil, masa
ibu bersalin dan masa nifas.
Pada pelaksanaan asuhan kebidanan, rencana asuhan menyeluruh
dilaksanakan secara efisien dan aman. Realisasi dari perencanaan dapat
dilakukan oleh bidan, pasien, atau anggota keluarga yang lain. Jika
bidan
tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab atas terl
aksananya seluruh perencanaan

b. Masa nifas
Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah kala IV sampai
dengan enam minggu berikutknya (pulihnya alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil). Akan tetapi seluruh otot-otot
genetalia baru pulih kembali seperti keadaan sebelum ada kehamilan
dalam waktu 3 bulan. Masa ini merupakan periode kritis baik bagi ibu
maupun bayinya maka perlu di perhatikan.
c. Tujuan asuhan masa nifas
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi
2. Mendeteksi masalah secra komrehensif (deteksi dini), mencegah
terjadinya komplikasi yang mungkin timbul.
3. Merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri sendiri, nutrisi, cara dan manfaat menyusui, pemberian
imunisasi pada bayi, perawatan tali pusat, dan perawatan sehari-
hari.
5. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
d. Hal hal yang perlu di pantau pada masa nifas
1. Pemantauan tanda tanda vital
2. Pengeluaran darah pervaginam / lochea
3. Kondisi perineum (adakah tanda infeksi, penyembuhan luka)
4. Kondisi uterus (kontraksi uterus, tinggi fundus)
5. Fungsi berkemih
6. Fungsi saluran cerna
7. Tanda-tanda bahaya nifas (keluhan sakit kepala, rasa lelah, dan
nyeri punggung, pembengkakan payudara / tanda-tanda mastitis)
8. Pemantauan keberhasilan pemberian ASI
9. Pemantauan emosi ibu
10. Bagaimana dukungan yang didapatkan dari keluarga, pasangan,
dan masyaakat untuk pengasuhan bayinya.
e. Penatalaksanaan masa nifas
1. Tatalaksana atau rujuk ibu bila ditemukan masalah
2. Lengkapi vaksinasi tetanus toksoid bila dipelukan
3. Beritahu ibu segera untuk menghubungi bidan bila ibu mengalami
salah satu tanda beikut :
a) Pedaran berlebihan
b) Sekret vagina berbau
c) Demamam
d) Nyeri perut hebat
e) Kelelahan atau sesak
f) Bengkak di tangan, wajah, tungkai
g) Sakit kepala atau pandangan kabur
h) Nyei payudara, pembengkakan payudara, luka atau perdarahan
putting.
4. Beritahu ibu cara menjaga kebersihan diri, seperti mengganti
pembalut minimal 2 kali sehara, membersihkan alat kelamin setiap
selesai buang air besar dan buang air kecil, mencuci tangan dengan
sabun sesudah membersihkan daerah kelamin, waktu yang baik
untuk memulai hubungan intim kembali.
5. Beritahu ibu tentang pentingnya istirahat dan cara mengatur
istirahat dan tidur
6. Beritahu ibu tentang pentingnya mengkonsumsi tambahan 500
kalori/ hari, diet seimbang (cukup protein, mineral, dan vitamin),
minum minimal 3 liter/ hari. Minum suplemen besi, diminum
setidaknya selama 3 bulan pascasalin, terutama didaerah dengan
prevalensi anemia tinggi. Minum suplemen vitamin A: 1 kapsul
200.000 IU diminum segera setelah persalinan dan 1 kapsul
200.000 IU 24 jam kemudian.
7. Bimbing ibu untuk melakukan latihan atau senam nifas, merawat
payudara, penggunaan bh yang menyokong, menyusui ekslusif.
8. Memberikan pendidikan keseharan, konseling kb dan memastikan
ibu menggunakan salah satu alat kontasepsi
9. Ajarkan ibu dalam melakukan perawatan bayi sehari-hari :
a) Memastikan bayi tetap hangat, mandikan bayi setelah suhu
stabil, minimal hingga 24 jam setelah persalinan. Jaga kontak
antara ibu dan bayi serta tutupi kepala bayi dengan topi
b) Tanyakan pada ibu atau keluarga tentang masalah kesehatan
pada ibu dan bayi :
1) Adakah keluhan tentang bayinya
2) Apakah ada penyakit ibu yang mungkin berdampak pada
bayi (TBC, demam saat persalinan, KPD > 18 jam, hepatitis
B atau C, siphilis, HIV/AIDS, penggunaan obat)
3) Apakah ada masalah bayi buang air kecil dan besar
4) Bagaimana frekuensi bayi menyusu dan kemampuan
menghisap
c) Lakukan pemeriksaan fisik bayi ketika keadaan bayi tenang
(tidak menangis)
f. Langkah-langkah manajemen kebidanan
Varney (2004) menambahkan satu langkah lagi diman bidan
diharapkan dapat menggunakan kemampuannya untuk melakukan
deteksi dini dalam proses manajemen sehingga bila klien
membutuhkan tindakan segera atau kolaborasi, konsultasi bahkan
dirujuk, segera dapat dilaksanakan. Proses manajemen kebidanan ini
ditulis oleh Varney bedasarkan proses manajemen kebidanan
American College of Nurse Midwife (ACNM) yang pada dasar
pemikiranya sama dengan proses manajemen menurut Varney.
Langkah langkah kebidanan menurut Varney adalah sebagai berikut :
Langkah I (pertama) : pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan pasien secara
lengkap, yaitu : riwayat kesehatan, pemeriksan fisik sesuai dengan
kebutuhan, meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya,
meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi.
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan
mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami
komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam
manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi. Pada keadaan
tertentu dapat terjadi langkah pertama dan overlap dengan 5 dan 6
(atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut) karena dta yang
diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan diagnostic yang lain. Kadang-kadang bidan perlu
memulai manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar
awal yang perlu disampaikan kepada dokter.
Langkah II (kedua) : interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar
atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diadnose yang spesifik. Kata masalah dan diagnosa keduanya
digunakan karena beberapa maslah tidak dapat diselesaikan seperti
diagnosa tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan
kedalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering
berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasi oleh bidan.
Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh diperoleh
diagnosa “kemungkinan wanita hamil”, dan masalah yang
berhubungan dengan diagnosa ini adalah bahwa wanita tersebut
mungkin tidak menginginkan kehamilannya. Contoh lain yaitu wanita
pada trimester ketiga merasa takut terhadap proses persalinan dan
melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi. Perasaan takut tidak
termasuk dalam kategori “nomenklatur standar diagnosa” tetapi
tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian
lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa
takut.

Langkah III (ketiga) : mengidentifikasi diagnosa atau masalah


potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah di
identifikasi, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap
siap bila diagnosa / masalah potensial ini benar benar terjadi.
Pada langkah ini penting melakukan asuhan yang aman. contoh
seorang wanita dengan pemuaian uterus yang berlebihan. Bidan harus
mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang
berlebihan tersebut (misal kehamilan kembar). Kemudian iya harus
mengantisipasi, melakukan perencanaan untuki mengatasinya dan
bersiap siap terhadap kemungkinan tiba tiba terjadi perdarahan post
partum yang disebabkan oleh atonia uteri karena pemuaian uterus yang
berlebihan. Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya juga
mengantisipasi dan bersiap siap terhadap kemungkinan terjadinya
distocia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi. Bidan juga
sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi
saluran kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya
peningkatan pertus prematur atau bayi kecil. Persalinan yang
sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehanilan
pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium terhadap
simptomik terhadap bakteri dan segera memberi pengobatan jika
infeksi saluran kencing terjadi.

Langkah IV (keempat) : mengidentifikasi dan menetapkan


kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter atau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuain kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan
primer periodic ataun kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama
wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu
waita tersebut dalam persalinan. Data baru mungkin saja perlu
dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan
situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk
kepentingan keselamatan jiwa ibu dan anak (misalnya, perdarahan kala
III atau perdarahan segera setelah lahir, distocia bahu, atau nilai
APGAR yang rendah). Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan
satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain
harus menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolap tali
pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian juga bila ditemukan tanda tanda awal dari pre-eklampsia,
kelaianan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah
medic yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli
gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam
menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat
dalam manajemen asuhan klien.

Langkah V (kelima) : merencanakan asuhan yang menyeluruh


Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumbnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini reformasi/ data dasar
yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa sudah teridentifikasi dari kondisi
klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperlukan akan terjadi berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah
yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah
psikologis. Dengan perkataan lain, asuhannya terhadap wanita tersebut
sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek
asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah
pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan
efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana
tersebut. Oleh kare itu, langkah ini tugas bidan adalah merumuskan
rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama
klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan me nyeluruh ini
harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan
teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang tidak
akan dilakukan oleh klien.
Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan
keadaan klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau
berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap valid
sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak
berbahaya.
Berdasarkan diagnosis yang ditegakkan, bidan menyusun rencana
kegiatannya. Rencana kegiatan mencakup tujuan dan langkah-langkah
yang akan dilakukan oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk
memecahkan masalah pasien atau klien serta rencana evaluasi.
Berdasarkan hal tersebut, maka langkah penyusunan rencana kegiatan
adalah sebagai berikut.
1. Menentukan tujuan yang akan dilakukan termasuk sasaran dan hasil
yang akan dicapai.
2. Menentukan tindakan sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan
dicapai. Langkahlangkah tindakan mencakup kegiatan yang dilakukan
secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
3. Menentukan kriteria evaluasi dan keberhasilan.

Langkah VI (keenam) : melaksanakan perencanaan


Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Langkah pelaksanaan dilakukan oleh bidan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan. Pada langkah ini bidan melakukan secara
mandiri, pada penanganan kasus yang di dalamnya memerlukan
tindakan di luar kewenangan bidan, perlu dilakukan kegiatan
kolaborasi atau rujukan. Pelaksanaan tindakan selalu diupayakan
dalam waktu yang singkat, efektif, hemat dan berkualitas. Selama
pelaksanaan, bidan mengawasi dan memonitor kemajuan pasien atau
klien.

Langkah VII (ketujuh) : Evaluasi


Langkah akhir dari proses manajemen kebidanan adalah evaluasi.
Evaluasi adalah tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana.
Jadi tujuan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
tindakan kebidanan yang dilakukan. evaluasi kefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana
telah diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana asuhan
apakah sudah efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa
sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif.
Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu
kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari
awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen kebidanan
serta melakukan penyesuaian terhadap rencana asuhan tersebut.
Langkahlangkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian
yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan
serta berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen
kebidanan tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua
langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak
mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan atau
dokumentasi saja.

2. Merencanakan Asuhan Kebidanan Masa Nifas


A. Memberi Kenyamanan
1. Jelaskan Fisiologi after pain pada ibu
2. Berikan motivasi pada ibu untuk berkemih secara teratur
3. Berikan analgetik
4. Ajarkan ibu teknik relaksasi
B.    Memfasilitasi menjadi orang tua
Perilaku orang tua mempengaruhi ikatan kasih sayang perilaku yang
memfasilitasi meliputi :
1.    Menatap, mencari ciri khas anak
2.    Kontak mata
3.    Memberi perhatian
4.    Menganggap anak sebagai individu yang unik
5.    Menganggap anak sebagai anggota keluarga 
6.    Memberi senyuman
7.    Berbicara / bernyanyi
8.    Menujukan kebanggan pada anak
9.    Menunjukan anak pada acara keluarga
10.  Memahami perilaku anak dan memenuhi kebutuhan anak
11.  Bereaksi positif terhadap perilaku anak

Perilaku yang penghambat meliputi :


1.    Menjauhi dari anak, tidak memperdulikan kehadiranyan, menghindar,
menolak untuk menyentuh anak
2.   Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga, tidak memberi
nama
3.    Menggangap anak sebagai sesuatau yang tidak disukainya
4.    Terburu-buru dan menyusui
5.    Tidak menggenggam jarinya
6.  Menunjukan kekecewaannya pada anak,tidak berusaha memenuhi
kebutuhannya

Komunikasi antara orang tua dan bayi dapat berupa :


a. Menyentuh, yang dapat terjadi pada waktu menyusui,
memeluk,membuai,dan mengusap tubuh dengan lembut.
b.    Kontak mata, yang dilakukan terus-menerus face to face ( wajah ibu
dan bayi sejajar 20 cm ).
c.    Suara bentuk respons bayi terhadap suara yang didengarnya
d.    Bau ciri khas bau bayi dan ibunya.
e.    Penyerapan. Umpan balik yang positif antara orang tua dan bayi untuk
komunikasi
f.     Timbal balik dan sinkronisasi

C.     Persiapan pasien pulang


1.   Mengajari ibu tanda-tanda bahaya. Ajarkan ibu jika melihat hal-hal
berikut atau perhatikan bila tidak ada sesuatau yang tidak beres,
sehingga perlu menemui seorang bidan dengan segera.
a.  Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secra tiba-tiba
( melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi
lebih dari 2 pembalut dalam waktu setengah jam )
b.   Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras
c.   Rasa nyeri diperut dibagian bawah atau punggung
d.  Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri epigastrik, atau masalah
penglihtan
e.    Pembengkakan pada wajah dan tangan
f.    Demam, muntah, rasa sakit saat berkemih atau merasa tidak enak
badan
g.    Payudara merah, panas, dan / atau sakit
h.    Kehilangan selera makan untuk waktu yang lama
i.    Rasa sakit, warna merah, nyeri tekan, dan / atau pembengkakan
pada kaki
j.   Merasa sedih merasa tidak mampu mengurus diri sendiri dan
bayinya
k.     Merasa sangat letih atau napas terengah-engah

2.     Mengajari ibu proses fisiologis masa pascabersalin dan perilaku


yang baik pada kondisi tersebut.
a. Pengeluran lokea setelah bersalin, rahim berusaha memulihkan
keadaannya sendiri dengan cara membersihkan lapisan bagian
luar dan membangun kembali lapisan baru dari dalam. Ketika ia
menguras lapisan lama, kotoran tersebut akan keluar melalui
vagina seperti saat datang bulan. Warna dan konsistensi akan
berubah seiring waktu. Jelaskan dan konsisistensi yang normal
dari lokea. Sangat penting menjaga kebersihan, mengganti
pembalut secara teratur, dan menjaga vagina tetap kering dan
bersih.
b. Nyeri kelahiran pada fundus. Mulas terjadi karena rahim
berkontraksi agar ia dapat keadaan sebelum hamil. Selain itu,
dipengaruhi oleh pemberian obat-obatan dan proses menyusui
ada berapa hal yang dapat ibu lakukan untuk mengatasi
rasanyeri, antara lain :
a) Cegah agar kandungan kemih tidak penuh
b) Berbaring telungkup dengn sebuah bantal dibawah perut
c) Mandi, duduk, berjalan-jalan, atau mengubah posisi
d) Minum parasetamol kira-kira satu jam sebelum menyusui
e) Pastikan ibu mengerti bahwa kontraksi ini sangat penting
untuk mengendalikan perdarahan.
c.  Perinium. Vagina dan vulva akan sedikit memerah, bengkak,
lecet, dan nyeri, mungkin juga terluka. Selain itu, teasa lebih
lembut. Biasanya akan hilang setelah 1-2 minggu. Tindakan
mengurangi rasa nyeri :
a) Kompres es
b) Rendam duduk
c)  Latihan kegel
d.   Hemoroid. Sangat wajar terjadi hemoroid karena tekanan
kepala dan upaya meneran. Ada beberapa hal untuk
mengurangi rasa nyeri ini , yaitu :
a) Rendam duduk
b) Hindari duduk terlalau lama
c) Bamyak minum dan makan-makanan berserat
d) Bidan dapat menggunakan salep Nupercainal
e.     Diuresis diaforesis. Saat hamil, tubuh menyimpan cairan yang
banyak. Setelah lahir, tubuh membuangnya lewar urine dan
keringat. Hal ini terjadi pada minggu pertama pascabersalin.
Anjurkan ibu untuk tidak menghambat proses ini. Tetap
minum air putih yang banyak, hindari menahan berkemih,
kenakan pakaian yang menyerap keringat , dll
f.  Bengkak dan pembesaran payudara. Lakukan beberapa hal
berikut.
a) Kompres hangat payudara dengan kain atau handuk yang
dihangatkan, atau mandi air hangat.
b) Jika bengkak, perah ASI secara manual sebelum
memberikannya kepada bayi
c) Jika bayi sudah kenyang dan payudara  masih penuh, perah
susu secara manual.
d) Gunakan BH / bra yang baik.
e) Jika perlu, minum parasetamol untuk mengurangi rasa sakit
g.    Hubungan seksual. Dapat dilakukan pada minggu ke-2
sampai minggu ke-4 jika tidak ada perdarahan dan luka
episiotomi sudah sembuh. Untuk mengurangi rasa nyeri,
gunakan lubrikasi. Penetrasi penis harus hati-hati.

D.     Anticipatory guidance
Secara garis besar anticipatory giudance meliputi instruksi dan
bimbingan dalam mengantisipasi periode nifas dan bagaimana
memberikan asuhan sepanjang masa nifas tersebut. Kebutuhan
ibu nifas berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Dalam
memberikan asuhan, bidan harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan
ibu. Ibu nifas juga perlu memberitahu bidan jika ada hal yang dibutuhkan
sehingga dapat membantu bidan melaukan asuhan yang lebih berfokus.
Anticipatory guidance meliputi hubungan antara ibu, bayi dan hubungan
ibu dengan yang lain.
1)      Ibu :
a.       Perawatan perineum.
b.      Perawatan payudara ibu yang menyusui.
c.       Latihan pengencangan abdomen.
d.      Nutrisi.
e.       Istirahat.
f.       Personal higenitas.
g.      Normalitas baby blues.
h.      Tanda-tanda bahaya, meliputi demam, perdarahan, nyeri
abdomen, bengkak payudara, odem tungkai, dan depresi.
i.        Bagaimana menghubungi bidan/sumber lain.
j.        Jadwal kembali kontrol kesehatannya.

2)      Bayi :
a.      Informasi edukasi bagi ibu yang menyusui.
b.      Jika membersihkan susu dari botol, jelaskan cara
penyimpanan susu, perawatan, peyimpanan susu, perawatan,
penyiapan botol dan dot susu, dan cara memegang bayi saat
memberikan susu botol.
c.      Cara menyendawakan.
d.      Memandikan bayi.
e.       Memakai pakaian.
f.       Perawatan tali pusat.
g.      Pencegahan ruam popok.
h.      Cara mengukur TTV.
i.       Mengerti arti tangis bayi, misalnya lapar, BAK, posisi tidak
nyaman, nyeri, dan pakaian yang kurang menyerap keringat.
j.       Tanda bayi sakit, misalnya demam, diare, ikterus, dan lain-
lain, segera beri perawatan.
k.      Pentingnya check up dan imunisasi.
3)      Ibu dalam hubungannya dengan orang lain :
a.       Sibling rivalry.
b.      Kebutuhan dan ketakutan paangannya.
c.       Transisi hubungan keluarga.
d.      KB.
e.       Memulai kembali hubungan seksual.
f.       Kebutuhan waktu untuk bersama dengan pasangannya dan
berpisah dengan bayinya.
2. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
Tindakan Mandiri, Kolaborasi, dan pengawasan Askeb
1. Tindakan Mandiri
a. Pemantauan dalam 4 jam pertama post partum ( vital sign, tanda-tanda
perdarahan)
b. Perawatan ibu post partum
c. Bimbingan menyusui dini
d. Bimbingan pemantauan kontraksi uterus kepada pasien dan keluarga
e. Pemberian dukungan psikologis kepada pasien dan suami
f. Pemberian pendidikan kesehatan
g. Pemberian tablet vitamin A dan zat besi roborantia
h. Bimbingan cara perawatan diri dan payudara

2. Tindakan Kolaborasi
a. Dengan dokter ahli kandungan
- Penanganan perdarahan dan infeksi
b. Dengan psikolog
- Penanganan depresi post partum lanjut
- Penanganan depresi karena kehilangan
c. Dengan ahli gizi
- Penaganan anemi berat
- Upaya perbaikan status gizi pada ibu nifas dengan status gizi buruk
- Penanganan pada pasien yang mengalami kehilangan nafsu makan dalam
jangka waktu yang lama
- Konsultasi penyusunan menu seimbang pada pasien vegetarian
- Konsultasi penyusunan menu seimbang pada pasien dengan keadaan
tertentu (penyakit DM, jantung, infeksi kronis )
d. Dengan ahli fisioterapi
- Penanganan pasien dengan keluhan nyeri pada otot yang berkepanjangan
- Pemulihan kondisi pasien setelah operasi sesar
e. Dengan dokter ahli penyakit dalam
- Penanganan pasien dengan penyakit infeksi (misalnya, TBC, hepatitis,
infeksi saluran pencernaan)
- Penanganan HIV/AIDS
- Penanganan pasien dengan penyakit gangguan pernapasan
Penanganan pasien dengan penyakit DM dan jantung

3. Tindakan Pengawasan
a. Pemantauan keadaan umum
b. Pemantauan perdarahan
c. Pemantauan tanda-tanda bahaya post partum
d. Pemantauan keadaan depresi post partum

4. Pendidikan/penyuluhan Askeb
a. Pasien
- Waspada tanda-tanda bahaya
- Perawatan diri dan bayi
- Gizi (in take cairan dan nutrisi)
- Kecukupan kebutuhan istirahat dan tidur
- Konsumsi vitamin dan tablet zat besi
- Cara menyusui yang benar
- Komunikasi dengan bayi
- Perawatan bayi sehari-hari

b. Suami
- Pengambilan keputusan terhadap bahaya istri dan bayi
- Pengambilan keputusan kebutuhan istirahat dan nutrisi istri dan bayi
- Orang yang paling siaga dalam keadaan darurat istri dan bayi
- Dukungan yang positif bagi istri dalam keberhasilan proses adaptasi peran
ibu dan proses menyusui.
c. Keluarga
- Pemberian dukungan mental bagi pasien dalam adaptasi peran dan proses
menyusui
- Memfasilitasi kebutuhan istirahat dan tidur bagi pasien
- Mendukung pola makan yang seimbang bagi pasien
3. Evaluasi Asuhan
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah
diberikan. Evaluasi didasrkan pada harapan pasien yang didefinisikan saat
merencanakan asuhan kebidanan. Untuk mengetahui keberhasilan asuhan,
bidan mempunyai pertimbangan tertentu antara lain: tujuan asuhan
kebidanan: efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah dan hasil asuhan
kebidanan.
Contoh :
1. ASI telah dikelurkan, jumlah asi cukup
2. Kompres air hangat dan dingin telah dilakukan, ibu merasa lebih
nyaman
3. Telah dilakukan masase, ibu merasa lebih rileks
4. Ibu bersedia mengkonsumsi makanan yang bergizi

Anda mungkin juga menyukai