Anda di halaman 1dari 21

Peran Bidan dalam Pelayanan KIA pada Kondisi

Pandemik Covid-19

Di susun oleh :

1. Salma Qothrunnada (201902020018)


2. Salmah (201902020019)
3. Khansa Mutiara Hasna (201902020020)
4. Maulida Fiardhillah (201902020021)
5. Firda Putri Arinda (201902020022)
6. Nasikhatun (201902020023)
7. Marina (201902020024)

Program Studi : Diploma Tiga Kebidanan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan

2019/2020

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Ibu Wahyu Ersila, SST.,MPH pada mata kuliah Pasien Safety. Selain itu,
proposal ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Peran Bidan dalam
Pelayanan KIA pada Kondisi Pandemik Covid-19 bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Wahyu Ersila, SST.,MPH ,


selaku dosen mata kuliah Pasien Safety yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Pekalongan, 14 Mei 2020

Penyusun

2
Daftar Isi

JUDUL…………………………………………………………………………….1

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Tujuan Penulisan..........................................................................................4
C. Sistematika Penulisan...................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Kesiapan Fasilitas Pelayanan Kesehatan....................................................6


B. Pelaksanaan................................................................................................8
C. Telemedicine .............................................................................................14
D. Partisipasi Masyarakat...............................................................................15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................19
B. Saran..........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..……......

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

COVID-19 telah dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh WHO


(WHO,2020). Dan jugatelah dinyatakan Kepala Badan nasional
penanggulangan Bencana melalui Keputusannomor 9 A Tahun 2020
diperpanjang melalui Keputusan nomor 13 A tahun 2020sebagai Status
Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat VirusCorona
di Indonesia. Selanjutnya dikarenakan peningkatan kasus dan meluas
antarwilayah, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah nomor 21
tahun 2020 tentangPembatasan Nasional Berskala Besar dalam Rangka
percepatan Penanganan CoronaVirus Disease 2019 (COVID-19), dan
Keputusan Presiden no 11 tahun 2020 yangmenetapkan Status
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat, kemudian diperbaharuidengan
Keputusan Presiden No. 12 tahun 2020 tentang Penetapan Bencana non
alampenyebaran COVID-19 sebagai Bencana Nasional.

Di sisi lain, Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk


mendukung Pemerintah Indonesia dalam memastikan kelanjutan
pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir dapat tetap terlaksana
sebagai upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi selama wabah
pandemi Covid-19.Protokol ini disusun dengan mengacu pada referensi
yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan dan Organisasi Profesi,
seperti: Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas dan BayiBaru Lahir selama
pandemi COVID-19 (Kemenkes, 2020),Peraturan Menteri Kesehatan
nomor 4 tahun 2019 tentang Standar Teknis PemenuhanMutu Pelayanan
Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

Protokol ini diharapkan untuk digunakan sebagai acuan oleh


pemerintah dan pelaksana layanan kesehatan ibu dan anak di tingkat
provinsi, kabupaten/kota dan masyarakat,termasuk sektor swasta dan
relawan.

B. Tujuan Penulisan
Setelah membaca makalah ini diharapkan mampu :
1. Mengetahui Peran Bidan dalam Pelayanan KIA dalam kondisi
Pandemik Covid-19

C. Sistematika Penulisan

JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

4
a. Latar Belakang
b. Tujuan Penulisan
c. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI

a. Faktor Fisik
b. Faktor Psikologi
c. Faktor Lingkungan, Sosial Budaya dan Ekonomi

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan
b. Saran

DAFTAR PUSTAKA

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kesiapan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pemerintah Daerah berkewajiban untuk memastikan kesiapan


fasilitas kesehatan tingkat pertama (Puskesmas, Bidan Praktik Mandiri)
dan fasilitas kesehatan rujukan (RS RujukanCOVID-19, RS mampu
PONEK, RSIA) dalam memberikan layanan kesehatan ibu dananak
dengan atau tanpa status terinfeksi COVID-19. Kegiatan konsultasi
dimaksimalkan dengan menggunakan teknologi informasi yang
mudahdiakses oleh ibu. Call center 119 ext 9 atau hotline yang disediakan
khusus untuk layanankesehatan ibu dan anak dan telemedicine perlu untuk
disosialisasikan. Edukasi kepada Ibu hamil, Ibu bersalin, Ibu menyusui
dan pengasuh agar patuh untukmenggunakan masker ketika berkunjung ke
fasilitas kesehatan, dan jujur menyampaikanstatus kesehatannya jika
ternyata sudah didiagnosa sebagai Orang Dalam Pementauan(ODP),
Pasien Dalam Pengawasan (PDP) atau terkonfirmasi COVID-19.

1. Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota:

a) Menyiapkan Standar Prosedur Operasional untuk triase dan alur tata


kelola pasien COVID-19 dan non COVID-19 baik di Puskesmas
maupun di RS (milikpemerintah dan swasta).

b) Memastikan Puskesmas menjalankan fungsinya sebagai penyedia


layanan Pemeriksaan Ibu Hamil (ANC) dan layanan persalinan normal
bagi ibu yang bukandengan status COVID-19:

c) Menetapkan RS mampu PONEK sebagai rujukan maternal neonatal


bukan COVID-19.

d) Menyediakan pelayanan ibu hamil dan persalinan dengan status


COVID-19 (dengan atau tanpa komplikasi), serta penanganan
kegawatdaruratan ibu dan bayibaru lahir.

e) Menetapkan RS Rujukan COVID-19 yang mampu menangani rujukan


maternal neonatal. Jika tidak ada, maka memastikan RS mampu
PONEK mempunyaifasilitas RS darurat untuk menangani kasus
rujukan COVID-19.

f) Memastikan terpenuhinya kebutuhan: APD level-1, APD level-2, APD


level-3, rapid test serologi dan pemeriksaan PCR, farmasi dan alat
kesehatan sesuai kebutuhan.

g) Menggunakan media KIE untuk sosialisasi informasi tentang COVID-


19 dan layanan KIA dalam situasi pandemik COVID-19.

6
h) Mengembangkan skema pemanfaatan teknologi untuk diseminasi
informasi, edukasi, konsultasi tatap muka, supply chain dan sistem
rujukan

i) Memastikan ketersediaan fasilitas cuci tangan dan air bersih di fasilitas


kesehatan tingkat pertama, faskes rujukan, dan fasilitas tambahan
yang memberikan layananKesehatan ibu dan bayi baru lahir.

2. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP):

a) Puskesmas direkomendasikan untuk mengatur ulang fasilitas layanan


KIA agar terpisah dengan Gedung Utama Puskesmas sehingga Pasien
KIA tidak bercampurdengan Pasien Umum.

b) Jika Puskesmas tidak mempunyai ruang KIA yang terpisah dari


Gedung Puskesmas, maka dapat disiapkan fasilitas layanan darurat,
misalnya, memanfaatkan sarana gedung pelatihan, penginapan,
gedung olah raga, dll, dengan mengupayakan prasarana minimal
terpenuhi (sumber air bersih, listrik,kamar mandi dll). Sedapat
mungkin tidak menggunakan sekolah untuk memastikan anak-anak
dapat kembali bersekolah secepatnya.

c) Jika layanan KIA tidak mungkin dilakukan di Puskesmas, maka bisa


disepakati Bidan Praktik Mandiri (BPM) dalam satu regional untuk
dipergunakans secarakolektif oleh beberapa bidan di sekitarnya.

d) Menerapkan triase dan alur tatalaksana layanan ibu hamil, ibu bersalin
dan bayi baru lahir.

e) Memenuhi kebutuhan Rapid Test dan Alat Pelindung Diri (APD)


level-1 dan level-2

3. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL):

a) Fasilitas Rujukan untuk layanan kesehatan ibu terdiri dari RS rujukan


COVID-19, Rumah Sakit Umum (RSU) dan Rumah Sakit Ibu dan
Anak (RSIA).

b) Jika dimungkinkan, fasilitas Rujukan Maternal Neonatal bukan kasus


COVID-19 dipisahkan dari kasus COVID-19

c) RS rujukan COVID-19 memiliki kapasitas untuk penanganan Maternal


Neonatal (lihat daftar RS rujukan COVID-19)

d) RS mampu PONEK dilengkapi dengan fasilitas terpisah (wing facility)


atau RS darurat/lapangan untuk penanganan kasus COVID-19

e) Menerapkan triage dan alur tatalaksana layanan ibu hamil, ibu bersalin
dan bayi baru lahir

7
f) Meningkatkan kapasitas untuk mampu melakukan pengambilan
spesimen (swab) dan pemeriksaan dengan metode PCR

g) Memenuhi kebutuhan Rapid Test dan Alat Pelindung Diri (APD)


level-1, level-2dan level-3.

h) Menyediakan ruangan khusus (ruangan isolasi infeksi airborne) untuk


ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir terkonfirmasi
COVID-19 atau Pasien Dalam Pengawasan (PDP).

i) Menangani Bayi yang lahir dari ibu yang terkonfirmasi COVID-19


atau PDP sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP)

j) Menerapkan pemulangan pasien paska bersalin sesuai dengan


rekomendasi.

4. Tenaga Kesehatan:

a) Tenaga kesehatan di RS, Puskesmas dan Praktik Mandiri, Bidan Desa


dan kader kesehatan di dalam wilayah kerja memiliki pengetahuan
tentang penularan COVID-19, serta pengetahuan tentang tanda bahaya
dan gejala kegawatdaruratan ibu dan bayi baru lahir.

b) Tenaga kesehatan memahami algoritma tata laksana ibu hamil/ibu


bersalin/bayi baru lahir dengan komplikasi atau kegawat daruratan
serta alur pelayanan kesehatan ibu dan bayi dalam situasi pandemi
COVID-19.

c) Tenaga kesehatan memahami indikasi, pemakaian, melepaskan dan


membuang Alat Pelindung Diri yang dipakai serta mematuhi
penggunaannya dengan benar sesuai tugas di masing-masing area.

d) Tenaga Kesehatan mampu memberikan edukasi kepada keluarga dan


masyarakat agar mendukung Ibu hamil, Ibu bersalin, Ibu menyusui
dan pengasuh memahami penggunaan masker dan etika batuk,
menjaga kebersihan diri dan lingkungan di rumah dan ketika
berkunjung ke fasyankes, dan menyampaikan status Orang Dalam
Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP) atau
terkonfirmasi positif COVID-19.

B. Pelaksanaan

1. Pelayanan di FKTP

a) Prinsip Umum

1) Skrining dilakukan berdasarkan pemeriksaan suhu tubuh (≥38ᵒC),


adanya gejala, adanya riwayat kontak erat dan adanya riwayat
perjalanan ke daerah yang telah terjadi transmisi lokal.

8
2) Tenaga kesehatan yang melakukan pemeriksaan ibu hamil,
menolong persalinan dan memberikan perawatan esensial bayi baru
lahir WAJIB menggunakan Alat Pelindung Diri (sesuai pedoman).

3) Ibu hamil, ibu bersalin dan bayi baru lahir dalam keadaan Gawat
Darurat atau status Pasien Dalam Pengawasan (PDP) atau
terkonfirmasiCOVID-19 wajib dirujuk ke Rumah Sakit Rujukan
COVID-19 atau RSmampu PONEK yang terdekat.

4) Pertolongan persalinan dilakukan dengan berpedoman pada kaidah


Pencegahan Infeksi (lihat protap)

5) Tenaga Kesehatan mematuhi prinsip hand hygiene dan physical


distancing setiap waktu.

b) Layanan Pemeriksaan Kehamilan (ANC):

1) Ibu hamil tanpa demam dan gejala influenza like illnesses dan tidak
ada riwayat kontak erat atau tidak ada riwayat perjalanan dari
daerah yang telah terjadi transmisi lokal, serta hasil rapid test
negatif (jika mungkin dilakukan), dapat dilayani di FKTP oleh
bidan/dokter yang wajib menggunakan APD level-1

2) Ibu hamil dengan status ODP dapat dilayani di FKTP, sedangkan


PDP harus dirujuk ke FKRTL. Beri keterangan yang jelas pada
surat rujukan bahwa diagnosa PDP dan permintaan untuk dilakukan
pemeriksaan PCR serta penanganan selanjutnya oleh dokter
spesialis.

3) Ibu Hamil mendapatkan Jenis layanan ANC sama dengan situasi


normal (sesuai SOP), kecuali pemeriksaan USG untuk sementara
DITUNDA padaibu dengan PDP atau terkonfirmasi COVID-19
sampai ada rekomendasi bahwa episode isolasinya berakhir.
Pemantauan selanjutnya, ibu dianggap sebagai kasus risiko tinggi

4) Konsultasi kehamilan dilakukan sesuai rekomendasi WHO:

5) Ibu hamil diminta untuk

i. Kunjungan wajib pertama dilakukan pada trimester 1


direkomendasikan oleh dokter untuk dilakukan skrining faktor
risiko (HIV, sifilis, Hepatitis B). Jika kunjungan pertama ke
bidan, maka setelah ANC dilakukan maka ibu hamil kemudian
diberi rujukan untuk pemeriksaan oleh dokter.

ii. Kunjungan wajib kedua dilakukan pada trimester 3 (satu bulan


sebelum taksiran persalinan) harus oleh dokter untuk persiapan
persalinan.

iii. Kunjungan selebihnya dapat dilakukan atas nasihat tenaga


kesehatan dan didahului dengan perjanjian untuk bertemu.

9
iv. Ibu hamil diminta mempelajari Buku KIA.

v. Jika memungkinkan, konsultasi kehamilan dan edukasi kelas ibu


hamil dapat menggunakan aplikasi TELEMEDICINE (misalnya
Sehati tele-CTG, Halodoc, Alodoc, teman bumil dll) dan
edukasi berkelanjutan melalui SMSBunda.

c) Layanan Persalinan:

1) Rapid test WAJIB dilakukan kepada seluruh ibu hamil sebelum


proses persalinan (kecuali rapid test tidak tersedia).

2) Persalinan dilakukan di tempat yang memenuhi persyaratan dan


telah dipersiapkan dengan baik.

3) FKTP memberikan layanan persalinan tanpa penyulit


kehamilan/persalinan atau tidak ada tanda bahaya atau bukan kasus
ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19

4) Jika didapatkan ibu bersalin dengan rapid test positif, maka rujuk
ke RSrujukan COVID-19 atau RS mampu PONEK.

5) Penolong persalinan di FKTP menggunakan APD level-2.

6) Jika kondisi sangat tidak memungkinan untuk merujuk kasus ODP,


PDP,terkonfirmasi COVID-19 atau hasil skrining rapid test positif,
makapertolongan persalinan hanya dilakukan dengan menggunakan
APD level-3dan Ibu bersalin dilengkapi dengan delivery chamber
(lihat gambar)

7) Bahan habis pakai dikelola sebagai sampah medis yang harus


dimusnahkandengan insinerator.

8) Alat medis yang telah dipergunakan serta tempat bersalin dilakukan


disinfetandengan menggunakan larutan chlorine 0,5%.

9) Pastikan ventilasi ruang bersalin yang memungkinkan sirkulasi


udara denganbaik dan terkena sinar matahari.

d) Layanan Paska Bersalin:

1) FKTP memberikan pelayanan KB (diutamakan metode kontrasepsi


jangkapanjang) segera setelah persalinan. Jika ibu tidak bersedia,
maka dilakukankonseling KB serta nasihat untuk mendapatkan
layanan KB paska bersalin.

2) Bayi yang dilahirkan dari ibu yang bukan ODP, PDP atau
terkonfirmasi COVID-19 pada 0-6 jam pertama, tetap
mendapatkan: perawatan tali pusat, inisiasimenyusu dini, injeksi
vitamin K1, pemberian salep/tetes mata antibiotik danpemberian
imunisasi hepatitis B dan HbIg (Hepatitis B immunoglobulin).

10
3) Ibu dan keluarga mendapat nasihat dan edukasi tentang perawatan
bayi barulahir termasuk ASI ekslusif dan tanda bahaya jika ada
penyulit pada bayi barulahir dan jika terjadi infeksi masa nifas.

4) Tenaga kesehatan mengambil sampel skrining hipotiroid kongenital


(SHK)pada bayi yang dilakukan setelah 24 jam persalinan, sebelum
ibu dan bayipulang dari fasilitas kesehatan.

5) FKTP memberikan layanan kunjungan pasca bersalin pada ibu


bukan PDPatau tidak terkonfirmasi COVID-19:

i. Pemeriksaanpada ibu nifas (sesuai SOP)

ii. Asuhanneonatal (sesuai Pedoman)

iii. Konselingmenyusui (sesuai Pedoman)

iv. Edukasihidup bersih dan sehat, termasuk tanda bahaya


pneumoniadan balita sakit

2.Pelayanan di FKRTL

a) Prinsip Umum

1) RS menerapkan triasedan alur tatakelolapenanganan kasus


rujukanmaternal neonatal dan infeksi COVID-19.

2) Skrining dilakukan berdasarkan pemeriksaan suhu tubuh (≥38oC),


adanyagejala, adanya riwayat kontak erat dan adanya riwayat
perjalanan ke daerahyang telah terjadi transmisi lokal.

3) RS mampu PONEK menerima RUJUKAN Ibu Hamil, Ibu


Bersalin dan BayiBaru Lahir dengan penyulit

4) RS yang telah ditetapkan untuk penanganan COVID-19 menerima


rujukan IbuHamil dan Ibu Bersalin dalam keadaan Gawat
Daruratdengan status OrangDalam Pemantauan (ODP), Pasien
Dalam Pengawasan (PDP) atau terkonfirmasi COVID-19.

5) Semua RS PONEK harus menyediakan Unit RS darurat/lapangan


untuk penanganan kasus COVID-19 jika ditemukan kasus yang
tidak memungkinkan untuk dirujuk ke RS rujukan COVID-19.

6) Tenaga kesehatan yang melakukan pemeriksaan ibu hamil,


menolong persalinan dan memberikan perawatan bayi baru lahir
WAJIB menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

7) Pertolongan persalinan dilakukan dengan berpedoman pada


kaidah Pencegahan Infeksi (PI)

8) FKTP menerapkan prinsip hand hygiene dan physical distancing


setiapwaktu.

11
b) Layanan Pemeriksaan Kehamilan (ANC):

1) Pemeriksaan rapid test dilakukan kepada Ibu hamil setiap kali


berkunjung, kecuali kasus rujukan yang telah dilakukan rapid test
atau telah terkonfirmasi COVID-19.

2) Ibu hamil dengan hasil skrining rapid test positif atau


terkonfirmasi COVID-19 atau didiagnosa PDP dilayani oleh
dokter yang WAJIB menggunakan APD level-2.

3) Ibu hamil dengan hasil skrining rapid test positif, jika


memungkinkan dilakukan pengambilan spesimen dan
pemeriksaan PCR, serta penetapan statusnya (OTG/ODP/PDP
atau non-COVID-19).

4) Jenis layanan ibu hamil sesuai pedoman POGI untuk pemeriksaan


ANC.

5) Jika tidak ada indikasi rawat inap DAN tidak ada penyulit
kehamilan lainnya, maka kunjungan pemeriksaan kehamilan
WAJIB berikutnya adalah pada satu bulan sebelum taksiran
persalinan, atau sesuai nasihat dokter dengan didahului perjanjian
untuk bertemu.

6) Jika memungkinan, ibu hamil disarankan untuk juga melakukan


konsultasi dengan menggunakan aplikasi TELEMEDICINE
(SEHATI tele-CTG, Halodoc, Alodoc, Teman Bumil) dan
edukasi berkelanjutan melalui SMSBunda.

7) Ibu hamil diminta mempelajari buku KIA untuk diterapkan dalam


kehidupan sehari-hari termasuk mengenali tanda bahaya. Jika ada
tanda bahaya ibu harus segera memeriksakan diri ke RS

c) Layanan Persalinan:

1) Rapid test wajib dilakukan pada ibu hamil sebelum bersalin,


kecuali kasus rujukan yang telah dilakukan rapid test atau telah
terkonfirmasi COVID-19

2) Ibu hamil in-partu dengan hasil skrining rapid test positif tetap
dilakukan pengambilan spesimen dan pemeriksaan PCR, serta
penetapan statusnya (OTG/ODP/PDP atau non-COVID-19).

3) Persalinan per vaginam dengan rapid test negatif DAN tidak


didiagnosa sebagai ODP/PDP dilayani oleh bidan/dokter
menggunakan APD level-2

4) Persalinan per vaginam dengan rapid test positif atau


terkonfirmasi COVID-19 atau telah didiagnosa OTG/ODP/PDP
dilayani oleh dokter yang wajib menggunakan APD level-3

12
5) Persalinan Sectio Cesaria (per abdominam), penolong persalinan
menggunakan APD level 3 tanpa melihat status COVID-19

6) Bahan habis pakai dikelola sebagai sampah medis infeksius dan


dimusnahkan dengan insinerator.

7) Alat medis bekas pakai untuk pakai ulang diproses sesuai


pedoman PPIRS

8) Tempat bersalin dibersihkan setiap kali habis pakai sesuai


pedoman PPIRS

9) Pastikan ventilasi ruang bersalin yang memungkinkan sirkulasi


udara dengan baik dan terkena sinar matahari.

d) Layanan Paska Bersalin:

1) FKRTL memberikan pelayanan KB (diutamakan metode


kontrasepsi jangka panjang) segera setelah persalinan. Jika ibu
tidak bersedia, maka dilakukan konseling KB serta nasihat untuk
mendapatkan layanan KB paska bersalin

2) Bayi yang dilahirkan dari ibu yang bukan ODP, PDP atau
terkonfirmasi COVID-19 pada 0-6 jam pertama, tetap
mendapatkan: perawatan tali pusat, inisiasi menyusu dini, injeksi
vitamin K1, pemberian salep/tetes mata antibiotic, imunisasi
Hepatitis B dan pemebrian HbIg (Hepatitis B immunoglobulin)

3) Bayi yang dilahirkan dari ibu ODP, PDP atau terkonfirmasi


COVID-19:

a. Tidak dilakukan penundaan penjepitan tali pusat (delayed


chord clamping)

b. Bayi dikeringkan seperti biasa, dan segera dimandikan setelah


kondisi stabil, tidak menunggu 24 jam.

c. Tidak dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

4) Ibu dengan HBsAg reaktif dan terkonfirmasi COVID-19:

i. Jika kondisi klinis bayi baik (bugar), maka imunisasi Hepatitis


B tetap diberikan

ii. Jika kondisi klinis bayi tidak bugar atau tampak sakit,
imunisasi Hepatitis B ditunda

5) Bayi baru lahir dari ibu terkonfirmasi COVID-19 atau ibu dengan
status PDP termasuk dalam kriteria Pasien Dalam Pengawasan
(PDP) dan dirawat sesuai rekomendasi IDAI:

13
a. Bayi Baru Lahir harus diperiksa COVID-19 (swab dan periksa
darah)pada hari ke-1, ke-2 dan ke-14

b. Bayi dirawat gabung jika ibu status ODP, tidak dirawat gabung
jika status ibu PDP atau terkonfirmasi COVID-19

c. Jika ibu harus isolasi, maka dilakukan konseling untuk isolasi


terpisah antar ibu dan bayinya selama 14 hari sesuai batas
risiko transmisi. Pemisahan sementara bertujuan untuk
mengurangi kontak antara ibu dan bayi.

d. Bila setelah mendapatkan konseling, ibu tetap berkeinginan


untuk merawat bayi sendiri:

1. Persiapan harus dilakukan dengan memberikan


informasilengkap dan potensi risiko terhadap bayi.

2. Ibu dan bayi diisolasi dalam satu kamar dengan fasilitas


ensuite selama dirawat di rumah sakit,

3. Bayi harus ditempatkan di inkubator tertutup di dalam


ruangan.

4. Ibu disarankan untuk mengenakan APD yang sesuai dengan


pedoman PPI dan diajarkan mengenai etika batuk

5. Bayi harus dikeluarkan sementara dari ruangan jika ada


prosedur yang menghasilkan aerosol yang harus dilakukan
di dalam ruangan

6) Tenaga kesehatan mengambil sampel skrining hipotiroid


kongenital (SHK)pada bayi yang dilakukan setelah 24 jam
persalinan, sebelum ibu dan bayi pulang dari fasilitas kesehatan.
Tenaga Kesehatan menggunakan APD sesuai status bayi.

7) Ibu dan keluarga mendapat nasihat dan edukasi tentang perawatan


bayi baru lahir termasuk ASI eksklusif, tanda bahaya jika ada
penyulit pada bayi baru lahir serta anjuran membaca buku KIA
dan nasihat untuk segera ke RS jika ada keluhan atau tanda
bahaya.

C. TELEMEDICINE

Dinas Kesehatan Kab/Kota diharapkan memfasilitasi penggunaan


teknologi untuk menggantikan pelayanan rutin melalui tatap muka.
Teknologi komunikasi yang dipergunakan dapat berupa call center khusus
layanan KIA, SMS dan WA atau aplikasi telemedicine. Penggunaan
teknologi dilakukan dengan memandang kesiapan daerah, penerimaan dan
literasi masyarakat. Telemedicine ini dapat dimanfaatkan untuk :

1. Edukasi kepada ibu hamil dan ibu menyusui

14
2. Penilaian mandiri adanya faktor risiko pada ibu hamil

3. Penilaian mandiri status kesehatan dan mengenali tanda bahaya adanya


penyulit kehamilan, penyulit persalinan dan penyulit bayi baru lahir

4. Penilaian mandiri status COVID-19

5. Konsultasi kehamilan, persiapan persalinan, masa nifas dan perawatan


bayi baru lahir untuk melengkapi kunjungan untuk ANC, kunjungan
neonatal dan kunjungan nifas

6. Akses Ante Natal Care (ANC), Post Natal Care (PNC), layanan
Keluarga Berencana (KB) dan membuat perjanjian untuk bertemu
tenaga kesehatan

7. Pengingat jadwal ANC, kunjungan neonatal dan nifas dan KB

D. PARTISIPASI MASYARAKAT

1. Peran Kader Kesehatan dan Kader Keluarga Berencana

a) Kader (bersama Bidan Desa dan atau Puskesmas) memetakan jumlah


ibu hamil, jumlah ibu hamil dengan faktor risiko, jumlah ibu hamil
dengan dugaan COVID-19, jumlah ibu hamil yang akan
membutuhkan pelayanan paska persalinan, jumlah bayi baru lahir,
jumlah balita dan jumlah bumil.

b) Kader (bersama Bidan Desa dan atau Puskesmas) berkoordinasi


dengan satuan tugas COVID-19 tingkat desa/RW/RT juga mendata
bumil yang baru “mudik” dari wilayah transmisi lokal/red zone
seperti Jabodetabek, Jika ada maka:

1) Laporkan kepada Puskesmas untuk dilakukan skrining

2) Motivasi dan memberikan panduan isolasi mandiri di rumah


selama 14 hari atau di Fasilitas Khusus untuk isolasiyang
disediakan oleh Pemerintah Daerah/Pemerintah Desa/Swadaya
Masyarakat atau di RS Darurat. Untuk daerah yang menetapkan
status ODP untuk pendatang/pemudik, maka mengikuti anjuran
untuk isolasi dan testing

3) Edukasi untuk memantau status kesehatan secara mandiri. Jika


memungkinkan bekali dengan termometer (beserta panduan
caramenggunakannya) untuk mengukur suhu badan dua kali
sehari, dan melaporkan kepada kader kesehatan/bidan desa
dengan menggunakan pesanmelalui SMS, WA atau cara lain yang
tidak memerlukan kontak fisik/tatap muka.

4) Bila semula tidak memiliki gejala dan tidak ada riwayat kontak erat
dengan penderita COVID-19, maka disarankan untuk segera
berkonsultasi dengan bidan desa atau tenaga kesehatan puskesmas

15
jika pada saat isolasi mandiri kemudian ada gejala infeksi COVID-
19 (demam, nyeri menelan, batuk, pilek, sesak).

5) Bila diduga terinfeksi COVID-19 (ODP) atau PDP dengan gejala


ringan, maka:

i. Puskesmas/Bidan Desa melakukan pemeriksaan rapid test atau


rujuk ke fasilitas layanan kesehatan/laboratorium yang telah
ditunjuk untuk pengambilan apus selaput mukosa hidung dan
tenggorokan untuk pemeriksaan RT-PCR

ii. Bila keadaannya memburuk (demam tinggi atau kesulitan


bernafas) atau ada gejala/tanda penyulit kehamilan atau ada
tanda kegawatan janin (gerak janin berkurang), segera
berkonsultasi dengan tenaga kesehatan puskesmas atau bidan
desa untuk persiapan rujukan

c) Kader (bersama Bidan Desa dan atau Puskesmas) melakukan


kampanye massif jaga jarak, jangan berkerumun, cuci tangan pakai
sabun dan pakai masker. Bersama anggota masyarakat lainnya
memastikan kepatuhan semua ibu hamil atas pesan
tersebut.Kampanye dilakukan dengan memanfaatkan media
komunikasi dan digital sehingga tidak melanggar prinsip physical
distancing dan social distancing.

d) Kader (bersama Bidan Desa dan atau Puskesmas) mengumpulkan


data dasar dan melaporkan secara berjenjang ke Puskesmas, Dinkes
Kab/Kota dan Provinsi. Update data dilakukan secara harian. Bila
melakukan kunjungan, maka bidan desa dan kader wajib
menggunakan masker serta tetap berpedoman pada prinsip hand
hygiene dan physical distancing.

2. Edukasi

a) Pesan Umum Hidup Bersih

1. Biasakan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 20


detik

2. Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang mengandung


alkohol 60- 90%, jika air dan sabun tidak tersedia.

3. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang


belum dicuci.

4. Hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.

5. Ibu nifas mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah


memegang bayi dan sebelum menyusui.

b) Menghindari Penularan

16
1. Tetap tinggal di rumah saat sakit atau segera ke fasilitas kesehatan
yang sesuai, atau jika memungkinkan konsultasi dokter/bidan
dengan memanfaatkan teknologi informasi yang ada

2. Tidak melakukan aktivitas di luar rumah kecuali sangat mendesak.

3. Menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue.
Buang tissue pada tempat yang telah ditentukan.Bila tidak ada
tissue, lakukan batuk sesuai etika batuk.

4. Membersihkan dan melakukan disinfeksi permukaan dan benda


yang sering disentuh dengan menggunakan cairan klorin 0,5%.

5. Menggunakan masker dengan benar setiap kali keluar rumah atau


datangke fasyankes

6. Menunda bepergian ke negara/daerah terjangkit COVID-19.

c) Ibu Nifas dan Bayi Baru Lahir

1. Jika terdapat tanda-tanda kedaruratan ibu nifas dan bayi baru lahir,
segera ke RS atau tenaga kesehatan terdekat atau hubungi call
center 119 ext 9 atau hotline yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah.

2. Melakukan pemeriksaan paska bersalin sebanyak 4 kali.


Kunjungan pertama disarankan dilakukan di fasilitas layanan
Kesehatan untuk pemeriksaan nifas dan neonatal. Pemeriksaan
berikutnya melalui kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan atau
memanfaatkan teknologi komunikasi:

KF 1: 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua) hari pasca persalinan;

KF 2: 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari pasca persalinan;

KF 3: 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh delapan) hari


pasca persalinan

KF 4: 29 (dua puluh sembilan) sampai dengan 42 (empat puluh


dua) hari pasca persalinan.

3. Mendapatkan pelayanan KB sesuai jadwal yang diawali dengan


perjanjian bertemu dengan petugas.

d) Ibu Menyusui

Jika ibu menyusui dengan status terkonfirmasi positif


COVID-19 atau didiagnosa sebagai PDP, maka dokter harus
melakukan komunikasi risiko:

1. Ibu diberikan konseling tentang menyusui dan manfaat menyusui


bagi ibu dan bayi.

17
2. Ibu dijelaskan risiko utama yang dihadapi bayi menyusu adalah
kontak dekat dengan ibu, yang cenderung terjadi penularan
melalui percikan ludah (droplet).

3. Ibu dijelaskan bahwa nasihat klinis dapat berubah sesuai


perkembangan ilmu pengetahuan.

4. Untuk ibu yang ingin tetap menyusui, tindakan pencegahan harus


diambil untuk membatasi penyebaran virus ke bayi:

i. Mencuci tangan sebelum menyentuh bayi dan payudara

ii. Mengenakan masker selama menyusui.

iii. Membersihkan pompa ASI segera setelah penggunaan.

iv. Pertimbangkan untuk meminta bantuan seseorang dengan


kondisi yang sehat untuk memberikan ASI.

v. Ibu harus didorong untuk memerah ASI (manual atau elektrik),


sehingga bayi dapat menerima manfaat ASI dan untuk menjaga
persediaan ASI agar proses menyusui dapat berlanjut setelah
ibu dan bayi disatukan.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sampai saat ini, pengetahuan tentang infeksi COVID-19 dalam


hubungannya dengan kehamilan dan janin masih terbatas dan belum ada
rekomendasi spesifik untuk penanganan ibu hamil dengan COVID-19.
Berdasarkan data yang terbatas tersebut dan beberapa contoh kasus pada
penanganan Coronavirus sebelumnya (SARS-CoV dan MERS-CoV) dan
beberapa kasus COVID-19, dipercaya bahwa ibu hamil memiliki risiko
lebih tinggi untuk terjadinya penyakit berat, morbiditas dan mortalitas
dibandingkan dengan populasi umum. Efek samping pada janin berupa
persalinan preterm juga dilaporkan pada ibu hamil dengan infeksi COVID-
19. Akan tetapi informasi ini sangat terbatas dan belum jelas apakah
komplikasi ini mempunyai hubungan dengan infeksi pada ibu. Dalam dua
laporan yang menguraikan 18 kehamilan dengan COVID-19, semua
terinfeksi pada trimester ketiga didapatkan temuan klinis pada ibu hamil
mirip dengan orang dewasa yang tidak hamil. Gawat janin dan persalinan
prematur ditemukan pada beberapa kasus. Pada dua kasus dilakukan
persalinan sesar dan pengujian untuk SARS-CoV-2 ditemukan negatif
pada semua bayi yang diperiksa.
Sampai saat ini juga masih belum jelas apakah infeksi COVID-19 dapat
melewati rute transplasenta menuju bayi. Meskipun ada beberapa laporan
dimana bayi pada pemeriksaan didapatkan pemeriksaan positif dengan
adanya virus beberapa saat setelah lahir, tetapi penelitian ini perlu validasi
lebih lanjut tentang transmisi ini apakah terjadi di dalam kandungan atau
di postnatal. Saat ini tidak ada data yang mengarahkan untuk peningkatan
risiko keguguran yang berhubungan dengan COVID-19. Laporan kasus
dari studi sebelumnya dengan SARS dan MERS tidak menunjukkan
hubungan yang meyakinkan antara infeksi dengan risiko keguguran atau
kematian janin di trimester dua.
B. Saran
Rekomendasi utama untuk tenaga kesehatan yang menangani
pasien COVID-19 khususnya ibu hamil, bersalin dan nifas :
1. Tenaga kesehatan harus segera memberi tahu tenaga penanggung jawab
infeksi di tempatnya bekerja (Komite PPI) apabila kedatangan ibu hamil
yang telah terkonfirmasi COVID-19 atau Pasien Dalam Pengawasan
(PDP).
2. Tempatkan pasien yang telah terkonfirmasi COVID-19 atau Pasien
Dalam Pengawasan (PDP) dalam ruangan khusus (ruangan isolasi infeksi
airborne) yang sudah disiapkan sebelumnya apabila rumah sakit tersebut
sudah siap sebagai pusat rujukan pasien COVID-19. Jika ruangan khusus
ini tidak ada, pasien harus sesegera mungkin dirujuk ke tempat yang ada
fasilitas ruangan khusus tersebut. Perawatan maternal dilakukan diruang
isolasi khusus ini termasuk saat persalinan dan nifas.
3. Bayi yang lahir dari ibu yang terkonfirmasi COVID-19, dianggap
sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP), dan bayi harus ditempatkan di
ruangan isolasi sesuai dengan Panduan Pencegahan Infeksi pada Pasien
Dalam Pengawasan (PDP).

19
4. Untuk mengurangi transmisi virus dari ibu ke bayi, harus disiapkan
fasilitas untuk perawatan terpisah pada ibu yang telah terkonfirmasi
COVID-19 atau Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dari bayinya sampai
batas risiko transmisi sudah dilewati.
5. Pemulangan pasien postpartum harus sesuai dengan rekomendasi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Protokol Petunjuk Praktis Layanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru LahirSelama
Pandemi COVID-19Nomor: B-4 (05 April 2020)

Direktorat Kesehatan Keluarga,Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Promosi


Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Direktorat Surveilans dan Karantina
Kesehatan, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung,
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis,
Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer, Ikatan Dokter Anak Indonesia, UNICEF,
WHO.2020. Panduan Pelayanan Kesehatan Balita Pada Masa Tanggap Darurat
COVID-19 Bagi Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan Keluarga

Rekomendasi Penanganan Infeksi Virus Corona (Covid-19) Pada Maternal


(hamil, Bersalin, dan nifas), Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
(POGI) Tahun 2020

21

Anda mungkin juga menyukai