Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS MENGENAI PANDEMI COVID-19 DALAM

PERSPEKTIF KEPERAWATAN KOMUNITAS

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas I

Dosenpengampu : Ns. Asmadi., S.Kep., M.Kep., Sp.Kom

DISUSUN OLEH:

AlyaNisrinaMaulana

(CKR0180195)

KELAS A

Tingkat III Semester V

PROGRAM S1 KEPERAWATAN
Kampus 2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKu)
RS Ciremai – Cirebon
Jl. Pangeran Drajat No. 40A, Cirebon 45133
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpah Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktu nya.

Shalawat beserta salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada nabi besar
Muhammad SAW. Yang telah membawa umat nya dari zaman jahiliyah kepada
zaman yang penuh ilmu pengetahuan yang kita rasakan pada saat sekarang ini.

Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan
Komunitas I “Analisis Mengenai Pandemi COVID-19 dalam Perspektif
Keperawatan Komunitas” dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini. Semoga menjadi ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT,
Amin.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demikesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan supaya kita selalu berada di bawah lindungan Allah SWT.

Cirebon, 27 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
2.1. Latar Belakang Masalah........................................................................1
2.2. Rumusan Masalah.................................................................................1
2.3. Tujuan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Mempertahankan layanan kesehatan esensial dan memperkuat
penanggulangan Covid-19....................................................3
2.2. Menyesuaikan fungsi utama kesehatan dalam pandemi........8
2.3. Pencegahan dan pengendalian infeksi...................................11
2.4. Tatalaksana komunitas untuk kasus penyakit akut dalam konteks
Covid-19................................................................................15
2.5. Kegiatan penjangkauan dan kampanye pencegahan..............17

BAB IIIPENUTUP
1. Kesimpulan.......................................................................................19
2. Saran.................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Covid-19 menjadi masalah global yang harus segera ditangani
sejak ditemukan di Wuhan China pda bulan Desember 20199.
Penambahan jumlah kasus pasien Covid-19 berlangsung cukup berat dan
menyebar ke luar wilayah Wuhan dan ke negara lain. Sampai dengan 1
Juli 2020 secara global terkonfirmasi kasus di 216 negara dan terdapat
10.357.662 kasus dimana 508.055 kasus diantaranya meninggal dunia.
Hasil tersebut berubah sewaktu-waktu dan di Indonesia pertanggal 1 Juli
2020 terdapat 57.770 positifCovid-19. Dilaporkan 25.595 kasus sembuh
dan 2.934 pasien meninggal dunia.
Covid-19 merupakan virus yanfg dapat bermutasi membentuk
susunan genetik baru. Awal mula virus ini hanya mempu menempel pada
hewan saja. Tetapi karena virus ini mampu bermutasi dan merubah
susunan dirinya sehingga memiliki pengahantar yang mampu menempel
pada manusia.
Penanganan yang memadai pada pasien kasus Covid-19 sangat
diperlukan guna kesembuhan dan mengurangi penyebaran virus tersebut/
dalam hal ini petugas kesehatana memiliki peranan penting dalam
kesiapsiagaan menangani pasien Covid-19.
Salah satu petugas kesehatan tersebut adalah perawat. Keterlibatan
perawat yang berada di garis depan dalam menangani pasien Covid-19
harus mengetahui pengetahuan dan keterampilan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang tepat, serta perawat harus update dalam
perkembangan Covid-19. Dengan demikian keterlibatan manajemen
keperawatab dalam penangnan Covid-19 guna mencegah terjadinya
penularan dan perawatan pasien diruang perawatan sangat dibutuhkan.
Namun saat ini manajemen keperawatan dalam penanganan pasien Covid-
19 belum banyak dilakukuan kajiannya sehingga perlu ditelaah lebih jauh
agar perawat dapat merawat dengan baik.
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana mempertahankan layanan kesehatan esensial dan
memperkuat penanggulangan COVID-19?
b. Bagaimana menyesuaikan fungsi utama kesehatan dalam pandemi?
c. Bagaimana pencegahan dan pengendalian infeksi?
d. Bagaimana tatalaksana komunitas untuk kasus penyakit akut dalam
konteks COVID-19?
e. Apa kegiatan penjangkauan dan kampanye pencegahan?

1
1.3. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana mempertahankan kesehatan dan
memperkuat penanggulangan COVID-19
b. Untuk mengetahui bagaimana cara menyesuaikan fungsi utama
kesehatan dalam pandemi
c. Untuk mengetahui cara pencegahan dan pengendalian infeksi
d. Untuk mengetahui bagaimana tatalaksana komunitas untuk kasus
penyakit akut dalam konteks COVID-19
e. Untuk mengetahui apa saja penjangkauan dan kampanye pencegahan

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Mempertahankan layanan kesehatan esensial dan memperkuat


penanggulangan COVID-19
A. Konteks Nasional dan Subnasional
Wilayah-wilayah yang berbeda dalam negara yang sama sekalipun dapat
memerlukan pendekatan berbeda untuk menentukan layanan yang esensial dan
melibatkan tenaga kesehatan komunitas dalam mempertahankan layanan-layanan
ini dan menangani langsung pandemi COVID-19. Pengambil keputusan harus
menyeimbangkan manfaat berbagai kegiatan dengan risiko penularan
virusnya kepada tenaga kesehatan atau dari tenaga kesehatan kepada orang
lain. Beban penyakit setempat, pola penularan COVID-19, dan kapasitas
dasar pemberian layanan di tingkat komunitas dan fasilitas akan berdampak
pada analisis risiko-manfaat setiap kegiatan, dan pola pencarian pertolongan
masyarakat yang jelas juga harus menjadi masukan dalam adaptasi.

Di tempat dengan beban tinggi penyakit endemik yang tanda dan


gejalanya mirip dengan definisi kasus COVID-19 (seperti malaria),
pesan kesehatan masyarakat perlu diadaptasi untuk memastikan bahwa
masyarakat tidak menunda mencari pertolongan untuk penyakit yang
mengancam nyawa. Selain itu, tempat, cara, dan sumber pertolongan
kesehatan yang dicari oleh komunitas dapat berbeda di setiap konteks. P
enyedia layanan sektor swasta dan LSM, termasuk organisasi keagamaan,
merupakan pemangku kepentingan dan penyedia layanan yang penting di
komunitas-komunitas tertentu. Penilaian cepat di tingkat nasional dan subn
asional harus memandu pilihan strategis perubahan kebijakan dan protokol
serta tindakan penanggulangan dengan mempertimbangkan bahwa kesen
jangan yang ada dalam fungsi-fungsi pemberian dan sistem layanan ke
sehatan dapat makin diperburuk saat wabah ini. Adaptasi-adaptasi yang dil
akukan dalam konteks pandemi, jika matang dan terkoordinasi, dapat me
mperkuat perawatan kesehatan primer berbasis fasilitas dan integrasiny
a dalam platform berbasis komunitas dalam masa pemulihan awal dan
seterusnya.

3
B. Pemberian layanan kesehatan esensial berbasis komunitas

Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat yang ada da


n memitigasi dampak wabah COVID-19, program pelayanan
kesehatan primer yang disepakati di tingkat nasional harus
memastikan kapasitas pencegahan kesakitan dan kematian me
lalui pemberian berbasis komunitas layanan esensial (4), seperti:

• mencegah penyakit menular melalui pemberian imunisasi,


kemoprevensi, pengendalian vektor, dan pengobatan;

• menghindari perburukan akut dan kegagalan pengobatan


dengan cara tetap memberikan pengobatan bagi orang-orang
yang mengidap kondisi kornis;

• mengambil langkah-langkah khusus untuk melindungi populasi


rentan, seperti ibu hamil dan ibu menyusui, anak-anak, dan
lansia; dan

• menatalaksana kondisi kedaruratan yang memerlukan intervensi


sensitif waktu dan menjaga berfungsinya sistem rujukan.

Proses-proses nasional dan subnasional dalam mengidentifikasi lay


anan yang esensial, mengoordinasikan perencanaan penanggulangan
COVID-19, dan mengoptimalkan tenaga kesehatan serta pemberian lay
anan harus mencakup kegiatan berbasis komunitas yang relevan dan
konsultasi dengan perwakilan tenaga kesehatan komunitas yang re
levan
C. Berbagai tahap kehidupan anggota masyarakat

Pertimbangan yang berbeda bagi berbagai tahap kehidupan masyarakat


dalam hal risiko terkait infeksi COVID-19, prioritas layanan kesehata
n keseluruhan, dan implikasi pada langkah-langkah kesehatan masy
arakat dan perubahan-perubahan sosial lain terkait pandemi ini.

4
D. Kondisi sensitif waktu dan perawatan akut berbasis komunitas

Sebagian besar layanan darurat harus berlanjut selama pandemi COV


ID-19 karena sifatnya yang sangat sensitif waktu dan dapat menghin
darkan kematian dan kecacatan di berbagai tahap kehidupan. Ten
aga kesehatan harus dipastikan terlatih dan dilengkapi untuk mengat
asi kondisi akut, karena pembatasan gerak, rekomendasi pembatasan
pertemuan tatap muka di fasilitas, dan rasa takut akan keamanan p
erawatan di fasilitas akan semakin menggeser perawatan akut ke ko
munitas. Tenaga kesehatan berbasis komunitas kemungkinan akan m
enghadapi jumlah pasien sakit akut yang meningkat, termasuk ora
ng-orang dengan gangguan pernapasan akibat COVID-19 dan den
gan kondisi darurat lain yang secara tidak langsung terkait dengan
konteks pandemi: gangguan pengobatan kondisi kronis berkontrib
usi pada perburukan akut (seperti asma berat atau serangan jantun
g), sedangkan berkurangnya akses dan tertundanya pencarian perawat
an mengakibatkan presentasi di waktu-waktu berikutnya dan yang l
ebih parah (seperti sepsis yang berkembang dari infeksi lokal atau
renjatan dalam kasus cedera dan perdarahan terkait kehamilan).

Pertolongan pertama dan perawatan akut sederhana, terjangkau, da


n efektif dapat aman diberi kan oleh anggota komunitas secara per
orangan dan tenaga kesehatan komunitas yang terlatih cukup, term
asuk yang tergabung dalam program penanggap pertolongan perta
ma berbasis komunitas (CFAR). Program demikian menggunakan
sistem piket dan tenaga terlatih pertolongan pertama yang dapat
dipanggil 24 jam untuk memberi perawatan dasar untuk penyak
it akut atau cedera. Di berbagai tempat, program-program ini be
rtumpang tindih dan melengkapi program tatalaksana kasus lain, d
an juga dapat dikaitkan dengan layanan ambulan sukarela seperti
dari Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Di berbagai tempat,
selain memberi perawatan di tempat, CFAR mendampingi pasien
untuk memastikan pasien sampai di fasilitas dengan selamat.

5
Melalui deteksi dini, pengobatan cepat dan rujukan tepat waktu unt
uk kondisi akut memaksimalisasi dampak intervensi berikutnya da
n sering memitigasi kebutuhan akan intervensi lanjutan. Perawatan
akut dan darurat yang kuat berbasis komunitas dapat membantu ke
lebihan kesakitan dan kematian selama dan setelah pandemi COVI
D-19, sehingga memfasilitasi layanan komprehensif normal dan m
embangun sistem yang lebih tangguh.

E. Perkuat penanggulangan COVID-19 di komunitas

Tenaga kerja kesehatan komunitas dapat dimanfaatkan untuk memper


kuat penanggulangan COVID-19 karena tenaga kerja tersebut merup
akan anggota komunitas yang terpercaya yang memiliki hubungan
yang penting dengan fasilitas, pemimpin, dan organisasi yang mer
upakan kontributor inti dalam penanggulangan efektif.

F. Keterlibatan komunitas dan komunikasi

Seperti yang dijabarkan di dokumen Astana 2018, pelibatan dan ko


munikasi sistematis dengan individu dan komunitas penting untuk
menjaga kepercayaan pada kapasitas sistem kesehatan memberika
n layanan esensial, berkualitas, dan aman serta memastikan pencar
ian pertolongan dan kepatuhan pada nasihat kesehatan masyarakat
(7).1 Strategi komunikasi dan pelibatan untuk COVID-19 harus mencakup se
mua dimensi layanan kesehatan berbasis komunitas dan bertujuan u
ntuk memfasilitasi pencarian pertolongan yang optimal, perilaku h
idup sehat, dan praktik perawatan di rumah. Komunitas menganda
lkan fasilitas kesehatan setempat dan aktor komunitas terpercaya, t
ermasuk media setempat, sebagai sumber informasi. Penting mere
ka semua mendapat informasi termutakhir, akurat, dan sesuai k
onteks dalam bahasa setempat.

6
Komunikasi harus berfokus pada membangun kepercayaan, mengur
angi rasa takut, memperkuat kolaborasi, dan mempromosikan pe
manfaatan langakh-langkah kesehatan masyarakat dan layana
n esensial.

Topik-topik utama untuk dikomunikasikan adalah:

• penularan COVID-19, tindakan kesehatan masyarakat untuk


mengurangi risiko penularan dan faktor risiko terkait
penyakit parah (8). Pertimbangkan mengadakan layanan telepon
khusus (hotline), sesi tanya jawab, pemanfaatan platform digital
jika ada untuk menyingkirkan mitos-mitos berbahaya;
hentikan penyebaran misinformasi; kurangi stigma terkait
COVID-19; dan dukung integrasi kembali pasien COVID-19
yang sudah pulih ke dalam komunitas;

• tindakan berlanjut mencari pertolongan esensial, cara


pertolongan dapat dicari dengan aman, dan setiap perubahan
tempat pemberian layanan atau fasilitas pelayanan
kesehatan;

• praktik perawatan mandiri dan keluarga di rumah yang


diperlukan semua anggota rumah tangga untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan dan menghindari membuat peran gender
tradisional semakin tertanam;

• perawatan di rumah untuk orang dengan gejala COVID-19


ringan hingga sedang, sesuai panduan nasional (9); bagikan
informasi siapa yang dihubungi dan tempat mencari
pertolongan jika muncul tanda bahaya;

• peran tenaga kesehatan komunitas sebagai aktor terpercaya dalam


melindungi komunitas;

• kesehatan jiwa dan kesejahteraan psikososial, dengan menjawab


risiko kekerasan dalam rumah tangga yang meningkat terhadap wanita

7
(10), remaja, penyandang disabilitas, dan lansia, dan

1
• memberikan informasi tentang layanan yang dapat diakses.
Sumber daya komunitas dapat membantu mengidentifikasi
keluarga, teman, dan tetangga yang terpercaya yang dapat
dihubungi dan mendukung korban kekerasan.

Tenaga kesehatan komunitas dan dukungan komunitas lebih luas a


kan menjadi semakin penting dalam konteks COVID-19 di mana l
angkah-langkah tidak keluar rumah dilaporkan mengurangi pencar
ian pertolongan esensial dan meningkatkan kekerasan, penggunaan al
kohol dan obat-obatan lainnya, perilaku adiktif, dan kondisi-kondis
i terkait stres.

2. Menyesuaikan fungsi utama sistem kesehatan dalam


pandemi
A. Tenaga kesehatan Komunitas

Menyesuaikan peran dan tanggung jawab tenaga kesehatan komunitas d


alam konteks pandemi COVID-19 dapat meliputi penyusunan pendek
atan baru dalam kegiatan yang sudah ada dan menyesuaikan tugas t
enaga yang sudah ada atau merekrut tenaga tambahan (15). Dalam p
erubahan semacam itu, penting untuk menghindari burnout, kelelaha
n, kekosongan layanan, penurunan kualitas, dan peningkatan risiko infe
ksi. Karena ketersediaan layanan rujukan mungkin terbatas di tengah
meningkatnya permintaan pada sistem kesehatan, semua tenaga kes
ehatan harus siap untuk menanggung tanggung jawab tambahan terk
ait tatalaksana awal sindrom-sindrom utama yang mengancam nyawa
(16). Jika keadaan COVID-19 mengharuskan perubahan beban kerja, pe
nggantian tugas, atau perekrutan, semua tenaga kerja harus secara ha
ti-hati dan memadai diberi sumber daya, dilatih, dilengkapi, dan dia
wasi, dengan memanfaatkan cara-cara digital jika ada. Remunerasi
yang tepat waktu dan kondisi kerja yang wajar akan membantu te
naga kerja tetap bekerja selama dan setelah penanggulangan CO
VID-19. Untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja tenaga
kesehatan komunitas, semua tenaga kesehatan harus diberi alat pe

8
lindung diri (APD) yang memadai dan

1
dilatih penggunaan serta pembuangan aman APD. Bekerja dalam
konteks COVID-19 dapat menimbulkan stigma (17). Tenaga kes
ehatan juga membutuhkan dukungan kesehatan jiwa dan psikoso
sial. Isu-isu gender perlu mendapat perhatian khusus (18). Tenag
a berusia lebih tua dan yang memiliki kondisi berisiko tinggi har
us diberi tugas yang tidak memberi risiko tambahan.

B. Rantai pasokan

Dalam konteks pandemi dan dampak-dampak terkaitnya pada penca


rian dan akses layanan, pelayanan kesehatan primer dan tenaga kese
hatan komunitas mungkin semakin diandalkan dan adanya peningka
tan penggunaan obat-obatan serta suplai lainnya di tingkat masy
arakat. Memperkuat rantai pasokan, mengantisipasi interupsi dan m
empersiapkan strategi mitigasi sangat penting untuk memelihara keters
ediaan obat dan pasokan esensial (15). Strategi tersebut harus mencaku
p (a) persediaan yang banyak digunakan, (b) obat dan produk penting
lainnya yang berisiko menipis akibat peningkatan permintaan, dan
(c) mekanisme pasokan dan distribusi yang mengurangi frekuensi p
engisian persediaan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Jika stok masih tersedia di suatu negara, alokasi persediaan esensial


minimal 1 bulan di tingkat komunitas, jika dapat disimpan dengan a
man, dapat membantu mengurangi gangguan akibat tertundanya tra
nsportasi. JIka persediaan cukup dan jika ada tempat penyimpanan,
jumlah barang yang lebih besar dapat diedarkan. Jika persediaan me
nipis, pengiriman mungkin perlu dilakukan lebih sering, sehingga p
enting untuk adanya rencana minimalisasi paparan di fasilitas pelay
anan kesehatan. Opsi yang dapat dipilih mencakup menentukan lok
asi pengambilan yang aman sesuai jadwal atau zona pengiriman
yang terbatas bagi petugas yang berkepentingan. Pengelolaan pen
yimpanan mungkin perlu lebih fleksibel dan, jika

9
mungkin, menggunakan sistem elektronik.

Demikian pula, untuk memitigasi risiko penularan, jika obat ti


dak dapat diantarkan ke rumah, setiap lokasi pengambilan har
us memiliki pembatas fisik seperti layar plastik untuk melindu
ngi pasien dan staf. Jika memungkinkan, hand sanitizer atau s
arana cuci tangan sebaiknya disediakan di semua lokasi penga
mbilan bagi klien. Sebisa mungkin produk sebaiknya diambil
di jendela atau gerai bagian luar fasilitas dan antrean harus dik
elola, seperti dengan penjagaan jarak dan penjadwalan terlebi
h dahulu. Prosedur di wilayah tertentu mungkin perlu disesuai
kan dan dipercepat untuk mempersiapkan pasokan cadangan,
dan wilayah perkotaan dan pinggir kota, pemukiman informal,
dan pemukiman padat lain di mana terjadi penularan masyara
kat yang meluas mungkin perlu diberi pertimbangan khusus.

Informasi tentang persediaan dan kapasitas penyimpanan aman


di tingkat nasional dan subnasional harus dipertimbangkan dala
m memilih strategi-strategi ini dan penilaian cepat, jika diperlu
kan, sebaiknya dilakukan melalui media elektronik atau telepo
n. Jika mungkin, bagi tenaga kesehatan komunitas sebaiknya di
sediakan sumber daya khusus untuk memastikan perawatan ko
ndisi akut atau kronis tetap berlangsung,

C. Sistem Informasi Kesehatan

Diperlukan data komunitas untuk memantau dan tetap memberikan l


ayanan kesehatan esensial dan menjadi masukan untuk tindakan ke
sehatan masyarakat yang dapat memperlambat dan menghentika
n penularan COVID-19. Seiring semakin tersedianya teknolog
i diagnostik, strategi surveilans akan berubah.

Di tempat-tempat di mana tenaga kesehatan komunitas menggunak

an formulir kertas2 untuk mengumpulkan data, perlu dipertimbangk


an

10
cara alternatif di mana tenaga kesehatan dapat menyerahkan data ke
fasilitas pelayanan kesehatan tanpa hadir langsung.

Jika sinyal jaringan telepon genggam tidak tersedia, data dapat diser
ahkan kepada atasan atau ke fasilitas. Atau, foto dapat diserahkan u
ntuk laporan bulanan. Di situasi di mana pemanfaatan teknologi tida
k dapat dilakukan, tenaga kesehatan harus dilibatkan dalam menyus
un proses agregasi data di tingkat komunitas dan menentukan jalur y
ang sesuai untuk memastikan data sampai ke fasilitas pelayanan kesehat
an. Mekanisme akuntabilitas yang umum yang meningkatkan kontak
seperti tanda tangan konfirmasi sebaiknya ditangguhkan. Ketepatan
waktu dan kualitas pelaporan data komunitas kemungkinan akan me
nurun selama pandemi, sehingga program perlu mempertimbangkan
untuk memprioritaskan sejumlah kecil indikator berdasarkan data k
omunitas yang ada.

3. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Guna menjaga keselamatan tenaga kesehatan dan komunitas, skrinin


g awal dan tindakan PPI yang tepat harus menjadi bagian dalam semua
kegiatan pelayanan kesehatan berbasis komunitas (21). Kepatuhan untuk
selalu menggunakan kewaspadaan standar untuk semua pasien harus dipe
rkuat, terutama berkenaan dengan kebersihan tangan, pembersihan dan
disinfeksi permukaan dan lingkungan, dan penggunaan APD secara t
epat. Kebutuhan akan tindakan PPI tambahan bergantung pada skenario
penularan COVID-19 setempat dan jenis kontak yang diperlukan di dal
am kegiatan. Penjagaan jarak fisik harus dijalankan sejauh mungkin.

Perencanaan logistik, anggaran dan rantai pasokan, serta pengelol


aan limbah untuk persediaan APD dan kebersihan tangan harus me
njawab kebutuhan tenaga kesehatan berbasis komunitas (22). Kemun
gkinan kekurangan APD harus dipersiapkan secara proaktif. Harus a
da panduan yang jelas tentang penyesuaian kegiatan dan layanan e
sensial jika APD tidak tersedia.

11
Di tengah pandemi COVID-19, kewaspadaan-kewaspadaan PPI st
andar berikut ini harus diperkuat di semua kegiatan perawatan
kesehatan.

• Kebersihan tangan: Sesuai pendekatan 5 Saat WHO, selalu


bersihkan tangan sebelum dan sesudah kontak langsung dengan
pasien, setelah menghadapi risiko paparan cairan tubuh, dan
setelah berinteraksi dengan lingkungan (misalnya, setelah
menyentuh permukaan) (23). Kebersihan tangan mencakup
membersihkan tangan dengan antiseptik berbahan dasar alkohol
(jika tangan tidak terlihat kotor) atau dengan air bersih mengalir
dan sabun, kemudian mengeringkan tangan dengan tisu atau
handuk yang bersih jika ada.

• Penggunaan sarung tangan: Sarung tangan hanya diperlukan jika


diperkirakan akan terjadi kontak langsung dengan darah atau
cairan tubuh lain, seperti sekresi dan ekskrei, selaput mukus,
atau kulit terbuka (seperti saat melakukan rapid diagnostic
test (RDT) malaria atau pemeriksaan antenatal dan postnatal
tertentu).

• Peralatan dan permukaan: Peralatan dan permukaan harus


dibersihkan dengan air dan sabun atau detergen, kemudian diberi
disinfektan; protokol pengelolaan aman limbah harus
diikuti.

• Masker medis: Penggunaan masker medis tergantung pada


tugas yang dijalankan (misalnya, apakah diperkirakan
akan terjadi cipratan) dan konteks serta skenario
penularan (Tabel 1).

Selain itu, tenaga kesehatan komunitas harus memastikan bahwa p


asien dan tenaga kesehatan menjalankan kebersihan pernapasan d
an menutup hidung dan mulut saat bersin atau batuk dengan tis
u atau siku yang terlipat, kemudian membuang tisu tersebut den

12
gan aman di tempat sampah (yang idealnya berpenutup).

Skrining infeksi COVID-19

1
Skrining COVID-19 harus dilakukan di semua tempat sesuai indikasi ske
nario penularan dan/atau kebijakan lokal, dalam setiap kegiatan pelaya
nan kesehatan (24). Skrining COVID-19 mencakup penilaian risiko de
ngan sejumlah pertanyaan. APD tidak diperlukan untuk skrining jik
a dapat dijaga jarak fisik minimal 1 m. Jika penjagaan jarak fisik in
i tidak memungkinkan, tenaga kerja harus mengenakan masker me
dis dan pelindung mata.

Skrining mencakup penilaian-penilaian tentang:

• Risiko paparan COVID-19 (kontak dengan kasus suspek atau


konfirmasi COVID-19 atau orang lain dengan gejala mirip
COVID-19 di rumah tangga yang sama, perjalanan ke tempat di
mana diketahui terjadi kasus, atau kontak dengan pelaku
perjalanan dari tempat-tempat tersebut); dan

• Gejala-gejala yang dideskripsikan dalam definisi kasus COVID-19


untuk orang dewasa dan anak-anak.

Bagi orang yang hasil skriningnya negatif, kunjungan pelayanan


kesehatan dapat dilanjutkan. Masker tidak diperlukan jika dapat d
ijaga jarak minimal 1 m dan tidak terjadi kontak langung.

Bagi orang yang hasil skriningnya positif dan dianggap sebagai ka


sus suspek COVID-19 serta bagi sistem isolasi setempat dan pengel
ola, protokol nasional harus dijalankan. WHO menyarankan semua
orang suspek atau konfirmasi infeksi COVID-19 diisolasi dan dira
wat di fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas isolasi komunita
s khusus. Jika isolasi di fasilitas tidak memungkinkan, orang ta
npa gejala (asimtomatik atau prasimtomatik) atau gejala yang rin
gan dapat dirawat di rumah, selama langkah dan kewaspadaan PPI
dipatuhi dan waktu untuk mencari pertolongan sudah diinformasik
an (9). Situasi ini dapat diberlakukan misalnya saat anak tidak mu
ngkin dipisahkan dari pengasuhnya.

13
Perlu dicatat bahwa hasil skrining positif tidak selalu berarti pemberian perawatan har
us dihentikan, selama perawatan dapat diberikan dengan aman. Jika pasien suspek infe
ksi COVID-19, tenaga kesehatan harus memberikan hanya perawatan yang memungki
nkan penjagaan jarak minimal 1 m atau harus menggunakan kewaspadaan dan perlindu
ngan PPI wajib berdasarkan standar spesifik kegiatan jika hasil skrining positif.

Kewaspadaan pencegahan dan pengendalian infeksi tambahan

Bagian ini membahas penggunaan kewaspadaan PPI tambahan saa


t tenaga kesehatan berkontak dengan orang yang suspek atau terk
onfirmasi COVID-19 dan jika layanan esensial diberikan di te
mpat di mana terjadi penularan masyarakat yang meluas.

Selain menggunakan kewaspadaan standar untuk semua pasien, ke


waspadaan kontak dan droplet harus digunakan dalam merawat or
ang yang suspek atau terkonfirmasi COVID-19. Kewaspadaan kon
tak dan droplet mencakup penggunaan masker medis, jubah, sar
ung tangan, dan pelindung mata. Kewaspadaan- kewaspadaan i
ni harus dijalankan oleh tenaga kesehatan komunitas dan setiap or
ang, termasuk anggota

keluarga yang terlibat mendukung orang yang suspek atau terk


onfirmasi COVID-19. Di tempat penularan masyarakat yang m
eluas, kewaspadaan tambahan tertentu, seperti mengenakan mask
er medis, juga dapat dipertimbangkan jika tenaga kesehatan komu
nitas memberikan layanan rutin esensial. Selain itu, tenaga keseha
tan komunitas bersama aktor komunitas lain berperan penting dal
am memastikan tindakan PPI dasar diterapkan dan memberi saran s
erta mendukung anggota masyarakat yang dikarantina atau dirawat di
rumah.

Tabel 1 memberikan contoh-contoh kewaspadaan yang harus di


ambil dan APD yang dibutuhkan dalam perawatan kesehatan

14
komunitas dalam konteks penularan COVID-19 di masyarakat seca
ra luas. Perlu dicatat bahwa selain contoh-contoh ini, kewaspa
daan standar harus selalu digunakan untuk semua pasien.
2.4. Tatalaksana komunitas untuk kasus penyakit akut dalam konteks COVID-10

Keberlanjutan pencarian pertolongan untuk anak yang sakit akibat p


enyebab-penyebab utama penyakit pada anak harus didorong sebag
ai layanan berbasis komunitas esensial dalam konteks COVID-19, sep

erti malaria, pneumonia, diare, dan gizi kurang (wasting)5.

Adaptasi protokol standar manajemen terpadu balita sakit (MTBS)


diperlukan sesuai penularan COVID-19 di tingkat nasional dan su
bnasional dan ketersediaan APD. Adaptasi harus sesuai dengan p
anduan COVID-19 nasional dan dilakukan dengan melibatkan
program kesehatan anak, malaria, dan gizi nasional (51).

Gejala COVID-19 pada anak tidak spesifik dan mirip dengan gejal
a penyakit-penyakit anak yang umum, terutama pneumonia yang d
iakibatkan oleh virus dan bakteri lain dan malaria. Hal ini harus di
pertimbangkan di dalam konteks MTBS. Banyak anak dengan COVI
D-19 dapat mengalami gejala nonspesifik seperti demam, kelelahan,
batuk, atau sulit bernapas. Anak jarang mengalami tanda diare dan
muntah saja.

Semua anak sakit di komunitas harus diperiksa dan diobati ses


uai panduan MTBS. Namun, anak dengan demam, gejala saluran
pernapasan, batuk, atau sesak napas, atau kombinasi tanda dan g
ejala ini, dapat mengalami COVID-19, terutama di tempat di mana
terjadi penularan masyarakat, dan koinfeksi dapat terjadi.

Jika skrining COVID-19 sudah dijalankan di tempat-tempat di ma


na terjadi penularan masyarakat, tenaga kesehatan komunitas yang m
emberikan layanan MTBS harus dilatih protokol skrining nasional

15
dan mengetahui definisi kasus suspek COVID-19, yang dapat dida
sarkan pada kombinasi gejala, epidemiologi lokal, dan faktor- fak
tor lain seperti penilaian risiko paparan.

Protokol MTBS harus dilakukan sampai selesai untuk semua anak terl
epas dari hasil skrining. Pengobatan harus diinisiasi sesuai panduan M
TBS nasional. Kewaspadaan PPI yang sesuai harus digunakan. (Gamb
ar 1).

Setelah pemeriksaan MTBS selesai dan anak diobati, protokol COV


ID-19 setempat harus dijalankan atas semua anak yang suspek CO
VID-19. Protokol ini dapat mencakup rujukan untuk isolasi, tes atau
pengobatan, atau kombinasi tindakan-tindakan ini. Anak dengan t
anda bahaya harus dirujuk sesuai protokol COVID-19 setempat.

Tenaga kesehatan yang memberikan layanan MTBS harus:

• menjaga jarak minimal 1 m, kecuali saat melakukan RDT


malaria atau mengukur lingkar lengan atas (LiLA). Kunjungan
harus dijalankan di luar ruangan atau di tempat berventilasi
baik. Perkumpulan orang harus dihindarkan;

• melakukan skrining COVID-19 pada semua anak jika protokol


skrining di tingkat komunitas telah diaktivasi. Idealnya, skrining
dilakukan pada pengasuh dan anak dan mencakup wawancara
tentang gejala serta paparan COVID-19 di rumah tangga atau
di luar rumah tangga juga;

• menerapkan kewaspadaan PPI standar, termasuk


kebersihan tangan dengan protokol 5 saat mencuci tangan
WHO, pembersihan dan disinfeksi rutin peralatan dan
permukaan, serta etiket bersin dan batuk;

• menggunakan APD. Idealnya, semua tenaga kesehatan


komunitas dilengkapi APD. Jenis APD yang diperlukan
di tempat dengan penularan masyarakat bergantung

16
pada

1
• hasil skrining COVID-19;

– pada anak yang tidak suspek COVID-19, mengenakan


masker medis adalah syarat minimum saat berkontak erat atau
langsung dengan anak; sarung tangan harus dipakai saat
menjalankan RDT malaria;

– pada anak yang suspek COVID-19, APD penuh (masker,


pelindung mata, jubah, dan sarung tangan) harus digunakan jika
tersedia (lihat Kotak 2), dan protokol-protokol MTBS standar
harus diikuti, karena kontak fisik langsung antara tenaga
kesehatan komunitas dan anak mungkin perlu dilakukan untuk
melakukan RDT malaria, mengukur LiLA, dan menekan
kedua kaki untuk memeriksa edema;

Akibat kemiripan antara gejala COVID-19 dan gejala penyakit-


penyakit anak yang umum, sejumlah besar anak mungkin diiden
tifikasi sebagai suspek COVID-19 saat skrining. Anak-anak yan
g diidentifikasi sebagai kasus suspek akan perlu diisolasi sesu
ai protokol setempat (lihat Kotak 3), tetapi kasus-kasus gejal
a akut lainnya harus diperiksa dan diobati sesuai kebutuha
n.

2.5. Kegiatan penjangkauan dan kampanye pencegahan imunisasi

Imunisasi merupakan layanan kesehatan esensial yang melindun


gi individu dari PD3I. Melalui imunisasi, individu dan komunit
as terlindungi dan kemungkinan wabah PD3I menurun. Pence
gahan wabah PD3I menyelamatkan nyawa, menghemat sumber
daya dibandingkan menanggulangi wabah, dan mengurangi beba
n sistem kesehatan yang sudah tertekan oleh pandemi COVID-19.
Saat tetap memberikan layanan imunisasi, negara-negara harus me
nghormati prinsip tidak merugikan (do no harm) dan berupaya

17
membatasi penularan COVID-19 saat memberikan layanan im
unisasi.

Pertimbangan-pertimbangan khusus

Layanan imunisasi di fasilitas harus dijalankan sambil memastikan


langkah penjagaan jarak berjalan dan kewaspadaan pengendalian in
feksi dilakukan (seperti memastikan tenaga kesehatan terlindungi, me
nangani limbah suntikan dengan tepat, dan melindungi masyara
kat).

18
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Sebagai kesimpulan dari akalah ini adalah : Pelatihan kepada perawat yang menangani
pasien Covid-19 diperlukan agar pelayanan dapat diberikan dengan efektif dan kondisi pasi
en segera pulih. Kemudian pengelolaan ketenagaan dan kecukupan sarana merupakan fakto
r utama yang harus diperhatikan agar risiko terpapar Covid-19 dapat ditekan. Hal ini dapat
diupayakan dengan pengelolaan shift jaga dan disediakannya alat pelindung diri yang cukup
dan memenuhi standar. Kesimpulan terakhir adalah aspek psikologis yang merupakan masa
lah paling sering dijumpai pada perawat saat menangani pasien Covid-19. Upaya yang dapa
t dilakukan yaitu pemberian dukungan dari berbagai pihak terutama dukungan antara tim k
esehatan dan dukungan keluarga.
3.2. SARAN
Mayoritas motivasi bekerja perawat dalam masa pandemi Covid-19 ada pada
kategori baik. Motivasi bekerja perawat yang baik dalam masa pandemi Covid-19
diharapkan dapat meningkatkan rasa percaya diri pada perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien Covid-19.
Perawat dihararapkan dapat meningkatkab motivasi bekerjanyta dalam setiap
situasi termasuk dalam masa pandemi Covid-19 sehingga pelyanan yang diberikan
daoat dipertahankan. Pimpinan atau manajemen tempat perawar bekerja juga
diharapkan dapat memberikan kompensasi yang sesuai dengan beban kerja perawat
sehungga motivasi bekerja perawat dapat ditingkatkan.

19
DAFTAR PUSTAKA

COVID-19: operational guidance for maintaining essential health servic


es during an outbreak: interim guidance, 25 March 2020. Jenewa: World
Health Organization; 2020
Coronavirus disease (COVID-19) technical guidance: surveillance an
d case definitions [website]. Jenewa: World Health Organization; 202
0 (https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-20
19/technical-guidance/surveillance-and-case-definitions, diakses 27
November l 2020).
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Peta Sebaran [Internet].
2020. Available from: https://covid19.go.id/peta- sebaran
Home care for patients with COVID-19 presenting with mild symptoms a
nd management of their contacts: interim guidance, 17 March 2020. Jen
ewa: World Health Organization
Kasim, Y. D., Mulyadi, & Kallo, V. (2017). Hubungan Motivasi & Super
visi Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) Pada Penanganan Pasien Gangguan Muskuloskeletal Di IGD RSU
P Prof. DR. R. D. Kandou Manado.

20

Anda mungkin juga menyukai