Anda di halaman 1dari 42

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGGREGATE DALAM

KOMUNITTAS DENGAN MASALAH KESEHATAN POPULASI:


PENYAKIT INFEKSI”

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II

Dosen Pengampu: Herlina Lidiyawati, S. Kep, Ners., M. Kep

Disusun Oleh: Kelompok 8

Allif Fauzan Rijaldji C1AA19006

Amelia Nur Octaviany C1AA19008

Dede Ari Shafar C1AA19024

Mira Ranti Saptiani C1AA19055

Rijalu Shidqi C1AA18091

Widiawati C1AA19114

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas
berkat, rahmat dan kasihnya sehinggga akhirnya kami dapat menyelesaikan Tugas
“Asuhan Keperawatan pada aggregate dalam komunitas dengan Masalah
Kesehatan Populasi Penyakit Infeksi” Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Komunitas. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dan hal-hal yang perlu ditambahkan pada tugas makalah ini. Oleh karena itu, kami
berharap kritik dan saran sangat penting dari para pembaca.

Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah


membantu penyusunan makalah ini dan besar harapan kami, semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan tentang masalah
kesehatan dan semoga makalah ini sedikitnya dapat memberikan sumbangan ilmu
yang dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi para
pembaca. Semoga makalah yang di sajikan ini dapat sesuai dengan indikator yang
di harapkan.

Penyusun

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. TUJUAN MASALAH..................................................................................2
C. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. PENGERTIAN PENYAKIT INFEKSI........................................................3
B. STRATEGI PPI UNTUK MEMBATASI PENULARAN...........................4
C. PENCEGAHAN PENYAKIT INFEKSI......................................................5
D. INDIKATOR DAN KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR.....................................................8
E. PENERAPAN EMPAT PILAR PROGRAM PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI TUBERKULOSIS PARU.................................9
F. Asuhan Keperawatan Pada Agregat Dalam Komunitas: Dengan Masalah
Kesehatan Populasi: Penyakit Infeksi TB Paru Di Kelurahan Bilalang 2..........10
A. PENGKAJIAN........................................................................................10
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.............................................................20
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN....................................................22
D. POA (PLAN OF ACTION).....................................................................27
E. EVALUASI.............................................................................................30
BAB III..................................................................................................................35
PENUTUP.............................................................................................................35
A. Kesimpulan.................................................................................................35
B. Saran............................................................................................................35

ii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iii

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kelompok atau agregat adalah sekumpulan individu yang berinteraksi
pada suatu daerah atau mempunyai karakteristik khusus yang merupakan
bagian dari masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2016). Penyakit infeksi
merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia
termasuk Indonesia. Hal ini menjadi penyebab utama meningkatnya angka
morbidity dan mortalyti (Purnomo dkk, 2012). Penyakit infeksi disebabkan
oleh mikroba diantaranya virus, jamur, dan bakteri (Wadapurka et al., 2012).
Bakteri menjadi penyebab utama terjadinya penyakit infeksi (Dibahl, 2014).

Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama morbiditas dan


mortalitas di dunia. Disamping itu penyakit infeksi juga bertanggung jawab
pada penurunan kualitas hidup jutaan penduduk diberbagai Negara maju dan
berkembang. Menurut WHO sebanyak 25 juta kematian di seluruh dunia pada
tahun 2011, sepertinganya dibebkan oleh penyakit infeksi. (Health
CareAssociated, 2012) Penyakit infeksi yang diderita oleh masyarakat
sebagian besar adalah penyakit infeksi tuberculosis paru yang saat ini
menduduki urutan ketiga terbanyak didunia, infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA), malaria dan diare. Selain itu Indonesia juga menghadapi emerging
disease (penyakit yang baru berkembang) seperti HIV / AIDS dan Severe
Acute Respiratory Syndrom (SARS) dan re-emerging disease (penyakit yang
sebelumnya mulai menurun, tetapi menigkat kembali) seperti demam berdarah
dengue (DBD) dan TB Paru. (Indonesia, 2013).

Pendidikan dan profesi keperawatan telah menerapkan standart


perawatan komunitas yang mencangkup berbagai unsur dan komponen.
Perawatan kesehatan masyarakat diterapkan untuk meningkatkan dan

1
memelihara kesehatan populasi dimana prakteknya tersebut bersifat umum
dan komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat yang memiliki kontribusi bagi kesehatan, pendidikan, manajemen
serta kondisi dan kontinuitas pelayanan yang holistic.

B. TUJUAN MASALAH
a. Apa pengertian penyakit infeksi?

b. Apa saja Strategi PPI untuk membatasi penularan?

c. Bagaiamana pencegahan penyakit infeksi?

d. Apa saja indicator dan kebijakan pencegahan dan pengendalian penyakit


menular?

e. Apa saja penerapan Empat pilar program pencegahan dan pengendalian


infeksi Tuberkulosis paru?

f. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada penyakit infeksi?

C. RUMUSAN MASALAH
a. Dapat memahami pengertian penyakit infeksi.

b. Dapat memahami strategi untuk membatasi penularan

c. Dapat memahami pencegahan penyakit infeksi.

d. Dapat memahami indicator dan kebijakan pencegahan dan pengendalian


penyakit menular

e. Dapat memahami penerapan Empat pilar program pencegahan dan


pengendalian infeksi Tuberkulosis paru?

f. Dapat memahami asuhan keperawatan komunitas pada penyakit infeksi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENYAKIT INFEKSI

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit infeksi


atau penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme patogen, seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit.
Penyakit ini bisa menyebar secara langsung maupun tidak langsung dari
satu orang ke orang lainnya. Gejala yang disebabkan oleh masing-masing
penyakit infeksi dan langkah pengobatannya pun berbeda-beda tergantung
mikroorganisme apa yang menjadi pemicunya.
Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dan
bersifat sangat dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup tentunya ingin
bertahan hidup dengan cara berkembang biak pada suatu reservoir yang
cocok dan mampu mencari reservoir baru dengan cara berpindah atau
menyebar. Penyebaran mikroba patogen ini tentunya sangat merugikan
bagi orang-orang yang dalam kondisi sehat, dan lebih-lebih bagi orang-
orang yang sedang dalam keadaan sakit (penderita). Orang yang sehat
akan menjadi sakit dan orang yang sedang sakit serta sedang dalam proses
asuhan keperawatan di rumah sakit akan memperoleh “Tambahan beban
penderita” dari penyebaran mikroba patogen ini (Darmadi, 2008).
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan atau
berpindah dari orang yang sakit ke orang yang sehat atau belum terkena
penyakit menular tersebut. Penularan penyakit tersebut dapat terjadi baik
melalui perantara maupun secara langsung.

3
B. STRATEGI PPI UNTUK MEMBATASI PENULARAN
Strategi-strategi PPI untuk mencegah atau membatasi penularan di
tempat layanan kesehatan meliputi:
1. Menjalankan langkah-langkah pencegahan standar untuk semua pasien
Kewaspadaan standar harus selalu diterapkan di semua fasilitas
pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
aman bagi semua pasien dan mengurangi risiko infeksi lebih lanjut.
2. Memastikan identifikasi awal dan pengendalian sumber
Penggunaan triase klinis di fasilitas layanan kesehatan untuk tujuan
identifikasi dini pasien yang mengalami infeksi pernapasan akut (ARI)
untuk mencegah transmisi pathogen ke tenaga kesehatan dan pasien
lain. Dalam rangka memastikan identifikasi awal pasien suspek,
fasyankes perlu memperhatikan: daftar pertanyaan skrining,
mendorong petugas kesehatan untuk memiliki tingkat kecurigaan
klinis yang tinggi, pasang petunjuk-petunjuk di area umum berisi
pertanyaan-pertanyaan skrining sindrom agar pasien memberi tahu
tenaga kesehatan, algoritma untuk triase, media KIE mengenai
kebersihan pernapasan.
3. Menerapkan pengendalian administrative
Kegiatan ini merupakan prioritas pertama dari strategi PPI,
meliputi penyediaan kebijakan infrastruktur dan prosedur dalam
mencegah, mendeteksi, dan mengendalikan infeksi selama perawatan
kesehatan. Kegiatan akan efektif bila dilakukan mulai dari antisipasi
alur pasien sejak saat pertama kali datang sampai keluar dari sarana
pelayanan.
Pengendalian administratif dan kebijakan-kebijakan yang
diterapkan meliputi penyediaan infrastruktur dan kegiatan PPI yang
berkesinambungan, pembekalan pengetahuan petugas kesehatan,
mencegah kepadatan pengunjung di ruang tunggu, menyediakan ruang
tunggu khusus untuk orang sakit dan penempatan pasien rawat inap,
mengorganisir pelayanan kesehatan agar persedian perbekalan

4
digunakan dengan benar, prosedur–prosedur dan kebijakan semua
aspek kesehatan kerja dengan penekanan pada surveilans ISPA
diantara petugas kesehatan dan pentingnya segera mencari pelayanan
medis, dan pemantauan kepatuhan disertai dengan mekanisme
perbaikan yang diperlukan.
4. Menggunakan pengendalian lingkungan dan rekayasa
Kegiatan ini dilakukan termasuk di infrastruktur sarana pelayanan
kesehatan dasar dan di rumah tangga yang merawat pasien dengan
gejala ringan dan tidak membutuhkan perawatan di RS. Kegiatan
pengendalian ini ditujukan untuk memastikan bahwa ventilasi
lingkungan cukup memadai di semua area didalam fasilitas pelayanan
kesehatan serta di rumah tangga, serta kebersihan lingkungan yang
memadai. Harus dijaga jarak minimal 1 meter antara setiap pasien dan
pasien lain, termasuk dengan petugas kesehatan (bila tidak
menggunakan APD). Kedua kegiatan pengendalian ini dapat
membantu mengurangi penyebaran beberapa patogen selama
pemberian pelayanan kesehatan.

C. PENCEGAHAN PENYAKIT INFEKSI


Eliminasi Reservoir (Sumber Penyakit) Eliminasi reservoir
manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat dilakukan dengan:
1. Mengisolasi penderita (pasien), yaitu menempatkan pasien ditempat
yang khusus untuk mengurangi kontak dengan orang lain.
2. Karantina adalah membatasi ruang gerak penderita dan
menempatkannya bersma-sama penderita lain yang sejenis pada tempat
yang khusus didesian untuk itu. Biasanya dalam waktu yang lama,
misalnya karantina untuk penderita kusta.
3. Memutus mata rantai penularan Meningkatkan sanitasi lingkungan dan
higiene perorangan adalah merupakan usaha yang penting untuk
memutus hubungan atau mata rantai penularan penyakit menular.

5
4. Melindungi orang-orang (kelompok) yang rentan Bayi dan anak balita
adalah merupakan kelompok usia yang rentan terhadap penyakit
menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu dilindugi khusus
(spesific protection) dengan imunisasi baik imunisasi aktif maupun
pasif. Obat-obat profilaksis tertentu juga dapat mencegah penyakit
malaria, menigitis dan disentri baksilus. Pada anak usia muda, gizi
yang kurang dapat menyebabkan kerentanan pada anak tersebut. Oleh
sebab itu, meningkatkan gizi anak adalah juga merupakan usaha
pencegahan penyakit infeksi pada anak.
Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan
terlebih dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah
untuk pencegahan, haruslah didasarkan pada data/keterangan yang
bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau hasil pengamatan. Pada
dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:
1. Pencegahan primer: Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat
ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan serta faktor penjamu.
a. Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab yang bertujuan untuk
mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab
serendah mungkin dengan usaha antara lain: desinfeksi,
pasteurisasi, yang bertujuan untuk menghilangkan mikroorganisme
penyebab penyakit, penyemprotan/insektisida dalam rangka
menurunkan dan menghilangkan sumber penularan maupun
memutuskan rantai penularan, disamping karantina dan isolasi
yang juga dalam rangka memutuskan rantai penularan. Selain itu
usaha untuk mengurangi/menghilangkan sumber penularan dapat
diakukan melalui pengobatan penderita serta pemusnahan sumber
yang ada (biasanya pada binatang yang menderita), serta
mengurangi/menghindari perilaku yang dapat meningkatkan resiko
perorangngan dan masyarkat.
b. Mengatasi/modofikas lingkungan melalui perbaikan lingkungan
fisik seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan dan

6
perumahan serta bentuk pemukiman lainnya, perbaikan dan
peningkata lingkungan biologis seperti pemberantas serangga dan
binatang pengerat, serta peningkatan lingkungan sosial seperti
kepadatan rumah tangga, hubungan antar individu dan kehidupan
sosial masyarakat.
c. Meningkatkan daya tahan penjamu yang meliputi perbaikan status
gizi, status kesehatan umum dan kualitas hidup penduduk,
pemberian imunisasi serta berbagai betuk pencegahan khusus
lainnya, peningkatan status psikologis, persiapan perkawinan serta
usaha menghinda pengaruh faktor keturunan, dan peningkatan
ketahanan fisik melalui peningkatan gizi, serta olahraga kesehatan.
2. Pencegahan sekunder: Sasaran pencegahan ini terutama ditujukan pada
mereka yang menderita atau dianggap menderita (susupek) atau yang
akan terancam menderita (masa tunas). Adapun tujuan usaha
pencegahan tingkat kedua ini yang meliputi diagnosis dini dan
pengobatan yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit atau
untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk segera mencegah
terjadinya akibat samping atau komplikasi.
a. Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui penigkatan usaha
surveillans penyakit tertentu, pemeriksaan berkala serta
pemeriksaan kelompok tertentu (calon pegawai, ABRI, mahasisiwa
dan lain sebagainya), penyaringan (screenin) untuk penyakit
tertentu secara umum dalam masyarakat, serta pengobatan dan
perawatan yang efektif.
b. Pemberian chemoprophylaxiz yang terutama bagi mereka yang
dicurigai berada pada proses prepatogenesis dan pathogenesis
penyakit tertentu.
3. Pencegahan tersier: Sasaran pencegahan tingkat ketiga adalah
penderita penyakit tertentu dengan tujuan mencegah jangan sampai
mengalami cacat atau kelainan permanen, mencegah bertambah
parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit

7
tersebut. Berbagai usahadalam mencegah proses penyakit lebih lanjut
seperti pada penderita diabetes mellitus, penderita tubercolosisparu
yang berat, penderita penyakit measles agar jangan terjadi komplikasi
dan lain sebagainnya.
Pada tingkat ini juga yang dilakukan usaha rehabilitasi untuk
mencegah terjadinya akibat samping dari penyembuhan suatu penyakit
tertentu. Rehabilitasi adalah usaha pengembalian fungsi fisik,
psikologis social soeptimal mungkin yang meliputi rehabilitasi fisisk
atau medis, rehabilitasi mental/psikologis serta rehabilitasi sosial.

D. INDIKATOR DAN KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN


PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR
Sejak tahun 2009, Kementerian Kesehatan melalui Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan telah merumuskan Indeks
Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) untuk menggambarkan
kesehatan masyarakat Indonesia. Tahun 2013, IPKM dijabarkan dalam
tujuh subindeks yaitu kesehatan balita, kesehatan reproduksi,
pelayanan kesehatan, perilaku kesehatan, penyakit tidak menular, penyakit
menular, dan kesehatan lingkungan.
Kesehatan merupakan salah satu hak dan kebutuhan yang
mendasar bagi setiap individu. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 28 dan pasal 34 dimana setiap individu memiliki hak
memperoleh pelayanan kesehatan serta pemerintah bertanggungjawab
untuk penyediaan faskes yang layak. Untuk mewujudkan masyarakat
Indonesia yang sehat, maka diperlukan pembangunan kesehatan, secara
berkesinambungan dan terarah. Hal ini merupakan salah satu upaya
pemerintah sebagai suatu organisasi yang bertanggung jawab dalam
penanganan kasus TB (Suhendri & Priyo Purnomo, 2017). Selain itu
dukungan dari sumberdaya yang memadai lainnya juga diperlukan, seperti
alat kesehatan, dana dan fasilitas kesehatan lainnya agar dapat
meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam hidup sehat.

8
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu kategori penyakit yang
masuk kedalam sasaran pembangunan nasional sebagai upaya untuk
pengendalian penyakit menular. Tuberkulosis adalah penyakit menular
mematikan yang cenderung menyerang system pernapasan yang
disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis (Smeltzer & Bare,
2002). Dimana bakteri mycobacterium tuberculosis pertamakali ditemukan
pada tahun 1882 oleh Robert Koch.Berdasarkan laporan global
Tuberkulosis WHO (World Health Organization), Indonesia menduduki
posisi ke tiga di dunia dengan penderita TB mencapai 840 ribu jiwa,
dibawah India 2,7 juta jiwa dan China 889 ribu jiwa (WHO, 2018). Selain
itu pada tahun 2016 data profil kesehatan Indonesia mencatat bahwa
terjadi peningkatan kasus Tuberkulosis di Indonesia khususnya pada
masyarakat ekonomi menengah kebawah. Tuberkulosis umumnya
menyerang orang dengan usia produktif 15-50 tahun. Semakin
memburuknya situasi Tuberkulosis di berbagai wilayah, sejak tahun 1993
WHO (World Health Organization) mendeklarasikan Tuberkulosis sebagai
kegawatan global (Kemenkes RI, 2011). Pada tahun 2013, Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) menyimpulkan bahwa Tuberkulosis merupakan
penyakit paling ganas penyebab kematian nomor satu setelah penyakit
jantung dan pernapasan akut.

E. PENERAPAN EMPAT PILAR PROGRAM PENCEGAHAN


DAN PENGENDALIAN INFEKSI TUBERKULOSIS PARU
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, penyakit ini
sebagian besar menyerang pada bagian paru. Tuberkulosis paru
merupakan salah satu penyakit yang menjadi penyebab paling utama
tingginya angka kesakitan (mordibity) dan angka kematian (mortality).
Menurut dataWorld Health Organization (WHO) pada tahun 2014
terdapat 9,6 juta penduduk dunia yang terinfeksi TB dan sebanyak 1,2
juta orang diantaranya meninggal karena TB. Kematian akibat

9
penyakit TB di dunia pada tahun 2015 adalah sebesar 1.373 per 100.000
populasi (2,4% dari seluruh total kematian). Pada tahun 2016
morbiditas TB adalah sebanyak 10,4 juta dan 1,7 juta
meninggal dunia. Berdasarkan Global Report Tuberclosis pada tahun
2017 menyatakan bahwa secara global kasus baru tuberkulosis
didapatkan sebesar 6,3 juta kasus, setara dengan 61% dari insiden
tuberkulosis sebesar 10,4 juta. Tuberkulosis masih menjadi 10
penyebab kematian tertinggi di dunia, dimana kematian tuberkulosis
secara global diperkirakan pada tahun 2017 sebesar 1,3 juta pasien.
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) TB di
fasilitas pelayanan kesehatan telah diterbitkan oleh Kementerian
Kesehatan pada tahun 2012. Kebijakan terkait penerapan PPI TB di
fasilitas pelayanan kesehatan juga ditetapkan didalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 67 Tahun 2016 tentang penanggulangan TB.
Program pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi tuberkulosis
(PPI TB) bertujuan untuk mengurangi risiko penularan TB dan
melindungi petugas kesehatan, pengunjung serta pasien dari
penularan TB. PPI TB harus dilaksanakan berdasarkan empat pilar
yaitu pilar pengendalian manajerial, pilar pengendalian administratif,
pilar pengendalian lingkungan dan pilar pengendalian dengan Alat
Pelindung Diri (APD).
Berdasarkan hasil penelitian Joshi (2018) menyatakan bahwa
perlu adanya pengurangan risiko terhadap penularan tuberkulosis
seperti melakukan diagnosis dini TB, pemisahan pasien menular,
memberikan edukasi kepada pasien dan pelatihan kepada petugas
kesehatan tentang PPI TB.

F. Asuhan Keperawatan Pada Agregat Dalam Komunitas: Dengan


Masalah Kesehatan Populasi: Penyakit Infeksi TB Paru Di
Kelurahan Bilalang 2
A. PENGKAJIAN

10
1. Data Inti Komunitas Meliputi:
a. Data geografi
1) Lokasi
- Provinsi daerah tingkat I: Sulawesi Utara
- Kabupaten/kotamadya: Kota Kotamobagu
- Kecamatan: Kotamobagu Utara
- Kelurahan: Bilalang II
2) Luas Wilayah: ±3000m2
3) Batas daerah atau wilayah
- Utara: Pontandon
- Selatan: Bilalang 4
- Barat: Bilalang 3
- Timur: Pontandon
4) Keadaan tanah menurut pemanfaatannya
Semua tanah digunakan untuk pemukiman
b. Data demografi
1) Jumlah Penduduk: 529 jiwa
a) Berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Bilalang 2 %
1 Laki-laki 258 49
2 Perempuan 271 51
3 TOTAL 529 100
Berdasarkan tabel diatas distribusi jenis kelamin,
menunjukan bahwa Sebagian besar penduduk berjenis
kelamin perempuan dengan jumlah 271 orang (51%) dan
laki-laki 258 orang (49%). Hal ini dikarenakan banyak laki-
laki yang bekerja diluar daerah.
b) Berdasarkan kelompok usia
No Umur/Tahun Bilalang 2 %
1 Bayi/Balita (0-5) 19 4
2 Anak-Anak 60 11

11
3 Remaja 69 13
4 Dewasa 343 65
5 lansia 38 7
TOTAL 529 100
Berdasarkan table distribusi umur, menunjukkan bahwa
kelompok umur tertinggi yaitu dewasa berjumlah 343 orang
(65%), sedangkan kelompok umur yang telah terendah
adalah kelompok umur 0-5 tahun berjumlah 19 orang (4%)
c) Etnik
Distribusi keluarga berdasarkan etnik atau suku
No Suku Bilalang 2 %
1 Mongondow 450 85
2 Jawa 50 9
3 Bugis 29 6
TOTAL 529 100
Berdasarkan hasil wawancara masyarakat bilalang 2
menunjukan bahwa suku mongondow 450 orang (85%),
jawa 50 orang (9%), Bugis 29 orang (6%).
d) Berdasarkan agama
No Agama Bilalang 2 %
1 Islam 465 88
2 Kristen 35 7
3 Katolik 29 5
4 Hindu 0 0
5 Budha 0 0
TOTAL 529 100
Berdasarkan hasil wawancara penduduk berdasarkan
agama, menunjukkan bahwa yang beragama islam yaitu
465 orang (88%) sedangkan yang beragama katolik 29

12
orang (5%), Kristen 35 orang (7%), hindu dan budha tidak
ada.
e) Pendidikan
No Pendidikan Bilalang 2 %
1 Tidak tamat SD 80 15
2 SD 180 34
3 SMP 100 19
4 SMA 115 22
5 Tidak tamat D1, D2, 10 1,8
D3
6 Tidak tamat S1 24 4,5
7 >S1 1 0,1
8 Belum sekolah 19 3,5
TOTAL 529 100
Berdasarkan table distribusi tingkat Pendidikan terakhir
diketahui bahwa tingkat Pendidikan terakhir tertinggi yaitu
SD sebanyak 180 orang (32%), sedangkan yang terendah
yaitu >S1 sebanyak 1 orang (0,1%).
f) Data Status Kesehatan
I. Kesehatan ibu dan anak
Jumlah ibu hamil: 3 orang
 Pemeriksaan kehamilan
- Teratur: 3 orang (100%)
- Tidak teratur: tidak ada (0%)
 Kelengkapan imunisasi TT
Jumlah Balita 19 orang
- Lengkap: 18 orang (94,74%)
- Belum Lengkap: 1 orang (5,26%)
 Pemeriksaan balita ke posyandu/puskesmas
- Teratur: 16 orang (84,2%)

13
- Tidak teratur: 3 orang (15,8%)
 Status gizi balita berdasarkan KMS
- Garis Hijau: 10 orang (52,6%)
- Garis kuning: 9 orang (47,3%)
- Garis merah: tidak ada
II. Keluarga berencana
 Jumlah PUS: 69 orang
 Keikutsertaan PUS pada program KB
- Ikut program KB: 48 orang (69,5%)
- Belum ikut program KB: 21 orang (30,4%)
 Jenis Kontrasepsi yang diikuti
- IUD: 1 orang (1,4%)
- PIL: 7 orang (10,1%)
- Kondom: 6 orang (8,7%)
- Suntik: 34 orang (49,3%)
- Tidak KB: 21 orang (30,4%)
 Kesehatan Remaja
- Jumlah penduduk remaja: 69 orang (13%)
- Jenis kegiatan penduduk remaja mengisi
waktu luang:
Kumpul-kumpul: 34 orang (49,3%)
Kursus: 2 orang (2,9%)
Olahraga: 15 orang (21,7%)
Remaja masjid/gereja: 8 orang (11,6%)
Lain-lain (dirumah): 10 orang (14,5%)
 Kesehatan Lansia
- Jumlah penduduk lansia: 38 orang (2,07%)
- Keadaan Kesehatan lansia
o Ada masalah HT, Atritis, jantung,
Stroke, paru-paru: 17 orang (44,7%)

14
o Tidak ada masalah: 21 orang
(55,26%)
 Distribusi penyakit di masyarakat
- TB Paru: 23 orang (43,5%)
- ISPA: 5 orang (11,3%)
- Hipertensi: 21 orang (22,7%)
- DM: 8 orang (18,18%)
- Asma: 2 orang (4,5%)
- Vertigo: 1 orang (2,27%)
- Gastritis: 2 orang (4,5%)
- Otot dan tulang: 11 orang (25%)
- Hipotensi: 1 orang (2,27%)
- Faringitis: 1 orang (2,27%)
- Batu ginjal: 2 orang (4,5%)
Masyarakat yang menderita TB paru tidak
memeriksakan/mengontrol kesehatannya ke
puskesmas. Dan bahkan mereka tidak rutin
mengambil obat TB ke puskesmas sehingga
Sebagian warga banyak yang mengalami putus
obat dan kambuh akibat pengobatan yang tidak
tuntas atau juga karena bosan atau lupa tidak
minum obat TB akibat kesibukan kerja.
Mayoritas masyarakat tidak tahu tentang
perawatan TB paru sehingga mereka kadang-
kadang meludah atau berdahak di sembarang
tempat (kadang di got, dijalan umum), tidak
ada pengkhususan alat tenun dan alat makan
antara penderita dengan orang yang sehat.
c. Data Subsytem meliputi
1) Lingkungan Fisik
a) Sumber air dan air minum

15
I. Penyediaan air bersih
- PAM: 136 KK (99,3%)
- Sumur: 1 KK (0,7%)
II. Penyediaan air minum
- PAM: 75 KK (54,7%)
- Aqua: 62 KK (45,3%)
III. Pemanfaatan air minum
- PAM: 75 KK (54,7%)
- Air Minum Steril: 62 KK (45,3%)
IV. Pengelolaan air minum
- Selalu dimasak: 118 KK (86,1%)
- Kadang masak: 14 KK (10,2%)
- Tidak Pernah dimasak: 5 KK (3,6%)
b) Saluran pembuangan air/sampah
I. Kebiasaan membuang sampah diangkut petugas:
137 KK (100%)
II. Pembuangan air limbah got: 137 KK (100%)
III. Keadaan pembuangan air limbah meleber kemana-
mana: 1 KK (0,73%)
IV. Lancar: 136 KK (99,27%)
c) Kandang ternak
I. Kepemilikan ternak: 7 KK (5,1%)
II. Letak kadangan ternak: diluar rumah 7 KK (100%)
d) Jamban
I. Kepemilikan Jamban: memiliki jamban 137 KK
(100%)
II. Macam jamban yang dimiliki
- Septi Tank: 129 KK (94,2%)
- Sumur cemplung: 8 KK (5,9%)
III. Keadaan jamban
- Bersih: 132 KK (96,4%)

16
- Kotor: 5 KK (3,6%)
Sebagian warga membersihkan jamban tiap
seminggu sekali
e) Keadaan Rumah
- Tipe rumah
1. Tipe A (tembok): 134 KK (97,8%)
2. Tipe B (1/2 Tembok): 3 KK (2,2%)
- Status Rumah
1. Milik rumah sendiri: 135 KK (98,5%)
2. Kontrak: 2 KK (1,5%)
- Lantai Rumah
1. Tegel/semen : 137 KK (100%)
- Ventilasi
1. Ada: 90 KK (65,69%)
2. Tidak ada: 47 KK (34,31%)
Hasil wawancara menunjukan sebanyak 60% dari
warga yang memiliki ventilasi, tidak pernah membuka
jendelanya
- Luas Kamar tidur
1. Memenuhi syarat: 115 KK (83,9%)
2. Tidak memenuhi syarat: 22 KK (16,1%)
- Penerangan rumah oleh matahari
1. Baik: 70 KK (51,1%)
2. Cukup: 23 KK (16,79%)
3. Kurang: 44 KK (32,10%)
Hasil survey menunjukkan bahwa sekitar 32%
rumah warga kurang pencahayaan sehingga tampak
gelap dan ruangan didalam rumah tampak gelap
- Halaman Rumah
1. Kepemilikan pekarangan
Memiliki: 18 KK (13,1%)

17
Tidak memiliki: 119 KK (86,9%)
2. Pemanfaatan pekarangan: 18 KK (100%)
3. Jenis pemanfaatan pekarangan rumahnm
Tanaman: 18 KK (100%)
4. Keadaan pekarangan
Bersih: 18 KK (100%)
2) Fasilitas umum dan Kesehatan
a) Sarana Pendidikan formal
- Jumlah TK: 1 Buah
- Jumlah SD/Sederajat: 1 buah
- Jumlah SLTP/Sederajat: 1 buah
- Jumlah SMU/Sederajat: tidak ada
- Jumlah PT/Sederajat: Tidak ada
b) Fasilitas kegiatan kelompok
- Karang Taruna: 1 kelompok
- Pengajian: 1 kelompok
- Ceramah Agama: 2x/Bulan
- PKK: 2x/Bulan
c) Sarana ibadah
- Jumlah tempat ibadah: 2 buah
- Masjid: 1 buah
- Gereja: 1 buah
d) Sarana Olahraga
- Lapangan Sepak Bola: 1 buah
e) Fasilitas Kesehatan
 Jenis Fasilitas Kesehatan
- Puskesmas pembantu: 1 buah (jarak dari desa 1km)
- Praktek Bidan: 1 Buah
3) Sosial Ekonomi
a) Karakteristik pekerjaan
 Jenis pekerjaan

18
- PNS/ABRI: 9 Jiwa (4,1%)
- Pegawai Swasta: 28 jiwa (12,8%)
- Wiraswasta: 17 jiwa (7,8%)
- Buruh tani/pabrik: 162 jiwa (74,3%)
- Pensiun: 2 jiwa
 Status pekerjaan penduduk >18 tahun <65 tahun
- Penduduk bekerja: 218 jiwa (52,9%)
- Penduduk tidak bekerja: 194 jiwa (47,08%)
 Pusat kegiatan ekonomi
- Pasar tradisional: tidak ada
- Pasar swalayan: tidak ada
- Pasar kelontong: tidak ada
 Penghasilan rata-rata perbulan
- < dari 450.000/bulan: 7 KK (4,8%)
- Rp.450.000-Rp.600.000: 28 KK (19,0%)
- Rp. 600.000-Rp. 800.000: 60 KK (40,8%)
- >Rp. 800.000/bulan
 Kepemilikan industry: ada
 Jenis industry kecil: makanan
4) Keamanan dan transportasi
 Keamanan sarana keamanan
- Poskamling: 1 buah
- Pemadam kebakaran: tidak ada
- Instansi polisi: tidak ada
 Transportasi fasilitas transportasi
- Jalan raya: 500 m
- Jalan setapak: 300 m
 Alat transportasi yang dimiliki
- Tidak punya: 13 jiwa (9%)
- Sepeda pancal: 31 jiwa (21,7%)

19
- Mobil: 10 jiwa (6,9%)
- Sepeda motor: 85 jiwa (59,4%)
- Becak; 4 jiwa (2,8%)
 Penggunaan sarana transportasi oleh masyarakat
- Angkutan/kendaraan umum: 13 jiwa (9,5%)
- Kendaraan pribadi: 124 Jiwa (90,5%)
5) Politik dan pemerintahan
 Struktur organisasi pemerintahan: ada
 Kelompok pelayaman kepada masyarakat (PKK, Karang
taruna, Posyandu): ada
 Peran serta partai politik dalam pelayanan Kesehatan:
tidak ada
6) Komunikasi
 Fasilitas komunikasi yang ada di masyarakat
- Radio: 54 jiwa (39,4%)
- TV: 129 jiwa (94,2%)
- Telepon: 137 jiwa (100%)
- Majalah/koran: 31 jiwa (22,6%)
 Teknik penyampaian komunikasi kepada masyarakat
Papan pengumuman (100%)
7) Rekreasi
Tidak ada tempat wisata alam, kolam renan, taman kota dan
bioskop. Masyarakat pun jarang berekreasi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Data Diagnosa Keperawatan
1. Studi Dokumentasi: Domain 11:
 Data Distribusi Penyakit di masyarakat Bilalang 2 Keamanan dan
masalah kesehatan yang paling sering dan banyak Perlindungan
ditemukan adalah TB Paru Kelas 1:
Hasil Angket/kuesioner: Risiko Infeksi

20
 Warga yang memiliki pengetahuan tentang TB paru Diagnosa Kep:
sebanyak 23% (0004) Resiko Infeksi
 Warga yang tidak memiliki cukup pengetahuan TB paru TB Paru b.d resiko
Sebanyak 57% penularan penyakit TB
 Penerangan rumah oleh matahari kurang sebanyak 44 KK Paru di Bilalang 2
(23,10%) Kelurahan Bilalang
Hasil Observasi (Winshield Survey): kecamatan Kotamobagu

 Hasil survey menunjukan bahwa sekitar 32% rumah utara


warga kurang pencahayaan sehingga tampak gelap dan
ruangan di dalam rumah tampak gelap
Hasil Wawancara:
 Mayoritas masyarakat tidak tahu tentang perawatan TB
Paru sehingga mereka kadang-kadang meludah atau
berdahak di sembarang tempat (kadang di got, di jalan
umum)
 Dari hasil wawancara dengan warga bahwa tidak ada
pengkhususan alat tenun dan alat makan antara penderita
dengan orang yang sehat.

21
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Data
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Data Pendukung Masalah Kesehatan :
Studi Dokumentasi: (00004)) Resiko Infeksi Pencegahan Pencegahan Primer
 Data Distribusi TB Paru b.d Primer Domain VII :
Penyakit di resiko penularan Domain IV: Komunitas
masyarakat penyakit TB Paru Pengetahuan tentang Kelas d:
Bilalang 2 masalah di Bilalang 2 Kesehatan dan Manajemen Risiko
kesehatan yang Kelurahan perilaku Komunitas
paling sering dan Bilalang Kelas GG : Intervensi :
banyak ditemukan kecamatan Perilaku sehat 1. Promosikan pemantauan dan
adalah TB Paru Kotamobagu Skala target pengobatan yang tepat untuk
Hasil utara outcome penyakit menular
Angket/kuesioner: dipertahankan 2. Infromasikan masyarakat
 Warga yang pada 2 (jarang mengenai penyakit dari
memiliki menunjukkan) aktivitas-aktivitas yang
pengetahuan ditingkatkan ke 4 berhubungan dengan

22
tentang TB paru (sering pengaturan (wabah) seperti
sebanyak 23% 18420 menunjukkan) yang dibutuhkan
 Warga yang tidak 3 Kriteria hasil : 3. Monitor faktor-faktor
memiliki cukup 1. Praktik yang lingkungan yang
pengetahuan TB mengurangi mempengaruhi penyebaran
18420 Transmisi penyakit menular
paru Sebanyak
4 2. Tanda dan gejala 4. Monitor populasi yang
57%
 Penerangan rumah infeksi beresiko dalam rangka
18420
oleh matahari 3. Pentingnya pemenuhan regimen prevensi
7
kurang sebanyak sanitasi tangan dan perawatan
44 KK (23,10%) 4. Tindakan untuk
18420
Hasil Observasi meningkatkan Pencegahan Sekunder
8
(Winshield Survey): daya tahan Domain VII :

 Hasil survey terhadap infeksi Komunitas

menunjukan 5. Strategi untuk Kelas d:

bahwa sekitar mengelola stres Manajemen Risiko


18422
32% rumah warga Komunitas
2
kurang Intervensi :

pencahayaan 1. Monitor insiden paparan

23
sehingga tampak penyakit menular
gelap dan ruangan 2. Sediakan informasi
di dalam rumah Pencegahan mengenai persiapan dan
tampak gelap Sekunder penyimpanan makanan dan
Hasil Wawancara: Domain IV: linen yang memadai,
 Mayoritas Pengetahuan tentang seperti yang dibutuhkan
masyarakat tidak Kesehatan dan 3. Perbaiki system surveilans
tahu tentang perilaku untuk penyakit menular
perawatan TB Kelas GG : seperti yang dibutuhkan
Paru sehingga Pengetahuan kondisi

mereka kadang- Kesehatan

kadang meludah Skala target Pencegahan Tersier

atau berdahak di outcome Domain VII :

sembarang tempat dipertahankan Komunitas

(kadang di got, di pada 2 (jarang Kelas d:

jalan umum) menunjukkan) Manajemen Risiko

 Dari hasil ditingkatkan ke 4 Komunitas

wawancara (pengetahuan
banyak) Intervensi :
dengan warga

24
bahwa tidak ada Kriteria hasil : 1. Tingkatkan akses pada
pengkhususan 1. Faktor yang Pendidikan Kesehatan yang
alat tenun dan alat berkontribusi memadai sehubung dengan
makan antara 18420 terhadap pencegahan dan
penderita dengan 2 penularan infeksi pengobatan terhadap
orang yang sehat. 2. Prosedur penyakit menular dan
pemantauan pencegahan berulangnya
untuk infeksi kejadian
18420
3. faktor-faktor 2. Promosikan legislasi yang
6
yang memastikan pemantauan
mempengaruhi dan pengobatan yang tepat
respon imun untuk penyakit menular
18422
4. Tahu kapan 3. Sediakan informasi tentang
3
untuk control terhadap vector dan
mendapatkan penjamu
bantuan dari
18422 seorang
6 profesional
kesehatan

25
Pencegahan
Tersier
Domain IV :
Pengetahuan tentang
Kesehatan dan
perilaku
Kelas GG :
Pengetahuan kondisi
Kesehatan
Skala target
outcome
dipertahankan
pada 2 (jarang
menunjukkan)
ditingkatkan ke 4
(pengetahuan
banyak)

26
Kriteria hasil :
1. Pengobatan
untuk infeksi
yang
18420
terdiagnosis
9
2. Nama obat yang
benar
3. Efek samping
obat
18421
4. Efek terapeutik
2
obat
5. Efek lanjut obat
18421
6. Risiko resistensi
3
obat
18421
7. Penggunaan
4
probiotik dalam

18421 pengobatan

5 infeksi

18421

27
9

18421
8

D. POA (PLAN OF ACTION)


Diagnosa Penanggung
No. Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Dana
Keperawatan Jawab
1. Resiko Infeksi TB Melakukan promosi Masyarakat Jum’at, Aula Masyarakat Kelompok 8
Paru b.d resiko kesehatan dengan di kelurahan 20 Mei kelurahan dan pejabat
penularan penyakit Menjelaskan Bilalang 2 2022 Bilalang 2 sekitar
TB Paru di mengenai penyakit pukul
Bilalang 2 TB paru dan cara 10.00
Kelurahan Bilalang mencegah atau WIB
kecamatan meminimalisir
Kotamobagu utara mengenai penularan

28
TB Paru
Pembinaan keluarga Masyarakat Jum’at, Aula Masyarakat Kelompok 8
sehat dan anggota di kelurahan 20 Mei kelurahan dan pejabat
keluarga resiko Bilalang 2 2022 Bilalang 2 sekitar
penularan TB Paru. pukul
11.00
WIB
Kerjasama LP dengan Masyarakat Sabtu, 21 Lingkungan Masyarakat Kelompok 8
Dinas Kesehatan di kelurahan Mei 2022 Masyarakat dan pejabat
berupa pengadaan Bilalang 2 pukul Kelurahan sekitar
kegiatan Lingkungan 09.00 Bilalang 2
Rumah yang bersih WIB
dan sanitasi yang
memadai
Memonitor Masyarakat Sabtu, 21 Lingkungan Masyarakat Kelompok 8
Lingkungan dan di kelurahan Mei Masyarakat dan pejabat
Rumah yang dapat Bilalang 2 2022, Kelurahan sekitar
mempengaruhi Pukul Bilalang 2
penyebaran penyakit 10.00

29
TB Paru WIB

30
E. EVALUASI
Tanda
Jam/Hari/ Diagnosa Pelaksanaan
Tindakan Evaluasi Keperawatan Tangan
Tanggal Keperawatan Ya Tidak
Perawat
Jum’at, 20 Mei Resiko Infeksi Prevensi Primer Evaluasi Formatif :
2022 pukul 10.00 TB Paru b.d  Melakukan S : remaja dan warga
WIB resiko penularan pendidikan √ kelurahan Bilalang 2
penyakit TB Paru kesehatan mengatakan sudah
di Bilalang 2  Memfasilitasi memahami mengenai

Kelurahan pembelajaran penyakit TB Paru
Bilalang O : antusias remaja dan
kecamatan warga kelurahan Bilalang
Kotamobagu 2 dalam memahami saat
utara penyuluhan
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

Evaluasi Sumatif :
S : remaja dan warga

31
kelurahan Bilalang 2
mulai menerapkan
pengetahuan mengenai
penyakit TB Paru
O : antusias warga
kelurahan Bilalang 2
dalam menerapkan
pengetahuan mengenai
penyakit TB Paru
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Jum’at, 20 Mei Resiko Infeksi Prevensi Sekunder Evaluasi Formatif :
2022 pukul 10.00 TB Paru b.d  Melakukan S : remaja kelurahan
WIB resiko penularan peningkatan √ Bilalang 2 mengatakan
penyakit TB Paru mengenai memahami cara mencegah
di Bilalang 2 pengetahuan penularan TB Paru.
Kelurahan penyakit O : antusias Masyarakat
Bilalang kelurahan Bilalang 2
kecamatan dalam melakukan cara

32
Kotamobagu pencegahan dan penularan
utara TB Paru
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

Evaluasi Sumatif :
S : Masyarakat Kelurahan
Bilalang 2 mulai
menerapkan Hidup yang
baik dan benar agar dapat
meminimalisir penularan
TB Paru
O : antusias Masyarakat
Keluarahan Bilalang2
dalam melakukan
peningkatan pencegahan
dan penularan penyakit
TB Paru
A : masalah teratasi

33
P : intervensi dihentikan
Sabtu, 21 Mei Resiko Infeksi Prevensi Tersier Evaluasi Formatif :
2022, Pukul 10.00 TB Paru b.d  Melakukan S : Masyarakat Kelurahan
WIB resiko penularan peningkatan √ Bilalang 2 mengatakan
penyakit TB Paru pencegahan memahami mengenai
di Bilalang 2 dan penularan peningkatan pencegahan
Kelurahan TB Paru dan penularan TB Paru
Bilalang  Melakukan dan dukungan emosional.

kecamatan Promosi Remaja kelurahan
Kotamobagu Kesehatan Patimuan juga
utara  Melakukan mengatakan mendapat

dukungan manfaat dan dapat
emosional memahami dalam
melakukan Promosi
Kesehatan.
O : Antusias Masyarakat
Bilalang 2 dalam
melakukan Promosi
Kesehatan

34
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

Evaluasi Sumatif :
S : Masyarakat mulai
melakukan peningkatan
pencegahan TB Paru dan
meminimalisir penularan.
O : antusias Masyarakat
dalam melakukan promosi
kesehatan
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

35
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam medis, penyakit menular atau penyakit infeksi adalah
sebuahpenyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologis (seperti virus,
bakteri atauparasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar) atau
kimia (seperti keracunan). Penyakit menular merupakan penyakit yang
ikut bertanggung jawabterhadap tingginya angka kematian di dunia.
Penyakit menular adalah penyakityang disebabkan mikroorganisme, baik
bakteri, virus, maupun jamur, yang bisaditularkan dari satu orangpenderita
kepada orang sehat hingga menyebabkan sakitseperti sumber penularan.
Cara terbaik untuk menghadang infeksi penyakit adalah menghindarinya,
yakni melalui imunisasi atau menjaga kebugaran agar daya tahan
tubuhmeningkat. dalam mengambil langkah-langkah utuk pencegahan,
harus didasarkan pada data/keterangan yang bersumber dari hasil analisis
epidemilogiatau hasil pengamatan. Pada dasarnya ada tiga tingkatan
pencegahan penyakitsecara umum yakni pencegahan primer, pencegahan
sekunder, pencegahan tersier.

B. Saran
Masih terdapat banyak kekurangan di dalam makalah yang kami buat ini.
Makalah ini kami susun sebagai bahan referensi mengenai asuhan
keperawatanpada masalah populasi penyakit infeksi keperawatan
komunitas. Alangkah lebih baik untuk para pembaca mencari dan
mentelaah lebih banyak lagi dari berbagaisumber- sumber terpecaya., para
ahli yang bersangkutanserta buku- buku ataupunjurnal mengenai asuhan
keperawatan pada agregat remaja dalam keperawatan komunitas untuk
mendapatkan informasi dengan hasil yang lebih baik

36
37
DAFTAR PUSTAKA

Mokoginta, Nashri. 2019. Askep Komunitas TB Paru.


https://www.academia.edu/31086541/Askep_komunitas_Tb_Paru_docx. Diakses
Pada 15 April 2022.
Pitaloka W., Siyam N., (2020) Penerapan Empat Pilar Program
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberkulosis Paru., Vol 4 (1), Hal 133-
145 (https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/view/33147/15631
diakses tanggal 17 April 2022 pukul 10.11)
Adrian M. M., Purnomo E. P., Agustiyara., (2020) Implementasi Kebijakan
Pemerintah Permenkes No. 67 Tahun 2016 Dalam Penanggulangan Tuberkulosis
Di Kota Yogyakarta., Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI., Vol 9 (02)
Hal 83-88 (https://journal.ugm.ac.id/jkki/article/view/55965/27988 diakses
tanggal 17 April 2022 pukul 10.12)
Dharmayanti, I., & Tjandararini, D. H. (2018). Identifikasi Indikator dalam Indeks
Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) untuk Meningkatkan Nilai Sub-
Indeks Penyakit Menular. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 5(3).
https://doi.org/10.24198/jkp.v5i3.647
(http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/view/647 diakses tanggal 17
April 2022 pukul 10.15)
https://osf.io/5t8jk/download (diakses pada tanggal 16 April 2022 pukul 12.08)
https://pdfcoffee.com/asuhan-keperawatan-komunitas-masalah-kesehatan-
populasi-5-pdf-free.html (diakses pada tanggal 16 April 2022 pukul 12.10)

iii

Anda mungkin juga menyukai