Keperawatan Komunitas I
Disusun Oleh :
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Ukuran Epidemiologi Asosiatif” ini, meskipun masih jauh dari kesempurnaan.
Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk melengkapi salah satu tugas pada
mata kuliah Keperawatan Komunitas I. Dalam kesempatan ini tak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Atas bantuan dan dorongannya, semoga mendapat balasan dari Allah SWT, dan
kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya bagi pembaca pada
umumnya.
Karena sifat keterbatasan yang dimiliki, maka saran dan kritik yang membangun
sangat kami harapkan, dan semoga makalah ini dapat menjadi titik sumbangan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di dunia keperawatan.
Penyusun
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| i
DAFTAR ISI
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Globalisasi adalah suatu proses menyeluruh di dunia yang menyertakan
internasionalisasi komunikasi, perdagangan dan organisasi ekonomi. Hal itu
melibatkan perubahan sosial, politis dan ekonomi secara cepat. Globalisasi
mempunyai potensi untuk menyebabkan ketidakseimbangan. Riset terhadap
dampak perubahan politis dan ekonomi yang cepat serta meluasnya
ketidakseimbangan sosial pada penyebaran dan kemunculan penyakit, dapat
menjadi pertimbangan bagi pilihan kebijakan kesehatan di suatu negara.
Seperti yang diketahui, sekarang ini banyak masalah kesehatan
masyarakat, khususnya pengendalian penyakit. Adanya epidemiologi dapat
menjadi alat atau metode yang strategis untuk memecahkan dan menanggulangi
masalah kesehatan tersebut. Di bidang kesehatan, pengenalan masalah
merupakan landasan bagi pengelolaan kesehatan, yaitu untuk merencanakan
tindakan pencegahan ataupun mengatasi masalah yang dihadapi.
Epidemiologi sebagai ilmu diagnosa kesehatan masyarakat, terus
menerus berkembang dari pengalaman menghadapi sepak terjang penyakit
sebagai fenomena massa. Ketika wabah penyakit menular melanda bangsa-
bangsa di dunia, epidemologi diartikan sebagai ilmu tentang epidemik (wabah).
Untuk mengatasi suatu wabah yang tengah berkecamuk, perlu diketahui
bagaimana menjalarnya wabah tersebut dengan mengamati siapa-siapa yang
terserang, dimana wabah menyerang, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk menyerang sejumlah orang tertentu. Sesuai peranannya pada masa itu
epidemiologi dirumuskan sebagai ilmu tentang fenomena massa penyakit
infeksi (Frost, 1927).
Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari ilmu Kesehatan
Masyarakat (Public Health) yang menekankan perhatiannya terhadap
keberadaan penyakit ataupun masalah kesehatan lainnya dalam masyarakat.
Keberadaan penyakit dalam masyarakat itu didekati oleh epidemiologi secara
kuantitatif. Karena itu, epidemiologi akan mewujudkan dirinya sebagai suatu
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| 1
metode pendekatan yang banyak memberikan perlakuan kuantitatif dalam
menjelaskan masalah kesehatan (M.N Bustan, 2006).
Menurut asal katanya, secara etimologis, Epidemiologi bearti ilmu
mengenai kejadian yang menimpa penduduk. Epidemiologi berasal dari bahasa
Yunani, di mana epi = upon, pada atau tentang; demos = people, penduduk; dan
logia = knowledge, ilmu. Nama epidemiologi sendiri berkaitan dengan sejarah
kelahirannya dimana epidemiologi memberikan perhatian tentang penyakit yang
mengenai penduduk (epidemi). Penyakit yang banyak menimpa penduduk pada
waktu itu hingga akhir abad 19 adalah penyakit wabah atau epidemic (penyakit
yang mengenai penduduk secara luas). Epidemiologi memberikan perhatian
tentang epidemic yang banyak menelan korban kematian, dan begitulah nama
Epidemiologi tidak bias dilepaskan dengan epidemi itu sendiri (M.N Bustan,
2006).
Epidemiologi juga erat hubungannya dengan dunia kerja, yaitu mengenai
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Tempat kerja bisa menjadi tempat
penyebaran penyakit atau perkembangbiakannya wabah penyakit. Oleh karena
itu dengan epidemiologi dapat diatasi masalah penyebaran penyakit dan cara
penanggulangannya serta identifikasi bahaya-bahaya yang akan terjadi. Faktor –
faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit adalah host, agent, dan
environmental.
Host atau pejamu adalah faktor yang ada dalam diri manusia, yang dapat
mempengaruhi timbulnya serta perjalanan suatu penyakit. Faktor tersebut yaitu
faktor keturunan, mekanisme pertahanan tubuh, umur, jenis kelamin, ras, status
perkawinan, pekerjaan, kebiasaan hidup dan lain-lain. Agent atau bibit penyakit
merupakan suatu substansi atau elemen tertentu yang kehadiran atau
ketidakhadirannya dapat menimbulkan dan mempengaruhi perjalan suatu
penyakit. Substansi atau elemen yang dimaksud banyak macamnya, yang secara
sederhana dapat dikelompokkan kedalam lima macam, yaitu nutrient, faktor
kimia, faktor fisik, faktor mekanik, dan faktor biologi. Sedangkan untuk faktor
environmental (lingkungan) adalah seperti faktor lingkungan fisik dan
lingkungan non-fisik. Hubungan antara host, agent dan environmental dalam
menimbulkan suatu penyakit amat komplek dan majemuk.
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| 2
Penyakit merupakan gangguan di dalam fungsi maupun struktur tubuh
seseorang. Penyakit, sakit, cedera, dan gangguan semuanya dikategorikan
didalam istilah tunggal morbiditas. Morbiditas (kesakitan) merupakan derajat
sakit,cedera atau gangguan pada suatu populasi. Morbiditas juga merupakan
suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera, atau keberadaan suatu
kondisi sakit. Morbiditas biasanya ditunjukkan dalam angka prevalensi atau
insidensi yangumum atau spesifik. Morbiditas juga mengacu pada angka
kesakitan; jumlahorang yang sakit dibandingkan dengan populasi tertentu yang
sering kalimerupakan kelompok yang sehat atau kelompok yang berisiko.
Mortalitas (kematian) dan angka kematian digunakan sebagai indicator
status kesehatan. Selain itu angka morbiditas atau angka kesakitan juga
digunakan sebagai indikator kesehatan.
Jika ditinjau dari proses yang terjadi pada orang sehat, menderita
penyakit dan terhentinya penyakit tersebut yang dikenal dengan nama riwayat
alamiah perjalanan penyakit (RAP), ada beberapa tahap, yaitu tahap
prepatogenesis, inkubasi, penyakit dini, penyakit lanjut, dan tahap akhir
penyakit.
Adapun empat tahapan kegiatan untuk mengatasi masalah penyakit
menular yaitu :
1. Apa masalahnya (surveillance). Identifikasi masalah, apa masalahnya, kapan
terjadinya, di mana, siapa penderitanya, bagaimana terjadinya, kapan hal itu
terjadi, apakah ada kaitannya dengan musim atau periode tertentu.
2. Mengapa hal itu terjadi (identifikasi faktor resiko). Mengapa hal itu lebih
mudah terjadi pada orang tertentu, faktor apa yang meningkatkan kejadian
(faktor resiko) dan faktor apa yang menurunkan kejadian (faktor protektif).
3. Apa yang berhasil dilakukan (evaluasi intervensi). Atas dasar kedua langkah
terdahulu, dapat di rancang upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya masalah, menanggulangi dengan segera penderita dan melakukan
upaya penyembuhan dan pendampingan untuk menolong korban dan menilai
keberhasilan tindakan itu dalam mencegah dan menanggulangi masalah.
4. Bagaimana memperluas intervensi yang efektif itu (implementasi dalam skala
besar). Setelah diketahui intervensi yang efektif, tindakan selanjutnya
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| 3
bagaimana melaksanakan intervensi itu di pelbagai tempat dan setting dan
mengembangkan sumber daya untuk melaksanakannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara mengukur Risiko Relative, Risiko Laju Insidensi dan Rasio
Odd pada suatu masalah kesehatan atau penyebaran penyakit?
2. Apa perbedaan Beda Risiko, Beda Laju Insidensi, dan Penggunaan Ukuran
Asosiasi
C. TUJUAN
1. Dapat memahami dan mengukur Risiko Relative, Risiko Laju Insidensi dan
Rasio Odd pada suatu masalah kesehatan atau penyebaran penyakit
2. Dapat memahami Beda Risiko, Beda Laju Insidensi, dan Penggunaan Ukuran
Asosiasi.
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. RISIKO RELATIF
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| 5
paparan dibandingkan dengan angka insidensi penyakit yang sama tanpa
terpapar, dengan rumus sebagai berikut:
Relative Risk = Angka insidensi penyakit dalam kelompok yang
terpapar Angka insidensi penyakit dalam
kelompok tanpa terpapar
Risiko relatif digunakan hanya sebagai pengukur probabilitas,
dengan ini dapat dipertanyakan berapa peluang kelompok menjadi sakit
jika mereka terpapar dan berapa peluang mereka tidak kena sakit kalau
tidak terpapar (Magnus, 2010).
Risiko relatif berhubungan dengan penelitian kohort. Penelitian
kohort disebut juga penelitian insiden atau penelitian prospektif karena
dikaitkan dengan waktu pengumpulan datanya, bukan menyatakan
hubungan antara eksposur dan efeknya. Kelebihan utama dari penelitian
ini adalah metodenya yang memungkinkan mengamati bagaimana suatu
faktor keterpaparan berlangsung hingga memungkinkan terjadinya efek.
Pada umumnya rancangan kohort merupakan penelitian epidemiologi
longitudinal prospektif, yaitu:
1. Dimulai dari status keterpaparan
Efek
Faktor Risiko (FR) ya
Populasi
tidak
subjek:
Populasi Sampel orang
sehat tanpa ya
sakit
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| 6
Populasi
tidak
Waktu
Tabel 2.1
Outcome/ efek
Eksposur Total
(+) (-)
(+) A B (a+b)
(-) C D (c+d)
Total (a+c) (b+d)
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| 7
Interpretasi:
Contoh Soal :
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| 8
dikatakan sebagai kasus baru, sedangkan prevalens sering dikatakan
sebagai kasus baru dan kasus lama.
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| 9
2. Secondary Attack Rate
Secondary attack rate dalah ukuran yang menunjukkan
jumlah penderita baru pada serangan kedua berbanding dengan
jumlah penduduk yang mempunyai resiko-jumlah penduduk yang
terkena pertama.
Rumus sebagai berikut:
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| 10
dalam orang-minggu, orang-bulan atau orang-tahun tergantung
dari jenis penyakit yang sedang diteliti. Untuk masing-masing
individu yang berada dalam populasi, maka waktu memiliki
resiko adalah waktu selama individu yang sedang diamati itu
masih terbebas dari penyakit. Denominator yang diperlukan
untuk menghitung laju insidens tersebut adalah jumlah dari
keseluruhan periode-periode waktu terbebas dari penyakit selama
penelitian.
Contoh kasus:
D. RASIO ODDS
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| 11
Tabel 2.2
Notasi Tabel 2 x 2
Pola I Desain Penelitian Kasus-Kontrol
Eksposur
Penyakit Total
(+) (-)
(+) (a) (b) (a+b)
(-) (c) (d) (c+d)
Total (a+c) (b+d) (a+b+c+d)
Tabel 2.3.
Notasi Tabel 2 x 2
Pola II Desain Penelitian Kasus-Kontrol
Penyakit
Eksposur Total
(+) (-)
(+) (a) (c) (a+c)
(-) (b) (d) (b+d)
Total (a+b) (c+d) (a+b+c+d)
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| 12
yang sama, hanya berbeda pada penempatan eksposur dan outcome-nya
pada sistem tabulasi. Pada umumnya, pola II lebih banyak digunakan.
Rasio odds digunakan dalam penelitian kasus-kontrol dan bukan
penelitian kohort. Hal ini karena desain dan ukuran penelitian kohort
terkait secara integral, dan tidak dibenarkan untuk mengubah salah
satunya tanpa mengubah yang lain. Kita tidak mungkin menyamakan
kelompok yang tidak terpajan di dalam penelitian kohort dengan jumlah
kasus dan kontrol yang tidak terpajan di dalam penelitian kasus-kontrol.
Pada penelitian kasus-kontrol dengan perhitungan rasio odds-nya
sampel kasus harus bersifat tetap, sedangkan pada kohort bisa
bertambah. Oleh karena jumlah sampel kasus tetap, maka harus dilihat
pada peluang seseorang untuk mendapatkan pajanan yang
menjadikannya sakit bukan risiko seseorang menjadi sakit (Magnus,
terj., Belawati, dkk., 2010).
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| 13
Sebagai contoh kasus yaitu sebagai berikut: pada suatu lokasi
konstruksi, terdapat 118 pekerja. 66 diantaranya menggunakan APD
secara lengkap dan sisanya memakai APD seadanya dan 20 orang
diantaranya mengalami kecelakaan kerja ringan seperti terkena paku,
terkena pecahan kaca dan lain-lain. Dari data yang diperoleh, 5 orang
yang biasanya memakai APD secara lengkap juga mengalami
kecelakaan kerja ringan. Hitung berapa rasio oods-nya dan apa arti hasil
dari angka ini?
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| 14
kecelakaan kerja adalah 7,625 kali lebih besar daripada pekerja yang
memakai APD.
Untuk penggunaan pola I sebagai pola perhitungan yaitu sebagai
berikut :
Tabel 2.5
Hubungan Pemakaian APD dengan Angka Kecelakaan Kerja
untuk mencari Rasio Odds (Pola I)
Mengalami Memakai APD
Total
Kecelakaan (-) (+)
(+) 20 5 25
(-) 32 61 93
Total 52 66 118
Rasio odds yang dicari yaitu rasio angka kecelakaan pada pekerja
yang tidak memakai APD terhadap pekerja yang memakai APD, dimana
angka kecelakaan pada pekerja yang tidak memakai APD adalah 20/32
dan kelompok yang memakai APD adalah 5/61, yaitu sebagai berikut:
E. BEDA RISIKO
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| 15
Beda risiko (risk difference/RD) atau disebut juga risiko atribut
(attributable risk/AR) dapat diperoleh dengan menghitung selisih
angka insidensi kelompok terpajan dan kelompok angka insidensi tidak
terpajan dan hasilnya dianggap sebagai pemaparan oleh faktor
penyebab penyakit (atribut). Makin besar jumlah kasus penyakit yang
bisa dihindari seandainya dilakukan pencegahan terjadinya paparan
pada kelompok terpapar. Rumus Beda risiko sebagai berikut. Angka
Insidensi kelompok terpajan - angka insidensi kelompok tidak terpajan
(Richard F. Morton et all,2009)
Beda risiko kadang-kadang juga dinyatakan sebagai pecahan
preventif di kalangan terpajan, yaitu :
Angka Insidensi kelompok terpajan - angka insidensi kelompok
tidak terpajan Angka Insidensi kelompok
terpajan
(Eko Budiarto dan Dewi Anggraeni, 2003)
Beda risiko menunjukkan kelebihan penyakit karena suatu factor
di subkelompok populasi yang terpajan oleh suatu factor. Jika “angka
insidensi di kalangan terpajan” diganti dengan “angka insidensi di
seluruh populasi” dalam rumus beda risiko, maka akan didapatkan
population attribute risk. Population attribute risk umumnya penting
bagi pengambil kebijakan kesehatan masyarakat karena population
attribute risk mengukur potensial manfaat yang diharapkan jika pajanan
di dalam populasi dapat dikurangi (Richard F. Morton et all,2009)
Contoh 1
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| 16
Risiko atribut = 0,05 – 0,02 = 0,03
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| 17
kali teridentifikasi, insidensi menghitung semua jumlah kasus baru
dalam beberapa bulan terakhir.
1. Insidensi Rate
Insidensi adalah jumlah seluruh kas baru pada suatu populasi pada
suatu populasi pada suatu saat periode waktu tertentu. Indikator yang
paling banyak digunakan di dalam epidemologi bila dikaitkan dengan
penderita baru dalam waktu tertentu
b. Waktu diagnose.
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| 18
beresiko pada pertengahan tahun dikalikan dengan lama periode
pengamatan). Contoh : kita hendak menyelidiki 100 tikus sehat yang
dapat menderita TBC setelah dicampurkan satu kandang dengan seekor
tikus penderita TBC selama setahun. Bila dalam setahun terdapat 10 tikus
sebagai kasus TBC baru maka :
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| 19
per 1.000 populasi.
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| 20
terpajan agen infeksi pada orang yang sakit 1,64 kali lebih besar
daripada orang yang tidak sakit. Atau, peluang untuk sebelumnya
terpajan agen infeksi pada orang yang sakit 64% lebih tinggi daripada
orang yang tidak sakit. Ukuran ini membandingkan peluang untuk
keterpajanan sebelumnya pada dua kelompok, yaitu kelompok orang
yang sakit dan tidak sakit.
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| 21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Ukuran asosiasi merupakan ukuran yang didasarkan akibat
pemaparan dari suatu penyakit dan berfungsi untuk mengukur
keeratan hubungan statistik antara faktor tertentu dengan
kejadian penyakit yang diduga merupakan akibat pemaparan
tersebut.
2. Ukuran asosiasi terdiri dari ukuran Rasio [Rasio Resiko/Risiko
Relatif (RR) dan Odds Ratio (OR)] dan ukuran Beda [Risk
Different/Beda Risiko (RD)].
3. Risiko relatif sering disebut sebagai rasio risiko (risk ratio)
adalah perbandingan risiko peristiwa tertentu pada kelompok-
kelompok orang yang berbeda.
4. Risiko relatif digunakan hanya sebagai pengukur probabilitas
dan berhubungan dengan penelitian kohort.
5. Laju insidensi adalah ukuran yang menunjukkan kecepatan
kejadian baru penyakit pada populasi
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| 22
6. Rasio odds adalah kemungkinan paparan faktor risiko pada
kelompok kasus dengan kemungkinan paparan faktor risiko pada
kelompok kontrol.
7. Rasio odds digunakan dalam penelitian kasus-kontrol dan bukan
penelitian kohort dikarenakan desain dan ukuran penelitian
kohort terkait secara integral, dan tidak dibenarkan untuk
mengubah salah satunya tanpa mengubah yang lain.
8. Beda risiko (risk difference/RD) atau disebut juga risiko atribut
(attributable risk/AR) dapat diperoleh dengan menghitung
selisih angka insidensi kelompok terpajan dan kelompok angka
insidensi tidak terpajan dan hasilnya dianggap sebagai
pemaparan oleh faktor penyebab penyakit (atribut).
9. Beda risiko menunjukkan kelebihan penyakit karena suatu factor
di subkelompok populasi yang terpajan oleh suatu factor.
B. SARAN
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| 23
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/217765713/Kel-13-Epidemiolog
KEPERAWATAN KOMUNITAS I| 24