Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI KESEHATAN MASYARAKAT DALAM


OBSTETRI/KEBIDANAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesehatan Masyarakat
Dosen Pengampu: Wiwin Mintarsih, S.SiT,M.Kes

Disusun Oleh:

Aulia Rachmawardhani P (P20624520006)


Ishra Adhiasa Utami (P20624520024)
Jein Rachmawati (P20624520026)
Sensi Tresna (P20624520035)
Siti Sarah (P20624520039)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat,
berkah, hidayah, dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Epidemiologi
Kesehatan Masyarakat Dalam Obstetri/Kebidanan” dengan sebaik-baiknya.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
memberikan dorongan, semangat, dan bimbingan yang tak ternilai harganya. Untuk itu, pada
kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Wiwin Mintarsih, S.SiT,M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah Kesehatan
Masyarakat yang telah memberikan bimbingan, motivasi, petunjuk, dan arahan kepada
kami;
2. Teman-teman seperjuangan di prodi Profesi Bidan yang senantiasa memberikan
motivasi dan semangat.
Meski penulis telah menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak menutup
kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik dan saran
yang mebangun dari pembaca.
Akhirnya, saya berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya, dan umumnya bagi semua pembaca, serta dapat berguna bagi kemajuan Poltekkes
Kemenkes Tasikmalaya.

Tasikmalaya, Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii


BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 2
C. TUJUAN ......................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 4
A. KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI ............................................................................. 4
a. Definisi epidemiologi .................................................................................................. 4
b. Sejarah Perkembangan Epidemiologi ......................................................................... 6
c. Ruang Lingkup Epidemiologi ................................................................................... 10
d. Jenis Epidemiologi .................................................................................................... 12
e. Prinsip Epidemiologi ................................................................................................. 15
f. Konsep Sehat-Sakit ................................................................................................... 15
g. Faktor Penyebab Terjadinya Penyakit ....................................................................... 17
h. Kegunaan Epidemiologi Bagi Bidan ......................................................................... 24
B. EPIDEMIOLOGI PADA OBSTETRI/KEBIDANAN.................................................. 25
a. Definisi, Tujuan, dan Manfaat ................................................................................... 25
b. Terjadinya Masalah Kesehatan di Pelayanan Kebidanan .......................................... 26
c. Faktor Risiko dalam Pelayanan Kebidanan .............................................................. 26
C. EPIDEMIOLOGI KESEHATAN IBU : MENDEFINISIKAN BESARNYA
MASALAH DAN PENYEBAB KEMATIAN DAN MORBIDITAS IBU ......................... 27
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 31
A. SIMPULAN .................................................................................................................. 31
B. SARAN ......................................................................................................................... 31
Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 32

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Epidemiologi sebagai suatu ilmu berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan itu
dilaterbelakangi oleh beberapa hal yaitu tantangan zaman dimana terjadi perubahan
masalah dan perubahan pola penyakit. Pada saat ini telah terjadi perubahan pola penyakit
ke arah penyakit tidak menular, dan epidemiologi tidak hanya dihadapkan dengan masalah
penyakit semata tetapi hal-hal baik yang berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan
penyakit, serta masalah kesehatan secara umum dan perkembangan ilmu pengetahuan
lainnya.Pengetahuan kedokteran klinik berkembang begitu pesat disamping perkembangan
ilmu-ilmu lainnya seperti biostatistik, administrasi dan ilmu perilaku. Perkembangan ilmu-
ilmu ini juga membuat ilmu epidemiologi semakin berkembang.Dengan demikian,
terjadilah perubahan dan perkembangan dasar berpikir para ahli kesehatan masyarakat,
khususnya epidemiologi dari masa ke masa sesuai dengan kondisi zaman dimana mereka
berada.
Untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan
mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan masyarakat perlu disediakan dan
diselenggarakan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Public Health Service) yang sebaik-
baiknya. Oleh karena itu pelayanan kesehatan masyarakat yang diberikan harus sesuai
dengan kebutuhan (Health Needs) dari masyarakat. Namun dalam praktek sehari-hari
ternyata tidaklah mudah untuk menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
masyarakat yang maksimal.
Masalah pokok yang dihadapi adalah sulitnya merumuskan kebutuhan kesehatan yang
ada dalam masyarakat karena pola kehidupan masyarakat yang beraneka ragam sehingga
mengakibatkan kebutuhan kesehatan yang ditemukan juga beraneka ragam. Untuk
mengatasinya, telah diperoleh semacam kesepakatan bahwa perumusan kebutuhan
kesehatan dapat dilakukan jika diketahui masalah kesehatan yang ada di masyarakat.
Epidemiologi dalam layanan kebidanan mengkaji distribusi serta determinan peristiwa
morbiditas dan mortalitas yang terjadi dalam layanan kebidanan. Tujuan epidemiologi
kebidanan adalah mengenali faktor-faktor risiko terhadap ibu selama periode kehamilan,
persalinan, dan masa nifas (42 hari setelah berakhirnya kehamilan) beserta hasil
konsepsinya, dan mempelajari cara-cara pencegahannya.

1
Di negara miskin, kurang lebih 25-50% kematian wanita usia subur terjadi karena
penyebab yang berkaitan dengan kehamilan. Tingginya angka mortalitas pada wanita
muda biasanya disebabkan oleh kematian pada saat melahirkan, dengan perdarahan,
infeksi, dan gestosis sebagai penyebab utama kematian.
Besarnya resiko untuk terkena penyakit dapat dihitung dan dibandingkan dengan cara
menghitung besarnya insedensi suatu penyakit antara orang-orang yang terpanjan oleh
factor penyebab penyakit tersebut dengan orang-orang yang tidak terpajan, Perhitungan ini
dapat diperoleh dari daripenelitian prospektif baik intervensi oleh alam (observasional)
maupun intervensi oleh peneliti (intervensional).
Disamping itu, perhitungan dan perbandingan besarnya risiko dapat pula diperkirakan
dari besarnya pemaparan terhadap faktor penyebab penyakit yang diterima oleh
sekelompok penderita dan bukan penderita. Hal ini diperoleh dari penelitian retrospektif
atau kasus- kontrol.
Bila sekelelompok invidu terpajan oleh factor penyebpenyaki mak sebagian indivoleh
factor penyesebagiinviddalam kelompok tersebut akan menderrita penyakit akibat pejanan
tersebut sehingga besarnya resiko atau probabilitas terkena penyakit adalah banyaknya
individu yang menderita dibagi dengan banyaknya individu yang menderita dibagi dengan
banyaknya indivdu dalam kelompok.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu epidemiologi?
2. Bagaimanakah sejarah, ruang lingkup dan prinsip epidemiologi?
3. Apa sajakah macam-macam epidemiologi?
4. Bagaimanakah konsep Sehat-Sakit?
5. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya penyakit?
6. Apakah kegunaan epidemiologi bagi bidan?
7. Bagaimanakah konsep dasar epidemiologi dalam obstetric/kebidanan?
8. Bagaimana terjadiny masalah Kesehatan di pelayanan kebidanan?
9. Apa sajakah faktor resiko dalam pelayanan kebidanan?
10. Bagaimanakah epidemiologi pada Kesehatan ibu dan seberapa besar masalah
penyebab kematian dan kesakitan ibu?

2
C. TUJUAN
1. Memahami konsep dasar epidemiologi.
2. Mengetahui sejarah, ruang lingkup dan prinsip epidemiologi.
3. Mengetahui macam-macam epidemiologi.
4. Memahami konsep dasar Sehat-Sakit.
5. Mengetahu faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit.
6. Mengetahui kegunaan epidemiologi bagi bidan.
7. Memahami konsep dasar epidemiologi dalam obstetric/kebidanan.
8. Memahami terjadinya masalah Kesehatan di pelayanan kebidanan.
9. Mengetahui faktor resiko dalam pelayanan kebidanan.
10. Memahami epidemiologi pada Kesehatan ibu dan seberapa besar masalah penyebab
kematian dan kesakitan ibu.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI


a. Definisi epidemiologi
Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu (Epi = on, Demos = penduduk,
Logos = ilmu pengetahuan), dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat. Beberapa definisi
Epidemiologi, diantaranya:
1. WH Welch
Ilmu yang mempelajari terjadinya, perjalanan, dan pencegahan penyakit,
khususnya penyakit infeksi menular. Dalam perkembangannya, permasalahan yang
dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular, tetapi juga penyakit tidak
menular, penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan
lain sebagainya. Karena keterbatasan epidemiologi menjadi lebih berkembang.
2. Mausner dan Kramer
Studi tentang distribusi dan determinan penyakit dan kecelakaan pada populasi
manusia.
3. Terakhir
Studi tentang distribusi dan determinan dari kondisi atau kejadian yang
berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu dan penerapan studi untuk
mengatasi masalah kesehatan.
4. Mac Mahon dan Pugh
Epidemiologi adalah cabang ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan
faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia.
5. Omran
Epidemiologi adalah studi tentang distribusi kondisi kesehatan, penyakit dan
perubahan populasi, serta determinan dan konsekuensinya bagi kelompok populasi.
6. WH Beku
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kejadian, persebaran dan
jenis penyakit pada manusia menurut waktu dan tempat.
7. Azrul Azwar

4
Epidemiologi adalah studi tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan
pada sekelompok orang dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan.
8. Pusat Pengendalian Penyakit(CDC) 2002
Epidemiologi menurut CDC 2002, tahun 2001 lalu, Gordis 2000 menyatakan
bahwa epidemiologi adalah: “ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan
penyakit dan kondisi kesehatan pada populasi serta penerapannya untuk
mengendalikan masalah kesehatan.”
9. WHO
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan kejadian
kesehatan dan kejadian terkait kesehatan lainnya yang mempengaruhi sekelompok
orang dan menerapkan pengetahuan tersebut untuk memecahkan masalah tersebut.
Ada 3 komponen penting dalam epidemiologi, yaitu sebagai berikut:
1. Frekuensi gangguan kesehatan
Frekuensi yang dimaksud di sini mengacu pada besarnya gangguan kesehatan
yang ditemukan pada sekelompok orang. Untuk dapat mengetahui secara pasti
frekuensi suatu gangguan kesehatan, ada dua hal utama yang harus dilakukan yaitu
menemukan gangguan kesehatan yang dimaksud kemudian dilanjutkan dengan
pengukuran gangguan kesehatan yang ditemukan.
2. Penyebaran masalah kesehatan
Yang dimaksud dengan persebaran gangguan kesehatan disini adalah
pengelompokan gangguan kesehatan menurut situasi tertentu. Ada banyak macam
keadaan tertentu, yang dalam epidemiologi dibedakan menjadi 3 macam, yaitu
menurut sifat manusia (man), menurut tempat (place), dan menurut waktu (time).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan kesehatan
Yang dimaksud dengan faktor yang mempengaruhi disini adalah faktor
penyebab dari suatu masalah kesehatan, baik yang menjelaskan frekuensi,
persebarannya maupun yang menjelaskan penyebab munculnya masalah kesehatan
itu sendiri. Untuk itu, ada tiga langkah utama yang biasa dilakukan, yaitu
merumuskan hipotesis tentang penyebab yang dipertanyakan, menguji hipotesis
yang dirumuskan, dan kemudian menarik kesimpulan tentangnya. Dengan
mengetahui penyebab suatu gangguan kesehatan, maka dapat dikembangkan
langkah-langkah penanganan masalah kesehatan selanjutnya.

5
b. Sejarah Perkembangan Epidemiologi

Sejarah perkembangan epidemiologi dapat dibagi menjadi 4 tahap, yaitu:


1. Tahap observasi
Tahap observasi merupakan cara pertama untuk mengetahui frekuensi dan
penyebaran suatu gangguan kesehatan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Dari hasil pengamatan tersebut Hippocrates (ahli epidemiologi pertama/460-
377SM) berhasil menyimpulkan bahwa ada hubungan antara muncul tidaknya
penyakit dengan lingkungan. Tahap perkembangan awal epidemiologi dikenal
sebagai "Tahap Penyakit dan Lingkungan".
2. Tahap perhitungan
Tahap perhitungan merupakan upaya untuk mengukur frekuensi dan
penyebaran suatu masalah kesehatan, tahap perhitungan dilakukan dengan bantuan
aritmatika. Aritmatika masuk ke dalam epidemiologi berkat jasa Jonh Graunt
(1662) yang mencatat dan menghitung jumlah kematian yang terjadi di kota
London. Tahap kedua perkembangan epidemiologi dikenal sebagai "Tahap
Menghitung dan Mengukur".
3. Tahap penilaian
John Graunt berhasil memberikan gambaran tentang frekuensi dan penyebaran
masalah kesehatan, tetapi bukan faktor yang mempengaruhinya. Karena
ketidakpuasannya dengan hasil yang diperoleh, John Graunt mengembangkan
teknik lain yang dikenal dengan teknik penilaian. Teknik penilaian pertama kali
diperkenalkan oleh William Farr (1839) yang melakukan analisis data. Tahap
perkembangan epidemiologis ini dikenal sebagai "Tahap Eksperimen Alami".
4. Tahap percobaan
Cara kerja tahap uji coba tidak hanya untuk mengkaji data alam, melainkan
mengkaji data yang diperoleh dari uji coba yang sengaja dilakukan. Ada banyak
tokoh penting yang memiliki pengaruh besar dalam epidemiologi yang kini dapat
kita pelajari. Beberapa tokoh penting ini telah memberikan kontribusi besar bagi
ilmu epidemiologi.
Berikut ini adalah beberapa tokoh penting tersebut dan kontribusinya dalam
bidang epidemiologi.
a) Hipokrates (460-377 SM)

6
Hippocrates adalah ahli epidemiologi pertama. Hippocrates melakukan
pengamatan tentang penyebab dan penyebaran penyakit dalam suatu populasi.
Kontribusi besar yang diberikan oleh Hippocrates adalah dengan
mengedepankan konsep penyebab penyakit yang dikenal dalam epidemiologi
saat ini, bahwa penyakit terjadi karena adanya interaksi antara host, agent, dan
environment (host, agent, dan environment). Hippocrates telah menulis tiga
buku, yaitu Epidemic I, Epidemic III, dan On Airs, Waters and Places. Dalam
bukunya yang berjudul On Airs, Waters and Places, Hippocrates mengatakan
bahwa penyakit terjadi akibat kontak dengan tubuh makhluk hidup, dan
berhubungan dengan lingkungan eksternal dan internal seseorang.
b) Thomas Sydenham (1624-1689)
Sydenham telah melakukan pengamatannya dan menuliskan
pengamatannya secara rinci dalam sebuah buku berjudul Observations Medicae
pada tahun 1676. Salah satu karya terbesarnya adalah klasifikasi demam yang
menyerang London pada tahun 1660-an dan 1670-an. Dia menjelaskan dan
menjelaskan perbedaan antara berbagai penyakit dan juga memperkenalkan
pengobatan dan pengobatan yang bermanfaat.
c) Bernardino Ramazzini (1633-1714)
Ramazzini melakukan observasi terhadap penyakit yang dialami para
pekerja yang bekerja di tangki septik (tempat penampungan sementara kotoran
dan air kotor di bawah tanah). Hasil pengamatannya menunjukkan bahwa sakit
yang dialami pekerja disebabkan oleh dua penyebab, yaitu berasal dari sifat
berbahaya material yang ditangani oleh pekerja karena mengeluarkan uap
beracun dan partikel yang sangat halus yang mungkin terhirup, dan karena
bahan yang kasar. dan gerakan tidak teratur dan postur canggung. kekuatan tidak
wajar yang dikenakan pada tubuh saat bekerja. Hasil pengamatannya
menunjukkan bahwa sangat sedikit pekerja tangki septik yang mencapai usia
tua. Selain itu, banyak dari mereka yang mengalami kelumpuhan pada leher dan
tangan, kehilangan gigi, vertigo, asma, dan kelumpuhan. Ramazzini' Kontribusi
utama beliau tidak hanya dalam penyelidikan dan penjelasan tentang penyakit
atau penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan, tetapi juga kepeduliannya
yang besar untuk mencegah terjadinya suatu penyakit. Ramazzini dikenal
sebagai ahli epidemiologi yang jeli dan mampu menggambarkan wabah

7
latirisme di Modena pada tahun 1690. Ia juga menggambarkan wabah malaria
di daerah itu dan penyakit pes yang menyerang ternak di Alloy pada tahun 1712.
d) John Grant (1662)
John Graunt tertarik untuk memperbaiki Bills of Mortality di London.
John Graunt menggunakan catatan kelahiran dan kematian untuk mempelajari
fluktuasi wabah sampar dan pengaruhnya terhadap jumlah penduduk dari tahun
ke tahun. Dia menemukan metode untuk menghitung populasi berdasarkan
jumlah kelahiran dan pemakaman mingguan yang terdaftar di Bills of Mortality.
Graunt membuat tabel untuk memodelkan berapa banyak individu
dalam populasi 100 individu yang akan bertahan hidup hingga usia tertentu.
Tabel temuan John Graunt disebut tabel kehidupan (life table, mortalitas table).
Graunt menerbitkan karyanya di Natural and Political Observations Made Upon
the Bills of Mortality pada tahun 1662.
e) James Lind (1753)
James Lind melakukan pengamatan tentang penyakit pada populasi. Ia
mengamati pengaruh waktu, tempat, musim, dan makanan terhadap penyebaran
penyakit. Banyak kontribusi epidemiologi yang dibuat oleh Lind, dia tidak
hanya membantu mengidentifikasi efek makanan terhadap penyakit, tetapi juga
melakukan pengamatan klinis, menggunakan desain eksperimental,
mengajukan pertanyaan epidemiologi klasik, mengamati perubahan populasi
dan pengaruhnya terhadap penyakit, dan mempertimbangkan sumber, tempat ,
waktu dan musim. Ia dikenal sebagai Bapak Uji Klinis.
f) Edward Jenner (1749–1823)
Edward Jenner adalah penemu metode pencegahan cacar yang lebih
aman yang disebut vaksinasi. Edward Jenner dengan eksperimennya telah
berkontribusi besar dalam menyelamatkan ratusan juta orang di seluruh dunia
dari kecacatan dan kematian akibat cacar. Di era Jenner (abad ke-17) virologi
tidak dikenal. Jenner sendiri, meski diakui sebagai Bapak Imunologi,
sebenarnya bukanlah ahli virologi dan tidak tahu apa-apa tentang virus atau
biologi cacar. Virologi baru dikenal pada abad ke-18, dan virus cacar baru
ditemukan beberapa dekade setelah Jenner meninggal. Namun kemajuan ilmiah
dalam dua abad sejak percobaan Edward Jenner pada James Phipps telah
memberikan bukti bahwa Jenner lebih benar daripada salah.

8
Jenner sebenarnya bukan orang pertama yang divaksinasi. Menurut
Riedel (2005), ada orang yang pertama kali menggunakan vaksin cacar sapi,
yaitu Benjamin Jesty (1737–1816). Cara berpikir Jenner yang bebas dan
progresif berhasil memanfaatkan data eksperimen dan observasi untuk upaya
pencegahan penyakit
g) William Farr (1807-1883)
Dia adalah orang pertama yang menganalisis statistik kematian untuk
mengevaluasi masalah kesehatan. Dia membuat dua kontribusi penting untuk
epidemiologi, yaitu mengembangkan sistem surveilans kesehatan masyarakat,
dan klasifikasi penyakit yang seragam. kemudian William Farr disebut Bapak
Konsep Pengawasan Modern.
h) John Salju (1854)
John Snow menganalisis masalah kolera, beliau menggunakan
pendekatan epidemiologi dengan menganalisis faktor tempat, orang dan waktu.
Ia dianggap sebagai Bapak Epidemiologi. Ia mengajukan hipotesa bahwa
penyebab sebenarnya adalah air minum yang tercemar feses (kotoran). Snow
menerbitkan teorinya untuk pertama kali dalam sebuah esai On the Mode of
Communication of Cholera pada tahun 1849.
i) Louis Pasteur (1822 – 1895)
Pasteur dikenal karena terobosannya dalam penyebab dan pencegahan
penyakit. Pasteur menemukan cara yang efektif untuk mencegah penyakit
menular. Pasteur menciptakan vaksin pertama untuk rabies, antraks, kolera dan
beberapa penyakit lainnya. Temuan Pasteur tentang vaksin sangat revolusioner,
karena tidak seperti karya Edward Jenner sebelumnya, ia menciptakan vaksin
secara artifisial. Selain vaksin, Pasteur (bersama dengan Claude Bernard)
menemukan cara membunuh bakteri dalam susu dan anggur dengan
memanaskannya sehingga tidak menimbulkan penyakit pada tahun 1862, yang
disebut pasteurisasi.
j) Robert Koch (1843-1910)
Koch menemukan metode pewarnaan dengan pewarna anilin serta
teknik kultur bakteri, teknik mikrobiologi standar yang masih digunakan
sampai sekarang. Koch menemukan bakteri dan mikroorganisme penyebab

9
berbagai penyakit menular, antara lain antraks (1876), infeksi luka (1878),
TBC (1882), konjungtivitis (1883), kolera (1884), dan beberapa lainnya.
k) Dool dan Hill, 1950
R. Doll dan AB Hill adalah dua nama yang dikaitkan dengan kisah
hubungan antara merokok dan kanker paru-paru. Keduanya adalah peneliti
pertama yang merancang studi yang memberikan bukti adanya hubungan antara
merokok dan kanker paru-paru. Keduanya merupakan pelopor penelitian di
bidang Epidemiologi Klinis.
Doll dan Hill melakukan studi kasus-kontrol pasien kanker paru-paru di
20 rumah sakit London. Pada tahun 1950 Doll and Hill menerbitkan makalah
mereka di British Medical Journal tentang hasil penelitian yang menyimpulkan
bahwa merokok menyebabkan kanker paru-paru. Salah satu kesimpulan penting
menyatakan, merokok mengurangi rentang hidup hingga 10 tahun. Selain itu,
Doll telah memberikan kontribusi besar untuk penyelidikan leukemia terutama
dalam kaitannya dengan radiasi, di mana Doll menggunakan mortalitas pasien
yang diobati dengan radioterapi untuk menilai efek leukemogenik dari radiasi
secara kuantitatif. Itulah beberapa tokoh penting yang berjasa dalam bidang
epidemiologi. Kontribusinya dalam bidang epidemiologi sangat mempengaruhi
perkembangan ilmu epidemiologi itu sendiri.

c. Ruang Lingkup Epidemiologi

Kegiatan epidemiologi mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik


yang berkaitan dengan bidang kesehatan maupun di luar bidang kesehatan. Berbagai
bentuk dan jenis kegiatan dalam epidemiologi saling berhubungan satu sama lain.
Ruang lingkup epidemiologi adalah sebagai berikut:
1. Epidemiologi penyakit menular:
Merupakan salah satu bentuk usaha manusia untuk mengatasi gangguan
penyakit menular yang hasilnya sekarang sudah sangat terlihat. Selain itu untuk
mengetahui sebaran berdasarkan faktor epidemiologi (orang, waktu, dan tempat)
dan faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit menular serta upaya
pencegahan dan penanggulangannya.
2. Epidemiologi penyakit tidak menular

10
Hal itu sebagai upaya pencegahan penyakit tidak menular seperti kecelakaan
lalu lintas, penyalahgunaan narkoba dan lain-lain.
3. Epidemiologi klinis
Merupakan ilmu yang secara khusus mempelajari metode pencegahan,
pengobatan, pengendalian, dan etiologi dalam rangka meningkatkan pelayanan
medis. Saat ini banyak dikembangkan oleh para klinisi yang bertujuan untuk
membekali para klinisi atau dokter dan tenaga medis tentang cara pendekatan
masalah melalui disiplin ilmu epidemiologi.
4. epidemiologi populasi
Merupakan cabang epidemiologi yang menggunakan pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis berbagai masalah yang berkaitan dengan demografi dan faktor-
faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan demografi yang terjadi di
masyarakat.
5. Epidemiologi gizi
Ilmu yang mempelajari distribusi, besaran dan determinan masalah gizi serta
penerapannya dalam kebijakan dan program pangan dan gizi untuk mencapai
kesehatan penduduk yang lebih baik. Banyak digunakan dalam menganalisis
masalah gizi masyarakat, dimana masalah ini erat kaitannya dengan berbagai faktor
yang berhubungan dengan gaya hidup masyarakat.
6. Epidemiologi kesehatan jiwa
Merupakan salah satu pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa di
masyarakat baik mengenai keadaan gangguan jiwa kelompok penduduk tertentu,
maupun analisis berbagai faktor yang mempengaruhi munculnya gangguan jiwa di
masyarakat.
7. Epidemiologi manajemen perawatan kesehatan
Merupakan salah satu sistem pendekatan manajemen dalam menganalisis
masalah, mencari faktor penyebab suatu masalah dan menyusun rencana untuk
memecahkan masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu.
8. epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja
Merupakan bagian dan cabang epidemiologi yang mempelajari dan
menganalisis kondisi kesehatan pekerja akibat pengaruh paparan lingkungan kerja
baik fisik, kimia, biologi, sosial budaya maupun kebiasaan hidup pekerja.
9. Epidemiologi genetik

11
Ini adalah studi tentang etiologi, distribusi, dan pengendalian penyakit dalam
kelompok keluarga dan penyebab penyakit yang diwariskan dalam populasi.
10. Epidemiologi perilaku
Merupakan kajian atau ilmu yang mempelajari semua faktor fenomena tingkah
laku manusia, baik kebiasaan maupun budaya yang melekat pada lingkungannya.
Seperti berbagai cabang ilmu lainnya, epidemiologi juga memiliki ruang
lingkup kegiatan tersendiri. Ruang lingkup epidemiologi secara sederhana dapat dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Masalah kesehatan sebagai subjek dan objek epidemiologi
Epidemiologi tidak hanya mempelajari masalah penyakit, tetapi juga mencakup
masalah kesehatan yang banyak dijumpai di masyarakat. Diantaranya adalah
masalah KB, masalah kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan,
pengadaan fasilitas kesehatan dan sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objek
epidemiologi terkait dengan masalah kesehatan secara keseluruhan.
2. Masalah kesehatan pada sekelompok orang
Pekerjaan epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan
memanfaatkan data dari hasil penelitian terhadap sekelompok orang, baik yang
berkaitan dengan penyakit, KB maupun masalah kesehatan lingkungan. Setelah
dianalisis dan diketahui penyebabnya, maka dilakukan penanggulangan sebagai
tindak lanjut.
3. Pemanfaatan data frekuensi dan penyebaran gangguan kesehatan dalam
merumuskan penyebab suatu masalah kesehatan.
Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak masalah kesehatan dan
penyebab masalah tersebut dengan menganalisis data tentang frekuensi dan
penyebaran masalah kesehatan yang terjadi pada kelompok orang atau komunitas.
Dengan memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka
dapat dirumuskan penyebab terjadinya gangguan kesehatan.

d. Jenis Epidemiologi

Jika ditinjau secara mendalam mengenai batasan epidemiologi, maka akan


segera terlihat bahwa epidemiologi pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu:

12
1. Epidemiologi deskriptif
Epidemiologi deskriptif adalah ilmu yang mempelajari pendekatan
epidemiologi yang bertujuan untuk menggambarkan masalah kesehatan yang ada
di masyarakat dengan menentukan frekuensi, distribusi dan determinan penyakit
tanpa memperhatikan kebutuhan untuk mencari jawaban atas faktor penyebab yang
mempengaruhi frekuensi, penyebaran dan atau kemunculannya. dari masalah
kesehatan ini.
Informasi frekuensi merujuk pada besarnya masalah kesehatan yang ditemukan
di masyarakat, sedangkan informasi sebaran biasanya dibedakan menurut
karakteristik manusia, tempat atau waktu terjadinya gangguan kesehatan.
Epidemiologi deskriptif hanya menjawab pertanyaan who (siapa), where (di mana),
dan when (kapan) suatu masalah kesehatan muncul, tetapi tidak menjawab
pertanyaan mengapa (why) masalah kesehatan tersebut muncul. Contoh:
a) Ingin mengetahui frekuensi (jumlah) penderita TB Paru di suatu daerah. Untuk
itu dilakukan pendataan penderita tuberkulosis paru di wilayah tersebut.
b) Ingin mengetahui penyebaran TBC paru menurut umur dan jenis kelamin di
suatu daerah. Untuk itu dilakukan pendataan TB Paru di wilayah tersebut
kemudian disajikan menurut kelompok umur dan jenis kelamin.
Tujuan epidemiologi deskriptif adalah:
a) Mendeskripsikan sebaran masalah kesehatan sehingga dapat diperkirakan
kelompok masyarakat mana yang paling terkena dampaknya.
b) Memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.
c) Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dicurigai yang mungkin terkait
dengan masalah kesehatan (untuk membentuk dasar perumusan hipotesis).
Hasil penelitian deskriptif dapat digunakan untuk:
a) Menyusun rencana pelayanan kesehatan.
b) Menentukan dan mengkaji program pemberantasan penyakit yang telah
dilaksanakan.
c) Sebagai bahan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
d) Membandingkan distribusi frekuensi kesakitan atau kematian antar wilayah
atau satu wilayah pada waktu yang berbeda.
2. Epidemiologi analitik
Epidemiologi analitik adalah epidemiologi analitik ketika mencakup pencarian

13
jawaban atas penyebab frekuensi, penyebaran dan munculnya masalah kesehatan.
Di sini diusahakan untuk menyediakan faktor-faktor penyebab yang dimaksud
(mengapa), untuk kemudian dianalisis kaitannya dengan akibat yang ditimbulkan.
Yang dimaksud dengan sebab di sini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi,
sedangkan akibat adalah frekuensi, persebaran dan adanya suatu gangguan
kesehatan. Epidemiologi Analitik adalah penelitian epidemiologi yang bertujuan
untuk:
a) Menjelaskan faktor risiko dan penyebab penyakit.
b) Memprediksi terjadinya penyakit.
c) Berikan saran tentang strategi intervensi yang efektif untuk pengendalian
penyakit.
Studi pendekatan epidemiologi analitik digunakan untuk mencari faktor
penyebab penyakit atau mencari penyebab variasi dari data dan informasi yang
diperoleh dari studi epidemiologi deskriptif. Berdasarkan peran epidemiologi
analitis dibagi
a) Studi observasional: studi kasus kontrol, studi cross-sectional dan studi kohort.
b) Studi Eksperimental: Eksperimen dengan kontrol acak (Randomized Controlled
Trial/RCT) dan Quasi Experiments.
Penelitian epidemiologi deskriptif dan penelitian epidemiologi analitik
memiliki beberapa perbedaan mendasar yang secara sederhana dapat dilihat sebagai
berikut:

14
e. Prinsip Epidemiologi

Prinsip-prinsip dalam epidemiologi meliputi, yaitu:


1. Mempelajari sekelompok orang/orang yang mengalami gangguan kesehatan.
2. Mengacu pada jumlah gangguan kesehatan yang ditemukan pada sekelompok
manusia yang dinyatakan dengan angka atau rasio frekuensi absolut.
3. Menunjukkan jumlah gangguan kesehatan yang dipecah menurut kondisi tertentu,
antara lain kondisi waktu, tempat, dan orang yang mengalami gangguan kesehatan.
4. Merupakan rangkaian kegiatan tertentu yang dilakukan untuk mengkaji masalah
kesehatan sehingga diperoleh kejelasan dari masalah tersebut.

f. Konsep Sehat-Sakit

Definisi WHO tentang kesehatan memiliki ciri-ciri sebagai berikut yang


memperkuat konsep kesehatan yang positif (Edelman dan Mandle 1994):
1. Mempertimbangkan individu sebagai sistem keseluruhan.
2. Lihat kesehatan dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
3. Menghargai pentingnya peran individu dalam kehidupan.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa :
“Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam pengertian ini kesehatan harus
dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh yang terdiri dari elemen fisik, mental dan
sosial dan di mana kesehatan mental merupakan bagian integral dari kesehatan.
Dalam arti luas, kesehatan adalah keadaan dinamis dimana individu menyesuaikan
diri dengan perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan
penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, sosial dan ekonomi) dalam mempertahankan
kesehatannya.
Sakit adalah orang yang dikatakan sakit jika menderita suatu penyakit menahun
(menahun), atau gangguan kesehatan lain yang mengganggu pekerjaan/aktivitasnya.
Sekalipun seseorang sakit (istilah sehari-hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi jika
tidak diganggu untuk melakukan aktivitasnya, maka ia tidak dianggap sakit.
Pengertian nyeri menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan secara impersonal
dan sistematik, yaitu bahwa nyeri adalah suatu keadaan atau suatu hal yang diakibatkan
oleh adanya gangguan pada sistem tubuh manusia.

15
1. Ciri-Ciri Sehat
Kesehatan jasmani terwujud bila seseorang tidak merasakan dan mengeluh sakit
atau tidak ada keluhan dan secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh
berfungsi normal atau tidak terganggu. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3
komponen, yaitu pikiran, emosional, dan spiritual.
a) Pemikiran yang sehat tercermin dari cara berpikir atau way of thinking.
b) Kesehatan emosi tercermin dari kemampuan seseorang dalam mengungkapkan
emosinya, misalnya rasa takut, gembira, khawatir, sedih dan sebagainya.
c) Kesehatan spiritual tercermin dari cara seseorang mengungkapkan rasa syukur,
pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yaitu
Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT dalam Islam). Misalnya jiwa yang sehat
dapat dilihat dari pengamalan agama seseorang.
d) Kesehatan sosial terwujud ketika seseorang mampu berhubungan baik dengan
orang atau kelompok lain, tanpa membedakan ras, suku, agama atau
kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik dan sebagainya, serta toleransi dan
saling menghargai.
e) Kesehatan dari segi ekonomi dapat dilihat pada saat seseorang (dewasa)
produktif, dalam arti memiliki kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat
menghidupi dirinya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang
belum dewasa (mahasiswa atau mahasiswa) dan lanjut usia (pensiunan), dengan
sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh karena itu, bagi kelompok ini, yang
berlaku adalah produktif secara sosial, yaitu memiliki kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat bagi kehidupannya kelak, misalnya prestasi bagi pelajar atau
mahasiswa, dan kegiatan bakti sosial, keagamaan, atau kegiatan masyarakat
lainnya bagi para lanjut usia.
2. Paradigma Sehat
Paradigma sehat adalah cara pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan
yang bersifat holistik, proaktif dan antisipatif, dengan memandang masalah
kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan
lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi pada peningkatan
pemeliharaan dan perlindungan kesehatan. penduduk agar tetap sehat dan tidak
hanya menyembuhkan penduduk yang sakit.

16
Pada hakikatnya paradigma sehat memberikan perhatian utama pada kebijakan
yang bersifat preventif dan promosi kesehatan, memberikan dukungan, dan
mengalokasikan sumber daya untuk menjaga mereka yang sehat sambil tetap
berusaha agar mereka yang sakit segera sehat. Pada prinsipnya, kebijakan tersebut
menekankan masyarakat untuk mengutamakan kegiatan kesehatan daripada
mengobati penyakit. Pemahaman tentang penyakit telah berkembang yang
memiliki konotasi biomedis dan sosial budaya.

g. Faktor Penyebab Terjadinya Penyakit

Proses terjadinya penyakit sebenarnya sudah diketahui sejak zaman Romawi, yaitu
pada zaman Galenus (205-130 SM) yang mengungkapkan bahwa penyakit dapat terjadi
karena faktor predisposisi, faktor penyebab, dan faktor lingkungan. Keadaan ini dapat
dianalogikan dengan perkembangan suatu tumbuhan. Agen direpresentasikan sebagai
benih, inang sebagai tanah, dan rute penularan sebagai iklim.
1. Faktor Penyebab Infeksi (Agen)
Pada dasarnya, tidak ada satupun penyakit yang dapat timbul disebabkan oleh
satu faktor penyebab saja. Pada umumnya terjadinya penyakit disebabkan oleh
berbagai unsur yang bersama-sama mendorong terjadinya penyakit. Namun, pada
dasarnya unsur penyebab penyakit dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu:
a) Penyebab kausal primer
Unsur ini dianggap sebagai faktor penyebab terjadinya penyakit, asalkan
meskipun unsur ini ada, penyakit belum tentu terjadi. Sebaliknya pada penyakit
tertentu, unsur ini selalu ditemukan sebagai unsur penyebab.
Unsur-unsur penyebab ini dapat dibagi menjadi 5 kelompok utama:
1) Unsur penyebab biologis, yaitu semua unsur penyebab yang dimiliki oleh
makhluk hidup termasuk kelompok mikroorganisme seperti: Virus,
Bakteri, Jamur, Parasit, Protozoa, Metazoa. Unsur penyebab ini
umumnya terdapat pada penyakit menular dan penyakit menular. Badan
Lingkungan Hidup Time Host. Kemampuan agen penyakit ini untuk
bertahan hidup di lingkungan manusia merupakan faktor penting dalam
epidemiologi infeksi. Setiap bibit penyakit (penyebab penyakit) memiliki

17
habitatnya masing-masing, sehingga dapat tetap hidup. Dari sinilah
muncul istilah reservoir, yang diartikan sebagai habitat, tempat kuman
hidup dan berkembang; kelangsungan hidup, dimana bibit penyakit
sangat bergantung pada habitatnya, sehingga dapat tetap hidup. Reservoir
dapat berupa manusia, hewan atau benda mati. Contoh reservoir pada
manusia adalah penyakit yang memiliki reservoir pada tubuh manusia
antara lain campak, cacar, tifus, meningitis, gonore, dan sifilis. Manusia
sebagai reservoir dapat menjadi kasus aktif dan carier.
Carier aadalah orang yang terdapat kuman penyakit di dalam tubuhnya,
tanpa menunjukkan gejala penyakit apapun tetapi orang tersebut dapat
menularkan penyakit tersebut kepada orang lain. Convalescant Carrier
adalah orang yang masih mengandung kuman setelah sembuh dari suatu
penyakit.
Penyakit yang memiliki reservoir pada hewan umumnya merupakan
penyakit zoonosis. Zoonosis adalah penyakit pada hewan vertebrata yang
dapat menular ke manusia. Penyakit menular ke hewan melalui berbagai
cara, yaitu: manusia memakan daging hewan yang berpenyakit seperti
cacing pita, melalui gigitan hewan sebagai vektor misalnya pes melalui kutu
tikus, malaria, filariasis, demam berdarah melalui gigitan nyamuk, hewan
dengan penyakit langsung menggigit orang, misalnya rabies.
Penyakit yang memiliki reservoir pada benda mati pada dasarnya adalah
saprofit yang hidup di dalam tanah. Pada umumnya bibit penyakit ini
berkembang biak di lingkungan yang cocok untuk mereka. Oleh karena itu,
jika terjadi perubahan suhu atau kelembapan dari kondisi di mana ia dapat
hidup, ia akan berkembang biak dan siap menjadi infektif. Misalnya
Clostridium menyebabkan tetanus, C. Otulinum menyebabkan keracunan
makanan dan sebagainya.
Jenis Transmisi (mode transmisi)
Cara penularan adalah suatu mekanisme dimana agen/penyebab
penyakit ditularkan dari orang ke orang, atau dari reservoir ke inang baru.
Penularan ini melalui berbagai cara antara lain:
a. Kontak

18
Kontak disini dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung melalui benda-benda yang terkontaminasi. Penyakit yang
ditularkan melalui kontak langsung umumnya terjadi pada masyarakat
yang padat. Oleh karena itu, lebih banyak terjadi di kota daripada di desa
yang penduduknya masih jarang.
b. Inhalasi
Yaitu penularan melalui udara atau pernafasan. Oleh karena itu
ventilasi rumah kurang, sesak (over crowding). dan tempat umum
merupakan faktor yang sangat penting dalam epidemiologi penyakit ini.
Penyakit yang ditularkan melalui udara sering disebut dengan “airborne
infection” (penyakit yang ditularkan melalui udara).
c. Infeksi Penularan melalui tangan, makanan atau minuman.
d. Penetrasi kulit
Ini bisa langsung oleh organisme itu sendiri. Penetrasi kulit
misalnya cacing tambang, melalui gigitan vektor misalnya malaria atau
melalui luka tetanus.
e. Infeksi melalui plasenta
Yaitu infeksi yang didapat melalui plasenta dari seorang ibu
dengan penyakit selama kehamilan, misalnya sifilis dan toksoplasmosis.
2) Unsur penyebab gizi, yaitu semua unsur penyebab yang termasuk golongan
zat gizi dan dapat menimbulkan penyakit tertentu karena kekurangan atau
kelebihan zat gizi tertentu seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin,
mineral.
3) Unsur penyebab kimia, yaitu semua unsur yang berupa senyawa kimia yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan/penyakit tertentu. Unsur-unsur
tersebut umumnya berasal dari luar tubuh antara lain berbagai jenis zat
racun, obat keras, senyawa kimia tertentu dan sebagainya. Bentuk senyawa
kimia tersebut dapat berupa padat, cair, uap atau gas. Ada juga senyawa
kimia sebagai produk tubuh (dari dalam) yang dapat menyebabkan penyakit
tertentu seperti urea, kolesterol, dan lain-lain.
4) Unsur penyebab fisika adalah semua unsur yang dapat menimbulkan
penyakit melalui proses fisika, misalnya panas (luka bakar), luka sayat,
tusukan, hantaman (peluru paksa), radiasi dan lain-lain. Proses terjadinya

19
penyakit dalam hal ini terutama melalui proses fisik yang dapat
menimbulkan kelainan dan gangguan kesehatan.
5) Unsur penyebab psikologis, yaitu semua unsur yang berhubungan dengan
terjadinya gangguan jiwa dan gangguan tingkah laku sosial. Unsur
penyebab belum jelas, proses dan mekanisme kejadian dalam timbulnya
penyakit, bahkan sekelompok ahli lebih memfokuskan terjadinya penyakit
pada unsur penyebab genetik. Dalam hal ini, kita harus berhati-hati terhadap
faktor-faktor kehidupan sosial yang bersifat non-kausal dan lebih terlihat
dalam kaitannya dengan proses terjadinya penyakit atau gangguan
kejiwaan.
b) Penyebab non-kausal sekunder
Penyebab sekunder adalah elemen tambahan dalam proses terjadinya
penyakit dan berpartisipasi dalam hubungan sebab akibat terjadinya penyakit.
Dengan demikian, dalam setiap analisis penyebab penyakit, kita tidak hanya
terpaku pada penyebab primer saja, tetapi harus memperhatikan semua unsur
lain di luar penyebab primer tersebut. Hal ini didasarkan pada ketentuan bahwa
pada umumnya kejadian setiap penyakit sangat dipengaruhi oleh berbagai unsur
yang berinteraksi dengan unsur penyebab dan ikut serta dalam proses sebab
akibat. Faktor-faktor yang berinteraksi dalam proses terjadinya penyakit secara
epidemiologi digolongkan sebagai faktor risiko. Misalnya pada penyakit
jantung, TBC, kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya. Kemunculannya
tidak terbatas pada penyebab kausal saja,
2. Faktor tuan rumah
Tuan rumah adalah keadaan manusia sedemikian rupa sehingga menjadi faktor
risiko penyakit. Faktor ini disebut faktor intrinsik. Faktor "inang" dan "agen" dapat
disamakan dengan tanah dan benih. Pertumbuhan benih tergantung pada kondisi
tanah yang dianalogikan dengan timbulnya penyakit tergantung pada kondisi inang.
Elemen host, terutama host manusia, dapat dibagi menjadi 2 kelompok karakter
utama, yaitu:
a) Manusia sebagai makhluk biologis memiliki ciri-ciri biologis tertentu, seperti:
1) Keadaan fisiologis. Kehamilan dan persalinan memudahkan terjadinya
berbagai penyakit, seperti keracunan kehamilan, anemia, dan psikosis
pascapersalinan.

20
2) Kekebalan. Orang yang tidak memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit
akan mudah terserang penyakit tersebut.
3) Penyakit yang diderita sebelumnya, seperti rheumatoid arthritis, mudah
kambuh.
4) Ras dan keturunan (genetik), misalnya penyakit keturunan seperti hemofilia,
anemia sel sabit, dan gangguan glukosa non-fosfatase.
5) Usia, misalnya usia lanjut memiliki risiko terkena karsinoma, penyakit
jantung, dan lain-lain.
6) Jenis kelamin, misalnya penyakit tiroid, kolesistitis, rheumatoid arthritis,
diabetes melitus (cenderung terjadi pada wanita), penyakit jantung, dan
hipertensi (mempengaruhi pria).
7) Bentuk anatomi tubuh.
8) Kemampuan interaksi antara inang dan penyebab biologis.
9) Status gizi umum
b) Manusia sebagai makhluk sosial memiliki berbagai ciri khusus, seperti:
1) Suku bangsa meliputi adat istiadat, kebiasaan, agama, dan hubungan
kekeluargaan serta hubungan sosial.
2) Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial sehari-hari, termasuk kebiasaan
hidup sehat.
Semua elemen tersebut di atas merupakan karakteristik individu sebagai
hospes yang akan berperan dalam proses terjadinya penyakit yang dapat berfungsi
sebagai faktor risiko.

3. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor ketiga sebagai pendukung terjadinya penyakit.
Faktor ini disebut faktor ekstrinsik. Unsur lingkungan berperan penting dalam
menentukan terjadinya proses interaksi antara hospes dengan unsur penyebab
dalam proses terjadinya penyakit. Secara garis besar unsur lingkungan hidup dapat
dibagi menjadi 3 bagian utama.
a) Lingkungan biologis
Semua flora dan fauna yang ada di sekitar manusia, yang meliputi:
1) Berbagai mikroorganisme patogen dan non-patogen.
2) Berbagai hewan dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia, baik sebagai sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-obatan),

21
maupun sebagai reservoir/sumber penyakit atau inang perantara
(intermediate host).
3) Fauna di sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu,
terutama penyakit menular.
Lingkungan biologis sangat berpengaruh dan berperan penting dalam
interaksi antara manusia sebagai hospes dan unsur penyebab, baik sebagai unsur
lingkungan yang menguntungkan manusia (sebagai sumber kehidupan) maupun
yang mengancam kehidupan/kesehatan manusia.
b) Lingkungan fisik
Kondisi fisik di sekitar manusia yang mempengaruhi manusia baik
secara langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial
manusia. Lingkungan fisik (termasuk unsur kimia dan radiasi) meliputi:
1) Udara, kondisi cuaca, geografi, dan geologi.
2) Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai sumber penyakit serta
berbagai unsur kimia dan berbagai bentuk pencemaran dalam air.
3) Unsur kimia lainnya berupa pencemaran udara, tanah dan air, radiasi, dan
lain sebagainya.
Lingkungan fisik ini sebagian terbentuk secara alami, tetapi banyak juga
yang timbul akibat ulah manusia itu sendiri.
c) Lingkungan sosial ekonomi
Semua bentuk kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik. Sistem
organisasi, serta kelembagaan/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang
membentuk masyarakat.
Lingkungan sosial ini meliputi:
1) Sistem hukum, administrasi dan kehidupan sosial politik serta sistem
ekonomi yang berlaku.
2) Bentuk organisasi masyarakat setempat.
3) Sistem pelayanan kesehatan dan kebiasaan hidup sehat masyarakat
setempat.
4) Kepadatan penduduk, kepadatan rumah tangga, dan berbagai sistem
kehidupan sosial lainnya.
5) Profesi.

22
Pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia seperti pestisida atau zat
fisik seperti zat radioaktif atau zat yang bersifat karsinogenik seperti abses
akan lebih mudah terkena penyakit akibat paparan zat tersebut.
6) Pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan ekonomi masyarakat akan mengukur pola konsumsi yang
cenderung mengonsumsi makanan yang banyak mengandung kolesterol.
Keadaan ini memudahkan timbulnya hipertensi dan penyakit jantung akibat
peningkatan kadar kolesterol darah. Sebaliknya jika tingkat ekonomi
masyarakat rendah maka akan timbul masalah perumahan yang tidak sehat,
gizi buruk, dan hal-hal lain yang memudahkan timbulnya penyakit menular.
7) Bencana alam.
Terjadinya bencana alam akan mengubah sistem ekologi yang tidak
diprediksi sebelumnya. Misalnya gempa bumi, banjir, gunung meletus, dan
peperangan yang akan menyebabkan kehidupan masyarakat yang terkena
bencana menjadi tidak tertib. Keadaan ini memudahkan munculnya
berbagai penyakit menular.
Selain faktor-faktor di atas, sifat mikroorganisme sebagai agen
penyebab penyakit juga menjadi faktor penting dalam proses munculnya
penyakit menular. Sifat-sifat mikroorganisme tersebut antara lain:
1. Patogenesis
2. Keracunan
3. Tropisme
4. Serang tuan rumah
5. Kecepatan berkembang biak
6. Kemampuan untuk menembus jaringan
7. Kemampuan untuk menghasilkan racun
8. Kemampuan untuk menginduksi kekebalan
Dari semua unsur tersebut di atas, hubungan interaksi antara satu dengan
yang lain akan menentukan proses dan arah proses terjadinya penyakit, baik
pada individu maupun pada masyarakat. Dengan demikian, terjadinya suatu
penyakit tidak hanya ditentukan oleh unsur penyebab saja, tetapi yang paling
utama adalah bagaimana rantai sebab akibat dan hubungan sebab akibat
dipengaruhi oleh berbagai faktor dan unsur lainnya. Oleh karena itu, dalam
setiap proses penyakit, kita selalu memikirkan banyak penyebab.
23
Hal ini sangat berpengaruh dalam menetapkan program-program
pencegahan dan pengendalian penyakit tertentu, karena upaya tersebut hanya
akan membuahkan hasil yang diharapkan apabila dalam perencanaan
memperhatikan berbagai unsur tersebut di atas.
Dengan epidemiologi modern saat ini, proses terjadinya penyakit tidak
hanya terfokus pada penyebab, tetapi terutama diarahkan pada interaksi antara
penyebab, hospes dan lingkungan, yang menyatu dalam satu kondisi, baik pada
individu maupun masyarakat. Kondisi ini menentukan proses penyakit yang
dikenal sebagai kondisi atau faktor risiko.

h. Kegunaan Epidemiologi Bagi Bidan

Jika Epidemiologi dapat dipahami dan diterapkan dengan baik, maka akan
diperoleh berbagai manfaat yang jika disederhanakan adalah sebagai berikut:
1. Membantu pekerjaan administrasi kesehatan
Yaitu membantu pekerjaan dalam perencanaan (Planning) pelayanan kesehatan,
Pemantauan (Monitoring) dan Evaluasi (Evaluation) suatu upaya kesehatan. Data
yang diperoleh dari pekerjaan epidemiologi dapat digunakan untuk melihat apakah
upaya yang dilakukan sesuai dengan rencana atau tidak (monitoring) dan tercapai
atau tidaknya tujuan yang telah ditetapkan (assessment).
2. Dapat menjelaskan penyebab suatu masalah kesehatan
Dengan mengetahui penyebab suatu masalah kesehatan, maka dapat
dikembangkan langkah penanganan selanjutnya, baik preventif maupun kuratif.
3. Dapat menjelaskan perkembangan alamiah suatu penyakit
Salah satu masalah kesehatan yang penting adalah penyakit. Dengan
menggunakan metode Epidemiologi dapat menjelaskan Sejarah Alamiah
Perkembangan Penyakit (Natural History of Disease). Pengetahuan tentang
perkembangan alami ini sangat penting dalam menggambarkan perjalanan suatu
penyakit. Dengan pengetahuan tersebut, berbagai upaya dapat dilakukan untuk
menghentikan perjalanan penyakit sedemikian rupa sehingga penyakit tidak
berkelanjutan.
Manfaat/peran Epidemiologi dalam menjelaskan perkembangan alamiah suatu
penyakit adalah melalui penggunaan informasi tentang frekuensi dan penyebaran
penyakit, khususnya penyebaran penyakit menurut waktu. Dengan mengetahui

24
waktu munculnya dan berakhirnya suatu penyakit, maka dapat diperkirakan
perkembangan penyakit tersebut.
4. Dapat menjelaskan keadaan suatu masalah kesehatan
Karena Epidemiologi mempelajari frekuensi dan penyebaran masalah
kesehatan, maka akan diperoleh informasi tentang keadaan masalah kesehatan
tersebut. Situasi yang dimaksud di sini adalah kombinasi informasi menurut
karakteristik manusia, tempat dan waktu

B. EPIDEMIOLOGI PADA OBSTETRI/KEBIDANAN


a. Definisi, Tujuan, dan Manfaat

Epidemiologi dalam pelayanan kebidanan mengkaji distribusi dan determinan


kejadian morbiditas dan mortalitas yang terjadi dalam pelayanan kebidanan.
Tujuan epidemiologi kebidanan adalah untuk mengidentifikasi faktor risiko
bagi ibu selama kehamilan, persalinan dan masa nifas (42 hari setelah akhir kehamilan)
dan hasil konsepsinya, serta mempelajari cara pencegahannya.
Di negara-negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita usia subur terjadi
karena sebab-sebab yang berhubungan dengan kehamilan. Angka kematian yang tinggi
pada wanita muda biasanya disebabkan oleh lahir mati, dengan perdarahan, infeksi, dan
gestosis menjadi penyebab utama kematian. Pada tahun 1996 diperkirakan lebih dari
585.000 wanita per tahun meninggal selama kehamilan atau persalinan.
Indikator terpenting kesehatan ibu hamil adalah Angka Kematian Ibu (AKI),
sedangkan indikator utama hasil konsepsi pada kehamilan adalah Angka Kematian
Perinatal. Kematian ibu (maternal death) adalah kematian yang terjadi pada ibu karena
kehamilan, persalinan dan masa nifas, sedangkan Angka Kematian Ibu adalah
banyaknya kematian ibu hamil di suatu wilayah selama 1 tahun dalam 100.000
kelahiran hidup. Kematian perinatal adalah peristiwa lahir mati dan kematian bayi
selama minggu pertama kehidupan, sedangkan Angka Kematian Perinatal adalah
jumlah bayi lahir mati dan bayi yang meninggal pada minggu pertama dalam 1000
kelahiran hidup. Di Indonesia (1994) AKI sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup,
dengan variasi terendah di Yogyakarta (130 per 100.000 kelahiran hidup) hingga
tertinggi di Nusa Tenggara Barat (1.340 per 100, 000 kelahiran hidup). Angka Kematian
Perinatal pada periode yang sama di Indonesia adalah 40 per 1.000 kelahiran hidup.

25
b. Terjadinya Masalah Kesehatan di Pelayanan Kebidanan

Dengan menggunakan paradigma Epidemiologi Klasik yang menganggap


terjadinya penyakit/masalah kesehatan sebagai hasil akhir dari interaksi antara host,
agent, dan environment, maka dalam pelayanan kebidanan:
1) Tuan rumahnya adalah seorang wanita hamil
2) Agennya adalah hasil konsepsi, yaitu janin/janin dalam kandungan ibu hamil
3) Lingkungan adalah lingkungan sosial budaya serta pelayanan kesehatan yang
diterima oleh ibu hamil
Jika pada penyakit/masalah kesehatan secara umum agen merupakan faktor
yang harus dihilangkan, maka pada pelayanan kebidanan hasil konsepsi merupakan
sesuatu yang harus dilindungi, yang pada akhirnya dapat menimbulkan masalah
kesehatan tersendiri.

c. Faktor Risiko dalam Pelayanan Kebidanan

Faktor risiko kematian ibu hamil dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori:
1. Faktor reproduksi:
a) Usia
b) Keseimbangan
c) Kehamilan yang tidak diinginkan
2. Faktor penyulit kehamilan:
a) Pendarahan pada aborsi spontan
b) Kehamilan ektopik
c) Pendarahan pada trimester ketiga kehamilan
d) Perdarahan pasca melahirkan
e) Infeksi nifas
f) Gestosis
g) distosia
h) Abortus provokatus
3. Faktor pelayanan kesehatan:
a) Kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan ibu
b) Perawatan medis yang buruk
c) Kurangnya tenaga terlatih dan obat-obatan esensial
4. Faktor sosial budaya:

26
a) Kemiskinan dan ketidakmampuan untuk membayar pelayanan yang baik
b) Ketidaktahuan dan kebodohan
c) Kesulitan transportasi
d) Perempuan berstatus rendah
e) Pantangan makanan tertentu pada ibu hamil
Untuk menangani masalah kematian ibu, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia dengan bantuan WHO, UNICEF dan UNDP sejak tahun 1990-1991 telah
melaksanakan program Safe Motherhood. Upaya intervensi dalam program yang
disebut dengan Empat Pilar Safe Motherhood adalah:
1. Keluarga Berencana
2. Pelayanan antenatal
3. Pengiriman aman
4. pelayanan kebidanan esensial

C. EPIDEMIOLOGI KESEHATAN IBU : MENDEFINISIKAN BESARNYA


MASALAH DAN PENYEBAB KEMATIAN DAN MORBIDITAS IBU

Faktanya, diperkirakan 585.000 wanita meninggal setiap tahun, dan 20 juta wanita
lainnya menderita penyakit kronis yang melemahkan akibat komplikasi terkait kehamilan.
Dari kematian ibu tersebut, diperkirakan 99% terjadi di negara berkembang.
Di seluruh dunia, perbedaan faktor perilaku dan biologis meningkatkan risiko
berkembangnya komplikasi yang mengancam jiwa seorang wanita. Di sebagian besar
budaya, persalinan dikelilingi oleh tradisi, banyak di antaranya bermanfaat; lain mungkin
berbahaya bagi wanita dan anak. Kematian ibu dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling
terkait termasuk status sosial dan posisi perempuan, sumber daya ekonomi dan infrastruktur
negara, dan aksesibilitas dan ketersediaan keterampilan, materi, dan fasilitas untuk keluarga
berencana dan perawatan kebidanan yang tepat. WHO memperkirakan bahwa setidaknya
15% dari semua wanita hamil membutuhkan perawatan kebidanan yang cepat dan terampil,
tanpanya mereka akan menderita morbiditas jangka panjang yang serius. Meski begitu,
kebutuhan wanita dalam persalinan terkadang luput dari perhatian atau tidak disadari. Jika
bantuan yang dibutuhkan tidak tersedia,
Penyebab utama kematian ibu pada dasarnya sama di seluruh dunia. Lima komplikasi
utama terkait kehamilan yang menyebabkan kematian ibu adalah perdarahan postpartum,

27
infeksi nifas, gangguan hipertensi kehamilan, persalinan macet, dan aborsi yang tidak
aman.
a. Kematian Ibu
Menurut Revisi Kesepuluh dari Klasifikasi Penyakit Internasional (ICD-10), kematian
ibu adalah kematian seorang wanita saat hamil atau dalam waktu 42 hari setelah
penghentian kehamilan, terlepas dari lama dan lokasi kehamilan, dari penyebab apa pun.
berhubungan dengan atau diperparah oleh kehamilan atau penatalaksanaannya tetapi bukan
dari penyebab kecelakaan atau insidental.
b. Kematian Ibu Terlambat
Namun, kematian ibu juga dapat terjadi melewati jendela 42 hari sejak penghentian
kehamilan. Oleh karena itu, ICD-10 juga termasuk kategori kematian maternal lanjut:
kematian seorang wanita akibat obstetrik langsung atau tidak langsung lebih dari 42 hari
tetapi kurang dari satu tahun setelah terminasi kehamilan.
c. Kematian Ibu Langsung
Kematian ibu langsung adalah kematian yang diakibatkan oleh komplikasi kebidanan
pada keadaan hamil, yang meliputi kehamilan, persalinan, dan nifas. Kematian langsung
dapat disebabkan oleh intervensi, kelalaian, pengobatan yang salah, atau dari rangkaian
peristiwa yang dihasilkan dari kombinasi faktor-faktor tersebut. WHO memperkirakan
proporsi terbesar kematian ibu adalah karena penyebab langsung, antara lain perdarahan
(25%), sepsis (15%), abortus (13%), hipertensi gangguan kehamilan (12%), dan partus
macet (8%).
d. Kematian Ibu Tidak Langsung
Kematian ibu tidak langsung adalah kematian yang disebabkan oleh kondisi atau
penyakit yang mungkin ada sebelum kehamilan, tetapi diperparah oleh efek fisiologis
kehamilan. Sekitar 20% kematian ibu disebabkan oleh penyebab tidak langsung. Beberapa
contoh penyakit yang sudah ada sebelumnya yang dapat diperberat oleh kehamilan adalah
penyakit jantung, anemia defisiensi besi, tuberkulosis, hipertensi, malaria, dan diabetes
melitus.
e. Kematian Terkait Kehamilan
Kematian ibu insidental atau “kecelakaan” secara historis telah dikeluarkan dari
perkiraan kematian ibu. Namun dalam praktiknya, kematian ini sulit dibedakan dari
penyebab kematian tidak langsung karena beberapa kematian ini mungkin disebabkan
oleh kehamilan itu sendiri. Misalnya, kematian akibat pembunuhan atau bunuh diri

28
mungkin terkait dengan kehamilan karena beberapa alasan yang dihipotesiskan. Di
tempat atau keadaan di mana pencatatan penyebab kematian tidak dapat diandalkan,
mungkin berguna untuk memeriksa semua kematian di sekitar masa kehamilan. Oleh
karena itu, ICD-10 mendefinisikan kematian terkait kehamilan sebagai kematian
seorang wanita saat hamil atau dalam 43 hari setelah penghentian kehamilan, terlepas
dari penyebab kematiannya.

Apakah Kematian Ibu Akibat Kekerasan Benar-Benar Kebetulan?


Sebuah studi yang dilakukan di AS oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
membandingkan kematian karena cedera antara wanita pascapersalinan dan wanita lain
berusia 15-44 tahun. Hasil menunjukkan bahwa 50% kematian cedera postpartum adalah
pembunuhan, dibandingkan dengan 26% kematian cedera pada wanita tidak hamil dan
nonpostpartum. Untuk wanita usia 15-19, risiko kematian akibat pembunuhan adalah 2,63
kali lebih tinggi untuk wanita pascapersalinan dibandingkan wanita lain dalam kelompok
usia yang sama. secara terpisah berdasarkan ras dan berdasarkan tempat tinggal
perkotaan/pedesaan. Temuan ini menyarankan pendekatan untuk pencegahan yang
mencakup skrining kekerasan fisik di antara pasien prenatal dan pascapersalinan dan, bila
perlu, rujukan ke layanan seperti perumahan, konseling, perawatan anak, dan bantuan
hukum.

Angka kematian ibu saja tidak menggambarkan keseluruhan cerita tentang penderitaan
yang disebabkan oleh komplikasi kehamilan dan persalinan yang tidak diobati. Di beberapa
bagian dunia, kesehatan yang buruk terkait dengan melahirkan anak sangat umum sehingga
orang cenderung menerimanya sebagai hal yang normal dan hampir tidak dapat dihindari,
terlepas dari tingkat keparahannya. Meskipun angka pastinya tidak diketahui, diperkirakan
bahwa untuk setiap wanita yang meninggal, setidaknya 30 wanita mengalami masalah
kronis yang melemahkan . Meskipun data tentang kematian ibu lebih tersedia daripada data
tentang morbiditas, penting untuk diingat tumpang tindih antara kematian ibu dan
morbiditas ibu—faktor yang sama yang menyebabkan kematian ibu bertanggung jawab
atas beban morbiditas ibu di seluruh dunia.
Berbagai macam komplikasi dapat terjadi selama masa nifas, atau 6 minggu pertama
setelah melahirkan atau aborsi. Beberapa gangguan mungkin merupakan akibat dari
komplikasi yang terjadi hanya selama kehamilan dan persalinan; yang lain tidak spesifik
untuk kehamilan tetapi mungkin diperburuk oleh kehamilan.
Gejala sisa yang melemahkan dari komplikasi kehamilan yang tidak diobati dapat
bersifat jangka pendek dan jangka panjang. Infeksi postpartum dan postaborsi, umum di
negara berkembang, dapat menyebabkan penyakit radang panggul (PID). Selain nyeri dan

29
ketidaknyamanan panggul kronis, PID dapat menyebabkan kehamilan ektopik, adhesi
panggul, dan infertilitas permanen. Persalinan yang berulang dan berkepanjangan dapat
menyebabkan prolaps uteri, yang pada gilirannya dapat menyebabkan inkontinensia urin,
ketidaknyamanan kronis, dan nyeri. Jika tidak ditangani dengan baik, persalinan macet
dapat menyebabkan pecahnya rahim atau fistula kebidanan, saluran abnormal antara vagina
dan kandung kemih atau rektum. Mungkin salah satu morbiditas yang paling melemahkan,
kebocoran urin dan feses yang disebabkan oleh fistula kebidanan, menyebabkan ruam kulit
yang menyakitkan dan bau yang permanen. Seiring dengan komplikasi fisik ini,

Morbiditas Nifas: Area Kesehatan Ibu yang Terabaikan di Sri Lanka

Sebuah penelitian dilakukan di tiga wilayah Departemen Kesehatan Kabupaten Kalutara di


Sri Lanka untuk menentukan prevalensi morbiditas nifas dan untuk mengidentifikasi
karakteristik mereka dengan tingkat morbiditas tinggi (13). Dari ibu-ibu yang didaftarkan
oleh Bidan Kesehatan Masyarakat di wilayah studi, dipilih 600 ibu untuk penelitian ini.
Data dikumpulkan dengan menggunakan wawancara terstruktur yang dilakukan dalam
minggu pertama setelah masa nifas (43-50 hari setelah melahirkan). Hasil penelitian
mengungkapkan tingkat morbiditas yang jauh lebih tinggi dari yang diharapkan.
Pendarahan vagina yang berlebihan selama nifas dilaporkan oleh 40% ibu, selain gejala
yang relatif kecil seperti pembengkakan payudara (35%) dan menggigil (36%) yang
dilaporkan oleh banyak ibu. Yang mengkhawatirkan, hanya 11% ibu dalam penelitian ini
yang tidak memiliki gejala atau tanda penyakit apa pun. dan sisanya melaporkan satu atau
lebih gejala. Faktor risiko morbiditas termasuk kehamilan pertama dan mengalami
pemborosan kehamilan (kehamilan yang berakhir dengan keguguran, lahir mati, atau bayi
prematur yang tidak bertahan hidup) selama kehamilan sebelumnya.

30
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu (Epi = on, Demos = penduduk, Logos
= ilmu pengetahuan), dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-
hal yang berkaitan dengan masyarakat.
Epidemiologi dalam pelayanan kebidanan mengkaji distribusi dan determinan kejadian
morbiditas dan mortalitas yang terjadi dalam pelayanan kebidanan.Tujuan epidemiologi
kebidanan adalah untuk mengidentifikasi faktor risiko bagi ibu selama kehamilan,
persalinan dan masa nifas (42 hari setelah akhir kehamilan) dan hasil konsepsinya, serta
mempelajari cara pencegahannya.
Secara keseluruhan fungsi pokok epidemiologi adalah untuk memastikan bahwa di
dalam suatu populasi terdapat kelompok yang memiliki angka penyakit, ketidakmampuan.
cedera, atau bahkan angka kematian. Epidemiologi memiliki peran yang pasti dalam
kegiatan pengendalian dan pencegahan bukan saja penyakit menular tetapi juga penyakit
kronis sekaligus penyakit dan kondisi yang berkaitan dengan gaya hidup dan perilaku.

B. SARAN
Diharapkan kepada pembaca terutama mahasisiwi kebidanan untuk mengerti dan
memahami tentang epidemiologi sehingga dapat melakukan pencegahan dan
penatalaksanaan pada proses penyebaran penyakit. Serta dapat mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari supaya dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas yang
menjadi permasalahan dalam pelayanan kebidanan selama ini.

31
Daftar Pustaka

Syalfina, Agustin Dwi., Erfiani Mail dan Dhonna Anggreni. 2017. Buku Ajar : Kesehatan
Masyarakat Untuk Kebidanan. Surakarta: CV Kekata Group.
Patel, Divya A., Nancy M. Burnett dan BS Kathryn M. Curtis. 2003. Maternal Health
Epidemiology: Reproductive Health Epidemiology Series Module 2. United States
Department of Health and Human Services.
Harlan, Johan. Epidemiologi Kebidanan: Epidemiologi dalam Layanan Kebidanan.
Universitas Gunadarma.

32

Anda mungkin juga menyukai