Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH EPIDEMOLOGI PENYAKIT HIPERTENSI DI DESA

KARANG KEDAWUNG KECAMATAN MUMBULSARI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Mata


Kuliah Konsep Keperawatan Komunitas

Dosen Pengampu :
Ns. Susi Wahyuning Asih, S.Kep., M.Kep

Disusun oleh :
Devi Ragilia Puspita Ira Yunita (2111011133)
Delita Mayasari (2111011138)
Firman Maula Rosyadi (2111011141)
Ila Lailatul Khomariyah (2111011145)
Ashrafi Nur Hasan (2111011149)
Akbar Darmawan (2111011156)
Indah Safitri (2111011161)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan pụji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan baik walaupun jauh dari kata kesempurnaan.
Dimana tugas ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Konsep Keperawatan Komunitas” Dengan terselesaikannya makalah ini
penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
A. Ns. Susi Wahyuning Asih, S.Kep., M.Kep selaku dosen pembimbing
“Epidemologi” yang telah membimbing kami dalam proses pembelajaran.
B. Kepada beberapa ebook, buku, jurnal penelitian yang telah memberikan
bantuan dalam proses pengumpulan bahan materi untuk pembuatan tugas
ini, yang telah disebutkan pada bagian sumber referensi.
Mungkin ini yang dapat kami sampaikan, apabila ada kritik dan saran dari
pembaca, kami bersedia menerima semua kritik dan saran tersebut. Karena kritik
dan saran ini batu loncatan yang dapat memperbaiki makalah kami dimasa
mendatang sehingga kami akan berusaha untuk menyelesaikan makalah dengan
lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat serta dapat menambah wawasan
dan pengetahuan bagi pihak yang membutuhkannya.
Jember,16 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tinjauan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
A. Konsep Dasar Epidemiologi ........................................................................ 3
B. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular ........................................................ 3
C. Konsep Hipertensi ........................................................................................ 3
D. Penyebab Hipertensi..................................................................................... 4
E. Tanda dan Gejala Hipertensi ........................................................................ 5
F. Faktor Risiko Hipertensi .............................................................................. 7
G. Penatalaksanaan ......................................................................................... 10
BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................. 13
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 16
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 17
A. Kesimpulan ................................................................................................ 17
B. Saran ........................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi
Lampiran 2. Kuisioner

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang umum di
derita oleh masyarakat. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, prevalensi
penduduk dengan tekanan darah tinggi di Provinsi Jawa Timur sebesar 36,3%.
Pevalensi semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur. Jika di
bandingkan dengan Riskesdas 2013 (26,4%), prevalensi tekanan darah tinggi
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jumlah estimasi penderita
hipertensi yang berusia ≥ 15 tahun di Provinsi Jawa Timur sekitar 11.008.334
penduduk, dengan proporsi laki-laki 48,83% dan perempuan 51,17% (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2020)
Berdasarkan data pelayanan di Puskesmas, persentase penderita
hipertensi yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar menurut
Puskesmas di Kabupaten Jember tahun 2020 yaitu sebesar 190.979 orang
penderita hipertensi. Dari jumlah penderita hipertensi 741.735 orang, artinya
cakupan pelayanan penderita hipertensi sesuai standar sebesar 25,75%(Dinas
Kesehatan Kabupaten Jember, 2020).
Dalam hal ini, tak terkecuali untuk para petani. Gaya hidup yang tidak
sehat di kalangan petani dapat mengakibatkan risiko meningkatnya tekanan
darah (Debby et al., 2021). Persentase tertinggi penduduk indonesia yang
bekerja dan mempunyai keluhan kesehatan akibat kerja yaitu di bidang
pertanian sekitar 29,27 % (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).
Hal tersebut disebabkan oleh kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat.
Kebiasaan ini dapat di pengaruhi oleh masyarakat sekitar dan lingkungan
tempat tinggal, kebiasaan petani saat bekerja di sawah yaitu mengkonsumsi
kopi, mengkonsumsi makanan yang mengandung natrium dan merokok,
kebiasaan ini sering dilakukan oleh petani saat menanam hingga memanen
hasil sawah. Hal ini menunjukan bahwa faktor sosial demografi, gaya hidup,
faktor lingkungan fisik, psikososial, dan lingkungan kerja merupakan faktor

1
2

yang mempengaruhi kesehatan petani, dimana gaya hidup pada petani dapat
menyebabkan hipertensi.
Maka dari itu, sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat terutama bagi para petani. Maka di perlukan
memperbaiki gaya hidup para petani menjadi pola hidup sehat. Yaitu dengan
melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, mengurangi berat badan bagi
individu yang berlebihan berat badan, memberikan penanganan khusus bagi
penderita hipertensi yang disertai komplikasi, memperluas kerja sama dengan
lintas sektor setempat untuk menurunkan angka hipertensi melalui program-
program pencegahan dan pengendalian hipertensi, serta meningkatkan
cakupan penderita hipertensi melalui skrining pasif maupun aktif melalui
program home visit (Immanuela, Noveyani and Meikalynda, 2023).
B. Tinjauan Masalah
Tinjauan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apa itu konsep dasar epidemiologi ?
2. Apa itu epidemiologi penyakit tidak menular ?
3. Bagaimana konsep hipertensi ?
4. Apa saja penyebab hipertensi ?
5. Apa saja tanda dan gejala hipertensi ?
6. Apa saja faktor risiko hipertensi ?
7. Bagaimana penatalaksanaan ?

C. Tujuan
Berikut merupakan beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini:
1. Mengetahui apa itu konsep dasar epidemiologi.
2. Mengetahui apa itu epidemiologi penyakit tidak menular.
3. Mengetahui bagaimana konsep hipertensi.
4. Mengetahui apa saja penyebab hipertensi.
5. Mengetahui apa saja tanda dan gejala hipertensi.
6. Mengetahui apa saja faktor risiko hipertensi.
7. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Epidemiologi


Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari tiga kata yaitu epi
artinya pada/tentang, demos artinya penduduk dan logos artinya ilmu.
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan
penyakit dan/atau status kesehatan pada populasi, serta penerapannya untuk
pengendalian masalah- masalah kesehatan (Kartini, 2022).

B. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular


Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang tidak dapat
ditularkan atau dari suatu individu ke individu lainnya. Dengan kata lain,
penyakit tersebut tidak membahayakan orang lain.
Merupakan penyakit dengan durasi panjang yang pada umumnya
berkembang secara lambat dan merupakan akibat faktor genetik, fisiologis,
lingkungan dan perilaku. Secara global, regional, dan nasional pada tahun
2030 diproyeksikan terjadi transisi epidemiologi dari penyakit menular
menjadi penyakit tidak menular. Penyakit non infeksi merupakan penyakit
yang tidak disebabkan oleh proses infeksi (non infeksius) dan tidak menular
(Kartini, 2022). Banyak sekali jenis-jenis dari penyakit tidak menular salah
satunya yaitu hipertensi.

C. Konsep Hipertensi
Hipertensi merupakan keadaan yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD) ≥140/90 mm Hg
(Tedjasukmana, 2012). Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, adalah kondisi
kronis di mana tekanan darah pada arteri meningkat secara signifikan. Hal ini
mengharuskan jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh
tubuh melalui pembuluh darah, yang pada gilirannya dapat mengganggu
aliran darah, merusak pembuluh darah, dan bahkan berpotensi menyebabkan

3
4

penyakit degeneratif atau bahkan kematian.Secara umum, tekanan darah


adalah kekuatan yang diperlukan untuk menggerakkan darah dari jantung ke
seluruh tubuh. Ini merupakan bagian integral dari proses tubuh yang
memastikan bahwa oksigen dan nutrisi dibawa ke semua bagian tubuh.
Jumlah tekanan yang diperlukan normalnya disesuaikan dengan kebutuhan
tubuh, kecuali jika ada gangguan. Namun, tekanan darah bisa meningkat jika
ada hambatan atau masalah dalam proses ini.
Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, di diagnosis ketika tekanan darah
melebihi 140/90 mmHg atau lebih dalam keadaan istirahat, setelah dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit. Angka 140 mengacu pada
tekanan sistolik (tekanan darah saat jantung berkontraksi dan memompa
darah), sedangkan angka 90 mengacu pada tekanan diastolik (tekanan darah
saat jantung berelaksasi). Tekanan sistolik dianggap normal dalam kisaran
100-140 mmHg ketika beristirahat, sementara tekanan diastolik dianggap
normal dalam kisaran 60-90 mmHg. Namun, penting untuk mengambil
tindakan pencegahan jika tekanan darah Anda menunjukkan angka di atas
120/80 mmHg dalam keadaan istirahat, karena ini dapat mengindikasikan
kondisi prehipertensI (S., 2022).

D. Penyebab Hipertensi
Pada sekitar 90% penderita hipertensi, penyebabnya tidak diketahui dan
keadaan ini dikenal sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer.
Hipertensi esensial kemungkinan memiliki banyak penyebab. Beberapa
perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama
menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya, yaitu
Penyakit ginjal (5-10%), kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu
(misalnya pil KB) (1-2%). Selain itu penyebab hipertensi lainnya yang jarang
adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang
menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin
(noradrenalin)(Hasanah, 2019).
5

E. Tanda dan Gejala Hipertensi


Menurut (Hasanah, 2019) ada beberapa tanda gejala yang muncul pada saat
seseorang mengalami hipertensi yaitu:
1. Sering Sakit Kepala
Sakit kepala merupakan gejala hipertensi yang paling sering
terjadi. Keluhan ini khususnya di rasakan oleh pasien dalam tahap krisis,
dimana tekanan darah berada di angka 180/120 mmHg atau bahkan lebih
tinggi lagi. Apabila kita pernah atau sering mengalami nyeri kepala yang
terjadi secara tiba-tiba, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter, agar
hipertensi dapat di deteksi segera .
2. Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan adalah salah satu komplikasi dari tekanan
darah tinggi. Tanda hipertensi yang satu ini dapat terjadi secara mendadak
atau perlahan. Salah satu gangguan penglihatan yang dapat terjadi adalah
retinopati hipertensi. Ketika terjadi peningkatan tekanan darah, pembuluh
darah mata dapat pecah. Hal ini menyebabkan penurunan penglihatan mata
secara tajam dan mendadak.
3. Mual dan Muntah
Mual dan muntah adalah gejala darah tinggi yang dapat terjadi karena
peningkatan tekanan di dalam kepala . Hal ini dapat terjadi akibat
beberapa hal, termasuk perdarahan di dalam kepala salah satu faktor risiko
perdarahan di dalam kepala adalah hipertensi. Seseorang dengan
perdarahan otak dapat mengeluhkan adanya muntah menyembur yang
terjadi tiba- tiba .
4. Nyeri Dada
Penderita hipertensi dapat mengalami keluhan nyeri dada. Kondisi ini
terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah pada organ jantung. Tidak
jarang, nyeri dada menjadi penanda dari serangan jantung yang juga
bermula dari tekanan darah tinggi . Segera periksa kan ke dokter apa bila
mengalami salah satu gejala ini.
6

5. Sesak Napas
Penderita hipertensi juga dapat merasakan keluhan sesak napas.
Keadaan ini terjadi ketika jantung mengalami pembesaran dan gagal
memompa darah. Jika sering mengalaminya , jangan ragu untuk
berkonsultasi dengan dokter .
6. Bercak Darah di Mata
Sering di sebut dengan perdarahan sub konjungtiva , gejala hipertensi
ini sering di temukan pada individu dengan diabetes atau tekanan darah
tinggi. Namun, bukan kedua kondisi tersebutlah yang menyebabkannya
secara langsung. Apabila menemukan bercak darah di mata, konsultasikan
kepada dokter mata mengenai kerusakan terhadap saraf mata yang
disebabkan oleh tekanan darah tinggi.
7. Muka yang Memerah
Ketika pembuluh darah di muka melebar, area wajah akan terlihat
memerah. Hal ini dapat terjadi akibat respons dari beberapa pemicu,
seperti pajanan matahari, cuaca dingin, makanan pedas, angin, minuman
panas dan produk perawatan kulit. Meski disebabkan oleh banyak hal,
facial flushing alias wajah memerah bisa juga menjadi gejala hipertensi.
Ini terjadi ketika tekanan darah meningkat lebih dari biasanya.
8. Rasa Pusing
Obat pengontrol tekanan darah dapat menimbulkan rasa pusing sebagai
salah satu efek sampingnya. Meski bukan berasal dari tekanan darah yang
meningka, sensasi pusing tidak dapat dihiraukan begitu saja, terutama
apabila muncul secara tiba-tiba. Rasa pusing yang tiba- tiba muncul,
hilangnya keseimbangan atau koordinasi, dan adanya kesulitan berjalan
merupakan tanda peringatan akan terjadinya stroke. Berhati-hatilah, karena
tekanan darah tinggi merupakan salah satu faktor risiko pemicu stroke.
9. Mimisan
Mimisan pada umumnya terjadi saat tekanan darah sedang sangat
tinggi. Apabila mimisan juga disertai dengan tanda hipertensi yang telah
7

disebutkan di atas, segera kunjungi unit gawat darurat karena merupakan


suatu kegawatan medis.

F. Faktor Risiko Hipertensi


Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan
seseorang mengalami hipertensi. Faktor risiko terjadinya hipertensi di bagi
menjadi dua yaitu faktor risiko yang tidak dapat di ubah dan faktor risiko
yang dapat di ubah. Berikut beberapa faktor risi yang tidak bisa di ubah.
1. Usia
Ketika seseorang semakin menua, risiko terkena hipertensi
cenderung meningkat. Ini terjadi karena perubahan dalam struktur
pembuluh darah, termasuk penyempitan lumen pembuluh darah dan
peningkatan kekakuan serta penurunan elastisitas dinding pembuluh
darah, yang berkontribusi pada peningkatan tekanan darah. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pria di atas usia 45 tahun dan wanita di
atas 55 tahun lebih rentan terhadap peningkatan tekanan darah.
2. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin juga berperan dalam risiko hipertensi.
Secara umum, pria memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami
hipertensi dibandingkan wanita. Ini dapat disebabkan oleh gaya hidup
kurang sehat yang lebih umum pada pria. Namun, pada wanita, prevalensi
hipertensi dapat meningkat setelah mereka mengalami menopause, karena
perubahan hormonal yang terjadi pada periode tersebut.
3. Keturunan (Genetik)
Faktor keturunan atau genetik juga memiliki peran dalam risiko
terkena hipertensi. Jika seseorang memiliki anggota keluarga dengan
riwayat hipertensi, risiko mereka untuk mengembangkan kondisi ini akan
lebih tinggi. Selain itu, faktor keturunan juga dapat terkait dengan
metabolisme pengaturan garam dan hormon renin pada sel-sel
membran.Sementara itu, ada faktor risiko yang dapat diubah yang juga
berkontribusi pada pengembangan hipertensi, termasuk obesitas,
8

merokok, konsumsi alkohol dan kafein berlebih, asupan garam


berlebihan, stres, dan ketidakseimbangan hormonal (S., 2022).
Sedangkan beberapa faktor risiko yang dapat di ubah di antaranya yaitu:
1. Pola makan tidak sehat
Kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi garam atau makanan asin
dapat menyebabkan terjadinya hipertensi. Begitu pula dengan
kebiasaan memakan makanan yang rendah serat dan tinggi lemak
jenuh.
2. Kurangnya aktivitas fisik
Aktivitas fisik baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan bertambahnya berat
badan yang meningkatkan risiko terjadinya tekanan darah tinggi.
3. Kegemukan
Ketidakseimbangan antara asupan makanan dengan pengeluaran
energi menyebabkan kegemukan dan obesitas. Secara definisi,
obesitas ialah kelebihan jumlah total lemak tubuh > 20 persen di
bandingkan berat badan ideal. Kelebihan berat badan ataupun obesitas
berhubungan dengan tingginya jumlah kolesterol jahat dan trigliserida
di dalam darah, sehingga dapat meningkatkan risiko hipertensi. Selain
hipertensi, obesitas juga merupakan salah satu faktor risiko utama
diabetes dan penyakit jantung.
4. Konsumsi alkohol berlebih
Konsumsi alkohol yang rutin dan berlebih dapat menyebabkan
berbagai gangguan kesehatan, termasuk di antaranya adalah
hipertensi. Selain itu, kebiasaan buruk ini juga berkaitan dengan risiko
kanker, obesitas, gagal jantung, stroke, dan kejadian kecelakaan.
5. Merokok
Merokok dapat merusak jantung dan pembuluh darah. Nikotin
dapat meningkatkan tekanan darah, sedangkan karbonmonoksida bisa
mengurangi jumlah oksigen yang dibawa di dalam darah. Tak hanya
perokok saja yang berisiko, perokok pasif atau orang yang menghirup
9

asap rokok di sekitarnya juga berisiko mengalami gangguan jantung


dan pembuluh darah.
6. Stres
Stres berlebih akan meningkatkan risiko hipertensi. Saat stres, kita
mengalami perubahan pola makan,malas beraktivitas, mengalihkan
stres dengan merokok atau mengonsumsi alkohol di luar kebiasaan.
Hal- hal tersebut secara tidak langsung dapat menyebabkan hipertensi.
7. Kolesterol tinggi
Kolesterol yang tinggi di dalam darah dapat menyebabkan
penimbunan plak aterosklerosis, yang nantinya dapat membuat
pembuluh darah menyempit sehingga meningkatkan tekanan darah.
Selain itu, plak aterosklerotik yang terbentuk juga bisa menyebabkan
penyakit jantung koroner, yang bila tidak di tangani dengan baik
dapat mengakibatkan serangan jantung. Apabila plak aterosklerotik
berada di pembuluh darah otak, bisa menyebabkan stroke.
8. Diabetes
Diabetes dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. The
American Diabetes Association melaporkan dari tahun 2002-2012
sebanyak 71 persen pasien diabetes juga mengalami hipertensi.
Diabetes dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah akibat
menurunnya eslastisitas pembuluh darah, meningkatnya jumlah cairan
di dalam tubuh, dan mengubah kemampuan tubuh mengantur insulin.
9. Obstructive Sleep Apnea atau Henti Nafas
Obstructive sleepapnea (OSA) atau henti napas saat tidur
merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya hipertensi.
Pada OSA, terjadi sumbatan total atau sebagian pada jalan napas atas
saat tidur , yang dapat menyebabkan berkurang atau terheninya aliran
udara . Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan jumlah oksigen di
dalam tubuh. Hubungan antara OSA dengan hipertensi sangat
kompleks. Selama fase henti napas, dapat terjadi peningkatan
10

aktivitas saraf simpatis dan peningkatan resistensi vaksularsi stemik


yang menyebabkan meningkatnya tekanan darah (Hasanah, 2019).

G. Penatalaksanaan
Menurut (Perhi, 2019) banyak sekali penatalaksanaan yang dapat di
lakukan kepada pasien dengan masalah hipertensi mulai dari melakukan
perbaikan pola hidup hingga memberikan medikamentosa kepada pasien,
Pola hidup sehat telahter bukti menurunkan tekanan darah yaitu pembatasan
konsumsi garam dan alkohol, peningkatan konsumsi sayuran dan buah,
penurunan berat badan dan menjaga, berikut beberapa penatalaksanaan yang
dapat di lakukan untuk menjaga pola hidup untuk menghindari terjadinya
hipertensi:
1. Pembatasan konsumsi garam
Terdapat bukti hubungan antara konsumsi garam dan hipertensi.
Konsumsi garam berlebih terbukti meningkatkan tekanan darah dan
meningkatkan prevalensi hipertensi. Rekomendasi penggunaan
natrium(Na) sebaiknya tidak lebih dari 2 gram/hari (setara dengan5-6
gram NaCl perhari atau 1 sendok teh garam dapur) .Sebaiknya
menghindari makanan dengan kandungan tinggi garam.
2. Perubahan pola makan
Pasien hipertensi disarankan untuk konsumsi makanan seimbang
yang mengandung sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan segar, produk
susu rendah lemak,gandum, ikan, dan asam lemak tak jenuh (terutama
minyakzaitun), serta membatasi asupan daging merah dan asam lemak
jenuh.
3. Penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal
Terdapat peningkatan prevalensi obesitas dewasa diIndonesia dari
14,8% berdasarkan data Riskesdas 2013, menjadi 21,8% dari data
Riskesdas 2018.Tujuan pengendalian berat badan adalah
mencegahobesitas (IMT >25 kg/m2), dan menargetkan berat badanideal
11

(IMT 18,5 – 22,9 kg/m2) dengan lingkar pinggang <90cm pada laki-laki
dan <80 cm pada perempuan.
4. Olahraga teratur
Olahraga aerobik teratur bermanfaat untuk pencegahan dan
pengobatan hipertensi, sekaligus menurunkan risiko dan mortalitas
kardiovaskular. Olahraga teratur dengan intensitas dan durasi ringan
memiliki efek penurunan TD lebih kecil di bandingkan dengan latihan
intensitas sedang atau tinggi, sehingga pasien hipertensi disarankan untuk
berolahraga setidaknya 30 menit latihan aerobik dinamik berintensitas
sedang (seperti: berjalan, joging, bersepeda, atauberenang) 5-7 hari per
minggu.
5. Berhenti merokok
Merokok merupakan faktor risiko vaskular dan kanker, sehingga
status merokok harus di tanyakan pada setiap kunjungan pasien dan
penderita hipertensi yang merokok harus di edukasi untuk berhenti
merokok.

Selain menggunakan penatalaksanaan menggunakan perbaikan pola hidup,


penatalaksanaan selanjutnya yaitu menggunakan obat-obatan antihipertensi.
Strategi pengobatan yang dianjurkan pada panduan penatalaksanaan
hipertensi saat ini adalah dengan menggunakan terapi obat kombinasi pada
sebagian besar pasien, untuk mencapai tekanan darah sesuai target. Bila
tersedia luas dan memungkinkan, maka dapat diberikan dalam bentuk pil
tunggal berkombinasi (single pill combination), dengan tujuan untuk
meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan. Obat antihipertensi ini
banyak sekali jenisnya diantaranya yaitu:
1. ACE inhibitor
2. Angiotensin Receptor Blocker
3. Calcium Channel Blocker
4. Dihidropiridin
5. Non-Dihidropiridin
12

6. Diuretik
7. Sentral alfa-agonis
8. Alfa bloker
9. Beta bloker.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Hubungan antara faktor risiko dan kejadian hipertensi dapat di lihat dari
literature jurnal dan beberapa kasus yang terjadi di masyarakat, salah satu
contohnya yaitu kasus yang ada di wilayah Kecamatan Panti Kabupaten Jember
yang kemudian di lakukan penelitian. Pada jurnal penelitian tersebut di jelaskan
bahwa kejadian hipertensi ini disebabkan karena faktor gaya hidup yang kurang
sehat yang mana dapat di pengaruhi oleh masyarakat sekitar dan lingkungan
tempat tinggal, pada jurnal tersebut menjelaskan antara faktor gaya hidup dengan
petani saat bekerja di sawah yaitu mengkonsumsi kopi, mengkonsumsi makanan
yang mengandung natrium dan merokok, kebiasaan ini sering dilakukan oleh
petani saat menanam hingga memanen hasil sawah.
Hasil dari penelitian menunjukkan usia tengah pada petani yaitu 48 tahun
dengan mayoritas jenis kelamin laki-laki (57,3%), dengan mayoritas pendidikan
SD (54,4%). Selain itu di temukan hasil bahwa gaya hidup pada petani dari aspek
aktifitas fisik yang paling banyak yaitu sedang (52,4%). Dari aspek merokok
petani paling banyak tidak merokok (59,3%). Aspek konsumsi natrium yang
paling banyak yaitu sering (61,2%), dan as pek stres yang paling banyak yaitu
tidak stress (59,3%) (Debby et al., 2021)
Ini dapat di bandingkan dengan hasil survey yang kami lakukan di
lingkungan sekitar yaitu pada salah satu seorang petani yang ada di Desa Karang
Kedawung Desa Karang Kedawung Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember.
Bahwasanya di dapatkan hasil terkait pengetahuan, keterampilan, dan sikap
terhadap gaya hidup sehat petani tersebut termasuk dalam kategori baik. Ini dapat
di buktikan dari penilaian hasil kuisioner yang kami lakukan kepada salah satu
petani tersebut.
Pada kuisioner tesebut, kami menggunakan 48 pertanyaan dimana terdiri
dari kuisioner pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang masing-masing
memiliki 16 pertanyaan, kami menggunakan 2 model pertanyaan yaitu
pertanyaan favorible dan unfavorible (negatif dan positif), dimana pertanyaan

13
14

favorible berada pada nomor 1-8 di setiap kategori kuisioner, sedangkan yang
unfavorible terdapat pada pertanyaan no 9-16 di setiap kategori pertanyaan.
Berikut merupakan perhitungan skore yang di kategorikan sebagai berikut :
A. Kuisioner Pengetahuan/Sikap menggunakan skoring:
Positif (+) Negatif(-)
Iya/ benar : Nilai Iya/ benar : Nilai
1 0
Tidak/salah : Nilai Tidak/salah : Nilai
0 1

B. Kuisioner Keterampilan
Positif (+) Negatif(-)
SS : 4 SS : 1
S : 3 S : 2
TS : 2 TS : 3
STS : 1 STS : 4

Sedangkan untuk hasil penilaianya di kategorikan sebagai berikut:


A. Pengetahuan
Pengetahuan Baik : 8-16
Pengetahuan cukup : 0-8
Jika nantinya skore yang di dapatkan pada kuisioner pengetahuan itu berkisar
8-16, maka pengetahuan petani tersebut masuk dalam kategori baik, namun
jika skore yang di dapatkan antara 0-8 maka dapat di simpulkan bahwasanya
pengetahuanya cukup. Pada petani ini di dapatkan skore 16 yang mana skore
tersebut masuk ke dalam kategori baik.
B. Keterampilan
Keterampilan baik : 8-16
Keterampilan cukup : 0-8
Jika skore yang di dapatkan pada kuisioner keterampilan itu berkisar 8-16,
maka sikap petani tersebut tergolong baik, namun jika skore yang di dapatkan
15

antara 0-8 maka dapat di simpulkan bahwasanya keterampilan dari petugas


tersebut cukup. Pada petani ini di dapatkan skore 12 yang mana skore tersebut
masuk ke dalam kategori baik.
C. Sikap
Sikap Baik :32-64
Sikap cukup :16-32
Jika skore yang di dapatkan pada kuisioner sikap itu berkisar 32-64, maka
sikap dari petani tersebut tergolong baik, namun jika skore yang di dapatkan
antara 16-32 maka dapat di simpulkan bahwasanya sikap dari petugas tersebut
cukup. Pada petani ini di dapatkan skore 64 yang mana skore tersebut masuk
ke dalam kategori baik.
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari literature jurnal yang kami temukan, di dapatkan bahwa ada


keterkaitan antara faktor risiko dengan terjadinya hipertensi yang ada wilayah
Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Hal ini dikarenakan pada jurnal tersebut
menyebutkan bahwasanya gaya hidup yang tidak sehat dapat mempengaruhi
terjadinya hipertensi. Selain itu dapat di lihat juga dari kasus yang ada di
masyarakat sekitar, contohnya pada petani yang ada di Desa Karang Kedawung
Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember. Dari petani tersebut didapatkan
bahwa pengetahuan, keterampilan, dan sikap terkait gaya hidup yang sehat
termasuk ke dalam kategori baik. Namun ada beberapa gaya hidup yang kurang
baik yang masih tetap dilakukan oleh petani ini, contohnya seperti petani tersebut
masih merokok, kurang berolahraga, masih belum mengurangi mengkonsumsi
makanan asin.
Hipertensi merupakan keadaan yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD) ≥140/90 mm Hg
(Tedjasukmana, 2012). Hipertensi ini memiliki beberapa faktor risiko yang dapat
memicu terjadinya hipertensi yaitu kurangnya menjaga gaya hidup yang tidak
sehat seperti pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, kegemukan,
konsumsi alkohol yang berlebih, stress, terlalu banyak mengkonsumsi makanan
asin, merokok, dan lainya (Hasanah, 2019).
Maka dari itu menurut kami, karena pengetahuan, keterampilan, dan sikap
petani tersebut masuk ke dalam kategori baik. Maka hal yang perlu di lakukan
yaitu mengedukasi kesehatan mengenai hipertensi kepada petani tersebut dengan
melibatkan lintas program atau tenaga kesehatan lainya agar pola hidup yang
sehat tetap terjaga dan tidak menimbulkan parahnya hipertensi.

16
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas Hipertensi merupakan keadaan yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik (TDS) maupun tekanan
darah diastolik (TDD) ≥140/90 mm Hg (Tedjasukmana, 2012). Ada
beberapa faktor risiko terjadinya hipertensi seperti, merokok, jarang
berolahraga, sering mengkonsumsi makanan asin, hipertensi memiliki
beberapa gejala seperti pusing, lemas, mual muntah.
Selain itu berdasarkan literatur jurnal di dapatkan bahwasannya ada
keterkaitan antara faktor risiko dengan terjadinya hipertensi yang ada
wilayah Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Hal ini dikarenakan pada jurnal
tersebut menyebutkan bahwasanya gaya hidup yang tidak sehat dapat
mempengaruhi terjadinya hipertensi. Selain itu dapat di lihat juga dari kasus
yang ada di masyarakat sekitar, contohnya pada petani yang ada di Desa
Karang Kedawung Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah di paparkan, kami berharap setelah
mempelajari mengenai epidemologi penyakit tidak menular seperti hipertensi
dapat menambah wawasan kita mengenai apa itu hipertensi serta tanda gejala
yang muncul, dan mampu mengerti mengenai kasus-kasus yang terjadi di
masyarakat sekitar.

17
DAFTAR PUSTAKA

Debby, A. et al. (2021) „Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada
Petani di Wilayah Kerja Puskesmas Panti Kabupaten Jember kalangan
pekerja ( Jannah , 2018 ). Namun , selama ini penelitian yang berkaitan
dengan petani‟, 09(1), pp. 48–60.
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember (2020) „in As Eh H Ka N Bu 20 P 20 At At
Be in As Eh 20 P 20 At‟.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2020) „Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Timur 2019‟, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, p. tabel 53.
Available at: www.dinkesjatengprov.go.id.
Hasanah, U. (2019) „Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)‟, Jurnal Keperawatan
Jiwa, 7(1), p. 87. Available at: https://p2ptm.kemkes.go.id/uploads
/2016/10/Tekanan-Darah-Tinggi-Hipertensi.pdf.
Immanuela, J.F., Noveyani, A.E. and Meikalynda, A. (2023) „Epidemiolgi
Deskriptif Hipertensi di Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember‟,
SEHATRAKYAT (Jurnal Kesehatan Masyarakat), 2(1), pp. 148–159.
Available at: https://doi.org/10.54259/sehatrakyat.v2i1.1509.
Kartini, D.S. (2022) Pengantar Epidemiologi Kesehatan Masyarakat, Cv. Eureka
Media Aksara. Available at: https://medium.com/@arifwicaksanaa
/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2019) „Standar Kurikulum Pelatihan
K3 Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan‟, Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat [Preprint]. Available at: http://siakpel.bppsdmk.kemkes
.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/kurikulum_191023094130652a97b26
d00b4741788c307a95e6f82.pdf.
Perhi (2019) „Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2019‟, Indonesian Society
Hipertensi Indonesia, pp. 1–90.
S., Y.N.I. (2022) Berdamai dengan Hipertensi. Available at: https://books.
google.co.id/books?id=yAVjEAAAQBAJ&dq=hipertensi&lr=&hl=id&
source=gbs_navlinks_s.
Tedjasukmana, P. (2012) „Tata Laksana Hipertensi‟, Cdk-192, 39(4), pp. 251–
255.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi

17
Lampiran 2. Kuisioner

Anda mungkin juga menyukai