Anda di halaman 1dari 61

HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN

HIPERTENSI PADA MASYARAKAT


DI PUSKESMAS
TAHUN 2021

PROPOSAL KTI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu: Achmad Zainuri, S.Pd.I, MM

OLEH :
AMIRA RANA FAUZIA
029P.A19.002

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKES) YAPKESBI
KOTA SUKABUMI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Sang Pencipta Allah SWT yang
telah menggerakkan tangan Penulis, untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Masyarakat Di Puskesmas Tahun 2021” yang ditujukan untuk memenuhi salah
satu syarat dalam menempuh gelar Diploma III Keperawatan Poltekes
YAPKESBI Sukabumi.
Dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis memperoleh
arahan, bimbingan serta motivasi dari beberapa pihak. Untuk itu dengan segala
kerendahan hati, penyusun mengucapkan terimakasih kepada terutama kepada
Bapak Achmad Zainuri, S.Pd.I, MM, selaku dosen pengampu Mata Kuliah
Metodologi Penelitian.
Penulis menyadari proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangannya, untuk itu penulis dengan segala rasa hormat dan kerendahan hati,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
penyempurnaan dan pengembangan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita semua serta
pengembangan ilmu pengetahuan.

Sukabumi, Mei 2021

Peneliti
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................i

KATA PENGANTAR ...................................................................................vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................4

1.3 Tujuan.....................................................................................4

1.4 Ruang Lingkup Penelitian......................................................5

1.5 Kegunaan Penelitian...............................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan...............................................................8

2.1.1 Pengertian Pola Hidup Sehat......................................8

2.1.2 Tips dan Keuntungan pola hidup sehat.......................9

2.1.3 Filosofi sehat..............................................................11

2.2 Konsep Dasar Hipertensi........................................................12

2.2.1 Definisi Hipertensi .....................................................12

2.2.2 Penyebab ....................................................................14

2.2.3 Tanda dan Gejala........................................................16

2.2.4 Jenis Hipertensi...........................................................17

2.2.5 Klasifikasi Hipertensi.................................................17

2.2.6 Patogenesis ................................................................18


2.2.7 Pengukuran tekanan Darah.........................................20

2.2.8 Penatalaksanaan Hipertensi........................................22

2.2.9 Pencegahan Hipertensi................................................25

2.2.10 Komplikasi Hipertensi................................................32

2.2.11 Faktor Risiko Mempengaruhi Hipertensi...................34

2.3 Kerangka Teori.......................................................................40

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI

OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep....................................................................41

3.2 Hipotesis.................................................................................41

3.3 Definisi Operasional...............................................................42

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian..............................................................43

4.2 Variabel Penelitian..................................................................43

4.3 Populasi dan Sample Penelitian..............................................44

4.4 Instrumen Penelitian...............................................................46

4.5 Metode Pengumpulan Data.....................................................48

4.6 Pengolahan Data.....................................................................48

4.7 Analisa Data............................................................................50

4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................53

4.9 Etika Penelitian.......................................................................54

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi yaitu meningkatnya tekanan darah dari arteri yang sifatnya

sistemik atau berlangsung terus menerus untuk jangka waktu yang lama.

Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba, melainkan melalui proses yang cukup lama.

Tekanan darah yang tinggi dan tidak terkontrol untuk periode tertentu dapat

menyebabkan tekanan darah meninggi permanen yang disebut dengan

hipertensi (Lingga, 2014)

Data WHO 2017 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia

menderita hipertensi. Ini berarti, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis

menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi. Jumlah para penderita

hipertensi di dunia mengalami peningkatan disetiap tahunnya, diperkirakan

pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi.

Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi

dan komplikasi. (kemenkes RI, 2020). WHO melaporkan negara-negara

berpendapatan tinggi mepunyai jumlah penderita hipertensi yang lebih rendah

dibandingkan negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Menurut

WHO seseorang bisa mengurangi risiko hipertensi dengan cara mengurangi

asupan garam, makan makanan bergizi, olahraga yang teratur, hindari

merokok dan minum-minuman beralkohol. (Lisa Schlein, 2015)

1
2

Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas 2015, bahwa secara nasional

prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25,8%, dilihat bahwa prevalensi

hipertensi di Indonesia lebih tinggi pada perempuan yaitu sekitar 28,8% dan

pada golongan lanjut usia. prevalensi tertinggi terjadi di Bangka Belitung

(30,9%) diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%),

Jawa Barat (29,4%), dan Gorontalo (29,4%) dan yang terendah di Papua

(16,8%).Suatu kondisi yang cukup mengejutkan, Terdapat 13 provinsi yang

presentasenya melebihi angka nasional, dengan tertinggi di Provinsi Bangka

Belitung (30,9%). (infodatin, 2016 ).

Menurut National basic health survey prevalensi hipertensi d Indonesia

pada kelompok usia 15-24 tahun (8,7%), kelompok usia 25-34 tahun (14,7%),

usia 35-44 tahun (24,8%), usia 45-54 tahun (35,6%), usia 55 - 64 tahun

(45,9%) usia 65 - 74 tahun (57,6%), dan usia lebih dari 75 tahun adalah

(63,8%), dengan prevalensi yang tinggi tersebut hipertensi yang tidak disadari

jumlahnya bisa bertambah lagi. hal ini terjadi karena hipertensi dan

komplikasinya jumlahnya jauh lebih sedikit dari pada hipertensi yang tidak

ada gejala (Widjaja.dkk 2015).

Berdasarkan laporan dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat, angka

kejadian hipertensi di Provinsi Jawa Barat sebesar 29,4% atau 13.612.359

jiwa dari 46.300.543 jumlah penduduk (Dinkes Jabar, 2017)

Penelitian yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Muh.

Anwar Hafid (2016) dalam jurnal keperawatan fakultas ilmu kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dengan judul hubungan gaya


3

hidup dengan prevalensi hipertensi di puskesmas kassi-kassi kabupaten

bantaeng tahun 2016 hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan bahwa gaya hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan terjadinya

hipertensi

Dan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Meylen South,

Hendro Bidjuni, dan Reginus T. Malara dalam ejournal keperawatan (e-Kp)

Volume 2. Nomor 1. Februari 2016 dengan judul hubungan gaya hidup

dengan kejadian hipertensi di puskesmas kolongan kecamatan kalawat

kabupaten minahasa utara menunjukkan bahwa hubungan gaya hidup sangat

mempengaruhi terjadinya penyakit hipertensi.

Gaya hidup turut memengaruhi kecepatan mereka menjadi seorang

penderita hipertensi. pola diet yang tidak sehat, hidup bermalas-malasan,

memiliki kebiasaan merokok, dan mengonsumsi obat-obatan tertentu

mempercepat yang telah beresiko tinggi terhadap hipertensi untuk segera

menjadi penderita hipertensi (Lingga, 2014).

Gaya hidup dapat memicu terjadinya hipertensi. Hal ini dikarenakan gaya

hidup menggambarkan pola prilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya

memelihara kondisi fisik, mental dan sosial yang meliputi kebiasaan tidur,

konsumsi makanan yang tidak sehat, merokok atau minum-minuman

beralkohol (Lisnawati, 2013).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi pada tahun

2020 jumlah penduduk yang menderita hipertensi yang berusia >18 tahun

sebanyak 69.633 orang, dari jumlah tersebut penderita yang berjenis kelamin
4

laki-laki sebanyak 26.591 (38,19%) dan perempuan sebanyak 43.042

(61,18%).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di

puskesmas pada tanggal 10 April 2021. Angka kejadian hipertensi menduduki

urutan ke-2 dari 10 besar. Pada tahun 2020 sebanyak 2052 dan pada tahun

2021 pada bulan januari-maret sebanyak 498 penderita. Berdasarkan hasil

wawancara yang peneliti lakukan pada 6 orang penderita hipertensi mereka

mengatakan senang mengkonsumsi makanan berlemak, kadar garam tinggi,

jarang mengkonsumsi buah-buahan dan sayur, merokok, stress dan bahkan

mereka jarang atau malah ada yang tidak melakukan olahraga.

Didasarkan pada fenomena diatas peneliti tertarik untuk meneliti

“hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada masyarakat di

puskesmas tahun 2021”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka didapatkan rumusan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut adakah hubungan gaya hidup

dengan kejadian hipertensi pada masyarakat di wilayah Puskesmas tahun

2021?
5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan gaya hidup dengan kejadian

hipertensi pada masyarakat di wilayah Puskesmas tahun 2021

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gaya hidup masyarakat wilayah Puskesmas

tahun 2021

2. Untuk mengetahui kejadian hipertensi di wilayah Puskesmas

tahun 2021

3. Untuk mengetahui hubungan gaya hidup dengan kejadian

hipertensi pada masyarakat di wilayah Puskesmas tahun 2021

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan gaya

hidup dengan kejadian hipertensi pada masyarakat di wilayah puskesmas .

Karena penderita penyakit hipertensi pada masyarakat di wilayah puskesmas

pada tahun 2021 cukup banyak. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh

masyarakat yang menderita penyakit hipertensi di wilayah puskesmas

sebanyak 498 orang. Penelitian ini akan dilaksanakan di puskesmas pada

bulan april – mei tahun 2021. Penelitian ini akan menggunakan metode

deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional

1.5 Kegunaan Penelitian


6

1.5.1 Guna Teoritis (keilmuan)

1. Institusi Pendidikan (Poltekes Yapkesbi)

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk

menambah ilmu dan meningkatkan wawasan pengetahuan tentang

ilmu keperawatan khususnya hipertensi dan juga sebagai

tambahan referensi kepustakaan untuk penelitian lebih lanjut

2. Peneliti

Manfaat yang bisa diperoleh bagi peneliti adalah dapat

menambah pengetahuan khususnya mengetahui tentang sejauh

mana hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi

1.5.2 Guna Praktis

1. Responden

Sebagai penambah pengetahuan atau informasi bagi

masyarakat mengenai hubungan gaya hidup terhadap penyakit

hipertensi
7

2. Instansi (puskesmas)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam

meningkatkan kegiatan penyuluhan atau pemberian pendidikan

kesehatan khususnya tentang hipertensi. Dan diharapkan dapat

digunakan untuk data dasar penelitian selanjutnya agar penyakit

hipertensi dapat diatasi dan dapat terus berkembang dengan lebih

baik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gaya Hidup

2.1.1 Pengertian Pola Hidup Sehat

Pola hidup sehat yaitu gaya hidup yang memperhatikan suatu

faktor-faktor tertentu yang dapat memengaruhi kesehatan, yaitu

seperti olahraga dan makanan. Beberapa gaya hidup yang dapat

merusak kesehatan. Untuk mendapatkan tubuh yang sehat, tidak harus

selalu dengan pola hidup yang selalu mahal. Semua dapat diperoleh

dengan mudah dan murah. Untuk memperoleh hidup yang sehat harus

diawali dengan perubahan yang kecil terlebih dahulu.

Mencegah sakit adalah lebih mudah dan murah daripada

mengobati seseorang apabila jatuh sakit. Salah satu cara untuk

mencegah hal tersebut adalah dengan cara bergaya hidup sehat. Gaya

hidup sehat merupakan segala suatu upaya untuk menerapkan

kebiasaan yang baik untuk mendapatkan hidup yang sehat dan

menghindarkan diri kebiasaan buruk yang dapat mengganggu

kesehatan. Dengan semakin bertambah banyaknya penderita penyakit

tidak menular (degeneratif) seperti kanker, tekanan darah tinggi, sakit

jantung, stress dan penyakit lainnya yang tidak menular yang

disebabkan karena gaya hidup tidak sehat, maka untuk

menghindarinya perlu dilakukan gaya hidup yang sehat setiap harinya.

8
9

2.1.2 Tips dan Keuntungan pola hidup sehat

Tips pola hidup sehat, Yaitu :

1. Kurangi makanan yang berlemak tinggi, seperti mentega,

margarine, dan santan. Lebih baik jika mendapatkan asupan

lemak yang alami seperti dari biji-bijian atau kacang-kacangan.

Lupakan jeroan, otak, makanan berkuah santan kental, kulit ayam,

dan kuning telur. Pilihlah tanpa lemak, makanan berkuah bening,

susu rendah lemak, susu kedelai, yogurt, putih telur, dan ikan

sebagai sumber protein yang baik.

2. Hindari bahan pangan atau bahan pengawet yang dalam jangka

panjang dapat menjadi pemicu kanker

3. Pilih makanan atau minuman yang berwarna putih alami (bukan

di-bleach). Gunakan pewarna dari bahan makanan misalnya

warnet coklatnya daribubuk coklat, merahnya strawberry,

kuningnya kunyit, dan hijaunya daun suji. Jangan menambahkan

saus kecap, garam dan bumbu-bumbu penyedap secara

berlebihan. Perbanyak makan buah dan sayuran.

4. Teknik pengolahan makanan juga mempengaruhi mutu makanan.

Pilih makanan dengan metode memasak dikukus, direbus, atau

ditumis dengan sedikit minyak.

5. Perbanyak minum air putih, mineral 8 gelas sehari, hindari

minuman beralkohol, bersoda dan minuman dengan kandungan


10

gula dan kafein tinggi. Jus sayuran dan buah baik untuk menjaga

dan memelihara kesehatan tubuh.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan setiap harinya, yaitu :

1. Makan aneka ragam makanan

2. Melakukan aktifitas fisik secara teratur

3. Mengendalikan stress

4. Hindari NAPZA (Narkotik, Psikotropika, dan zat adiktif lainnya)

5. Tidak melakukan hubungan seksual diluar nikah

Keuntungan yang bisa didapat dari bergaya hidup sehat, yaitu :

1. Merasa tenteram, aman dan nyaman memiliki percaya diri, hidup

seimbang, tidur nyenyak

2. Berpenampilan lebih sehat dan ceria

3. Sukses dalam pekerjaan

4. Menikmati kehidupan social dilingkungan keluarga, handal taulan

dan tetangga.

Dari berbagai diatas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup

adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan,

minat dan pendapatannya dalam membelanjakan uangnya dan

bagaimana mengalokasikan waktu. Gaya hidup dapat

menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi

dengan lingkungannya. Hidup yang sehat dan berkualitas tidak

dapat tercapai begitu saja melainkan harus dilatih setiap hari. Oleh

karena itu, harus ada perencanaan matang dan seimbang dengan


11

memperhatikan sudut potitip dan realistis potensi anda. Pikiran

yang sehat, sikap, perasaan, dan pikiran mempengaruhi kesehatan

seseorang.

2.1.3 Filosofi sehat

Sebagai bentuk dari proses tumbuh dan berkembang, manusia

perlu pola hidup yang sehat untuk meningkatkan kualitas dirinya agar

dapat hidup lebih lama dengan sehat dan mandiri. Kehidupan yang

lebih baik juga nantinya akan didapat jika manusia mampu memenuhi

kebutuhan tubuhnya dengan sumber makanan yang sehat dan tidak

terkontaminasi bahan makanan kimia yang dapat merusak fungsi

organ tubuh mereka. Berbicara tentang pola hidup sehat, hal ini tidak

hanya memfokuskan pada sumber makanan sehatnya saja, tetapi juga

terkait dengan kebiasaan yang sehat dalam menjalani kehidupan dan

tidak kalah penting juga yaitu memiliki pola piker yang positif.

Manusia tentunya disibukan dengan beragam aktivitas yang

merupakan konsekuensi atas pemenuhan kebutuhan hidup mereka.

Aktivitas tersebut beragam, termasuk salah satunya dengan bekerja

yang ditujukan untuk memperoleh hasil dalam memenuhi kebutuhan

hidup mereka. Namun terkadang manusia juga lupa bahwa tubuhpun

membutuhkan asupan gizi yang sehat demi menyeimbangkan aktivitas

mereka yang sangat padat dan beragam tersebut. Sebagian kebiasaan

hidup seseorang yang kurang baik juga merupakan pemicu bagi


12

gagalnya pola hidup sehat karena tidak memperhatikan seberapa

penting asupan tersebut untuk tubuh.

Untuk itu, manusia disarankan untuk mengonsumsi makanan

sehat dan bergizi karena hal itulah yang sangat dibutuhkan tubuh,

terlebih jika badan dalam keadaan capek atau sakit. Tidur yang cukup

juga dapat menjadi alternatif untuk menciptakan pola hidup sehat

karena saat melakukan ini, otak dan otot yang setelah seharian bekerja

dapat berelaksasi dan beristirahat. Selain itu, olahraga yang rutin juga

bisa membantu untuk menurunkan lemak dan kolesterol sehingga

timbunan lemak yang dapat memicu berbagai penyakit timbul bisa

dihindari. Tidak membiasakan diri untuk merokok, mengkonsumsi

alkohol dan kafein juga mampu melindungi tubuh dari bahaya nikotin

yang jelas merusak sistem pernafasan dan jantung manusia.

2.2 Konsep Dasar Hipertensi

2.2.1 Definisi Hipertensi

Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan suatu peningkatan

tekanan darah didalam arteri. Hiper artinya berlebihan, sedangkan

tensi artinya tekanan atau tegangan. Untuk itu, hipertensi merupakan

tekanan darah atau denyut jantung yang lebih tinggi dibandingkan

dengan normal karena penyempitan pembuluh darah atau gangguan

lainnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia)


13

Menurut Ignatavicius yang dikutip oleh Udjianti (2012)

mengatakan bahwa hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah

sistolik di atas 140 mmHg dan atau tekanan diastolic diatas 90 mmHg

yang terjadi pada seorang klien

Hipertensi bisa dicatat sebagai tekanan sistolik dan diastolic.

Tekanan sistolik merupakan tekanan darah maksimum dalam arteri

yang disebabkan sistoleventricular. Hasil pembacaan tekanan sistolik

menunjukkan tekanan atas yang nilainya lebih besar. Sedangkan

tekanan diastolik merupakan tekanan minimum dalam arteri yang

diakibatkan diastoleventricular (Widyanto, S. dan Triwibowo, C.,

2015). Menurut Djoko santoso (2012) Hipertensi menunjukkan

kondisi dimana aliran darah pada arteri bertekanan sangat tinggi untuk

tubuh yang sehat.

Hipertensi sama untuk semua golongan usia dan pengobatannya

didasarkan bukan atas usia akan tetapi pada tingkat tekanan darah dan

adanya untuk resiko kardiovaskular yang ada pada pasien (Aru, 2012)

Hipertensi adalah suatu kondisi saat nilai tekanan sistolik lebih

tinggi dari 140 mmHg atau nilai tekanan diastolic lebih tinggi dari 90

mmHg. Menurut InaSH (Perhimpunan Hipertensi Indonesia), untuk

menegakkan diagnosis hipertensi perlu untuk melakukan pengukuran

tekanan darah minimal dua kali dengan jarak sekitar satu mingguan

apabila didapat tekanan darah <160/100 mmHg. (Garnadi,2014).


14

Jadi, hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat

abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda.

Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia dan gejalaa yang timbul.

Namun, secara umum seseorang dianggap mengalami hipertensi jika

tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg.

2.2.2 Penyebab

Banyak faktor yang dapat memicu terjadinya hipertensi,

walaupun sebagian besar (90%) hipertensi tidak diketahui

penyebabnya (hipertensi essensial). Penyebab tekanan darah

meningkat yaitu meningkatnya kecepatan denyut jantung, peningkatan

resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi, dan meningkatnya

volume aliran darah. Faktor gizi juga sangat berhubungan dengan

terjadinya hipertensi melalui beberapa mekanisme. Aterokslerosis

adalah penyebab utama terjadinya hipertensi yang berhubungan

dengan diet seseorang. Namun, faktor usia juga ikut berpengaruh

karena pada usia lanjut (lansia) pembuluh darah cenderung menjadi

kaku dan elastisitasnya berkurang. Faktor pemicu hipertensi dapat

dibedakan atas faktor yang tidak dapat dikontrol, seperti keturunan,

jenis kelamin, dan umur, serta faktor yang dapat dikontrol, seperti

gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, kurang berolahraga, merokok,

konsumsi garam, stres, dan minum minuman beralkohol

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua

golongan, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi


15

primer dialami lebih dari 90% pengidap hipertensi, hipertensi primer

merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, biasanya

berhubungan dengan faktor keturunan dan lingkungan, sedangkan

10% sisanya mengalami hipertensi sekunder, hipertensi sekunder

merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui secara pasti,

misalnya gangguan pembuluh darah dan penyakit ginjal.

Meskipun hipertensi primer belum diketahui penyebabnya

secara pasti, namun data penelitian telah menemukan sejumlah faktor

yang sering kali menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut

antara lain :

1. Faktor keturunan. Berdasarkan data statistic, terbukti bahwa

seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk

mendapatkan hipertensi jika orang tuanya merupakan pengidap

hipertensi.

2. Ciri perseorangan. Ciri perseorangan yang mempengaruhi

timbulnya hipertensi yaitu usia (jika usia makin bertambah maka

tekanan darah pun semakin meningkat), jenis kelamin (pria lebih

tinggi dibandingkan dengan wanita), dan ras (kulit hitam lebih

banyak dibandingkan dengan kulit putih)

3. Kebiasaan hidup. Kebiasaan hidup yang sering kali menyebabkan

timbulnya hipertensi yaitu mengonsumsi garam yang tinggi (kebih

dari 2,3 gr/hari, kegemukan, diabetes, stres, dan pengaruh lain,

misalnya merokok dan mengonsumsi alcohol.


16

2.2.3 Tanda dan Gejala

Gejala penyakit hipertensi adalah gejala umum tetapi tidak dapat

dijadikan sebagai patokan bahwa seseorang yang mengalami gejala

tersebut menderita penyakit hipertensi, karena pada kenyataannya

gejala-gejala tersebut juga dapat dialami pada orang yang memiliki

tekanan darah normal. Sebagian besar penderita hipertensi tidak

merasakan gejala kenaikan darah Karena pada dasarnya memang sifat

dari tekanan darah itu senantiasa dapat berubah-ubah dari jam kejam.

Tanda dan gejala hipertensi secara umum antara lain:

1. Sakit kepala atau punggung

2. Perubahan penglihatan seperti pandangan menjadi kabur yang

terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan

ginjal.

3. Perdarahan hidung

4. Mual muntah

5. Nyeri dada

6. Sesak nafas

7. Kesemutan pada kaki dan tangan

8. Gelisah

9. Kelelahan

10. Kejang atau koma


17

2.2.4 Jenis Hipertensi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi dua jenis yaitu :

1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang

tidak/belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih

90% dari seluruh hipertensi)

2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/sebagai

akibatdari adanya penyakit lain. Pada sekitar 5-10% seorang

penderita hipertensi, penyebabnya merupakan penyakit ginjal.

Pada 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau

pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB)

2.2.5 Klasifikasi Hipertensi

Tabel 2.1
Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut The joint
National Committee on the Detection and Treatment of
Hipertension
Tekanan Darah Tekanan Darah
Kategori
Sistolik Diastolik
Normal <120 mmHg < 80 mmHg
Pre-Hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensistadium 2
≥160 mmHg ≥ 100 mmHg
(Berbahaya)
Sumber : Kowalski E Robert, 2012
Menurut WHO (World Health Organization) batas normal

tekanan darah adalah 120-140 mmHg sistolik dan 80-90 mmHg

diastolic. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan

darahnya >140/90 mmHg.


18

Tabel 2.2
Klasifikasi tekanan darah menurut WHO
Sistolik Diastolik
Klasifikasi
(mmHg) (mmHg)
Normotensi <140 <90
Hipertensi ringan 140-180 90-105
Hipertensi Perbatasan 140-160 90-95
Hipertensi sedang dan berat >180 >105
Hipertensi Sistolik terisolasi >140 <90
Hipertensi Sistolik perbatasan 140-160 <90
(Sumber : Arif Mansjoer dkk, 2014)

Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor resiko

untuk stroke, serangan jantung, dan merupakan penyebab utama gagal

jantung kronis. Hipertensi merupakan gejala yang biasanya terjadi

seiring dengan pertambahan usia seseorang. Penyakit ini dikenal juga

sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang siapa

saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial ekonomi.

2.2.6 Patogenesis

Meningkatnya tekanan darah di dalam saluran arteri bisa

terjadimelalui beberapa cara, yaitu : jantung memompa lebih kuat

sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya, arteri

besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka

tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui

arteri tersebut, karenaya darah pada setiap denyut jantung dipaksa

untuk melalui pembuluh darah yang sempit daripada biasanya dan

menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut,

dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena

arteriosclerosis.
19

Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat

terjadi fasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara

waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormone didalam

darah.

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan

meningkatnya tekanan darah, hal ini terjadi jika terdapat kelainan

fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan

air dari dalam tubuh, volumedarah dalam tubuh meningkat, sehingga

tekanan darah juga meningkat, sebaliknya jika : aktivitas memompa

jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar

dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.

Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh

perubahan didalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari

system saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara : jika

tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam

dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali

normal. jika tekanan darah menururun, ginjal akan mengurangi

pembuangan garam dan air sehingga volume darah bertambah dan

tekanan darah kembali normal. ginjal juga bisa meningkatkan tekanan

darah dengan menghasilkan enzim yang disebut rennin, yang memicu

pembentukan hormone angiotensin, yang selanjutnya akan memicu

pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ penting dalam


20

mengendalikan tekanan darah, karena itu berbagai penyakit dan

kelainan pada ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah

tinggi.

Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal

(stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan atau

juga cedera pada salah satu bagian atau kedua ginjal juga dapat

menyebabkan naiknya tekanan darah.

Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari system saraf

otonom, yang untuk sementara waktu akan : meningkatkan tekanan

darah selama respon fight –or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap

ancaman dari luar). Bisa meningkatkan kecepatan dan kekuatan

denyut jantung; dan juga mempersempit sebagian besar arteriola,

tetapi memperlebar arteteriola didaerah tertentu (misalnya otot

rangka,yang memerlukan pasokan darah lebih banyak). Mengurangi

pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan

volume darah dalam tubuh. Melepaskan hormone epineprin

(adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin) yang merangsang jantung

dan pembuluh darah.

2.2.7 Pengukuran tekanan Darah

Mengukur tekanan darah umumnya dengan sfigmomanometer

dengan komponen manset, alat pompa,. Mansetnya berukuran standart

dilingkarkan pada lengan atas dan kemudian diisi dengan udara yang

cukup untuk menekan arteri. Pada kondisi tersebut aliran darah


21

berhenti sesaat. Kemudian udara dilepaskan perlahan-lahan hingga

darah mulai mengalir kembali melalui arteri, lalu dengarkan lewat

stetoskop. Suara denyut yang terdengar diawal atau pertama

merupakan tekanan darah sistolik. Dalam fase ini bilik jantung dalam

kondisi menguncup. Seiring semakin besarnya udara yang dikeluarkan

darah manset, hingga tercapai arteri terbuka sepenuhnya, pada saatini

aliran darah mengalir lancar dan suara denyutan arteri menghilang.

Tekanan ketika suaradenyutan terakhir menghilang dinamakan

tekanan darah diastolik. Selama fase diastolik, bilik jantung dalam

kondisi mengembang. Dari dua hasil pemeriksaan tekanan darah,

kedua nilai itu seakan dinyatakan dengan angka pecahan. Sebagai

contoh, “120/80” mmHgmenunjukan tekanan darah sistolik 120

mmHg dan diastolic 80 mmHg. Angka atas menunjukan tekanan

sistolik, yaitu besarnya tekanan pada arteri ketika jantung menguncup

dan darah didorong ke dalam aorta.

Angka bawah menunjukan tekanan diastolic, yaitu sisa

tekananyang ada pada arteri antara dua denyut jantung ketika otot

jantung mengembang dan mengisi darah. Selama waktu ini tekanan

darah tutun. Tekanan darah yang diperiksa ketika berbaring, duduk

atau berdiri biasanya serupa. Pengukuran tekanan darah yang idel

adalah saat duduk, diam (santai), tanpa bicara, karena itu

mencerminkan keseharian seseorang (Santoso, 2012)


22

2.2.8 Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan dari hipertensi terdiri dari penatalaksanaan non

farmakologi dan penatalaksanaan farmakologi. Karena, pada beberapa

orang, perubahan gaya hidup saja tidak cukup untuk menurunkan

tekanan darah, sehingga perlu diberikan obat-obatan. Obat hipertensi

bisa bekerja dengan berbagai cara, seperti menyingkirkan kelebihan

garam dan cairan dari dalam tubuh, merelaksasikan atau

memperlambat detak jantung, dan melebarkan pembuluh darah

(WHO, 2015) adalah:

1. Terapi Farmakologi

1) Diuretik

Obatan jenis diueretik bekerja dengan cara mengeluarkan

cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh

berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi

lebih ringan. Diuretic mengobati hipertensi dengan

meningkatkan ekskresi natrium dan air melalui ginjal. Hal ini

mengurangi volume dan aliran balik vena, sehingga

mengurangi curah jantung (Casey, 2013). Diuretic

menurunkan tekanan darah dengan mengurangi volume darah

dan curah jantung, tahanan vaskuler periver mungkin

meningkat. Setelah 6-8 minggu curah jantung kembali ke

normal dan vaskuler periver. Diuretic efektif menurunkan

tekanan darah sebesar 10-15 mmHg pada sebagian besar


23

pasien diuretik sendiri sering memberikan hasil pengobatan

yang memadai bagi hipertensi essensial ringan dan sedang

(Katzung, 2013) Contoh obatnya adalah : Hidroklorotiazid

2) Beta Bloker

Cara kerja obat anti-hipertensi ini yaitu melalui

penurunan daya pompa jantung. Jenis beta bloker tidak

dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap

gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya

adalah: Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada

seseorang yang mempunyai penyakit diabetes mellitus harus

berhati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia

(yaitu kondisi dimana kadar gula dalam darah dapat turun

menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi

penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme

(penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian

obatnya harus berhati-hati.

3) Calsium Channel Blocker

Efek dari kalsium ekstra selular adalah pada kontraksi

otot polos jantung dan pembuluh darah. Obat yang

menghalangi masuknya kalsium kedalam otot-otot polos akan

mengurangi kontraksi dan juga sistem konduksi jantung.

Obat Calsium Channel Blocker adalah paling efektif dalam

mengurangi variabilitas pada tekanan darah. Yang termasuk


24

dalam golongan ini adalah: Prasosin, Hidralasin,. Efek

samping dari obat ini yang mungkin dapat terjadi yaitu:

pusing dan sakit kepala.

4) Angiotensin Converting Enzim (ACE Inhibitor)

Pada ACE Inhibitor contoh obatnya adalah enapril,

captropril, lisinopril dan obat lain di golongan ini

menurunkan pembentukan angiotensin II (zat yang dapat

menyebabkan peningkatan tekanan darah). Dengan ekskresi

ACE Inhibitor akan mengurangi retensi natrium dan air,

mengurangi volume darah, terjadi vasodilatasi terutama

diotak, jantung dan ginjal serta menurunkan TPR (Casey,

2013). Efek samping yang kemungkinan timbul dari

pemberian obat ini yaitu : pusing, lemas, batuk kering dan

sakit kepala.

2. Terapi Non Farmakologi

1) Olahraga

Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan

hipertensi, karena olahraga isotonic (seperti: bersepeda,

joging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran

darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga

juga dapat digunakan untuk mengurangi atau mencegah

obesitas dan mengarungi asupan garam kedalam tubuh (tubuh

yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).


25

Melakukan olahraga seperti senam aerobic atau jalan cepat

selama 30-45 menit sebanyak minimal 3-4 kali seminggu,

dapat menolong penurunan tekanan darah.

2) Mengurangi Asupan Garam Kedalam Tubuh

Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan

makan penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis

akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini sebaiknya tidak

dipakai untuk pengobatan tunggal, tetapi lebih baik

digunakan sebagai pelengkap atau tambahan pada

pengobatan farmakologis.

3. Pola hidup

Mengubah gaya hidup merupakan suatu terapi atau

pendekatan yang begitu bermanfaat untuk mengatasi tingginya

tekanan darah (Lumbatobing, 2014)

2.2.9 Pencegahan Hipertensi

Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang

baik dan aktifitas fisik yang cukup. Hindari kebiasaan lainnya seperti

merokok dan mengkonsumsi alkohol di duga berpengaruh dalam

meningkatkan resiko hipertensi walaupun mekanisme timbulnya

belum diketahui pasti.

Ramayulis (2012) menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan

dalam upaya menurunkan atau mencegah hipertensi adalah dengan

memodifikasi gaya hidup sehat, yaitu :


26

1. Kurangi Makanan Berkolesterol Tinggi

Mengurangi atau membatasi makanan yang mengandung

lemak kolesterol tinggi, makanan berminyak, santan, goreng-

gorengan. Mengonsumsi makanan berserat tinggi, seperti buah-

buahan dan sayur-sayuran.

2. Penurunan berat badan

Hubungan hipertensi dengan berat badan lebih sangat kuat.

Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang diperlukan

untuk mengantarkan oksigen dan makanan kejaringan tubuh.

Artinya, volume darah yang berada di pembuluh darah bertambah

sehingga memberi tekanan yang lebih besar pada dinding

pembuluh darah dan arteri.

Penelitian lain menunjukkan bahwa tumpukan lemak diperut

berhubungan dengan resiko hipertensi. Selain itu, kelebihan

lemak dibagian atas tubuh juga beresiko terhadap dyslipidemia,

diabetes, dan peningkatan angka kematian pada pasien sakit

jantung koroner. Tidak hanya tumpukan lemak diperut dan bagian

atas tubuh, lingkaran pinggang juga menjadi faktor resiko, yaitu

bagi yang mempunyai lingkar pinggang >86 cm pada wanita dan

>99 cm pada pria (Ramayulis, 2012)

3. Olahraga

Menentukan olahraga untuk lansia tidak dapat disamakan

dengan olahraga muda-mudi. Sebagian besar orang yang sudah


27

menginjak usia 65 tahun keatas memang dianjurkan mengurangi

aktivitas berat, tetapi bukan berhenti begitu saja. Pasalnya,

beraktivitas di masa senja memberikan sejumlah manfaat, seperti

keseimbangan tubuh yang lebih stabil, mencegah penyakit,

hingga menjaga ketajaman mental. Ada banyak pilihan jenis

olahraga atau aktivitas fisik untuk lansia yang dapat disesuaikan

dengan kebutuhan. Untuk intensitas sedang, misalnya, jalan kaki

jarak dekat, membersihkan rumah, bersepeda santai, naik tangga,

hingga berkebun. Sementara itu, aktivitas berat meliputi

berenang, tai chi, yoga, jogging, jalan cepat, menggendong anak,

sampai bulu tangkis.

Olahraga secara teratur selain dapat mengurangi stres, juga

dapat menurunkan berat badan, membakar lebih banyak lemak

didalam darah, dan memperkuat otot jantung (Vitahealth, 2011)

4. Pembatasan Asupan Lemak Jenuh

Konsumsi lemak berlebihan dapat meningkatkan kejadian

hipertensi, terutama ada asupan lemak jenuh dan kolestrol.

Terdapat dua mekanisme yang dapat menjelaskan hubungan

asupan lemak dengan hipertensi, yaitu sebagai berikut :

a. Asupan lemak berlebihan dapat meningkatkan berat badan.

Semakin besar massa tubuh maka semakin banyak darah

yang dibutuhkan untuk menyampaikan oksigen dan zat gizi

ke jaringan tubuh.
28

b. Asupan lemak jenuh berlebihan mengakibatkan kadar lemak

dalam tubuh meningkat., terutama kolestrol. Kolestrol yang

berlebih akan menumpuk pada dinding pembuluh darah yang

mengakibatkan penyumbatan aliran darah yang

mengakibatkan peningkatan tekanan darah.

Asupan lemak yang dianjurkan adalah 27% dari total energi

dan 6% adalah jenis jelamk jenuh, dan kebutuhan koletrol

yang dianjurkan yaitu <300mg/hari (Ramayulis, 2012)

5. Diet rendah garam (sasaran <5 gr/hari)

Hasil penelitian epidemiologi dengan rancangan control acak

menjelaskan bahwa individu yang berusia >45 tahun dengan

konsumsi rendah natrium akan mengalami penurunan tekanan

darah 2,2-6,3 mmHg.

6. Kesemibangan kalium / potassium

Kecukupan asupan kalium dapat memelihara tekanan darah

dan membuat perubahan positif pada tekanan darah pasien

hipertensi. Sebaliknya, jika seseorang mengalami difisiensi

kalium, maka akan menyebabkan terjdinya peningkatan tekanan

darah. Asupan kalium yang dianjurkan sebesar > 3500mg/hari.

Komite nasional pengobatan hipertensi menganjurkan beberapa

hal berikut mengenai konsumsi kalium dan potassium.


29

a. Konsumsi potassium diplasma harus dipelihara dengan

mengonsumsi makanan sumber potassium seperti buah-

buahan segar dan sayuran.

b. Jika penderita hipertensi mengalami hypokalemia (rendah

kalium dalam darah) selama menjalani terapi diuretic maka

dibutuhkan suplementasi potassium.

Kalium terdapat disemua makanan yang berasal dari

tumbuhan dan hewan. Sumber utamanya adalah makanan mentah

dan segar, terutama buah dan sayuran serta kacang-kacangan.

Berikut ini nama bahan makanan yang tinggi kalium

diurutkan mulai dari kandungan tertinggi per penukarnya:

kentang, bayam, jambu monyet, jambu biji, singkong, kacang

kedelai, pisang, durian, kacang merah, kacang hujau, selada,

wortel, tomat, papaya, kelapa, jeruk manis, semangka, alpukat,

nasi, manga,nanas, kacang tanah, dan anggur (Ramayulis, 2012)

7. Keseimbangan kalsium

Pada kebanyakn penelitian epidemiologi, ada hubungan

terbalik antara asupan kalsium dengan tekanan darah.

Peningkatan asupan kalsium dapat menurunkan tekanan darah.

Makanan sumber kalsium utama adalah susu dan hasil olahan

seperti keju, ikan, kacang-kacangan dan sayuran hijau. Pada

pasien hipertensi, penggunaan susu yang sudah di kalengkan atau

dikemas, dan ikan teri asin sebagai sumber kalsium tidak


30

dianjurkan. Namun pasien hipertensi dapat mengonsumsi susu

segar yang belum diawetkan. Selain itu, penggunaan ikan teri asin

dapat diganti dengan ikan teri tawar (Ramayulis, 2012)

8. Keseimbangan magnesium

Beberapa penelitian menunjukan bahwa ada beberapa

hubungan antara asupan magnesium yang rendah dengan tekanan

darah yang tinggi. Namun komite nasional tidak menganjurkan

mengonsumsi magnesium dalam jumlah yang tinggi sebagai

upaya penurunan tekanan darah. Asupan magnesium yang

dianjurkan >200-500 mg/hari. Kekurangan asupan magnesium

dapat menyebabkan kejang pada pembuluh darah arteri. Hal ini

berkaitan dengan kenaikan tekanan darah dan sensitivitas

terhadap natrium (Ramayulis, 2012)

9. Berhenti Merokok

Menghisap rorkok berarti menghisap nikotin dan karbon

monoksida. Nikotin akan masuk kedalam aliran darah dan segera

mencapai otak. Otak akan meberi sinyal kepada kelenjar untuk

melepas hormone adrenalin. Hormone adrenalin akan

menyempitkan pembuluh darah sehingga terjadi tekanan yang

lebih tinggi. Gas karbon monoksida dapat menyebabkan

pembuluh darah tegang dan kondisi kejang otot sehingga tekanan

darah naik. merokok 2 batang mengakibatkan peningkatan

tekanan darah sitolik & diastolik sebesar 10 mmHg. Peningkatan


31

tekanan darah akan menetap hingga 30 menit setelah berhenti

menghisap rokok. saat efek nikotin perlahan menghilang tekanan

darah pun menurun perlahan. namun pada perokok berat tekanan

darah akan selalu berada pada level tertinggi (Ramayulis, 2012)

10. Manajemen Stres

Stres adalah respon alami dari tubuh dan jiwa seseorang

mengalami tekanan dari lingkungan. Stres yang berkepanjangan

akan menyebabkan ketegangan dan kekhawatiran terus menerus.

Akibatnya, tubuh akan melepaskan hormone adrenalis dan

memacu jantung berdenyut lebih cepat dan lebih kuat sehingga

tekanan darah akan meningkat.

Saat stres dating, manajemen stres seperti melakukan latihan

pernapasan, yoga, meditasi, dan distraksi sangat dibutuhkan untuk

membuat tubuh rileks (Ramayulis, 2012)

11. Berhenti Konsumsi alcohol

Efek dari mengkonsumsi alkohol yaitu dapat merangsang

terjadinya hipertensi karena adanya peningkatan sintesis

katekolamin yang dalam jumlah besar dapat memicu kenaikannya

tekanan darah.

12. Memerikasakan tekanan darah secara periodic

Pemeriksaan sebulan sekali sangat dianjurkan, atau sewaktu-

waktu bila terjadi kondisi yang tidak wajar, missal yaitu pusing

atau gejala-gejala sakit yang lain.


32

2.2.10 Komplikasi Hipertensi

Penderita hipertensi beresiko terserang penyakit lain yang timbul

kemudia. Dalam jangka panjang, jika hipertensi tidak dikendalikan

akan berdampak pada timbulnya komplikasi penyakit lain. Komplikasi

Hipertensi pada organ lain dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal,

perdarahan selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah

diotak, dan kelumpuhan. Berikut komplikasi penyakit yang dapat

timbul atau menyertai hipertensi.

1. Stroke

Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

pecahnya pembuluh darah otak(stroke). Stroke sendiri merupakan

kematian jaringan otak yang terjadi karena berkurangnya aliran

darah dan oksigen keotak. Biasanya kasus seperti ini terjadi

dengan mendadak dan dapat menyebabkan kerusakan otak dalam

beberapa menit (complete stroke)

2. Gagal jantung

Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung

bekerja lebih berat untuk memompa darah dan menyebabkan

pembesaran otot jantung kiri sehingga jantung mengalami gagal

fungsi. Pembesaran pada otot jantung kiri disebabkan karena

kerja keras jantung untuk memompa darah.


33

3. Gagal Ginjal

Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam

ginjal tertekan dan akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak.

Akibatnya fungsi ginjal menurun hingga mengalami gagal ginjal.

Terdapat dua jenis kelainan ginjal akibat dari hipertensi, yaitu

nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna.

Nefrosklerosis benigna terjadi pada hipertensi yang sudah

berlansung lama sehingga terjadi pengendapan pada pembuluh

darah akibat proses penuaan. Hal ini dapat menyebabkan

permeabilitas (kelenturan) dinding pembuluh darah menurun atau

berkurang. Sementara itu, nefrosklerosis maligna adalah kelainan

ginjal yang ditandai dengan naiknya tekanan diastole diatas 130

mmHg yang disebabkan terganggunya fungsi ginjal.

4. Kerusakan pada Mata

Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

kerusakan pembuluh darah dan saraf pada mata.

5. Ensefalopati (kerusakan otak)

Enselofati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada

hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan

yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan

tekanan kapiler dan mendorong kedalam ruang interstisium


34

diseluruh susnan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps

dan terjadi koma serta kematian (Elizabeth J Corwin, 2012).

2.2.11 Faktor Risiko Mempengaruhi Hipertensi

Menurut Rusdi (2011) penyebab dan faktor yang mengakibatkan

terjadinya hipertensi adalah:

Faktor yang tidak dapat diubah:

1. Faktor Keluarga

Keluarga yang anggotanya mempunyai sejarah tekanan

darahtinggi, penyakit kardiovaskular atau diabetes, maka biasanya

penyakit itu juga akan menurun pada anak-anaknya.

2. Jenis kelamin (gender)

Umumnya pria memiliki kemungkinan lebih besar untuk

terserang hipertensi daripada wanita. Hipertensi berdasarkan jenis

kelamin ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada

perempuan sering kali dipicu karena perilaku yang tidak sehat,

seperti merokok dan kelebihan berat badan, depresi, dan

rendahnya status pekerjaan. Akan tetapi, pada laki-laki lebih

berhubungan dengan pengangguran atau pekerjaan.

3. Faktor usia

Faktor usia juga pemicu terjadinya hipertensi. Seseorang

yang berusia 60 tahun atau lebih, juga sangat berpotensi terkena

penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi. Tekanan sistolik


35

terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus

naik sampai usia 55-60 tahun. Selain itu Hipertensi banyak terjadi

pada umut 35-44 tahun (6,3%), umur 45-54 tahun (11,9%), dan

umur 55-64 tahun (17,2%) (Kemenkes RI, 2019)

Faktor yang dapat diubah:

1. Obesitas

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa daya pompa

jantung dan sirkulasi volume darah bagi seorang penderita obesitas

dengan hipertensi lebih tinggi dibanding dengan seorang penderita

yang memiliki berat badan yang normal. Penderita obesitas

beresiko mempunyai 2-6 kali lebih besar untuk terserang hipertensi

dibandingkan dengan orang yang berat badan normal. Efek

samping obesitas yaitu: keluhan pada tulang, gangguan pada

pernapasan, kelainan kulit. pembengkakan/edema (Iskandar, 2012).

Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnya cenderung tinggi

karena seluruh organ tubuh dipacu bekerja keras untuk memenuhi

kebutuhan energi yang lebih besar jantungpun bekerja ekstra

karena banyaknya timbunan lemak yang menyebabkan kadar

lemak darah juga tinggi, sehingga tekanan darah menjadi tinggi

(Suparto, 2012)

Obesitas dapat ditentukan dari hasil indeks massa tubuh (IMT).

IMT adalah alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang

dewasa khususnya yang berkaitan dengan kelebihan dan


36

kekurangan berat badan. Perlu diketahui penggunaan IMT hanya

berlaku untuk orang dewasa yang berumur di atas 18 tahun. IMT

tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan

olahragawan (Supariasa, 2014).

Rumus untuk IMT adalah:


Berat Badan( Kg)
IMT=
[Tinggi Badan ( m ) ]²

Tabel 2.3
Klasifikasi menurut Depkes RI

Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT)


Kurus IMT <18,5
Normal IMT ≥18,5 - < 24,9
Berat Badan Lebih IMT ≥ 25,0 - < 27
Obesitas IMT ≥ 27,0
Sumber: Kemenkes, 2015

2. Mengonnsumsi garam yang tinggi

WHO (2011) menganjurkan pembatasan konsumsi garam

dapur hingga 6 gr/hari (sama dengan 2400 mg Natrium) (Sunita

Atmatsier, 2012). Berdasarkan data statistik diketahui bahwa

hipertensi jarang diderita oleh suku bangsa atau penduduk dengan

konsumsi garam yang rendah. Garam (natrium) bersifat mengikat

air pada saat garam dikonsumsi, maka garam tersebut mengikat air

sehingga air akan terserap masuk kedalam intravaskuler yang

menyebabkan meningkatnya volume darah. Apabila volume darah

meningkat, kerja jantung akan meningkat dan akibatnya tekanan

darah juga meningkat


37
38

3. Merokok

Merokok dapat merangsang system adrenergik dan

meningkatkan tekanan darah. Dan juga dapat menyebabkan

terjadinya penyempitan dalam saluran paru-paru dapat memicu

kerja ginjal dan jantung menjadi lebih cepat, sehingga naiknya

tensi darah tidak bisa dihindari (Rusdi, 2011). Zat nikotin yang

terdapat di dalam rokok dapat meningkatkan pelepasan epineprin,

yang dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan dinding arteri

karena kontraksi yang kuat (Iskandar, 2012). Menurut (Iman

Soeharto, 2014) keadaan paru-paru dan jantung mereka yang

merokok tidak dapat bekerja secara efisien.

4. Mengonsumsi Minuman Beralkohol

Mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar dapat

mengganggu dan merusak fungsi beberapa organ salah satu

diantaranya hati. Fhati akan terganggu sehingga mempengaruhi

kinerja atau fungsi jantung dan ini pada akhirnya menyebabkan

hipertensi. Alkohol juga dapat merangsang dilepaskannya epinefrin

atau adrenalin, yang membuat arteri menciut dan menyebabkan

penimbunan air dan natrium

5. Stres

Stres diduga melalui aktivitas syaraf simpatis (saraf yang

bekerja pada saat kita beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf

simpatis mengakibatkan meningkatnya tekanan darah secara


39

intermitten (tidak menentu) gangguan kepribadian yang bersifat

sementara dapat terjadi pada orang yang menghadapi keadaan yang

menimbulkan stres berat. Gangguan tersebut dapat berkembang

secara tiba-tiba atau secara bertahap (Adnil Basha, 2014). Secara

fisiologis stres dapat menyebabkan bertambahnya nadi, tekanan

darah, pernapasan dan aritmia. Selain darirespon fisiologis

pelepasan hormon adrenalin sebagai akibat stres berat bisa muncul

naiknya tekanan darah dan membekukan darah yang sehngga bisa

menjadikan serangan jantung. Adrenalin juga bisa mempercepat

denyut jantung dan menyempitkan pembuluh darah koroner

(suparto, 2012)

6. Obat-obatan

Faktor terjadinya hipertensi karena pengaruh obat-obatan

pada dasarnya lebih potensial dialami oleh kaum perempuan,

terutama mereka yang mengkonsumsi obat-obat kontrasepsi oral

(pil). Konsumsi kontrasepsi oral (pil) dapat beresiko terjadinya

perubahan metabolism lemak (lipid) darah. Efek ini tergantung

jenis dan dosis hormone dalam kontrasepsi oral bila estrogen maka

berefek lebih baik karena menaikan kolesterol HDL (Kolesterol

baik) dan menurunkan kolesterol LDL (Kolesterol buruk).

Progestinnya mempunyai efek berlawanan dengan esterogen

sehingga kejadian tekanan darah tinggi (Santoso,2012)


40

7. Konsumsi Lemak Jenuh

Kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan

peningkatan berat badan yang beresiko terjadinya hipertensi.

Konsumsi makanan yang mengandung lemak dan minyak yang

tinggi akan meningkatkan kandungan kolesterol dalam darah

(terutama makanan dengan kandungan asam lemak jenuh tinggi).

Kolesterol yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan timbulnya

penyumbatan pembuluh darah sehingga tekanan darah menjadi

tinggi (hipertensi). Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama

lemak yang berasal dari makanan yang bersumber dari hewan dan

peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal

dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lainnya yang

bersumber dari tanaman yang dapat menurunkan tekanan darah.

Untuk mencegah naiknya tekanan darah maka mengonsumsi

makanan yang mengandung minyak/lemak dan kolesterol tinggi

harus dibatasi yaitu: daging/jeroan binatang berkaki empat (maks

100 gr/hari), ayam (maks 50 gr/hari), telur (maks 1 butir/hari), susu

murni full cream,dll (maks gelas/hari) (Javas Mas,2014)

8. Aktivitas Fisik (Olahraga)

Olahraga merupakan serangkaian gerak raga yang teraturdan

terencana untuk memelihara kehidupan, meningkatkan kualitas

hidup dan mencapai tingkat kemampuan jasmani yang sesuai

dengan tujuan (Giriwoyo dan Sidik, 2014)


41

Olahraga yang teratur selain dapat mengurangi stres, juga

dapat menurunkan berat badan, membakar lebih banyak lemak

didalam darah, dan memperkuat otot otot jantung.

Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan

hipertensi karena olahraga isotonic dan teratur dapat menurunkan

tekanan darah. Kurangnya melakukan olahraga akan meningkatkan

kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga

bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi (Arjatmo T,

dan Hendra U, 2013).

2.3 Kerangka Teori

Indeks Massa Tubuh

Faktor resiko yang tidak dapat diubah:


Genetik
Umur Hipertensi
Jenis Kelamin
Ras/suku bangsa

Faktor resiko yang dapat diubah :


Konsumsi garam
Konsumsi rokok dan kopi
Konsumsi alkohol
Stres
Obesitas (IMT)

(Notoatmodjo, 2012)
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS

DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan

atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati

atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2014)

Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi
Pada Masyarakat Di Puskesmas
tahun 2021

Variabel Independent Variabel Dependent

Gaya hidup Kejadian Hipertensi

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Adanya hubungan

3.2 Hipotesis

Hipotesis yaitu jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil

sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam sebuah penelitian

(Notoatmodjo, 2012)

42
43

Hipotesis pada penelitian ini adalah :

Ha : ada hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada

masyarakat di puskesmas

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang diteliti,

atau tentang apa yang diukur oleh variable yang bersangkutan (Notoatmodjo,

2014)

Tabel 3.1
Definisi Operasional
Skala
Variable Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur

Gaya Kebiasaan hidup Kuesioner 1. Gaya Hidup Sehat Nominal


Hidup seseorang yang (Semua pertanyaan
diekspresikan dalam dijawab ya)
aktifitas,minat dan 2. Gaya Hidup Tidak
opininya yang Sehat (Ada 1 atau
meliputi kebiasaan lebih pertanyaan yang
tidur, makanan yang dijawab tidak)
dikonsumsi,
merokok, minuman
beralkohol, olahraga
dan mampu
mengeluh stress.
Kejadian Kondisi seseorang Sfigmoman 1. Normal <120/ <80 Ordinal
Hipertensi yang memiliki ometer mmHg
tekanan darah sistol 2. Pre- Hipertensi 1 20-
>140 mmHg, diastole 139 / 80-89 mmHg
> 90 mmHg 3. Hipertensi Stadium 1
140-159 / 90-99
mmHg
4. Hipertensi stadium 2
(Berbahaya) ≥160 /
≥100 mmHg
(Kowalski E Robert,
2012)
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik.

deskriptif analitik merupakan survey atau penelitian yang mencoba menggali

bagaimana dan mengapa fenomena itu terjadi. (Notoatmodjo,2012)

Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional yaitu dengan

melakukan pengukuran variabel independent (bebas) yaitu gaya Hidup

Masyarakat dan variabel dependent yaitu kejadian hipertensi pada

masyarakat.

4.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu sifat yang akan diukur atau diamati

yang nilainya bervariasi antara satu objek ke objek yang lainnya dan terukur.

Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel kuantitatif dimana dalam

penelitian ini terdiri dari skala ordinal dan nominal. (Sastroasmoro, Sudigdo,

2012)

Variabel dalam penelitian ini adalah :

4.2.1 Variabel bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau sebagai

penyebab pada variabel terikat. (Sastroasmoro, Sudigdo, 2012)

44
45

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah gaya hidup masyarakat

di wilayah Puskesmas tahun 2021.

4.2.2 Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau akibat dari

variabel bebas. (Sastroasmoro, Sudigdo, 2012)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kejadian Hipertensi

Pada Masyarakat di Puskesmas tahun 2021.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai

karakteristik tertentu. (Sastroasmoro, Sudigdo, 2012)

Populasi penelitian ini adalah seluruh Masyarakat yang menderita

hipertensi pada bulan Maret di Puskesmas tahun 2021 sebanyak 140

orang.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi. (Sastroasmoro, Sudigdo, 2012)

Sampel pada penelitian ini yaitu Seluruh Masyarakat yang

menderita Hipertensi yang datang ke Puskesmas pada bulan Mei tahun

2021 sebanyak 50 orang.

Untuk menjamin hasil penelitian sesuai dengan tujuan, maka

penentuan sampel yang dikehendaki harus sesuai dengan kriteria


46

tertentu yang telah ditetapkan, kriteria ini berupa kriteria inklusi yaitu

karakteristik umum subyek penelitian pada populasi target dan pada

populasi terjangkau, sebagian subjek yang memenuhi kriteria inklusi

harus dikeluarkan karena berbagai sebab yang dapat mempengaruhi

hasil penelitian yang disebut kriteria eksklusi. (Arikunto, Suharsimi.

2012)

Kriteria inklusi dan eksklusi pada sampel penelitian ini adalah :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada

populasi target dan populasi terjangkau. Adapun kriteria inklusi

dalam penelitian ini adalah :

1) Masyarakat yang datang ke Puskesmas.

2) Masyarakat yang mengalami Hipertensi

b. Kriteria Ekslusi.

Kriteria eksklusi adalah subyek yang tidak memenuhi target atau

jangkauan dengan berbagai sebab. Adapun kriteria eksklusi dalam

penelitian ini adalah :

1) Masyarakat yang tidak bersedia menjadi responden

4.3.3 Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah accidental sampling. Accidental sampling merupakan teknik

penentuan sample berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sample,


47

bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber

data. (Sastroasmoro, Sudigdo, 2012)

4.4 Instrumen Penelitian

4.4.1 Jenis Instrumen

Instrumen Penelitian merupakan alat-alat yang digunakan untuk

menghubungkan data, antara lain : Formulir Observasi, Kuesioner

(Daftar Pertanyaan), dan formulir-formulir yang berkaitan dengan

pencatatan data. (Notoatmodjo, 2012)

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner

yaitu kuesioner tertutup. Kuesioner ini berisi pertanyaan tertutup yang

telah disusun untuk mengukur Gaya Hidup dan Kejadian Hipertensi.

Instrumen Penellitian ini adalah Kuesioner yang diadopsi dari

Hasil penelitian penelitian yang telah di ujikan dalam penelitian oleh

mahasiswa Universitas Sumatera Utara dengan judul "Pengaruh Gaya

Hidup Terhadap Kejadian Hipertensi DI RSUD Dr. H. Kumpulan

Pane Tebing Tinggi Tahun 2017 "

4.4.2 Uji Validitas dan Uji Realiabilitas

Agar instrumen valid dan reliable maka sebelum digunakan di uji

coba/pretest terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk mengetahui

bahwa instrument sebagai alat ukur benar-benar mengukur apa yang

diukur (valid) dan istrument sebagai alat ukur dapat memperoleh hasil

yang konsisten (reliable). (Arikunto, Suharsimi. 2012)


48

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk menunjukkan suatu indeks yang

menunjukan alat ukur tersebut benar-benar mengukur apa yang

diukur walaupun dilakukan secara berulang-ulang hasilnya tetap

sama.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat keterpercayaan hasil suatu

pengukuran. Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi, adalah

pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya

(reliabel). (Arikunto, suharsimi.2012)

Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama

instrumen pengukuran yang baik. Kadang-kadang reliabilitas

disebut jiga sebagai kepercayaan, keterbatasan, konsistensi,

kestabilan dan sebagainya.

Tinggi rendahnya reabilitas, secara empiris ditunjukan oleh

suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Walaupun secara

teoritis, besasrnya koefisien realibilitas berkisar antara 0,00-1,00,

tidak pernah dicapai dalam pengukuran, karena manusia sebagai

subjek pengukuran psiologis merupakan sumber kekeliruan yang

potensial.
49

4.5 Metode Pengumpulan Data

4.5.1 Data Primer

Data primer adalah yaitu data yang diambil secara langsung dari

responden dengan menggunakan metode kuesioner. Sebelum mengisi

kuisioner responden diberi penjelasan terlebih dahulu dan diminta

kesediaan untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan. (Arikunto,

Suharsimi. 2012)

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara

langsung dari responden melalui penyebaran kuesioner.

4.5.2 Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh sebagai pendukung hasil

penelitian, sumber data sekunder diperoleh dari catatan, artikel, dan

tulisan ilmiah yang relevan dengan topik penelitian yang sedang

dilakukan. (Arikunto, Suharsimi. 2012)

Data sekunder penelitian ini adalah data yang diambil tidak dari

sumber langsung misalnya data yang diambil berasal dari buku,

dokumen, internet dan hasil penelitian lain.

4.6 Pengolahan Data

Kegiatan dalam proses pengolahan data meliputi editing, coding,

tabulating dan Scoring.

4.6.1 Editing (pemeriksaan data)

Tahapan ini dilakukan setelah data terkumpul melalui observasi

kemudian diperiksa satu persatu untuk menjaga kualitas data apakah


50

data tersebut sudah di isi dengan cara check list atau belum. Langkah

ini bermaksud untuk dilakukan pengecekan kelengkapan dari data,

kesinambungan data dan keseragaman dari sebuah data.

4.6.2 Coding (pemberian kode)

Untuk memudahkan dalam memasukan data dan pengolahan data,

maka pertanyaan yang telah diajukan tanda/kode yaitu :

1. Gaya Hidup

a. Gaya Hidup Sehat (Semua pertanyaan dijawab ya)

b. Gaya Hidup Tidak Sehat (Ada 1 atau lebih pertanyaan yang

dijawab tidak)

2. Kejadian Hipertensi

a. Normal <120/<80 mmHg

b. Pre-Hipertensi 120-139/80-89 mmHg

c. Hipertensi Stadium I 140-159/90-99 mmHg

d. Hipertensi Stadium II (Berbahaya) ≥160/≥100 mmHg

(Kowalski E Robert, 2012)

4.6.3 Tabulating (penyusunan data)

Dilakukan dengan mengelompokan data sesuai dengan variabel

yang diteliti, guna memudahkan dalam analisis.

4.6.4 Entry (pemasukan data)

Yaitu memasukan data yang telah ditabulasi sehingga dapat

diketahui jumlah frekuensi dalam kelompok tersebut.


51

4.6.5 Cleaning (pembersihan)

Proses ini bertujuan untuk membersihkan data yang sudah dientry

agar tidak ada yang salah. (Arikunto, suharsimi.2012)

4.7 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan tujuan agar pengembangan suatu teori

sesuai dengan data yang diproleh dan apabila ada kekeliruan dapat ditekan

sekecil mungkin dengan bantuan komputer melalui 2 jenis analisis statistik.

Dalam menganalisis dan penulis menggunakan analisis secara:

4.7.1 Univariat

Yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya hasil analisis ini menghasilkan persentasi

dan distribusi dari masing-masing variabel atau dengan menyusun

distribusi frekuensi variabel penelitian tersebut. (Sastroasmoro, Sudigdo.

2012) Dengan menggunakan rumus :

f
P= × 100 %
N

Keterangan :

P = persentase skor

F= jumlah pertanyaan yang dijawab benar

N= jumlah seluruh pertanyaan

Dalam penelitian ini analisa univariat berupa persentasi dari kedua

variabel yang diteliti yaitu variabel Gaya Hidup Masyarakat dan

variabel Kejadian Hipertensi pada Masyarakat.


52

Pada penelitian yang mengukur Gaya Hidup menggunakan rumus

median yaitu titik tengah dari semua nilai setelah diurutkan dari nilai

terkecil dan terbesar atau sebaliknya sehingga didapat rumus berikut:

Me = ½ × range + Xmin

Me = ½ × (X max – X min) + X min

Keterangan :

Me : Nilai median

X max : Jumlah nilai maksimal dari kuesioner

X min : Jumlah nilai minimal dari kuesioner

(Notoatmodjo, 2012)

Maka pada penelitian yang menggunakan T median dimana

selanjutnya nilai hasil masing-masing individu dikategorikan ke standar

kriteria objektif yang mengacu sebagai berikut :

1) Gaya Hidup Sehat (Semua pertanyaan dijawab ya)

2) Gaya Hidup Tidak Sehat (Ada 1 atau lebih pertanyaan yang

dijawab tidak)

T : Skore total jawaban responden

Sedangkan untuk mengukur Variable kejadian Hipertensi yaitu

menggunakan Spignimanometer dengan hasil ukur sebagai berikut :

1. Normal <120/<80 mmHg

2. Pre-Hipertensi 120-139/80-89 mmHg

3. Hipertensi Stadium I 140-159/90-99 mmHg

4. Hipertensi Stadium II (Berbahaya) ≥160/≥100 mmHg


53

4.7.2 Bivariat

Yaitu analisis yang dilakukan terhadap 2 variabel yang telah di

duga terdapat hubungan dengan menggunakan uji chi square. Uji square

adalah membandingkan frekuensi yang terjadi dengan frekuensi

harapan. Tujuan dari uji square ini adalah untuk menguji hipotesis

bahwa antara variabel independen dan variabel dependen terdapat

hubungan yang signifikan. (Sastroasmoro, Sudigdo. 2012)

Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian untuk melihat

Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat

Di Puskesmas Tahun 2021.

Mencari frekuensi harapan (fe) pada tiap sel dengan rumus :

f e=¿ ¿
Keterangan :

Fe : frekuensi yang diharapkan

∑𝑓k : jumlah Frekuensi pada kolom

∑𝑓b :jumlah frekuensi pada baris

∑T : jumlah keseluruhan baris dalam kolom

Mencari nilai Chi Kuadrat hitung dengan rumus :


(ƒ0 −ƒ0) ²
x 2=∑
ƒe
Mencari nilai X2 tabel dengan rumus :

dk = (k – 1)(b - 1)

k : banyaknya kolom

b : banyaknya baris

Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel:


54

Jika X2 hitung ≥ X2 tabel maka Ho di tolak artinya signifikan

Jika X2 hitung ≤ X2 tabel maka Ho di terima artinya tidak signifikan

H0 ditolak dan Ha diterima apabila P < 0,05

Ha diterima dan H0 ditolak apabila P > 0,05 (Arikunto, Suharsimi.

2012)

4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.8.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas tahun 2021.

4.8.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April-Mei tahun 2021

terhadap Masyarakat.

4.9 Etika Penelitian

Penelitian ini berpijak pada prinsip-prinsip etika penelitian yaitu :

4.9.1 Self Determination

Penelitian ini peneliti memberi waktu dan kesempatan berfikir

bagi responden untuk memehami tujuan penelitian sehingga kepuasan

yang diambilnya benar-benar mencerminkan kesadaran dirinya tanpa

paksaan. Responden menyatakan kesediaannya dengan menandatangani

formulir Informed Consent.

4.9.2 Anominity
55

Peneliti wajib menjaga kerahasiaan dan privasi responden dengan

cara tanpa memberi nama dalam pengisian kuesioner. Penelitiannya

memberikan kode pada setiap responden.

4.9.3 Confidentiality

Kerahasiaan informasi dan data yang diberikan responden wajib

dijamin peneliti.

4.9.4 Privacy

Pengumpulan informasi dan perlakuan penelitian terhadap

responden dilaksanakan dengan menghargai responden sebagai individu

yang bermartabat.

4.9.5 Protection from the discomfort

Ketidaknyamanan atas perlakuan penelitian tetap diantisipasi.

(Arikunto, suharsimi.2012)
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, suharsimi. 2012. prosedur penelitian. Jakarta : Rineka cipta

Atikah Proverawati, Eni Rahmawati. 2014. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS). Yogyakarta : Nuha Medika

Garnadi, Y. 2014. Hidup Nyaman Dengan Hipertensi. Edisi Pertama. Jakarta:


Agro Media Pustaka

Giriwoyo, S. dan D. Z Sidik. 2014. Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya

infodatin pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI hipertensi 2016

Kementrian kesehatan direktorat promosi kesehatan dan pemberdayaan


masyarakat, 2020

Kementrian kesehatan republik Indonesia . Hipertensi membunuh diam-diam,


ketahui tekanan darah anda, 2020

Lingga, Lanny. Cerdas Menangani hipertensi. Jakarta: PT.Agromedia, Pustaka.


2014.

Lisnawati, L. Generasi Sehat Melalui Imunisasi. 2013. Jakarta: Trans Info Media

Lumbatobing, SM. Neurogeriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.2014.

M. Asikin, M. Nuralamsyah Susaldi. 2019. Keperawatan medical bedah sistem


kardiovaskular.

Nina. 2011. Solusi Sehat Mengatasi Hipertensi. Jakarta: Agromedia Pustaka

Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta:


Rineka Cipta

Ramayulis, Rata. 2012. Menu dan Resep Untuk Penderita Hipertensi. Jakarta: PT
Penebar Plus

Rudi Haryono, sulis setianingsih. 2015. AWAS Musuh- musuh anda setelah usia
40 tahun.
Rusdi (2011). Awas! Bisa Mati Cepat Akibat Hipertensi Dan Diabetes. Jogjakarta:
Power Books (IHDINA)

Santoso, Djoko (2012) . Membonsai Hipertensi. Surabaya: Jaring Pena

Sudoyo, Aru (2012). Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam jilid 1. Edisi V. 2012.
Jakarta : Internal Publishing

Sastroasmoro, sudigdo. dasar-dasar metodologi penelitian klinis.bina rupa


aksara. jakarta:2013

Syafrudin, SKM, MKes. , Ayi Diah Damayani, SST, Delmaifanis, SST, MKM.
2013. Himpunan penyuluhan kesehatan (pada remaja, keluarga,
lansia, dan masyarakat). Jakarta: Trans info media

Vitahealth. 2011. Informasi lengkap untuk penderita hipertensi dan keluarganya.


Jakarta : Gramedia Utama.

Widjaja dkk. 2015. Prehypertension and hypertension among young


Indonesian adults at a primary health care a rural area. Jakarta:
Universitas Indonesia. Vol. 22/No. 1

Widyanto, S. dan Triwibowo, C. (2015). Trend Disease Trend Penyakit saat ini
Jakarta: Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai